Anda di halaman 1dari 15

Status Psikiatri

I. IDENTITAS PASIEN
Nama Lengkap : An. D
Tempat dan Tanggal Lahir : Jakarta, 9 Februari 2000
Umur : 19 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Belum menikah
Pendidikan Terakhir : SMP
Pekerjaan : tidak bekerja
Bangsa/Suku : Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Pondok ungu permai, Bekasi Utara, Bekasi
Dokter yang Merawat : dr. Hasrini Rowawi, Sp. KJ (K), MHA
Ruang Perawatan : Bangsal Anak dan Remaja
Rujukan/ Datang sendiri/ Keluarga : Datang bersama keluarga

II. RIWAYAT PSIKIATRIK


Autoanamnesis
• Tanggal 15 Februari 2019, pukul 16:00 di Bangsal Anak dan Remaja Rumah Sakit Jiwa
Soeharto Heerdjan.
• Tanggal 17 Februari 2019, pukul 16:00 di Bangsal Anak dan Remaja Rumah Sakit Jiwa
Soeharto Heerdjan.
Alloanamnesis
• Tanggal 23 Januari 2019 pukul 15:00, dilakukan dengan ibu kandung pasien melalui
tetlfon
A. Keluhan Utama
Pasien dibawa ke RSJSH oleh ayahnya karena pasien sering menangis dan akhirnya
pasien memukuli kepalanya sendiri sejak 1 minggu yang lalu.
B. Riwayat Gangguan Sekarang
Pasien datang diantar oleh keluarganya ke RSJ Soeharto Heerdjan pada tanggal 14
Februari 2019 karena sering menangis dan akhirnya memukuli kepalanya sendiri sejak 1
minggu yang lalu. Pasien memukuli kepalanya sangat keras sampai terdengar saat ayahnya
sholat bunyi pukulan kepalanya. saat memukuli kepalanya pasien juga sampai menjenggut
rambutnya sendiri dan teriak teriak sendiri. Saat dilakukan autoanamnesis An D melakukan hal
tersebut karena kesal terhadap dirinya sendiri dan menyalahkan dirinya sendiri karena ibunya
sedang ada masalah dengan keluarga ayahnya. Sehingga pasien menyalahkan dirinya sendiri
karena dahulu sangat nakal. Pasien sering memikirkan kejahatan tentang dirinya dan orang lain
di masa lalunya.
Pasien mengaku merasa sangat putus asa dan ingin bunuh diri saja. Ayah pasien juga
membenarkan cerita tersebut. Pasien sudah 2 bulan pasien tidak meminum obat depram karena
obat tersebut saat ditebus di RSUD kota Bekasi sedang kosong lalu diganti obat lain dalam
bentuk racikan sehingga saat obat tersebut dikonsulkan kepada dr. I. beliaupun tidak tau apa isi
dari obat tersebut. Sehingga setelah 2 bulan tidak meminum obat depram sehingga keluhan
pasien kambuh sendiri.
Psien mengaku bahwa saat hari pertama dirawat di ruang Anak dan remaja, pasien
melihat kembali bayangan dibalik jendela terdapat 3 orang yaitu anak kecil, ibu, dan suaminya.
Pasien mengaku bahwa pasien diajak ngobrol oleh halusinasinya, tertawa bareng dan pasien
mengatakan halusinasinya terakhir muncul saat tanggal 14 februari 2019 di ruang kamar RS.
Menurut pasien dan keluarga, pasien mulai memiliki halusinasi dari pasien usia kelas 1 SMP.

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya


1. Riwayat Gangguan Psikiatrik
Ayah pasien bercerita bahwa pasien mulai mengalami gangguan jiwa semenjak
2013-2014. Namun Pada saat 2013 ayah pasien hanya membawa pasien ke tempat
alternative seperti tempat ruqyah namun tidak ada perubahan dan disarankan oleh
keluarga dan tetangganya untuk dibawa ke RSJSH. Tahun 2014 saat pasien kelas 2 SMP
pasien dibawa ke RSJSH di poli rawat jalan. Setelah dibawa halusinasi pasien mulai
berkuang dan hilang.
Namun, pada bulan Juli 2018 pasien mulai mengalami keluhan menganga terus
setiap malam setelah meminum obat. Awal mulanya pasien disuruh untuk
memeriksakan diri terlebih dahulu ke dokter syaraf untuk diperiksakan MRI dan CT
scan. Namun semua hasilnya bersih, tidak ada kelainan. Akhirnya, pasien kembali ke
RSJSH dan dirawat selama 3 minggu. Dan efek samping obat tersebut menghilang
setelah diberikan obat Trihexylphenidil(THP). Saat ditanyakan kepada pasien selama 3
minggu dirawat pasien sudah diajarkan apa saja di RSJSH. Pasien mengaku sudah
diajarkan bagaimana cara menghardik halusinasi, saat akan emosi atau marah pukulin
bantal, dll.
Pada 14 Februari 2019 kemarin pasien kembali dirawat di RSJSH dengan keluhan
pasien sering menangis sendiri dan akhirnya memukuli kepalanya sangat keras sekali
sehingga suatu hari ayah pasien sedang sholat mendengar pukulan keras dan sontak
ayah pasien sangat terkejut melihat tingkah pasien. Akhirnya pasien dibawa ke RSJSH.
Menurut ayah dan pasien sendiri, keluhan muncul karena sudah 2 bulan pasien tidak
meminum obat depram karena saat menebus obat di RSUD Bekasi sedang habis
sehingga diganti dengan obat lain dalam bentuk racikan. Saat dikonsulkan ke psikiater
di RSJSH, beliau juga tidak tau obat apa yang diberikan untuk mengganti obat depram
yang habis tersebut. Akhirnya pasien dirawat kembali.

2. Riwayat Gangguan Medik


Ayah pasien mengatakan pasien tidak ada riwayat kejang sebelumnya. Tidak ada
riwayat trauma kepala.

3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif


Tidak ada

4. Riwayat Gangguan Sebelumnya


A. Grafik Perjalanan Penyakit

2015-2018

2013-2014
2018-2019
2014-2015
Tahun 2013-2014
• Pasien mulai muncul halusinasi visual dan auditori
• Pasien mulai sering menangis
• Pasien dibawa ke tempa alternative seperti tempat ruqiyah
Tahun 2014-2015
• Pasien berhenti berobat alternatif
• Pasien disarankan ke RSJSH untuk mendapatkan perawatan
• Pasien dibawa ke poli anak di RSJSH

Tahun 2015-2018
• Pasien mulai membaik
• Halusinasi pasien mulai jarang timbul dan menghilang
• Pasien rawat jalan di RSJSH
Tahun 2018-2019
• Pasien mulai kambuh kembali
• Pasien sering merasa depresi dan tidak berharga
• Pasien mulai sering menangis kembali
• Pasien mulai sering menganga setelah minum obat saat maghrib.
• Akhirnya pasien dirawat 3 minggu di RSJSH untuk pertama kali

D. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI


1. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Pasien merupakan anak pertama dari 2 bersaudara. Pasien lahir menangis, Kelahiran
pasien berlangsung vakum karena pasien sulit keluar di RS. Namun pasien cukup bulan
Riwayat komplikasi kelahiran dan trauma lahir tidak ada. Cacat bawaan tidak ada.

2. Riwayat Perkembangan Kepribadian


a. Masa Kanak Awal (0 - 3 tahun)
Menurut ibu pasien, pasien merupakan anak yang aktif, penuh semangat dan ceria,
riwayat tumbuh kembang pasien sesuai dengan anak-anak seusianya, dalam hal
perkembangan berbicara, berjalan, bergerak motorik maupun sensorik.
b. Masa Kanak Pertengahan (3 - 11 tahun)
Pasien merupakan anak yang cukup bergaul, mempunyai banyak teman dekat
di sekolah tetapi agak pendiam. Tidak ada keluhan mengikuti pelajaran, patuh,
dan tidak memiliki masalah yang berat saat sekolah. Pasien juga tidak pernah
sakit parah, demam maupun kejang pada masa ini. Namun pasien menceritakan
bahwa saat pasien kelas 4 SD pasien pernah jatuh dari sepedah gigi depannya
patah sehingga pertumbuhan giginya maju ke depan. Pasien sering diejek
teman-temannya karena giginya maju ke depan. Sehingga pada kelas 5 SD
pasien mulai menggunakan behel dan dilepas saat kelas 6 SD. Pasien juga
menceritakan saat kelas 5 SD bahwa pasien sering dibandingkan dengan anak
tetangga sampai pasien kelas 1 SMP oleh ibunya. Pasien pernah mengeluh
bahwa pasien tidak suka dibandingkan. Namun, ibunya mengatakan itu sebagai
contoh buat pasien.

c. Masa Kanak Akhir (Pubertas dan Remaja)


Pasien mulai menyendiri saat SMP dan pasien mulai merasa dirinya dijauhi oleh
semua orang, pasien menarik diri dari orang lain, pasien sering meangis dan
mulai muncul halusinasi visual dan auditoriknya. Pasien tidak pernah main
keluar cenderung untuk tetap di rumah saja. Pasien juga menceritakan bahwa
pasien pernah ada pikiran untuk bunuh diri di sekolah saat ujian kelas 2 SMP.
Namun, pasien belum melakukannya karena ada gurunya. Tapi, pasien sudah
merencanakannya untuk loncat dari lantai 3 di sekolahnya tepat dibelakang
toilet.
3. Riwayat Pendidikan
Pasien lulus SMK dan tidak melanjutkan kuliah. Pasien ingin bekerja. Namun, ayah
pasien dan ibu pasien melarangnya karena khawatir akan menambah beban anaknya
nanti. Sehingga ayah pasien menyarankan kepada pasien untuk menyelesaikan
pengobatan terlebih dahulu sampai tuntas baru boleh mencari pekerjaan.
4. Riwayat Pekerjaan
Belum pernah bekerja.
5. Kehidupan Beragama
Pasien beragama islam dan sering mengaji dari kecil hingga SMP
6. Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien tidak pernah berurusan dengan aparat penegak hukum
7. Riwayat Perkawinan dan Psikoseksual
Pasien belum menikah

E. RIWAYAT KELUARGA
Pasien 2 bersaudara kandung
Genogram keluarga

Keterangan :

Perempuan

Laki-laki

Pasien

F. SITUASI KEHIDUPAN SOSIOEKONOMI SEKARANG


Pasien tinggal Bersama ayahnya, ibunya dan adiknya.
III. STATUS MENTAL
A. DESKRIPSI UMUM
1. Penampilan
Pasien seorang perempuan, tampak sesuai dengan usianya, tampak terawat
2. Kesadaran: Kompos Mentis
3. Perilaku dan psikomotor
a. Sebelum wawancara : Pasien baru selesai mandi dan nyemil makanan sore.
b. Selama wawancara : Pasien awalnya sulit untuk memulai wawancara, setelah
merasa dekat pasien mulai dapat ditanya dan menceritakan apa yang dirasakan
c. Sesudah wawancara : Pasien kembali ke ruangan
4. Sikap terhadap pemeriksa : Pasien bersikap kooperatif
5. Pembicaraan
• Cara berbicara: spontan, intonasi dan volume jelas, artikulasi jelas
• Gangguan berbicara: Tidak terdapat hendaya atau gangguan berbicara.

B. ALAM PERASAAN
1. Mood : hipotim
2. Afek : sempit
3. Keserasian : serasi
C. GANGGUAN PERSEPSI
a. Halusinasi : visual, audiotorik
b. Ilusi : (-) Tidak ada
c. Depersonalisasi : (-) Tidak ada
d. Derealisasi : (-) Tidak ada
D. SENSORIUM DAN KOGNITIF (FUNGSI INTELEKTUAL)
Taraf Pendidikan SMA
Pengetahuan Umum Baik
Kecerdasan Baik ( Pasien dapat menulis dengan baik)
Konsentrasi dan
Baik (Pasien dapat menjawab pertanyaan dengan baik)
Perhatian
Orientasi Baik (Pasien dapat membedakan pagi, siang, dan malam
• Waktu hari)

• Tempat Baik (Pasien mengetahui dirinya sekarang berada di RSJ


Soeharto Heerdjan)
Baik (Pasien mengetahui sedang diwawancara oleh dokter
• Orang
muda dan mengingat namanya).

Daya Ingat
• Jangka Baik (Pasien dapat mengingat ulang tahunnya)
Panjang
• Jangka Baik (Pasien mengingat sudah makan pagi & siang, dan
Pendek mengingat menu apa saja yang dimakan)

• Segera Baik (saat akhir wawancara, pasien masih mengingat


nama dokter muda)
Pikiran Abstraktif Baik
Baik (pasien dapat menggambar jam yang waktunya
Visuospasial
ditentukan oleh pemeriksa).

Kemampuan Baik (Pasien bisa makan, minum, mandi, serta merawat


menolong diri sendiri diri sendiri)

E. PROSES PIKIR
1. Arus pikir
a. Produktifitas : Cukup ide
b. Kontinuitas : Koheren
c. Hendaya bahasa : Tidak ada
2. Isi pikir
a. Waham : (-) Tidak ada
b. Preokupasi : Ada
c. Obsesi : (-) Tidak ada
d. Fobia : (-) Tidak ada

F. PENGENDALIAN IMPULS
Baik, saat wawancara pasien tampak tenang

G. DAYA NILAI
1. Daya nilai sosial :Terganggu
2. Uji daya nilai : Terganggu
3. Daya nilai realitas : Tidak terganggu
H. TILIKAN
1. Derajat 4→ Pasien menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan namun tidak memahami
penyebab sakitnya.
I. RELIABILITAS
Dapat dipercaya → Pasien dapat menceritakan apa yang ia rasakan dan ia yakinkan

IV. PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan Umum. : Baik
Kesadaran. : Kompos Mentis
Status Generalis :

• Kulit : sedikit putih pucat, ikterik (-), sianosis (-), turgor baik, kelembaban
normal
• Kepala : normosefal
• Mata : pupil bulat, isokor, simetris, refleks cahaya +/+, konjungtiva anemis -
/-, sklera ikterik -/-
• Hidung : bentuk normal, septum deviasi (-), sekret -/-
• Telinga : normotia, nyeri tekan -/-, radang -/-
• Mulut : bibir pucat (-), sianosis (-), trismus (-), tonsil T1/T1, tonsil/faring
hiperemis (-)
• Leher : tidak teraba pembesaran KGB dan tiroid.
• Paru:
o Inspeksi: bentuk dada simetris, retraksi (-)
o Palpasi: gerakan dada simetris
o Perkusi: sonor pada seluruh lapang paru
o Auskultasi: suara napas vesicular +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
• Jantung:
o Inspeksi: ictus cordis tidak tampak
o Palpasi: ictus cordis teraba
o Perkusi: batas jantung DBN
o Auskultasi: BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)
• Abdomen:
o Inspeksi: bentuk datar
o Palpasi: supel, NT (-), hepar dan lien tidak teraba membesar
o Perkusi: timpani seluruh lapang abdomen
o Auskultasi: bising usus (-)
• Ekstremitas: akral hangat, oedem (-), CRT < 2 detik

Status Neurologis

• Saraf kranial : Dalam batas normal


• Tanda rangsang meningeal : Tidak ada
• Refleks fisiologis : Dalam batas normal
• Refleks patologis : Tidak ada
• Motorik : Dalam batas normal
• Sensorik : Dalam batas normal
• Fungsi Luhur : Baik
• Gangguan Khusus : Tidak ada
• Gejala EPS : Akatisia (-), bradikinesia (-), Rigiditas (-), tonus otot DBN,
Resting tremor (-), distonia (-) Tremor (+)

V. PEMERIKSAAN PENUNJANNG
-
VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Pasien datang diantar oleh keluarganya ke RSJ Soeharto Heerdjan pada tanggal 14
Februari 2019 karena sering menangis dan akhirnya memukuli kepalanya sendiri sejak 1
minggu yang lalu. Pasien memukuli kepalanya sangat keras sampai terdengar saat ayahnya
sholat bunyi pukulan kepalanya. saat memukuli kepalanya pasien juga sampai menjenggut
rambutnya sendiri dan teriak teriak sendiri. Saat dilakukan autoanamnesis An D melakukan hal
tersebut karena kesal terhadap dirinya sendiri dan menyalahkan dirinya sendiri karena ibunya
sedang ada masalah dengan keluarga ayahnya. Sehingga pasien menyalahkan dirinya sendiri
karena dahulu sangat nakal. Pasien sering memikirkan kejahatan tentang dirinya dan orang lain
di masa lalunya.
Pasien mengaku merasa sangat putus asa dan ingin bunuh diri saja. Ayah pasien juga
membenarkan cerita tersebut. Pasien sudah 2 bulan pasien tidak meminum obat depram karena
obat tersebut saat ditebus di RSUD kota Bekasi sedang kosong lalu diganti obat lain dalam
bentuk racikan sehingga saat obat tersebut dikonsulkan kepada dr. I. beliaupun tidak tau apa isi
dari obat tersebut. Sehingga setelah 2 bulan tidak meminum obat depram sehingga keluhan
pasien kambuh sendiri.
Pasien mengaku bahwa saat hari pertama dirawat di ruang Anak dan remaja, pasien
melihat kembali bayangan dibalik jendela terdapat 3 orang yaitu anak kecil, ibu, dan suaminya.
Pasien mengaku bahwa pasien diajak ngobrol oleh halusinasinya, tertawa bareng dan pasien
mengatakan halusinasinya terakhir muncul saat tanggal 14 februari 2019 di ruang kamar RS.
Menurut pasien dan keluarga, pasien mulai memiliki halusinasi dari pasien usia kelas 1 SMP.
Ayah pasien bercerita bahwa pasien mulai mengalami gangguan jiwa semenjak 2013-
2014. Namun Pada saat 2013 ayah pasien hanya membawa pasien ke tempat alternative seperti
tempat ruqyah namun tidak ada perubahan dan disarankan oleh keluarga dan tetangganya untuk
dibawa ke RSJSH. Tahun 2014 saat pasien kelas 2 SMP pasien dibawa ke RSJSH di poli rawat
jalan. Setelah dibawa halusinasi pasien mulai berkuang dan hilang.
Namun, pada bulan Juli 2018 pasien mulai mengalami keluhan menganga terus setiap
malam setelah meminum obat. Awal mulanya pasien disuruh untuk memeriksakan diri terlebih
dahulu ke dokter syaraf untuk diperiksakan MRI dan CT scan. Namun semua hasilnya bersih,
tidak ada kelainan. Akhirnya, pasien kembali ke RSJSH dan dirawat selama 3 minggu. Dan efek
samping obat tersebut menghilang setelah diberikan obat Trihexylphenidil(THP). Saat
ditanyakan kepada pasien selama 3 minggu dirawat pasien sudah diajarkan apa saja di RSJSH.
Pasien mengaku sudah diajarkan bagaimana cara menghardik halusinasi, saat akan emosi atau
marah pukulin bantal, dll.
Pada 14 Februari 2019 kemarin pasien kembali dirawat di RSJSH dengan keluhan
pasien sering menangis sendiri dan akhirnya memukuli kepalanya sangat keras sekali sehingga
suatu hari ayah pasien sedang sholat mendegar pukulan keras dan sontak ayah pasien sangat
terkejut melihat tingkah pasien. Akhirnya pasien dibawa ke RSJSH. Menurut ayah dan pasien
sendiri, keluhan muncul karena sudah 2 bulan pasien tidak meminum obat depram karena saat
menebus obat di RSUD Bekasi sedang habis sehingga diganti dengan obat lain dalam bentuk
racikan. Saat dikonsulkan ke psikiater di RSJSH, beliau juga tidak tau obat apa yang diberikan
untuk mengganti obat depram yang habis tersebut. Akhirnya pasien dirawat kembali.
VII. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL

Aksis I : F20.0 Skizoafektif tipe depresi

Aksis II : Tidak ada


Aksis III : Tidak ada

Aksis IV : Masalah psikososial dan lingkungan

Aksis V : GAF current : 40-31 beberapa disabilitas dalam hubungan dengan


realita dan komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa fungsi
GAF HLPY : 70-61 (beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas
ringan dalam sosial, pekerjaan, sekolah dll)

VIII. EVALUASI MULTIAKSIAL

Aksis I :

• Termasuk gangguan kejiwaan, karena:


- Gangguan fungsi/hendaya dan disabilitas : Hendaya dalam fungsi sosial.
- Distress : pasien sering merasa tidak nyaman, terganggu dengan pikiran yang
muncul
• Gangguan bukan merupakan gangguan mental organik karena:
- Tidak ada gangguan kesadaran neurologis
- Tidak disebabkan oleh gangguan medik umum (penyakit metabolik, infeksi,
penyakit vaskuler, neoplasma, dan usia pasien belum menunjukkan adanya
tanda – tanda penyakit degeneratif)
- Tidak disebabkan oleh penyalahgunaan zat psikoaktif
• Diagnosis kerja adalah F25.1 Skizoafektif tipe depresif, karena:
- Terdapat adanya halusinasi, visual dan auditorik > 12 bulan
- Terdapat adanya gejala-gejala “negatif”, yaitu menarik diri dari lingkungan
sosial, tidak mau keluar rumah.
- Pasien cenderung hipotim, anhedonia dan merasa putus asa sehingga ada
pikiran untuk bunuh diri selama >2 minggu

Aksis II : -

Aksis III: Tidak ada


Aksis IV: Masalah dengan psikososial dan lingkungan

Aksis V:
GAF current : 40-31 beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita dan
komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa fungsi

GAF HLPY : 70-61 (beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam
sosial, pekerjaan, sekolah dll)

IX. PROGNOSIS
- Quo vitam : Ad bonam (tidak ada tanda gangguan mental organik).
- Quo functionam : Dubia ad bonam (ketika fase remisi, pasien dapat beraktifitas
seperti biasa).
- Quo sanationam : Dubia ad malam (tilikan yang buruk berkaitan dengan
kepatuhan pengobatan kedepannya)
Faktor-faktor yang mempengaruhi
• Faktor yang memperberat:
- Rasa menyalahkan diri sendiri dan memikirkan masa lalunya
• Faktor yang memperingan:
- Dukungan dari keluarga untuk tetap berobat dan merawat pasien.
- Tidak ada tanda gangguan mental organik

X. DAFTAR MASALAH
1. Organobiologik : Tidak ada
2. Psikiatrik : Halusinasi visual dan auditorik
3. Sosial/keluarga : Rasa putus asa dan menyalahkan diri sendiri

XI. TERAPI
1. Rawat Inap
Dengan indikasi:
▪ Untuk mengatasi halusinasi pasien dan agar pasien patuh minum obat. Dapat
membahayakan dirinya sendiri dan orang di sekitarnya.
• Rawat inap mengurangi stress pasien dan membantu menyusun aktivitas harian.
2. Psikofarmako
• Risperidone 2 x 2mg
Merupakan golongan Benzisoxazole dan juga adalah Anti Psikosis Generasi 2
(Anti Psikosis Atipikal). Obat ini bermanfaat untuk mengontrol gejala positif
dan negative. Obat ini memiliki efikasi yang lebih baik dan efek samping
minimal. Mekanisme kerja obat ini adalah sebagai Serotonine – Dopamine
Receptor Antagonist (SDA). Obat ini berafinitas terhadap “Dopamine D2
Receptors” dan “Serotonin 5HT2 Receptors”, sehingga bermanfaat untuk gejala
positif dan negative.
Indikasi : skizofrenia akut dan kronik serta kondisi psikotik lain.
Dosis : 2x 2mg/ hari
Efek samping : insomnia, agitasi, ansietas, sakit kepala, somnolen, lelah,
pusing, konstipasi, mual, muntah, dyspepsia, namun efek esktrapiramidal
sindromnya besar.
• Depram (Escilatopram Oxalate)
Merupakan golongan selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI) dan juga
adalah Antidepresan. Obat ini bermanfaat untuk mengatasi gejala sepresi yang
terjadi karena rendahnya kadar serotonin di neuron pasca sinaps. Obat ini
memiliki efikasi yang lebih baik dan efek samping minimal. Mekanisme kerja
obat ini adalah sebagai “Serotonin 5HT2 Receptors”, sehingga bermanfaat
untuk mengatasi gejala depresi.
Pada pasien ini diberikan untuk menangani masalah dpresi yang dialami pasien.
Indikasi : gejala depresi
Dosis : 1x 10mg/hari
Efek samping : hipotensi, gangguan jantung, gangguan saraf otonom, gangguan
sususanan saraf pusat, alergi, gejala hematologi dan gangguan psikis lain
(maniak)
• Trihexyphenidyl
Merupakan obat antikolinerik untuk pencegahan efek samping EPS. Obat ini
diberikan jika terdapat efek samping sindroma ekstrapiramidal.
Dosis : 2x 2mg/hari
3. Psikoedukasi kepada pasien dan keluarga
Psikoedukasi bertujuan untuk mendukung terapi pasien, membantu pasien dalam
menemukan cara mengatasi masalahnya, dan mencegah timbulnya gejala yang sama
saat pasien mendapat stressor psikologis.
o Edukasi kepada pasien dan keluarga
o Dilakukan edukasi pada pasien dan keluarganya mengenai penyakit yang
dialami pasien, gejala yang mungkin terjadi, rencana tatalaksana yang
diberikan, pilihan obat, efek samping pengobatan, prognosis penyakit dan
pengawasan pasien untuk minum berobat.
o Mengingatkan pasien dan keluarga tentang pentingnya minum obat
Psikoterapi suportif kepada pasien
▪ Ventilasi: Pasien diberikan kesempatan untuk menceritakan masalahnya
▪ Sosioterapi: melibatkan pasien dalam kegiatan psikososial berupa latihan
keterampilan sosial di rehabilitasi RSJSH (day care), menganjurkan pasien
bersosialisasi dengan pasien yang lain dan melibatkan pasien dalam
kegiatan rehabilitasi psikososial bersama keluarga atau teman-teman
dekatnya.
4. Psikoterapi
Psikoterapi yang diberikan kepada pasien adalah psikoterapi suportif yaitu yang
bertujuan untuk memperluas fungsi pengendalian dengan metode pengendalian baru
dan memperbaiki kemampuan adaptif pasien. Psikoterapi ini dicapai dengan
memberikan kesempatan pasien untuk menceritakan masalahnya, menanamkan kepada
pasien bahwa gejala-gejala gangguannya akan hilang atau dapat dikendalikan serta
memberitahukan kepada pasien bahwa minum obat sangat penting untuk
menghilangkan gejala yang dideritanya.

Anda mungkin juga menyukai