OLEH :
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
BAB II
PEMBAHASAN
Upaya hukum dibedakan antara upaya hukum terhadap upaya hukum biasa
dengan upaya hukum luar biasa.
Pada prinsipnya, putusan hakim dalam perkara perdata bersifat memaksa sehingga
harus dilaksanakan oleh pihak yang kalah. Sebagaimana telah dijelaskan dalam
penjelasan Pasal 195 HIR. Namun putusan hakim tersebut bisa saja belum dapat
dilaksanakan apabila pihak yang kalah merasa tidak puas atau ada pihak ketiga
yang juga merasa keberatan dengan putusan hakim tersebut. Sehingga pihak-pihak
tersebut melakukan upaya hukum untuk mempertahankan kepentingannya. Dalam
mengajukan upaya hukum, ada prosedur-prosedur yang harus diperhatikan oleh
pihak-pihak tersebut agar pelaksanaan upaya hukum berjalan tertib, prosedur
tersebut adalah :
Pihak tergugat yang keberatan dengan putusan verstek dapat mengajukan upaya
hukum verzet dalam batas waktu yang telah ditentukan, yaitu :
c.Sampai hari ke-8 setelah sita eksekusi dilaksanakan menurut ketentuan Pasal
129 ayat (2) HIR dan 153 ayat (2) RBg apabila tergugat tidak datang pada waktu
peringatan Perlawanan terhadap putusan verstek diajukan seperti mengajukan
surat gugatan biasa dan hanya dapat diajukan sekali saja.106 Apabila tergugat
tetap mengajukan perlawanan verzet untuk kedua kalinya, berdasarkan Pasal 129
ayat (5) HIR dan Pasal 53 ayat (6) RBg maka hakim harus menyatakan tidak
dapat menerima perlawanan verzet.
Berdasarkan Pasal 200 RBg upaya hukum yang tersedia bagi tergugat yang
memperoleh putusan verstek untuk kedua kalinya adalah upaya hukum banding.
d. Setelah panjar biaya banding dibayar lunas maka pengadilan membuat akta
pernyataan banding dan mencatat permohonan banding dalam register induk
perkara perdata dan register permohonan banding
d.Setelah panjar biaya banding dibayar lunas maka pengadilan membuat akta
pernyataan banding dan mencatat permohonan banding dalam register induk
perkara perdata dan register permohonan banding
f.Berkas banding sudah harus dikirim ke pengadilan tinggi dalam waktu 30 hari
sejak permohonan banding diajukan
b. Apabila tenggang waktu 14 hari tersebut telah lewat tanpa ada permohonan
kasasi yang diajukan oleh pihak berperkara, maka pihak yang berperkara dianggap
telah menerima putusan
g.Pihak lawan berhak mengajukan surat jawaban terhadap .memori kasasi kepada
panitera dalam tenggang waktu 14 hari sejak tanggal diterimanya salinan memori
kasasi h.Setelah menerima memori kasasi dan jawaban terhadap memori kasasi,
Panitera Pengadilan Negeri mengirimkan permohonan kasasi, memori kasasi,
jawaban atas memori kasasi, beserta berkas perkaranya kepada Mahkamah Agung
dalam waktu selambat-lambatnya 30 hari
a. Permohonan peninjauan kembali dapat diajukan dalam waktu 180 hari, dalam
hal :
1) Apabila putusan didasarkan pada suatu kebohongan atau tipu muslihat pihak
lawan yang diketahui setelah perkaranya diputus atau didasarkan pada bukti-bukti
yang kemudian oleh hakim pidana dinyatakan palsu, maka titik perhitungan 180
hari adalah sejak diketahui kebohongan atau tipu muslihat atau sejak putusan
hakim pidana memperoleh kekuatan hukum tetap dan telah diberitahukan kepada
para pihak yang berpekara
2) Apabila telah dikabulkan suatu hal yang tidak dituntut atau lebih dari pada
yang dituntut atau apabila mengenai sesuatu bagian dari tuntutan belum diputus
tanpa dipertimbangkan sebab-sebabnya dan apabila antara pihak-pihak yang sama
serta mengenai suatu soal yang sama, atas dasar yang sama oleh pengadilan yang
sama atau sama tingkatnya telah diberikan putusan yang bertentangan satu dengan
yang lain, maka titik perhitungan 180 hari adalah sejak putusan memperoleh
kekuatan hukum tetap dan telah diberitahukan kepada para pihak yang berperkara
4)Apabila dalam suatu putusan terdapat suatu kekhilafan hakim atau suatu
kekeliruan yang nyata, maka titik perhitungan 180 hari adalah sejak putusan yang
terakhir dan bertentangan itu memperoleh kekuatan hukum tetap dan telah
diberitahukan kepada pihak yang berperkara
2) Dalam hal permohonan peninjauan kembali didasarkan atas salah satu alasan
yang tersebut dalam Pasal 67 huruf c sampai dengan huruf f UU Mahkamah
Agung agar dapat diketahui oleh pihak lawan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Upaya hukum merupakan suatu tindakan yang diberikan atau hak yang
diberikan oleh undang-undang kepada para pihak yang tidak puas dengan
keputusan pengadilan diberbagai tingkatan pengadilan.
Ada dua upaya hukum yaitu Upaya hukum biasa; yang termasuk kedalam
upaya hukum biasa adalah Upaya hukum banding dan Upaya hukum kasasi.
kemudian Upaya hukum luar biasa; yang termasuk kedalam upaya luar biasa
adalah Kasasi demi kepentingan hukum dan Peninjauan kembali (PK) putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum yang tetap.
DAFTAR PUSTAKA
Harahap Yahya. Hukum Acara Perdata. 2005, Jakarta: PT. Sinar Grafika