Anda di halaman 1dari 10

Pengaruh Hormon Pertumbuhan

Disusun oleh:
Alma wahyunui nst
Universitas abdurrab
Pekanbaru
2020

Pendahuluan

Dari kita lahir sebagai bayi dan sekarang sampai sebesar ini, kita melalui suatu fase
yang disebut sebagai pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan disini merupakan proses
bertambahnya jumlah dan ukuran sel tubuh makhluk hidup. Dalam pertumbuhan banyak hal
yang mempengaruhi misalnya, intake makanan, aktifitas sehari–hari dan tidak lupa hormon.
Hormon dihasilkan dikelenjar hipofisis. Dimana sekresi hormon di pengaruhi Hipotalamus
dan hipofisis. Kelenjar hipofisis terbagi atas tiga, yaitu : hipofisis anterior atau adenohipofisis
dan hipofisis posterior atau neurohipofisis.

Sesuai dengan skenario, seorang remaja perempuan 17 tahun mengeluh tinggi


badannya semakin bertambah dengan cepat dibanding teman-teman sebayanya, dan saat ini
tinggi badannya mencapai 193cm. Skenario ini berkaitan dengan sekresi Growth Hormone
(GH) di hipofisis anterior atau adenohipofisis yang pengaruhi oleh Hipotalamus. Peranan GH
selain untuk pertumbuhan memiliki peranan terhadap metabolisme karbohidrat, lemak dan
penyimpanan protein. Tetapi apabila kelenjar hipofisis tersebut mengalami gangguan seperti
adanya tumor maka sekresi hormon tersebut akan terjadi gangguan. Tujuan penulisan
makalah ini untuk mengetahui bagaimana pengaruh GH dan hormon pertumbuhan lainnya
pada pertumbuhan manusia.

Organ yang Terkait

Makroskopis

Kelenjar hipofisis atau pituitary adalah kelenjar endokrin kecil yang terletak dirongga tulang
didasar otak tepat dibawah hipotalamus. Hipofisis dihubungkan dengan hipotalamus melalui
sebuah tangkai penghubung tipis.1

1
Hipofisis memiliki dua lobus yang secara anatomis dan fungsional berbeda, Hipofisi Anterior
(adenohipofisis) dan Hipofisis Posterior (Neurohipofisis). Adenohipofisis terdiri dari karingan
epitel kelenjar (adeno artinya “kelenjar).1

Gambar 1: Kelenjar Pituari

Mikroskopis

Kelenjar Piturari Anterior (Adenohipofisis)

Kelenjar pituari terbagi menjadi pars distal (lobus anterior), pars tuberalis, dan pars
intermedia. Pars distal itu dilapisi oleh kapsula fibrosa yang tipis, dan komponen penyusun
adalah sebagai berikut,2

 Asidofil, bulat dan esonifilik, dan bergranular


somatotroph, menghasilkan hormon GH
mammotroph, menghasilkan hormon PRL

 Basofil, berasal dari asidofil yang lebih gelap, dan basofilik


gonadotroph, menghasilkan FSH dan LH
corticotroph, menghasilkan ACTH, dan βlipoprotein
tyrotroph, menghasilkan TSH
 Kromofob, jernih, tidak ada atau sedikit memiliki granula sekretorik
sel induk
sel kromofil (asidofil/basophil)
sel folikular (penyokong dan fagositik)

Pars tuberalis, adalah mengelilingi infundibulum dari neurohipofisis. Dan didominasi oleh
gonadotroph ( basophil), yang menghasilkan hormon FSH dan LH.2

2
Pars intermedia, zona yang tipis antara pars distalis dan pars nervosa neurohipofisis.
Berkembang dari dinding dorsal kantung hipofisis. Yang biasanya terdiri dari kista berisi
koloid. Komponen sel penyusun nya adalah basophil. Hormon yang dihasilkan adalah sel
corticotroph yang menghasilkan MSH, γ LPH, β endorphin.2

Gambar 2 : Kelenjar Pituari Anterior

Hormon Pertumbuhan

Hormon pertumbuhan, disebut juga hormon somatotropik atau somatotropin merupakan


homon molekul protein kecil yang terdiri atas 191 asam amino yang dihubungkan dengan
rantai tunggal dan mempunyai berat molekul 22.005. Hormon ini menyebebakan
pertumbuhan seluruh jaringan tubuh, yang memang mampu untuk tumbuh. Hormon ini
menambah ukuran sel dan meningkatkan proses mitosis yang diikuti dengan bertambahnya
sel dan diferensiasi khusus dari beberapa tipe sel –sel pertumbuhan tulang dan sel-sel otot
awal.3
Hormon pertumbuhan meningkatkan sintesis protein di semua sel tubuh, terutama sel otot.
GH menstimulasi pertumbuhan kartilago dan aktivitas osteoblas, sel penghasil tulang di
tubuh. GH sangat penting untuk pertumbuhan tulang longitudinal dan untuk remodeling
tulang yang terus- menerus berlangsung seumur hidup. Efek GH terhadap tulang dan kartilago
terjadi melalui peptida perantara, yang disebut somatimedin atau faktor pertumbuhan mirip
insulin (insulinlike growth factor, IGF) yang dilepaskan dari hati sebagai respon terhadap
hormon pertumbuhan. GH secara langsung mesntimulasi pertumbuhan hampir semua organ
lain pada tubuh termasuk otot jantung, kulit dan kelenjar endrokin.4
Hormon pertumbuhan menyebabkan pemecahan lemak, dan pengunaan lebih lanjut asam
lemak sebagai energi. Karena lemak digunakan sebagai sumber energi, GH menyebabkan
peningkatan glukosa darah yang bersirkulasi. GH juga menyebabkan insensitivitas terhadap

3
insiuin. Dengan menurunya sensitivitas terthadap insulin, sebagian besar sel tidak
mengangkut glukosa melalui intra sel sehingga meningkatkan kadar glukosa plasma.4

I. Adenohipofisis

Gambar 3. Kelenjar Hipofisis

Kelenjar pituitaria (hipofisis) manusia adalah organ berbentuk bulat atau


lonjong. Karena letaknya di bawah hipotalamus dari diensefalon, maka lebih dikenal
dengan sebagai hipofisis. Hipofisis dibagi dalam adenohipofisis dan neurohipofisis.3
Hipofisis panjangnya sekitar 1 cm, lebar 1-1,5 cm, dan tebal 0,5 cm. Beratnya sekitar
0,5 g pada pria dan sedikit lebih pada wanita.
Adenohipofisis terbagi menjadi pars distal (lobus anterior), pars tuberalis, dan
pars intermedia dan neurohipofisis menjadi pars nervosa, infundibulum.4 Pars tuberalis
mengelilingi infundibulum menghubungkan hipofisis dengan hipotalamus. Pars distal
mengandung dua sel utama, sel kromofob dan sel kromofil. Kromofil dibagi menjadi
asidofil (sel alfa) dan basofil (sel beta). Sel asidofil dibagi menjadi somatotrof dan
mammotrof, sedangkan basofil (sel beta) dibagi menjadi gonadotrof, tirotrof dan
kortikotrof.5 Adenohipofisis tidak memiliki hubungan saraf langsung dengan
hipotalamus. Hormon adenohipofisis juga dilepas berdasarkan sinyal dari hipotalamus
tetapi melalui hubungan vaskular.4 Adenohipofisis mensintesis hormon-hormon yang
kemudian dikeluarkan ke dalam darah.

4
II. Fungsi GH
Growth Hormone
Hormon pertumbuhan (Growth Hormone [GH]) atau hormon somatotropik
(STH) adalah sejenis hormon protein. Hormon ini mengendalikan pertumbuhan
seluruh sel tubuh yang mampu memperbesar ukuran dan jumlah, disertai efek utama
pada pertumbuhan tulang dan otot rangka.1 Hormon pertumbuhan dihasilkan di
hiposfisis anterior dan merupakan hormon utama yang mengatur pertumbuhan pada
manusia. Hormon pertumbuhan manusia adalah anggota dari sekelompok hormon
yang, selain GH, terdiri dari proklatin (PRL) dan somatomamotropin korionik manusia
(hCS; laktogen plasenta manusia). Walaupun masing-masing memiliki potensi
mendorong pertumbuhan dan aktivitas laktogenik, hanya GH yang memiliki pengaruh
bermakna pada pertumbuhan.4
Hormon pertumbuhan adalah suatu polipeptida dengan 191 asam amino (berat
molekul sekitar 22.000) yang memiliki dua jembatan disulfida. Baik GH maupun hCS
dikode sebagai suatu prahormon di kromosom 17.2 Growth hormone adalah hormon
yang bertanggung jawab atas pertumbuhan manusia sejak dari kecil sampai dia
tumbuh besar. Growth hormone selain memiliki peranan terhadap pertumbuhan,
growth hormone juga memiliki peranan lain yaitu meningkatkan protein tubuh,
menggunakan lemak dan menghemat penggunaan karbohidrat.

Hormon pertumbuhan meningkatkan sintesis protein di semua sel tubuh,


terutama sel otot. GH menstimulasi pertumbuhan kartilago dan aktivitas osteoblas, sel
penghasil tulang di tubuh. GH sangat penting untuk pertumbuhan tulang longitudinal
dan untuk remodeling tulang yang terus-menerus berlangsung seumur hidup. Efek GH
terhadap tulang dan kartilago tejadi melalui peptida perantara, yang disebut
somatimedin atau faktor pertumbuhan mirip insulin (insulinlike growth factor, IGF)
yang dilepaskan dari hati sebagai respon terhadap hormon pertumbuhan. GH secara
langsung menstimulasi pertumbuhan hampir semua organ lain pada tubuh termasuk
otot jantung, kulit dan kelenjar endokrin.4
GH mendorong pertumbuhan tulang dan panjang tulang. Keadaan ini
dihasilkan dari berbagai efek hormon pertumbuhan pada tulang yang meliputi:

5
1. Peningkatan timbunan protein oleh sel kondrositik dan sel osteogenik yang
menyebabkan pertumbuhan tulang
2. Meningkatkan kecepatan reproduksi dari sel kondrositik dan osteogenik
3. Efek khusus dalam mengubah kondrosit menjadi sel osteogenik, jadi
menyebabkan timbunan khusus tulang yang baru.4
Hormon ini merangsang aktivitas osteoblas dan proliferasi tulang rawan epifisis
sehingga terbentuk ruang untuk pembentukan tulang lebih banyak. Osteoblas di dalam
periosteum tulang dan dalam beberapa cavitas tulang membentuk tulang baru pada
permukaan tulang yang lama. Secara bersamaan osteoklas di dalam tulang meresorpsi
tulang yang lama. Bila kecepatan pembentukan lebih besar dari resorpsi, maka
ketebalan tulang akan meningkat. GH dengan kuat merangsang aktivitas osteoblas.
GH dapat mendorong pemanjangan tulang panjang selama lempeng epifisis
tetap berupa tulang rawan atau terbuka dan pada akhir masa remaja di bawah pengaruh
hormon seks lempeng ini mengalami penulangan sempurna, atau menutup, sehingga
tulang tidak lagi dapat memanjang meskipun terdapat GH.7 Karena itu, setelah
lempeng tertutup , tidak lagi bertambah tinggi.
III. Mekanisme GH
Hormon pertumbuhan dilepaskan dari hipofisis anterior sebagai respon
terhadap keseimbangan antara dua hormone hipotalamus: Growth Hormone Releasing
Hormone (GHRH) dan Growth Hormone Inhibiting Hormone yang juga disebut
somatostatin. GH bekerja dengan cara umpan balik negatif pada hipotalamus untuk
menurunkan pelepasan GHRH lebih lanjut.5
Peningkatan GHRH terjadi sebagai respon terhadap peningkatan kadar asam
amino yang bersirkulasi, hipoglikemia, puasa atau kelaparan, stress fisik dan
emosional, dan penurunan GH. Olahraga menstimulasi pelepasan GHRH, secara
langsung atau melalui efek hipoglikemia dan stress fisik. Hormon reproduktif
(estrogen dan testosterone) tampak meningkatkan sekresi GH, baik dengan bekerja
secara langsung pada hipofisis ataupun melalui stimulasi GHRH.6

6
Gambar 4. Umpan balik
Growth Hormon
Hipotalamus melepaskan hormon inhibisi untuk GH, yang disebut
somatostatin. Somatostatin dilepaskan sebagai respon terhadap glukosa darah yang
tinggi, asam lemak bebas, obesitas, dan kortisol. Pengaruh emosi-termasuk stres-
menstimulasi somatostatin, kemungkinan besar melalui peningkatan kortisol sehingga
menurunkan pertumbuhan.6 Hormon ini juga menekan pembentukan dan pengeluaran
thyroid-stimulating hormone (TSH), gastrin, sekretin, polipeptida vasoaktif usus
(VIP), serta insulin dan glukagon. Somatostatin dihasilkan oleh sejumlah sel dalam
tubuh.6
a) Terhadap Karbohidrat
Hormone pertumbuhan mempunyai empat pengaruh utama terhadap metabolisme
glukosa di dalam sel, yaitu: 7,8

 Penurunan pemakaian glukosa untuk energi


Berkurangnya pemakaian disebabkan oleh meningkatnya pengangkutan dan
penggunaan asam lemak untuk mendapatkan energi yang disebabkan pengaruh
hormon pertumbuhan. Jadi asam lemak banyak membentuk asetil KoA yang
sebaliknya memicu timbulnya efek umpan balik yang menghambat pemecahan
glikolisis dari glukosa dan glikogen
 Peningkatan endapan glikogen di dalam sel
Bila terdapat kelebihan hormon pertumbuhan, glukosa dan glikogen tidak dapat di
gunakan sebagai energi dengan mudah, maka glukosa akan masuk kedalam sel dengan
cepat dipolimerisasi menjadi glikogen dan diendapkan.
 Berkurangnya ambilan glukosa oleh sel
Menurunnya pengangkutan glukosa melewati membran sel, hal ini terjadi karena sel
itu sudah jenuh menyerap glukosa yang berlebihan yang sudah sulit digunakan. Tanpa
7
penggunaan dan ambilan oleh sel secara normal maka kosentrasi glukosa darah sering
meningkat sampai 50% atau lebih diatas normal. Keadaan ini disebut “diabetes
hipofisis”.
 Peningkatan sekresi insulin
Peningkatan kosentrasi glukosa darah disebabkan oleh rangsangan hormone
pertumbuhan terhadap sel–sel beta dari pulau Langerhans untuk mensekresikan insulin
tambahan.
b) Terhadap Protein
Hormon pertumbuhan secara langsung meningkatkan pengangkutan paling
sedikit beberapa dan mungkin sebagian besar asam amino melewati membran sel ke
bagian dalam sel. Keadaan ini meningkatkan konsentrasi asam amino dalam sel dan
paling tidak berperan sebagian terhadap naiknya sintesis protein. Pengaturan
pengangkutan asam amino ini mirip efek insulin terhadap pengaturan pengangkutan
glukosa melewati membran. Bahkan saat asam amino tidak meningkat di dalam sel,
hormon pertumbuhan masih meragsang peningkatan translasi RNA, menyebabkan
jumlah protein yang disintesis oleh ribosom didalam sitoplasma bertambah.5
Hormon pertumbuhan juga merangsang transkripsi DNA di dalam inti,
sehingga meningkatkan jumlah pembentukan RNA. Keadaan ini selanjutnya
meningkatkan sintesis protein dan juga meningkatkan pertumbuhan energi, asam
amino, vitamin, dan bahan-bahan lain cukup tersedia. Selain meningkatkan sintesis
protein, juga ada penurunan pemecahan protein sel. Kemungkinan alasan untuk
keadan ini bahwa hormon pertumbuhan juga mengangkut banyak sekali asam lemak
dari jaringan lemak, dan keadaan ini selanjutnya digunakan untuk menyediakan energi
bagi sel-sel tubuh, jadi bekerja sebagai penghematan protein.8
c) Terhadap Lemak
Hormon pertumbuhan mempunyai efek yang spesifik dalam menyebabkan
pelepasan asam lemak dari jaringan adiposa, sehingga meningkatkan konsentrasi asam
lemak dalam cairan tubuh. Hormon pertumbuhan meningkatkan perubahan asam
lemak menjadi asetil KoA dan kemudian digunakan untuk energy.8
Akan tetapi pengangkutan lemak akibat pengaruh hormon pertumbuhan
membutuhkan waktu beberapa jam, sedangkan peningkatan sintesis protein selular
akibat pengaruh hormon pertumbuhan dapat dimulai dalam waktu beberapa menit
saja. Dibawah pengaruh hormon pertumbuhan yang berlebihan, pengangkutan lemak

8
dari jaringan adiposa seringkali menjadi sangat besar sehingga sejumlah besar asam
asetoasetat dibentuk oleh hati dan dilepaskan ke dalam cairan tubuh, dengan demikian
menyebabkan ketosis. Pergerakan lemak yang berlebihan ini dari jaringan adiposa
juga seringkali menyebabkan perlemakan hati (fatty liver).8

Hormon Pertumbuhan Lain

Insulin dan hormon tiroid juga memiliki efek meningkatkan pertumbuhan dan penting
agar pertumbuhan dapat berjalan dengan optimal. Selama masa remaja, androgen dan
estrogen mempercepat pertumbuhan dan merangsang “lonjakan pertumbuhan” (growth
spurt).2 Insulin dihasilkan oleh sel beta dari pulau langerhans yang terdapat pada organ
pankreas. Sedangkan tiroid dihasilkan oleh kelenjar tiroid yang terletak di atas permukaan
anterior kartilago tiroid trakea, tepat di bawah laring.8

Faktor Non-hormonal

Selain dipengaruhi oleh hormon, pertumbuhan manusia juga dipengaruhi oleh asupan
gizi melalui makanan dan minuman yang dikonsumsi. Makanan yang mengandung
karbohidrat, lemak dan protein membantu dalam pertumbuhan. Dimana hormon pertumbuhan
memerlukan lemak, protein, dan karbohidrat dalam mempengaruhi sekresi hormon
pertumbuhan.5 Lalu vitamin dan mineral juga ikut peran dalam proses pertumbuhan. Vitamin
yang berperan dalam pertumbuhan tulang yaitu, vitamin D yang berfungsi absorpsi kalsium di
usus halus. Lalu mineral yang berperan yaitu Kalsium (Ca), karena pertumbuhan tulang dan
gigi 99% dipengaruhi kalsium (Ca), jika terjadi defisiensi kasium (Ca) maka vitamin D juga
ikut defisiensi jika Magnesium (Mg) ikut defisiensi akan mempengaruhi penurunan kadar
kalsium di darah. 9

Kesimpulan

Pada masa pertumbuhan selain karena adanya growth hormon dan hormone
pertumbuhan lain seperti insulin dan tiroid, asupan makanan juga berpengaruh karena adanya
gizi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tulang. Terjadinya pertumbuhan tinggi badan yang
semakin bertambah cepat dibanding teman-teman perempuan sebayanya, dan membuat
remaja ini mempunyai tinggi 193cm. Kemungkinan terjadi karena adanya kelebihan growth
hormon, kelebihan hormon ini bisa terjadi salah satunya karena adanya tumor pada kelenjar
hipofisis yang membuat hipersekresi.

9
DAFTAR PUSTAKA

1. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2004.h.205-6.


2. Marks DB, Marks AD, Smith CM. Biokimia kedokteran dasar: sebuah pendekatan
klinis. Jakarta: EGC; 2003.h.712.
3. Tambayong J. Patofisiologi untuk keperawatan. Jakarta: EGC; 2004.h.150.
4. Eroschenko VP. Atlas histologi di fiore dengan korelasi fungsional. Edisi ke-11.
Jakarta: EGC; 2010.h.397–403.
5. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke-9. Jakarta: EGC;
2007.h.1171–80.
6. Corwin EJ. Buku saku patofisiologi. Jakarta: EGC; 2009.h.283-6.
7. Sherwood L. Fisiologi manusia. Edisi ke-6. Jakarta: EGC; 2011.h.725-46.
8. Gannong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke-22. Jakarta: EGC; 2008.h.
9. Sediaoetama AD. Ilmu gizi. Jakarta: Dian Rakyat; 2006.h.199- 203.

10

Anda mungkin juga menyukai