Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIKA
MODUL III : GERAK PELURU

Disusun Oleh :
Galang Hendrawan (19101188)
Partner Praktikum :
1. Novia Dinar Wijayanti (19101189)
2. Savira Setyo Anggi (19101190)
Praktikum Tanggal : 12 Mei 2020
Dosen Pengampu : Nur Afifah Zen, S.Si., M.Si
Asisten Praktikum :
1. Yuli Febryanti (17102168)
2. Wahyu Bagas Laksana (17106012)
3. Syifa Namira Ramadhani (18101175)

LABORATORIUM FISIKA
FAKULTAS TEKNIK TELEKOMUNIKASI DAN ELEKTRO (FTTE)
INSTITUT TEKNOLOGI TELKOM
JL. D.I. PANJAITAN 128 PURWOKERTO
2020
MODUL II
GERAK PELURU

I. TUJUAN PRAKTIUM
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan :
1. Dapat memahami konsep gerak parabola/peluru.
2. Dapat menghitung waktu, jarak dan ketinggian peluru yang
ditembakkan dengan variasi kecepatan awal, sudut tembakan dan
jenis benda.
II. ALAT DAN BAHAN
1. Modul Eksperimen “Projectile Motion”
2. Website PhET Simulations “Projectile Motion”
3. Komputer atau Laptop
III. DASAR TEORI
A. Pengertian Gerak Parabola
Gerak parabola adalah gerak yang membentuk sudut tertentu
terhadap bidang horizontal. Pada gerak parabola, gesekannya
diabaikan, dan gaya yang bekerja padanya hanyalah gaya berat atau
percepatan gravitasinya saja. Gerak yang lintasannya berbentuk
parabola disebut gerak parabola. Contoh umum gerak parabola adalah
gerak benda yang dilemparkan ke atas membentuk sudut tertentu
terhadap permukaan tanah. Gerak parabola dapat dipandang dalam dua
arah, yaitu arah vertikal (sumbu-y) yang merupakan gerak lurus
berubah beraturan (GLBB) dengan arah horizontal (sumbu-x) yang
merupakan gerak lurus beraturan (GLB) [1].
Gerak yang lintasannya berbentuk parabola disebut gerak parabola.
Contoh umum gerak parabola adalah gerak benda yang dilemparkan ke
atas membentuk sudut tertentu terhadap permukaan tanah. Gerak
parabola dapat dipandang dalam dua arah, yaitu arah vertical (sumbu-
y) yang merupakan gerak lurus berubah beraturan (GLBB) ,dengan
arah horizontal (sumbu-x) yang merupakan gerak lurus beraturan
(GLB). Gerakan benda berbentuk parabola ketika diberikan kecepatan
awal pada ketinggian tertentu dengan arah sejajar horizontal Beberapa
contoh gerakan jenis ini yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari,
meliputi gerakan bom yang dijatuhkan dari pesawat atau benda yang
dilemparkan ke bawah dari ketinggian tertentu [2].

Gambar 3.3.1 gerak parabola atau peluru

B. Komponen Gerak pada Gerak Parabola


Gerak Parabola merupakan gabungan dari dua komponen gerak, yakni
komponen gerak horizontal (sumbu x) dan komponen gerak vertikal
(sumbu y).
Mari kita bahas kedua komponennya:
1. Komponen gerak parabola sisi horizontal (pada sumbu X): 
 Komponen gerak horizontal besarnya selalu tetap dalam
setiap rentang waktu karena tidak terdapat percepatan
maupun perlambatan pada sumbu x  , sehingga:

 Terdapat sudut (θ) antara kecepatan benda (V) dengan


komponen gerak horizontal   dalam setiap rentang waktu,
sehingga:
 Karena tidak terdapat percepatan maupun perlambatan pada
sumbu X, maka untuk mencari jarak yang ditempuh benda (x)
pada selang waktu (t) dapat kita hitung dengan rumus:
[3]
2. Komponen gerak parabola sisi vertikal (pada sumbu y): 
 Komponen gerak vertikal besarnya selalu berubah dalam
setiap rentang waktu karena benda dipengaruhi percepatan
gravitasi (g) pada sumbu y. Jadi kamu harus pahami bahwa
benda mengalami perlambatan akibat gravitasi 
 Terdapat sudut [θ] antara kecepatan benda (V) dengan

komponen gerak vertikal  , sehingga:


 Karena dipengaruhi percepatan gravitasi, maka komponen

gerak vertikal   pada selang waktu (t) dapat kita cari dengan
rumus:
 Kita dapat mencari ketinggian benda (y) pada selang waktu

(t) dengan rumus:


D. Persamaan-persamaan Gerak Peluru
Kecepatan awal diuraikan menjadi komponen horizontal v0x
dan vo y yang besarnya : v0x = v0 cos θ , dan v0y = v0 sin θ
Karena komponen kecepatan horizontal konstan, maka pada
setiap saat t akan diperoleh : vt x = v0x + at = v0x + (0)t = vox =
v0 cos θ
Dan x = v0xt + 1⁄2at2 = voxt + 1⁄2(0)t2 = v0xt
Sementara itu, percepatan vertikal adalah –g sehingga
komponen
kecepatan vertikal pada saat t adalah : vt y = voy – gt = vo sin θ
– gt y = voyt – 1⁄2gt2 v2ty =v20y – 2gy
Persamaan diatas berlaku jika peluru ditembakkan tepat pada
titik awal dari sistem koordinat xy sehingga x0 = y0 = 0. Tetapi
jika peluru tidak ditembakkan tepat pada titik awal koordinat (x0
≠ 0 dan y0 ≠ 0) [4].
IV. HASIL DATA
Tabel 1. Hasil data waktu saat peluru mencapai titik puncak, jarak
maksimum peluru dan ketinggian maksimum pada saat v o = 10 m/s dengan
variasi sudut awal tembakan.
Waktu Jarak Ketinggian
Kecepata
No Sudut titik Maksimum maksimum
n awal
puncak (s) (m) (m)

1. 30° 0,51 s 8,83 m 1,27 m

2. 45° 0,72 s 10,19 m 2,55 m

3. 10 m/s 60° 0,88s 8,83 m 3,82 m

4. 75° 0,98s 5,1 m 4,75 m

5. 90° 1,02s 0m 5,1 m

Hasil Perhitungan :
1. θ=30°
v o sin θ 10 sin30 ° 10.1 /2
t p= = = = 0,51 s
g 9,81 9,81

v o2 sin2 θ 102 sin 2 30 ° 100.1 / 4


h max= = = = 1,27 m
2g 2. 9,81 19,62
1
v o2 sin 2 θ 102 sin 2. 30 ° 100. √ 3
R= = = 2 = 8,82 m
g 9,81
9,81
2. θ=45°
1
v o sin θ 10 sin 45 ° 10. √ 2
t p= = 9,81 = 2 = 0,72 s
g
9,81
1
v o2 sin2 θ 102 sin 2 45 ° 100. 2
h max= = = 4 = 2,54 m
2g 2.9,81 19,62
v o2 sin 2 θ 102 sin 2. 45 ° 100.1
R= = = = 10,19 m
g 9,81 9,81
3. θ=60°
1
v o sin θ 10 sin60 ° 10. √ 3
t p= = 9,81 = 2 = 0,88 s
g
9,81
1
v o2 sin2 θ 102 sin 2 60 ° 100. 3
h max= = = 4 = 3,82 m
2g 2. 9,81 19,62
1
v o2 sin 2 θ 102 sin 2. 60 ° 100. . 2 √ 3
R= = = = 8,82 m
g 9,81 9,81
4. θ=75°
v o sin θ 10 sin75 ° 10.0,96
t p= = = = 0,98 s
g 9,81 9,81

v o2 sin2 θ 102 sin 2 75 °


h max= = = 100 . ¿¿ = 4,69 m
2g 2. 9,81
1
v o2 sin 2 θ 102 sin 2. 75 ° 100. .
R= = = 2 = 5,09 m
g 9,81
9,81
5. θ=90°
v o sin θ 10 sin 90° 10.1
t p= = = = 1,01 s
g 9,81 9,81

v o2 sin2 θ 102 sin 2 90 °


h max= = = 100 . ¿¿ = 5,09 m
2g 2. 9,81
v o2 sin 2 θ 102 sin 2. 90 ° 100. 0
R= = = =0m
g 9,81 9,81

Tabel 2. Hasil data waktu saat peluru mencapai titik puncak, jarak maksimum
peluru dan ketinggian maksimum pada saat θ = 45° dengan variasi kecepatan
tembakan
Kecepata Waktu Jarak Ketinggian
No n awal Sudut titik Maksimum maksimum
(m/s) puncak (s) (m) (m)

1. 5 45° 0, 36 s 2,55 m 0, 64 m

2. 10 0, 72 s 10,19 m 2,55 m

3. 15 1,08 s 22,94 m 5,73 m

4. 20 1,44s 40,77 m 10,19 m


5. 25 1,8 s 63,71m 15,93 m

Hasil Perhitungan :
1. v o = 5 m/s
v o sin θ 5 sin 45 ° 5.0,7
t p= = = = 0,35 s
g 9,81 9,81

v o2 sin2 θ 52 sin 2 45 °
h max= = = 25 . ¿ ¿ = 0,64 m
2g 2.9,81
v o2 sin 2 θ 25 sin2. 45° 25 .1
R= = = = 2,54 m
g 9,81 9,81
2. v o= 10 m/s
1
v o sin θ 10 sin 45 ° 10. √ 2
t p= = 9,81 = 2 = 0,72 s
g
9,81
1
v o2 sin2 θ 102 sin 2 45 ° 100. 2
h max= = = 4 = 2,54 m
2g 2.9,81
19,62
v o2 sin 2 θ 102 sin 2. 45 ° 100.1
R= = = = 10,19 m
g 9,81 9,81
3. v o= 15 m/s
1
v o sin θ 15 sin 45 ° 15. √ 2
t p= = 9,81 = 2 = 1,08 s
g
9,81
1
v o2 sin2 θ 152 sin 2 45 ° 225 . 2
h max= = = 4 = 5,73 m
2g 2.9,81
19,62
2
v o sin 2 θ 152 sin 2. 45 ° 225.1
R= = = = 22,94 m
g 9,81 9,81
4. v o = 20 m/s
1
v o sin θ 20 sin 45 ° 20 . √ 2
t p= = 9,81 = 2 = 1,42 s
g
9,81
1
v o2 sin2 θ 202 sin 2 45° 400 . 2
h max= = = 4 = 10,19 m
2g 2.9,81
19,62
v o2 sin 2 θ 202 sin 2. 45 ° 400 .1
R= = = = 40,76 m
g 9,81 9,81
5. v o = 25 m/s
1
v o sin θ 25 sin 45 ° 25 . √ 2
t p= = 9,81 = 2 = 1,78 s
g
9,81
1
v o2 sin2 θ 252 sin 2 45° 625 . 2
h max= = = 4 = 15,93 m
2g 2.9,81
19,62
v o2 sin 2 θ 252 sin 2. 45 ° 625.1
R= = = = 63,70 m
g 9,81 9,81

Tabel 3. Hasil data waktu saat peluru mencapai titik puncak, jarak maksimum
peluru dan ketinggian maksimum pada saat θ = 45°, kecepatan awal vo = 10
m/s terhadap variasi jenis benda
Waktu Jarak Ketinggian
Jenis
No Massa titik Maksimu maksimum
Benda
puncak (s) m (m) (m)

1. Cannonball 45° 0,72 m 10,19 m 2,55 m

2. Golf Ball 45° 0,72 m 10,19 m 2,55 m

3. Base Ball 45° 0,72 m 10,19 m 2,55 m

4. Foot Ball 45° 0,72 m 10,19 m 2,55 m

5. Tank Shell 45° 0,72 m 10,19 m 2,55 m

Hasil Perhitungan :
1. Cannonball
1
v o sin θ 10 sin 45 ° 10. √ 2
t p= = 9,81 = 2 = 0,72 s
g
9,81
1
v o2 sin2 θ 102 sin 2 45 ° 100. 2
h max= = = 4 = 2,54 m
2g 2.9,81
19,62
v o2 sin 2 θ 102 sin 2. 45 ° 100.1
R= = = = 10,19 m
g 9,81 9,81
2. Golf Ball
1
v o sin θ 10 sin 45 ° 10. √ 2
t p= = 9,81 = 2 = 0,72 s
g
9,81
1
v o2 sin2 θ 102 sin 2 45 ° 100. 2
h max= = = 4 = 2,54 m
2g 2.9,81
19,62
v o2 sin 2 θ 102 sin 2. 45 ° 100.1
R= = = = 10,19 m
g 9,81 9,81
3. Base Ball
1
v o sin θ 10 sin 45 ° 10. √2
t p= = 9,81 = 2 = 0,72 s
g
9,81
1
v o2 sin2 θ 102 sin 2 45 ° 100. 2
h max= = = 4 = 2,54 m
2g 2.9,81
19,62
v o2 sin 2 θ 102 sin 2. 45 ° 100.1
R= = = = 10,19 m
g 9,81 9,81

4. Foot Ball
1
v o sin θ 10 sin 45 ° 10. √2
t p= = 9,81 = 2 = 0,72 s
g
9,81
1
v o2 sin2 θ 102 sin 2 45 ° 100. 2
h max= = = 4 = 2,54 m
2g 2.9,81
19,62
v o2 sin 2 θ 102 sin 2. 45 ° 100.1
R= = = = 10,19 m
g 9,81 9,81
5. Tank Shell
1
v o sin θ 10 sin 45 ° 10. √2
t p= = 9,81 = 2 = 0,72 s
g
9,81
1
v o2 sin2 θ 102 sin 2 45 ° 100. 2
h max= = = 4 = 2,54 m
2g 2.9,81
19,62
v o2 sin 2 θ 102 sin 2. 45 ° 100.1
R= = = = 10,19 m
g 9,81 9,81
V. ANALISI
Praktikum modul tiga,membahas mengenai gerak parabola atau
bisa disebut gerak peluru. Praktikan melaksanakan praktikum melalui
Website PhET Simulations “Projectile Motion”. Dalam website tersebut
praktikan dapat mensimulasikan gerak peluru melalui meriam yang
menembakkan sebuah peluru. Kemudian,praktikan melakukan pengukuran
setelah Meriam tersebut ditembakkan. Pengukuran yang dihasilkan berupa
nilai waktu saat
peluru sampai titik puncak,nilai ketinggian maksium peluru dan jara
maksimum peluru atau saat sampai ke tanah. Kemudian,praktikan diminta
melakukan perhitungan juga dengan menggunakan rumus yang telah
ditentukan. Praktikum dilaksanakan untuk mengisi hasil data yang berisi
tiga tabel. Satu tabel, dilaksanakan lima kali percobaan. Tabel pertama
berisi kecepatan awal peluru sama sedangkan sudut meriam yang akan
ditembakkan berbeda nilainya. Tabel kedua,yang sama nilai sudutnya.
Sedangkan nilai kecepatan awal berubah-ubah. Tabel ketiga berisi
kecepatan awal dan sudut nilainya sama, yang berbeda ialah jenis
bendanya. Pada tabel pertama,yang berbeda ialah nilai sudut yaitu 30°,
45°, 60°, 75°, 90°. Pada sudut 30° dengan kecepatan awal 10 m/s, waktu
yang diperlukan peluru sampai titik puncak yaitu 0,51 s dan nilai
ketinggian peluru saat mencapai maksimum yaitu 1,27 m. Sedangkan pada
sudut 45° dengan kecepatan awal yang sama, menghasilkan hasil
pengukuran 0,72 s dan nilai ketinggian maksimum yaitu 2,55 m. Pada
sudut 60° waktu yang diperlukan peluru sampai titik puncak sebesar 0,88 s
dan nilai ketinggian.
peluru saat mencapai maksimum yaitu 3,82 m. Jadi,dapat dilihat
dari hasil pengukuran dengan nilai kecepatan awal yang sama,bahwa
semakin besar sudut sebelum peluru ditembakkan mengakibatkan nilai
waktu dan ketinggian peluru saat mencapai maksimum semakin besar.
Sedangkan pada sudut 30°, 45°, 60°, 75°, 90° nilai jarak maksimum saat
peluru mencapai tanah berturut-turut sebesar 8,83 m, 10,19 m, 8,83 m, 5,1
m dan 0 m.Dari hasil tersebut,jarak maksimum yang terjauh ada pada
penembakkan dengan sudut 45° dan terdekat yaitu sudut 90° dengan jarak
0. Sudut 45°, paling jauh dikarenakan jika dilihat dalam rumus jarak
maksimum yaitu terdapat nilai dua dikalikan dengan sudutnya kemudian
dicari nilai sin. Pada sudut 45°, dalam perhitungan menjadi sin 90° yang
nilainya 1. Sedangkan sudut 90°, dengan rumus menghasilkan sin 180°
yang hasilnya 0. Sehingga dapat disimpulkan bahwa besar sudut sangat
berpengaruh juga terhadap jarak maksimum peluru. Semakin besar
sudut,jarak maksimumnya semakin dekat kecuali pada sudut 45°.
Selain dilakukan pengukuran,praktikan juga menghitung
menggunakan rumus dan dihasilkan besar nilai mendekati dengan hasil
pengukuran. Misal pada sudut 30° dalam hasil pengukuran jarak
maksimumnya 8,83 m dan pada perhitungan menghasilkan 8,77 m.
Sebenarnya,hasil perhitungan sama besarnya dengan nilai pengukuran jika
tidak diambil hanya dua angka di belakang koma. Jadi,hasil perhitungan
dengan pengukuran menjadi berbeda nol koma sekian,tetapi nilainya
sangat mendekati dengan hasil pengukuran atau dapat juga dikatakan
sama. Pada tabel kedua dalam hasil data,praktikan mengukur hal yang
sama seperti tabel pertama yaitu waktu saat peluru mencapai titik puncak,
jarak maksimum dan ketinggian maksimum. Pada tabel pertama yang
bervariasi ialah besar sudut sebelum ditembakkan dan kecepatan tembakan
sama. Sedangkan pada tabel kedua, variasi kecepatan awal tembakan yang
berbeda beda dan sudut awal tembakan yang sama nilainya yaitu 45°.
Percobaan pertama dengan kecepatan awal 5 m/s dengan sudut
45°,membutuhkan waktu 0,36 s saat peluru mencapai titik puncak dengan
ketinggian 0,64 m dan jarak masimum sebesar 2,55 m. Percobaan kedua,
kecepatan awal 10 m/s dengan sudut yang sama dengan percobaan
pertama mengasilkan waktu 0,72 s mencapai tinggi maksimum 2,55 m dan
jarak masimum sebesar 10,19 m. Percobaan selanjutnya berturut-turut
dengan kecepatan awal 15 m/s , 20 m/s dan 25 m/s membutuhkan waktu
1,08 s, 1,44 s dan 1,8 s untuk mencapai titik puncak. Besar ketinggian
maksimum berturut-turut yaitu 5,76 m, 10,02 m dan 15,93 m. Jarak
maksimum sebesar 22,96 m, 40,77 m dan 63,71 m. Dari hasil yang
pengukuran yang didapatkan dapat diambil kesimpulan bahwa semakin
besar nilai kecepatan awal sebelum peluru ditembakkan,maka nilai waktu
titik puncak ketinggian maksimum peluru saat ditembakkan dan jarak
maksimum peluru nilainya akan semakin besar juga. Pada perhitungan
menggunakan rumus,hasilnya tidak jauh berbeda atau sangat mendekati.
Tabel ketiga,yaitu hasil data massa , waktu saat peluru mencapai
titik puncak, jarak maksimum peluru dan ketinggian maksimum pada saat
sudut 45°, kecepatan awal 10 m/s terhadap variasi jenis benda. Jenis
variasi benda yaitu Cannon Ball, Golf Ball, Base Ball, Foot Ball dan Tank
Shell. Jenis benda Cannon Ball menghasilkan massa 17,60 kg. Jenis benda
Golf Ball dengan massa sebesar 0,05 kg. Jenis Base Ball menghasilkan
massa 0,15 kg. Jenis Benda Foot Ball dan Tank Shell menghasilkan massa
sebesar 0,41 kg dan 18 kg. Jenis benda Tank Shell paling berat massanya
yaitu sebesar 18 kg. Sedangkan hasil pengukuran waktu titik puncak, jarak
maksimum dan ketinggian maksimum berturut-turut hasilnya sama antara
kelima jenis benda tersebut yaitu 0,72 s, 10,19 m dan 2,55 m. Jadi,dapat
disimpulkan bahwa jenis benda mempengaruhi besar massa dan jenis
benda tidak mempengaruhi besar waktu titik puncak,jarak maksimum dan
ketinggian maksimum karena besar ketiganya itu dipengaruhi oleh besar
sudut dan kecepatan awal. Sedangkan pada kelima jenis benda pada table
ketiga menggunakan sudut dan kecepatan awal yang sama satu sama lain.
Begitu juga pada hasil perhitungan titik puncak, jarak maksimum dan
ketinggian maksimum menggunakan rumus yang diperlukan nilai sudut
dan kecepatan awal. Hasilnya terbukti mendekati dengan hasil
pengukuran.
VI KESIMPULAN

1. Semakin besar sudut yang dibentuk antara sumbu x dengan peluru


yang ditembakkan, maka dekat jarak maksimum saat pelur
terjatuh,kecuali pada sudut 45°. Dibuktikan pada tabel pertama.
2. Semakin besar sudut yang dibentuk antara sumbu x dengan peluru
yang ditembakkan,maka semakin besar nilai tinggi maksimum dan
semakin lama juga waktu peluru mencapai titik puncak. Dibuktikan
pada table pertama.
3. Kecepatan awal berbanding lurus dengan waktu titik puncak,jarak
maksimum dan tinngi maksimum. Sehingga semakin besar kecepatan
awal, maka semakin lama waktu peluru sampai titik puncak,semakin
jauh jarak maksimum dan semakin tinggi nilai ketinggian maksimum,
Dibuktikan pada tabel kedua.
4. Jenis benda mempengaruhi nilai massa benda,tetapi tidak
mempengaruhi waktu, jarak dan ketinggian peluru yang
ditembakkan. Dibuktikan pada tabel ketiga.
5. Hasil perhitungan menggunakan rumus,terbukti mendekati dengan
nilai hasil pengukuran. Dibuktikan pada perhitungan dari ketiga tabel.
6. Nilai besar sudut dan kecepatan awal mempengaruhi nilai waktu titik
puncak,jarak maksimum dan ketinggian maksimum.
VII. DAFTAR PUSTAKA

[ CITATION Hal98 \l 14345 ] Haliday, Resnick. 1998. Fisika Jilid 1


(terjemahan). Erlangga: Jakarta.
[ CITATION Tip91 \l 14345 ] Paramarta, Ida Bagus Alit dan I Gede
Cahya Pradhana.2013. Penuntun
Praktikum Fisika Dasar 1. Bukit Jimbaran : Fakultas Mipa Universitas
Udayana
[ CITATION EOk05 \l 14345 ] V. E. Oktavia, M. Khoiriah and P. A.
Rahmawati,2005 TETAPAN
PEGAS Jakarta : Erlangga.
[ CITATION Placeholder4 \l 14345 ] Anto Susilo1, Mohtar Yunianto2,
Viska Inda Variani2, “Simulasi
Gerak Harmonik Sederhana dan Osilasi Teredam pada Cassy-E .
524000”, Indonesian Journal of Applied Physics, Vol.2 No.2 halaman
124, Oktober 2012
VIII. LAMPIRAN

Gambar 3.8.1 Percobaan pertama pada tabel pertama

Gambar 3.8.2 Percobaan kedua pada tabel pertama


Gambar 3.8.3 Percobaan ketiga pada tabel pertama

Gambar 3.8.4 Percobaan Keempat pada tabel pertama


Gambar 3.8.5 Percobaan kelima pada tabel pertama

Gambar 3.8.6 Percobaan pertama pada tabel kedua


Gambar 3.8.7 Percobaan kedua pada tabel kedua

Gambar 3.8.8 Percobaan ketiga pada tabel kedua


Gambar 3.8.9 Percobaan keempat pada tabel kedua

Gambar 3.8.10 Percobaan kelima pada tabel kedua


Gambar 3.8.11 Percobaan pertama pada tabel ketiga

Gambar 3.8.12 Percobaan kedua pada tabel ke tiga


Gambar 3.8.13 Percobaan ketiga pada tabel ketiga

Gambar 3.8.14 Percobaan keempat pada tabel ketiga


Gambar 3.8.15 Percobaan kelima pada tabel ketiga

Anda mungkin juga menyukai