Anda di halaman 1dari 6

TUGAS FILSAFAT DAN LOGIKA

KONSEP LOGIKA SEBAGAI ESSENSI BERPIKIR


DALAM BIDANG KEPERAWATAN

OLEH

Nama : Siti Rahmiah

NIM : 1910913420012

Prodi : Ilmu Keperawatan Alih Jenjang 2019

FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERWATAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2019
KONSEP LOGIKA SEBAGAI ESSENSI BERPIKIR
DALAM BIDANG KEPERAWATAN

A. Logika sebagai Esensi Berfikir Filsafat


Betrand Russel lahir pada tahun 1872. Selama hidupnya ia produktif menulis buku
yang membahas tentang berbagai macam permasalahan mulai dari filsafat, pendidikan
masalah moral, agama, sejarah, dan politik. Ia seseorang yang penuh dengan gagasan –
gagasan. Permasalahan yang selama ini dihadapi oleh filusuf menurut Russel (1872)
adalah karena para filusuf terkadang terlalu berlebihan dan selalu berusaha untuk
mencapai sesuatu yang terbaik. Menurut Russel permasalahan filsafat dan metode
filsafat selama ini tidak mudah untuk dipahami atau dirumuskan oleh sekolah – sekolah
yang ada, banyak permasalahan tradisional yang belum dapat dipecahkan oleh
pengetahuan yang sekarang ada. Bahkan ada beberapa permasalahan yang sudah mulai
di tinggalkan namun sebenarnya masih bisa dipecahkan.
Dalam merumuskan permasalahan ini, Russel mencoba membagi ke dalam 3 tipe
besar yaitu :
1. Tipe Tradisional Klasik
Diwakili oleh pemikiran Kant dan Hegel, periode ini menekankan pada
kecenderungan untuk mengadopsi pemecahan permasalahan yang terjadi sekarang
dengan metode – metode dan hasil yang telah dicapai pada masa Plato dan lainnya.
Metode deduksi apriori digunakan dalam tipe ini untuk mengkaji fenomena yang ada
bahwa semua untuk menerima fenomena dan fenomena diungkapkan untuk sadar
akan dunianya. Dunia dibentuk oleh logika dengan sedikit peran dan pengalaman.
Tipe ini merupakan penggabungan anara pemikiran Yunani yang menekankan pada
rasio dan abad pertengahan yang menekankan pada kesempurnaan alam semesta.
2. Tipe Evolusionisme
Dimulai dari pemikiran Darwin hingga Herbert Spencer, dimana pada tipe ini
kepercayaan mendasarkan pada ilmu pengetahuan. Sebuah pembebasan dari harapan
memberikan inspirasi dalam menghidupkan kembali kekuatan manusia. Logika,
matematika, fisika hilang dalam tipe ini disebabkan karena mereka terlalu statis. Apa

1
yang nyata adalah sesuatu yang mendesak dan bergerak menuju pada satu tujuan.
Kebenaran tidak mengikuti apa yang telah dihasilkan ilmu pengetahuan yang selalu
menmperhatikan fakta, motif dan kepentingan di inspirasikan oleh praktik – raktik
eklusif. Evolisionisme lebih tertarik pada moralitas dan kebahagiaan dari pada
pengetahuan semesta.
3. Tipe Logika Atomisme
Melihat filsafat melalui metode kritis matematika, mengupas habis struktur
hakiki bahasa dan dunia dengan melalui jalan analisis. Menurut Russel filsafat
bertugas menganalisis fakta – fakta, fakta tidak dapat bersifat benar dan salah yang
bia dikatakan benar dan salah adalah proporsi – proporsi yang mengungkapkan fakta
– fakta. Dengan demikian Russel menyimpulkan bahwa bahasa sepadan dengan
dunia. Dengan kata lain melalui bahasa kita dapat menemukan fakta – fakta jenis
mana yang ada dan menggambarkan realitas. Bahasa yang Russel maksud adalah
bahasa sempurna, yaitu bahasa logis yang dirumuskan dalam principia mathematika.

B. Logika sebagai esensi berfikir dalam bidang keperawatan


Keperawatan sebagai profesi harus didasari konsep keilmuan yang jelas, yang
menuntun untuk berpikir kritis-logis-analitis, bertindak secara rasional–etis, serta
kematangan untuk bersikap tanggap terhadap kebutuhan dan perkembangan kebutuhan
masyarakat akan pelayanan keperawatan. Keperawatan sebagai sains tentang human
care didasarkan pada asumsi bahwa human science and human care merupakan domain
utama dan menyatukan tujuan keperawatan. Sebagai human science keperawatan
berupaya mengintegrasikan pengetahuan empiris dengan estetika, humanities dan
kiat/art (Watson,1985). Sebagai pengetahuan tentang human care fokusnya untuk
mengembangkan pengetahuan yang menjadi inti keperawatan, seperti dinyatakan oleh
Watson(1985) human care is the heart of nursing atau Leininger (1984) yang
menekankan caring is the central and unifying domain for the body of knowledge and
practices of nursing.
Logika keperawatan merupakan norma-norma atau kaidah-kaidah berpikir yang
benar agar diperoleh pengetahuan yang benar tentang hakekat manusia dan esensi

2
keperawatan yang menjadikan kerangka dasar dalam praktek keperawatan. Pendapat lain
tentang logika keperawatan adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang cara berfikir
seorang perawat dalam menghadapi pasiennya tentang kebenaran dan kebijaksanaan
sehingga tingkat kesejahteraan dan kesehatan pasien dapat meningkat. Ilmu keperawatan
jika dilihat dari sudut pandang filsafat akan dapat muncul pertanyaan-pertanyaan antara
lain pertanyaan ontologi (apa ilmu keperawatan), pertanyaan epistemologi (bagaimana
lahirnya ilmu keperawatan) dan pertanyaan aksiologi (untuk apa ilmu keperawatan itu
digunakan)
Jawaban pertanyaan ontologi tentang apa itu ilmu keperawatan dapat didefinisikan
dalam beberapa pendapat. Calilista Roy (1976) mendefinisikan bahwa keperawatan
merupakan definisi ilmiah yang berorientasi kepada praktik keperawatan yang memiliki
sekumpulan pengetahuan untuk memberikan pelayanan kepada klien. Sedangkan
Florence Nightingale (1895) mendefinisikan keperawatan sebagai berikut, keperawatan
adalah menempatkan pasien dalam kondisi paling baik bagi alam dan isinya untuk
bertindak. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa keperawatan adalah
upaya pemberian pelayanan/asuhan yang bersifat humanistic dan expert, holistic
berdasarkan ilmu dan kiat, serta standart pelayanan dengan berpegang teguh kepada
kode etik yang melandasi perawat expert secara mandiri atau melalui upaya kolaborasi.
Jawaban pertanyaan epistemologi tentang bagaimana lahirnya ilmu keperawatan
berkaitan dengan kehidupan dahulu. Secara naluriah keperawatan lahir bersamaan
dengan penciptaan manusia. Orang-orang pada zaman dahulu hidup dalam keadaan
original. Namun demikian mereka sudah mampu memiliki sedikit pengetahuan dan
kecakapan dalam merawat atau mengobati. Perkembangan keperawatan dipengaruhi
oleh semakin majunya peradaban manusia maka semakin berkembang keperawatan.
Jawaban pertanyaan aksiologis diatas dapat dijelaskan bahwa ilmu keperawatan
digunakan sebagai ilmu, pedoman, dan dasar dalam memberikan pelayanan kesehatan
kepada pasien dengan berbagai tingkatan dari individu, keluarga, kelompok bahkan
sampai masyarakat luas guna meningkatkan derajat kesehatan pasien tersebut. Sehingga
bisa merubah kondisi seseorang atau sekelompok orang dari kondisi sakit menjadi

3
sembuh dan yang sudah sehat dapat mempertahankan atau mengoptimalkan derajat
kesehatannya.
Hakekat manusia sebagai makhluk biopsikososio dan spritual, pada hakekatnya
keperawatan merupakan suatu ilmu dan kiat, profesi yang berorientasi pada pelayanan,
memiliki tingkat klien (individu, keluarga, kelompok dan masyarakat) serta pelayanan
yang mencakup seluruh rentang pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Adapun
hakekat keperawatan adalah sebagai berikut:
1. Sebagai ilmu dan seni, merupakan suatu ilmu yang didalam aplikasinya lebih kearah
ilmu terapan.
2. Sebagai profesi yang berorientasi kepada pelayanan umtuk membantu manusia
mengatasi masalah sehat dan sakit dalam kehidupannya untuk mencapai
kesejahteraan.
3. Sebagai pelayanan kesehatan yang memiliki tiga sasaran, diantaranya individu,
keluarga dan masyarakat sebagai klien.
4. Sebagai kolaborator dengan tim kesehatan lainnya dalam pembinaan kesehatan,
pencegahan penyakit, penentuan diagnosis dini, penyembuhan serta rehabilitasi dan
pembatasan penyakit.
Sedangkan esensinya yang meliputi:
1. Memandang pasien sebagai makhluk yang utuh (holistik) yang harus dipenuhi segala
kebutuhannya baik biospikososio dan spritual yang diberikan secara komprehensif
dan tidak bisa dilakukan secara sepihak atau sebagian dari kebutuhannya.
2. Bentuk pelayanan keperawatan harus diberikan secara langsung dengan
memperhatikan aspek kemanusiaan.
3. Setiap orang berhak mendapatkan perawatan tanpa memandang perbedaaan suku,
kepercayaan, status sosial, agama dan ekonomi.
4. Pelayanan keperawatan tersebut merupakan bagian integral dari sistem pelayanan
kesehatan mengingat perawat bekerja dalam lingkup tim kesehatan bukan sendiri-
sendiri.
5. Pasien adalah mitra aktif dalam pelayanan kesehatan bukan sebagai penerima jasa
yang pasif.

4
Dalam konteks ini, pemahaman tentang human science berbasis pada filosofi
tentang kebebasan, pilihan dan tanggung jawab manusia biologi dan psikologi tentang
keutuhan manusiawi (holism). Epistemologi bukan hanya secara empiris tetapi juga
pengembangan estetis, nilai-nilai etis, intuisi dan proses eksplorasi dan penemuan
konteks hubungan, dan proses interaksi antar manusia.

DAFTAR PUSTAKA

Utama, I. G. B. R. 2013. Filsafat Ilmu dan Logika. Bandung: Universitas Dhyana Pura

Mustofa, 2016, ‘Jendela logika dalam berfikir: deduksi dan induksi sebagai dasar penalaran
ilmiah’, EL-BANAT: Jurnal Pemikiran dan Pendidikan Islam,vol. 6, no. 2, hh. 123-
142.

Hardiman, Budi F. 2004. Filsafat Modern. Jakarta: Gramedia

Anda mungkin juga menyukai