Anda di halaman 1dari 141

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN

PERILAKU IBU DALAM MEMBERIKAN STIMULASI


PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK USIA 3.5 TAHUN DI DESA '
SINDANGWANGI

Skipsi diajukan sebagai tugas akhir strata-l (S-l) pada Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan rmtuk memenuhi persyaratan gelar Sarjana Keperawatan

I ITL.
LITT I
Universilas lslam Negeri
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Oleh:

RISMA BUDTYA}ITI

108104rI00018

PROGRAM STI]I}I ILMU KEPERAWATAT\I


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIYERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF' HIDAYATULLAH
JAKARTA
143s rV 201s M
PERNYATAAN PERSETUJUAN

S kripsi dengan judul


HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN
PERILAKU IBU
DALAIVI MEMBERIKAN STIMULASI PERKEMBANGAN
SOSIAL ANAK
USIA 3-5 TAHUN DI DESA SINDANGWANGI

Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing


skipsi
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakurtas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

DISUSTIN OLEH
RISMA BUDIYANTI
NIM 108104000018

lakarta, Januai 2Ol4


:

Pembimbing I

MAULINA H4JYDAYANI S.K


NIP: 197902102005012002
NIP:150408687

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
I-IIN SYARIF HIDAYATULLAI{ JAIi{ITTA
1435 W2ot4M
LEMBAR PENGESAHAN
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI
SKRIPSI DENGAN JUDUL
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU
IBU DALAM MEMBERIKAN STIMULASI PERKEMBANGAN SOSIAL
ANAK USIA3-5 TAHT]N DI DESASINDANGWANGI
Telah disusun dan dipertahankan dihadapan penguji oleh

Nama : Risma Budiyanti


Nim: 108104000018

Penguji I

Maulina Handayani. S.kep. M.Sc


NIP : 197902102005012002

Penguji I

NIP: I5040868

Penguji III

f-J
Ns. Usrlatun Khasanah, S.Kep. MNS
NIP: 19770401 2009122003
Mengetahui,

Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan


UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
C>
h_
Prof. Dr. (hc)dr. Muhammad Kamil Tadjudin, Sp. And
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya rnenyatakan bahwa :

l. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata-1 di Fakurtas


Kedokteran dan

Il*ru Kesehatan universitas Islam Negeri (uIN) Syarif Hidayatulrah Jakarta

2. Serrua surnber yang saya gunakan dalarn penulisan ini telah saya canturnkan

sesuai dengan ketenfuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Irrnu


Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatultah
Jakarta

3. Jika kernudian hari saya terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli
saya

atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima

sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan


universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

IV
RIWAYATHIDUP

Nama Risrna Budiyanti

Tempat Tanggal Lahir : Ciamis, 12 November 1990

Agama Islarn

Status Belum Menikah

Alamat Jl. Raya Pangandaran no. 843 Dusun Balater RT 006/

RW 003 Desa Sindangwangi, Kecamatan padaherang,

Kabupaten Pangandaran - Jawa ba rat 462g4

Telepontlp : 083827150169

E-rnail : rismabudiyanti 1 2@yahoo.corn

Riwayat Pendidikan

1. TK PGRI Pataruman
2. SDN I Ciganjeung (r996-2002)

3. SMP N 2 Padaherang (2002-200s)

4. SMAN l Ciarnis (2005-2008)

Pengalaman Seminar

I . Seminar "The Porver of Herbal,' pa<ia tatrun 2009

2' Pclatihan Sirkunrsisi "Menumtruhkan Insan cita yang Terarnpil Dan peduri

Masyarakat" pada tahun 2009


3. Seminar "Cultural Approach In Holistic Nursing Care In Globalization Era,,

pada tahun 2009

4. Seminar Kesehatan "Perawatan Pasien Hipertensi dan Diabetes di Rurnah,.

pada tahun 2010

5. Seminar Profesi Kesehatan Masyarakat ..Sudah Amankah Anda Berkendara?,,

pada tahun 201 1

6. Seminar Nasional "Peningkatan Peran dan Fungsi pemuda Dalam Rangka

Mewujudkan Masyarakat Adil Makmur di Tengah Era Globalisasi,. pada

tahun 201 I

7. Seminar Nasional " Combat Antirnicrobial Drugs Resistance,. pada tahun

20l l
8- Diskusi Publik "Profesionalisrne Kepe,rimpinan Mahasisrva Kesehatan Islar.,

dalam Pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) 2015,'pada tahun

2012

9. Seminar Nasional "Sinergi LKMI Untuk Bangsa yang Sehat,,pada tahun 2012

10. Seminar Nasional "Uji Kompetensi Nasional perawat: Meningkatkan peran

dan Mutu Profesi Keperawatan dalam Menghadapi Tantangan Global,' pada

tahun 201 2

1 1. Diskusi Publik "Forum Kcimunikasi Sistem Jaminan Sosial Nasional.. pacla

tahun 201 2

12. Pelatihan Insan Cita Rescuc pada tahun 20 l2

13. Serninar "sosialisasi Otoritas .tasa Keuangan', pada 2013

\,r
14. Seminar Nasional "Kesiapan SDM Kesehatan (Dokter, perawat, Apoteker)

Menyongsong Era BPJS" pada tahun 2013

Rirvayat Organisasi

1. Bendahara II BEMJ PSIK FKIK 2009-2011

2. Staff Ahli Bidang Pengabdian Masyarakat Lembaga Kesehatan Mahasiswa

Islam Himpunan Mahasiswa Islam (LKMI-HMI) 2011-2012

3. Ketua Bidang Kewirausahaan KOMFAKDIK HMI 2OlZ-2013

4. Staff Ahli Bidang Pemberdayaan Perempuan Himpunan Mahasiswa Islam

Cabang Ciputat (HMI) 201 3 sekarang

vll
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA

Skripsi, Januari 2014

Risma Budiyanti

Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap dengan perilaku Ibu dalam


Memberikan Stimulasi Perkembangan Sosial Anak Usia 3-5 Tahun di Desa
Sindangwangi

xvii+107 hal, 14 tabel, 2 bagan, 3 lampiran

ABSTRAK

Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak usia 0-6 tahun,
kurangnya stimulasi dapat menyebabkan penyimpangan turnbuh kembang anak.
Stimulasi tumbuh kembang dilakukan oleh orang tua sebagai orang terdekai. Anak
yang mendapat stimulasi yang terarah dan sesuai dengan tahap perkembangan akan
lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang mendapat itimulasi
atau bahkan tidak mendapatkan stimulasi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan
sikap dengan perilaku ibu dalam mernberikan stirnulasi perkembangan sosial anak
usia 3-5 tahun. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan Desain cross
sectional dan jumlah sampel sebanyak 97. Hasil analisis didapatkan bahwa ada
hubungan antara pengetahuan dengan perilaku ibu dalarn rnemberikan stimulasi
perkembangan sosial anak usia 36-48 bulan (p talue:0.007) dan usia +8-60 bulan (p
value : 0.001) serta ada hubungan antara sikap dan perilaku ibu dalarn memberikan
stimulasi perkernbangan sosial anak 36-48 bulan Qt value: 0.000) dan tidak ada
hubungan antara sikap dengan perilaku ibu dalam mernberikan stimulasi
perkernbangan sosial anak usia 48-60 bulan (p valtrc
= 1.000).
Diharapkan orang tua khususnya ibu dapat meningkatkan pengetahuan dan
memperbaiki sikap serta perilaku dalarn rnemberikan stinulasi perkembangan sosial
anak dan mernberikan stimulasi yang teratur sesuai tahap perkembangan anak.

Kata kunci : perilaku stimulasi perkenrbrngan sosial anak. 1;engetahuan, sikap

\ lll
THE STUDY PROGRAM OF NURSING SCIENCES
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
STATE ISLAMIC UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH OF JAKARTA

Undergraduate thesis, January 20 1 4

Risma Budiyanti

Relationship Betrveen Knowledge and Attitude with Mother,s Behavior in the


Social Development Stimulation 0f 3-5 Years Old Children in Desa
Sindangwangi

xvii+l0f pngs51, 14 tables, 2 sketch, 3 appendixes

ABSTRACT

Stimulation is the basic ability to stimulate activity of children aged 0-6 years , the
lack of stimulation cim cause deviations of child development . Stimulation of growth
and development is done by the parents as the nearest person . Children who received
stimulation directed and in accordance with the stage ofdevelopment will grow faster
than children who received less stimulation or no stimulation .
The purpose of this study was to determine the relationship between knowledge and
attitude to provide stimulation of rnatemal behavior in the social development of
children aged 3-5 years . This research is a quantitative study with cross-sectional
design and nurnber sample were 97 respondents. The analysis we found that there is a
relationship between knowledge of the mother's behavior in a stimulating social
development ofchildren aged 36-48 months ( p value: 0.007 ) and age 4g-60 months
( p value: 0.001 ) and no relationship between maternal attitudes and behavior in a
stimulating social development of children 36-48 months ( p value : 0.000 ) and
there was no relationship between uratemal attitudes and behavior in a stirnulating
social development ofchildren aged 48-60 r)lonths (p value = 1.000) .
It is expected that parents, especially mothers can increase knowledge and irnprove
attitudes and behaviors in a stirrulating social developrnent of childr-en and piovide
appropriate stirnulation regularly stages of child developrnent.

Keyr.vords : behavior in stin.rulation of social developrrent of children , knowledge


,
attitudes

l\
KATA PENGANTAR

As s a I anu'alailatm l{r. Wb
Alharndulitlah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah rnemberikan

limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, yang rnenjadi

salah satu syarat kelulusan Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Tak lupa pula sholawat serta salam penulis

sanjungkar kepada baginda revolusi Islam yakni Nabi Muhammad SAW yang telah

menerangi alam jagad raya ini.

Skripsi ini membahas tentang " Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap

dengan Perilaku Ibu dalam Memberikan Stirnulasi Perkernbangan Sosial Anak Usia

3-5 Tahun di Desa Sindangwangi "


Dalam penyrsunan skripsi ini, penulis telah rnendapat banyak bantuan dari

berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada :

1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya-

2. Terima kasih kepada Papah "Enjo Sua4'o" dan Marnah "Tita Hartati" atas do'a

dorongan dan semangat, sehingga peneliti dapat rrenyelesaikan pendidikan

perguruan tinggi ini.

3. Prof. dr.Dr (hc) M.K Tadjudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan

Ihnu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarla

4. Bapak Waras Budi Utorno, S. Kep, MKM selaku Ketua Prograur Studi llrnu

I(epera"vatan dan pembirnbing akademik.


5. Ibu Eni Nur'aini Agustini, S. Kep, M.Sc selaku Seketaris Program Studi Ihnu

Keperawatan

6. Ibu Maulina Handayani, S.Kep,M.Sc selaku Pembirnbing I yang telah


mernbirnbing dan nemberikan motivasi

7. Ibu Yuli Amran, S.KM, M.KM selaku Pembimbing II yang telah rnernbirnbing

dan mernberikan motivasi

8. Segenap Dosen Ilmu Keperawatan yang telah memberikan masukan dan

rrotivasi

9. Segenap Staff bidang Akademik FKIK dan Program Studi ilmu Keperar.vatan

Penulis menyadari bahwa rnasih banyak kekurangan dalam proses skripsi ini,

karena sesungguhnya kesempumaan milik Allah. Semoga skripsi ini bisa

dikembangkan kembali dan dapat mernberikan manfaat khususnya bagi peneliti dan

umurnnya bagi pembaca yang metnpergunakannya terutama untuk proses kemajuan

pendidikan. Amien

lVu s s a I a nt u' a la i ktun Wr. llb

Jakarla, Januari 2014

Risma Budiyanti
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBARPERNYATAAN . .. -... ....... ......--. ......... ,... . II

RIWAYATHIDI]P

ABSTRAK .. vl
ABTRACT ................................ VUt

KATAPENGANTAR ...... vlll


DAFTARISI

DAFTARTABEL

DAFTARBAGAN

BAB I PENDAIIT]LUAN

A. . Latar Belakang ..................... ,

B. Rumusan Masalah .'..'..,.....................'.. 9

D- Manfaat Penelitian ........................

\II
....... l9

C. Perken.rb angan Sosial Anak ....24

D. Perkembangan Sosial Anak Usia 3-5 tahun ,o

E. Kebutuhan Dasar Turnbuh Kembang 29

F. Stimulasi 30

G. Stimulasi Perkembangan Sosial Anak Usia 3-5 tahun ....-.............................32

H. Cara Stimulasi Perkembangan Sosial Anak ....................... 36

.................... 41

44

................-.. 57

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN


DEFINISI OPERASIONAL

......59

B. Hipotesis

C. Definisi Operasional

BABIV N{ETODOLOGI PENELITIAN


A. Desain Penelitian

C. Populasi dan Sanrpel ................................. 66

l. Populasi ................................. 66

xlll
.67

F.

G. 1t-

H.

..................7 5

........................... 7 5

............................ 7 6

xl\
2. Gambaran pengetahuan ibu terhadap stirnulasi perkembangan sosial

anak usia 3-5 tahun 9l

3. Gambaran sikap ibu dalam mernberikan stirnulasi perkembangan

sosial anak usia 3-5 tahun .,...-....., ................................,92

4. Hubungan antara pengetahuan dengan perilaku ibu dalam

memberikan stimulasi perkembangan sosial anak usia 3-5 tahun ...........94

5. Hubungan antara sikap dengan perilaku ibu dalam memberikan

stimulasi perkembangan sosial anak usia 3-5 tahun ................................ 97

B. Kelerbatasan Penelitian 100

BAB \TI KESIMPULAII DAN SARAN

A. Kesirnpulan . 101
DAFTAR TABEL
Nornor tabel Halaman

Tabel 3.1 Definisi Operasional ..................... ................ 62

Tabel 4.1 Tabel Indeks Korelasi ............ ......................72

Tabel4.2 Tabel Reabilitas Berdasarkan Nilai Alpha ................... ...........74

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Usia Anak

di Desa Sindangwangi Tahun 2014 ..............79

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Perilaku Ibu Tentang Stimulasi

Perkembangan Sosial Anak Usia 36-48 Bulan di Desa

Sindangwangi Tahun 2014 ............. ............. 80

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Tentang Stimulasi

Perkernbangan Sosial Anak Usia 36-48 Bulan di

Desa Sindangwangi Tahun 2014 ................ 80

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Sikap Ibu Tentang Stimulasi

Perkembangan Sosial Anak Usia 36-48 Bulan di

Desa Sindangwangi Tahun 2014 ................ t,


Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Perilaku ibu Tentang Stimulasi Perkenbangan

Sosial Anak Usia48-60 Bulan di

Desa Sindangwangi Tahun 2014 ........................................... 82

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Pengetahuan lbu Tentang Stimulasi

Perkembangan Sosial Anak Usia 46-60 Bulan di

Desa Sintlangrvangi Tahun 2014 ......................................._.... 82

\\'l
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Sikap Ibu Tentang Stimulasi

Perkembangan Sosial Anak Usia 48-60 Bulan di

Desa Sindangwangi Tahun 2014 ................ 83

Tabel 5.8 Hasil Analisis Hubungan Antara Pengetahuan

dengan Perilaku Ibu dalam Memberikan Stimulasi

Perkernbangan Sosial Anak Usia 36-48 Bulan

di Desa Sindangwangi Tahun 2014 ............. 84

Tabel 5.9 Hasil Analisis Hubungan Antara Sikap dengan Perilaku

Ibu dalam Memberikan Stimulasi Perkernbangan Sosial

Anak Usia 36-48 Bulan di Desa Sindangwangi

Tahun 2014 ...................... 86

Tabel 5.10 Hasil Analisis Hubungan Antara Pengetahuan dengan

Perilaku lbu dalarn Memberikan Stimulasi Perkernbangan

Sosial Anak 48-60 Bulan di Desa Sindangrvangi

Tahun 2014 ...................... 87

Tabel 5.11 Hasil Analisis Hubungan Antara Sikap dengan Perilaku Ibu

dalam Memberikan Stimulasi Perkembangan Sosial Anak

Usia 48-60 Bulan di Desa Sindangrvangi

Tahun 2014 ...................... 88

x!
DAFTARBAGAN

Nomor Bagan

Bagian 2.1

Bagian 3.1

\\ l
.BAB
I
PENDAHULUAN

A. LATARBELAKANG
Perkembangan raerupakan bertambah sempumanya fungsi alat
tubuh yang

dapat dicapai melalui tumbuh kembang kematangan dan belajar (Wong,


2000

dalam Hidayat, 20O9).perkembangan pada anak mencakup perkembangan

motorik halus, perkembangan motorik kasar, perkembangan bahasa, dan

perkembangan sosial (Hidayat, 2009).

Anak adalah makhluk sosial seperti juga orang dewasa. Anak


membutuhkan orang lain untuk dapat mernbantu mengembangkan

kemampuannya, karena anak lahir dengan segala kelemahan dan kelebihannya.

Untuk mencapai perkembangan yang sesuai dengan tahapan perkembangannya,

maka anak membutuhkan rangsangan dari orang_orang yang ada disekitamya.


Hal
ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh John Locke dalam Gunarsa (19g6)

anak adalah pribadi yang masih bersih dan peka terhadap rangsangan-rangsangan

yang berasal dari lingkungan.

Rasulullah SAW bersabda :

JE : JU a; it o-r;1-r^ gi
;t ;;-)tt.o a/ ;.J .Ji af ,S-tilt if-.; 3i ,r U"u ,.rl u-u
f """J, Jj.l 4iL-.,,r- ti ;et 1i,ir.r..? otlij .rt;Jr ._sI" Jr: ,f J-<J -, &,iir ,rf.-;r

l.,i .,i .l^ i.:*,l


'tc,-r'>

"Setiap a,ak lahir (daranr keadaa,) tih'ah. kedua orang tua,ya (memiliki

andil dalam) menjadikan anak beraga,ra yarrudi. Nasra.i atau bahka, beragarna

l\4,ilrusi. Scbaqainra,a tcntak me,tltcra,akan scckor. binatang (yang sempurna


2

tetapi paling terpenting mempengaruhi perkembangan manusia adalah kedua

orang tuanya sendiri.

Perkembangan sosial pada masa prasekolah atau usia 3-5 tahun adalah adanya

kemampuan bermain dengan permainan sederhana, menangis jika dimarahi, membuat

permintaan sederhana dengan gaya tubuh, menunjukkan peningkatan kecemasan

terhadap perpisahan, serta mengenali anggota keluarga (Wong, 2000 dalam Hidayat,

2009).

Di dalam pergaulan antar sesama manusia, keterampilan sosial memainkan

peranan yang penting. Jika ini tidak terjadi dengan baik, maka manusia tidak mampu

berfungsi dengan baik, sehingga hubungan dengan orang lain akan berjalan tidak

lancar (Steven dkk, 1999).

Jean piaget mengatakan bahwa interaksi sosial, terlebih interaksi dengan

teman-teman sekelompok, mempunyai pengaruh besar dalam perkembangan

pemikiran anak. Dengan interaksi ini anak dapat membandingkan pemikiran dan

pengetahuan yang telah dibentuknya dengan pemikiran dan pengetahuan orang lain.

Proses sosialisasi untuk lingkungan anak memerlukan teman sebaya. Tetapi

perhatian dari orang tua tetap dibutuhkan untuk memantau dengan siapa anak bergaul

(Soetjiningsih, 1995) Keluarga menjadi fokus perhatian untuk memaksimalkan

potensi anak.Pengetahuan dan kesadaran dari keluarga dan masyarakat untuk

memenuhi kebutuhan esensial anak, yaitu kebutuhan gizi, pelayanan kesehatan, kasih

saying, stimulasi perkembangan, pendidikan dan perlindungan anak memegang

peranan yang sangat penting (DepKes RI, 2011).

Tumbuh dan kembang seorang anak secara optimal dipengaruhi oleh hasil

interaksi antar faktor genetis, herediter, dan konstitusi dengan faktor lingkungan.Agar

faktor lingkungan memberikan pengaruh yang positif bagi tumbuh kembang anak,
3

maka diperlukan pemenuhan atas kebutuhan dasar tertentu.Menurut Soetjiningsih

(2000) dalam Nursalam (2008) kebutuhan dasar ini dapat dikelompokkan menjadi

tiga, yaitu asuh, asih dan asah.

Menurut Kurniasih (2006), tiga kebutuhan pokok untuk mengembangankan

kecerdasan antara lain adalah kebutuhan fisik, emosi (kasih sayang) dan stimulasi.

Stimulasi merupakan hal penting dalam tumbuh kembang anak. Dimana anak yang

mendapat stimulasi yang terarah dan teratur akan lebih cepat berkembang

dibandingkan dengan anak yang kurang/tidak mendapat stimulasi(Soetjiningsih,

1995).

Menurut penelitian yang dilakukan Martiningsih, dkk(2008), tentang pengaruh

stimulasi terhadap perkembangan anak sebagai tindak lanjut pasca DDTK massal.

Dari penelitian ini didapatkan hasil perkembangan anak sebelum dilakukan intervensi

dalam kategori sesuai sebanyak 0%, kategori meragukan 70%, kategori menyimpang

sebanyak 30%.Setelah dilakukan intervensi perkembangan anak pada kategori sesuai

sebanyak 65%, kategori meragukan sebanyak 25% sedang dalam kategori

menyimpang sebanyak 10%.Hasil uji terdapat pengaruh stimulasi perkembangan

terhadap perkembangan anak.Peneliti melakukan pendidikan atau penyuluhan kepada

orang tua anak tentang stimulasi dan menganjurkan untuk melakasankannya, untuk

kemudian dievaluasi pada bulan berikutnya. Data post-test diperoleh dengan cara

melakukan wawancara dan observasi langsung pada responden dengan menggunakan

kuesioner kuesioner pra skrining perkembangan (KPSP).

Masih banyak orang tua yang beranggapan bahwa keterampilan mengasuh dan

memberikan stimulasi pada anak dengan sendirinya dimiliki jika waktunya

tiba.Padahal pengetahuan dan keterampilan tentang stimulasi harus dipahami dengan

benar oleh setiap orang tua. Perilaku orang tua dalam bentuk pengetahuan
4

(knowledge), sikap (attitude) dan tindakan (practice) tentang stimulasi merupakan

salah satu faktor penting karena orang tua dapat lebih memahami cara mengasuh dan

mendidik anak yang baik dan benar (Arip, 2008 dalam Ani, 2008).

Pendidikan orang tuamerupakan salah satu faktor yang penting dalam tumbuh

kembang anak. Karena dengan pendidikan yang baik, maka orang tua dapat menerima

segala informasi dari luar terurtama tentang cara pengasuhan anak yang baik,

bagaimana menjaga kesehatan anaknya, pendidikannya dan sebagainya (Soetjiningsih,

1995). Orang tua yang mempunyai tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang relatif

rendah, mereka menganggap bahwa selama anak tidak sakit berarti anak tidak

mengalami masalah kesehatan termasuk pertumbuhan dan perkembangannya

(Nursalam, 2008).Dalam hal ini pendidikan dapat dikaitkan dengan pengetahuan.

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah melakukan

pengindraan terhadap suatu objek tertentu, sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata (penglihatan) dan telinga (pendengaran) (Notoatmodjo, 2002).

Pengetahuan tentang perkembangan anak dapat diperoleh melalui pendidikan,

pengalaman diri sendiri, dan pengalaman orang lain, media massa serta lingkungan

(Hurlock, 2002).

Menurut penelitian Qoriah dan Mardikaningsih (2011), tentang tingkat

pengetahuan ibu dengan perkembangan sosial balita umur 4-5 tahun didapatkan

tingkat pengetahuan baik sebanyak 46,7% dan responden dengan tingkat pengetahuan

cukup sebanyak 23,3%. Sedangkan tingkat perkembangan sosial tinggi anak (36,7%),

tingkat perkembangan sosial kategori rendah (33.3%) dan tingkat perkembangan

sosial sedang (30%).

Hendaknya ibu member kesempatan dan kebebasan yang cukup untuk anak

melakukan kegiatan yang bermanfaat, meluangkan waktu untuk berdialog dengan


5

menjawab seluruh pertanyaan dan tidak menghambat fantasi serta kreasi anak dalam

bermain dan berinteraksi dengan lingkungan. Sebaliknya, jika ibu menghambat

perkembangan pada masa ini, maka anak akan mengalami keterlambatan dalam

perkembangan (Eni, 2008). Pengetahuan ibu dalam memberikan stimulasi pada anak

sangat penting.Banyak ibu yang masih belum mempunyai pengetahuan yang benar

tentang maksud dari stimulasi perkembangan pada anak maupun tujuan pemberian

stimulasi.

Daniel Goleman (1996) dalam Iriyanto (2006) menyatakan bahwa kecerdasan

sosial sangat penting peranannya dalam menentukan keberhasilan

seseorang.Persentasenya bias mencapai 80%. Berdasarkan penelitian Hurlock (1995)

dalam Nugraha dan Rachmawati (2005), anak yang kurang mendapat stimulasi

perkembangan sosial banyak yang mengalami kehausan atau kelaparan emosi

(emotional starved). Kondisi ini kemudian berkembang menjadi pribadi yang labil,

memiliki hambatan dalam penyesuaian diri, dan menjadi pribadi yang tidak bahagia

pada tahap perkembangan selanjutnya.

Anak yang kurang mendapat stimulasi kasih sayang dari lingkungan sosialnya

juga berdampak pada fisik.Fisik anak menjadi lemah, kurang berkembang, dan tidak

berdaya.Ini terjadi karena anak-anak yang sedih (mengalami emosi negatif) terdapat

hambatan pada sekresi hormon kelenjar dibawah otak (pituitary hormon) termasuk

didalamnya hormone pertumbuhan.Dapat disimpulkan bahwa stimulasi

perkembangan sosial dan emosi menentukan perkembangan individu selanjutnya

(Hurlock, 1995).

Skinner (1938) merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi

seorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi
6

melalui proses adanya stimulus terhadap organisme dan kemudian organisme tersebut

merespon (Notoatmodjo, 2007).

Stimulasi paling banyak didapatkan dari lingkungan terdekat anak.Keluarga

atau orang tua, khususnya ibu, merupakan lingkungan yang pertama dan utama bagi

seorang anak balita (soetjiningsih, 1995). Interaksi antara anak dan orang tua,

terutama peranan ibu sangat bermanfaat bagi proses perkembangan anak secara

keseluruhan karena orang tua dapat segera mengenali kelainan proses perkembangan

anaknya dan sedini mungkin untuk memberikan stimulasi pada tumbuh kembang anak

secara menyeluruh.

Goleman (1996) menyatakan bahwa, hanya sekitar 20 persen kemampuan

hardskill yang digunakan dalam kehidupan bermasyarakat, sementara 80 persen

sisanya adalah softskill yang termasuk didalamnya kemampuan membina hubungan

dengan orang lain (keterampilan sosial). Hal ini menunjukan betapa pentingnya

stimulus yang diberikan oleh orang tua kepada anak untuk merangsang perkembangan

sosial pada anak.Perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan

interaksi antar anak dengan orang tuanya atau orang dewasa lainnya (Soetjiningsih,

1995 dalam Latifah, 2007).

Gunarsa (2004) menyebutkan bahwa peranan orang tua dalam lingkungan

keluarga yang penting adalah memberi pengalaman belajar pada anak-anak dari usia

dini, sebab pengalaman belajar merupakan faktor penting dalam pengembangan

pribadi anak. Pengsuh yang diterapkan orang tua pun berdampak pada perkembangan

sosial anak.

Pengetahuan dan peranan ibu sangat bermanfaat bagi proses perkembangan

anak secara keseluruhan karena orang tua dapat segera mengenali kelebihan proses

perkembangan anaknya dan sedini mungkin memberikan stimulasi pada tumbuh


7

kembang anak yang menyeluruh dalam aspek fisik, mental, dan sosial. Orang tua

harus memahami tahap-tahap perkembangan anak agar anak bisa tumbuh kembang

secara optimal yaitu dengan memberi anak stimulasi.Orang tua jangan terlalu

overprotektif terhadap anak tetapi selalu memberi anak penghargaan berupa pujian,

belaian, pelukan dan sebagainya (Feiby, 2001 dalam Cahyani, 2009).

Hasil penelitian Handayani (2007), menunjukan bahwa sebagian besar ibu

mempunyai tingkat pengetahuan tentang perkembangan anak yang baik (58,3%)

dengan perilaku stimulasi perkembangan anak pada ibu yang baik (58,3%). Hasil uji

statistic menunjukan bahwa p <0,001. Ada hubungan yang signifikan antara tingkat

pengetahuan dengan perilaku stimulasi perkembangan anak pada ibu yang

mempunyai anak 3-5 tahun di play group Pelangi Anak Umbulharjo Yogyakarta.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1997) menyatakan bahwa

perkembangan sosial adalah suatu proses perubahan yang berlangsung secara terus

menerus menuju pendewasaan yang memerlukan adanya komunikasi dengan

masyarakat. Perkembangan sosial pada anak sangat diperlukan karena anak

merupakan manusia yang tumbuh dan berkembang ditengah-tengah masyarakat.

Apabila pada masa kanak-kanak ini anak akan mampu melakukan hubungan sosial

dengan baik dan anak akan mudah diterima sebgai anggota kelompok sosial ditempat

mereka mengembangkan diri (Hurlock, 1998).

Menurut Nursalam (2008), stimulasi perkembangan sosial anak dapat

dilakukan oleh lingkungan luar. Fenomena yang terjadi dilapangan bahwa

pengetahuan ibu tentang stimulasi perkembangan sosial anak usia 3-5 tahun masih

kurang. Hanya 30% (3 orang) dari sepuluh ibu yang mengatakan bahwa stimulasi

perkembangan anak datang dari lingkungan luar anak yang lainnya mengatakan

bahwa stimulasi datang dari anak itu sendiri. Selain itu, ibu kurang mengetahui
8

bagaimana cara menstimulasi perkembangan sosial anak. Hal ini terlihat dari perilaku

ibu yang lebih banyak membiarkan anaknya bermain sendiri di rumah setelah pulang

sekolah sebanya 70% (7 orang). Sebagian besar ibu juga jarang membawa anaknya

untuk berinteraksi.

Ibu mengatakan kendala yang dialami dalam menstimulasi perkembangan

sosial anak diantaranya adalah anak sulit untuk berkomunikasi dan bersosialisasi

kecuali dengan teman yang dikenalnya, anak pemalu, anak sering bertengkar dengan

teman sebayanya, ibu sering mendapat kata-kata yang kasar dan jorok dari anak serta

lingkungan yang kurang mendukung anak untuk bersosialisasi.

Hotmaria (2010), hasil penelitian didapatkan pengetahuan ibu tentang

pemberian stimulasi berbahasa pada anak usia 1-3 tahun dapat dikategorikan cukup

dengan persentase 45,5%. Sedangkan perkembangan bahasa pada anak usia 1-3 tahun

sesuai dengan persentase 47,8%. Dapat disimpulkan bahwa pengetahuan seorang ibu

tentang pemberian stimulasi berbahasa merupakan salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi perkembangan bahasa anak.

Penelitian sebelumnya yang pernah dialakukan diantaranya antara

pengetahuan dan sikap ibu tentang stimulasi perkembangan motorik kasar anak usia

3-5 tahun serta pengetahuan ibu tentang pemberian stimulasi berbahasa pada anak

usia 1-3 tahun. Stimulasi perkembangan sosial yang dilakukan oleh ibu penting agar

anak dapat berkembang sesuai dengan tahap perkembangan sosial secara

optimal.Namun masih sedikit penelitian yang dilakukan terkait stimulasi

perkembangan sosial anak.Oleh karena itu, peneliti tertarik dan ingin mengetahui

bagaimana hubungan pengetahuan ibu dengan perilaku pemberian stimulasi

perkembangan sosial anaknya.

A. RUMUSAN MASALAH
9

Berdasarkan hasil pendahuluan yang dilakukan di Desa Sindangwangi pada

bulan September 2013 terhadap 10 ibu yang memiliki anak usia 3-5 tahun didapatkan

bahwa 60% ibu kurang mengetahui bagaimana cara melakukan stimulasi

perkembangan sosial anak sesuai tahap perkembangan sosial anak sesuai tahap

perkembangan serta perilaku yang tidak memberikan kesempatan anak untuk

bersosialisasi dengan teman sebayanya dirumah.

Mengingat peranan ibu yang besar, maka pengetahuan ibu tentang stimulasi

dan perkembangan sosial anak sangat diperlukan. Keterlambatan juga sering

disebabkan oleh kurangnya kesempatan anak untuk mempelajari cara bersosialisasi

dengan teman sebayanya.

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka penulis dapat merumuskan

masalah penelitian: Bagaimana hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan

perilaku ibu dalam meberikan stimulasi stimulasi perkembangan sosial anak umur 3-5

tahun di Desa Sindangwangi?

B. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum:

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan

sikap dengan perilaku ibu dalam memberikan stimulasi perkembangan sosial

anak usia 3-5 tahun di Desa Sindangwangi.

2. Tujuan Kuhusus:

a. Diketahui tentang gambaran perilaku ibu dalam meberikan stimulasi

perkembangan sosial anak usia 3-5 tahun di Desa Sindangwangi.


10

b. Diketahui tentang gambaran ibu tentang stimulasi perkembangan sosial anak

usia 3-5 tahun di Desa Sindangwangi.

c. Diketahui tentang gambaran sikap ibu tentang stimulasi perkembangan sosial

anak usia 3-5 tahun di Desa Sindangwangi.

d. Diketahui hubungan antara pengetahuan ibu dengan perilaku ibu dalam

memberikan stimulasi perkembangan sosial anak usia 3-5 tahun di Desa

Sindangwangi.

e. Diketahui hubungan antara sikap ibu engan perilaku ibu dalam memberikan

stimulasi perkembangan sosial anka usia 3-5 tahun di Desa Sindangwangi.

C. MANFAAT PENELITIAN

1. Untuk Orang Tua

Hasil penelitian ini untuk menemabah minat dan perhatian orang tua untuk

melakukan stimulasi perkembangan sosial anak sehingga anak dapat berkembang

secara optimal.

2. Untuk Pendidikan Ilmu Keperawatan Anak

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan ilmu

pengetahuan bagi pendidikan keperawatan khususnya mata ajar keperawatan

anak.

3. Untuk Penelitian Akan Datang

Hasil penelitian dapat dijadikan data dasar dalam pengembangan penelitian

lain dengan ruang lingkup yang sama.

D. RUANG LINGKUP PENELITIAN

Penelitian dilakukan untuk mengindentifikasi pengetahuan dan sikap

dihubungkan dengan perilaku ibu dalam memberikan stimulasi perkembangan sosial


11

yang mempunyai anak usia 3-5 tahun. Penelitian akan dilakukan pada bulan

Desember 2013. Penelitian ini dilakukan dengan Desain studi analitik dan metode

cross sectional pendekatan kuantitatif.Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang

mempunyai anak umur 3-5 tahun di Desa Sindangwangi.Data yang digunakan adalah

data primer dengan menggunakan Angket/kuesioner.Kuesioner menggunakan skala

likert untuk identifikasi sikap dan perilaku ibu.Sedangkan data sekunder diperoleh

dari data di Desa Sindangwangi.


12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tumbuh Kembang Anak

1. Konsep Tumbuh Kembang Anak

Pertumbuhan merupakan beratmbah jumlah dan besarnya sel diseluruh bagian

tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur, sedangkan perkembangan merupakan

bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui tumbuh

kematangan dan belajar (Wong, 2000).

Dalam pertumbuhan dan perkembangan anak terdapat dua peristiwa, yaitu

peristiwa percepatan dan perlambatan (Hidayat, 2009).Peristiwa tersebut

merupakan kejadian yang berbeda dalam setiap organ tubuh, namun masih saling

berhubungan satu dengan yang lain, misalnya terjadi perubahan tentang besarnya,

jumlah, dan ukuran di tingkat sel maupun organ pada individu serta perubahan

bentuk dan fungsi pematangan organ mulai dari aspek sosial, emosional, dan

intelektual.

Pertumbuhan dan perkembangan pada anak terjadi mulai dari pertumbuhan

dan perkembangan secara fisik, intelektual, maupun emosional.Pertumbuhan dan

perkembangan secara fisik dapat berupa perubahan ukuranbesar kecilnya fungsi

organ mulai dari tingkat sehingga perubahan organ tubuh.Pertumbuhan dan

perkembangan intelektual anak dapat dilihat dari kemampuan secara simbolok

maupun abstrak, seperti bicara, bermain, berhitung, membaca dan lain-

lain.Pertumbuhan dan perkembangan secara emosional anak dapat dilihat dari

perilaku sosial dilingkungan anak (Berhman 2000 dalam Hidayat 2009).


13

2. Prinsip Tumbuh Kembang Anak

Menurut Hidayat (2009), Secara umum pertumbuhan dan perkembangan

memiliki beberapa prinsip dalam prosesnya . Proses tersebut dapat menentukan

cirri atau pola dari pertumbuhan dan perkembangan setiap anak. Prinsip-prinsip

tersebut antara lain:

a. Proses pertumbuhan dan perkembangan sangat begantung pada aspek

kematangan susunan saraf pada manusia, dimana semakin sempurna atau

komplek kematangan saraf maka semakin sempurna pula proses pertumbuhan

dan perkembangan yang terjadi mulai dari proses konsepsi sampai dengan

dewasa.

b. Proses pertumbuhan dan perkembangan setiap individu adalah sama, yaitu

mencapai proses kematangan, meskipun dalam proses pencapaian tersebut

tidak memiliki kecepatan yang sama anatara individu yang satu dengan yang

lain.

c. Proses pertumbuhan dan perkembangan memiliki pola yang khas yang dapat

terjadi mulai dari kepala hingga keseluruh bagian tubuh dan juga mulai dari

kemampuan yang sederhana hingga mencapai kematangan yang lebih

kompleks sampai mencapai kesempurnaan dari tahap pertumbuhan dan

perkembangan (Narenda, 2002 dalam Hidayat, 2009).

3. Ciri Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

Dalam peristiwa pertumbuhan dan perkembangan anak memiliki berbagai ciri

khas yang membedakan komponen satu dengan yang lain.

a. Pertumbuhan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:


14

1. Dalam pertumbuhan akan terjadi perubahan ukuran dalam hal

bertambahnya ukuran fisik, seperti berat badan, tinggi badan, lingkar

kepala, lingkar lengan, lingkar dada, dan lain-lain.

2. Dalam pertumbuhan dapat terjadi perubahan proporsi yang dapat dilihat

dari proporsi fisik atau organ manusia yang muncul dari mulai masa

konsepsi hingga dewasa.

3. Pada pertumbuhan dan perkembangan terjadi hilangnya ciri-ciri lama

yang ada selama masa pertumbuhan, seperti hilangnya kelenjar timus,

lepasnya gigi susu, atau hilangnya reflek-reflek tertentu.

4. Dalam pertumbuhan terdapat ciri-ciri baru yang secara perlahan

mengikuti proses kematangan seperti adanya rambut pada daerah aksila,

pubis, atau dada (Hidayat, 2009).

b. Perkembangan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Perkembanga selalu melibatkan pertumbuhan yang diikuti dari perubahan

fungsi, seperti perkembangan sistem reproduksi, akan diikuti perubahan

pada fungsi alat kelamin.

2. Perkembangan memiliki pola yang konstan dengan hokum tetap, yaitu

perkembangan dapat terjadi dari daerah kepala menuju kea rah kaudal

atau dari bagian proximal ke bagian distal.

3. Perkembangan memiliki tahapan yang berurutan mulai dari kemampuan

melakukan yang sederhana menuju kemampuan yang melakukan hal yang

sempurna.

4. Perkembangan setiap individu memiliki kecepatan pencapaian

perkembangan yang berbeda.


15

5. Perkembangan dapat menentukan pertumbuhan tahap selanjutnya, di

mana tahapan perkembangan harus dilewati tahap demi tahap (Hidayat,

2009).

4. Tahap Tumbuh Kembang

Menurut Nursalam (2008), manusia dalam kehidupannya mengalami berbagai

tahapan tumbuh kembang dan setiap tahap tumbuhkembang mempunyai ciri

tertentu. Tahapan tumbuh kembang yang paling memerlukan perhatian adalah pada

masa anak-anak.

Ada beberapa tahapan pertumbuhan dan perkembangan pada masa anak-anak.

Menurut Hurlock (1998), tahapan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Masa pralahir (pembuahan sampai lahir)

Sebelum lahir, perkembangan berlangsung sangat cepat, terutama terjadi

secara fisiologis dan terdiri dari pertumbuhan seluruh struktur tubuh.

2. Masa neonates (lahir sampai 10-14 hari)

Masa ini adalah periode bayi yang baru lahir atau neonate (berasal dari kata

Yunani ”neos” yang berarti “baru” dan kata kerja latin “nascor”yang berarti

dilahirkan). Selama waktu ini, bayi harus menyesuaikan diri dengan

lingkungan yang seluruhnya baru di luar rahim ibu.Pertumbuhan untuk

sementara terhenti.

3. Masa bayi (2 minggu sampai 2 tahun)

Pertama-tama bayi sama sekali tidak berdaya. Secara bertahap mereka

belajar untuk mengendalikan ototnya sehingga mereka secara berangsur dapat

bergantung pada dirinya sendiri.Perubahan ini disertai timbulnya perasaan

tidak suka dianggap seperti bayi dan keinginan untuk mandiri.


16

4. Masa kanak-kanak (2 tahun sampai remaja)

Periode ini biasanya terdiri atas dua bagian:

1) Masa kanak-kanak dini (2 sampai 6 tahun) adalah usia prasekolah atau

“prakelompok” . Anak itu berusaha mengendalikan lingkungan dan mulai

belajar menyesuaikan diri secara sosial.

2) Akhir masa kanak-kanak (6 sampai 13 tahun pada anak perempuan dan 14

tahun pada anak laki-laki) adalah periode dimana terjadi kematangan

seksual dan masa remaja dimulai. Perkembangan utama ialah sosialisasi. Ini

merupakan usia sekolah atau “usia kelompok”.

5. Masa puber (11 sampai 16 tahun)

Merupakan periode yang saling tumpang-tindih, kira-kira dua tahun

meliputi akhir masa kanak-kanak dan 2 tahun meliputi awal masa remaja.

Masa puber berlangsung dari usia 11 sampai 15 tahun pada gadis dan dari 12

sampai 16 tahun pada jejaka. Tubuh anak sekarang berubah menjadi tubuh

orang dewasa.

Setiap anak melewati tahapan tersebut secara fleksibel dan kesinambungan

(Nursalam, 2009).Hampir sepertiga dari masa kehidupan manusia dipakai

untuk mempersiapkan diri guna menghadapi dua pertiga masa kehidupan

berikutnya.Oleh karena itu, upaya untuk mengoptimalkan tumbuh kembang

pada awal-awal kehidupan bayi dan anak adalah sangat penting.

6. Tahap tumbuh kembang usia 3-5 tahun

Menurut Nursalam (2008), pertumbuhan gigi susu sudah lengkap pada

masa ini. Anak kelihatan lebih langsing, pertumbuhan fisik juga relatif pelan,

naik turun tangga sudah dapat dilakukan sendiri, demikianlah pula halnya

dengan berdiri dengan satu kaki secara bergantian dan melompat.Anak mulai
17

berkembang superegonya (suara hati), yaitu merasa bersalah bila ada

tindakannya yang keliru.

Menurut teori Sigmund Frued, anak berada fase phalik, di mana anak

mulai mengenal perbedaan jenis kelamin perempuan dan laki-laki.Anak juga

mengidentifikasi figur atau perilaku orang tua sehingga mempunyai

kecenderungan untuk meniru tingkah laku orang dewasa disekitarnya.

Sedangkan menurut teori Erikson, pada usia tersebut anak berbeda pada

fase inisiatif vs rasa bersalah (initiative vs guility). Pada masa ini, anak

berkembang rasa ingin tahu (courius) dan daya imajinasinya, sehingga anak

banyak bertanya mengenai segala sesuatu di sekelilingnya yang tidak

diketahuinya.Apabila orang tua mematikan inisiatif anak, maka hal tersebut

membuat anak merasa bersalah. Oleh sebab itu, salah satu cara yang dapat

dilakukan adalah dengan jalan menanamkan rasa tanggung jawab dalam diri

anak (Jamaris, 2006).

Bertitik tolak dari pendapat ahli tersebut, maka dapat diketahui bahwa

perkembangan psikososial merupakan suatu bentuk perkembangan yang

bersifat kumulatif.Hal ini berarti bahwa perkembangan psikososial pada

tahap selanjutnya. Oleh sebab itu, apabila terjadi hambatan dalam

perkembangan psikososial pada tahap awal, maka keadaan ini akan

mempengaruhi perkembangan psikososial pada tahap selanjutnya (Jamaris,

2006).

B. Perkembangan

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan struktur/fungsi tubuh yang

lebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat diperkirakan, dan diramalkan sebagai
18

hasil dari proses diferensiasi sel, jaringan tubuh, organ-organ, dan sistemnya yang

terorganisasi IDAI (2002) dalam Nursalam (2008).

1. Aspek-aspek perkembangan

Perkembangan manusia mencakup perubahan dan kestabilan berbagai aspek

dalam dirinya, mencakup perkembangan fisik, kognitif, dan aspek-aspek tersebut

saling psikososial, dan dalam kehidupannya, aspek-aspek tersebut saling

mempengaruhi satu sama lain (Hidayat, 2009).

1) Perkembangan fisik (misalnya, pertumbuhan bdan dan otak, kapasitas sensor,

keterampilan motorik, dan kesehatan) mungkin mempengaruhi aspek lain

dalam perkembangan.

2) Perkembangan kognitif (perubahan dan stabilitas pada mampuan mental:

belajar, ingatan, bahasa, berpikir, penalaran moral, dan kreativitas)

berhubungan erat dengan perkembangan fisik dan emosi.

3) Perkembangan psikososial (perubahan dan stabilitas pada kepribadian dan

relasi sosial), aspek ini akan mempengaruhi fungsi kognitif dan fisik.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan

Menurut Soetjiningsih (1995), faktor-faktor yang mempengaruhi

perkembangan anak dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu faktor internal dan

faktor eksternal.

1) Faktor dalam (internal)

a. Genetik

Pengaruh genetik bersifat heredo-konstitusional yang artinya bahwa

bentuk untuk konstitusi seseorang ditentukan oleh faktor keturunan. Faktor

genetik akan berpengaruh pada kecepatan pertumbuhan, kematangan

tulang, gizi, dan saraf.


19

b. Pengaruh hormon

Pengaruh hormon sudah terjadi sejak masa prenatal yaitu saat janin

berumur 4 bulan.Pada saat itu, terjadi pertumbuhan yang cepat dan kelenjar

pituitary dan tiroid mulai bekerja.Hormon yang berpengaruh terutama

adalah hormon pertumbuhan somatotropin yang dikeluarkan oleh kelenjar

pituitary.

2) Faktor lingkungan (eksternal)

Faktor yang berasal dari lingkungan dapat dikelompokkan menjadi

faktor pranatal (selama kehamilan), dan faktor postnatal.

a. Faktor pranatal (Selama Kehamilan), meliputi:

1. Gizi

Gizi ibu yang jelek sebelum terjadinya kehamilan maupun pada

waktu sedang hamil, lebih sering menghasilkan bayi BBLR (Berat Badan

Lahir Rendah) atau lahir mati.Disamping itu, dapat pula menyebabkan

hambatan pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi baru lahir, bayi baru

lahir mudah terkena infeksi, abortus, dan sebagainya.

2. Toksin, zat kimia

Masa organogenesis adalah masa yang sangat peka terhadap obat-

obatan kimia kerna dapat menyebabkan kelainan bawaan. Ibu hamil yang

perokok atau peminum alkohol akan melahirkan bayi yang cacat.

3. Infeksi

Infeksi pada trimester pertama dan kedua kehamilan oleh TORCH

(Toxoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes Simplex), PMS

(Penyakit Menular Seksual), penyakit virus lainya dapat mengakibatkan

kelainan pada janin.


20

4. Kelainan imunologi

Kelainan imunologi akan mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan janin karena dapat menyebabkan terjadinya abortus, selain

itu juga kekurangan oksigen pada janin juga akan mempengaruhi

gangguan dalam plasenta yang dapat menyebabkan bayi berat lahir

rendah.

5. Psikologi ibu

Stres yang dialami ibu pada waktu hamil dapat mempengaruhi

tumbuh kembang janin yang terdapat di dalam kandungan karena janin

dapat ikut merasakan apabila ibunya sedang sedih. Ibu hamil yang

mengalami gangguan psikologi, maka dia tidak akan memperhatikan

kondisi kandungannya dan akan berakibat pada kelahiran bayi yang tidak

sehat.

b. Faktor postnatal, meliputi:

1. Pengetahuan ibu

Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

perilaku ibu dalam perkembangan anak. Ibu yang mempunyai

pengetahuan kurang, maka tidak akan memberikan stimulasi pada

perkembangan anaknya sehingga perkembangan anak akan terlambat,

sedangkan ibu yang mempunyai pengetahuan baik, maka akan

memberikan stimulasi pada perkembangan anaknya.

2. Gizi

Makanan memegang peranan penting dalam proses tumbuh

kembang anak. Pada masa pertumbuhan dan perkembangan, terdapat

kebutuhan zat gizi yang diperlukan seorang anak, seperti: protein,


21

karbohidrat, lemak, mineral, vitamin, dan air. Seorang anak yang

kebutuhan zat gizinya kurang atau tidak terpeuhi, maka dapat

menghambat pertumbuhan dan perkembangannya.

3. Budaya lingkungan

Budaya lingkungan dalam hal ini adalah masyarakat dapat

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak dalam memahami

atau mempersepsikan pola hidup sehat.

4. Status sosial ekonomi

Status sosial ekonomi juga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan anak.Hal ini dapat terlihat pada anak dengan status sosial

ekonomi tinggi, pemenuhan kebetulan gizinya sangat baik dibandingkan

dengan anak yang status ekonominya rendah.

5. Lingkungan fisik

Sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnya sinar matahari,

mempunyai dampak yang negative terhadp pertumbuhan anak.Kebersihan

lingkungan maupun kebersihan perseorangan memegan peranan penting

dalam timbulnya penyakit. Demikian pula dengan populasi udara baik

yang berasal daripabrik, asap rokok atau asap kendaraan dapat

menyebakan timbulnya penyakit. Anak sering sakit, maka tumbuh

kembangnya akan terganggu.

6. Lingkungan pengasuhan

Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu dan anak sangat

penting dalam mempengaruhi tumbuh kembang anak. Interaksi timbal

balik antar ibu dan anak akan menimbulkan keakraban anatara ibu dan

anak. Anak akan terbuka kepada ibunya, sehingga komunikasi dapat dua
22

arah dan segala permasalahan dapat dipecahkan bersama karena adanya

kedekatan dan kepercayaan antara keduanya.

7. Stimulasi

Perkembangan memerlukan rangsangan atau stimulasi, misalnya:

penyediaan alat mainan, sosialisasi anak, keterlibatan ibu dan anggota

keluarga lain terhadap kegitan anak, perilaku ibu terhadap perilaku anak.

Anak yang kurang atau tidak mendapat stimulasi.

8. Olahraga atau latihan fisik

Olahraga atau latihan fisik dapat memacu perkembangan anak,

karena dapat meningkatkan sirkulasi darah sehingga suplai oksigen ke

seluruh tubuh dapat teratur.Selain itu, latihan juga meningkatkan stimulasi

perkembangan otot pertumbuhan sel.

C. Perkembangan Sosial Anak

Menurut Hurlock (1998), perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan

berperilaku yang sesuai dengan tuntunan sosial. Menjadi orang yang mampu

bermasyarakat (sozialized) memerlukan tiga proses. Masing-masing proses terpisah

dan sangat berbeda satu sama lain, tetapi saling berkaitan, sehingga kegagalan dalam

satu proses akan menurunkan kadar sosialisasi individu.

Menurut Wong (2000) dalam Hidayat (2009), perkembangan perilaku

sosial/adaptasi sosial pada tahap tumbuh kembang tiap usia adalah sebagai berikut:

1. Masa Neonatus (0-28 hari)

Perkembangan adaptasi sosial atau perilaku masa neonates ini dapat

ditunjukan dengan adanya tanda-tanda tersenyum dan mulai menatap muka untuk

mengenali seseorang.
23

2. Masa bayi (28 hari-1 tahun)

a. Usia 1-4 bulan

Perkembangan adaptasi sosial pada usia ini dapat diawali dengan

kemampuan mengamati tangannya; tersenyum spontan dan membalas senyum

bila diajak tersenyum; tersenyum pada wajah manusia; waktu tidur dalam

sehari lebih sedikit dari pada waktu terjaga; membentuk siklus tidur bangun;

menangis bila terjadi sesuatu yang aneh; membedakan wajah-wajah yang

dikenalinya; serta terdiam bila ada orang yang tak dikenal (asing).

b. Usia 4-8 bulan

Perkembangan adaptasi sosial pada usia ini antara lain anak merasa

takut dan terganggu dengan keberadaan orang asing, mulai bermain dengan

mainan, mudah frustasi, serta memukul-mukul lengan dan kaki jika sedang

kesal.

c. Usia 8-12 bulan

Perkembangan adaptasi sosial pada usia ini dimulai dengan

kemampuan bertepuk tangan, menyatakan keinginan, sudah mulai minum

dengan cankir, menirukan kegiatan orang, bermain bola atau lainnya dengan

orang lain.

3. Masa Anak (1-2 tahun)

Perkembangan adaptasi sosial anak dapat ditunjukan dengan adanya

kemampuan membantu kegiatan di rumah, menyuapi boneka, mulai mengosok

gigi, serta mengenakan baju sendiri.

4. Masa prasekolah (2-6 tahun)

Perkembangan adaptasi sosial pada masa prasekolah adalah adanya

kemampuan bermain dengan permainan sederhana, menangis jika dimarahi,


24

membuat permintaansederhana dengan gaya tubuh, menunjukan peningkatan

kecemasan terhadap perpisahan, serta mengenali anggota keluarga.

Nugraha dan Rachmawati (2005) dalam Soetjiningsih (1995),

mengemukakan ada beberapa hal yang dapat orang tua lakukan untuk

mengembangkan kemampuan sosial anak yaitu:

1. Lakukan rutinitas, seperti memberikan makan, mengganti pakaian,

memandikan atau merindukan, sehingga anak mengerti tentang rutinitas

tersebut dan akan membuat anak mengenal lebih dekat siapa yang berinteraksi

dengannya setiap hari.

2. Libatkan anak dalam kehidupan keluarga (anak berada di antara anggota

keluarga yang lain)

3. Sertakan anak dalam aktivitas di rumah, biarkan anak membantu dan merasa

tanggung jawab di rumah, seperti saat makan atau minum membersihkan

perobatan dan memberi makan hewan peliharaan.

4. Bila memungkinkan sertakan anak jika akan berpergian.

5. Beri anak waktu atau kesempatan untuk mengamati atau mendengarkan situasi

tertentu, misal ke sekolah atau tempat berkumpul anak.

6. Ajarkan anak sikap-sikap yang perlu dimiliki dalam sebuah persahabatan dan

berilah semangat agar sikap-sikap tersebut saat melekat dengan baik.

7. Kenalkan tentang rasa hormat, persahabatan, dan kepedulian terhadap orang

lain.

8. Ajaklah anak berbicara terbuka tentang hal-hal yang disarankan.

9. Berikan saran atau petunjuk tentang cara mengatasi masalah atau menenmukan

kesetujuan dengan teman ketika hal tersebut muncul saat bermain.


25

10. Stimulasi adalah perangsangan yang datangnya dari lingkungan di luar

individu anak. Anak yang banyak mendapatkan stimulasi akan lebih cepat

berkembang daripada anak yang kurang mendapakan stimulasi. Stimulasi

dapat berfungsi sebagai penguat (reinforcement).

11. Pemberian stimulasi akan lebih efektif apabila memperhatikan kebutuhan-

kebutuhan anak sesuai dengan tehap-tahap perkembangannya.

12. Pada masa sekolah, perhatian anak mulai keluar dari lingkungan keluarganya,

perhatian beralih ke teman sebayanya (pergroup). Akan sangat

menguntungkan apabila anak mempunyai kesempatan untuk bersosialisasi

dengan lingkungannya. Melalui sosialisasi anak akan memperoleh lebih

banyak stimulasi sosial yang bermanfaat bagi perkembangan sosial anak.

13. Anak memerlukan stimulasi taktil. Kurangnya stimulasi taktil dapat

menimbulkan penyimpangan perilaku sosial.

14. Perhatian dan kassih saying juga merupakan stimulasi yang diperlukan anak.

Stimulasi ini akan menimbulkan rasa aman dan rasa percaya diri pada anak

sehingga anak lebih responsive terhadap lingkungannya lebih berkembang.

D. Perkembangan Sosial Anak Usia 3-5 tahun

Perkembangan sosial pada masa kanak-kanak awal dari umur 2-6 tahun, anak

belajar melakukan hubungan sosial dan bergaul dengan orang-orang di lingkungan

rumah terutama dengan anak-anak yang umurnya sebaya. Mereka belajar

menyesuaikan diri dan bekerja sama dalam kegiatan bermain (Hurlock, 1998).

Masa kanak-kanak awal sering disebut “Usia Pragang” (Pregang Age). Pada masa

ini sejumlah hubungan yang dilakukan anak dengan anak-anak yang lain meningkat

bagaimana gerak maju perkembangan sosial mereka (Hurlock, 1998).


26

Sebelum usia 2 tahun anak kecil terlibat dalam permainan seorang diri atau

searah. Meskipun satu atau dua anak bermain didalam ruangan yang sama dan dengan

jenis mainan yang sama, inetraksi sosial yang terjadi sangat sedikit. Hubungan mereka

terutama terdiri atas meniru atau mengamati satu sama lain atau berusaha mengambil

mainan anak lain. (Hurlock, 1998).

Selama periode prasekolah, anak telah mengatasi berbagai ansietas yang

berkaitan dengan adanya orang asing dan perpisahan.Namun demikian mereka masih

membutuhkan bimbingan dan persetujuan dari orang tua.Mereka sudah menghadapi

perubahan dalam anak toddler (Azziah, 2012).

Anak prasekolah sudah mampu mengungkapkan keinginan dan melakukan secara

mandiri (Wong, 2009). Bermain merupakan hal yang penting bagi perkembangan

sosial anak terutama asosiatif, yaitu permainan kelompok dengan aktivitas yang sama

dan tanpa aturan yang kaku.

Sejak umur 3 atau 4 tahun, anak-ank mulai bermain bersama dalam kelompok,

berbicara satu sama lain pada saat bermain, dan memilih dari anak-anak yang hadir

siapa yang akan dipilih untuk bermain bersama. Perilaku yang paling umum dari

kelompok ini ialah mengamati satu sama lain, melakukan percakapan, dan

memberikan saran lisan (Hurlock, 1998).

Studi terhadap anak-anak dalam masa prasekolah telah membuktikan bahwa

semakin dengan meningkatnya usia anak, pendekatan yang ramah meningkat dan

interaksi permainan semakin berkurang. Tahun demi tahun anak laki-laki semakin

melakukan pendekatan yang bermusuhan terhadap anak lain (Hurlock, 1998).

E. Kebutuhan dasar untuk tumbuh kembang

Menurut Soetjiningsih (2000), kebutuhan dasar ini dikelompokan dasar ini

menjadi tiga yaitu asuh, asih dan asah.


27

a. Asuh (Kebutuhan Fisik-Biomedis)

Yang termasuk kebutuhan asuh adalah nutrisi yang mencakupi dan

seimbang, perawatan kesehatan dasar, pakaian, perumahan, hygiene diri dan

lingkungan dan keseragaman jasmani (olahraga dan rekreasi).

b. Asah (Kebutuhan Stimulus)

Stimulasi adalah perangsangan dari lingkungan luar anak, yang berupa

latihan dan bermain.Stimulasi merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk

pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak yang banyak mendapatkan stimulasi

yang terarah akan cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang

mendapatkan stimulasi.

Pemberian stimulus ini sudah dapat dilakukan sejak masa prenatal, dan

setelah lahir dengan cara menetekan bayi pada ibunya sendini mungkin. Asah

merupakan kebutuhan untuk perkembangan mental psikososial anak yang dapat

dilakukan dengan pendidikan dan pelatihan.

F. Stimulasi

Menurut Nursalam (2008), stimulasi adalah perangsangan yang datang dari

lingkungan luar anak, yang berupa latihan dan bermain. Stimulasi merupakan hal

yang sangat penting dalam tumbuh kembang anak. Anak yang banyak mendapat

stimulasi yang terarah akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang

kurang atau bahkan tidak mendapat stimulasi. Stimulasi juga berfungsi sebagai

penguat yang bermanfaat bagi perkembangan anak.Berbagai macam stimulasi seperti

stimulasi visual, verbal, auditif, taktil, dan lain-lain dapat mengoptimalkan

perkembangan anak (soetjiningsih, 1995).

Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak umur 0-6 tahun

agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal.Setiap anak perlu mendapat
28

stimulasi rutin sedini mungkin dan terus menerus pada setiap kesempatan. Stimulasi

tumbuh kembang dilakukan oleh ibu dan ayah yang merupakan orang terdekat dengan

anak, pengganti ibu/pengasuh anak, anggota keluarga lain dan kelompok masyarakat

dilingkungan rumah tangga masing-masing penyimpangan tumbuh kembang anak

bahkan yang menetap (DepKes, 2008).

Stimulasi merupakan bagian dari kebutuhan dasar anak yaitu sahn. Dengan

mengasah kemampuan anak secara terus-menerus, kemampuan anak akan semakin

meningkat. Pemberian stimulus dapat dilakukan dengan latihan dan bermain. Anak

yang memperoleh stimulus yang terarah akan lebih cepat berkembang dibandingkan

anak yang kurang memperoleh stimulus (Nursalam, 2008). Kemampuan dasar anak

yang dirangsang dengan stimulus terarah adalah kemampuan gerak kasar, kemampuan

gerak halus, kemampuan bicara dan bahasa serta kemampuan sosialisi dan

kemandirian (DepKes, 2008).

Menurut Departemen Kesehatan (2008), dalam melakukan stimulasi tumbuh

kembang anak, ada beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan, yaitu:

1. Stimulasi dilakukan dengan dilandasi rasa cinta dan kasih sayang.

2. Selalu tunjukan sikap dan perilaku yang baik karena anak akan meniru tingkah

laku orang-orang yang terdekat dengannya.

3. Berikan stimulasi sesuai dengan kelompok umur anak.

4. Lakukan stimulasi dengan mengajak anak bermain, bernyanyi bervariasi,

menyenagkan , tanpa paksaan dan tidak ada hukuman.

5. Lakukan dengan stimulasi secara bertahap dan berkelanjutan sesuai umur anak,

terhadap ke empat aspek kemampuan dasar anak.

6. Gunakan alat bantu/ permainan yang sederhana, aman dan ada di sekitar anak.

7. Berikan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan.


29

8. Anak selalu diberi pujian, bila perlu hadiah atas keberhasilan.

Jenis stimulasi pada usia 3-5 tahun anak sudah mulai mampu mengembangkan

kreativitas dan sosialisasinya sehingga sangat diperlukan permainan yang dapat

mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan; kemampuan bahasa;

mengembangkan kecerdasan; menumbuhkan sportifitas; mengembangkan koordinasi

motorik; mengembangkann dalam mengontrol emosi, motorik kasar dan halus;

memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan; serta memperkenalkan

suasana kompetisi dan gotong-royong (Nursalam, 2008).

G. Stimulasi Perkembangan Sosial Anak Usia 3-5 Tahun

Stimulasi perkembangan sosial mempunyai tujuan untuk melatih kemampuan

bergaul agara anak dapat mudha berkawan, tidak canggung dlam memasuki

lingkungan baru, mengerti disiplin, sopan santun dan aturan-aturan baik di dalam

maupun diluar rumah (Prayoto, 2003).

Berikut ini adalah berbagai stimulasi perkembangan berdasarkan panduan dari

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2006) yang dapat dilakukan oleh ibu

terhadap anaknya yang tergolong usia prasekolah:

a. Stimulasi pada anak umur 36-48 bulan

1. Stimulasi yang perlu dilanjutkan:

 Bujuk dan tenangkan ketika anak kecewa dengan cara memeluk dan berbicara

kepadanya.

 Dorong agar anak mau mengutarakan perasaannya.

 Ajak anak anda makan berasama keluarga.

 Sering-sering ajak anak main ke taman, kebun binatang, perpustakaan dan

lain-lain.
30

 Bermain dengan anak, ajak agar anak mau membantu melakukan pekerjaan

rumah tangga yang ringan.

2. Mengancingkan kancing tarik

Bila anak sudah bisa mengancingkan kencing besar, coba dengan kancing

yang lebih kecil. Ajari cara menutup dan membuka kancing tarik di bajunya.

3. Makan pakai sendok garpu

Bantu anak makan pakai sendok dan garpu dengan baik.

4. Memasak

Berikan anak membantu memasak seperti mngukur dan menimbang

menggunakan timbangan masak, mebubuhkan sesuatu, mengaduk, memotong

kue, dan sebagainya. Bicara pada anak apa yang diperbuat oleh anak berdua.

5. Mencuci tangan dan kaki

Tunjukan pada anak cara memakai sabun dan membasuh dengan air ketika

mencuci kaki dan tangannya. Setelah itu dapat dilakukannya, ajari ia untuk mandi

sendiri.

6. Menentukan batasan

Pada umur ini, sebagai bagian dari proses tumbuh kembangnya, anak-anak

mulai mengenal batasan dan peraturan. Bantu anak anda dalam membuat

keputusan dengan cara anada menentukan batasanya dan menawarkan pilihan.

Misalnya “kau bisa memilih anatara dua hal: dibacakan cerita atau bermain

sebelum tidur, kau tidak boleh memilih keduanya”.

b. Stimulasi pada anak umur 48-60 bulan

1. Stimulasi yang perlu dilanjutkan

 Berikan tugas rutin pada anakl dalam kegiatan di rumah, ajak anak membantu

anda didapur dan makan bersama keluarga.


31

 Buat anak bermain dengan teman sebayanya.

 Ajak anak berbicara tentang apa yang dirasakan anak.

 Bersama-sama anak buatlah rencana jalan-jalan sesering mungkin.

2. Membentuk kemandirian

Beri kesempatan pada anak untuk mengunjungi tetangga terdekat, teman atau

saudara tanpa ditemani anda.Selanjutnya minta anak bercerita tentang

kunjungannya itu.

3. Membuat “boneka”

Tunjukan cara membuat “boneka” dari kertas. Gambar bagian muka dengan

spidol.Agar dapat berdiri tegak, pasang lidi sebagai “rangka/badan” boneka.Atau

buat “boneka” dari kaos kaki bekas.Gambar mata, hidung dan mulut.Gerkan jari-

jari tangan anda seolah-olah beoneka itu dapat berbicara.Buat agar anak mau

bermain dengan temannya selain bermain sendiri.

4. Membuat “album” keluarga

Bantu anak membuat album keluarga yang ditempeli dengan foto-foto anggota

keluarga. Tulis nama setiap orang dibawah fotonya.

5. Menggambar orang

Tunjukan pada anak cara menggambar orang pada selembar kertas. Jelaskan

ketika anda menggambar mata, hidung, bibir dan baju.

6. Mengikuti aturan permainan/petunjuk

Ajak anak bermain sekaligus belajar mengikuti aturan dan petunjuk

permainan.Pada awal permainan, beri perintah kepada anak, “berjalan tiga

langkah besar kedepan atau berjalan mundur lima langkah jinjit”. Setiap kali akan

menjalankan perintah itu, minta anak mengatakan: “boleh saya memulainya?”.


32

Setelah anak bisa memainkan perintah ini, bergantian anak yang memberikan

perintah dan anda yang mengatakan: “boleh saya memulainya?”.

7. Bermain kreatif dengan teman-temannya

Undang kerumah 2-3 anak yang sebaya.Ajari anak-anak permainan dengan

bernyanyi, membuat boneka dengan kertas atau kaos kaki bekas dan kemudian

memainkannya.Minta anak untuk mau meniru tingkah laku binatang seperti yang

dilihatnya di kebun binatang.

8. Bermain “berjualan dan belanja di toko”

Kumpulkan benda-benda yang ada dirumah seperti sepatu, sandal, buku,

mainan, majalah, dan sebagainya untuk bermain “berjualan dan belanja di

toko”.Tulis harga setiap benda pada secarik kertas kecil.Buat “uang kertas” dari

potongan kertas dan “uang logam” dari kancing atau tutup botol.Kemudian minta

anak berperan sebagai pemilik toko, anda dan anak yang lain pura-pura membeli

benda-benda itu dengan “uang kertas” dan “uang logam”.Selanjutnya secara

bergantian anak-anak menjadi pembeli dan pemilik toko.

H. Cara Stimulasi Perkembangan Sosial Anak 3-5 Tahun

Prayoto (2003), mengatakan kegiatan merangsang kemampuan dasar anak yang

dilakukan oleh lingkungan (ayah, ibu, pengasuh anak, anggota keluarga lain) untuk

mempercepat tumbuh kembang. Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan kelambatan

tumbuh kembang anak.

Adapun kemampuan perkembangan anak usia 3-5 tahun adalah sebgai berikut:

1. Usia 3-4 tahun

a. Bermain dengan teman-teman seusia/sebaya

Tujuan:
33

 Untuk melatih anak agar mau bersosialisasi/bergaul dengan teman-

temannya

 Untuk melatih anak berani berkomunikasi

Cara melatih:

 Berikan kesempatan kepada anak untuk bermain dengan teman seusianya

 Sediakan beberapa jenis permainan yang bisa dipergunakan secara

bersama-sama.

 Biasakan anak minta izin jika akan meminjam mainan temannya dan harus

mengembalikannya.

b. Menunggu giliran

Tujuan:

 Untuk melatih anak agar dapat membiasakan diri untuk disiplin, sabar dan

menghargai hak-hak orang lain.

Cara melatih:

 Biasakan anak untuk bersabar, mau mengerti dan menunggu giliran

 Pujilah anak jika berhasil menunggu giliran

 Tanamkan disiplin dan hargai orang lain

c. Bisa memberi dan menerima

Tujuan:

 Untuk melatih anak memahami kebutuhan orang lain dan menghargai orang

lain.

Cara melatih:

 Ajak anak untuk mau berbagi dengan teman, misalkan meberi sebagian kue

kepada temannya.
34

2. Usia 4-5 tahun

a. Bermain dan bergaul

Tujuan:

 Mengenal orang lain

 Berkomunikasi dengan orang lain

Cara melatih:

 Latih anak untuk mampu/mau bergaul dengan anak-anak lain

 Biarkan anak bermain dan bergaul dengan teman-temannya

 Apabila anak enggan bergaul dengan orang lain, orang tua perlu mengajak

anak bermain dengan teman sebayanya

b. Mamahami akan berbagi dan menunggu giliran

Tujuan:

 Melatih kesabaran

 Melatih kasih saying

Cara melatih:

 Ajarkan anak berbagi makanan dengan bermain

 Biasakan anak untuk bersabar dan memahami bagaimana harus menunggu

giliran

 Puji anak jika berhasil melakukan

c. Mulai menyadari perilaku baik dan buruk

Tujuan:

 Mengetahui perbedaan perilaku, baik dan buruk

 Mengajarkan melakukan perbuatan baik dan menghindari perbuatan buruk

Cara melatih:
35

 Ajarkan anak memahami perilaku baik dengan memberi contoh tingkah

laku

d. Terlihat percaya diri

Tujuan:

 Melatih keberanian

Cara melatih:

 Ajari anak untuk memiliki konsep diri missal: tidak pemalu

e. Menunjukan dengan cara sopan jika kesal atau gagal

Tujuan:

 Melatih mengendalikan emosi

Cara melatih:

 Biasakan anak menunjukan tingkah laku sopan bila sedang kesal

Menurut Nursalam (2008), masuk sekolah adalah bentuk perpisahan dari rumah

baik bagi orang tua maupun. Oleh karena itu, orang tua memerlukan bantuan dalam

melakukan penyesuaian terhadap perubahan ini. Petunjuk bimbingan untuk orang tua

bagi anak usia 3-5 tahun

a. Umur 3 tahun

1. Menyiapkan orang tua untuk meningkatkan minat anak terhadap hubungan yang

luas.

2. Menganjurkan orang tua untuk mendaftarkan anak ke taman kanak-kanak.

3. Menekan pentingnya batas-batas/tata cara/peraturan.

4. Menyiapkan orang tua untuk mengantisipasi tingkah laku yang berlebihan

sehingga dapat menurunkan tension/ketegangan.

5. Menganjurkan orang tua untuk menawarkan kepada anaknya alternatif-alternatif

pilihan ketika anak dalam keadaan bimbang.


36

6. Memberikan gambaran mengenai perubahan pada usia 3,5 tahun ketika anak

kurang berkoordinasi motorik dan emosionalnya, merasa tidak aman, serta

menunjukan emosi dan perkembangan tingkah laku yang ekstrim seperti gagap.

7. Menyiapkan orang tua untuk mengekspetasi tuntutan-tuntutan akan perhatian

ekstra dari anak, yang merupakan refleksi dari emosi tidak aman dan ketakutan

akan kehilang.

8. Mengingatkan kepada orang tua bahwa keseimbangan pada usia 3 tahun akan

berubah ke tingkah laku agresif diluar batas pada usia 4 tahun.

9. Mengantisipasi selera makan yang menjadi tetap dengan pemilihan makanan

yang lebih luas.

b. Umur 4 tahun

1. Menyiapkan orang tua terhadap perilaku anak yang agresif, termasuk aktivitas

motorik dan bahasa yang mengejutkan.

2. Mempersiapkan orang tua untuk menghadapi perlawanan anak terhadap

kekuasaan orang tua.

3. Kaji perasaan orang tua sehubungan dengan tingkah laku anak.

4. Menganjurkan beberapa macam istirahat dari pengasuh utama, seperti

menetapkan anak pad ataman kanak-kanak selama setngah hari.

5. Menyiapkan orang tua untuk menghadapi meningkatnya rasa ingin tahu

seksual pada anak.

6. Menekan pentingnya batas-batas yang realistis dari tingkah laku.

7. Mendiskusikan disiplin.

8. Menyiapkan orang tua untuk meningkatkan imajinasi di usia 4 tahun, dimana

anak mengikuti kata hatinya.

9. Menyarankan pelajaran berenang.


37

10. Menjelaskan perasaan-perasaan oedipus dan reaksi-reaksinya.

11. Menyiapkan orang tua untuk mengantisipasi mimpi buruk anak dan

menganjurkan merka agar tidak lupa untuk membangunkan anak dari mimpi

yang menakuktkan.

c. Umur 5 tahun

1. Memberikan pengertian bahwa usia 5 tahun merupakan periode yang relatif

lebih tenang dibandingkan dengan masa sebelumnya.

2. Menyiapkan dan membantu anak-anak untuk memasuki lingkungan sekolah.

3. Mengingatkan imunisasi yang lengkap sebelum sekolah.

I. Peran Pengasuhan

Mengasuh adalah proses mendidik, agar kepribadian anak dapat berkembang

dengan baik, sehingga menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab, tangguh dan

tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan yang buruk serta mampu menghadapi

tantangan dalam kehidupan kelak (pranyoto, 2010).

Pola pengasuhan (parenting) atau perawatan anak sangat bergantung pada nilai-

nilai yang dimiliki keluarga.Pada budaya timur seperti di Indonseia, peran pengasuhan

atau perawatan lebih banyak dipegang oleh istri atau ibu meskipun mendidik anak

merupakan tanggung jawab bersama. Peran dapat dipelajari melalui proses sosialisasi

selama tahapan perkembangan anak yang dijalamkan melalui interaksi antar anggota

keluarga (Hafied, 2003). Pada dasarnya tujuan utama pengsuhan orang tua adalah

mempertahankan kehidupan fisik anak dan meningkatkan kesehatannya, memfasilitasi

anak untuk mengembangkan kemampuan sejalan dengan tahapan perkembangannya

dan mendorong peningkatan kemampuan berperilaku sesuai dengan nilai agama dan

budaya yang diyakininya.


38

Orang tua harus mempunyai rasa percaya diri yang besar dalam menjalakan peran

pengasuhan ini.Terutama dalam pemahaman tentang pertumbuhan dan perkembangan

anak, pemenuhan kebutuhan makanan dan pemeliharaan kebersihan perseorangan,

penggunaan alat permainan sebagai stimulus pertumbuhan dan perkembangan serta

komunikasi efektif yang diperlukan dalam berinteraksi dengan anak dan anggota

keluarga lainnya.

1. Faktor-faktor yang memoengaruhi peran pengasuhan

Untuk dapat menjalankan peran pengasuhan tersebut, ada beberapa faktor yang

dapat mempengaruhi, antara lain: (Wong, 2001)

a. Usia orang tua

Tujuan perkawinan salah satunya adalah memungkinkan pasangan untuk siap

secara fisik maupun psikososial dalam membentuk rumah tangga dan menjadi orang

tua. Walaupun demikian, rentang usia tertentu adalah baik untuk menjalankan peran

pengasuhan. Apabila terlalu muda atau terlalu tua, mungkin tidak dapat menjalankan

peran tersebut secara optimal kerena diperlukan kekuatan fisik dan psikososial.

b. Keterlibatan ayah

Pendekatan muktahir yang digunakan dalam hubungan ayah dan bayi baru lahir,

sama pentingnya dengan hubungan ibu dan bayi sehingga dalam proses persalinan,

ibu dianjurkan ditemani suami dan begitu bayi lahir, suami diperbolehkan untuk

menggendongnya langsung setelah ibunya mendekap dan menyusukan (bonding and

attachment). Dengan demikian kedekatan hubungan antara ibu dan anak sama

pentingnya dengan ayah dan anak walaupun secara kodrati aka nada perbedaan,

tetapi tidak mengurangi makna penting hubungan tersebut. Pada beberapa ayah yang

tidak dapat terlihat secara langsung pada saat bayi baru dilahirkan maka beberapa

hari atau minggu kemudian dapat melibatkan dalam perawatan bayi, seperti
39

mengganti popok, bermain, dan berinteraksi sebagai upaya untuk terlibat dalam

perawatan anak.

c. Pendidikan orang tua

Bagaimanapun pendidikan dan pengalaman orang tua dalam perawatan anak

akan mempengaruhi kesiapan mereka menjalankan peran pengasuhan. Shifrin

(1997) dalam Wong (2001) mengemukakan beberapa cara yang dapat dilakukan

untuk menjadi lebih siap dalam menjalankan peran pengasuhan adalah terlibat

dengan aktif dalam setiap upaya pendidikan anak, mengamati segala sesuatu dengan

berorientasi pada masalah anak, menjaga kesehatan anak dengan secara regular

memeriksakan dan mencari pelayanan imunisasi, memberikan nutrisi yang adekuat.

Masuk sekolah adalah bentuk perpisahan dari rumah baik bagi orang tua.Oleh

karena itu, anak dan orang tua memerlukan bantuan dalam melakukan penyesuaian

terhadap perubahan ini, terutama bagi anak.Orang tua dapat berbicara pada anak,

perpihan hanya sementara (Jamaris, 2006).

J. Perilaku

1. Pengertian

Menurut Notoatmodjo (2007), perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas

manusia baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh

pihak luar. Perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau

rangsangan dari luar (Skinner, 1983 dalam Notoatmodjo, 2007) berdasarkan

pengertian tersebut Skinner membedakan adanya dua respons, yaitu:

a. Responden respons atau reflexive, yakni respon yang ditimbulkan oleh

rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut

electing stimulation karena menimbulkan respon-respon yang relative tetap.

Responden respon ini juga mencakup perilaku emosional.


40

b. Operant respons atau instrumental respons yakni respon yang timbul dan

berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu.

Perangsang ini disebut reinforcing atau reinforce, karena memperkuat respon.

Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2003), pada dasarnya merupakan

respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit.Sistem

pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan. Sedangkan perilaku seseorang

terhadap sakit dan penyakit adalah cara manusia merespon baik secara pasif

(mengetahui, bersikap dan mempersepsi tentang suatu penyakit yang ada pada

dirinya dan luar dirinya), maupun secara aktif (praktek) yang dilakukan sehubungan

dengan penyakit tersebut.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang

bersangkutan.Perilaku manusia adalah suatu aktivitas dari pada manusia itu

sendiri.Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang (organisme)

terhadap stimulasi yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan

kesehatan, makanan serta lingkungan.Blumm (1986), menyatakan ada 4 faktor yang

mempengaruhi derajat kesehatan pada manusia yaitu genetik (hereditas),

lingkungan, pelayanan kesehatan, dan perilaku (Notoatmodjo, 2007).

Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok,

yaitu faktor perilaku dan luar perilaku. Menurut teori Lawrence Green dalam

Notoatmodjo (2007), menyebutkan tiga faktor yang mempengaruhi perubahan

perilaku individu maupun kelompok adalah:

1. Faktor mempermudah (Predisposing Factor) yaitu faktor pertama yang

mempengaruhi untuk berperilaku yang mencakup karakteristik individu,


41

pendidikan, pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai, persepsi dan

unsur lain yang terdapat dalam diri individu maupun masyarakat.

2. Faktor pendukung (Enabling Factor) yaitu faktor yang memungkinkan keinginan

terlaksana meliputi ketersediaan sumber daya kesehatan, keterjangkauan sumber

daya kesehatan, prioritas masyarakat atau pemerintah dan keterampilan yang

berkaitan dengan kesehatan.

3. Faktor pendorong (Reinforcing Factor) yaitu faktor yang memperkuat/mendorong

perubahan tingkah laku, kaitannya dengan kesehatan, meliputi dukungan keluraga

(suami, orang tua, famili), majikan, tokoh masyarakat dan lainnya.

3. Domain Perilaku Kesehatan

Menurut Notoatmodjo (2003), perilaku kesehatan adalah sesuatu respon

(organisme) terhadap stimulus atau obyek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit,

sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan

ini, perilaku pemeliharaan kesehatan ini terjadi dari 3 aspek:

1. Perlikau pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta

pemulihan kesehatan bilamana sembuh dari sakit.

2. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat.

3. Perilaku gizi (makanan) dan minuman.

Domain perilaku kesehatan mencakup 3 komponen yaitu: pengetahuan

(knowledge), sikap (attitude), dan tindakan atau praktik (practice). Oleh sebab itu

mengukur perilaku dan perubahannya, ksususnya perilaku kesehatan juga mengacu

kepada 3 domain tersebut (Notoatmodjo, 2005).


42

1. Pengetahuan

a. Pengertian pengetahuan

Meurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan suatu hasil dari tahu

dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek

tertentu. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin mudah pula

menerima informasinya sehingga semakin banyak pengetahuan yang dimiliki

(Nursalam, 2000).

b. Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif menurut Notoatmodjo

(2007) mempunyai 6 tingkat yaitu:

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya.Termasuk keadaan pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari

atau rangsangan yang telah diterima.Oleh sebab itu, tahu ini merupakan

tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa

orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan,

menguraikan, mengidentifikasikan, menyatakan dan sebagainya.

2. Memahami (Comprehention)

Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi

tersebut secara benar.Orang yang telah paham terhadap objek dan materi

harus dapat menjelaskan dan menyebutkan.


43

3. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real

(sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau

penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam

konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (analisys)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur

organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini

dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan

(membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan

sebagainya.

5. Sintesi (shinthesis)

Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi bari dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat

menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan,

dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.Penilaian-penilaian itu

didasarkan pada suatu criteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan

kriteria-kriteria yang telah ada.


44

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut sukanto (2005), ada beberapa faktor yang mempengaruhi

pengetahuan antara lain:

1. Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberi respon

terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang berpendidikan tinggi akan

memberi respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang dan akan

berfikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari

gagasan tersebut. Makin tinggi tingkat pendidikan, seseorang mudah

menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki

termasuk pengetahuan tentang stimulasi.

2. Paparan media massa

Melalui berbagai media baik cetak maupun elektronik berbagai informasi

dapat diterima masyarakat, seseorang yang lebih sering terpapar media massa

(TV, radio, majalah, pamphlet dan lain-lain) akan memperoleh informasi

yang lebih banyak dibandingkan dengan orang yang tidak pernah terpapar

inforamasi media. Pengetahuan tetntang stimulasi dapat diperoleh dari TV,

radio, majalah maupun sumber informasi lainnya.

3. Ekonomi

Dalam memenuhi kebutuhan pokok (primer) akan berpengaruh terhadap

kebutuhan sekunder keluarga dengan status ekonomi baik akan lebih mudah

mencukupi dibandingkan keluarga dengan status ekonomi rendah. Hal ini

akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan akan informasi pendidikan yang

termasuk sekunder.
45

Status sosial ekonomi akan berpengaruh terhadapa seseorang dalam

memperoleh informasi termasuk tentang stimulasi pada perkembangan anak.

4. Hubungan sosial

Manusia adalah makhluk sosial dimana dalam kehidupan saling

berinteraksi antara satu dengan lain. Individu yang dapat berinteraksi secara

kontinu akan lebih besar terpapar informasi.

Pengetahuan seseorang tentang stimulasi perkembangan anak termasuk

aktivitas bermain akan bertambah jika ada interaksi dengan orang lain yang

ada disekitarnya.

5. Pengalaman

Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman baik dari pengalaman

pribadi atau pengalaman lain. Pengalaman merupakan suatu cara untuk

memperoleh kebenaran suatu pengetahuan. Pengalaman dari orang tua

tentang stimulasi bagi anak dapa dilihat.

d. Pengukuran pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian

atau responden.Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur

dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut diatas (Notoatmodjo, 2005).

Cara mengukur tingkat pengetahuan dengan memberikan pertanyaan-

pertanyaan, kemudahan dilakukan penilaian nilai 1 untuk jawaban benar dan 0

untuk jawaban salah.Kemudian digolongkan menjadi 3 kategori yaitu baik,

cukup dan kurang.Dikatakan baik (>75%), cukup (60-50%), dan kurang

(<60%).(Nursalam, 2008).
46

2. Sikap

a. Pengertian Sikap

Menurut Notoatmodjo (2007), sikap adalah respon individu yang masih

bersifat tertutup terhadap sesuatu rangsangan dan sikap tidak dapat diamati

secara langsung oleh individu lain. Sikap belum merupakan suatu tindakan,

tetapi sikap merupakan suatu faktor pendorong individu untuk melakukan

tindakan (perilaku).Sikap merupakan kecenderungan merespon (secara positif

atau negatif) orang, situasi atau objek tertentu.Sikap mengandung suatu

penilaian emosional atau efektif (senang, benci, dan sedih), kognitif

(pengetahuan tentang suatu objek), dan konatif (kecenderungan bertindak)

(Sawori (2007) dalam Maulana (2010)).

Walgito (2001) dalam Sunaryo (2004) mengatakan sikap merupakan

oraganisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang

relatif sama, disertai adanya perasaan tertentu, dan memberikan dasar pada

orang tersebut untuk membuat respon atau berperilaku dalam cara tertentu yang

dipilihnya.

Beberapa batasan lain tentang sikap yang dikutip dari Notoatmodjo (2003)

adalah sebagai berikut:

a. Sikap tidak dapat dilihat, tetapi dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari

perilaku yang tertutup. Sikap merukan reaksi yang bersifat emosional

terhadap stimulus sosial. Menurut Newcomb dalam Notoatmodjo (2003),

sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, yang menjadi

predisposisi tindakan suatu perilaku, bukdan pelaksanaan motif tertentu.

Sikap merupakan kesiapan untuk beraksi terhdap objek lingkungan tertentu

sebabgai suatu penghayatan terhadap objek.


47

b. Sikap tidak sama dengan perilaku dan perilaku tidak selalu mencerminkan

sikap seseorang. Individu sering kali memperlihatkan tindakan bertentangan

dengan sikapnya (Sarwo (1997) dalam Maulana (2010)), akan tetapi, sikap

dapat menimbulkan pola-pola cara berpikir tertentu dalam masyarakat dan

sebaliknya, pola-pola cara berpikir ini mempengaruhi tindakan dan

kelakuan masyarakat, baik dalam kehidupan sehari hari maupun dalam hal

membuat keputusan yang penting dalam hidup (koentjaraningrat (1983)

dalam Maulana (2010)).

c. Dengan sikap yang minimal, masyarakat memiliki pola berpikir tertentu

dan pola berpikir diharapkan dapat berubah dengan diperolehnya

pengalaman, pendidikan, dan pengetahuan melalui inetraksi dengan

lingkungannya. Hal ini sesuai dengan pendapat (Sarwono (1997) dalam

Maulana (2010)) bahwa sikap seseorang dapat berubah dengan melalui

persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya.

b. Komponen Pokok Sikap

Menurut Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2003), komponen pokok

sikap meliputi hal-hal sebagai berikut:

1. Kepercayaan, ide, dan konsep terhadap suatu objek.

2. Kehidupan emosional atau evluasi terhadap suatu objek.

3. Kecenderungan bertindak (tebd to behave).

Ketiga komponen tersebut, secara bersam-sama membentuk total

attitude.Dalam hal uini, determinan sikap adalah pengetahuan, pikiran,

keyakinan, dan emosi. Menurut Azwar (1995), sikap memiliki tiga komponen

yang membentuk struktur sikap yaitu kognitif, efektif, dan konatif.


48

1. Komponen kognitif (cognitive). Disebut juga komponen perceptual, yang

berisi kepercayaan yang berhubungan dengan persepsi individu terhadap

objek sikap dengan dilihat dan diketahui, pandangan, keyakinan, pikiran,

pengalaman pribadi, kebutuhan emosional, dan informasi dari orang lain.

Sebagai contoh, seseorang tahu kesehatan itu sangat berharga jika menyadari

sakit dan terasa nikmatnya sehat.

2. Komponen efektif (kompinen emosional). Komponen ini menunjukan

dimensi emosional subjektif individu terhadap objek sikap, baik bersifat

positif (rasa senang) maupun negative (rasa tidak senang). Reaksi emosional

banyak dipengaruhi oleh apa yang kita percayai sebagai sesuatu yang benar

terhadap objek tersebut.

3. Komponen konatif (komponen perilaku). Komponen ini merupakan

prediposisi atau kecenderungan bertindak terhadap objek sikap yang

dihadapinya.

c. Fungsi Sikap

Menurut Attikinson dkk, seperti dikutip dalam sunaryo (2004) sikap

memiliki 5 fungsi, yakni sebagai berikut:

1. Fungsi instrumental, yaitu sikap yang dikaitkan dengan alas an praktisi atau

manfaat dan menggambarkan keadaan keinginannya atau tujuan.

2. Fungsi pertahanan ego, yaitu sikap yang diambil untuk melindungi diri dari

kecemasan atau ancaman harga dirinya.

3. Fungsi nilai ekpresi, yaitu sikap yang menunjukan nilai yang ada pada

dirinya. Sistem nilai individu dapat dilihat dari sikap yang diambil individu

berasangkutan.
49

4. Fungsi pengentahuan, setiap individu memiliki motif untukn ingin tahu, ingin

mengerti, ingin banyak mendapat pengalaman dan pengetahuan, yang

diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari.

5. Fungsi penyesuaian sosial, yaitu sikap yang diambil sebagai bentuk adaptasi

dengan lingkungannya.

d. Pengukur Sikap

Menurut Notoatmodjo (2005), pengkur sikap dilakukan secara langsung

ataupun tidak langsung. Pengukuran sikap secara langsung dapat dilakukan

dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang stimulasi atu objek yang

bersangkutan. Pertnyaan secara langsung juga dapat dilakukan dengan cara

meberikan pendapat dengan menggunakan kata “setuju” atau “tidak setuju”

terhadap pertanyaan-pertanyaan terhadap objek tertentu, dengan menggunakan

skala likert. Misalnya: beri pendapat anda tentang pertnyaan-pertnyaan di bawah

ini dengan memberikan penelitian sebgai berikut:

Bila sangat setuju: 5

Bila setuju: 4

Bila biasa saja: 3

Bila tidak setuju: 2

Bila sangat tidak setuju: 1

3. Praktik Kesehatan

Menurut Notoatmodjo (2007), setelah seseorang mengetahui stimulus atau

objek kesehatan, kemudian mengadakan penelitian atau pendapat terhadap yang

diketahui, proses selanjutnya diharapkan seseorang dapat melaksanakan atau

mepraktikan apa yang diketahui atau disikapinya. Inilah yang disebut praktik

kesehatan, atau dapat juga dikatakan perilaku kesehatan (over behavior).


50

Praktik kesehatan atau tindakan untuk hidup sehat adalah semua kegiatan

atau aktivitas ornag dalam rangka memelihara kesehatan. Tindakan atau

peraktik kesehatan ini juga meliputi 4 faktor kesehatan, yaitu:

a. Tindakan atau praktik yang sehubungan dengan penyakit menular dan tidak

menular (jenis penyakit dan tanda-tandanya atau gejalanya, penyebabnya,

cara penularannya, cara pencegahannya, cara mengatasi atau menangani

sementar).

b. Tindakan atau praktik yang sehubungan dengan faktor-faktor yang terkait

dan atau mempengaruhi kesehatan, antara lain: gizi makanan, sarana air

bersih, pembuangan air limbah, pembuangan kotoran manusia, pembuangan

sampah, perumahan sehat, polusi udara, dan sebagainya.

c. Tindakan atau praktik sehubungan dengan pengguanaa (utilisasi) fasilitas

pelayanan kesehatan.

d. Tindakan atau praktik untuk menghindari kecelakaan baik kecelakaan rumah

tangga, maupun kecelakaan lalu lintas, dan kecelakaan di tempat-tempat

umum.

Pengukuran atau cara mengamati perilaku dapat dilakukan melalui dua

cara, secara langsung, maupun secara tidak langsung pengukuran perilaku yang

paling baik adalah secara langsung, yakni dengan pengamatan (observasi), yaitu

mengamati tindakan dari subjek dalam rangka memelihara kesehatannya.

Sedangkan secara tidak langsung menggunakan metode mengingat kembali

(recall). Metode ini dilakukan melalui pertanyaan-pertanyaan terhadap subjek

tentang apa yang telah dilakukan berhubungan dengan objek tertentu.


51

K. Proses Adaptasi Perilaku

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2003) mengungkapkan

bahwa sebelum orang mengdopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi

proses yang berurutan yakni:

1. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui

stimulus (objek) terlebih dahulu.

2. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.

3. Evaluation (menimbang-nimbang baik dari tindakannya stimulus tersebut bagi

dirinya). Hal ini berarti responden sudah lebih baik lagi.

4. Trial, yakni orang telah mencoba perilaku baru.

5. Adaption, yakni subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran dan sikap terhadap stimulus.

L. Kerangka Teori

Pengukuran dan indikator perilaku kesehatan (Notoatmodjo, 2005)

Pengetahuan

Perilaku stimulasi
Sikap perkembangan sosial
anak

Tindakan/praktik

Kerangka teori stimulasi perkembangan


anak, sumber: Notoatmodjo (2005)
52

BAB III

KERANGAKA KONSEP, HIPOTESA DAN DEFINISI

OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan dengan

bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis

beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah (Hidayat, 2008). Kerangka

konsep akan membantu kita untuk membuat hipotesis, menguji hubungan tertentu,

dan membantu peneliti dalam mehubungkan hasil penemuan dengan teori yang hanya

dapat diamati atau diukur melalui konstruk atau variable (Nursalam (2003)) dalam

(Hidayat (2008)).

Kerangka konsep dalam penemuan ini terdiri dari dua variabel, yaitu: variabel

independen adalah pengetahuan dan sikap ibu. Variabel dependen adalah perilaku ibu

dalam memberikan stimulus perkembangan sosial anak usia 3-5 tahun.

Pengetahuan ibu tentang


stimulasi perkembangan
sosial anak usia 3-5 tahun Perilaku ibu dalam
memberikan stimulasi
perkembangan sosial anak
Sikap ibu tentang
stimulasi perkembangan
sosial anak usia 3-5 tahun

Gambar 3.1. Kerangka Konsep


53

Berdasarkan kerangka konsep diatas, peneliti ingin mengetahui pengetahuan

dan sikap ibu tentang stimulasi perkembangan sosial anak usia 3-5 tahun memiliki

hubungan atau tidak dengan perilaku ibu dalam memberikan stimulasi perkembangan

sosial anak usia tersebut, setelah ditentukan sesuai kriteria peneliti. Pengetahuan yang

dinilai dalam penelitian ini adalh tentang pengertian stimulasi, prinsip stimulasi,

pentingnya stimulasi, cara stimulasi, fungsi stimulasi pada usia 3-5 tahun, tujuan

stimulasi sosial pada usia 3-5 tahun dan contoh stimulasi sosial pada anak usia 3-5

tahun.

Pengetahuan dan sikap adalah faktor predisposisi (mepermudah) yang

mempengaruhi perilaku manusia.Faktor predisposisi merupakan faktor pertama yang

mempengaruhi manusia untuk berperilaku, termasuk ibu.Hal ini seiring dengan yang

dikekmukakan oleh Notoatmodjo (2007) yaitu pengetahuan dan sikap merupakan

domain dari perilaku.Pengetahuan, sikap dan perilaku yang diteliti karena

pengetahuan dan sikap sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang

(perilaku).Pengetahuan yang adekuat jika tidak diimbangi oleh sikap dan perilaku

yang berkesinambungan tidak mempunyai makna yang berarti bagi kehidupan.

Menurut Notoatmodjo (2007), setelah seseorang mengetahui stimulus atau

objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapa terhadap yang

diketahui, proses selanjutnya diharapkan seseorang dapat melaksanakan atau

mempraktikan apa yang diketahui atau disikapinya. Inilah yang disebut praktik

kesehatan, atau dapat juga dikatakan perilaku kesehatan (over behavior). Sehingga

pengkur dan indikator perilaku kesehatan dapat digambarkan dari apa yang di ketahui

dan bagaimana orang itu bersikap (Notoatmodjo, 2005).


54

Pengetahuan ibu dalam menstimulasi perkembangan sosial anak usia 3-5 tahun

diklasifikasikan menjadi tingkat pengetahuan yang baik, cukup, rendah. Sikap ibu

dalam menstimulasi perkembangan sosial anak usia 3-5 tahun diklasifikasikan

menjadi sikap yang positif dan negatif. Berdasarkan pengetahuan dan sikap tersebut,

peneliti menganalisis perilaku ibu melalui kuesioner yang telah diuji terlebih dahulu

validasi dan reliabilitasnya.Selanjutnya peneliti ingin mengetahui gambaran hubungan

pengetahuan dan sikap ibu dengan perilaku pemberian stimulasi perkembangan sosial

anak 3-5 tahun di Desa SIndangwangi.

B. Hipotesis

Adapun hipotesis dari penelitian ini yang diajukan sehubungan dengan

masalah diatas:

1. Ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku ibu dalam memberikan

stimulasi perkembangan sosial pada anak usia 3-5 tahun.

2. Ada hubungan antara sikap dengan perilaku ibu dalam memberikan stimulasi

perkembangan sosial pada anak umur 3-5 tahun.


66

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan Desain studi analitik dan metode cross

sectional pendekatan kuantitatif.Metode Cross Sectional merupakan rancangan

penelitian yang melakukan pengukuran atau pengamatan variabel dependen dan

variabel independen pada saat bersamaan (sekali waktu) (Chandra, 2009). Data

yang digunakan adalah data primer dengan menggunakanangket/kuesioner.

Kuesioner menggunakan skala likert untuk pengetahuan ibu dan skala guttman

untuk sikap perilaku.Populasi dalam penelitian ini adalah ibu dengan anak usia 3-

5 tahun di Desa Sindangwangi

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan uji validitas dan uji

reabilitas, penelitian ini dilakukan pada ibu yang mempunyai anak usia 3-5 tahun

di Desa Ciganjeung. Selanjutnya, penelitian dilakukan di Desa Sindangwangi

dengan waktu penelitian di bulan Desember 2013

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : objek/subjek yang

mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono 2004 dalam

Hidayat, 2007). Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai

anak usia 3-5 tahun di Desa Sindangwangi.


67

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian

jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Dalam penelitian

keperawatan, kriteria sampel meliputi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi

(Hidayat, 2008). Responden jumlahnya tidak begitu banyak sehingga seluruh

ibu yang memiliki anak usia 3-5 tahun dijadikan sebagai responden.

Kriteria Inklusi :

 Ibu dan anak usia 3-5 tahun yang tinggal di Desa Sindangwangi
 Ibu dengan anak usia 3-5 tahun tanpa penyimpangan perkembangan
 Ibu dapat membaca dan menulis
 Ibu mau menjadi responden

D. Jumlah Sampel

Pada penelitian ini, perhitungan sampel tidak dilakukan karena terbatasnya

jumlah populasi yang diteliti sehingga menggunakan total populasi atau sampling

jenuh. Jumlah responden ibu dengan anak usia 36-48 bulan berjumlah 44 dan ibu

dengan anak usia 48-60 bulan berjumlah 53 sehingga total populasinya adalah 96

ibu dengan anak usia 3-5 tahun

E. Alat pengumpul data dan Prosedur penelitian

1. Alat pengumpul data

a. Lembar kuesioner

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa lembar

kuesioner atau angket. Kuesioner diberikan langsung kepada responden

untuk diisi melalui proses wawancara. Kuesioner dibagi 2, Kuesioner

pertama dibuat untuk ibu yang memiliki anak usia 36-48 bulan dan

kuesioner kedua dibuat untuk ibu yang memiliki anak usia 48-60 bulan
68

yang masing-masing berisi pertanyaan tertutup yang terdiri atas 37

pertanyaan untuk mengidentifikasi pengetahuan, sikap dan perilaku ibu

dalam stimulasi perkembangan sosial anak usia 3-5 tahun

Kuesioner dibuat sendiri oleh peneliti dan sebelum digunakan akan

dikonsulkan dengan dosen pembimbing skripsi. Kemudian kuesioner

tersebut diuji validitas dan uji realibilitas.

Jenis pertanyaan untuk mengidentifikasi pengetahuan ibu adalah

pernyataan yang menggunakan skala guttman dengan pilihan jawaban

benar bernilai 1 dan salah bernilai 2, untuk mengidentifikasi sikap adalah

pernyataan yang menggunakan skala likert dengan pilihan jawaban sangat

setuju 4, setuju 3, tidak setuju 2 dan sangat tidak setuju 1. sedangkan untuk

mengidentifikasi perilaku ibu adalah pernyataan yang menggunakan skala

likert dengan pilihan jawaban selalu bernilai 4, sering bernilai 3, jarang

bernilai 2 dan tidak melakukan bernilai 1

Merujuk pada Nursalam (2008) maka hasil pengukuran

pengetahuan dikatakan baik apabila nilai yang diperoleh >11 (Nilai Baik

> 75 %), pengetahuan dikatakan cukup apabila nilai yang di peroleh 9-10

(nilai cukup 60 % - 75 %), dan pengetahuan kurang apabila nilai yang

diperoleh <9 (nilai kurang < 60%). Hasil pengukuran sikap ibuusia anak

36-48 dikatakan positif apabila nilai yang diperoleh lebih dari median

(Nilai median 35) dan sikap negatif apabila nilai yang diperoleh kurang

dari median (Nilai Median 35). Sedangkan hasil untuk pengukuran

perilaku ibu dikatakan baik apabila nilai yang diperoleh lebih dari median

(Nilai median 40), dan Perilaku ibu kurang apabila nilai yang diperoleh
69

kurang dari median (Nilai Median 36).Hasil pengukuran sikap ibuusia

anak 48-60 dikatakan positif apabila nilai yang diperoleh lebih dari median

(Nilai median 34) dan sikap negatif apabila nilai yang diperoleh kurang

dari median (Nilai Median 34). Sedangkan hasil untuk pengukuran

perilaku ibu dikatakan baik apabila nilai yang diperoleh lebih dari median

(Nilai median 34), dan Perilaku ibu kurang apabila nilai yang diperoleh

kurang dari median (Nilai Median 34).

2. Prosedur Penelitian

Prosedur-prosedur dalam pegumpulan data pada penelitian melalui

beberapa tahap yaitu :

a. Melakukan perizinan penelitian kepada kepala Desa sekaligus meminta

data anak dan alamat anak yang berusia 3-5 tahun.

b. Melakukan pendataan calon responden sesuai kriteria yang telah

ditentukan

c. Menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian kepada responden

d. Memberikan lembar persetujuan (informed consent) untuk ditandatangani

oleh calon responden apabila setuju menjadi subjek penelitian

e. Memberikan penjelasan kepada responden tentang cara pengisian

kuesioner

f. Memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya kepada peneliti

apabila ada yang tidak jelas dengan kuesioner

g. Memberikan waktu kepada responden untuk mengisi kuesioner

h. Responden menyerahkan kembali kuesioner yang telah diisi kepada

peneliti untuk diperiksa


70

F. Uji Validitas dan Reabilitas

Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan uji validitas dan

reabilitas untuk mendapatkan instrument yang valid untuk penelitian. Uji

validitas dilakukan di Desa Ciganjeung pada. Uji validitas dilakukan bulan

Desember 2013, dan sampel yang diambil untuk masing-masing kuesioner

sebanyak 30 responden untuk ibu yang memiliki anak usia 36-48 bulan dan

30 responden untuk ibu yang memiliki anak usia 48-60 bulan sehingga total

keseluruhan responden untuk uji validitas adalah 60 responden

Tujuan dari uji kuesioner adalah untuk mengetahui apakah

pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam kuesioner penelitian mudah

dimengerti atau sulit/tidak dimengerti oleh responden

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.

Kuesioner tentang pengetahuan dan perilaku ibu serta perkembangan anak

perlu untuk dilakukan uji validitas dan uji reabilitas. Dengan menggunakan

instrumen yang valid dan reliabel dalam pengumpulan data, maka diharapkan

hasil penelitian akan menjadi valid dan reliabel (Setiadi, 2007)

Validitas adalah keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen

yang bersangkutan mampu mengukur apa yang akan diukur (Arikunto, 2010).

pada penelitian ini menggunakan kuesioner sehingga pertanyaan dalam

kuesioner yang dibuat harus mampu mengungkapkan sesuatu yang akan

diukur.

Validitas yang akan diuji dalam penelitian ini adalah validitas kriteria.

Validitas kriteria akan merujuk kepada hubungan antara satu variabel dengan

variabel yang lain (Setiadi, 2007). Validitas kuesioner tersebut dapat


71

menggunakan rumus korelasi momen produk dari pearson. setelah itu diuji

dengan menggunakan uji t dan lalu baru dilihat penafsiran dari indeks

kolerasinya

Teknik korelasi yang dipakai adalah teknik korelasi “Product

moment”

Rumus:

( ) ( )( )
√[ ( ) ][ ( ) ]

Keterangan:

r hitung = koefisien korelasi

n = banyaknya subyek

∑Xi = Jumlah skor item

∑Yi = jumlah skor total

n = Jumlah responden

(Hidayat, 2003)

Rumus : Uji t

√( 2
𝑡
√(1 )

Keterangan :

t = nilai thitung

r = koefisien kolerasi hasil r hitung

n = jumlah responden

(Hidayat, 2003)

Untuk tabel tα = 0,05 derajat kebebasan (dk = n-2)

Jika nilai hitung > t tabel berarti valid demikian sebaliknya, jika
72

nilai t hitungnya < t tabel tidak valid, apabila instrumen valid, maka indeks

korelasinya (r) adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1 Tabel Indeks Korelasi

0,800-1,000 : Sangat tinggi


0,600-0,799 : tinggi
0,400-0,599 : cukup tinggi
0,200-0,399 : rendah
0,000-0,199 : sangat rendah (tidak valid)

Hasil uji validitas valiabel perilaku ibu yang memiliki anak usia 36-48

bulan dengan r tabel 0,3610 terdapat 3 pertanyaan yang tidak valid sehingga

peneliti tidak menggunakan/ menghilangkanya dan uji validitas variabel perilaku

ibu yang memiliki anak usia 48-60 bulan dengan r tabel 0.3610 terdapat 4

pertanyaan yang tidak valid, kemudian peneliti tidak menggunakan

/menghilangkan 3 pertanyaan dan memperbaiki 1 pertanyaan. Hasil uji validitas

variabel sikap ibu dengan r tabel 0,254, semua pertanyaan dinyatakan valid.

Reliabilitas adalah adanya kesamaan hasil apabila pengukuran

dilaksanakan oleh orang yang berbeda ataupun waktu yang berbeda (Ary dkk

(1977) dalam Setiadi (2007)).

Teknik yang digunakan untuk perhitungan reabilitas dengan menggunakan

metode Alpha-cronbach. Standar yang digunakan dalam menentukan reliable atau

tidaknya suatu instrument penelitian umumnya adalah perhitungan nilai r tabel

pada taraf kepercayaan 95% atau tingkat signifikan 5 %

Rumus koefisien reabilitas Alpha-cronbach :

𝑘 𝑠𝑖
{1 ( )}
(𝑘 1) 𝑠𝑡
73

Keterangan :

ri = reabilitas instument

k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya butir soal

∑si2 = jumlah varian butir

St2 = varian total

(Sugiyono, 2005)

Tabel 4.2 Tabel Reabilitas Berdasarkan Nilai Alpha

Alpha Tingkat Reliabilitas

0,00 s.d 0,20 Kurang reliabel

>0.20 s.d 0.40 Agak reliabel

0.40 s.d 0.60 Cukup reliabel

>0.60 s.d 0.80 Reliabel

>0.80s.d 1.00 Sangat reliabel

Hasil uji reabilitas variabel sikap pada penelitian ini nilai Alpha

Cronbach0.776 (>0.60-0.80), berdasarkan tabel diatas uji reliabel untuk

variabel sikap adalah reliabel. Hasil uji reabilitas variabel perilaku ibu

yang memiliki anak usia 36-48 bulan nilai Alpa Cronbach 0.866 (>0.80s.d

1.00) dan variabel perilaku ibu yang memiliki anak usia 48-60 bulan nilai

Alpha Cronbach 0.893 (>0.80s.d 1.00), berdasarkan tabel diatas uji

reliabel untuk variabel perilaku adalah sangat reliabel.

G. Pengolahan Data

Pengolahan data pada dasarnya merupakan suatu proses untuk

memperoleh data dan ringkasan berdasarkan suatu kelompok data yang


74

mentah dengan menggunakan rumus tertentu sehingga menghasilkan

informasi yang diperlukan (Setiadi,2007). Dalam proses pengolahan data

terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh (Hidayat, 2008),

diantaranya :

a. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data

yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap

pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

b. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka)

terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini

sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer.

Biasanya dalam pemberian kode dibuat daftar kode dan artinya dalam satu

buku (code book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti

suatu kode dari suatu variabel.

c. Entry data

Data entri adalah kegiatan memasukkan data yang telah

dikumpulkan ke dalam master tabel atau database komputer, kemudian

membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat

tabel kontigensi.

d. Cleaning

Dalam melakukan analisis, khususnya terhadap data penelitian

akan menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan


75

yang hendak dianalisis. Analisis analitik akan menggunakan statistika

inferensial. Statistika inferensial (menarik kesimpulan) adalah statistika

yang digunakan untuk menyimpulkan parameter (populasi) berdasarkan

statistika (sampel) atau lebih dikenal dengan proses generalisasi dan

inferensial.

H. Analisa Data

1. Analisa Univariat

Analisis univariat digunakan untuk mendapatkan distribusi

frekuensi dan proporsi masing-masing variabel yang diteliti, baik variabel

bebas maupun variabel terikat (Sumantri,2011). Analisis univariat

bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap

variabel penelitian

Variabel dependen menjelaskan pegetahuan dan sikap ibu dalam

stimulasi perkembangan sosial anak usia 3-5 tahun dan variabel

independen menjelaskan perilaku ibu dalam stimulasi perkembangan

sosial anak usia 3-5 tahun. Analisa dibagi menjadi 2 kelompok yaitu ibu

yang memiliki anak usia 36-48 bulan dan ibu yang memiliki anak usia 48-

60 bulan

2. Analisa Bivariat

Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkolerasi. Analisis ini digunakan untuk menguji

hipotesis dengan menentukan hubungan variabel bebas dan variabel terikat

melalui uji statistik.


76

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara

dependen dan independenya itu pegetahuan dan sikap ibu dengan perilaku

ibu dalam memberikanstimulasi perkembangan sosial anak usia 3-5 tahun.

Analisa bivariat dibagi menjadi 2 kelompokyaitu ibu yang memiliki anak

usia 36-48 bulan dan ibu yang memiliki anak usia 48-60 bulan

Tekhnik analisa menggunakan chi square menggunakan derajat

kepercayaan 95 % dengan α 5 %. Sehingga jika nilai p (p value) < 0,05

berarti hasil perhitungan statistik bermakna atau menunjukan adanya

hubungan antara variable dependen dan variable independen, sebaliknya

jika nilai p> 0,05 berarti hasil perhitungan statistik tidak bermakna atau

menunjukan tidak adanya hubungan antara variabel dependen dan variabel

independen.

I. Etika Penelitian

Merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian, mengingat

penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan manusia, maka dari segi

etika penelitian harusdiperhatikan. Masalah etika yang harus diperhatikan antara

lain : (Hidayat,2008)

1. Informed consent

Diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar

persetujuan untuk menjadi responden. Tujuannya adalah agar subjek mengerti

maksud dan tujuan penelitian.

2. Anomity (tanpa nama)


77

Nama responden tidak dicantumkan pada lembar alat ukur dan hanya

menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang

akan disajikan.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh

peneliti, hanya kelompok data tersusun yang akan dilaporkan pada hasil

penelitian
78

BAB V

Hasil Penelitian

A. Gambaran Umum Tempat dan Responden Penelitin

1. Gambaran umum Desa Sindangwangi

Desa Sindangwangi adalah salah satu Desa dari empat belas Desa

di Kecamatan Padaherang Kabupaten Pangandaran, yang terdiri dari 4

Dusun, 11 RW dan 31 RT. 4 dusun tersebut adalah Dusun Balater, Dusun

Kawarasan, Dusun Karanghonje dan Dusun Sindangsari.

Terletak di jalur jalan Propinsi antara Banjar – Pangandaran.Desa

Sindangwangi merupakan pemekaran dari Desa Ciganjeng yang

dimekarkan pada tahun 1982 melalui Surat keputusan Bupati Ciamis

Nomor: 05/PM.0241.022.I/SK/1982, tanggal 31 Juli 1982. Sebelah utara

berbatasan dengan Desa Karangsari, sebelah selatan berbatasan dengan

Desa Ciganjeng, sebelah barat berbatasan dengan Desa Bojong sari, dan

sebelah timur berbatasan dengan Desa Sukanagara.

Luas wilayah Desa Sindangwangi ± 615,677 ha, terdiri atas

Pemukiman 121,00 Ha, Persawahan 333,46 Ha, Perkebunan 112,33 Ha,

Pekarangan 44,00 Ha, Perkantoran 1,24 Ha, Kuburan 1,00 Ha, dan Jalan 5,

07 Ha.

Jumlah penduduk Desa Sindangwangi adalah 4.112 jiwa, jumlah

laki-laki 2.045 jiwa dan jumlah perempuan 2.067 jiwa terdiri dari kepala

keluarga (KK) laki-laki 1.119 kk dan kepala keluarga perempuan 184 kk.
79

2. Gambaran Umum Responden

Responden dalam penelitian ini adalahibu yang mempunyai anak

usia 3-5 tahun atau usia antara 36-60 bulan. Jumlah anak yang masuk

kedalam kriteria sampel dalam penelitian ini adalah 97 responden.Mereka

berperan aktif untuk membantu peneliti dalam menjawab semua kuesioner.

Usia anak pada penelitian ini antara 3-5 tahun. Hasil analisis

menunjukan bahwa persentase anak terbanyak adalah kelompok usia 48-

60 bulan yaitu sebanyak 54.6 % dan terendah adalah kelompok usia 36-

48 bulan yaitu sebanyak 45.5 %. Variasi usia anak dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Responden Menurut Usia Anak di Desa

Sindangwangi Tahun 2014

No Usia anak (Bulan) Jumlah Persentase (%)

1 36-48 44 45.4

2 48-60 53 54.6

TOTAL 97 100.0

B. Analisa Univariat

Analisis univariat dalam penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan

variabel. Variabel yang dianalisis univariat dalam penelitian ini yaitu mengenai

gambaran pengetahuan ibu tentang stimulasi perkembangan sosial anak,

gambaran sikap ibu dalam memberikan stimulasi perkembangan sosial anak


80

dan gambaran perilaku ibu dalam memberikan stimulasi perkembangan sosial

anak.

1. Analisis univariat ibu yang mempunyai anak usia 36-48 bulan

a. Gambaran distribusi perilaku Ibu dalam memberikan stimulasi

perkembangan sosial usia 36-48 bulan

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Perilaku Ibu dalam Memberikan Stimulasi

Perkembangan Sosial Anak Usia 36-48 Bulan diDesa Sindangwangi

Tahun 2014

No Perilaku Jumlah Persentase (%)

1 Baik 14 31.8

2 Kurang 30 68.8

TOTAL 44 100.0

Hasil analisa data untuk variabel perilaku diperoleh nilai median

40. Peneliti menggolongkan variabel perilaku berdasarkan 2 kategori,

yaitu perilaku baik (skor > 40) dan perilaku kurang (skor ≤ 40) dengan

menggunakan median sebagai titik potong. Hasil yang didapat pada tabel

5.4, bahwa sebagian besar responden mempunyai perilaku kurang yaitu

68.8%
81

b. Gambaran distribusi pengetahuan ibu tentang stimulasi

perkembangan sosial anak usia 36-48 bulan

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Tentang Stimulasi

Perkembangan Sosial Anak Usia 36-48 Bulan di Desa Sindangwangi

Tahun 2014

No Tingkat Pengetahuan Jumlah Pesentase (%)

1 Baik 29 65.9

2 Cukup 15 34.1

TOTAL 44 100.0

Hasil analisa untuk variabel pengetahuan peneliti mengolongkan

menjadi 3 kategori yaitu baik, cukup dan kurang. Dikatakan baik 12-15 (>

75%), cukup 9-11 (60-75%), dan kurang 1-8 (<60%). Hasil yang didapat

pada tabel 5.2 bahwa sebagian besar responden mempunyai pengetahuan

baik yaitu 65.9%

c. Gambaran distribusi sikap ibu terhadap stimulasi perkembangan

sosial anak usia 36-48 bulan

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Sikap Ibu Terhadap Stimulasi Perkembangan

Sosial Anak Usia 36-48 Bulan diDesa Sindangwangi Tahun 2014

No Sikap Jumlah Persentase (%)

1 Positif 13 29.5

2 Negatif 31 70.5

TOTAL 44 100.0
82

Hasil analisa data untuk variabel sikap di peroleh nilai median 35.

Peneliti menggolongkan variabel sikap berdasarkan 2 kategori, yaitu sikap

positif (skor > 35) dan negatif (skor ≤ 35) dengan menggunakan median

sebagai titik potong. Hasil yang didapat pada tabel 5.3 diatas, bahwa

responden sebagian besar mempunyai sikap negatif yaitu 70.5%

1. Analisis univariat ibu yang mempunyai anak usia 48-60 bulan

a. Gambaran distribusi perilaku ibu dalam memberikan stimulasi

perkembangan sosial anak usia 48-60 bulan

Tabel 5.5

Distribusi Frekuensi Perilaku Ibu dalam Memberikan Stimulasi

Perkembangan Sosial Anak Usia 48-60 Bulan diDesa

Sindangwangi Tahun 2014

No Perilaku Jumlah Persentase (%)

1 Baik 24 45.3

2 Kurang 29 54.7

TOTAL 53 100.0

Hasil analisa data untuk variabel perilaku diperoleh nilai median

34. Peneliti menggolongkan variabel perilaku berdasarkan 2 kategori,

yaitu perilaku baik (skor > 34) dan perilaku kurang (skor ≤ 34) dengan

menggunakan median sebagai titik potong. Hasil yang didapat pada

tabel 5.7, bahwa sebagian besar responden mempunyai perilaku kurang

yaitu 54.7%
83

b. Gambaran distribusi pengetahuan ibu tentang stimulasi

perkembangan sosial anak usia 48-60 bulan

Tabel 5.6

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Tentang Stimulasi

Perkembangan Sosial Anak Usia 48-60 Bulan diDesa

Sindangwangi Tahun 2014

No Tingkat Pengetahuan Jumlah Pesentase (%)

1 Baik 42 79.2

2 Cukup 11 20.8

TOTAL 53 100.0

Hasil analisa untuk variabel pengetahuan peneliti mengolongkan

menjadi 3 kategori yaitu baik, cukup dan kurang. Dikatakan baik 12-15

(> 75%), cukup 9-11 (60-75%), dan kurang 1-8 (<60%). Hasil yang

didapat pada tabel 5.5 bahwa sebagian besar responden mempunyai

pengetahuan baik yaitu 79.2%

c. Gambaran distribusi sikap ibu terhadap stimulasi perkembangan

sosial anak usia 48-60 bulan

Tabel 5.7

Distribusi Frekuensi Sikap Ibu Terhadap Stimulasi Perkembangan

Sosial Anak Usia 48-60 Bulan di Desa Sindangwangi Tahun 2014

No Sikap Jumlah Persentase (%)

1 Positif 23 43.4

2 Negatif 30 56.6

TOTAL 53 100.0
84

Hasil analisa data untuk variabel sikap di peroleh nilai median

34. Peneliti menggolongkan variabel sikap berdasarkan 2 kategori,

yaitu sikap positif (skor > 34) dan negatif (skor ≤ 34) dengan

menggunakan median sebagai titik potong. Hasil yang didapat pada

tabel 5.6 diatas, bahwa responden sebagian besar mempunyai sikap

negatif yaitu 56.6%

C. Analisa Bivariat

Analisa bivariat bertujuan untuk melihat hubungan antara 2 variabel yaitu

variabel bebas (pengetahuan dan sikap ibu ) dengan variabel terikat (perilaku

ibu dalam memberikan stimulasi perkembangan sosial anak usia 3-5 tahun)

1. Analisis bivariat ibu yang mempunyai anak usia 36-48 bulan

a. Hubungan pengetahuan dengan perilaku ibu dalam memberikan

stimulasi perkembangan sosial anak

Tabel 5.8

Hasil Analisis Hubungan Antara Pengetahuan dengan Perilaku Ibu

dalam Memberikan Stimulasi Perkembangan Sosial Anak Usia 36-

48 Bulan diDesa Sindangwangi Tahun 2014

Perilaku OR P
Total
Baik Kurang (95%CI) value

N % N % N %

Baik 5 17.2 24 82.8 29 100.0 0.139


Pengetahuan 0.007
Cukup 9 60.0 6 40.0 15 100.0 (0.034-0.570)

Total 14 31.8 30 68.3 44 100.0


85

Hasil analisa tabel 5.8 diatas, analisa antara pengetahuan dengan

perilaku ibu dalam memberikan stimulasi perkembangan sosial anak

usia 36-48 bulan menunjukan proporsi perilaku baik dalam memberikan

stimulasi perkembangan sosial anak yang mempunyai pengetahuan baik

(17.2) lebih sedikit dibandingkan dengan perilaku baik dalam

memberikan stimulasi perkembangan sosial anak yang mempunyai

pengetahuan cukup (60%)

Berdasarkan uji statistik, nilai p value =0.007 (p<0,05). Yang

berarti ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan

perilaku ibu dalam memberikan stimulasi perkembangan sosial anak

usia 36-48 bulan di Desa Sindangwangi. Nilai OR = 0.139 dapat

disimpulkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik

beresiko 0.139 kali lebih tinggi umtuk berperilaku baik dibandingkan

yang mempunyai pengetahuan kurang


86

b. Hubungan sikap dengan perilaku ibu dalam memberikan stimulasi

perkembangan sosial anak

Tabel 5.9

Hasil Analisis Hubungan Antara Sikap dengan Perilaku Ibu dalam

Memberikan Stimulasi Perkembangan Sosial Anak Usia 36-48

Bulan diDesa Sindangwangi Tahun 2014

Perilaku OR P
Total
Baik Kurang (95%CI) Value

N % N % N %

Positif 10 76.9 3 23.1 13 100.0 22.500


Sikap 0.000
Negatif 4 12.9 27 87.1 31 100.0 (4.263-118.751)

Total 14 31.8 30 68.2 44 100.0

Hasil analisis pada tabel 5.11 diatas, analisis antara sikap ibu

terhadap stimulasi perkembangan sosial anak usia 36-48 bulan

menunjukan bahwa proporsi perilaku baik dalam memberikan stimulasi

perkembangan sosial anak yang mempunyai sikap positif (76.9%) lebih

besar dibandingkan dengan perilaku baik dalam memberikan stimulasi

perkembangan sosial anak yang mempunyai sikap nrgatif (12.9%).

Berdasarkan uji statistik, nilai p value = 0.000 (p<0,05) yang

berarti ada hubungan yang bermakna antara sikap dan perilaku dalam

memberikan stimulasi perkembangan sosial anak usia38-48 bulan di

Desa Sindangwangi. Nilai OR = 22.500 dapat disimpulkan bahwa ibu

yang memiliki sikap positif beresiko 22.500 kali lebih tinggi untuk

berperilaku baik dibandingkan yang mempunyai sikap negatif.


87

2. Analisis bivariat ibu yang mempunyai anak usia 48-60 bulan

a. Hubungan pengetahuan dengan perilaku ibu dalam

memberikan stimulasi perkembangan sosial anak

Tabel 5.10

Hasil Analisis Hubungan Antara Pengetahuan dengan Perilaku

Ibu dalam Memberikan Stimulasi Perkembangan Sosial Anak

48-60 Bulan di Desa Sindangwangi Tahun 2014

Perilaku OR P
Total
Baik Kurang (95%CI) value

N % N % N %

Baik 14 33.3 28 66.7 42 100.0 0.050


Pengetahuan 0.001
Cukup 10 90.9 1 9.1 11 100.0 (0.006-0.431)

Total 24 45.3 29 54.7 53 100.0

Hasil analisa tabel 5.8 diatas, analisa antara pengetahuan dengan

perilaku ibu dalam memberikan stimulasi perkembangan sosial anak

usia 48-60 bulan menunjukan proporsi perilaku baik dalam memberikan

stimulasi perkembangan sosial anak yang mempunyai pengetahuan baik

(33.3) lebih sedikit dibandingkan dengan perilaku baik dalam

memberikan stimulasi perkembangan sosial anak yang mempunyai

pengetahuan cukup (90.9%)

Berdasarkan uji statistik, nilai p value =0.001 (p<0,05). Yang

berarti ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan

perilaku ibu dalam memberikan stimulasi perkembangan sosial anak

usia 48-60 bulan di Desa Sindangwangi. Nilai OR = 0.050 dapat


88

disimpulkan bahwa ibu yang memiliki pengetahuan baik beresiko 0.050

kali lebih tinggi untuk berperilaku baik dibandingkan yang mempunyai

pengetahuan kurang.

b. Hubungan sikap dengan perilaku ibu dalam memberikan stimulasi

perkembangan sosial anak

Tabel 5.11

Hasil Analisis Hubungan Antara Sikap dengan Perilaku Ibu

dalam Memberikan Stimulasi Perkembangan Sosial Anak Usia

48-60 Bulan di Desa Sindangwangi Tahun 2014

Perilaku P
Total
Baik Kurang Value

N % N % N %

Positif 10 43.5 13 56.5 23 100.0


Sikap 1.000
Negatif 14 46.7 16 53.3 30 100.0

Total 24 45.3 29 54.7 53 100.0

Hasil analisis pada tabel 5.11 diatas, analisis antara sikap ibu

terhadap stimulasi perkembangan sosial anak usia 48-60 bulan

menunjukan bahwa proporsi perilaku baik dalam memberikan stimulasi

perkembangan sosial anak yang mempunyai sikap positif (43.5%) lebih

sedikit dibandingkan dengan perilaku baik dalam memberikan stimulasi

perkembangan sosial anak yang mempunyai sikap negatif (46.7%).

Berdasarkan uji statistik, nilai p value = 1.000 (p>0,05) yang berarti

tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap dan perilaku dalam

memberikan stimulasi perkembangan sosial anak usia 48-60 bulan.


89

BAB VI

PEMBAHASAN

Pada pembahasan akan diuraikan makna hasil penelitian yang dilakukan

tentang hubungan pengetahuan dan sikap dengan perilaku ibu dalam memberikan

stimulasi perkembangan sosial anak usia 3-5 tahun di Desa Sindangwangi. Dalam

membahasan ini responden dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu pengetahuan dan

sikap dengan perilaku ibu dalam memberikan stimulasi perkembangan sosial usia

36-48 bulan dan pengetahuan dan sikap ibu dengan perilaku ibu dalam

memberikan stimulasi perkembangan sosial anak usia 48-60 bulan di Desa

sindangwangi.

A. Pembahasan Variabel Penelitian

1. Gambaran perilaku ibu dalam memberikan stimulasi perkembangan

sosial anak usia 3-5 tahun

Menurut Notoatmodjo (2007), perilaku adalah semua kegiatan atau

aktivitas manusia baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak

dapat diamati oleh pihak luar. Pada penelitian ini perilaku ibu dalam

memberikan stimulasi perkembangan sosial anak.

Berdasarkan penelitian pada ibu yang mempunyai anak usia 36-48

bulan di peroleh 14 ibu mempunyai perilaku yang baik (31.8%) dan 30 ibu

mempunyai perilaku kurang (68.8%). Jadi, dapat disimpulkan bahwa


90

sebagian besar ibu mempunyai perilaku kurang dalam memberikan

stimulasi perkembangan sosial anak.

Hasil penelitian pada ibu yang mempunyai anak usia 48-60 bulan

diperoleh 24 ibu mempunyai perilaku yang baik (45.3%) dan 29 ibu

mempunyai perilaku kurang (54.7%). Jadi, dapat disimpulkan bahwa

sebagian besar ibu mempunyai perilaku kurang dalam memberikan

stimulasi perkembangan sosial anak.

Pada penelitian ini perilaku diukur melalui kuesioner.Perilaku ibu

kurang dapat terlihat dari ibu jarang mengajak anak untuk berekreasi,

cenderung mengacuhkan anak ketika anak menangis dan ibu tidak

membuat anak bermain dengan teman sebanyanya.

Perilaku kesehatan pada dasarnya berkaitan dengan sakit dan

penyakit. Sedangkan perilaku seseorang dari sakit atau penyakit adalah

cara manusia berespon baik secara pasif (mengetahui, bersikap dan

mempersepsikan tentang suatu penyakit yang ada pada dirinya dan luar

dirinya), maupun secara aktif (praktek) yang dilakukan sehubungan

dengan penyakit tersebut (Notoatmodjo, 2003). Menurut asumsi peneliti,

perilaku kurang ibu disebabkan oleh sikap yang negatif terhadap stimulasi

perkembangan sosial anak.Walaupun sebagian besar ibu mempunyai

pengetahuan yang baik namun mereka bersikap atau bereaksi kurang

sehingga ibu tidak secara aktif (praktek) dalam memberikan stimulasi

perkembangan sosial anak.


91

2. Gambaran pengetahuan ibu tentang stimulasi perkembangan sosial

anak usia 3-5 tahun

Pengetahuan merupakan suatu hasil dari tahu dan ini terjadi

setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu

(Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan ibu dalam penelitian ini adalah ibu

mampu mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan stimulasi

perkembangan sosial anak, prinsip serta pentingnya stimulasi

perkembangan sosial anak.

Berdasarkan penelitian pada ibu yang mempunyai anak usia 36-48

bulan diperoleh 29 ibu mempunyai pengetahuan baik (65.9%) dan 15 ibu

mempunyai pengetahuan kurang (34.1%). Jadi, dapat disimpulkan bahwa

sebagian ibu mempunyai pengetahuan yang baik tentang stimulasi

perkembangan sosial anak.

Hasil penelitian pada ibu yang mempunyai anak usia 48-60 bulan

diperoleh 42 ibu mempunyai pengetahuan baik (79.2%) dan 11 ibu

mempunyai pengetahuan kurang (20.8%). Jadi, dapat disimpulkan bahwa

sebagian ibu mempunyai pengetahuan yang baik tentang stimulasi

perkembangan sosial anak.

Pengetahuan baik dapat terlihat dari seluruh ibu mampu menjawab

dengan benar pernyataan pengertian stimulasi yaitu merangsang

kemampuan dasar anak usia 0-6 tahun, serta pernyataan bahwa anak akan

cepat berkembang optimal jika mendapat stimulasi yang terarah dan

stimulasi dapat dilakukan dengan cara latihan dan bermain. Hanya

sebagian kecil ibu beranggapan bahwa kesempatan pemberian stimulasi


92

anak laki-laki berbeda dengan anak perempuan

Menurut Nursalam (2000), semakin tinggi tingkat pendidikan

seseorang semakin mudah pula menerima informasinya sehingga semakin

banyak pengetahuan yang dimiliki. Pada penelitian ini rata-rata

pendidikan terakhir ibu adalah SMP. Pengetahuan yang baik ini

hendaknya di pertahankan dan diperdalam dengan cara memberikan

informasi seputar stimulasi perkembangan anak sesuai tahap

perkembanganya oleh tenaga kesehatan setempat.

3. Gambaran sikap ibu terhadap stimulasi perkembangan sosial anak

usia 3-5 tahun

Sikap merupakan organisasi pendapat, keyakinan seseorang

mengenai objek atau situasi yang relatif sama, disertai adanya perasaan

tertentu, dan memberikan memberikan dasar pada orang tersebut untuk

membuat respon atau berperilaku dalam cara tertentu yang dipilihnya

(Walgito (2001) dalam Sunaryo (2004)). Sikap ibu dalam penelitian ini

adalah bagaimana ibu bersikap terhadap stimulasi perkembangan sosial

anak.

Berdasarkan penelitian pada ibu yang mempunyai anak usia 36-48

bulan di peroleh 13 ibu mempunyai sikap yang positif (29.5%) dan 31 ibu

mempunyai sikap negatif (70.5%). Jadi, dapat disimpulkan bahwa

sebagian besar ibu mempunyai sikap negatif terhadap stimulasi

perkembangan sosial anak.


93

Hasil penelitian pada ibu yang mempunyai anak usia 48-60 bulan

diperoleh 23 ibu mempunyai sikap positif (43.4%) dan 30 ibu mempunyai

sikaf negatif (56.6%). Jadi, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar ibu

mempunyai sikap negatif terhadap stimulasi perkembangan sosial anak.

Menurut Notoatmodjo (2003) sikap tidak dapat dilihat, tetapi dapat

ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap merupakan

reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Pada penelitian ini

sikaf negatif ibu pada stimulasi perkembangan sosial anak dapat terlihat

dari pernyataan negatif dalam kuesioner dimana sebagian besar ibu

menjawab tidak setuju menyamakan laki-laki dan perempuan dalam

bersosialisasi, mengajak teman sebaya kerumah untuk bermain bersama

serta tidak setuju memberikan mainan pada anak.

Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan anak bertindak, yang

menjadi predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap merupakan kesiapan

untuk bereaksi terhadap objek lingkungan tertentu sebagai suatu

penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2003). Menurut asumsi

peneliti, yang menimbulkan sikap negatif ibu terhadap stimulasi

perkembangan anak adalah kurangnya ibu mencari informasi mengenai

stomulasi perkembangan sosial yang bisa didapatkan melalui membaca

buku, menonton acara tv dan kurangnya stimulus atau informasi yang

tepat dari tenaga kesehatan setempat. Sejalan dengan peryantaan (Sarwono

(1997) dalam maulana (2010)) bahwa sikap seseorang dapat berubah

dengan diperolehnya informasi tentang suatu objek tertentu, melalui

persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya.


94

4. Hubungan antara pengetahuan dengan perilaku ibu dalam

memberikan stimulasi perkembangan sosial usia 3-5 tahun

Telah dijelaskan sebelumnya bahwapengetahuan merupakan suatu

hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan

terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2003).Pengetahuan

merupakan salah satu domain yang sangat penting dalam membentuk

perilaku seseorang.

Menurut Notoatmodjo (2007), Perilaku adalah semua kegiatan atau

aktivitas manusia baik yang dapat diamati langsung, maupun tidak dapat

diamati oleh pihak luar. Perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang

terhadap stimulus atau rangsangan dari luar (skinner, 1983 dalam

Notoatmodjo, 2007).Stimulus atau rangsangan dari luar salah satunya

pengetahuan.

Hasil penelitian pada ibu yang mempunyai anak usia 36-48 bulan

menunjukan 5 dari 29 responden (17.20%) mempunyai pengetahuan baik

dengan perilaku ibu baik dalam memberikan stimulasi perkembangan

sosial anak dan 9 dari 15 responden (60.0%) mempunyai pengetahuan

yang cukup dengan perilaku ibu baik dalam memberikan stimulasi

perkembangan sosial anak

Berdasarkan uji statistik, menunjukan adanya hubungan yang

bermakna antara pengetahuan dengan perilaku ibu dalam memberikan

stimulasi perkembangan sosial p value = 0,007 (p<0.05) untuk responden


95

dengan anak 36-48 bulan, artinya perilaku ibu akan baik jika pengetahuan

ibu baik pula. Nilai OR = 0.139 dapat disimpulkan bahwa responden yang

mempunyai pengetahuan baik beresiko 0.139 kali lebih tinggi untuk

berperilaku baik dibandingkan yang mempunyai pengetahuan kurang.

Hasil penelitian pada ibu yang mempunyai anak usia 48-60 bulan

menunjukan 14 dari 42 responden (33.3%) mempunyai pengetahuan baik

dengan perilaku ibu baik dalam memberikan stimulasi perkembangan

sosial anak dan 10 dari 11 responden (90.9%) mempunyai pengetahuan

yang cukup dengan perilaku ibu baik dalam memberikan stimulasi

perkembangan sosial anak. Nilai OR = 0.050 dapat disimpulkan bahwa

responden yang mempunyai pengetahuan baik beresiko 0.050 kali lebih

tinggi untuk berperilaku baik dibandingkan yang mempunyai

pengetahuan kurang.

Berdasarkan uji statistik, menunjukan adanya hubungan yang

bermakna antara pengetahuan dengan perilaku ibu dalam memberikan

stimulasi perkembangan sosial p value = 0,001 (p<0.05) untuk responden

dengan anak 48-60 bulan, artinya perilaku ibu akan baik jika pengetahuan

ibu baik pula

Menurut teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2007),

Pengetahuan merupakan salah satu faktor predisposisi (mempermudah)

yang mempengaruhi perubahan perilaku manusia.Pengetahuan responden

yang baik dapat dijadikan dasar dalam pembentukan perilaku dalam

memberikan stimulasi perkembangan sosial anak karena pengetahuan

merupakan domain dalam pembentukan perilaku seseorang.


96

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang pernah

dilakukan handayani (2007), yang menunjukan bahwa sebagian besar ibu

yang mempunyai tingkat pengetahuan tentang perkembangan anak yang

baik (58,3%) dengan perilaku stimulasi perkembangan anak yang baik

(58,3%). hasil uji statistik menunjukan bahwa taraf signifikan p<0,01

artinya ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan

perilaku stimulasi perkembangan anak pada ibu yang mempunyai anak 3-

5 tahun di play group Pelangi Anak Umbulharjo Yogyakarta.

Menurut Notoatmodjo (2003), semakin tinggi pengetahuan

seseorang semakin mudah untuk menerima hal-hal yang baru, sebaliknaya

apabila pengetahuan kurang akan lebih sulit untuk bersikap dan bertindak.

Perilaku yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap positif,

akan menimbulakan perilaku yang baik. Sementara itu perilaku yang tidak

didasari oleh pengetahuan dan kesadaran, makan perilaku tersebut tidak

berlangsung lama.

Hasil penelitian ini juga menjelaskan keterkaitan antara

pengetahuan kurang yang berdampak pada perilaku kurang.Pengetahuan

kurang yang dialami responden karena responden kurang mencari

informasi terkait stimulasi perkembangan sosial anak, dan petugas

kesehatan yang berada di Desa Sindangwangi tidak ada program tentang

penyuluhan tumbuh kembang dan stimulasinya. Petugas kesehatan

sebaiknya memberikan informasi tentang dampak negatif jika ibu tidak

mengetahui bagaimana stimulasi perkembangan sosial anak selanjutnya

berperilaku sesuai dengan apa yang diketahui.


97

5. Hubungan antara sikap dengan perilaku ibu dalam memberikan

stimulasi perkembangan sosial usia 3-5 tahun

Menurut Notoatmodjo (2007), sikap adalah respon individu yang

masih bersifat tertutup terhadap suatu rangsangan dan sikap tidak dapat

diamati secara langsung oleh individu lain. Sikap belum merupakan

suatu tindakan, tetapi sikap merupakan suatu faktor pendorong individu

untuk melakukan tindakan (perilaku). Sikap merupakan organisasi

pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang relatif

sama, disertai adanya perasaan tertentu, dan memberikan dasar pada

orang tersebut untuk membuat respon atau berperilaku dalam cara

tertentu yang dipilihnya (Walgito, 2001) dalam Sunaryo, 2004).

Proses pembentukan sikap dapat terjadi karena adanya rangsangan,

seperti pengetahuan responden tentang stimulasi perkembangan sosial.

Rangsangan tersebut menstimulus diri responden untuk memberi

respon, dapat berupa sikap positif atau negatif, akhirnya akan

diwujudkan dalam perilaku atau tidak (Notoatmodjo, 2003)

Hasil penelitian pada ibu yang mempunyai anak usia 36-48 bulan

menunjukan 10 dari 13 responden (76.9%) mempunyai sikap positif

dengan perilaku ibu baik dalam memberikan stimulasi perkembangan

sosial anak dan 4 dari 31 responden (12.9%) mempunyai sikap negatif

dengan perilaku ibu baik dalam memberikan stimulasi perkembangan

sosial anak. Nilai OR = 22.500 dapat disimpulkan bahwa ibu yang


98

memiliki sikap positif beresiko 22.500 kali lebih tinggi untuk

berperilaku baik dibandingkan yang mempunyai sikap negatif

Berdasarkan uji statistik, menunjukan adanya hubungan yang

bermakna antara sikap dengan perilaku ibu dalam memberikan

stimulasi perkembangan sosial p value = 0,000 (p<0.05) untuk

responden dengan anak 36-48 bulan, artinya perilaku ibu akan baik

jika sikap ibu positif

Hasil penelitian pada ibu yang mempunyai anak usia 36-48 bulan

menunjukan 10 dari 23 responden (43.5%) mempunyai sikap positif

dengan perilaku ibu baik dalam memberikan stimulasi perkembangan

sosial anak dan 14 dari 30 responden (46.7%) mempunyai sikap

negatif dengan perilaku ibu baik dalam memberikan stimulasi

perkembangan sosial anak

Berdasarkan uji statistik, menunjukan tidak adanya hubungan yang

bermakna antara sikap dengan perilaku ibu dalam memberikan

stimulasi perkembangan sosial p value = 1,000 (p>0.05) untuk

responden dengan anak 48-60 bulan, artinya perilaku ibu akan baik

jika sikap ibu positif

Tidak adanya hubungan antara sikap ibu dengan perilaku ibu dalam

memberikan stimulasi perkembangan anak usia 48-60 bulan

dijelaskan sebagai berikut : Semakin bertambahnya usia anak maka

akan berpengaruh juga pada kemampuan anak untuk bersosialisasi.

Anak tidak hanya berhubungan dengan orang tua saja, namun menuju

pada hubungan sosial diluar rumah seperti saudara dan anak tetangga,
99

anak mulai terlibat dalam permainan dengan teman sebaya sehingga

anak mulai berbagi rasa dan perhatian dengan temanya (Hurlock

(1993) dalam Suharsono (2009)).

Berdasarkan penelitian Hotmaria (2010), menyatakan tidak ada

hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu tentang stimulasi

perkembangan dengan perkembangan motorik kasar anak usia 3-5

tahun dengan p value>0.05. Pengetahuan dan sikap ibu tidak

mendukung baiknya perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun.

Pembentukan sikap menurut Allport (1954) dalam Notoatmodjo

(2003) , komponen pokok sifat meliputi : kepercayaan (keyakinan),

ide, dan konsep suatu objek, kehidupan emosional atau evaluasi

terhadap suatu objek: kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).

Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama membentuk sikap

yang utuh (total attitude) penentuan sikap yang utuh tersebut sangat

dipengaruhi oleh pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi.

Sikap responden yang negatif, bisa menjadi baik jika tenaga

kesehatan bisa mempengaruhi pengetahuan, pikiran, keyakinan dan

emosi dari responden. Karena ke empat faktor tersebut sangat

menentukan terjadinya sikap yang utuh pada responden..Hal ini

dikuatkan oleh teori Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2007), bahwa

tenaga kesehatan harus bisa memberikan contoh kepada responden,

dampak negatif pada anak jika ibu bersikap negatif terhadap perilaku

dalam memberikan stimulasi perkembangan sosial anak. Tenaga

kesehatan dapat mempengaruhi pengetahuan, pikiran, keyakinan dan


100

emosi responden Responden akan bersikap positif karena mengetahui

dan memahami pentingnya stimulasi perkembangan yang sesuai denga

tahap tumbuh kembangnya agar anak dapat berkembang terarah dan

optimal.

B. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari adanya keterbatasan dalam pelaksanaan

penelitian ini, penelitian tersebut adalah sebagai berikut :

1. Houthrome effect; Subjek penelitian mengetahui bahwa dirinya sedang

diteliti sehingga dapat mempengaruhi jawaban responden

2. Belum ada instrumen baku dalam penelitian ini, sehingga instrumen

dalam penelitian ini disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan literatur

yang didapatkan mengenai stimulasi perkembangan social. Instrumen

telah dilakukan uji validitas dan uji reabilitas sehingga layak

dipergunakan.

3. Pada penelitian ini perilaku dilihat dari kuesioner, sehingga

menyebabkan bias. perilaku lebih baik bila diukur melalui observasi.


101

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan

pada bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat diambil dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Perilaku ibu yang mempunyai anak usia 36-48 bulan dalam memberikan

stimulasi perkembangan sosial anak di Desa Sindangwangi tergolong

kurang baik (68.8%) dan perilaku ibu yang mempunyai anak usia 48-60

dalam memberikan stimulasi perkembangan sosial anak juga kurang baik

(54.7%)

2. Pengetahuan ibu tentang stimulasi perkembangan sosial yang mempunyai

anak usia 36-48 bulan di Desa Sindangwangi tergolong baik (65.9%) dan

pengetahuan ibu yang mempunyai anak usia 48-60 bulan juga baik

(79.2%)

3. Sikap ibu terhadap stimulasi perkembangan sosial yang mempunyai anak

usia 36-48 bulan di Desa Sindangwangi tergolong negatif (70.5%) dan

sikap ibu terhadap stimulasi perkembangan sosial yang mempunyai anak

usia 48-60 bulan juga negatif (56.6%)

4. Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan perilaku dalam

memberikan stimulasi perkembangan sosial anak usia 36-48 bulan dengan

nilai p value= 0.007 (p<0.05).


102

5. Ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan perilaku ibu dalam

memberikan stimulasi perkembangan sosial anak usia 36-48 tahun dengan

nilai p value = 0.000 (p<0.05)

6. Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan perilaku dalam

memberikan stimulasi perkembangan sosial anak usia 48-60 bulan dengan

nilai p value = 0.001 (p<0.05).

7. Tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan perilaku ibu

dalam memberikan stimulasi perkembangan sosial anak usia 48-60 tahun

dengan nilai p value = 1.000 (p>0.05)


103

B. Saran

1. Bagi orang tua

Memberikan informasi kepada ibu tentang pengetahuan, cara

bersikap dan berperilaku dalam memberikan stimulasi perkembangan

sosial pada anak. Pengetahuan terkait stimulasi perkembangan sosial

anak dapat diperoleh dari membaca buku tentang tumbuh kembang

anak, bertanya pada petugas kesehatan dan datang ke klinik khusus

untuk tumbuh kembang anak.Setelah pengetahuan baik diharapkan ibu

dapat melakukan stimulasi tumbuh kembang sesuai dengan tahap

perkembangan anak agar anak dapat lebih cepat berkembang optimal.

2. Bagi tenaga kesehatan

Lebih meingkatkan upaya promosi kesehatan pada ibu dengan anak

usia 3-5 tahun dalam upaya mengubah sikap dan perilaku ibu dalam

memberikan stimulasi perkembangan sosial anak karena akan

membantu anak untuk berkembang sesuai dengan tugas dan tahapan

perkembangan anak serta akan mempengaruhi anak untuk berkembang

secara optimal.

3. Bagi penelitian selanjutnya

Perlu adanya penelitian lebih lanjut terkait dengan perilau

kesehatan khususnya dalam memberikan stimulasi perkembangan

sosia anak.Saat ini penelitian perilaku dilakukan melalui kuesioner,

lebih baiknya perilaku diukur melalui observasi sehingga data lebih

akurat.
104

Daftar Pustaka

Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka


Cipta.

Azwar, A.1997.Pengantar Administrasi Kesehatan. Edisi Ke Tiga. Jakarta:


BinarupaAksara.

Azwar S. 2003. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

Bakhtiar, A. 2004. Filsafat Ilmu. Jakarta : PT. Grafindo Persada.

Benrman, RE dkk. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Volume 1 diterjemahkan


oleh A. Samik Wahab. Jakarta: EGC.

Bonner, H. 1953. Social psycologi An Inter Disciplinary Approach New York.


American : Book company.

Cahyani, PB. 2009. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Stimulasi dengan


Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 3-5 Tahun di Boyolali.
Surakarta : UM Surakarta.
Chandra, B. 2009. Ilmu Kedokteran Pencegahan Dan Komunitas. Jakarta : EGC

Departemen Kesehatan RI, 1998. Pedoman Deteksi Dini Tumbuh Kembang


Balita. Jakarta : Depkes RI.

______________________, 2005. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi Dini


dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak Di Tingkat Pelayanan
Kesehatan Dasar. Jakarta : DepKes RI.
______________________, 2007. Pedoman Pelaksanaan Stimuasi, Deteksi dan
Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan
Kesehatan Dasar. Jakarta: DepKes RI.
______________________. Puskesmas Sebagai Penggagas
PembangunanKesehatan Setempat. Available at:
http://www.depkes.go.id (diakses 17 November 2012).

Gerungan, W.A. 2003. Psikologi Sosial . Bandung : Refika Aditoma.

Goleman, D. 1996. Social intelligence : Ilmu Baru Tentang Hubungan antar


Manusia. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Gunarsa, S. D. 1986. Dasar dan Teori Perkembangan anak.Jakarta : Gunung


Mulia.
105

Gunarsa, S. D., & Gunarsa, Y. S. D. 2004.Psikologi untuk Keluarga. Jakarta: BPK


Gunung Mulia.

Hafied, C 2003. Pengantar Ilmu Komunikasi . Jakarta : Grafindo

Handayani, T.I. 2007. Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku


Stimulasi Perkembangan Anak pada Ibu yang Mempunyai Anak Usia
3-5 tahun di Play droup Pelangi Anak Umbulharjo Yogyakarta.
Yogyakarta : UMY.

Hartini, dkk. 2008. Hubungan antara Pengetahuan dengan Motivasi Ibu Untuk
melakukan Stimulasi Perkembangan Kognitif Pada Balita. Depok :
Universitas Indonesia.

Hidayat, A.A. 2003. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta :
Salemba Medika.

__________________. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Jakarta :


Salemba Medika.
_________________.2009. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Salemba
Medika.

Hidayat, D.R. 2009. Ilmu perilaku manusia. Jakarta : Trans Info Media.

Hotmaria, Y. 2010.Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Stimulasi


Perkembangan terhadap Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 3-
5 Tahun di Kelurahan Kwala Bekala. Sumatra Selatan : USU.

Hurlock, E. B. 1997. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.

_________________.1998.Perkembangan Anak. Alih bahasa oleh Soedjarmo


&Istiwidayanti.Jakarta: Penerbit Erlangga.

Iriyanto,D. 2006. Membangun Keluarga Cerdas Dunia Akherat. Eri Mega Cerdas.
Yogyakarta: Penerbit aksara Indonesia.

Kurniasih, T. .2006. Kiat Siapkan Anak Cerdas. Diambil pada tanggal 21


desember 2012 dari http//: www.tabloid nova.com.

Latifah, dkk. 2010. Pengaruh Pemberian Asi Dan Stimulasi Psikososial Terhadap
Perkembangan Sosial-Emosi Anak Balita Pada Keluarga Ibu Bekerja
Dan Tidak Bekerja. Bogor : IPB.

Martiningsih, dkk. 2008. Pengaruh Stimulasi Terhadap Perkembangan Anak


Sebagai Tindak Lanjut DDTKA Massal Pasca Pencatatan Rekor Muri
di Kota Blitar.Malang : Poltekes Depkes Malang.
106

Narendra, M. B., dkk. 2002. Buku Ajar Tumbuh Kembang Anak dan Remaja.
Jakarta : Sagung Seto.

Nazir, M. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

_____________. 2003. Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

_____________. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

_____________.2007. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rineka


Cipta.

_____________. 2008. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka


Cipta.

_____________. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:


Rineka Cipta.

Nugraha, A. 2005. Metode Pengembangan Sosial Emosional. Jakarta: Penerbit


Universitas Terbuka.

Nursalam, dkk. 2001. Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta : Sagung seto.

___________. 2003. Konsep dan penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

____________. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta : Salemba


Medika.

____________. 2008. Konsep dan PenerapanMetodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

___________. 2010. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Prayoto. 2010. Pengasuhan dan Pembinaan tumbuh kembangn anak. Jakarta :


BKKBN.

Qoriah, I dan Mardikaningsih. 2011. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan


Perkembangan Sosial Balita Umur 4-5 tahun di Kota Semarang.
Semarang : Akademi Kebidanan Abdi Husada Semarang.

Ristanti, A. D. 2011. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian Stimulasi


Bahasa dengan Perkembangan Bahasa pada Anak usia 1-3 Tahun
Studi di PAUD Harapan Bunda Kedurus Surabaya. Surabaya : Stikes
Yarsis.
107

Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Jakarta : Graham ilmu.

Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC.

Sugiyono. 1999. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

_______. 2005. Statistik untuk penelitian. Bandung: CV. Alfa beta.

_______. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Sumantri, A. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Kencana Prenada


media Group.

Sunaryo. 2003. Prikologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.

Stevens, dkk . 1999. Ilmu Keperawatan . Jakarta: EGC.

Werdiningsih 2012.Peran Ibu dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar Anak


Terhadap Perkembangan Anak Usia Prasekolah. Kediri :STIKES RS
Baptis Kediri.

Wong, D. L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC.

_________. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Diterjemahkan oleh


Monica Ester. Jakarta : EGC.
ffi
Ir rrr,
l\llr t
..----..\-----.J
I

l
KEMENTERIANAGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
Telp. | (62-21)-/ 4116718 Fax | (62-21)7404985
Jl. Kelramul i No. 5 Prsangan. Crpurar t54 t:, J"(aJ1a Websi!e : www.uinjkr.ac.id; E,mail I fkik@uinjkt.ac.id

Nonror : I.ln.0l/Fl0/Kl\4 01 2911212013 Ciputat.2fl)esember' 20 I 3


I-ampiran :-
Hal : Permohonan Izin Penelitian

Kepada Yang Terhormat,


Kepala Kepala Desa Sindangwangi
di
Tempat

Ass a la m u'alaikum Wr. Wb.


Dalam rangka penyelesaian tr:gas akhir perkuliahan mahasiswa diperlukan
penyusunan Skripsi yang berjudul "Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap
dengan Perilaku Ibu Dalam Memberikan Stimulasi Perkembangan Sosial Anak
Usia 3-5 Tahun di Desa Sindangwangi".
Sehubungan dengan itu kami mohon diberikan izin melaksanakan penelitian
atas nama:

Nama : Risma Budiyantt


NIM : 108104C00018
Semester : XI

Program Studi : Ilmu Keperawatan


Fakultas : Kedokteran dan ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta

Demikian atas perhatian dan bantuan saudara kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

A.n. Dekan
Wakil Dekan
Bidra\ffT5
_-
\->
dr.H.M.Djauhari Widjajakusumah, AIF-., PFK
Tembusan: l
I . Dekan
KEMENTERIAN AGAMA
trnrrvEnsrus ISLAM NEGERT ( UIN )
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKUI-,TAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

r Keitamukri No. 5 pisangan ciputat 154re-- l:ii;r" , *liil,iXlllil: ;fr;,[:?1iU,1ff-,?,.


Nomor : Un.0t/Fl0/KM.01.2t0)113t2013 Ciputat,2lDesember 20 I l
I-arnpiran :-
FIal : Permohonan Izin Uji Validitas Reabilitas

Kepada Yang Terhormat,


Kepala Kepala Desa Ciganjeng
di
Tenrpat

Assalam u'alaikum Wr. Wb.


Dalam langka penyelesaian tugas akhir perkuliahan mahasiswa diperlukan
penyusunan Skripsi yang berjudul "Hubungan Antara pengetahuan dan Sikap
dengan Perilaku Ibu Dalam Memberikan Stimulasi perkembangan Sosial Anat
Usia 3-5 Tahun di Desa Sindang Wangi".
Sehubungan dengan itu kami mohon diberikan izin melaksanakan penelitian
atas nama:

Nama : Risma Budiyanti


NIN,I :108104000018
Semester :XI
Program Studi : Ilmu Keperawatan
Fakultas : Kedokteran dan llmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakana

Demikian atas perhatian dan bantuan saudara kami ucapkan terima kasih.
Wassala mu'alaikum Wr. Wb,

A.n. Dekan
Wakil Dekan
Bid

dr.H.M.Djauhari Widjajakusumah, AIF., pFK


'fernbusan:
l. Dekan
FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP
DENGAN PERILAKU IBU DALAM MEMBERIKAN
STII'{ULASI PERKEMBANGAN SOSTAL ANAK USIA 3-5
TAHUN DI DESA SINDANGWANGI

Oleh:
Risma Budiyanti

Saya adalah mahasiswa Jurusan Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.


Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas
akhir. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi hubungan pengetahuan dan
sikap dengan perilaku ibu dalam memberikan stimulasi perkembangan sosial anak

usia 3-5 tahun.

Saya mengharapkan kesediaan saudara untuk memberikan jawaban atau

tanggapan sesuai dengan pendapat saudara sendiri. Saya menjamin kerahasiaan


pendapat dan identitas saudara. Infonnasi yang saudara berikan hanya akan
dipergunakan untuk pengembangan ilmu keperawatan dan tidak akan

dip ergunakan untuk maksud-maksud lain.

Partisipasi saudara dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga saudara


bebas untuk menerima atau menolak menjadi peserta penelitian ini. Jika saudara

bersedia menjadi responden penelitian ini, maka silahkan saudara menandatangani

fonnulir ini.

No Responden : (diisi peneliti)

Tanggal :

Tanda tangan :

KUISIONER PENELITIAN
.HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN

PERILAKU IBU DALAM MEMBERIKAN STIMULASI


PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK USIA 3-5 TAHUN DI DESA
SINDANGWANGI"

Instrumen yang digrmakan dalam penelitian ini adalah dalam bentuk


kuisioner yang akan digunakan untuk melakukan pengumpulan data terhadap
subjek yang memenuhi kriteria penelitian.

Ada 3 bagian yang termazuk dalam kuisioner ini yaitu:


Bagian 1. Kuisioner Data Demografi
Bagian 2 Kuisioner Pengetahuan Ibu
Bagian 3 Kuisioner Sikap Ibu
Bagian 4. Kuisioner Perilaku Ibu

co Selamat Mengerjakan
"o

I . Kuisioncr Data Dcmografi


Petunjuk pengisian

a. Bacalah pemyataan di bawah ini dengan teliti


b. Isilah titik-titik dibawah ini sesuai dengan pertanyaan
c. Jawablah seluruh pertanyaan berikut dengan mengisi memberikan
tanda (r/) pada kolom yang telah disediakan

d. Jika trnda salah memilih beri tanda @)dan beri tanda ($ kembali pada
jawaban yang sesuai

A.Ibu
1) Inisial nama :
2) Nomor rcsponden:

B. Anak
1) Inisial nama anak :

2) Usia anak : 1./ 1 :6-+A eulan


( ) 48-60 Bulan
2. Kuesioner pengetahuan ibu tentang stimulasi
perkembangan sosial anak
Petunjuk pengisian
a. Bacalah pemyataan di bawah ini dengan teliti
b. Jawablah seluruh pertanyaan berikut dengan mengisi memberikan

tanda (r/) pada kolom yang telah disediakan

c. Jika anda salah memilih beri tanda f${an beri tanda (r/) kembali pada
jawaban 1,ang sesuai yaitu sebagai berikut :

1. Benar (B) : jika menurut anda pernyataaa tersebut benar

2. Salah (S) : jika mentuut anda pemyataan tersebut salah

d. Anda dapat bertanya langsung kepada peneliti jika saudara/i kesulitan


dalam mengisi pertanyaan dalam kuesioner

l'to Peryataan Benar Salah


1 Stimulasi adalah kegiatan
merangsang kemampuan dasar

anak umur 0-6 tahun


,2
Stimulasi (Merangsang) hanya
dapat dilakukan oleh ibu dan ayah

3 Anak akan cepat berkembang


optimal jika mendapat stimulasi
yang terarah

4 Stimulasi (Merangsang)

perkembangan anak dapat

dilakukan dengan cara latihan dan


bennain
5 Stirnulasi harus dilakukan dengan
penuh cinta dan kasih sayang

6 Menujukan sikap dan perilaku


yang baik a,blah prirrsip
melakukan stirnulasi

7 Prinsip rnelakukan stimulasi adaiah


tanpa paksaan

8 bermain dengan anak bukan


merupakan bentuk stimulasi

9 Memberikan mainan bukan


termasuk bentuk stimulasi

10 Anak perlu diberi hukuman jika


tidak dapat melakukan instruksi
dalam stimulasi

1l Kesempatan pemberian stimulasi


anak laki-laki berbeda dengan anak

perempuan

t2 Anak perlu diberi pujian, bila perlu


hadiah atas keberhasilanya

13 Jenis stimulasi pada usia 3-5 tahun,

anak sudah mulai mampu


mengembangkan keativitas dan
sosialisasinya

t4 Stimulasi perkemba.ngan sosial

mempunyai tujuan untuk melatih


kemampuan bergar-rl agar anak
dapat mudah betkarvan.

l5 Membiarkan anak bennain dengan


tanan sebayanya bukan men.lpakan
contoh stimulasi perkembangan

sosial

l. Kuesioner sikap tcntang pcrlielnbangan sosial anak


Petunjuk pengisian

a. Bacalah pcrtanyaan rlibarvlh ini rlcngan bcnar

b. Jarvablah sclurulr pcttanyaan bcrikut clcngarr nrengisi ntcnrbcrikan tantla

(r/) pada kolonr r:rrr!. lcllh rliscrlirrl,rrrr


Jika anda salah meurilih beri tanda (|dau beri tancla (r/) kernbali pada
jawaban yang sesuai yaitu sebagai berikut : SS (Sangat Setuju), S

(Setuju), TS (Tidak Setuju) dan STS (Sanga Tidak Setuju)

d. Anda dapat bertanya langsung kepada peneliti jika saudara./i kesulitan

dalam mengisi pertanyaan dalarn kuesioner

Ibu perlu melatih kemampuan dasar anak

lbu perlu melakukan latihan dan bermain

terhadap anak

Ibu perlu merangsang kemampuan sosial

anak usia 3-5 tahun

Ibu perlu memberikan mainan agar anak

berkembang

Ibu tidak perlu membedakan antara laki-

laki dan perernpuan dalam bersosialisasi

Ibu perlu mendampingi anak dalam

melakukan sosialisasi dengan teman

sebayanya

Ibu perlu rnengajak teman sebaya

kerumah untuk bcnnain bersama anak

Anak perlu diajarkan untuk beLbagi

dengan teman scbayannya

Ibu perlu mengajak anak mengunjungi

keluarga atau tetangga di lingkungan


rumah

10 Ibu perlu mengajarkan anak memaharni

perilaku baik

a. Kuesioner perilaku stimulasi perkembangan sosial


Petunjuk pengisian
a. Bacalah pertanyaan dibawah ini dengan benar
b. Jawablah seluruh pertanyaan berikut dengan mengisi mernberikan
tanda ({) pada kolom yang telah disediakan

c. Jika anda salah memilih beri tanda f${an beri tanda ({) kembali pada
jawaban yang sesuai yaitu sebagai berikut :

l. SI. 1SeHu1 : Jika anda melakukan hal tersebut Z hari dalam


seminggu

2. SR (Sering) : Jika anda melakukan hal tersebut 4-6 hari dalam

seminggu

3. JR (Jarang) : Jika anda melakukan l -3 hari dalam seminggu

4. tU ltiAat melakukan) : Jika anda tidak melakukan hal tersebut sama


sekali
d. Anda dapat bertanya langsung kepada peneliti jika saudara./i kesulitan
dalam mengisi pertanyaan dalam kuesioner

Saya membujuk dan menenangkan


anak ketika kecewa dengan cara

memeluk dan berbicara kepadanya


Saya mendorong agar anak mau

mengutarakan perasaanya

Saya rnengajak anak makan bersarra


keluarga'
Saya mengajak anak berekreasi

Saya bennain dengan anak

Saya menrbuat anak benrairr cicrtran


teman seusianya

Saya mengajak teman-teman anak


7
saya untuk bermain bersama dirumah

Saya mengajak anak mengu4jungi


8 keluarga atau tetangga dilingkungan
rumah

Saya membia-sakan anak agr


meminta ijin jika akan meminjam
9
mainan temannya dan harus

mengembalikanya

Saya membantu anak mernbuat


keputusan
l0
Misalnya : mandi dulu atau makan
dahulu

Saya mengajarkan anak untuk mau


berbagi dengan teman, misalnya
11
memberi sebagian kuenya kepada

temannya
Saya membiasakan anak bersabar,
t2
mau mengantri dan menunggu giliran

o Terima Kasih co
FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
PENELTTIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAB SIKAP
DENGAN PERILAKU IBU DALAM MEMBERTKAN
STIMULASI PERKEMBANGAN SOSTAL ANAK USIA 3-5
TAHUN DI DESA SINDANGWANGI

Oleh:
Risma Budiyanti

Saya adalah mahasiswa Jurusan [Imu Keperawatan, Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas
akhir. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi hubungan pengetahuan dan
sikap dengan perilaku ibu dalam memberikan stimulasi perkembangan sosial anak
usia 3-5 tahun.
Saya mengharapkan kesediaan saudara untuk merrberikan jawaban atau

tanggapan sesuai dengan pendapat saudara sendiri. Saya menjamin kerahasiaan


pendapat dan identitas saudara. Informasi yang saudara berikan hanya akan
dipergunakan untuk pengembangan ilmu keperawatan dan tidak akan

dipergunakan untuk maksud-maksud lain.


Partisipasi saudara dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga saudara
bebas untuk menerima atau menolak menjadi peserta penelitian ini. Jika saudara
bersedia rnenjadi responden penelitian ini, maka silahkan saudara menandatangani

formulir ini.

No Responden: (diisi peneliti)

Tanggal :

Tanda tartgan :
KUISIONER PENELITIAN
"HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN
PERILAKU IBU DALAM MEMBERIKAN STTMULAST
PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK USIA 3-5 TAHUN DI DESA
SINDANGWANGT"

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini a&lah dalam bentuk


kuisioner yang akan digunakan untuk melakukan pengumpulan data terhadap
subjek yang memenuhi kriteria penelitian.
Ada 3 bagian yang termasuk dalam kuisioner ini yaitu:
Bagian 1. Kuisioner Data Demografi
Bagian 2 Kuisioner Pengetahuan Ibu
Bagian 3 kuisioner Sikap Ibu
Bagian 4. Kuisioner Perilaku Ibu

co Selamat Mengerjakan co
r-
I

1. Kuisioner Data Dernografi


Petunjuk pe[gisian
a. Bacalah pemyataan di bawah ini dengan teliti
b. Isilah titik-titik dibawah ini sesuai dengan pertanyaan
c. Jawablah seluruh pertanyaan berikut dengan mengisi memberikan
tanda ({) pada kolom yang telah disediakan

d. Jika anda salah memilih beri tanda ffian beritanda (V) kembalipada
jawaban yang sesuai

A.Ibu
l) Inisial nama :
2) Nomor responden :

B. Anak
1) Inisial nama anak :
2) Usia anak: ( ) 36-48 Bulan
1
./ ; +8-oo Bulan
2. Kuesioner pengetahuan ibu tentang stimulasi
perkembangan sosial anak
Petunjuk pengisian
a. Bacalah pernyataan di bawah ini dengan teliti
b. Jawablah seluruh perta.nyaan berikut dengan inengisi inemberikan iaMa
({) pada kolom yang telah disediakan

c. Jika anda salah mernilih beri tanda ($dan beri tanda (r/) kembali pada
jawaban yang sesuai yaitu sebagai berikut :

1. Benar (B) : jika menurut anda pemyataan tersebut benar

2. Salah (S) : jika menurut anda pemyataan tersebut salah


d. A.nda dapat bertanya langsung kepada peneliti jika saudara./i kesulitan
dalam mengisi pertanyaan dalam kuesioner

No Peryataan Benar Salah


I Stimulasi adalah kegiatan
merangsang kemampuan dasar

anak umur 0-6 tahun

2 Stimulasi (Merangsang) hanya


dapat dilakukan oleh ibu dan ayah

Anak akan cepat berkembang


optirnal jika mendapat stimulasi
yang terarah

4 Stimulasi perkembangan anak


dapat dilakukan dengan cara
latihan dan bermain

5 Stimulasi harus dilakukan dengan


pcnuh citrta dan kasih sayang

6 I\'{enujukan sikap dan perilaku


yrng baik adalah prinsip
rrelakukan stirnulasi

l Prinsip rnelakukan stimulasi adalah


tanpa plksaan
8 bermain dengan anak bukan
merupakan bentuk stirnulasi

9 Memberikan mainan bukan

termasuk bentuk stimulasi

l0 Anak perlu diberi hukurnan jika


tidak dapat melakukan instruksi
dalam stimulasi

ll Kesempatan pemberian stimulasi


anak laki-laki berbeda dengan anak

perempuan

t2 Anak perlu diberi pujian, bila perlu


haCiah atas keberhasilanya

13 Jenis stimulasi pada usia 3-5 tahun,

anak sudah mulai mampu


mengembangkan keativitas dan
sosialisasinya

t4 Stimulasi perkembangan sosial

mempunyai tujuan unhrk melatih


kemampuan bergaul agar anak
dapat mudah berkawan.

15 Mernbiarkan anak bermain dengan


teman sebayanya bukan merupakan

contoh stirnulasi perkerlbangan


sosial

3. Kuesioner sikap tentang perkcmbangan sosial anak


Petunjuk pengisian

a. Bacalah pcrtanyaan dibarvah ini dengan benar


b. Jarvablah scluruh pcrtanyaan berikut dengan mengisi rnemberikan
tanda (ri; pada kolorri yang telali disecliakau
Jika anda salah memilih heri tanda dldan beri tanda (d) kembali pacla
jawaban yang sesuai yaitu sebagai berikut : SS (Sangat Setuju), S

(Setuju), TS (Tidak Setuju) dan STS (Sanga Tidak Setuju)

Anda dapat bertanya langsung kepada penelitijika saudara/i kesulitan


dalam mengisi pertanyaan dalam kuesioner

Ibu perlu melatih kemampuan dasar anak

Ibu perlu melakukan latihan dan bermain

tertadap anak

Ibu perlu merangsang kemampuan sosial

anak usia 3-5 tahun

Ibu perlu memberikan mainan agar anak

berkernbang

Ibu tidak perlu membedakan antara laki-

laki dan perempuan dalam bersosialisasi

Ibu perlu mendampingi anak dalam

melakukan sosialisasi dengan teman

sebayanya

Ibu perlu mengajak teman sebaya

kerumah urrtuk bermain bersama anak

Anak perlu diajarkan untuk berbagi

dengan teman sebayannya

lbu perlu nrengajak anak urengunjungi

keluarga atau tetangga di lingkungan

rumah
l0 Ibu perlu mengajarkan anak meruahami

perilaku baik

4. Kuesioner perilaku stimulasi perkembangan sosial


Petunjuk pengisian

a. Bacalah pertanyaan dibawah ini dengan benar

b. Jawablah seluruh pertanyaan berikut dengan mengisi memberikan

tanda ({) pada kolom yang telah disediakan

c. Jika anda salah memilih beri tanda (|dan beri tanda ({) kembali
padajawaban yang sesuai 1,2i1u 5g6rgai berikut :

1. St lselatu; : Jika anda meiakukan hal tersebut 7 hari dalam


seminggu

2, SR(Sering): Jika anda melakukan hal tersebut 4-6 hari dalam


seminggu

3. lR (Jarangl : Jika anda rnelakukan l -3 hari dalam seminggu

4. TM ltiaak melakukan) : Jika anda tidak melakukan hal tersebut


sama sekali

d. Anda dapat bertanya langsung kepada peneliti jika saudara./i


kesulitan dalam mengisi pertanyaan dalam kuesioner

No Pernyataan SL SR JR TM
Saya melatih anak untuk mampu/mau

bergaul dengan teman sebayanya

Saya membuat anak bermain dengan


2
teman sebayanya

Apabila anak enggan bergaul dengan


orang lain, saya merrgajak ternarl
.,}

sebayanya untuk hcnnain bcrsarna


dirumah

Saya mendorong agar anak rnau


L
rnengutarakan perasaanya

5 Saya nrengajak anak bcrekrcasi


Saya memberi kesernpatan kepada
anak uutuk rnengunjungi tetangga
dekat, teman atau saudara tanpa
ditemani, kemudian meminta anak
unfuk menceritakan kunj ungannya

Saya membuat album keluarga


dengan menulis nama setiap anggota

keluarga

Saya menggambar orang sambil


menceritakan saya sedang

menggambar apa

Saya membuat boneka jari lalu


menggerakan jari-jari seolah-olah
boneka itu dapat berbicara.

Saya membuat anak bermain bclneka

dengan temannya seiain bermain

sendiri

Saya mengajarkan anak untuk bertagi

makanan dengan bermain

Saya mengajarkan anak untuk

memiliki konsep diri, misal : tidak


pemalu

oo Terima Kasih oo
Hasil Penelitian SPSS (36-48 bulan)

Frequencies

Statistics

Kategori_Penget Kategori_Perilak
ahuan lGtegori_Sikap u

N Valid 44 44 44

Missing 0 0 0

Frequency Table

Kategori_Pen getah u an

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Perceot

Valid Baik 29 65.S 65.S 65.9

Cukup 15 34.1 34.1 100.c

Total 44 100.0 100.0

Kategori_Sikap

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Positif 13 29.5

Negatif 31 70.5 70.s 't00.c

Total 44 100.0 100_0

Kategori_Perilaku

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Virlid Baik ,|
4 31.8 31.8 31.8

Kurang 30 68.2 68.2 100.0

Total 44 100.0 100.0


Crosstabs
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Kategori_Pengetahuan'
'100.00/0 0 -Oo/o 44 100.0%
Kategori_P€rilaku

Kategori_Sikap *
44 100.0% 0 .iya 44 1@.0%
Kategori_Pedlaku

Kategori_Pengetahuan * Kategori_Perilaku
Crosstab

Kategori Perilaku

Baik Kurang Total

Kategori_Pengetahuan Baik Count 5 24

% within
17.20/o a2.a% 100.00t
Kategori_Pengetahuan

Cukup Count o b 15

Y. lvithin
60.0% 40.oo/. 100.001
Kategori_Peng€tahuan

Total count 14 30 44

% within
31.8% 64.2% 100.001
Kategori_Pengetahuan

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact pig. (1


Value Df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 8.3324 'I .004


Continuity Conectionb 6.477 I .01 1

Likelihood Ratio 8.191 1 004

Fisheis Exact Test .007 .006

Linear-by-Linear Association B.142 I .004

N of Valid Casesb 44

a 1 cells (25.0%) have expected count less than S The minin.rum expected couni is 4.77
Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig.'(1-


Value Df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square a3324 1 .004

Continuity Conectionb 6_477 1 .011

Likelihood Ratio 1 .004

Fisheds Exact Test .007 .o0€


Linear-by-Linear Associatioo 8.142 '| _004

N of Valid Casesb

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than S. The minimum expected count is 4,77.

b. Computed only for a 2)O. l ,ble

Risk Estimate

95% Confidence lnterval

Value Lower Upper

Odds Ratio for


Kategori_Pengetahuan (Baik .139 .034 .57C
/ cukup)

For cohort Kategori_Pe rilaku


.287 .117 .70€
= Baik

For cohort Kategori_Perilaku


2.069 1.089 3.93C
= Kurang

N of Valid Cases 44

Kategori_Sikap * Kate gori_Perilaku


Crosstab

Kategori_Perilaku

Baik Kurang Total

Kategori Sikap Positif Count 10 3 1:

. % vrithin Kategori_Sikap 76.9'/o 100 00/

Negatif Count 4 27 31

% lvithin Kateltori_Sikap 12.9./" 100.0%

Total Count 14 30

% within l(aterori Sikap 31.S% 68 2% 100 00r


Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 17.304" 1 .000

Continuity Conectionb 14.478 1 .000


Likelihood Ratio 17.156 ,|
.000
Fishe/s Exact Test
.000
Linear-by-Linear Association 16.910 1 .000
N of Valid Casesb 44

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5- The minimum expected count is 4,14.

b. Computed only fo( a2x2table

Risk Estimate

95% Confidence lnterval

Value Lovler Upper

Odds Ratio for


Kategori_Sikap (Positif / 22.50A 4.263 118.751
Negatio

For cohort KategorlPerilaku


2.27e 15.59€
= Baik

For cohort KategorlPerilaku


.265 .097 .721
= Kurang

N of Valid Cases 44
Hasil Penelitian SPSS (48-60 bulan)

Frequencies

Statistics

Kategori_Penget Kategod_Pedlak
ahuan Kategori_S ikap u

N Valid 53 53 53

Missing 0 0 0

Frequency Table

Kategori_Pengetahuan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Baik 42 79.2 792 79.2

Cukup 11 20.8 20.8 100.0

Total 100.0 100.0

Kategori_Sikap

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Positif 23 43.4 43.4 43.4

Negatif 30 56.6 56.6 100.0

Total 53 100.0 100.0

Kategori_Perilaku

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Baik 24 45,3 45.3

Kurang 54.1 54.7 100.c

Total 100.0 100.0


Crosstabs

Pengetahuan *

Kategori_Pen getahuan * Kategori_perilaku

Kategori_Perilaku

Baik Kurang Total


Kategori_Pengetahuan Baik Cou,.rt 14 28 42
o/o
within
33.3% 66.7% 100.0%
Kategori_pgngetahuan

Cukup Count 'tc 1 11

% within
90.9% 9.10k 100.002
Kategori_Pengetahuan

Total Count 24
.29 53

% within
45.3% 100.0%
Kategori_Pengetahuan

Pearson Chi-Square
.001

.002

.000

-by-Linear Assocration
.00'1

of Vatid Casesb
a' 1 cells (25,0%) have expected munt ress than s. The minimum
count is 4,98.
",pected
b. Computed only fo( aZxZ table

Rlsk Estimate

95% Confidence lnterval

Value Lower Upper


Odds Ratio for
Kategori_Pengetahuan (Baik .0s0 .006 .43'l
/ Cukup)

For cohort Kategori_perilaku


.367 -23(l .585
= Baik

For cohort KategoJi_Perilaku


7.333 1.118 4{t.105
= Kurang

N of Valid Cases 53

Kategori_Sikap * Kategori_perilaku

Negatif Count

% within Kategori_Sikap

% within Kategori_Sikap

Asymp. Sig. (2-


sided)

-by-Linear Association

of Valid Casesb

a 0 colls (0%) havc cxpected count less than 5 Thc nlininrunr expecte(j counl is 10 42
of Valid Cases!

a. 0 cells ('0%) har€ expected count ress than s. Th-- minimum expected
count is 10,42.
b. Computed only for a 2*. |€lble

Risk Estimate

95% Confidence lnterval

Value Lower Upper

Odds Ratio for


Kategori_Sikap (Positif / .879 .295 2.622
Negatio

For cohort Kategori_Perilaku


.932 .510 1.703
= Baik

For cohort Kategori_Perilaku


1.060 .649 1.731
= Kurang

N of Valid Cas€s 53

Anda mungkin juga menyukai