Iming Pryyanti
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Umiversitas Muhammadiyah Kendari
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja kemandirian Pemerintah Privinsi
Sulawesi Tenggara berdasarkan rasio tingkat kemandirian keuangan daerah, rasio efektifitas
PAD, rasio efisiensi PAD dan rasio pertumbuhan dari tahun 2012 sampai tahun 2014.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian ini dilakukan pada Kantor
Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Provinsi Sulawesi Tenggara.
Pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi dan wawancara. Metode analisis data
yang digunakan adalah metode deskriptif dengan menggunakan rasio tingkat kemandirian
keuangan daerah, rasio efektivitas PAD, rasio efesiensi PAD dan rasio pertumbuhan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja kemandirian pemerintah Provinsi
Sulawesi Tenggara tahun 2012-2014 dilihat dari (1) rasio tingkat kemandirian keuangan
daerah tergolong pola hubungan konsultatif dengan rata-rata sebesar 35,91%, (2) rasio
efektivitas PAD pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara cukup efektif karena rata-rata
presentase sebesar 96,05%, (3) rasio efisiensi PAD pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara
dikatakan sangat efisien dengan rata-rata presentasenya sebesar 1,91%, (4) rasio pertumbuhan
yang terdiri dari rasio pertumbuhan PAD rata-rata sebesar 16,88%, rasio pertumbuhan total
pendapatan rata-rata sebesar 9,93%, rasio pertumbuhan belanja rutin rata-rata sebesar
-1,935% yang mengalami pertumbuhan negatif dan rasio pertumbuhan belanja pembangunan
rata-rata sebesar 69,72%, yang mengalami pertumbuhan positif.
Kata kunci : Kinerja Kemandirian, Rasio Tingkat Kemandirian Keuangan daerah, Rasio
efektifitas, Rasio Efisiensi dan Rasio Pertumbuhan.
ABSTRACT
This study aims to determine the performance of the independence of South East
Sulawesi Government Privinsi based ratio of local financial independence, PAD effectiveness
ratio, efficiency ratio and the ratio of revenue growth from 2012 to 2014.
This research is descriptive. This research was conducted at the Office of Financial
Management Board and the Regional Asset (BPKAD) Southeast Sulawesi Province.
Collecting data using the method of documentation and interviews. Data analysis method
used is descriptive method using the ratio of the level of local financial independence,
effectiveness ratio PAD, PAD efficiency ratio and growth ratios.
The results showed that the performance of the Southeast Sulawesi provincial
government independence years 2012-2014 seen from (1) the ratio of the level of local
2
Pendapatan daerah adalah semua hak dan motivasi bagi pemerintah Provinsi
daerah yang diakui sebagai penambah nilai Sulawesi Tenggara untuk lebih baik
kekayaan bersih dalam periode anggaran dalaam menyajikan Laporan Keuangan
tertentu (Undang-Undang Nomor 32 Pemerintah Daerah (LKPD) agar opini
Tahun 2004 tentang pemerintah daerah), yang telah diraih tidak menurun.
pendapatan daerah berasal dari penerimaan Penilaian kinerja terhadap lembaga
dari dana perimbangan pusat dan daerah, atau orang tidak hanya pada lembaga atau
juga yang berasal daerah itu sendiri yaitu orang yang berorientasi profit saja,
pendapatan asli daerah serta lain-lain melainkan juga perlu dilakukan pada
pendapatan yang sah. lembaga atau orang non komersial. Hal ini
Salah satu alat ukur yang dapat dimaksudkan agar dapat diketahui sejauh
digunakan untuk menganalisis kinerja mana pemerintah menjalankan tugasnya
kemandirian pemerintah daerah Provinsi dalam roda pemerintahan, pembangunan,
Sulawesi Tenggara dalam mengelola dan pelayanan masyarakat dengan
keuangan daerahnya adalah analisis rasio menyampaikan laporan keuangan.
keuangan Anggaran Pendapatan dan Kemampuan pemerintah daerah dalam
Belanja Daerah yang telah ditetapkan dan mengelola keuangan termuat dalam
dilaksanakan (Halim, 2007 : 231). Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Menurut Mardiasmo, (2002 : 169) (APBD) yang menggambarkan
penggunaan analisis rasio keuangan kemampuan pemerintah daerah dalam
sebagai alat analisis kinerja keuangan membiayai kegiatan pelaksanaan tugas
secara luas telah diterapkan pada lembaga pembangunan.
perusahaan yang bersifat komersial, Pengukuran kinerja keuangan untuk
sedangkan pada lembaga publik khususnya kepentingan publik dapat dijadikan
pemerintah kabupaten masih sangat evaluasi dan memulihkan kinerja dengan
terbatas sehingga secara teoritis belum ada pembanding skema kerja dan
kesepakatan yang bulat mengenai nama pelaksanaannya. Selain itu dapat juga
dan kaidah pengukurannya. digunakan sebagai tolak ukur untuk
Berdasarkan prinsip transparansi dan peningkatan kinerja khususnya keuangan
akuntabilitas dalam pengelolaan anggaran pemerintah daerah pada periode
daerah juga memperlihatkan perbaikan berikutnya. Analisis keuangan adalah
yang ditandai dengan opini Badan suatu usaha mengidentifikasi ciri-ciri
Pemeriksa Keuangan (BPK) atas Laporan keuangan berdasarkan laporan keuangan
Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) yang tersedia. Analisis rasio keuangan
dimana Laporan Keuangan Pemerintah terhadap APBD (Anggaran Pendapatan
Daerah (LKPD) tahun 2012 mendapat dan Belanja Daerah) dilakukan dengan
predikat Wajar Dengan Pengecualian cara membandingkan hasil yang dicapai
(WDP). Selanjutnya Laporan Keuangan oleh suatu daerah dari satu periode
Pemerintah Daerah (LKPD) tahun 2014 terhadap periode-periode sebelumnya,
dengan kerja keras Pemerintah Provinsi sehingga dapat diketahui bagaimana
Sulawesi Tenggara berhasil meraih kecenderungan yang terjadi. Analisis rasio
predikat Wajar Tanpa Pengecualian keuangan Anggaran Pendapatan dan
(WTP). Sehingga ini merupakan tantangan Belanja Daerah (APBD) diharapkan dapat
5
menjadi suatu alat ukur untuk menilai mengetahui secara nyata kemampuan
kemandirian keuangan daerah dalam daerah dalam mengatur dan mengurus
menghargai penyelenggaraan otomoni rumah tangganya sendiri.
daerah serta dapat melihat pertumbuhan Dalam rangka pengelolaan keuangan
dan perkembangan pendanaan pendapatan daerah yang transparan, jujur, demokratis,
dan pengeluaran yang dilakukan selama efektif, efisien, dan akuntabel Pemerintah
periode waktu tertentu. Provinsi Sulawesi Tenggara melakukan
Kedudukan faktor keuangan dalam perencanaan keuangan untuk memenuhi
penyelenggaraan suatu pemerintahan kebutuhan dana operasionalnya. Berikut
sangat penting, karena pemerintah daerah gambaran anggaran penerimaan dan
tidak akan dapat melaksanan fungsinya pengeluaran Pemerintah Provinsi Sulawesi
dengan efektif dan efisien tanpa biaya Tenggara dari tahun 2012-2014 sebagai
yang cukup untuk memberikan pelayanan berikut.
pembangunan dan keuangan inilah yang
merupakan salah satu dasar kriteria untuk
Tabel 1.1 : Perkembagan Realisasi Penerimaan dan Pengeluaran Pemerintah Provinsi
Sulawesi Tenggara Tahun 2012-2014
Tahun Penerimaan Perubahan (%) Pengeluaran Perubahan (%)
2012 1.811.984.327.624,41 40,58 1.714.896.024.366,29 29,13
2013 1.972.559.882.627,96 8,86 1.812.944.606.734,13 5,72
2014 2.189.559.757.998,23 11,00 2.088.599.724.021,53 15,20
Rata-Rata 20,14 16,68
Sumber : Data diolah (BPKAD Prov. Sultra)
Berdasarkan data diatas 2012-2014 penerimaan pemerintah
menunjukkan bahwa perkembangan Provinsi Sulawesi Tenggara mengalami
penerimaan dan pengeluaran Pemerintah perkembangan rata-rata sebesar 20,14%
Provinsi Sulawesi Tenggara mengalami dengan penerimaan teringgi terdapat di
fluktuasi dari tahun ke tahun. Di mulai tahun 2012. Dan dari sisi pengeluaran
pada tahun 2012 perkembangan selama periode 2012-2014 total
penerimaan mengalami peningkatan pengeluaran pemerintah Provinsi Sulawesi
sebesar 40,58%, begitu pula dengan Tenggara mengalami perkembangan rata-
perkembangan pengeluaran yang rata sebesar 16,68%, dengan pengeluaran
mengalami peningkatan sebesar 29,13%. tertinggi terdapat pada tahun 2012.
Kemudian pada tahun 2013 penerimaan
mengalami penurunan dari 40,58% TINJAUAN PUSTAKA
menjadi 8,86%, begitu juga dengan sisi A. Kinerja Keuangan Daerah
pengeluaran mengalami penurunan dari Pengertian Kinerja Keuangan
29,13% menjadi 5,72%. Namum pada Daerah
tahun 2014 dari sisi penerimaan maupun Kinerja (performance) dapat
sisi pengeluaran mengalami peningakatan. diartikan sebagai aktivitas terukur dari
Dari sisi penerimaan peningkatan yang suatu unit organisasi selama periode
terjadi sebesar 11,00% dan dari sisi tertentu sebagai bagian dari tolak ukur
pengeluaran yang terjadi sebesar 15,20%. keberhasilan pekerjaan. Pengukuran
Sehingga dengan demikian selama periode
6
jasa (seberapa baik barang dan jasa agar pelaksanaan kegiatan dapat
diserahkan kepada pelanggan dan berjalan untuk menghasilkan
sampai seberapa jauh pelanggan keluaran.
terpuaskan); hasil kegiatan 2. Kelompok proses (proses) adalah
dibandingkan dengan maksud yang ukuran kegiatan baik dari segi
diinginkan, dan efektivitas tindakan kecepatan, ketepatan, maupun
dalam mencapai tujuan (Muhammad tingkat ukuran pelaksanaan
Mahsun, 2006 : 25) kegiatan tersebut.
Pengukuran adalah suatu proses 3. Kelompok keluaran (output) adalah
atau system yang digunakan untuk sesuatu yang diharapkan langsung
menentukan nilai kuantitatif suatu dapat dicapai dari sesuatu kegiatan
benda/objek, perkara, atau keadaan. yang dapat berwujud (tangible)
Nilai kuantitatif ini biasanya maupun yang tidak berwujud
dinyatakan dalam suatu unit angka (intangible).
yang tetap dengan menggunakan alat 4. Kelompok hasil (outcome) adalah
pengukuran yang berkaitan. segala sesuatu yang mencerminkan
Pengukuran kinerja sektor publik berfungsinya keluaran kegiatan
dilakukan untuk memenuhi tiga pada jangka menengah yang
maksud. Pertama, pengukuran kinerja mempunyai efek.
sektor publik dimaksudkan untuk 5. Kelompok manfaat (benefit) adalah
membantu memperbaiki kinerja sesuatu yang terkait dengan tujuan
pemerintah. Ukuran kinerja dimaksud akhir dari pelaksaaan kegiatan.
untuk dapat membantu pemerintah 6. Kelompok dampak (inpact) adalah
berfokus pada tujuan dan sasaran pengaruh yang ditimbulkan baik
program unit kerja. Hal ini pada positif maupun negatif.
akhirnya akan meningkatkan efisiensi Salah satu alat untuk menganalisis
dan efektivitas organisasi sektor kinerja pemerintah daerah dalam
publik dalam pemberian pelayanan mengelola keuangan daerahnya adalah
publik. Kedua, ukuran kinerja sektor dengan melaksanakan analisis rasio
publik digunakan untuk pengalokasian terhadap APBD yang telah ditetapkan
sumber daya dan pembuat keputusan. dan dilaksanakannya. Penggunaan
Ketiga, ukuran kinerja sektor publik analisis rasio pada sektor publik belum
dimaksudkan untuk mewujudkan banyak dilakukan, sehinggga secara
pertanggungjawaban publik dan teori belum ada kesepakatan secara
memperbaiki komunikasi bulat mengenai nama dan kaidah
kelembagaan (Mardiasmo, 2009 : pengukurannya. Meskipun demikian,
121). dalam rangka pengelolaan keuangan
Ada beberapa aspek pengukuran daerah yang transparan, jujur,
kinerja organisasi sektor publik demokratis, efektif, efisien dan
menurut Mahsun (2006 : 31), antara akuntabel, analisis rasio terhadap
lain : laporan keuangan daerah perlu
1. kelompok masukan (input) adalah dilaksanakan meskipun kaidah
segala sesuatu yang dibutuhkan pengakuntansian dalam laporan
8
Rasio
pendapatanasli daera h ( PAD ) efektivitas menggambarkan
Rasio Kemandirian= x 100 %
pusat kemampuan pemerintah daerah dalam
bantuan pemerinta h dan pinjaman
provinsimerealisasikan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) yang direncanakan
Sebagai pedoman dalam melihat
dibandingkan dengan target yang
pola hubungan dengan kemampuan
ditetapkan berdasarkan potensi riil
daerah (dari sisi Keuangan) dapat
daerah. Semakin tinggi rasio
dikemukakan tabel sebagai berikut :
efektivitas, maka semakin baik kinerja
Tabel 2.1 Pola Hubungan dan Tingkat pemerintah daerah. Formula untuk
Kemampuan Daerah menghitung rasio efektifitas anggaran
Kemampuan Kemandirian Pola suatu pemerintah daerah adalah :
Keuangan (%) Hubungan realisasi penerimaan PAD
Rendah sekali 0 % - 25 % Instruktif Rasio Efektivitas= x 100 %
Rendah 25 % - 50 % Konsultatif target penerimaan PAD
Sedang 50 % - 75 % Partisipatif
Tinggi 75 % - 100 % Delegatif
Kemampuan daerah dalam
Sumber : Halim (2007 : 232) menjalankan tugas dikategorikan efektif
1) Pola hubungan instruktif, dimana apabila rasio yang dihasilkan mencapai
peranan pemerintah pusat lebih minimal sebesar 1 (satu) atau 100%.
dominan dari pada kemandirian Semakin tinggi efektivitas
pemerintah daerah. menggambarkan kemampuan daerah
2) Pola hubungan konsultatif, yaitu yang semakin baik.
campur tangan pemerintah pusat Adapun kriteria efektifitas
sudah mulai berkurang karena perbandingannya diukur dengan kriteria
daerah dianggap sedikit lebih penilaian kinerja dalam tabel 2.2
mampu melaksanakan otonomi Berikut ini :
daerah. Tabel 2.2 Kriteria efektifitas
3) Pola hubungan partisipatif, peranan Pendapatan Asli Daerah
pemerintah pusat sudah mulai Kriteria Efektifitas Presentase Efektifitas
Sangat efektif Di atas 100 %
berkurang mengingat daerah yang Efektif 100 %
bersangkutan tingkat kemandirian Cukup efektif 90 % – 99 %
mendekati mampu melaksanakan Kurang efektif 75 % - 89 %
Tidak efektif Kurang dari 75 %
unsur otomoni daerah.
Sumber : Mahmudi (2011)
4) Pola hubungan delegatif, yaitu
Rasio Efesiensi Pendapatan Asli
campur tangan pemerintah pusat
Daerah
sudah tidak ada karena telah benar-
Rasio efisiensi adalah rasio yang
benar mampu dan mandiri dalam
menggambarkan perbandingan antara
melaksanakan urusan otonomi
besarnya biaya yang dikeluarkan untuk
daerah.
memperoleh pendapatan dengan
realisasi pendapatan yang diterima.
Kinerja pemerintah daerah dalam
melakukan pemungutan pendapatan
Rasio Efektivitas Pendapatan Asli
dikategorikan efisien apabila rasio yang
Daerah
dicapai kurang dari 1 (satu) atau
17
Berdasarkan pada tabel 4.1 dan dana alokasi khusus (DAK) sebesar
menunjukkan bahwa rasio kemandirian Rp 53.266.770.000,00. Serta pendapatan
pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara lainnya yang berupa dana penyesuaian
pada tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar Rp 291.003.205.000,00. Dan
dikarenakan meningkatnya Pendapatan pada tahun 2014 kembali mengalami
Asli Daerah (PAD) yang diperoleh peningkatan sebesar Rp
pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara 1.549.728.926.741,00 yang dikarenakan
sebesar Rp meningkatnya pos-pos pada dana
514.857.031.059,96 dari total pendapatan. perimbangan yang berupa : dana bagi hasil
Adapun pos-pos Pendapatan Asli Daerah bukan pajak (Sumber daya alam) sebesar
yang mengalami peningkatan berupa : Rp 61.153.215.149,00, Dana Alokasi
pendapatan pajak daerah sebesar Rp Umum (DAU) sebesar Rp
408.107.145.035,00, kemudian pendapatan 1.053.636.011.000,00, dan Dana Alokasi
retribusi daerah sebesar Rp Khusus (DAK) sebesar
24.471.158.962,00 dan lain-lain Rp 58.750.010.000,00. Serta dana
pendapatan asli daerah yang sah sebesar pemerintah pusat lainnya yang berupa
Rp 58.434.932.207,96. Dan pada tahun dana penyesuaian sebesar Rp
2014 rasio kemandirian mengalami 39.888.088.000,00.
peningkatan lagi dan merupakan yang Secara teori pola hubungan antara
tertinggi sebesar 38,71%. Hal ini pemerintah pusat dan daerah harus
dikarenakan adanya peningkatan dilakukan sesuai dengan kemampuan
pendapatan asli daerah (PAD) sebesar Rp keuangan dalam membiayai pelaksanaan
599.942.751.257,23. Adapun pos-pos pemerintahan dan pembangunan,
Pendapatan Asli Daerah yang diperoleh walaupun pengukuran kemampuan
pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara keuangan daerah yang terjadi akan
berupa : pendapatan pajak daerah sebesar menimbulkan perbedaan. Ada empat
Rp 457.838.379.627,00 dan lain-lain macam pola hubungan tingkat
pendapatan pendapatan asli daerah yang kemandirian keuangan daerah dalam
sah sebesar Rp 100.544.796.794,23. melaksanakan otonomi daerah antara lain :
Berdasarkan pada tabel 4.1 1. Pola hubungan instruktif, peranan
menunjukkan bahwa pendapatan dari pemerintah pusat lebih dominan
bantuan pemerintah pusat juga selalu daripada kemandirian pemerintah
mengalami peningkatan. Pada tahun 2012 daerah (daerah yang tidak mampu
sebesar Rp 1.308.767.073.981,00, melaksanakan otonomi daerah).
kemudian pada tahun 2013 mengalami 2. Pola hubungan konsultatif, campur
peningkatan sebesar Rp tangan pemerintah pusat sudah mulai
1.451.899.059.568,00. Dimana pos-pos berkurang, karena daerah dianggap
bantuan dari pemerintah pusat yang sedikit lebih mampu melaksanakan
mengalami peningkatan berupa dana otonomi atau kemampuan pemerintah
perimbangan seperti dana bagi hasil bukan daerah telah mulai meningkat.
pajak (sumber daya alam) sebesar 3. Pola hubungan partisipatif, peranan
Rp 59.378.657.077,00, dana alokasi umum pemerintah pusat semakin berkurang,
(DAU) sebesar Rp 961.035.741.000,00 mengingat daerah yang bersangkutan
22
¿ 102,44 %
c. Rasio efektivitas Pendapatan Asli
Daerah Tahun Anggaran 2014
Realisasi Penerimaan PAD
x 100 %
Target Penerimaan PAD
599.942.751 .257,23
¿ x 100 %
570.190.905 .024,00
¿ 105,22 %
Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Rasio Efektivitas PAD Pemerintah Provinsi Sultra Tahun
Anggaran 2012-2014
yang dipisahkan melebihi target yang telah peningkatan Pendapatan Asli Daerah.
dianggarkan dengan nilai masing-masing Pemerintah daerah harus mencari
sebesar Rp 408.107.145.035,00, alternatif-alternatif yang memungkinkan
Rp 24.471.158.962,00 serta untuk dapat mengatasi kekurangan
Rp 23.843.794.855,00. Dan pada tahun pembiayaannya. Dan hal ini memerlukan
2014 penerimaan dari sektor pajak daerah kreatifitas dari aparat pelaksanaan
sebesar Rp 457.838.379.672,00 dan lain- keuangan daerah untuk mencari sumber-
lain pendapatan asli daerah yang sumber pembiayaan baru baik melalui
dipisahkan sebesar Rp 100.544.796.794,23 program kerjasama pembiayaan dengan
melebihi dari target yang telah pihak swasta dan juga program
dianggarkan sebelumnya. peningkatan Pendapatan Asli Daerah.
Berdasarkan uraian dari hasil Rasio Efisiensi Pendapatan Asli Daerah
perhitungan tabel 4.2 bahwa rata-rata Rasio efisiensi menggambarkan
presentase rasio efektivitas pemerintah kemampuan pemerintah daerah dalam
Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2012- meminimumkan biaya yang dikeluarkan
2014 sebesar 96,05% yang berada pada untuk memperoleh Pendapatan Asli
pada tingkat 90%-99%. Hal ini Daerah.
menunjukkan bahwa Pemerintah Provinsi Hasil perhitungan rasio efisiensi
Sulawesi Tenggara sudah cukup efektif Pendapatan Asli Daerah (PAD)
dalam melaksanakan tugasnya untuk pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara
merealisasikan sumber pendapatan asli tahun anggaran 2012-2014 sebagai
daerahnya yaitu dalam melakukan berikut :
pemungutan pajak dan retribusi daerah, a. Rasio Efisiensi Pendapatan Asli Daerah
pengelolaan kekayaan daerah yang Tahun Anggaran 2012
dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli Biaya Memperoleh PAD
¿ x 100 %
daerah yang sah. Pemerintah Provinsi Realisasi PenerimaanPAD
Sulawesi Tenggara juga dapat dikatakan 7.441.324 .539,00
¿ x 100 %
memiliki kinerja yang baik dalam hal 439.184 .485 .917,41
merealisasikan Pendapatan Asli Daerah ¿ 1,69 %
yang telah direncanakan. Hal ini bahwa b. Rasio Efisiensi Pendapatan Asli Daerah
Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun Anggaran 2013
sudah cukup memiliki kemampuan dalam Biaya Memperole h Pendapata n Asli Daera h
x 100 %
mengoptimalkan Pendapatan Asli Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah
Daerahnya apabila didukung dengan 11.536 .431 .650,00
¿ x 100 %
514.857.031 .059,96
kinerja pemerintah daerah.
¿ 2,24 %
Jadi untuk meningkatkan pendapatan
c. Rasio Efisiensi Pendapatan Asli Daerah
asli daerah pemerintah Provinsi Sulawesi
Tahun Anggaran 2014
Tenggara harus mengoptimalkan
Biaya Memperole h Pendapatan Asli Dae ra h
penerimaan dari potensi pendapatannya x 100 %
Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah
yang telah ada. Inisiatif dan kemauan
10.824 .750 .813,00
Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara ¿ x 100 %
599.942.751.257,23
sangat diperlukan dalam upaya
¿ 1,80 %
25
Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Rasio Efisiensi PAD Pemerintah Provinsi Sulawesi
Tenggara Tahun Anggaran 2012-2014
Tahun Biaya Pemperoleh PAD Realisasi Penerimaan PAD Rasio Efisiensi (%) Kriteria
daripada belanja rutin pada tahun 2012 total belanja modal mengalami
sebesar Rp 1.406.345.186.352,46. Pada peningkatan.
tahun 2014 rasio pertumbuhan belanja Dimana dari rata-rata rasio
rutin mengalami peningkatan sebesar pertumbuhan belanja rutin (belanja
14,48%. Hal ini disebabkan operasi) pemerintah Provinsi Sulawesi
meningkatnya belanja rutin pada tahun Tenggara tahun 2012-2014 yang
2014 yaitu sebesar mengalami pertumbuhan secara negatif
Rp. 1.331.888.616.706,78. karena terjadi pengurangan
Berdasarkan hasil perhitungan pada pengalokasian penggunaan dana pada
tabel 4.5 diketahui bahwa secara rata- belanja operasi/rutin meskipun kembali
rata rasio pertumbuhan belanja modal mengalami peningkatan. Sedangkan
Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara rata-rata rasio pertumbuhan belanja
tahun 2012 sampai dengan tahun 2014 modal (belanja pembangunan)
sebesar 69,72% yang berarti bahwa pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara
sebesar 69,72% anggaran yang mengalami pertumbuhan yang positif.
digunakan oleh pemerintah Provinsi Dilihat dari perkembangan rasio
Sulawesi Tenggara dialokasikan untuk pertumbuhan Belanja Rutin dan Belanja
belanja modal. Dimana pada tahun Modal pemerintah Provinsi Sulawesi
2013 rasio pertumbuhan belanja modal Tenggara dari tahun 2012 sampai
mengalami pertumbuhan sebesar dengan tahun 2014 bisa dikatakan baik.
110,93%. Hal ini disebabkan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara
meningkatnya pengalokasian mulai meningkatkan pengalokasian
penggunaan dana pada belanja modal anggaran dana pada belanja modal yaitu
dari Rp 204.203.183.045,00 pada tahun belanja tanah, belanja peralatan dan
2012 menjadi Rp. 430.716.881.967,00 mesin, belanja bangunan dan gedung,
pada tahun 2013. Adapun belanja belanja jalan, irigasi dan jaringan, serta
modal yang mengalami peningkatan belanja asset tetap lainnya meskipun
terdiri dari : belanja peralatan dan jumlahnya masih lebih kecil
mesin sebesar Rp 39.484.200.237,00 dibandingkan dengan jumlah belanja
dan belanja jalan, irigasi dan jaringan operasi. Hal ini menunjukkan
sebesar Rp Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara
343.494.897.430,00. Dan pada tahun mulai berusaha pengurangan
2014 rasio pertumbuhan belanja modal penggunaan dana belanja rutin (belanja
mengalami penurunan sebesar 28,51%. operasi), dan Pemerintah Provinsi
Hal ini disebabkan menurunnya Sulawesi Tenggara secara bertahap
pengalokasian belanja peralatan dan mulai memprioritaskan belanja
mesin sebesar Rp 38.122.950.685,00, pembangunan untuk memperbaiki
belanja jalan, irigasi dan jaringan infrastruktur daerah.
sebesar Rp Berdasarkan hasil perhitungan,
328.429.408.526,00 dan belanja asset pertumbuhan kinerja pemerintah
tetap lainnya sebesar Provinsi Sulawesi Tenggara sudah
Rp 590.097.000,00. Meskipun realisasi menunjukkan perkembangan yang baik
karena pemerintah Provinsi Sulawesi
31
Pendapatan Asli Daerah oleh yang Halim, Abdul. 2007. Akuntansi Sektor
bersangkutan. Publik Akuntansi Keuangan Daerah.
3. Pemerintah Provinsi Sulawesi Jakarta : Salemba Empat.
Halim, Abdul. 2008. Auditing (Dasar-
Tenggara harus lebih meningkatkan
Dasar Audit Laporan Keuangan).
belanja pembangunan (belanja UUP STIM.
modal) sehingga pembangunan di Mahmudi. 2011. Akuntansi Sektor Publik.
Provinsi Sulawesi Tenggara semakin UII Press : Yogyakarta.
baik serta meningkatkan penyediaan Mahsun, Mohammad. 2006. Pengukuran
sarana dan prasarana umum untuk Kinerja Sektor Publik Edisi Pertama.
meningkatkan kegiatan Yogyakarta : BPFE
Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor
perekonomian masyarakat yang
Publik, Edisi II. Yogyakarta : Penerbit
mampu meningkatkan kesejahteraan Andi.
masyarakat. Mardiasmo, 2009. Akuntansi Sektor
b. Bagi Peneliti Selanjutnya Publik. Yogyakarta : Penerbit Andi.
Bagi peneliti selanjutnya yang akan Munawir. 2002. Analisis Laporan
melakukan penelitian sama Keuangan Edisi Kedua. Yogyakarta :
diharapkan untuk lebih mendalam YPKN.
Nurulafifah, Tyas. 2012. Analisis Kinerja
mengenai kinerja kemandirian pada
Keuangan Anggaran Pendapatan dan
Pemerintah Daerah dengan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten
menggunakan lebih banyak rasio lagi Sleman Tahun 2006-2010. Jurnal.
sehingga hasil penelitiannya bisa lebih Kajian Pendidikan & Akuntansi
andal dan akurat daripada penelitian Indonesia Edisi I Volume I / Tahun
oleh penulis ini serta menambah 2012.
jumlah periodenya agar penelitian ini Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
13 Tahun 2006 Tentang Pedoman
dapat lebih berkembang. Pengelolaan Keuangan Daerah.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
DAFTAR PUSTAKA 59 Tahun 2007 Tentang Perubahan
Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri
Adhiantoro, Hony. 2013. “Analisis Nomor 13 Tahun 2006 Tentang
Kinerja Keuangan Pemerimtah Pedoman Pengelolaan Keuangan
Kabupaten Blora (Studi Kasus Dinas Daerah.
Pendapatan Pengelolaan Keuangan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
dan Aset Kabupaten Blora Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi
2007-2011).” Skripsi Fakultas Pemerintah.
Ekonomi Universitas Negeri Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun
Yogyakarta. 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan
Adisasmita, Rahardjo. 2011. Pembiayaan Daerah.
Pembangunan Daerah, Edisi Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun
Pertama. Yogyakarta : Graha Ilmu. 2010 Tentang Standar Akuntansi
Ardi, Riza Dewi Al. 2011. Analisis Pemerintah.
Kesehatan Pemerintah Daerah Dalam Pratama, Vicca Yulian. 2015. “Analisis
Mendukung Pelaksanaan Otonomi Kinerja Keuangan Daerah
Daerah (Studi Kasus pada Pemerintah Kota Bandar Lampung
Pemerintah Daerah Kabupaten (Tahun 2006-2013).” Skripsi Fakultas
Jember). Skripsi. Universitas Jember.
34