Asuhan Keperawatan Intoksikasi Ifo Baygo
Asuhan Keperawatan Intoksikasi Ifo Baygo
Oleh :
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................1
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
BAB 1......................................................................................................................3
Pendahuluan.............................................................................................................3
BAB 2......................................................................................................................5
Tinjaun Pustaka........................................................................................................5
1.1. Definisi......................................................................................................5
1.2. Patofisiologis.............................................................................................6
1.3. Cara kerja racun.........................................................................................7
1.4. Manifestasi Klinis......................................................................................8
1.5. Pemeriksaan Diagnostik............................................................................9
1.6. Penatalaksanaan Kegawatdaruratan..........................................................9
1.7. Prognosis.................................................................................................13
1.8. Komplikasi..............................................................................................13
1.9. Asuhan Keperawatan...............................................................................14
BAB 3....................................................................................................................19
Penutup...................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................20
1
9
KATA PENGANTAR
Penyusun
1
9
BAB 1
Pendahuluan
Tinjaun Pustaka
1.1. Definisi
Keracunan atau intoksikasi adalah keadaan patologik yang disebabkan oleh
obat, serum, alkohol, bahan serta senyawa kimia toksik. Keracunan juga
merupakan kondisi atau keadaan fisik yang terjadi jika suatu zat,dalam jumlah
relatif sedikit, terkena zat tersebut pada permukaan tubuh, termakan, terinjeksi,
terisap atau terserap serta terakumulasi dalam organ tubuh, tergantung sifatnya
pada tulang, hati, darah atau organ lainnya sehingga akan menghasilkan efek yang
tidak diinginkan dalam jangka panjang yang selanjutnya akan menyebabkan
kerusakan struktur/gangguan fungsi tubuh.
Racun adalah zat atau bahan yang bila masuk ke dalam tubuh melalui mulut,
hidung (inhalasi), suntikan dan absorpsi melalui kulit atau digunakan terhadap
organisme hidup dengan dosis relatif kecil akan merusak kehidupan atau
mengganggu dengan serius fungsi satu atau lebih organ tubuh atau jaringan (Mc.
Graw Hill Nursing Dictionary).
Menurut Taylor racun adalah setiap bahan atau zat yang dalam jumlah relatif
kecil bila masuk kedalam tubuh akan menimbulkan reaksi kimiawi yang akan
menyebabkan penyakit atau kematian . Baygon termasuk kedalam salah satu jenis
racun, yaitu racun serangga (insektisida).
Berdasarkan struktur kimianya insektisida dapat digolongkan menjadi :
1. Insektisida golongan fospat organic (IFO), seperti : Malathoin, Parathion,
Paraoxan , diazinon, dan TEP.
1
9
2. Insektisida golongan karbamat, seperti : carboryl dan baygon
3. Insektisida golongan hidrokarbon yang diklorkan, seperti : DDT endrin,
chlordane, dieldrin dan lindane.
Keracunan akibat insektisida biasanya terjadi karena kecelakaan dan
percobaan bunuh diri , jarang sekali akibat pembunuhan .
1.2. Patofisiologis
Insektisida ini bekerja dengan menghambat dan menginaktivasikan enzim
asetilkolinesterase. Enzim ini secara normal menghancurkan asetilkolin yang
dilepaskan oleh susunan saraf pusat, gangglion autonom, ujung-ujung saraf
parasimpatis, dan ujung-ujung saraf motorik. Hambatan asetilkolinesterase
menyebabkan tertumpuknya sejumlah besar asetilkolin pada tempat-tempat
tersebut.
Asetilkholin itu bersifat mengeksitasi dari neuron – neuron yang ada di post
sinaps, sedangkan asetilkolinesterasenya diinaktifkan, sehingga tidak terjadi
adanya katalisis dari asam asetil dan kholin. Terjadi akumulasi dari asetilkolin di
sistem saraf tepi, sistem saraf pusatm neomuscular junction dan sel darah merah,
Akibatnya akan menimbulkan hipereksitasi secara terus menerus dari reseptor
muskarinik dan nikotinik.
Didalam kasus kita ini menyangkut keracunan baygon, perlu diketahui dulu
bahwa didalam baygon itu terkandung 2 racun utama yaitu Propoxur dan
transfluthrin. Propoxur adalah senyawa karbamat yang merupakan senyawa
Seperti organofosfat tetapi efek hambatan cholin esterase bersivat reversibel dan
tidak mempunyai efek sentral karena tidak dapat menembus blood brain barrier.
Gejala klinis sama dengan keracunan organofosfat tetapi lebih ringan dan
waktunya lebih singkat. Penatalaksanaannya juga sama seperti pada keracunan
organofosfat.
Dampak terbanyak dari kasus ini adalah pada sistem saraf pusat yang akan
mengakibatkan penurunan tingkat kesadaran dan depresi pernapasan. Fungsi
kardiovaskuler mungkin juga terganggu, sebagian karena efek toksik langsung
pada miokard dan pembuluh darah perifer, dan sebagian lagi karena depresi pusat
kardiovaskular di otak. Hipotensi yang terjadi mungkin berat dan bila berlangsung
1
9
lama dapat menyebabkan kerusakan ginjal, hipotermia terjadi bila ada depresi
mekanisme pengaturan suhu tubuh. Gambaran khas syok mungkin tidak tampak
karena adanya depresi sistem saraf pusat dan hipotermia, Hipotermia yang terjadi
akan memperberat syok, asidemia, dan hipoksia.
1.7. Prognosis
Prognosis dari kasus ini pada umumnya baik, bila pengobatan dilakukan
secepat mungkin, namun akan berdampak fatal hingga pada kematian jika terjadi
kesalahan dalam pengobatan. Beberapa kesalahan pengobatan yang sering terjadi,
berupa :
1. Resusitasi kurang baik dikerjakan.
2. Eliminasi racun kurang baik.
3. Dosis atropin kurang adekuat, atau terlalu cepat dihentikan.
1
9
1.8. Komplikasi
Komplikasi yang bisa muncul pada kasus ini diantaranya adalah :
1. Shock
2. Henti nafas
3. Henti jantung
4. Kejang
5. Koma
2. Diagnosa Keperawatan
a. Tidak efektifnya pola napas berhubungan dengan depresi pernapasan
akibat efek langsung dari intoksikasi baygon.
b. Penurunan kesadaran berhubungan dengan depresi sistem saraf pusat.
c. Resiko gangguan keseimbangan cairan berhubungan dengan output yang
berlebihan.
1
9
3. Intervensi
a. Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan depresi pernapasan
akibat efek langsung dari toksisitas baygon.
Tujuan : Mempertahankan keefektifan pola nafas.
Kriteria hasil : RR dalam batas normal, jalan nafas bersih, sputum tidak
ada.
Intervensi Rasional
Pantau tingkat, irama Efek insektisida mendepresi SSP yang
pernapasan & suara napas mungkin dapat mengakibatkan
serta pola pernapasan hilangnya kepatenan aliran udara atau
depresi pernapasan, pengkajian yang
berulang kali sangat penting karena
kadar toksisitas mungkin berubah-
ubah secara drastis.
Tinggikan kepala tempat Menurunkan kemungkinan aspirasi,
tidur diafragma bagian bawah untuk
menigkatkan inflasi paru.
Dorong untuk batuk/ nafas Memudahkan ekspansi paru &
dalam mobilisasi sekresi untuk mengurangi
resiko atelektasis/pneumonia.
Auskultasi suara napas Pasien beresiko atelektasis
dihubungkan dengan hipoventilasi &
pneumonia.
Berikan O2 jika dibutuhkan Hipoksia mungkin terjadi akibat
depresi pernapasan
Kolaborasi untuk sinar X Memantau kemungkinan munculnya
dada, Blood Gas Analysis komplikasi sekunder seperti
atelektasis/pneumonia, evaluasi
kefektifan dari usaha pernapasan.
b. Penurunan kesadaran berhubungan dengan depresi sistem saraf pusat
Tujuan : Tingkat kesadaran klien dapat dipertahankan
Kriteria hasil :
1) Kesadaran composmentis (GCS : 15)
1
9
2) Tanda-tanda vital dalam batas normal
Intervensi Rasional
Monitor vital sign tiap 15 Bila ada perubahan yang bermakna
menit merupakan indikasi penurunan
kesadaran
Observasi tingkat kesadaran Penurunan kesadaran sebagai indikasi
pasien penurunan aliran darah otak
Kaji adanya tanda-tanda Gejala tersebut merupakan manifestasi
distress pernapasan, nadi dari perubahan pada otak, ginjal,
cepat, sianosis dan kolapsnya jantung dan paru.
pembuluh darah
Monitor adanya perubahan Tindakan umum yang bertujuan untuk
tingkat kesadaran keselamatan hidup, meliputi
resusitasi : Airway, breathing,
sirkulasi
Kolaborasi dengan tim medis Anti dotum (penawar racun) dapat
dalam pemberian anti dotum membantu mengakumulasi
penumpukan racun
c. Resiko gangguan keseimbangan cairan berhubungan dengan output yang
berlebihan
Tujuan : Kekurangan cairan tidak terjadi
Kriteria hasil :
1) Tanda-tanda vital stabil
2) Turgor kulit stabil
3) Membran mukosa lembab
4) Pengeluaran urine normal 1 – 2 cc/kg BB/jam
Intervensi Rasional
Monitor pemasukan dan Dokumentasi yang akurat dapat
pengeluaran cairan. membantu dalam mengidentifikasi
pengeluran dan penggantian cairan.
Monitor suhu kulit, palpasi Kulit dingain dan lembab, denyut yang
denyut perifer. lemah mengindikasikan penurunan
sirkulasi perifer dan dibutuhkan untuk
pengantian cairan tambahan.
1
9
Observasi adanya mual, Mual, muntah dan perdarahan yang
muntah, perdarahan berlebihan dapat mengacu pada
hipordemia.
Pantau tanda-tanda vital Hipotensi, takikardia, peningkatan
pernapasan mengindikasikan
kekurangan cairan
(dehindrasi/hipovolemia).
Kolaborasi dengan tim medis Cairan parenteral dibutuhkan untuk
dalam pemberian cairan mendukung volume cairan /mencegah
parenteral hipotensi.
Kolaborasi dalam pemberian Antiemetik dapat menghilangkan
antiemetik mual/muntah yang dapat menyebabkan
ketidak seimbangan pemasukan.
Berikan kembali pemasukan Pemasukan peroral bergantung kepada
oral secara berangsur-angsur. pengembalian fungsi gastrointestinal.
Pantau studi laboratorium Sebagai indikator untuk menentukan
(Hb, Ht). volume sirkulasi dengan kehilanan
cairan.
1
9
BAB 3
Penutup
3.1. Simpulan
Keracunan juga merupakan kondisi atau keadaan fisik yang terjadi jika suatu
zat,dalam jumlah relatif sedikit, terkena zat tersebut pada permukaan tubuh,
termakan, terinjeksi, terisap atau terserap serta terakumulasi dalam organ tubuh,
tergantung sifatnya pada tulang, hati, darah atau organ lainnya sehingga akan
menghasilkan efek yang tidak diinginkan dalam jangka panjang yang selanjutnya
akan menyebabkan kerusakan struktur/gangguan fungsi tubuh.
Insektisida ini bekerja dengan menghambat dan menginaktivasikan enzim
asetilkolinesterase. Enzim ini secara normal menghancurkan asetilkolin yang
dilepaskan oleh susunan saraf pusat, gangglion autonom, ujung-ujung saraf
parasimpatis, dan ujung-ujung saraf motorik.
1
9
DAFTAR PUSTAKA
Abadi, Nur. 2008. Buku Panduan Pelatihan BC & TLS (Basic Cardiac & Trauma
Life Support). Jakarta : EMS 119
Blantan, Kamanti Indriyani. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan
Keracunan Insektisida. (Online :
http://id.scribd.com/doc/94941402/ASKEP-Intoksikasi-Baygon) Diakses
tanggal 1 Desember 2016
https://www.scribd.com/doc/310135281/keracunan-baygon Diakses tanggal 1
Desember 2016
1
9