Anda di halaman 1dari 7

Menurut klasifikasi fungsi, alokasi anggaran belanja pemerintah pusat dirinci ke dalam

11 fungsi, yang pengklasifikasiannya ditujukan untuk menggambarkan tugas Pemerintah


dalam melaksanakan fungsi-fungsi pelayanan dalam rangka mencapai tujuan
pembangunan nasional. Fungsi-fungsi tersebut mencakup: (1) fungsi pelayanan umum;
(2) fungsi pertahanan; (3) fungsi ketertiban dan keamanan; (4) fungsi ekonomi; (5) fungsi
lingkungan hidup; (6) fungsi perumahan dan fasilitas umum; (7) fungsi kesehatan; (8)
fungsi pariwisata; (9) fungsi agama; (10) fungsi pendidikan; dan (11) fungsi perlindungan
sosial.

Kelompok kami akan membahas tiga fungsi anggaran belanja pemerintah pusat, yaitu
fungsi pendidikan, kesehatan dan pelayan umum. Berikut ini adalah Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Indonesia dari tahun 2011 sampai dengan
tahun 2018

BELANJA PEMERINTAH PUSAT BERDASARKAN FUNGSI


2011-2018
(triliun rupiah)
900
800
700
600
500
400
300
200
100
0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Pendidikan Kesehatan Pelayanan Umum

sumber : nota keuangan dan rapbn republik indonesia

Yang menjadi perhatian kelompok kami adalah perkembangan belanja pemerintah pusat
menurut fungsi selama lima tahun dari tahun 2014 – 2018
1. Fungsi Pendidikan

Melalui grafik, dapat disimpulkan anggaran pendidikan dominan bertambah setiap


tahunnya. Alokasi pada anggaran fungsi pendidikan menunjukkan usaha Pemerintah untuk
menyelenggarakan pendidikan yang layak bagi anak negeri. Alokasi pada fungsi pendidikan
ini juga menjadi salah satu yang mendapatkan bagian terbesar dari 10 K/L yang mendapat
anggaran paling besar selama tahun 2011-2018. Pendidikan ini merupakan usaha
mendorong investasi dan daya saing SDM Indonesia dan mendorong pendidikan yang
berkualitas. Hal yang menarik dalam pengusahaan terjangkaunya pendidikan ini masih
dalam tujuan penurunan pengangguran masih menghadapi tantangan mismatch antara
bidang pekerjaan dengan latar belakang pendidikan, serta masih rendahnya kualitas dan
produktivitas tenaga kerja Indonesia dibandingkan dengan beberapa negara di kawasan
Asia. Untuk itu, dibutuhkan upaya peningkatkan kualitas tenaga kerja Indonesia, terutama
melalui peningkatan kualitas pendidikan, baik pendidikan formal maupun nonformal, serta
pendidikan vokasi.

Penyerapan anggaran pada fungsi pendidikan tersebut digunakan dalam rangka


meningkatkan pelayanan publik di bidang pendidikan, antara lain melalui program-program
sebagai berikut:
(1) program pendidikan Islam,
(2) program pendidikan dasar dan menengah,
(3) program guru dan tenaga kependidikan, dan
(4) program pembelajaran dan kemahasiswaan.
Apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 36,1
persen dari pagunya, maka penyerapan anggaran fungsi pendidikan sampai dengan
semester I tahun 2018 tersebut meningkat sebesar 0,7 persen.
Hal diatas menjadi pertimbangan penting bagi pemerintah untuk menentukan
langkahnya dalam kelanjutan perkembangan pemakaian anggaran. Menjadi misi
Pemerintah dalam rangka fungsi pendidikan pada 2019:
(1) refocusing anggaran pendidikan untuk peningkatan kualitas dan akses yang merata
dan berkeadilan;
(2) meningkatkan kualitas sarana dan prasarana sekolah;
(3) meningkatkan kualitas dan ketersediaan guru, antara lain melalui sistem monitoring
dan pengalokasian berbasis kinerja;
(4) sinergi antarprogram di bidang pendidikan untuk mewujudkan sustainable education
antara lain PKH, PIP, Bidikmisi, beasiswa LPDP;
(5) memperkuat pendidikan vokasi, antara lain melalui sinkronisasi kurikulum SMK (link
and match);
(6) memperkuat sinergi antara Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah terutama
dalam peningkatan akses dan kualitas pendidikan;
(7) mempersiapkan tenaga pendidik yang adaptif dan responsif terhadap perkembangan
teknologi digital; dan
(8) memperkuat peran LPDP sebagai SWF untuk mendorong perluasan program
beasiswa afirmasi
Intervensi Pemerintah :
Jenis intervensi yang sudah dilakukan oleh pemerintah yakni:
Subsidize
Hal ini dalam pemberian Bantuan Operasional Sekolah (BOS), pembagian Kartu
Indonesia Pintar (KIP) bagi pelajar tingkat dasar dan menengah di Indonesia untuk bantuan
pemenuhan kebutuhan hariannya, juga pemberian bantuan beasiswa Bidikmisi untuk para
mahasiswa.
Public Provision
Yakni pembangunan sekolah negei dengan biaya yang terjangkau.

2. Fungsi Kesehatan

Kesetaraan dalam bidang kesehatan bagi seluruh masyarakat yang belum


menjangkau semua penduduk terutama kelompok miskin dan rentan mendapatkan
pelayanan dasar.
Realisasi anggaran pada fungsi kesehatan tersebut digunakan untuk melaksanakan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat di beberapa K/L seperti Kementerian
Kesehatan, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), dan Badan Kependudukan
dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), yang pelaksanaannya berupa:
(1) pelayanan kesehatan melalui program pembinaan pelayanan kesehatan, program
pembinaan kesehatan masyarakat, dan program pencegahan dan pengendalian
penyakit,
(2) kesehatan lainnya melalui program penguatan pelaksanaan JKN,
(3) obat dan perbekalan kesehatan, melalui program kefarmasian dan alat kesehatan
dan program pengawasan obat dan makanan,
(4) kependudukan dan keluarga berencana, antara lain melalui program
kependudukan, KB, dan pembangunan keluarga.
Apabila dibandingkan dengan realisasinya pada periode yang sama tahun
sebelumnya sebesar Rp23,2 triliun atau 40,1 persen dari pagunya, maka kinerja
penyerapan anggaran fungsi kesehatan sampai dengan semester I tahun 2018
meningkat sebesar 14,8 persen.
Pemerataan kesehatan masyarakat ini dapat dijadikan ukuran sejahtera atau ramah
tidaknya suatu negara bagi kesehatan masyarakatnya.
Meskipun cenderung naik tiap tahunnya, anggaran fungsi kesehatan ini masih
kurang banyak bila dibandingkan dengan fungsi pelayanan umum.
Pemerintah melalui anggaran yang sudah dilaksanakan sampai tahun 2018
membuat arah kebijkan yang baru di 2019. Arah kebijakan pembangunan kesehatan dan
gizi masyarakat tahun 2019 diarahkan pada:
(1) akselerasi Pemenuhan Akses dan mutu Pelayanan Kesehatan Ibu dan anak,
remaja, dan lanjut usia yang berkualitas;
(2) meningkatkan akses dan kualitas pelayanan keluarga berencana dan kesehatan
reproduksi;
(3) meningkatkan pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan;
(4) meningkatkan upaya promotif dan preventif Gerakan Masyarakat Hidup Sehat,
peningkatan nutrisi ibu hamil, menyusui dan balita dan imunisasi, serta percepatan
penurunan stunting;
(5) meningkatkan ketersediaan, penyebaran, dan mutu sumber daya manusia
kesehatan;
(6) meningkatkan efektivitas pengawasan obat dan makanan; dan
(7) memantapkan pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) bidang
kesehatan.
Arah kebijakan tersebut selaras dengan salah satu agenda prioritas nasional, yaitu untuk
pembangunan manusia melalui pengurangan kemiskinan dan peningkatan pelayanan dasar
yang dilaksanakan melalui:
(1) program pembinaan kesehatan masyarakat;
(2) program pembinaan pelayanan kesehatan;
(3) program kefarmasian dan alat kesehatan;
(4) program pengembangan dan pemberdayaan SDM Kesehatan;
(5) program kependudukan, keluarga berencana, dan pembangunan keluarga;
(6) program pengawasan obat dan makanan; dan
(7) program penguatan pelaksanaan jaminan kesehatan nasional (JKN).
Menurut kami, program dan rencana-rencana pemerintah sudah cukup
mengusahaan kesetaraan dan pemerataan terjangkaunya layanan kesehatan bagi seluruh
masyarakat bahkan penduduk miskin sekalipun. Namun, meskipun begitu sepertinya masih
belum tepat sasaran karena masih banyak penderita kesehatan dan gizi buruk.

Intervensi Pemerintah
Public Provision
Penyediaan puskesmas yang dapat digunakan masyarakat untuk berobat dengan
harga yang terjangkau.
Subsidize
Subsidi ini salah satunya dalam hal pemberian BPJS juga Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) bagi penduduk Indonesia.

Dapat juga dilihat dari sasaran yang ingin dicapai pemerintah selama 2019:
(1) tersedianya makanan tambahan bagi 1.535.000 balita kurus;
(2) terbinanya 1.200 Puskesmas yang bekerjasama dengan UTD dan RS dalam pelayanan
darah untuk menurunkan AKI;
(3) terlaksananya pembinaan Puskesmas dalam Program Indonesia Sehat dengan
Pendekatan Keluarga pada 3.973 Puskesmas;
(4) terlaksananya gerakan masyarakat cerdas menggunakan obat (Gema Cermat) pada
masyarakat di 206 kab/kota;
(5) tersedianya paket penyediaan obat dan perbekalan kesehatan program kesehatan ibu
dan anak, serta pengendalian malaria;
(6) terlaksananya penugasan tenaga kesehatan secara team based (Nusantara Sehat) dan
secara individu;
(7) tercapainya perluasan cakupan PBI Program JKN menjadi 96,8 juta jiwa;
(8) tercapainya kesertaan 30.108.272 ber-KB melalui peningkatan akses dan kualitas
pelayanan KBKR yang sesuai standar pelayanan; dan
(9) tercapainya 59.442 sampel obat, obat bahan alam, kosmetik, suplemen kesehatan , dan
24.952 sampel makanan yang diperiksa sesuai standar.

3. Pelayanan Umum

Alokasi anggaran belanja pemerintah pusat yang terbesar menurut fungsi dari tahun
2011 sampai dengan 2018 adalah fungsi pelayanan umum. Dalam kurun waktu 2014–2017,
realisasi anggaran fungsi pelayanan umum secara nominal mengalami pertumbuhan rata-
rata 12,7 persen, yaitu dari Rp214,3 triliun dalam tahun 2014 menjadi Rp307,1 triliun dalam
tahun 2017. Sementara itu, kinerja penyerapan anggaran fungsi pelayanan umum dalam
periode tersebut rata-rata mencapai 88,8 persen terhadap pagunya. Alokasi fungsi
pelayanan umum digunakan untuk mendukung pelaksanaan kegiatan pemerintahan secara
umum dan pelayanan publik agar lebih efektif, profesional, dan efisien.

Pencapaian dari pelaksanaan berbagai program dan kegiatan pada fungsi pelayanan
umum dalam kurun waktu 2014-2017, antara lain yaitu: (1) peningkatan akuntabilitas
keuangan pemerintah yang tercermin dari skor Indonesia dalam open budget index, dari
59 pada tahun 2015 menjadi 64 pada tahun 2017, di atas rata-rata negara di Asia Tenggara;
(2) peningkatan peringkat Government Effectiveness Index dari 103 di tahun 2015 menjadi
86 di tahun 2016; (3) penerapan e-procurement pada sistem pengadaan barang dan jasa
melalui Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE); (4) perbaikan sistem rekrutmen
dan seleksi CPNS secara lebih transparan; dan (5) pengembangan assessment centre
untuk
mendukung dan mendata profil kader birokrasi.

Selanjutnya, realisasi anggaran fungsi pelayanan umum pada tahun 2018 diperkirakan
sebesar Rp429,9 triliun atau 98,6 persen dari pagunya. Apabila dibandingkan dengan
kinerja realisasi dari tahun 2014-2017 sebesar 88,8 persen per tahun, terdapat peningkatan
kinerja realisasi sebesar 9,8 persen. Peningkatan tersebut antara lain disebabkan oleh
kebijakan Pemerintah untuk terus memperbaiki pelayanan terhadap masyarakat, salah
satunya melalui penerapan standar pelayanan minimum, serta untuk terus memperbaiki
tingkat akuntabilitas kinerja pemerintahan.

Intervensi Pemerintah

Pemerintah juga terus meningkatkan iklim investasi yang kondusif dengan melakukan
deregulasi, debirokratisasi dan simplifikasi, antara lain melalui penerapan pelayanan terpadu
satu pintu (PTSP) dan online single submission (OSS), dengan demikian diharapkan dapat
mengurangi proses birokrasi secara efektif dan mempermudah pelaku usaha untuk
melakukan aktivitas produktif, sehingga dapat mendorong berkembangnya perekonomian
termasuk industri berbasis digital yang sangat bertumpu pada kualitas sumber daya
manusia yang produktif dan inovatif. Arah kebijakan dan langkah-langkah yang ditempuh
Pemerintah dalam rangka melaksanakan fungsi pelayanan umum pada tahun 2019 antara
lain:

(1) meningkatkan keterbukaan informasi dan komunikasi publik;

(2) meningkatkan partisipasi masyarakat dalam perumusan kebijakan;

(3) meningkatkan kapasitas birokrasi;

(4) meningkatkan kualitas pelayanan publik; dan

(5) mempertahankan tingkat kesejahteraan aparatur negara dengan melanjutkan kebijakan


penggajian yang telah dilakukan di tahun 2018 dan menaikkan gaji pokok dan pensiun
pokok bagi aparatur negara serta para pensiunannya sebesar rata-rata lima persen.

Sasaran pembangunan yang ingin dicapai melalui alokasi anggaran untuk fungsi pelayanan
umum pada tahun 2019 tersebut, diantaranya:

(1) pengelolaan jumlah ASN mengacu pada prinsip zero growth dengan tetap memerhatikan
prioritas kebutuhan tenaga pendidik dan tenaga kesehatan;

(2) meningkatnya kinerja birokrasi yang efektif dan efisien, serta meningkatnya akses dan
kualitas pelayanan publik yang tercermin dari jumlah instansi pemerintah (IP) yang telah
menerapkan Sistem Informasi Pelayanan Publik menjadi 580IP;

(3) meningkatnya transparansi birokrasi, tercermin dari meningkatnya jumlah Unit


Pelayanan Publik (UPP) yang telah menerapkan penggunaan e-Services dengan baik
menjadi 500 UPP; dan

(4) mendukung manajemen dan pelaksanaan tugas teknis K/L yang berbasis output.

Anda mungkin juga menyukai