Anda di halaman 1dari 9

TUGAS

MATA KULIAH PBB

PENYEMPURNAAN SISTEM ADMINISTRASI


TUNGGAKAN PBB SEKTOR P3 UNTUK
MENGOPTIMALKAN PENAGIHAN PAJAK

Oleh :

KARLINA SARI
2301190065
PAJAK AP 3-02/16

PROGRAM STUDI DIPLOMA III PAJAK


POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN
2019
Bab I

Latar Belakang

A. Latar Belakang Permasalahan

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah pungutan atas tanah dan bangunan
yang muncul karena adanya keuntungan dan/atau kedudukan sosial ekonomi bagi
seseorang atau badan yang memiliki suatu hak atasnya, atau memperoleh manfaat dari
padanya. Setiap Wajib Pajak diwajibkan untuk membayar dan melunasi Pajak Bumi dan
Bangunan. Wajib Pajak dapat berperan dalam hal pengawasannya seperti memastikan
membayar sesuai dengan jumlah yang ditagih dan perhitungan yang benar ataupun
mengawasi proses penerbitan dan penagihan PBB secara benar dan jujur.

Penerimaan pembayaran pajak berguna dalam hal pembangunan yang


dilakukan pemerintah serta membiayai keperluan negara lainnya. Dalam rangka
memaksimalkan penerimaan pajak perlu dilakukan optimalisasi tindakan penagihan agar
pencapaian target pencairan piutang dapat tercapai. Diperlukan perencanaan penagihan
yang terstruktur, tindakan penagihan yang profesional sesuai ketentuan perpajakan yang
berlaku, dan pengawasan serta evaluasi penagihan yang intensif, melalui penerapan
prioritas dan strategi tertentu yang didukung oleh manajemen administrasi penagihan
yang andal.

Penagihan Pajak Bumi dan Bangunan dirasa belum optimal dikarenakan


administrasi tunggakan Pajak Bumi dan Bangunan yang belum sempurna dan masih
terdapat banyak kendala seperti penerbitan surat-surat tindakan pajak yang terdiri dari
Surat Teguran, Surat Paksa dan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan yang masih
manual dan tidak terintegrasi dengan sistem. Pengawasan tunggakan Pajak Bumi dan
Bangunan atas produk hukum yang sudah dilakukan pembayaran dan dilakukan tindakan
penagihan pun belum sempurna menggunakan sistem sehingga harus diawasi secara
manual oleh Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar. Kantor Pelayanan
Pajak memerlukan banyak waktu untuk meneliti dan memvalidasi piutang pajak serta
memerlukan koordinasi dengan berbagai seksi terkait dalam mengadministrasikan
tunggakan dan tentu memerlukan banyak waktu untuk memvalidasi data serta proses
administrasi yang tidak sederhana.

Tidak seperti tunggakan pajak Non-Pajak Bumi dan Bangunan yang sudah
terintegrasi dengan Sistem Infomasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP). Administrasi

1
tunggakan Pajak Bumi dan Bangunan dalam pengelolaannya dikembalikan kepada
kebijakan masing-masing Kantor Pelayanan Pajak. Penyempurnaan administrasi
tunggakan Pajak Bumi dan Bangunan dirasa perlu agar setiap Kantor Pelayanan Pajak
memiliki pengaturan administrasi yang optimal dan tersentralisasi oleh sistem pusat
sehingga proses penagihan pajak dapat berjalan dengan baik dan maksimal.

2
BAB II

Pembahasan

A. Pengertian Penagihan Pajak

Penagihan adalah serangkaian tindakan yang dilakukan agar penanggung


pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak. Penanggung
Pajak merupakan orang atau badan yang bertanggung jawab atas pembayaran pajak
Anda.

1. Langkah-langkah Penagihan Pajak


a. Surat teguran

Surat teguran atau surat peringatan adalah surat yang diterbitkan untuk
melaksanakan penagihan pajak. Jika dalam waktu tujuh hari setelah tanggal
jatuh tempo penanggung pajak atau wajib pajak belum melunasi utang
pajaknya, maka surat teguran ini akan sampai ke tangan penanggung pajak.

Tujuannya adalah memberikan peringatan kepada penanggung pajak


agar segera melunasi utang pajak sehingga tidak perlu lagi dilakukan
penagihan secara paksa.

b. Surat paksa

Surat paksa merupakan surat yang akan diterbitkan jika 21 hari


setelah jatuh tempo surat teguran, si penanggung jawab pajak tidak melunasi
pajaknya.

Setelah datangnya surat paksa, wajib pajak wajib melunasi pajaknya


dalam waktu 2 x 24 jam agar tidak ada tindakan pemblokiran rekening,
pencegahan ke luar negeri, hingga penyanderaan paksa badan (dengan
catatan, diragukan itikad baiknya dan memiliki utang pajak minimal
Rp100.000.000).

c. Surat sita

Surat sita adalah surat yang diterbitkan jika dalam waktu 2 x 24 jam
sejak diterbitkannya surat paksa, penanggung pajak belum membayarkan

3
pajaknya. Ada biaya yang dikenakan untuk surat sita ini yakni Rp 100.000.
Biaya ini digunakan untuk pelaksanaan sita.

Penyitaan tidak semata-mata bertujuan untuk menjual barang milik


penanggung pajak, melainkan petugas menggunakan barang-barang
tersebut sebagai jaminan agar penanggung pajak melunasi pajaknya.

Jadi, penanggung pajak masih memiliki kesempatan untuk melunasi


pajaknya selama 14 hari terhitung dari penyitaan harta penanggung pajak.
Jika dalam 14 hari penanggung pajak masih belum membayarkan utang
pajaknya, maka akan diterbitkan pengumuman lelang.

Penyitaan dilaksanakan oleh juru sita pajak dengan disaksikan oleh


2 orang yang dianggap sudah dewasa sebagai saksi, berkewarganegaraan
Indonesia, dikenal oleh juru sita pajak, dan dapat dipercaya.

d. Lelang

Lelang akan dilakukan jika dalam waktu 14 hari setelah diterbitkan


pengumuman lelang, penanggung pajak tidak melunasi utang pajaknya.

2. Dasar Penagihan Pajak

Dasar penagihan pajak untuk PBB adalah:

a. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang.


b. Surat Ketetapan Pajak
c. Surat Tagihan Pajak.

B. Masalah Penagihan Pajak Bumi Dan Bangunan

Sistem administrasi yang belum sempurna membuat proses penagihan Pajak


Bumi dan Bangunan tidak optimal. Masalah yang timbul akibat adanya sistem
administrasi yang belum optimal yaitu:

1. Penerbitan surat-surat penagihan pajak yang masih manual sehingga


membutuhkan banyak waktu dan administrasi yang tidak sederhana karena harus
berkoordinasi dengan seksi terkait dengan meminta nomor surat secara manual
dan data tunggakan yang akan dilakukan penerbitan surat penagihan pajak.

2. Data atas wajib pajak yang memiliki tunggakan pajak PBB tidak dapat dilakukan
secara otomatis, karena belum terintegrasi sistem pusat. Sehingga perlu

4
dilakukan pengelolaan data terlebih dahulu dan tidak secara otomatis akurat (up-
to-date)

3. Proses administrasi yang tidak sederhana dan belum sempurna. Di era teknologi
diharapkan pengelolaan tunggakan pajak Bumi dan Bangunan dapat diselaraskan
dengan sistem pusat dan tersentralisasi.

4. Belum ada sistem pengawasan ketetapan pajak yang secara otomatis dapat
menampilkan data tunggakan yang sudah dilakukan tindakan penagihan dan yang
belum ditindaki, sehingga Kantor Pelayanan pajak harus berinovasi dengan
membuat register dan sistem untuk mempermudah setelah melakukan tindakan
penagihan.

5. Pembayaran atas ketetapan yang harus diawasi yang di perbarui secara manual.
Pengawasan yang optimal diperlukan untuk mengetahui kepatuhan Wajib Pajak
dalam pembayaran PBB.

6. Pengawasan data upaya hukum yang dilakukan oleh wajib pajak yang belum
terintegrasi sistem pusat.

C. Ide Terobosan

Untuk mendukung pelaksanaan penagihan pajak yang efektif dan efisien


dalam rangka mengoptimalkan pengurangan/pencairan tunggakan pajak maka
diperlukan database piutang pajak yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.
Oleh karena itu, kebijakan penagihan pajak Pajak Bumi Dan Bangunan dititikberatkan
pada perbaikan dan penyempurnaan sistem administrasi dan strategi penagihan pajak
yang dijabarkan dalam berbagai kegiatan sebagai berikut:

1. Membangun sistem sesuai dengan yang dibutuhkan mengenai Pajak Bumi Dan
Bangunan sehingga proses penerbitan surat-surat tindakan penagihan Pajak Bumi
Dan Bangunan dapat berjalan dengan efektif dan efisien.

2. Penyempurnaan proses administrasi berbasiskan teknologi dan kemudahan


penggunaan.

3. Digitalisasi produk hukum Pajak Bumi Dan Bangunan serta berkas penagihan dari
mulai terbit Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) sampai upaya hukum
yang dilakukan oleh Wajib Pajak.

4. Penyempurnaan Aturan Penagihan Pajak, berbagai peraturan dan kebijakan yang


diterbitkan serta menyelaraskan aturan oleh Kantor Pusat kepada setiap Kantor

5
Pelayanan Pajak dalam pengelolaan administrasi tunggakan Pajak Bumi Dan
Bangunan. Penyempurnaan tersebut dimaksudkan untuk memperlancar
pelaksanaan penagihan pajak dan lebih memberikan rasa keadilan pada
Penanggung Pajak.

5. Validasi Data Tunggakan Pajak dengan mencocokkan data tunggakan pajak yang
terbit dengan sistem yang akan di sempurnakan. Dengan memiliki sistem nasional
untuk data tunggakan Pajak Bumi dan Bangunan seperti pada pajak non-PBB yaitu
Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP) diharapkan dapat digunakan
untuk kepentingan analisis data tunggakan dan validasi data tunggakan pajak
secara nasional.

6
Bab III

Kesimpulan

A. Kesimpulan

Setelah meninjau dari berbagai masalah yang dihadapi dalam proses


administrasi tunggakan Pajak Bumi Dan Bangunan (PBB), diharapkan kedepannya di
era teknologi ini proses administrasi tunggakan pajak PBB dapat terintegrasi dengan
sistem. Penagihan adalah suatu cara penegakan hukum sehingga Direktorat Jenderal
Pajak sudah seharusnya membuat sistem yang mempermudah proses administrasi dan
penegakkan hukum dengan baik sehingga dapat mempertanggungjawabkan piutang
negara dengan merekap setiap alur tindakan penagihan pajak dalam sistem. Proses
administrasi yang baik dan valid dapat mengoptimalkan proses penagihan pajak guna
tercapainya pencairan penerimaan negara dan menambah kepercayaan Wajib Pajak.

B. Saran

Kedepannya Direktorat Jenderal Pajak perlu terus memperbaiki proses


administrasi tunggakan PBB dengan kemudahan teknologi sehingga dapat
menghasilkan data tunggakan pajak yang valid dan teradministrasi dengan baik
sehingga diharapkan dapat mengoptimalkan proses penagihan pajak.

7
Daftar Pustaka

Republik Indonesia. 1995. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 Tentang Pajak


Bumi dan Bangunan

Republik Indonesia. 2000. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun


2000 tentang Tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa

Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak. 2011. Tentang Kebijakan Penagihan Pajak.

Pajak.go.id. 2007. Modernisasi Administrasi Perpajakan


https://pajak.go.id/sites/default/files/2019-03/Annual_Report%202007 (diakses tanggal
15 November 2019)

Anda mungkin juga menyukai