Anda di halaman 1dari 17

MODUL V

GANGGUAN PENDENGARAN DAN KESEIMBANGAN


Skenario 5:
Telinga berair
Amri, seorang anak berusia 11 tahun, dibawa oleh ibunya ke poli THT dengan keluhan
telinga kiri berair, berbau dan kurang pendengaran. Keluhan ini dialami sejak berusia 4 tahun
dan sering berulang terutama bila sedang mengalami batuk, pilek dan demam, dimana Amri
sering mengkonsumsi minuman es dan sering berenang di sungai. Ibu Amri merasa cemas karena
anaknya akhir-akhir ini sering merasa pusing dan kadang-kadang disertai kejang.
Hasil pemeriksaan dokter didapatkan cairan kental berwarna kehijauan dan berbau pada
telinga kiri. Pemeriksaan gendang telinga dijumpai perforasi sentral subtotal. Pada leher kiri juga
terdapat pembengkakan dan terasa nyeri bila ditekan. Dokter spesialis THT-KL, menganjurkan
pemeriksaan foto rontgen region mastoid dekstra.
Ibu Amri merasa khawatir dan bertanya kepada dokter apakah yang dialami oleh Amri
sama dengan kasus adiknya yang pernah mengalami penyakit telinga akibat kemasukan serangga
di telinga kiri yang menimbulkan nyeri serta sedikit mengeluarkan cairan seperti nanah.
Bagaimana Anda menjelaskan kasus di atas?

JUMP 1 : TERMINOLOGI
1. perforasi sentral subtotal : terdapatnya lubang pada gendang telinga di bagian tengah
yang lebih besar dari 3/4 luas penampang timpani
2. region mastoid : regio di bagian kiri sampai kanan kepala sejajar dan setinggi processus
mastoideus os temporal

JUMP 2 & 3 : RUMUSAN MASALAH & HIPOTESA


1. apa yang menyebabkan amri menderita dengan keluhan telinga kiri berair, berbau dan
kurang pendengaran sejak berusia 4 tahun ?
amri mengalami infeksi telinga pada bagian tengah yaitu ostitis media yaitu terjadi pada tepat
pada rongaa di belakang gendang telinga jadi infeksi telinga bagian tengah ini sering muncul
akibat batuk, pilek, demam sama seperti keluhan yang di alami amri dan ada beberapa faktor
yang menyebabkan ostitis media yaitu karna paparan asap roko, kebiasaan minum alkohol,
minum susu botol dengan berbaring.
kemdian kenapa telinganya berair dan berbau karena terjadinya infeksi pada telinga amri yaitu
keluarnya cairan pada telinga kiri yang timbul 1/3 liang telinga pada kelenjar penghasil serum.
Kemudian kenapa terjadi kurang pendengaran karena bila tuba eustachius tersumbat maka
drainase telinga tengah terganggu kemudian terjadi akumulasi sekret di telinga tengah, kemudian
terjadi poliferasi mikroba patogen pada sekret, kemudian jika sekret bertambah banyak dari
proses inflamasi lokal maka pendengaran dapat terganggu karena membrane timpani dan tulang
pendengar tidak dapat bergerak bebas terhadap getaran, kemudian karema akumulasi cairan yang
terlalu banyak akhirnya dapat merobek membrane timpani akibat tekanan yang meninggi
kemudian kehilangan fungsi pendengaran.

2. Bagaimana hubungan usia dan jenis kelamin pada keluhan amri ?


Otitis media supuratif kronik lebih beresiko terjadi pada anak-anak karena tuba eustachius
pendek, mendatar dan pada saluran nafasnya lebih sempit sehingga lebih sering terjadi pada
anak-anak, untuk prevalensi lebih banyak terjadi pada laki-laki di banding perempuan karena
pada laki-laki berdasarkan penelitian di rumah sakit hasan sadikin bandung pada tahun 2012-
2013 menderita 53% dan perempuan 47% karena intraksi laki-laki pada lingkungan lebih banyak
dibanding perempuan dan karena perempuan punya tingkat hygiene lebih tinggi
Untuk usia, karena amri usia 11 tahun, ini termasuk tinggi prevalensinya karena usia 5-12 tahun
itu mencapai 31%, 13-18 tahun mencapai 43% dan kurang dari 5 tahun mencapai 26%.

3. Mengapa keluhan ini berlangsung sejak usia 4 tahun dan terutama bila sedang mengalami
batuk, pilek dan demam dan pada saat dia sering berenang ke sungai ?
 Jadi untuk keluhan yang berulang 4 tahun yang lalu itu terjadi karena perforasi yang
menetap, menyebabkan rongga timpani selalu berhubungan dengan dunia luar sehingga
kuman bias masuk dengan bebas ke kavum timpani dan bisa menyebabkan infeksi
sehingga mudah terjadi infeksi berulang dan terus menerus.
 Kalo untuk batuk, pilek dan demam terjadi karena otitis media sering diawali dengan
infeksi pada saluran nafas seperti radang tenggorokan, pilek lalu menyebar ke telinga
tengah melalui tuba eustachius
 Kalo untuk berenang jadi salah satu penyebab dari kurangnya menjaga kebersihan pada
telinga menyebabkan air dapat mudah masuk kedalam telinga sehingga bakteri dapat
menginvasi pada telinga luar menyebabkan peradangan pada telinga.

4. Mengapa amri sering pusing dan kadang kejang ?


Jadi otitis media supuratif kronik tidak menyebabkan pusing dan kejang jadi kemungkinan besar
infeksinya sudah menyebar ke sistem saraf pusat dan sudah mengenai meningealnya.

5. Bagaimana interpretasi pemeriksaan gendang telinga dari amri ?


 Pertama :Otitis media supuratif kronik kenapa keronik karena amir sejak usia 4 tahun
telah mengalami gejala-gejala tersebut jadi intinya kalo otitis media supuratif kronik itu
timbulnya keluhan ditelinga berupa keluarnua sekret ditelinga selama lebih dari 3 bulan
di sebut dengan otitis media supuratif kronik itu sebabnya amri ini di kategorikan otitis
supuratif kronik
 Ke dua : diagnosisnya ga sampe situ aja karena pada leher kiri amri mengalami
pembengkakan dan terasa nyeri bila ditekan di sebabkan karena Bezold's Abscess adalah
suatu Abscess yang sudah menginvasi Musculus sternocleidomastoideus karena
Mastoiditis jadi otitis media itu hanya berupa membran timpani sampai bagian telinga
tengah di bagian telinga tengah sangat berkaitan erat dengan tulang mastoideus jadi
ketika ada infeksi di bagian telinga tengah maka akan terjadi kemungkinan besarnya
infeksi pada tulang mastoid jadi apabila terjadi mastoiditis itu akan terjadi pembengkakan
dibelakang telinga, namun pada amri pembengkakannya ada pada leher jadi kalo ada
dileher mastoiditisnya sudah menginvasi Musculus sternocleidomastoideus jadi namanya
adalah Bezold's Abscess
 Jadi diagnosisnya adalah mastoiditis akut et causa karena otitis media supuratif kronik
dengan kerusakan sistem saraf pusat karena engga kejang berarti ada kemungkinan besar
terkena meningitis atau ada abses juga diotaknya jadi amri diagnosisnya mastoiditis akut
et causa otitis media supuratif kronik dengan kerusakn sistem saraf pusat dan Bezold's
Abscess
6. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan selain yang ada di skenario ?
 CT-Scan
 Kultur cairan yang keluar dari telinga
 Otoskopi
 Audiologi

7. Bagaimana penanganan yang bisa diberikan kepada amri ?


Non medikamentosa
Pembersihan pada telingannya menggunakan cotton bud
Melakukan pencucian telinga mengguanakan NaCl 0,9 %, asam asetat 5% dan Hidrogen
Peroksida 3%
Medikmentosa
 antibiotik topikal golongan ofloxacin 2 kali 4 tetes ditelinga yang sakit
 obat oral pada anak-anak diberikan amoxicillin asam klavulanat dosis 25-50 mg perkg
per hari dibagi menjadi 3 dosis perhari
 obat cefadroxil 25-50 mg per kg per hari di bagi 2 dosis

8. bagaimana prognosis dan komplikasi pada amri ?


apabila tidak ditangani dengan tepat akan menimbulkan kematian
komplikasi :
 terjadi gangguan pendengaran
 penyebaran infeksi yang sangat cepat
 robeknya gendang telinga
 apa diagnosis dan diagnosis banding apada amri ?
 otitis media akut

9. mengapa adiknya amri mengalami keluhan nyeri serta dan keluar cairan seperti nanah
akibat kemasukan serangga ditelinga kiri ?
keluhan nyeri dan keluar cairan seperti nanah : bisa diakibatkan oleh sengatan atau gigitan
serangga yang merasa terancam karena terperangkap dalam liang telinga, serangga yang masuk
ke telinga mungkin saja akan membuat gigitan atau goresan pada gendang telinga menyebabkan
pecah/bocornya pada gendang telinga menimbulkan rasa nyeri dan keluarnya cairan berupa
nanah.

10. Apakah keluhan adik amri sama dengan keluhan amri ?


Tidak sama, amri mengalami infeksi pada telinga tengahnya yang disebabkan oleh ganguan pada
tuba eustachius atau riwayat saluran infeksi pernafasan atas. Sedangkan adik amri mengalami
infeksi pada telinga akibat dari benda asing (corpus alienum) yang masuk kedalam liang telinga.

11. Bagaimana tatalaksana pada adik amri ?


 Bila seragga masih hidup, maka harus dimatikan lebih dulu dengan memasukkan tampon
basah ke liang telinga lalu meneteskan cairan (mis : larutan rivanol/ obat anestesi lokal
seperti lidocain) 10 menit, setelah mati, keluarkan dengan pinset/diirigasi dengan air
hangat
 Penderita harus menjaga telingana tetap bersih dan kering
 Jika mengalami perforasi membrane timpani, untuk mencegah terjadinya infeksi
bisadanya diberikan antibiotic peroral. Namun, apabila telah terjadi infeksi, bisa
diberikan obat tetes telinga yang mengandung antibotik. Biasanya dengan pengobatan
lebih lanjut, membrane timpani akan membaik. Tetapi jika dalam waktu 2 bulan tidak
terjadi perbaikan, maka perlu dilakukan pembedahan untuk memperbaiki membrane
timpani (tympanoplasty)
JUMP 4 : SKEMA

Gangguan pendengaran dan keseimbangan

Gangguan pendengaran gangguan keseimbangan

Kongenital didapat

benda asing infeksi/inflamasi

Epidemilogi,etiologi dan patofisiologi

Pemeriksaan(fisik dan penunjang)


Tatalaksana

Prognosis danKomplikasi

JUMP 5 : LEARNING OBJECTIVE


1. Gangguan pendengaran akibat kelainan kongenital
2. Gangguan pendengaran yang didapat
 Akibat benda asing
 Akibat infeksi dan inflamasi
3. Gangguan keseimbangan
TULI KONGENITAL
Gangguan fungsi pendengaran atau ketulian bisa terjadi sejak lahir yang biasa disebut
dengan tuli kongenital bisa terjadi karena faktor perkembangan atau pertumbuhannya sejak anak
lahir. Tuli kongenital bisa terjadi karena faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan maupun
pada saat lahir. Sedangkan faktor non kongenital yang sering terjadi adalah karena infeksi,
trauma dan tumor intrakranial. Tuli kongenital salah satu masalah pada anak yang akan
berdampak pada perkembangan bicara, sosial, kognitif dan akademik. Jika tidak dilakukan
deteksi dan intervensi secara dini masalah akan bertambah.
Mode pewarisan pada tuli kongenital dapat berupa otomosal dominan atau resesif. Usia
onset, kecepatan pertumbuhan gangguan pendengaran, dan pola audiometric seringkali dapat
diprediksi dengan pemeriksaaan anggota keluarga. Dalam beberapa tahun terakhir, langkah besar
telah dibuat dalam mengidentifikasi kesalahan genetik molekuler yang berkaitan dengan
gangguan pendengaran kongenital. Mutasi connexin-26, penyebab tuli kongenital tersering,
dapat diperiksa secara klinis.
Faktor etiologi yang berperan terjadinya tuli kongenital yaitu :8
1. Faktor genetik
Diketahui ada riwayat keluarga yang menderita ketulian pada garis keturunan ikut
meningkatkan risiko tuli congenital. Namun hal tersebut bukan persyaratan mutlak,
karena beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa tuli kongenital tidak harus
mengikuti hokum Mendell yang selalu diwariskan. Banyak tuli kongenital terjadi secara
sporadic tanpa adanya riwayat keluarga dengan ketulian. Penelitian di bidang genetika
menunjukkan bahwa banyak gen (multigena) yang berperan pada ketulian.
2. Masa kehamilan (prenatal)
Kehamilan trimester I merupakan periode krusial, karena infeksi virus maupun bakteri
akan berakibat terjadinya ketulian. Infeksi TORCHS (Taksoplasmosis, Rubella,
Cytomegalovirus, Herpes, dan Sifilis), campak dan gondong. Riwayat pemberian
beberapa jenis obat ototoksik dan teratogenik seperti salisat, kina, gentamycin,
streptomisin, dan lain-lain, juga mempunyai potensi menyebabkan terjadinya gangguan
proses pembentukan organ dan sel rambut pada rumah siput (koklea).
3. Saat lahir (perinatal)
Penyebab ketulian pada saat lahir antara lain lahir prematur, berat badan kurang 1500
gram, tindakan dengan alat pada saat proses kelahiran (ekstraksi vakum, forcep), dan bayi
kuning (hiperbilirubinemia), bayi yang lahir tidak langsung menangis (asfiksia), dan
hipoksia otak (nilai APGAR kurang dari 5 pada 5 menit pertama).

Klasifikasi tuli kongenital dapat dibagi menjadi dua, yaitu:


1) Genetic herediter (faktor keturunan) baik yang disertai oleh sindrom (syndromic) maupun
yang tidak (non syndromic sensorineural hearing loss), dan
2) Non genetik. Fungsi dari konsultan genetik pada kasus pencegahan terjadinya tuli
herediter adalah menghindari perkawinan antar keluarga/ sedarah yang mempunyai
riwayat tuli pada garis keturunannya

Tuli kongenital salah satu masalah pada anak yang berdampak pada perkembangan
bicara, social, kognitif dan akademik. Penderita akan mengalami gangguan perkembangan
komunikasi, bahasa dan prestasi sekolah, tidak mampu untuk bersosialisasi, berperilaku
emosional, misalnya cepat marah, stress, yang pada akhirnya menjadikannya menjadi manusia
yang berkualitas rendah dan kualitas kerja yang rendah pula. Permasalahan yang muncul adalah
kesulitan mendeteksi apakah bayi itu dalam keadaaan normal atau tuli. Biasanya orangtua baru
menyadari adanya gangguan pendengaran pada anak jika tidak ada respon terhadap suara keras
atau terlambat bicara. Penting bagi orangtua untuk tanggap terhadap perkembangan anak
terutama respon terhadap stimulasi suara sekitarnya. Jika ada sedikit saja kelainan,
misalnya pada respon terhadap suara,anatomi leher dan kepala, kemampuan berbicaran dan
mengeluarkan suara, dan sebagainya, tidak adanya salahnya untuk memeriksakannya ke
dokter.
Untuk mengetahui adanya gangguan pendengaran apabila tidak ada sarana yaitu dengan
memberikan bunyi-bunyian pada jarak 1 meter di belakang anak.
Alat bantu dengar dapat meningkatkan pengertian percakapan pada situasi yang berbeda
dan mendukung fungsi-fungsi lain dari pendengaran manusia. Dengan adanya variasi jenis dan
derajat gangguan dengar pada masing-masing orang dan bahkan antara satu telinga dengan
telinga lainnya, tersedia berbagai model yang berbeda yang disesuaikan dengan kondisi
pendengaran dan kebutuhan khusus masing - masing pemakai. 16
1. Model Generasi microStyle : Dengan sentuhan seni alat bantu dengar microStyle kecil
dan ringan. Desain ergonomic, dikombinasikan dengan tubing yang sangant tipis,
menghasilkan solusi kosmetik yang memuaskan. Alat ini tersembunyi di belakang telinga
dan anda akan lupa sedang menggunakan "sampai anda merasakan perbedaan suara yang
anda dengar".

microBTE - (Belakang telinga)

2. Model Dalam Telinga (ITE) : : Alat bantu dengar yang digunakan tersembunyi dalam
telinga, secara estetik menyenangkan, untuk kondisi pendengaran ringan sampai sedang.
Model ITE yang terkecil disebut CIC (Completely-in-Canal), digunakan di liang telinga
doleh sebab itu akan sulit terlihat dari luar.

ITE (in the ear)

CIC Mini-Canal (ITC) Half Shell (ITC) Full Shell (ITE)

3. Model Belakang Telinga (BTE models): Alat bantu dnegar yang handal dan powerful, di
pasang di belakang telinga. Dapat digunakan pada semua derajat gangguan pendengaran, alat
ini terbukti bermanfaat pada gangguan sangat berat dengan peralatan khusus untuk
mendengar di kondisi yang sulit (FM systems dll).
CORPUS ALEINUM
Benda asing dalam suatu organ ialah benda yang berasal dari luar tubuh atau dari dalam
tubuh, yang dalam keadaan normal tidak ada. Benda asing di telinga merupakan masalah yang
sering ditemukan oleh dokter THT, dokter anak dan dokter layanan primer terutama di pelayanan
gawat darurat.1,3,4 Benda asing yang ditemukan di liang telinga dapat sangat bervariasi, baik
berupa benda mati atau benda hidup, seperti binatang, komponen tumbuh-tumbuhan, atau
mineral.
EPIDEMIOLOGI
Benda asing di telinga merupakan kasus yang sering ditemukan pada instalasi gawat
darurat THT. Insidennya mencapai 11% untuk semua kasus benda asing termasuk di hidung dan
tenggorok.2 Benda asing di liang telinga paling sering terjadi pada anak usia < 5 tahun,
sedangkan pada dewasa lebih jarang terjadi. Dalam pelayanan darurat THT dari sebuah rumah
sakit tersier di Sao Paulo, terdapat 15.640 kasus dalam periode waktu Februari 2010 sampai
Januari 2011. Benda asing menyumbang 827 kunjungan, atau 5,3% dari semua kasus. Pasien
memiliki usia rata-rata 19,8 tahun dan usia rata-rata 8 tahun. Insiden lebih besar ditemukan pada
individu yang berusia < 8 tahun dengan insiden puncak pada usia 3 tahun.

ETIOPATOGENESIS
Benda asing yang masuk ke liang telinga dapat berupa benda mati organik dan non
organik, atau benda hidup.7 Pada anak kecil sering ditemukan kacang hijau, manik, mainan, karet
penghapus dan terkadang baterai. Pada orang dewasa yang relatif sering ditemukan adalah
kapas cotton bud yang tertinggal, potongan korek api, patahan pensil, kadang-kadang ditemukan
serangga kecil seperti kecoa, semut atau nyamuk.
Faktor-faktor yang berperan dalam masuknya benda asing di liang telinga adalah
keinginan untuk mengeksplorasi rongga-rongga tubuh (orifisium) terutama pada anak. Hal ini
terjadi akibat kurangnya pengawasan orang tua terhadap anak dari benda-benda yang berisiko
masuk ke liang telinga. Faktor lainnya antara lain rasa ingin tahu (curiosity), iritasi karena
otalgia, ketertarikan pada benda-benda kecil, keinginan untuk bersenang-senang (fun making),
retardasi mental dan ADHD. Sementara pada dewasa biasanya disebabkan karena kecelakaan/
ketidaksengajaan atau karena gangguan jiwa.
MANIFESTASI KLINIS

Pasien dewasa pada umumnya dapat mengatakan kepada pemeriksa bahwa ada sesuatu
dalam telinganya. Sementara pada anak, berdasarkan usianya, mungkin dapat mengetahui bahwa
ada benda asing dalam telinganya atau muncul dengan keluhan nyeri telinga atau telinga berair.
Pasien mungkin dapat merasakan ketidaknyamanan dan keluhan mual atau muntah jika ada
serangga yang hidup di liang telinga. Gejala lainnya dapat berupa gangguan pendengaran atau
rasa penuh di liang telinga.
Pada pemeriksaan fisik, temuan dapat bervariasi tergantung benda dan lama waktu benda
tersebut sudah berada di liang telinga. Benda asing yang baru saja masuk ke dalam telinga
biasanya muncul tanpa kelainan selain adanya benda asing tersebut yang terlihat secara langsung
atau dengan otoskopi. Nyeri atau perdarahan dapat terjadi pada benda yang melukai liang telinga
atau jika terjadi ruptur membran timpani, atau akibat usaha pasien yang memaksakan
pengeluaran benda tersebut. Jika sudah terlambat, dapat ditemukan eritema, pembengkakan dan
sekret berbau dalam liang telinga. Serangga dapat merusak liang telinga atau membran timpani
melalui gigitan atau sengatan.

TATALAKSANA
Banyak teknik untuk tatalaksana benda asing ditelinga yang tersedia, dan pilihan
tergantung pada situasi klinis, jenis benda asing yang dicurigai, dan pengalaman dokter. Pilihan
meliputi irigasi air, forsep pengangkat (misal: forsep alligator), loop
cerumen, right-angle ball hooks, dan kateter hisap. Serangga hidup dapat dibunuh cepat dengan
menanamkan alkohol, 2% lidokain (Xylocaine), atau minyak mineral ke liang. Hal ini sebaiknya
dilakukan sebelum pengangkatan, tetapi tidak boleh digunakan jika membran timpani mengalami
perforasi. Benda asing berbentuk bulat tidak dapat diangkat dengan forsep. Metode ini
menimbulkan rasa nyeri dan dapat mengakibatkan laserasi di liang telinga dan benda asing
masuk lebih dalam sehingga membutuhkan bius umum untuk mengangkatnya. Teknik irigasi
dapat dilakukan untuk benda yang kecil dan dekat dengan membran timpani. Aseton dapat
digunakan untuk melarutkan benda asing styrofoam atau untuk melunakkan cyanoacrylate
(contoh: lem perekat).
Tindakan pertama untuk mengangkat benda asing sangat penting karena angka
keberhasilan dapat berkurang jika tindakan pertama gagal. Selain itu, komplikasi akan meningkat
jika pengangkatan berulangkali gagal. Pada saat pengangkatan sering dirasakan nyeri, dan dapat
menyebabkan perdarahan yang menyebabkan keterbatasan visualisasi. Oleh sebab itu kadang
diperlukan sedasi atau anestesi. Indikasi lainnya meliputi pasien yang mengalami trauma pada
membran timpani, benda asing yang melekat kuat pada 2/3 medial liang telinga atau yang
dicurigai menyentuh membran timpani, benda asing dengan pinggir yang tajam (seperti pecahan
kaca) atau kegagalan pengangkatan yang berulang-ulang.

OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK


Definisi
Otitis media supuratif kronik (OMSK) adalah stadium kronis dari infeksi telinga tengah
dan mastoid yang muncul sebagai konsekuensi otitis media akut yang terjadi secara berulang
atau karena penyakit lain maupun karena trauma. OMSK sering diikuti dengan perforasi
membran timpani dan keluarnya sekret purulen dari telinga tengah secara terus menerus atau
hilang timbul.
Epidemiologi
Di Indonesia sendiri prevalensi OMSK adalah 3,1% dari seluruhpenduduk Indonesia,
dengan kata lain dari 220 juta penduduk Indonesiadiperkiran 6,6 juta menderita OMSK. Jumlah
penderita ini kecilkemungkinannya untuk berkurang bahkan mungkin bertambah setiap tahunnya
mengingat kondisi ekonomi, hygiene, dan kesadaran masyarakat akan kesehatan yang masih
kurang.
Patogenesis
Patogenesis dari OMSK masih spekulatif. Pada banyak kasus perforasi membran timpani
dari episode OMA berperan dalam patogenesis OMSK. Penyebab dari OMSK adalah
multifaktorial. Biasanya OMSK terjadi dimulai dengan otitis media berulang pada anak dan
jarang dimulai setelah dewasa. Berdasarkan beberapa literatur studi menyebutkan 35% anak-
anak dengan otitis media akut (OMA) berulang memiliki OMSK dibandingkan dengan anak-
anak dengan episode OMA kurang dari 5 kali memiliki kecenderungan untuk mengalami OMSK
hanya 4%.
Diagnosis dan Gejala Klinis
Diagnosis OMSK didapatkan melalui anamnesis, pemeriksaan telinga (pemeriksaan
otoskopik) dengan atau tanpa pemeriksaan kultur bakteri. Anamnesis meliputi riwayat nyeri pada
telinga, sekret yang keluar dari telinga atau rasa sakit saat telinga disentuh atau ditekan. Suspek
OMSK juga pada pasien dengan riwayat sakit tenggorokan, batuk dan gejala infeksi saluran
pernafasan atas. Pada negara berkembang terkadang gejala otorrhoea sering diabaikan dan
bahkan pada pasien OMSK tidak disertai dengan keluhan pada telinga.
Gejala tipikal dari OMSK adalah otorrhea, tidak terasa nyeri kecuali terdapat otitis eksterna,
komplikasi intratemporal atau intracranial serta keganasan mungkin terjadi. Saat kolesteatoma
terjadi, retraksi atau debris skuamosa terjadi. Pemeriksaan garpu tala mungkin dapat dilakukan
sebagai asosiasi OMSK dengan gangguan pendengaran konduktif. Beberapa gejala lain yang
ditimbulkan pada kolesteatoma antara lain erosi otic capsule, vertigo dan gangguan pendengaran
sensorineural. Erosi pada fallopian canal bisa menyebabkan paralisis fasial dan jarang
kolesteatoma mempengaruh sistem saraf pusat.
Penatalaksanaan
Pengobatan penyakit telinga kronis yang efektif harus didasarkan pada faktor-faktor
penyebabnya dan pada stadium penyakitnya. Sebelum melakukan penangan pada pasien OMSK,
perlu dilakukan evaluasi faktor faktor yang menyebabkan penyakit menjadi kronis, perubahan
struktur anatomi, gangguan fungsi dan proses infeksi telinga pasien. Pananganan OMSK dapat
dibagi menjadi 2 yaitu penangan konservatif yaitu dengan eradikasi penyebab infeksi dan
penangan operatif dengan penutupan perforasi timpani. Penanganan OMSK meliputi manajemen
jangka panjang dan mengobati gejala-gejala otorrhea, gangguan pendengaran dan manajemen
kolesteatoma.
VERTIGO
1. DEFINISI
Vertigo adalah sensasi rotasi tanpa adanya perputaran yang sebenarnya. Atau adanya
sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan sekitarnya dengan gejala lain yang
timbul yang disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan tubuh (AKT).
2. KLASIFIKASI
 Vestibulogenik :
Primer : motion sickness, benign postional vertigo, meniere disease, neuronitis vestibuler,
drug induced.
Sekunder : migren vertebrobasiler, insufiesiensi vertobrobasiler, neuroma akustik.
 Nonvestibuler: Gangguan serebellar, hiperventilasi, psikogenik, dll.
3. PATOFISIOLOGI
Vertigo akan timbul bila terdapat gangguan pada alat-alat vestibular atau pada
serabut-serabut yang menghubungkan alat/nuklei vestibular dengan pusat-pusat di
cerebellum dan korteks cerebri. Vertigo ini akan timbul bila terdapat ketidakcocokan
dalam informasi yang oleh susunan-susunan aferen disampaikan kepada kesadaran kita.
Sususnan aferen yang terpenting dalam hal ini adalah susunan vestibular atau
keseimbangan yang secara terusmenerus menyampaikan impuls-impuls ke serebellum.
Namun demikian susunan-susunan lain, seperti misalnya susunan optik dan susunan
proprioseptif dalam hal ini pula memegang peranan yang sangat penting. Penting pula
sususnan yang mrnghubungkan nuklei vestibularis dengan nuklei N.III, IV, dan VI,
sususnan vestibulo-retikularis susunan vestibulospinalis dll.
4. KRITERIA DIAGNOSIS
Vertigo merupakan suatu sindroma atau kumpulan gejala subjektif (symptoms) dan
objektif (signs) dari gangguan alat keseimbangan tubuh.
• Gejala subjektif
• Pusing, sakit kepala ringan
• Rasa terapung, terayun
• Mual
• Gejala obkjektif
• Keringat dingin
• Pucat
• Muntah
• Sempoyongan waktu berdiri atau berjalan
• Nistagmus
Gejala tersebut di atas dapat diperhebat/diprovokasi perubahan posisi kepala
• Dapat disertai gejala berikut:
• Kelainan THT
• Kelainan Mata
• Kelainan Saraf
• Kelainan Kardiovaskular
• Kelaian Penyakit Dalam lainnya
• Kelaianan Psikis
• Konsumsi obat-obat otostatik
• Perubahan posisi kepala dan atau tubuh dapat merangsang atau memperhebat
vertigo.
5. PEMERIKSAAN
• Cara khusus untuk menimbulkan nistagmus :
• Manuver Nylen-Barany atau Manuver Hallpike
• Tes Kalori
• Elektronistagmografi
• Tes untuk menilai keseimbangan:
• Tes Romberg penderita berdiri dengan kaki yang satu di depan kaki yang lain(tandem)
tumit kaki yang satu berada di depan jari kaki lainnya. Lengan dilipat pada dada dan mata lalu
ditutup untuk menilai adanya disfungsi vestibular. Pada orang normal mampu berdiri dalam
sikap romberg selama 30 detik atau lebih.
• Tes melangkah di tempat (strepping test) penderita di suruh jalan di tempat dengan
mata tertutup, sebanyak 50 langkah dengan kecepatan seperti berjalan biasa. Tes ini dapat
mendeteksi gangguan sistem vestibular. Hasil tes danggap abnormal bila kedudukan akhir
penderita bernajak lebih dari 1 m dari tempatnya semula, atau badan berputar lebih 30○.
• Salah tunjuk penderita disuruh menyentuh telunjuk pemeriksa dengan
menggunakan tekunjuknya. Pada gangguan vestibular didapatkan salah tunjuk,
demikian juga dengan gangguan serebral.
6. TERAPI
• Terapi kausal : sesuai dengan penyebab
• Terapi simptomatik :
Pengobatan simptomatik vertigo :
• Ca-entry blocker (mengurangi aktivitas eksitatori SSP dengan menekan pelepasan
glutamat, menekan aktivitas NMDA spesial channel, bekerja langsung dengan
depressor labirin). Flunarisin 3x510 mg/hr.
• Antihistamin (efek antikolinergik dan merangsang inhibitory monoaminergik
dengan akibat inhibisi n.vestibularis). Demenhidrinat 3x 50 mhg/hr.
• Histaminik (inhibisi neuron polisinaptik pada n.vestibularis lateralis). Betahistine
3x80 mg.
• Fenotiazine (pada kemoresptor trigger zone dan pusat muntah di
M.Oblongata). Chlorpromazine 3 x 25 mg/hr.
• Benzoadiazepine (Diazepam menurunkan resting activity neuron pada
n.vestibularis) 3x2-5 mg/hr.
• Antiepileptik : carbamazepine 3x200 mg/hr, Fenintoin 3x100 mg.

Anda mungkin juga menyukai