Anda di halaman 1dari 12

BAB 1 SEJARAH PERKEMBANGAN SOSIOLOGI

Kompetensi :
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa dapat memahami sejarah
kelahiran dan perkembangan sosiologi baik di luar negeri maupun di
Indonesia.

1.1. Sejarah Perkembangan Sosiologi


Sebagai suatu disiplin akademis yang mandiri, sosiologi masih berumur
relatif muda yaitu kurang dari 200 tahun. Istilah sosiologi untuk pertama
kali diciptakan oleh Auguste Comte dan oleh karenanya Comte sering
disebut sebagai bapak sosiologi. Istilah sosiologi ia tuliskan dalam karya
utamanya yang pertama, berjudul The Course of Positive Philosophy,
yang diterbitkan dalam tahun 1838. Karyanya mencerminkan suatu
komitmen yang kuat terhadap metode ilmiah. Menurut Comte ilmu
sosiologi harus didasarkan pada observasi dan klasifikasi yang sistematis
bukan pada kekuasaan dan spekulasi. Hal ini merupakan pandangan baru
pada saat itu.
Di Inggris Herbert Spencer menerbitkan bukunya Principle of
Sociology dalam tahun 1876. Ia menerapkan teeori evolusi organik pada
masyarakat manusia dan mengembangkan teori besar tentang “evolusi
sosial” yang diterima secara luas beberapa puluh tahun kemudian.
Seorang Amerika Lester F. Ward yang menerbitkan bukunya “Dynamic
Sociology” dalam tahun 1883, menghimbau kemajuan sosial melalui
tindakan-tindakan sosial yang cerdik yang harus diarahkan oleh para
sosiolog.
Seorang Perancis, Emile Durkheim menunjukkan pentingnya
metodologi ilmiah dalam sosiologi. Dalam bukunya Rules of
Sociological Method yang diterbitkan tahun 1895, menggambarkan
metodologi yang kemudian ia teruskan penelaahannya dalam bukunya
berjudul Suicide yang diterbitkan pada tahun 1897. Buku itu memuat
tentang sebab-sebab bunuh diri, pertama-tama ia merencanakan disain
risetnya dan kemudian mengumpulkan sejumlah besar data tentang ciri-
ciri orang yang melakukan bunuh diri dan dari data tersebut ia menarik
suatu teori tentang bunuh diri.
Kuliah-kuliah sosiologi muncul di berbagai universitas sekitar tahun
1890-an. The American Journal of Sociology memulai publikasinya
pada thun 1895 dan The American Sociological Society (sekarang
bernama American Sociological Association) diorganisasikan dalam
tahun 1905.
Sosiolog Amerika kebanyakan berasal dari pedesaan dan mereka
kebanyakan pula berasal dari para pekerja sosial; sosiolog Eropa
sebagian besar berasal dari bidang-bidang sejarah, ekonomi politik atau
filsafat.
Urbanisasi dan industrialisasi di Amerika pada tahun 1900-an telah
menciptakan masalah sosial. Hal ini mendorong para sosiolog Amerika
untuk mencari solusinya. Mereka melihat sosiologi sebagai pedoman
ilmiah untuk kemajuan sosial. Sehingga kemudian ketika terbitnya edisi
awal American Journal of Sociology isinya hanya sedikit yang
mengandung artikel atau riset ilmiah, tetapi banyak berisi tentang
peringatan dan nasihat akibat urbanisasi dan industrialisasi. Sebagai
contoh suatu artikel yang terbit di tahun 1903 berjudul “The Social
Effect of The Eight Hour Day” tidak mengandung data faktual atau
eksperimental. Tetapi lebih berisi pada manfaat sosial dari hari kerja
yang lebih pendek.
Namun pada tahun 1930-an beberapa jurnal sosiologi yang ada lebih
berisi artikel riset dan deskripsi ilmiah. Sosilogi kemudian menjadi suatu
pengetahuan ilmiah dengan teorinya yang didasarkan pada obeservasi
ilmiah, bukan pada spekulasi-spekulasi.
Para sosiolog tersebut pada dasarnya merupakan ahli filsafat sosial.
Mereka mengajak agar para sosiolog yang lain mengumpulkan,
menyusun, dan mengklasifikasikan data yang nyata, dan dari kenyataan
itu disusun teori sosial yang baik.

1.2. Sosiologi dan Pengetahuan


Manusia diciptakan Tuhan sebagai mahluk yang paling mulia. Sejak
lahir Tuhan mengkaruniai manusia akal budi. Akal budi diciptakan
untuk berfikir, berkehendak, dan merasa. Dengan fikirannya manusia
mendapatkan (ilmu) pengetahuan; dengan kehendaknya manusia
mengarahkan perilakunya; dan dengan perasaannya manusia dapat
mencapai kesenangan.

Sarana untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dinamakan logika. Logika


merupakan ajaran yang menunjukkan bagaimana manusia berfikir secara
tepat dengan berpedoman pada ide kebenaran. Ketika kita sudah
mengetahui batasan sosiologi, pertanyaan yang muncul kemudian ialah
apakah sosiologi merupakan suatu ilmu pengetahuan?
Kalau para pelopor sosiologi, sejak dahulu tentunya menganggap bahwa
sosiologi merupakan ilmu pengetahuan. Namun benarkah demikian?
Untuk menjawab pertanyaan ini, tentunya kita harus mengetahui dahulu
apa yang disebut sebagai ilmu pengetahuan?
Ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan (knowledge) yang tersusun
secara sistematis dengan menggunakan kekuatan pemikiran, dan
pengertahuan itu dapat dikontrol oleh orang lain atau umum (obyektif).
Atau ilmu pengetahuan bisa dirumuskan apabila memiliki beberapa
elemen (unsur) yang menjadi suatu kebulatan, yaitu :
 pengetahuan (knowledge)
 tersusun secara sistematis
 menggunakan pemikiran
 bersifat obyektif (dapat dikontrol secara kritis oleh umum)
Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil
penggunaan panca inderanya. Misalnya : pengetahuan jenis-jenis kain,
pengetahuan mengenai bebauan minyak wangi, pengetahuan mengenai
cara pembuatan tempe.
Sistematis berarti berdasarkan urutan unsur-unsur yang merupakan satu
kebulatan, sehingga akan jelas apa yang merupakan garis besar dari ilmu
pengetahuan yang bersangkutan. Tidak semua pengetahuan merupakan
suatu ilmu, hanya pengetahuan yang tersusun sistematis saja yang
merupakan ilmu pengetahuan. Sistem tadi merupakan suatu konstruksi
yang abstrak dan teratur sehingga merupakan keseluruhan yang
terangkai.
Menggunakan pemikiran : ilmu pengetahuan yang tersusun secara
sistematis menggunakan kekuatan pemikiran, yang selalu dapat
diperiksa dan ditelaah dengan kritis (obyektif).
Apabila sosiologi memenuhi rumusan-rumusan di atas maka sosiologi
merupakan suatu ilmu sejauh sosiologi mengembangkan suatu kerangka
pengetahuan yang tersusun dan teruji yang didasarkaan pada penelitian
ilmiah. Sejauh sosiologi meninggalkan mitos, dongeng dan angan-
angan, dan mendasarkan kesimpulannya pada bukti-bukti ilmiah maka
sosiologi adalah suatu ilmu. Bila ilmu didefinisikan sebagai suatu
metode penelaahan, maka sosiologi adalah suatu ilmu sejauh sosiologi
menggunakan metode penelaahan ilmiah.
Ilmu Pengetahuan sendiri dikelompokkan dalam 2 (dua) macam :
1. Ilmu Pengetahuan murni (pure science).
Ilmu pengetahuan murni bertujuan untuk membentuk dan
mengembangkan ilmu pengetahuan secara abstrak, untuk mempertinggi
mutunya, tanpa menggunakannya langsung dalam masyarakat. Misalnya
: seorang ahli fisika bukanlah membuat jembatan, ahli kimia bukanlah
membuat obat, juga ahli sosiologi hanya mengemukakan pendapatnya
yang berguna bagi pembentuk undang-undang, birokrat, petugas
administrasi, guru-guru, diplomat dan lain sebagainya akan tetapi
mereka tidak akan menentukan secara langsung apa yang dikerjakan
oleh petugas-petugas tersebut.
Sosiologi bertujuan untuk mendapatkan fakta-fakta masyarakat yang
mungkin dapat dipergunakan untuk mememecahkan persoalan-persoalan
masyarakat. Akan tetapi itu bukan berarti bahwa sosiologi tidak berguna
bagi masyarakat.
2. Ilmu Pengetahuan Terapan (applied science)
Ilmu pengetahuan terapan merupakan ilmu pengetahuan yang bertujuan
untuk mempergunakan dan menerapkan ilmu pengetahuan tersebut
dalam masyarakat.
Misalnya : ilmu pengetahuan tentang berbagai seni, sebagaian besar
dipergunakan dan diterapkan langsung.
1.3. Bapak Pendiri Sosiologi (The Founding Fathers Of Sosiology)

Pada bagian ini akan dijelaskan empat ahli yang sampai kini pikirannya
masih dipakai dalam teori sosiologi, yaitu Auguste Comte, Karl Marx,
Max Weber, dan Emile Durkheim. Pandangan mereka telah memberi
stimulan diskusi panjang tentang pelbagai persoalan terkait dgn
kehidupan ekonomi, politik, dan kebudayaan. Pandangan mereka juga
digunakan dalam disiplin ilmu social lain seperti ilmu politik, ekonomi,
antropologi, dan sejarah.
1.3.1. Auguste Comte (1798-1857)
Auguste Comte (Perancis, 1798-1857) mengemukakan istilah awal :
SOCIAL PHYSICS (FISIKA SOSIAL) karena istilah ini sudah
digunakan oleh ahli statistik sosial Belgia Adophe Quetelet, maka istilah
diubah menjadi sociology.
Auguste Comte membagi sosiologi ke dalam dua pendekatan yakni:
1. Statika sosial (social static) : mengkaji tatanan sosial. Statika
mewakili stabilitas.
2. Sosial dinamik : mengkaji kemajuan dan perubahan social. Dinamika
mewakili perubahan. Progres dlm membaca fenomena sosial perlu
melihat masyarakat secara keseluruhan sebagai unit analisis.
Dengan memakai analogi dari biologi, Comte menyatakan bahwa
hubungan antara statika dan dinamika merujuk pada konsep order
didalamnya ditekankan bahwa bagian-bagian dari masyarakat tidak
dapat dimengerti secara terpisah, tetapi harus dilihat sebagai satu
kesatuan yg saling berhubungan..
1.3.2. Karl Marx (1818-1883)
Karl Marx lahir di Trier, Jerman tahun 1818 dari kalangan keluarga
rohaniwan Yahudi. Tamat dari perguruan tinggi menjadi editor di
sebuah surat kabar di Jerman. Pandangannya mat kritis terutama sangat
anti penindasan yg hadir bersama system kapitalis yang mewarnai
peradaban Eropa Barat. Beliau pindah ke Paris setelah terjadipertentangn
dengan pemerintah Jerman. Ia berkolaborasi dengan Friedrich Engels
menulis buku berjudul The Communist Manifesto (1848). Lalu menulis
buku : Das Capital, dua bab terakhir buku ini diteruskan oleh Engels
karena Marx keburu meninggal.
Menurut Marx, sejarah manusia mulai dari pertanian primitive, feudal
dan industri, ditandai hubungan social yg melembagakan sifat
ketergantungan untuk mengontrol atau menguasai sumber-sumber
ekonomi. Mereka yg menguasai dan mengonytol sumber-sumber
ekonomi adalah kelas atas, seangkan mereka yg hanya memiliki sedikit
atau bahkan tidak punya sama sekali adalah dari kelas bawah. Terjadi
penindasan oleh kelas atas terhadap kelas bawah. Fokus perhatian Marx
pada dua kelas penting : BORJUIS (kelas atas/kapitalis yg memiliki
memiliki alat-alat produksi seperti pabrik dan mesin) dan PROLETAR
(kelas bawah/ para buruh yg bekerja pada borjuis).
Pendapat Marx terhadap fenomena social semacam itu (penindasan
/eksploitasi kaum borjuis terhadap kaum proletar) hanya dapat
dihentikan dengan cara mengganti atau merusak system kapitalis.
Caranya dengan melakukan revolusi (prinsip konflik) kemudian
menggantinya dengan system yg lebih menghargai martabat manusia. Ini
tidak mudah karena para buruh harus menghilangkan False
Consciousness (kesadaran palsu) dengan class consciousness kesadaran
kelas. Melalui bimbingan pemimpin-pemimpin revolusioner, para buruh
akan menjadi setia dan mau berkorban demi perjuangan kelas. Denagn
demikian kan muncul masyarakat yg adil, sama rata sama rasa, dan
terhindardari segala bentuk eksploitasi, ini yg disebutnya sebagai
masyarakat komunisme modern. Disamping dipuja banyak orang, Marx
juga dikecam banyak orang, terutama pendapatnya tentang “agama
sebagai candu masyarakat“ (the opium of the people).
1.3.3. Max Weber (1864-1920)
Max Weber lahir di Erfurt, Jerman berasal dari keluarga kaya dan
terpandang. Ayahnya seorang birokrat (kelak akan mewarnai pikiran
beliau tentang birokrasi) yg menduduki posisi politik penting, sedangkan
ibunya adalah seorang pemeluk agama Calvinisme yg sangat taat (juga
mempengaruhinya melakukan studi tentang kaitan etika protestan
dengan spirit kapitlisme industrial).
Beliau menempuh kuliah di Universitas berlin belajar hukum. Setelah
berhasil mengambil gelar doctor ia berprofesi sebagai praktisi hukum, di
samping itu ia juga bekerja sebagai dosen di Universitas Wina dan
Munich. Ia banyak mendalami masalah ekonomi, sejarah, dan sosiologi.
Bukunya yg terkenal berjudul “ A Contribution to the histoy of Medieval
Business Organizations” dan “ The Protestant Ethic and The Spirit of
Capitalism” (1904) . Dalam bukunya yg kedua ini ia mengemukakan
tesisnya mengenai keterkaitan antara etika protesan dengan munculnya
kapitalisme di Eropa Barat.
Pandangan Weber, kenyataan social lahir dari motivasi individu dan
tindakan-tindakan social (social action). Dari pandangannya sebenarnya
Weber lazim digolongkan “nominalis” yg lebih percaya bahwa hanya
individu-individu sajalah yg riil secara obyektif, dan masyarakat adalah
satu nama yg menunjukan pada sekumpulan individu yg menjalin
hubungan. Pandangan beliau tentang tindakan sosila inilah yg kemudian
menjadi acuan dikembangkannya teori sosiologi yg membahas interaksi
social.

1.3.4. Émile Durkheim (1858-1917)


Lahir di Epinal, Perancis dan berasal dari keluarga yg mewarisi tradisi
sebagai pendeta Yahudi. Ia awlnya sebenarnya bersekolah untuk
menjadi pendeta.
Durkheim merupakan ilmuwan yg sangat produktif. Salah satu
karyanya yg berjudul “ The division of Labor in Society” (1968)
membahas mengenai gejala yg sedang melanda masyarakat : pembagian
kerja. Ia mengemukakan bahwa di bidang perekonomian seperti industri
modern terjadi penggunaan mesin serta konsentrasi modal dan tenaga
kerja yg mengakibatkan pembagian kerja ke dalam bentuk spesialisasi
dan pemisahan okupasi yg semakin rinci. Pembagian tersebut dijumapai
pula di bidang perniagaan dan pertanian. Lalu melebar pula pada bidang-
bdang kehidupan yg lainnya : hokum, politik, kesenian, dan bahkan
keluarga. Tujuan kajian durkheim ialah untuk memahami fungsi
pembagian kerja tersebut, serta untuk mengetahui factor penyebabnya.

1.4. Perkembangan Sosiologi di Indonesia


Sejak jaman kerajaan di Indonesia sebenarnya para raja dan pemimpin
di Indonesia sudah mempraktikkan unsur-unsur Sosiologi dalam
kebijakannya begitu pula para pujangga Indonesia. Misalnya saja Ajaran
Wulang Reh yang diciptakan oleh Sri PAduka Mangkunegoro dari
Surakarta, mengajarkan tata hubungan antara para anggota masyarakat
Jawa yang berasal dari golongan-golongan yang berbeda, banyak
mengandung aspek-aspek Sosiologi, terutama dalam bidang hubungan
antar golongan (intergroup relations).
Ki Hajar Dewantoro, pelopor utama pendidikan nasional di Indonesia,
memberikan sumbangan di bidang sosiologi terutama mengenai konsep-
konsep kepemimpinan dan kekeluargaan di Indonesia yang dengan nyata
di praktikkan dalam organisasi pendidikan Taman Siswa.
Pada masa penjajahan Belanda ada beberapa karya tulis orang
berkebangsaan belanda yang mengambil masyarakat Indonesai sebagai
perhatiannya seperti Snouck Hurgronje, C. Van Vollenhoven, Ter Haar,
Duyvendak dll. Dalam karya mereka tampak unsur-unsur Sosiologi di
dalamnya yang dikupas secara ilmiah tetapi kesemuanya hanya dikupas
dalam kerangka non sosiologis dan tidak sebagai ilmu pengetahuan yang
berdiri sendiri. Sosiologi pada waktu itu dianggap sebagai Ilmu
pembantu bagi ilmu-ilmu pengetahuan lainnya. Dengan kata lain
Sosiologi ketika itu belum dianggap cukup penting dan cukup dewasa
untuk dipelajari dan dipergunakan sebagai ilmu pengetahuan, terlepas
dari ilmu-ilmu pengetahuan lainnya.
Kuliah-kuliah Sosiologi mulai diberikan sebelum Pernag Dunia ke dua
diselenggarakan oleh Sekolah Tinggi Hukum (Rechtshogeschool) di
Jakarta. Inipun kuliah Sosiologi masih sebagai pelengkap bagi pelajaran
Ilmu Hukum. Sosiologi yang dikuliahkan sebagin besar bersifat filsafat
Sosial dan Teoritis, berdasarkan hasil karya Alfred Vierkandt, Leopold
Von Wiese, Bierens de Haan, Steinmetz dan sebagainya.
Pada tahun 1934/1935 kuliah-kuliah Sosiologi pada sekolah Tinggi
Hukum tersebut malah ditiadakan. Para Guru Besar yang bertaggung
jawab menyusun daftar kuliah berpendapat bahwa pengetahuan dan
bentuk susunan masyarakat beserta proses-proses yang terjadi di
dalamnya tidak diperlukan dalam pelajaran hukum.
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945,
seorang sarjana Indonesia yaitu Soenario Kolopaking, untuk pertama
kalinya member kuliah sosiologi (1948) pada Akademi Ilmu Politik di
Yogyakarta (kemudia menjadi Fakultas Sosial dan Ilmu Politik UGM .
Beliau memberika kuliah dalam bahasa Indonesai ini merupakan suatu
yang baru, karena sebelum perang dunia ke dua semua perguruan tinggi
diberikan da;am bahasa Belanda. Pada Akademi Ilmu Politik tersebut,
sosiologi juga dikuliahkan sebagai ilmu pengetahuan dalam Jurusan
Pemerintahan dalam Negeri, hubungan luar negeri dan publisistik.
Kemudian pendidkikan mulai di buka dengan memberikan kesempatan
kepara para mahasiswa dan sarjana untuk belajar di luar negeri sejak
tahun 1950, mulailah ada beberapa orang Indonesia yang memperdalam
pengetahuan tentang sosiologi.
Buku Sosiologi mulai diterbitkan sejak satu tahun pecahnya revolus
fisik. Buku tersebut berjudul Sosiologi Indonesai oleh Djody
Gondokusumo, memuat tentang beberapa pengertian elementer dari
Sosiologi yang teoritis dan bersifat sebagai Filsafat.
Selanjutnya buku karangan Hassan Shadily dengan judul Sosilogi
Untuk Masyarakat Indonesia yang merupakan merupakan buku
pelajaran pertama yang berbahasa Indonesia yang memuat bahan-bahan
sosiologi yang modern.
Para pengajar sosiologi teoritis filosofis lebih banyak mempergunakan
terjemahan buku-bukunya P.J. Bouman, yaitu Algemene
Maatschapppijleer dan Sociologie, bergrippen en problemen serta buku
Lysen yang berjudul Individu en Maatschapppij.
Buku-buku Sosiologi lainnya adalah Sosiologi Suatu Pengantar Ringkas
karya Mayor Polak, seorang warga Negara Indonesia bekas anggota
Pangreh Praja Belanda, yang telah mendapat pelajaran sosiologi sebelum
perang dunia kedua pada universitas Leiden di Belanda. Beliau juga
menulis buku berjudul Pengantar Sosiologi Pengetahuan, Hukum dan
politik terbit pada tahun 1967. Penulis lainnya Selo Soemardjan menulis
buku Social Changes in Yogyakarta pada tahun 1962. Selo Soemardjan
bersama Soelaeman Soemardi, menghimpun bagian-bagian terpenting
dari beberapa text book ilmu sosiologi dalam bahasa Inggris yang
disertai dengan pengantar ringkas dalam bahasa Indonesia dirangkum
dalam buku Setangkai Bunga Sosiologi terbit tahun 1964.
Dewasa ini telah ada sejumlah Universitas Negeri yang mempunyai
Fakultas Sosial dan politik atau Fakultas Ilmu Sosial. Sampai saat ini
belum ada Universitas yang mngkhususkan sosiologi dalam suatu
fakultas sendiri, namun telah ada Jurusan Sosiologi pada beberapa
fakultas Sosial dan Politik UGM, UI dan UNPAD.
Penelitian-penelitian sosiologi di Indonesai belum mendapat tempat
yang sewajarnya, oleh karena masyarakat masih percaya pada angka-
angka yang relative mutlak, sementara sosiologi tidak akan mungkin
melakukan hal-hal yang berlaku mutlak disebkan masing-masing
manusia memiliki kekhususan. Apalagi masyarakat Indonesai
merupakan masyarakat majemuk yang mencakup berates suku.

Pertanyaan :
1. Tesis Weber yang terkenal adalah ada keterkaitan antara Etika
Protestan dan Semangat Kapitalisme. Jelaskan tesis Weber tersebut!
2. Apa sumbangan pemikiran Karl Marx yang penting bagi perkembangan
sosiologi? Jelaskan!

Anda mungkin juga menyukai