Anda di halaman 1dari 3

1 Media sosial merupakan sebuah wadah dimana setiap penggunanya dapat berinteraksi secara

online. Penggunaan media sosial sangat beragam tergantung dari para pemilik akun. Menurut
Andreas Kaplan dan Michael Haenlein mendefinisikan media sosial sebagai sebuah kelompok aplikasi
berbasis internet yang dibangun diatas dasar ideologi dan teknologi, Cahyono (140 : 2016).
Kemudian menurut Taprial dan Kanwar (2012) media sosial adalah media yang digunakan oleh
individu agar menjadi sosial, secara daring dengan cara berbagi isi, berita, foto, dan lain sebagainya
dengan orang lain, Rahadi (58 : 2017). Saat ini, media sosial tidak hanya digunakan untuk
kepentingan interaksi sosial saja seperti menemukan teman lama, mencari teman baru, dan lain
sebagainya, tetapi juga dapat digunakan untuk hal – hal yang berkaitan dengan usaha seperti
berjualan secara online, kampanye politik, serta penyebaran isu – isu SARA (suku, agama, ras, antar
golongan) yang sangat erat keterkaitannya dengan kepentingan politik. Memasuki tahun – tahun
politik di Indonesia, bukan hal yang baru jika di media sosial seringkali ditemui postingan – postingan
yang mengandung unsur SARA dimana kebenaran dan kejelasan informasinya tidak dapat
dipertanggungjawabkan. Tidak jarang postingan SARA yang menyebar melalui media sosial tersebut
menciptakan hubungan sosial yang tidak sehat dalam kehidupan nyata sehari – hari. Postingan SARA
yang menyebar di media sosial, tidak dapat dipungkiri ternyata banyak diminati para pemilik akun,
atau pengguna media sosial. Ada yang langsung mempercayai informasi yang mereka peroleh
namun ada juga yang mencari kebenaran seputar informasi tersebut. Tidak semua pengguna media
sosial mampu mengolah informasi yang mereka peroleh dengan bijak. Hal tersebut yang kadang
menjadi pemicu terjadinya gesekan sosial antar masyarakat akibat informasi SARA yang tidak jelas
kebenarannya yang mereka peroleh dari media sosial. Postingan SARA adalah postingan informasi
atau penyebarluasan informasi yang isinya menyinggung hal – hal yang yang berkaitan dengan suku,
agama, ras, dan antar golongan. Tujuan dari penyebarluasan informasi tersebut sangat beragam,
mulai dari sekedar posting, menciptakan sekat – sekat antar masyarakat, memancing agar timbul
atau terjadi gesekan, hingga membangun hubungan permusuhan. Penyebarluasan informasi yang
berkaitan dengan sara menjadi hal yang perlu diwaspadai karena dapat menjadi pemicu terjadinya
ketegangan antar masyarakat terutama bagi masyarakat yang tidak mampu menyaring informasi
yang diterimanya. Menurut Rahadi (59 : 2017) mengatakan bahwa permasalahan yang timbul dari
penggunaan media sosial adalah banyaknya informasi palsu atau hoax yang menyebar luas, bahkan
orang terpelajar pun tidak bisa membedakan mana berita yang benar, advertorial, dan hoax. Putra
(92 : 2017) mengatakan bahwa yang menjadi trend saat ini

“Efek Postingan SARA di Media Sosial Terhadap Pertemanan” maka dapat disimpulkan bahwa
postingan SARA di media sosial memberikan efek terhadap pertemanan kemudian cara mengatasi
postingan SARA di media sosial oleh masing – masing informan seperti menghapus pertemanan,
menghapus postingan, hide post (menyembunyikan postingan), unfollow (berhenti mengikuti),
report post (melaporkan postingan). Namun beberapa informan juga memilih untuk membiarkan
postingan SARA tersebut dengan beberapa alasan misalnya, untuk mengetahui isu SARA apa saja
yang sedang berkembang dan sudah sejauh mana isu tersebut menyebar serta adapula yang
memilih untuk mengabaikan postingan tersebut untuk menghindari perdebatan atau adu
argumentasi yang tidak perlu.

Contohnya dalam keehidupan nyata

Ada seseorang beragama hindu membuat sttus di whatsaap


mengatakan ‘ dasar orang jawa datang ke Bali cari makan isi
ngemaling lagi bangsat emang .
Maka dari itu

1 terjadi ke trsinggungan antar teman atau orang banyak termaksud juga menyinggung SARA
kenapa sara disebutkannya ras jawa nyaa

2 dalam Bahasa Indonesia tidak ada penggunaan Bahasa alay contohnya dalam sttus itu bangsat
emang penggunaan

3 setelah terjadinya ketersinggungan maka terjadilah konflik sesame teman lebih baiknya postingan
tersebut dihapus sebelum banyak orangb yang melihatnya jika sudah terlanjur membuat sttus ulang
yang berisi perminta maafkan atas menyinggung ras jawa

2
Penyebab perbedaan bunyi onomatope pada hewab di setiap Negara berbeda-beda karena perbedaan
sistem bunyi bahasa, maka tiruan bunyi yang dihasilkan pun berbeda walau sumber suara yang
dihasilkan sama. Missal menyebut suara kucing di Indonesia yaitu meong sedangkan di Jepang
nyannyan.

Pembahasan
Onomatope berasal dari Bahasa Yunani yang berarti kata atau sekelompok kata yang menirukan
bunyi-bunyi dari sumber yang digambarkannya. Konsep ini berupa sintesis dari kata Yunani όνομα
(onoma yang berarti nama) dan ποιέω (poieō yang berarti "saya buat" atau "saya lakukan") sehingga
artinya adalah "pembuatan nama" atau "menamai sebagaimana bunyinya". Bunyi-bunyi ini mecakup
antara lain suara hewan dan suara-suara lain yang bukan merupakan kata, seperti suara orang tertawa.

Beberapa contoh onomatope:

• Suara hewan: menggonggong, mendesis, mengeong dsb.

• Suara lain: tercebur

• Suara manusia: ha-ha-ha

• Suara burung, namanya berasal dari suara yang dikeluarkannya.

Perbedaan bunyi onomatope pada hewan di setiap Negara yang memiliki karakter unik tersebut dapat
terlihat dalam sistem fonologinya. fonologi merupakan bidang ilmu yang meneliti sistem bunyi suatu
bahasa, dan perbedaan berbagai bunyi sehingga mampu membedakan makna.
Simak lebih lanjut di Brainly.co.id - https://brainly.co.id/tugas/22580959#readmore

Anda mungkin juga menyukai