Anda di halaman 1dari 7

Tinjauan Umum:

a. Pengertian umum PWK

b. Konsep Struktur Wilayah Kota.

c. Ketentuan dan produk RTRW

d. Peraturan Zonasi

e. Teori Perancangan Kota

2. TINJAUAN KHUSUS

a. Penentuan kawasan

b. Profil Kawasan

c. Kondisi existing terkait teorinya Roger Trancik

d. Analisis dan konsep peremncangan berdasarkan teori Roger Tranc


KELOMPOK 1

I. Tinjauan Umum:
A. Pengertian umum Perencanaan Wilayah dan Kota
Definisi Perencanaan
Perencanaan adalah proses kontinyu dalam pengambilan keputusan atau pilihan
mengenai bagaimana memanfaatkan sumber daya yang ada semaksimal mungkin
guna mencapai tujuan-tujuan tertentu di masa depan.
Dari definisi tersebut maka di dalam perencanaan tentu terdapat elemen-
elemennya yaitu :
- Merencana berarti memilih
- Perencanaan sebagai alat untuk mengalokasikan sumber daya
- Perencanaan sebagai alat untuk mencapai tujuan
- Perencanaan itu berorientasi ke depan.

Definisi Wilayah dan Kota

Wilayah dan Kota adalah tempat yang di tinggali. Kota menyediakan berbagai
kebutuhan kita: sandang, pangan, dan papan. Kota sebagai sebuah fenomena
“urban” memberikan kita lingkungan sosial budaya dan ekonomi yang sangat
menentukan preferensi dan perilaku kita. Permukiman kota juga keseluruhan yang
meliputi kota sebagai tempat tinggal dengan lingkungan sosial ekonomi dan
budaya yang mempengaruhi.

Definisi Perencanaan Wilayah dan Kota

Perencanaan Wilayah dan Kota adalah suatu program studi yang mempelajari
tentang cara merencana suatu wilayah dan kota. Dalam merencanakan suatu kota
ternyata banyak sekali yang harus di pertimbangkan, misalnya kondisi ekonomi,
sosial, budaya suatu wilayah dan yang lain-lain. Perencana kota menyediakan
suatu rencana berdasarkan prinsip “supply and demand” yang akan digunakan
untuk membuat kota tersebut lebih maju dalam segala bidang.

Hasil dari Perencanaan Kota dan Wilayah tentunya ada berbagai tingkatan, yaitu :
1. Rencana Tata Ruang Nasional.

2. Rencana Tata Ruang Propinsi.

3. Rencana Tata Ruang Kota dan Wilayah. (RTRW)

4. Rencana Detail Tata Ruang (RDTR).

B. Konsep Struktur Wilayah Kota.

Konsepsi wilayah dapat diklasifikasikan berdasarkan tipe dimana ide dasarnya


terletak pada pemahaman bahwa terdapat hubungan yang mendasar dari tingkah-laku
yang terjalin diantara bagianbagian pembentuknya, yang bertolak pada konsepsi
homogenitas dan heterogenitas. Di samping konsepsi homegenitas-heterogenitas
tersebut, untuk menentukan batas-batas wilayah (demarkasi wilayah) dapat juga
dilakukan dengan penggabungan konsepsikonsepsi tersebut. Itulah kenapa kemudian
muncul klasifikasi wilayah yang disebut dengan wilayah perencanaan atau
administrasi.
Struktur ruang wilayah kota merupakan gambaran sistem pusat
pelayanan kegiatan internal kota dan jaringan infrastruktur kota sampai akhir
masa perencanaan, yang dikembangkan untuk mengintegrasikan wilayah kota
dan melayani fungsi kegiatan yang ada/direncanakan dalam wilayah kota pada
skala kota, yang merupakan satu kesatuan dari sistem regional, provinsi, nasional
bahkan internasional.
Menurut Nia K. Pontoh & Iwan Setiawan (2008), unsur pembentuk struktur
tata ruang kota terdiri dari pusat kegiatan, kawasan fungsional, dan jaringan jalan.
Kota atau kawasan perkotaan pada dasarnya dapat dipandang sebagai suatu sistem
spasial, yang secara internal mempunyai unsur-unsur yang menjadi pembentuknya
serta keterkaitannya satu sama lain.
Konsepsi klasifikasi wilayah, terdiri dari :
1. Wilayah Homogen atau Formal
Konsepsi wilayah homogen (homogeneous region) didasarkan pada
pendapat bahwa wilayah-wilayah geografik dapat dikaitkan bersama-
sama menjadi satu wilayah tunggal apabila wilayah-wilayah tersebut
mempunyai ciri-ciri yang seragam. Kesamaan ciri-ciri ini dapat bersifat
ekonomi, (misalnya struktur produksinya, tingkat pendapatannya atau
pola konsumsinya sama), bersifat geografik (misalnya topografi atau
iklimnya serupa), dan bersifat sosial politik (misalnya sikap kesetiaan
terhadap suatu partai yang sama)
2. Wilayah Nodal atau fungsional
Wilayah nodal pada dasarnya dilandasi oleh adanya faktor
ketidakmerataan atau faktor heterogenitas, namun demikian antara
bagian satu dengan yang lain saling berhubungan erat secara
fungsional. Dengan demikian, struktur dari wilayah nodal tersebut
dapat dianalogikan sebagai sebuah sel hidup atau sebuah atom yang
memiliki satu inti atau pusat (core, central, metropolis) dan wilayah
pinggiran (pheriphery atau hinterland) yang bersifat komplementer
(saling melengkapi) terhadap intinya. Wilayah nodal terdiri dari
bagian-bagian yang masing-masing memiliki fungsi yang berbeda,
walaupun secara fungsional saling berkaitan satu sama lain.
3. Wilayah Administrasi atau Perencanaan (Planning region)
Wilayah administrasi atau wilayah perencanaan adalah wilayah yang
menjadi ajang penerapan keputusan-keputusan ekonomi. Wilayah ini
umumnya dibatasi oleh kenyataan bahwa unit wilayahnya berada
dalam kesatuan kebijakan atau administrasi.
Menurut Sjafrizal (2012), penggunaan konsep wilayah atau region tersebut
ditentukan oleh sifat dari analisis ekonomi wilayah dan perkotaan yang dilakukan.
Pada konteks makro, klasifikasi pewilayahan yang digunakan lebih banyak adalah
Homogeneous Region, Planning Region, dan Administrative Region. Sementara pada
konteks mikro, klasifikasi pewilayahan lebih banyak menggunakan Nodal Region.
Namun demikian, pengklasifikasian wilayah yang merupakan representasi dari
konsep ruang (space) dan lokasi (location) ini tidak bersifat mutlak, tapi dapat
digabungkan atau disesuaikan dengan tujuan analisisnya.

C. Ketentuan dan produk RTRW


Sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Pasal
11 ayat (2), mengamanatkan pemerintah daerah kabupaten berwenang dalam
melaksanakan penataan ruang wilayah kabupaten yang meliputi perencanaan tata
ruang wilayah kabupaten, pemanfaatan ruang wilayah kabupaten, dan pengendalian
pemanfaatan ruang wilayah kabupaten.

RTRW kabupaten memuat tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang


wilayah kabupaten (penataan kabupaten); rencana struktur ruang wilayah kabupaten;
rencana pola ruang wilayah kabupaten; penetapan kawasan strategis kabupaten;
arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten; dan ketentuan pengendalian
pemanfaatan ruang wilayah kabupaten.

Fungsi RTRW Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut :

1. Acuan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah


(RPJPD) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).
2. Acuan dalam pemanfaatan ruang/pengembangan wilayah kabupaten/kota;
3. Acuan untuk mewujudkan keseimbangan pembangunan dalam wilayah
kabupaten/kota;
4. Acuan lokasi investasi dalam wilayah kabupaten/kota yang dilakukan
pemerintah, masyarakat, dan swasta;
5. Pedoman untuk penyusunan rencana rinci tata ruang di wilayah
kabupaten/kota;
6. Dasar pengendalian pemanfaatan ruang dalam penataan/pengembangan
wilayah kabupaten/kota yang meliputi penetapan peraturan zonasi,
perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi;
7. Acuan dalam administrasi pertanahan.

Manfaat RTRW Kabupaten/Kota yaitu :

1. Mewujudkan keterpaduan pembangunan dalam wilayah kabupaten/kota;


2. Mewujudkan keserasian pembangunan wilayah kabupaten/kota dengan
wilayah sekitarnya;
3. Menjamin terwujudnya tata ruang wilayah kabupaten/kota yang
berkualitas.

Produk RTRW
D. Peraturan Zonasi
Peraturan zonasi pada dasarnya adalah suatu alat untuk pengendalian yang
mengatur tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendaliannya
yang disusun untuk setiap blok/zona peruntukan (UU No. 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang), dimana blok/zona peruntukan yang menjadi acuan ditetapkan
melalui rencana rinci tata ruang. Peraturan zonasi ini lebih dikenal dengan istilah
populer zoning regulation, yang merujuk pada pembangian lingkungan kota ke
dalam zona-zona pemanfaatan ruang dimana di dalam tiap zona tersebut
ditetapkan pengendalian pemanfaatan ruang atau diberlakukan ketentuan hukum
yang berbeda-beda (Barnet, 1982). 

Peraturan zonasi ini pada dasarnya mengatur tentang klasifikasi zona,


pemanfaatan lahan, dan prosedur pelaksanaan pembangunan. Dalam UU No. 26
Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, secara rinci disebutkan bahwa peraturan zonasi
berisi :

1. Ketentuan yang harus, boleh, dan tidak boleh dilaksanakan pada zona
pemanfaatan ruang
2. Amplop ruang (koefisien dasar ruang hijau, koefisien dasar bangunan,
koefisien lantai bangunan, dan garis sempadan bangunan)
3. Penyediaan sarana dan prasarana
4. Ketentuan lain yang dibutuhkan untuk mewujudkan ruang yang aman,
nyaman, produktif dan berkelanjutan, antara lain :
- Keselamatan penerbangan
- Pembangunan pemancar alat komunikasi
- Pembangunan jaringan listrik tegangan tinggi

E. Teori Perancangan Kota

Anda mungkin juga menyukai