Anda di halaman 1dari 3

Bahasa Cinta : untuk anak dan pasangan

Zoya Amirin & Anastasia Satriyo

 Bahasa yang dipelajari anak pertama kali adalah bahasa cinta


 Betapa Intonasi suara yang kita gunakan dapat membantu kita untuk
mendapatkan apa yang kita inginkan.
 Kita harus belajar untuk bilang iya kalo memang iya dan tidak kalo memang
tidak, jangan karena sungkan sama orang lain jadinya malu atau ga enakan
akhirnya menyakiti diri sendiri.
 Basic komunikasi dlu kuasai baru belajar parenting. Kalo komunikasi sama
orang dewasa aja belum khatam atau belum bener gimana mau komunikasi
sama anak? because their first love is their parents.
 Setiap orang punya blueprint nya masing-masing termasuk bahasa cinta yang
dibawa akan berbeda-beda berdasar pada apa yang dia amati dan adopsi dari
keluarganya.
 Memiliki komunikasi yang buruk itu bukan takdir termasuk nggak bisa
mengasuh anak itu juga bukan takdir, itu semua bisa dipelajari, bisa dilatih, jadi
jangan kuatir.
 Mempersiapkan pernikahan adalah satu hal, tapi menjadi orang tua itu hal yang
lain (different skill) merupakan pembelajaran seumuran hidup (long life learning).
 Kita kalo bosen kerja di suatu tempat bisa resign ke tempat lain tapi menjadi
orang tua itu nggak bisa kayak gitu, jadi orang tua engga ada resign nya dam
ngga bisa.
 Sedih ngga sih kalo kita melakukan sesuatu itu karena ketidaktahuan.
 Otak anak itu konkret (oprasional) maksutnya, dia bisa merekam apa yang dia
lihat, dia dengar, dan dia rasakan. Anak juga bisa membaca sikap dan perubahan
raut wajah kita.
 Bahasa cinta yang paling simple adalah Assertiveness… saying your needs
without hurting others dengan menyampaikan apa yang kita rasakan dan
bukan apa yang kita pikirkan.
Contoh, Avoid : kamu selalu deh ninggalin aku kalo lagi jalan
Try : aku sedih kalo kamu ngga di samping aku pas lagi jalan, aku suka kalo kita
jalannya bisa barengan.
 Jadi orang dewasa/orang tua enggak perlu gengsi untuk meminta maaf sama
anak karena secara tidak langsung itu akan menjadi pelajaran berharga untuk
anak kita kelak ketika dewasa.
 Menunjukkan sisi lemah orang tua itu sebenrnya nggak apa-apa (vulnerable),
kalo kita bisa vulnerable ke anak
Contoh,
- Kalo mau nangis di depan anak gppa, anak perlu belajar its okey untuk
menjadi kalah, its okey untuk menjadi sedih dan lain sebagainya dan jelaskan
juga ke anak kalo kita lagi mengatasinya.
- Pada saat kita tahu ada momen-momen tertantu yang memicu kita marah,
kita perlu membuat janji sama anak kita. Contoh, “Boleh nggak kalo mama
lagi marah mama dikasih waktu untuk diem dlu atau mama dikasih waktu
untuk melakukan sesuatu, sama kaya mama ngasih waktu kamu saat kamu
lagi marah” (meredakan kemarahan) karena pada saat kita marah kita udah
nggak bisa mikir lagi, kalo kita bereaksi untuk melampiaskan amarah kita
pada saat itu yang ada kita bakalan nyesel. Makanya penting untuk sadar,
“oh sekarang aku lagi marah nih” dan ada baiknya untuk Menunda reaksi
atau lebih baik tidak bereaksi terlebih dahulu.
- Jangan tiba-tiba diem/ngambek atau Ghosting (tiba-tiba ilang) kalo lagi
marah karena orang nggak akan paham dan nggak ada orang yang suka
didiemin, yaudah katakan aja “aku lagi marah sama kamu, I don’t wanna say
anything that you know aku perlu nenangin diri dulu.
- Kita harus inget tujuan komunikasi itu apa ? untuk menyampaikan pesan kan
dan orang lain nangkep, tp kalo kita ngambek pesan itu nggak akan sampai
jadi harus pake cara lain.
 Kalo kita cinta sama seseorang kita pasti bisa bikin salah tapi kita juga bisa minta
maaf dan perbaiki.
 Mencintai yang adil bukan berarti sama, tapi memberi sesuai porsi yang dia
butuhkan. Contoh ada anak yang dengan ditepuk-tepuk pundaknya aja dia udah
seneng, tapi ada juga anak yang butuh untuk dipeluk.

Anda mungkin juga menyukai