2020
Kelompok 1
Bahwa bahasa adalah sistem bunyi ujiar yang sudah disadari oleh para linguis, Oleh
karena itu, objek utama kajian linguistik adalah bahasa lisan, yaitu bahasa dalam
bentuk bunyi ujar. Kalau dalam praktik berbahasa dijumpai ragam bahasa tulis,
dianggap sebagai sekunder, yaitu “rekaman” dari bahasa lisan. Oleh karena itu,
bahasa tulis bukan menjadi sasaran utama kajian linguistik.
Konsekuensi logis dari anggapan bahkan keyakinan ini adalah dasar analisis cabang-
cabang linguistik apa pun (fonologi, morfologi, sintaktis, semantik, leksikologi, dan
lainnya) berkiblat pada korpus data yang bersumber dari bahasa lisan, walaupun yang
dikaji sesuai dengan konsentrasinya masing-masing. Misalnya, fonologi
berkonsentrasi pada persoalan bunyi, morfologi pada persoalan struktur internal kata,
sintaksis pada persoalan susunan kata dalam kalimat. Semantik pada persoalan
makna kata, dan leksikologi pada persoalan perbendaharaan kata.
Fonologi mempunyai dua cabang kajian yaitu (1) fonetik, dan (2) fonemik. Sebagai
bidang yang berkonsentrasi dalam deskripsi dan analisis bunyi-bunyi ujar, hasil kerja
fonologi berguna bahkan sering dimanfaatkan oleh cabang-cabang linguistik yang
lain, baik linguistik teoritis maupun terapan. Misalnya morfologi, sintaksis, semantik,
leksikologi, dialektologi, pengajaran bahasa, dan psikolonguistik. Dalam bidang
klinis, hasil kajian fonologi ( khususnya fonetik ) dapat dimanfaatkan untuk
menangani orang atau anak yang mengalami hambatan berbicara dan mendengar.
ujar, hasil kerja fonologi berguna bahkan sering dimanfaatkan oleh cabang-cabang
linguistik yang lain, baik linguistic teoritis maupun terapan. Misalnya morfologi,
sintaksis, semantic, leksikologi, dialektologi, pengajaran bahasa, dan psikolinguistik.
Apalagi, korpus data yang menjadi sasaran analisisnya adalah bahasa lisan.
Bidang morfologi
Bidang sintaksi
Bidang semantic
Bidang leksikologi
Bidang dialektologi
Dalam bidang klinis, hasil kajian fonologi ( khususnya fonetik ) dapat dimanfaatkan
untuk menangani orang atau anak yang mengalami hambatan berbicara dan
mendengar.
1. Bertil Malmberg
disampaikan. Menurut Bertil Malberg, ilmu fonetik bias dibagi menjadi empat
cabang, yaitu :
A. Ilmu fonetik umum mengkaji terhadap penghasilan bunyi bunyi dan fungsi
mekanisme ucapan.
B. Ilmu fonetik deskriptif mengkaji terhadap kelainan atau perbedaan bunyi bagi
D. Ilmu fonetik normative mengkaji terhadap kaidah bunyi yang benar pada suatu
bahasa.
2. J.D. O’Connor
Menurut O’Connor, fonetik ialah ilmu yang bersangkut paut dengan bunyi-bunyi
Menurut O’Connor, tingkah laku berkomunikasi berawal dari otak pembaca. Pada
tahap ini, kita bisa beranggapan bahwa otak penutur mempunyai dua fungsi yang
berbeda, yaitu:
a. Fungsi kreatif
b. Fungsi saluran
3. David Abercrombie
Tokoh ilmu fonetik ketiga ini berpendapat bahwa fonetik adalah ilmu yang bersifat
teknis.
selain gerakan paru-paru juga ada gerakan lidah, gigi, langit-langit lembut dank
eras yang terus menerus. Kalau kita berusaha memecah ujaran, semata-mata hanya
untuk kepentingan analisis bunyi bahasa tersebut. Ujaran inilah nantinya dijadikan
unsur- unsur dasar segmental ( peruasan bunyi ). Usaha-usaha ini sangat pelik
Pertanyaan:
Jawaban :
Penggunaan Ejaan
Ejaan ialah seperangkat aturan dalam penulisan bunyi bahasa untuk mencapai
keseragaman. Dengan menggunakan huruf, kata, dan tanda baca sebagai sarananya.
Ejaan yang pertama kali bahasa Indonesia ialah ejaan van Ophuijsen ini seorang guru
besar belanda yang juga pemerhati bahasa, yang diberlakukan pada tahun 1901 oleh
pemerintah Belanda yang berkuasa di Indonesia pada masa itu. Ejaan van Ophuijsen
ini telah dipakai selama 46 tahun lebih lama dari ejaan republic dan baru diganti
setalah dua tahun Indonesia merdeka. Ejaan yang sekarang dinamakan ejaan yang
disempurnakan (EYD), EYD mulai diberlakukan pada tanggal 16 agustus 1972.
Ejaan Bahasa Indonesia menggunakan 26 huruf di dalam abjadnya dari A
sampai Z. Beberapa di antaranya merupakan usaha memajukan ejaan bahasa
Indonesia sehingga dapat mengikuti perkembangan kosa katanya. Huruf-huruf
tersebut terdiri dari huruf vokal, huruf konsonan, huruf diftong, dan gabungan huruf
konsonan.
Tentang penulisan huruf ini ada dua hal yang diatur, yaitu tentang penulisan
huruf besar atau kapital dan tentang penulisan huruf miring.
Ada sembilan hal yang diatur dalam EyD sehubungan dengan penulisan kata,
yaitu (1) penulisan kata dasar, (2) penulisan kata berimbuhan, (3) penulisan kata
ulang, (4) penulisan gabungan kata, (5) penulisan kata ganti, (6) penulisan kata
depan, (7) penulisan kata sandang), (8) penulisan partikel, dan (9) penulisan angka
dan lambang bilangan.
Berdasarkan taraf integrasinya, unsur serapan dalam bahasa Indonesia dapat
dibagi atas dua golongan, yaitu adopsi dan adaptasi. Unsur serapan tergolong adopsi
apabila unsur asing itu diserap sepenuhnya, baik tulisan maupun ucapannya.
Sebaliknya, unsur serapan tergolong adaptasi apabila unsur asing itu sudah
disesuaikan ke dalam kaidah bahasa Indonesia, baik pengucapan maupun
penulisannya khusus mengenai penyesuaian ejaan (tulisan) hanya seperlunya
sehingga unsur asing yang disesuaikan itu masih dapat ditelusuri atau dibandingkan
unsur aslinya.
Tanda baca atau pungtuasi di dalamEYD membicarakan beberapa hal, yaitu
tentang pemakaian (1) tanda titik, (2) tanda koma, (3) tanda titik koma, (4) tanda titik
dua, (5) tanda hubung, (6) tanda elipsis, (7)tanda tanya, (8) anda seru, (9) tanda
kurung, (10) tanda kurung siku, (11) tanda pisah, (12) tanda petik ganda, (13) tanda
petik tunggal, (14) tanda garis miring, dan (15) tanda apostrof.
Ejaan yang disempurnakan adalah ejaan yang telah sesuai dengan
perkembangan bahasa sekarang ini. Sehingga dalam pembuatan karya tulis khususnya
yang ilmiah itu harus menggunakan EYD dengan tetap memperhatikan penggunaan
huruf hingga pembentukan kata dan kalimat dengan tanda-tanda baca yang tepat dan
sesuai.
Proses Fonasi
Terjadinya bunyi bahasa pada umumnya dimulai dengan proses pemopaan
udara keluar dari paru-paru melalui pangkal tenggorok ke pangkal tenggorok yang
didalamnya terdapat pita suara. Berkenaan dengan hamabatan pada pita suara ini
perlu dijelaskan ada 4 macam posisi pita suara yaitu :
Jika pita suara terbuka lebar berarti tidak ada hambatan apa-apa, maka berarti
juga tidak ada bunyi yang dhasilkan. Posisi terbuka agak lebar akan menghasilkan
bunyi-bunyi tak bersuara apabila arus udara diteruskan ke rongga mulut atau rongga
hidung. Posisi terbuka sedikit akan menghasilkan bunyi bersuara apabila arus udara
diteruskan ke rongga mulut atau rongga hidung. Sedangkan posisi pita suara menutup
sama sekali langsung menghasilkan bunyi hamzah atau bunyi glottal.
Tempat bunyi bahasa terjadi atau dihasilkan disebut tempat artikulasi. Proses
terjadinya disebut proses artikulasi. Dan alat-alat yangdigunakan
disebut artikulator. Dalam proses artikulasi ini biasanya terlibat dua macam
articulator yaitu articulator aktif dan pasif.
Dalam tulisan fonetik setiap bunyi baik yang segmental maupun yang suprasegmental
dilambangkan secara akurat.Artinya, setiap bunyi mempunyai lambang-lambangnya
sendiri, meskipun perbedaanya hanya sedikit, tetapi dalam tulisan fonemik haya
perbedaan bunyi yang distingtif saja yakni yang membedakan makna, yang dibedakan
lambangnya.
Unsur Suprasegmental
Dalam arus ujaran ada bunyi yang dapat disegmentasikan sehigga disebut bunyi
segmental, tetapi yang berkenaan dengan keras lembut, panjang pendek, dan jeda
bunyi tidak dapat disegmentasikan. Dalam studi bunyi mengenai bunyi atau unsure
suprasegmental itu biasanya dibedakan pula atas sebagai berikut
Fonemik
Objek penelitian fonetik adalah fon, yaitu bunyi bahasa yang mengandung bunyi
tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna kata atau tidak.
Objek penelitian fonemik adalah fonem yakni buyi bahasa yang dapat atau
berfungsi membedakan makna kata.
Identitas Fonem
Bunyi bisa disebut fonem apabila satuan bahasanya memiliki beda makna. Fonem
dari sebuah bahasa ada yang mempunyai beban fungsional tinggi dan
rendah.Dikatakaan bebab fungsional tinggi apabila banya ditemui pasangan mnimal
yang mengandung fonem tersebut.
alofon
Bunyi-bunyi yang merupakan realisasi dari sebuah fonem disebut alofon.Alofon-
alofon dari seuah fonem memiliki kemirian fonetis.Artinya banyak mempunyai
kesamaan dalam pengucapannya. Tentang distribusinya mungkin
bersifat komplementer mungkin juga bersifat bebas.
Klasifikasi fonem
Kriteria dan prosedur klasifikasi fonem sama dengan klasifikasi bunyi dan unsur
suprasegmental. Fonem-fonem yang berupa bunyi yang didapat sebagai hasil
segmentasi terhadaap arus ujaran disebut fonem segmental. Fonem yang berupa
unsure suprasegmental dsebut fonem suprasegmental atau fonem nonsegmental.
Khazanah Fonem
b. Asimilasi regresif
Misalnya, berubahnya bunyi /p/ menjadi bunyi /b/ pada pada kata
Belanda op de weg yang dilafalkan /obdeweg/, dimana bunyi /p/
dilafalkan menjadi bunyi /b/ sebagai akibat pengaruh bunyi /d/ pada kata
de.
c. Asimilasi Resiprokal
Misalnya, dalam bahasa Batak Toba, kata bereng ‘lihat’ dan hamu
‘kamu’ dalam konstruksi gabungan bereng hamu ‘lihatlah oleh kamu’
baik bunyi /ng/ pada kata bereng maupun bunyi /h/ pada kata hamu
keduanya berubah menjadi bunyi /k/, sehingga konstruksi bereng hamu
itu diucapkan /berek kamu/.
2. Dinaramdani Kelompok 1
Berikan contoh dari fonetis, yang tidak menyebabkan perubahan identitas
suatu fonem !
Jawaban :
Contoh perubahan fonetis yang tidak menyebabkan perubahan fonemis dapat
dilihat dari Kata SABTU. dimana huruf B yang terdapat ditengah kalimat
terdengar seperti P sehingga membuat pengucapannya menjadi SA[P]TU
tanpa mengubah makna dari kata tersebut.
a. Diftong ai diucapkan dari ucapan bunyi sandi antara a dan I dan berakhir pada
I tak sempurna.
Contoh :
Sam- pai (sam-pei)
Ra- mai ( ra-mei)
Ga- dai (ga-dei)
b. Diftong / au/ diucapkan dari ucapan bunyi sandi antara/a/dan/u/ dan
berakhir /u/tak sempurna.
Contoh :
Ker-bau ( ker-bou)
Da-nau ( da-nou)
Ha-ri-mau ( ha-ri-mou)
c. Diftong au diucapkan mulai dari ucapan o tak sempurna dan berakhir I tak
sempurna
Contoh :
Oi dan amboi
Materi pelengkap;
D. Silaba ( Suku Kata )
Silaba atau suku kata sudah lama dikenal, terutama dalam kaitannya
dengan sistem penulisan. Sebelum alphabet lahir, sistem penulisan didasarkan
atas suku kata ini, yang disebut tulisan silabari. Walaupun suku kata ini sudah
didasari oleh penutur, tetapi dalam praktiknya sering terjadi kesimpangsiuran,
terutama ketika dihadapkan pada penulisan. Hal ini karena adanya perbedaan
orientasi tentang suku ini.
Untuk memahami tentang suku kata ini, para linguis atau fonetisi
berdasarkan pada dua teori, yaitu ( 1 ) teori sonoritas, dan ( 2 ) toeri
prominans. Teori sonoritas menjelaskan bahwa suatu rangkaian bunyi bahasa
yang diucapkan. Puncak kenyaringan ini ditandai dengan denyutan dada yang
menyebabkan paru-paru mendorong udara keluar. Satuan kenyaringan bunyi
yang diikuti dengan satuan denyutan dada yang menyebabkan udara keluar
dari paru-paru inilah yang disebut satuan silaba atau suku kata.
E. Pemisahan Suku Kata
Setiap suku kata Indonesia ditandai oleh sebuah vokal, vokal itu dapat
didahului atau diikuti oleh konsonan.
1. Bahasa Indonesia mengenal empat macam pola umum suku kata:
a. V a-nak, i-tu, ba-u
b. VK ar-ti, ma-in, om- bak
c. KV ra-kit, ma-in, i- bu
d. KVK pin-tu, hi- lang, ma- kan
e. Disamping itu bahasa Indonesia memiliki pola suku kata yang berikut:
i. KKV pra- ja, sas tra, in- fra
ii. KKVK blok, trak-tor, prak- tis
iii. VKK eks, ons
iv. KVKK teks, pers, kon, teks
v. KKVKK kom-pleks
vi. KKKV struk-te-gi, in-stru-men
vii. KKKVK struk-tur, in- struk-tur
Keterangan : V = vokal K= konsonan.
f. Pemisahan suku kata pada kata dasar adalah sebagai berikut:
1. Kalau di tengah kata ada dua vokal yang berurutan, pemisahan
tersebut dilakukan di antara kedua vokal itu.
Misalnya : ma- in, sa- at, bu- ah.
2. Kalau di tengah kata ada konsonan di antara dua vokal pemisahan
tersebut dilakukan sebelum konsonan itu.
Misalnya : a- nak, ba- rang, su- iit.
Karena ng, ny, sy, dan kh melambangkan satu konsonan, gabungan
huruf itu tidak pernah diceraikan, sehingga pemisahan suku kata
terdapat sebelum atau sesudaj pasangan huruf itu.
Misalnya: sa-ngat, nyo-nya, i-sya-rat, a-khir, ang-ka, akh-lak.
3. Kalau di tengah kata ada tiga konsonan atau lebih, pemisahan
tersebut dilakukan di antara konsonan yang pertama ( termasukng)
dengan yang kedua.
Misalnya : in-stru-men, ul-tra, in-fra, bang-krut, ben-trok.
g. Imbuhan termasuk awalan yang mengalamiu perubahan bentuk, dan
partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya dalam
penyekuan kata dipisahkan sebagai satu kata satuan.
Misalnya : ma-kan-an, me-me-nuh-I, bel-a-jar, mem-ban-tu, per-gi-
lah..
Konsonan nasal bisa juga kita sebut sengau dia konsonan yang dibentuk
dengan menghambat rapat atau menutup jalan udara dan paru-paru melalui
rongga hidung bersama dengan itu langit-langit lunak beserta anak tekaknya
itu diturunkan sehingga udara keluar melalui rongga hidung.