Anda di halaman 1dari 36

TUGAS AKHIR MATA KULIAH

PEMBINAAN & PENGEMBANGAN BI


Dosen: Dr. Hj. Ratnawati Umar, M. Si.

Sri Nur Astri Astuti


190203015
II. A (2A)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS PUANGRIMAGGALATUNG

2020
Kelompok 1

Fonologi dan Bidang Pembahasan

A. Fonologi dan Bidang Pembahasan

Bahwa bahasa adalah sistem bunyi ujiar yang sudah disadari oleh para linguis, Oleh
karena itu, objek utama kajian linguistik adalah bahasa lisan, yaitu bahasa dalam
bentuk bunyi ujar. Kalau dalam praktik berbahasa dijumpai ragam bahasa tulis,
dianggap sebagai sekunder, yaitu “rekaman” dari bahasa lisan. Oleh karena itu,
bahasa tulis bukan menjadi sasaran utama kajian linguistik.

Konsekuensi logis dari anggapan bahkan keyakinan ini adalah dasar analisis cabang-
cabang linguistik apa pun (fonologi, morfologi, sintaktis, semantik, leksikologi, dan
lainnya) berkiblat pada korpus data yang bersumber dari bahasa lisan, walaupun yang
dikaji sesuai dengan konsentrasinya masing-masing. Misalnya, fonologi
berkonsentrasi pada persoalan bunyi, morfologi pada persoalan struktur internal kata,
sintaksis pada persoalan susunan kata dalam kalimat. Semantik pada persoalan
makna kata, dan leksikologi pada persoalan perbendaharaan kata.

Fonologi mempunyai dua cabang kajian yaitu (1) fonetik, dan (2) fonemik. Sebagai
bidang yang berkonsentrasi dalam deskripsi dan analisis bunyi-bunyi ujar, hasil kerja
fonologi berguna bahkan sering dimanfaatkan oleh cabang-cabang linguistik yang
lain, baik linguistik teoritis maupun terapan. Misalnya morfologi, sintaksis, semantik,
leksikologi, dialektologi, pengajaran bahasa, dan psikolonguistik. Dalam bidang
klinis, hasil kajian fonologi ( khususnya fonetik ) dapat dimanfaatkan untuk
menangani orang atau anak yang mengalami hambatan berbicara dan mendengar.

B. Kedudukan fonologi dalam cabang-cabang linguistik

Sebagai bidang yang berkonsentrasi dalam deskripsi dan analisis bunyi-bunyi

ujar, hasil kerja fonologi berguna bahkan sering dimanfaatkan oleh cabang-cabang

linguistik yang lain, baik linguistic teoritis maupun terapan. Misalnya morfologi,
sintaksis, semantic, leksikologi, dialektologi, pengajaran bahasa, dan psikolinguistik.

Apalagi, korpus data yang menjadi sasaran analisisnya adalah bahasa lisan.

 Bidang morfologi

 Bidang sintaksi

 Bidang semantic

 Bidang leksikologi

 Bidang dialektologi

Dalam bidang klinis, hasil kajian fonologi ( khususnya fonetik ) dapat dimanfaatkan

untuk menangani orang atau anak yang mengalami hambatan berbicara dan

mendengar.

C. Pandangan dan kajian beberapa tokoh ilmu fonetik

1. Bertil Malmberg

Bertil Malmberg ( 1968 ), seorang fonetis prancis, mendefenisikan fonetik sebagai

pengkajian bunyi-bunyi bahasa. Fonetik adalah pengkajian yang lebih

menitikberatkan pada ekspresi bahasa, bukan isinya. Yang dipentingkan adalah

bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan penutur, bukan makna yang ingin

disampaikan. Menurut Bertil Malberg, ilmu fonetik bias dibagi menjadi empat

cabang, yaitu :

A. Ilmu fonetik umum mengkaji terhadap penghasilan bunyi bunyi dan fungsi

mekanisme ucapan.
B. Ilmu fonetik deskriptif mengkaji terhadap kelainan atau perbedaan bunyi bagi

suatu bahasa tertentu.

C. Ilmu fonetik sejarah mengkaji terhadap perubahan bunyi suatu bahasa

berdasarkan sejarah bahasa tersebut.

D. Ilmu fonetik normative mengkaji terhadap kaidah bunyi yang benar pada suatu

bahasa.

2. J.D. O’Connor

Menurut O’Connor, fonetik ialah ilmu yang bersangkut paut dengan bunyi-bunyi

ujar yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.

Menurut O’Connor, tingkah laku berkomunikasi berawal dari otak pembaca. Pada

tahap ini, kita bisa beranggapan bahwa otak penutur mempunyai dua fungsi yang

berbeda, yaitu:

a. Fungsi kreatif

b. Fungsi saluran

3. David Abercrombie

Tokoh ilmu fonetik ketiga ini berpendapat bahwa fonetik adalah ilmu yang bersifat

teknis.

Abercrombie juga berpedapat bahwa perilaku ujaran sangat kompleks karena

selain gerakan paru-paru juga ada gerakan lidah, gigi, langit-langit lembut dank

eras yang terus menerus. Kalau kita berusaha memecah ujaran, semata-mata hanya

untuk kepentingan analisis bunyi bahasa tersebut. Ujaran inilah nantinya dijadikan

unsur- unsur dasar segmental ( peruasan bunyi ). Usaha-usaha ini sangat pelik

karena hal-hal berikut :


 Gerakan bunyi yang sangat kompleks.

 Gerakan bunyi yang sangat cepat.

 Gerakan bunyi yang sangat halus.

 Gerakan bunyi bahasa yang selalu berkelanjutan.


Pertanyaan dan Jawaban KLP. 1

Pertanyaan:

1. Mengapa fonologi memiliki kedudukan khusus di antara cabang-cabang


linguistik lainnya? ( Sri Nur Astri Astuti )
2. Mengapa ada beberapa orang yang saat berbicara artikulasinya berbeda, apa
penyebab hal tersebut? ( Nur Sulis Ramadani )
3. Apa hubungan fonologi dengan bidang klinis sehingga dapat membantu anak
yang memiliki keterhambatan berbicara dan mendengar? ( Sulviani Azizah )

Jawaban :

1. Sebagai bidang yang berkonsentrasi dalam deskripsi dan analisis bunyi-bunyi


ujar, hasil kerja fonologi sering dimanfaatkan oleh cabang linguistik lain, baik
dari linguistik teoritis maupun terapan. Oleh karena itu fonologi mendapatkan
kedudukan khusus di antara cabang-cabang linguistik lainnya.
2. Sebagian besar gangguan berbicara terjadi pada manusia, hal ini bisa
disebabkan oleh adanya masalah perkembangan bicara. Misalnya dipengaruhi
oleh fisik ( memiliki bentuk ukuran lidah yang beda sehingga menghasilkan
bunyi suara yang tidak begitu jelas),kelainan genetik ( misalnya sindrom
down), dan langit-langit mulut sumbing atau anomali fisik lainnya.
3. Hasil kajian fonologi (khususnya fonetik) mendasarkan komponennya ke
dalam hal-hal yang membentuk bahasa pada manusia. Fonologi memfokuskan
pembahasannya pada bunyi ucapan. Fonologi memberikan cara-cara
pengucapan setiap bunyi lebih tepat dan jelas. Maka hasil kajian fonologi
dapat dimanfaatkan untuk menangani orang atau anak yang mengalami
hambatan berbicara dan mendengar.
Kelompok 2

Penggunaan Ejaan

Ejaan ialah seperangkat aturan dalam penulisan bunyi bahasa untuk mencapai
keseragaman. Dengan menggunakan huruf, kata, dan tanda baca sebagai sarananya.
Ejaan yang pertama kali bahasa Indonesia ialah ejaan van Ophuijsen ini seorang guru
besar belanda yang juga pemerhati bahasa, yang diberlakukan pada tahun 1901 oleh
pemerintah Belanda yang berkuasa di Indonesia pada masa itu. Ejaan van Ophuijsen
ini telah dipakai selama 46 tahun lebih lama dari ejaan republic dan baru diganti
setalah dua tahun Indonesia merdeka. Ejaan yang sekarang dinamakan ejaan yang
disempurnakan (EYD), EYD mulai diberlakukan pada tanggal 16 agustus 1972.
Ejaan Bahasa Indonesia menggunakan 26 huruf di dalam abjadnya dari A
sampai Z. Beberapa di antaranya merupakan usaha memajukan ejaan bahasa
Indonesia sehingga dapat mengikuti perkembangan kosa katanya. Huruf-huruf
tersebut terdiri dari huruf vokal, huruf konsonan, huruf diftong, dan gabungan huruf
konsonan.
Tentang penulisan huruf ini ada dua hal yang diatur, yaitu tentang penulisan
huruf besar atau kapital dan tentang penulisan huruf miring.
Ada sembilan hal yang diatur dalam EyD sehubungan dengan penulisan kata,
yaitu (1) penulisan kata dasar, (2) penulisan kata berimbuhan, (3) penulisan kata
ulang, (4) penulisan gabungan kata, (5) penulisan kata ganti, (6) penulisan kata
depan, (7) penulisan kata sandang), (8) penulisan partikel, dan (9) penulisan angka
dan lambang bilangan.
Berdasarkan taraf integrasinya, unsur serapan dalam bahasa Indonesia dapat
dibagi atas dua golongan, yaitu adopsi dan adaptasi. Unsur serapan tergolong adopsi
apabila unsur asing itu diserap sepenuhnya, baik tulisan maupun ucapannya.
Sebaliknya, unsur serapan tergolong adaptasi apabila unsur asing itu sudah
disesuaikan ke dalam kaidah bahasa Indonesia, baik pengucapan maupun
penulisannya khusus mengenai penyesuaian ejaan (tulisan) hanya seperlunya
sehingga unsur asing yang disesuaikan itu masih dapat ditelusuri atau dibandingkan
unsur aslinya.
Tanda baca atau pungtuasi di dalamEYD membicarakan beberapa hal, yaitu
tentang pemakaian (1) tanda titik, (2) tanda koma, (3) tanda titik koma, (4) tanda titik
dua, (5) tanda hubung, (6) tanda elipsis, (7)tanda tanya, (8) anda seru, (9) tanda
kurung, (10) tanda kurung siku, (11) tanda pisah, (12) tanda petik ganda, (13) tanda
petik tunggal, (14) tanda garis miring, dan (15) tanda apostrof.
Ejaan yang disempurnakan adalah ejaan yang telah sesuai dengan
perkembangan bahasa sekarang ini. Sehingga dalam pembuatan karya tulis khususnya
yang ilmiah itu harus menggunakan EYD dengan tetap memperhatikan penggunaan
huruf hingga pembentukan kata dan kalimat dengan tanda-tanda baca yang tepat dan
sesuai.

Pertanyaan dan Jawaban KLP 1


Pertanyaan:
1. Kapan penempatan kata depan “di” dan “ke” disambung ataupun dipisah?
(Ansar)
2. Penempatan sambungan kata depan “pun”, kapan disambung dan kapan
dipisah? (pertanyaan tambahan dari Ibu Hj, Ratnawati Umar)
3. Dalam penggunaan tanda titik dua apakah spasi berada sebelum tanda titik
dua atau sesudah? Atau apakah berlaku untuk kedua-keduanya? Serta pada
kata (‘kan) apakah harus ada tanda petik tunggal untuk kata tertentu seperti
ini? karena kerap pula ditemukan kata AKAN menjadi KAN tapi tanpa tanda
petik tunggal? (Sri Nur Astri Astuti)
4. Bagaimana penggunaan tanda elipsis? (Muhammad Kadir)
5. Mengapa pemakaian tanda titik tidak digunakan untuk memisahkan petikan
langsung dari bagian lain jika kalimat tersebut diakhiri dengan tanda tanya
atau tanda seru? (Dinaramdani)
6. Mengapa pemakaian tanda titik dua tidak digunakan jika rangkaian atau
pemerian tersebut merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan? (Dian
Dzulhijja Hijriah)
Jawaban:
1. Penulisan di digabung jika:
a. Kata di- menunjukkanfungsisebagaiimbuhan.
b. Kata di- diikutidenganpembentuk kata kerjapasif. Artinya,
penulisan di jenis ini dinilai tepat jika kata kerja pasif bias diubah
menjadi kata kerja aktif (dengan imbuhan me-).
Contoh: ditinggalkan (bisadiubahjadi meninggalkan),
ditulis (bisadiubahjadi menulis), diingat (bisadiubahjadi mengingat).
Penulisan di dipisah jika:
a. Kata di menunjukkan fungsi sebagai kata depan. Namanya juga kata
depan, berarti ia harus dipisah dari kata belakang, dong?
b. Kata di diikuti dengan kata lain selain kata-kata pembentuk kata kerja
pasif. Kata di jenis ini bias diikuti dengan nama tempat, waktu, nama
orang, penunjuk lokasi, dan lain sebagainya, serta tidak bias diubah
menjadi kata kerja aktif.
Contoh: 
di sini  (tidak bias diubah jadi menyini),
di siang hari (tidak bias diubah jadi menyiang hari),
di dirimu (tidak bisa diubah jadi mendirimu).
Contoh kata paling sederhana untuk kedua jenis di adalah sebagai berikut:
a. dibalik: menunjukkan kata di sebagai imbuhan, bias diubah
menjadi membalik, merupakan bentuk kata kerja pasif
b. di balik: menunjukkan kata di sebagai kata depan, tidak bias diubah
menjadi aktif karena menunjukkan tempat (di balik pintu, di bali
kmeja)
Singkatnya, kata di  sebagai imbuhan yang ditulis terangkai adalah DI
+ KATA KERJA.Selain aturan itu, tulislah terpisah,
2. Partikel pun menurut KBBI V daring ada lima makna, yakni sebagai berikut.
 p juga atau demikian juga: jika Anda pergi, saya — hendak pergi
 P meski; biar; kendati: mahal — dibelinya juga
 p saja …: berdiri –tidak dapat, apalagi berjalan; apa — dimakannya
(jua)
 p (… pun … lah) untuk menyatakan aspek bahwa perbuatan mulai
terjadi: hari — malamlah
 p untuk menguatkan dan menyatakan pokok kalimat: maka baginda —
bertanya pula
Partikel pun yang ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya contohnya
sebagai berikut.
 Apa pun yang terjadi, kita harus siap menghadapinya.
 Tengah malam pun para dokter jaga harus siap melayani pasien.
 Aku belum pernah ke rumahnya sekali pun.
 Ibu akan ikut ke mana pun Ayah pergi.
 Siapa pun tidak ada yang mengerti tentangnya.
Akan tetapi, jika partikel pun merupakan unsur kata penghubung, harus ditulis
serangkai atau disambung.
Contoh:
 Meskipun terasa berat, aku harus meninggalkannya.
 Dia sudah sehat kembali walaupun jalannya masih pelan.
 Adapun buku rujukan yang digunakan adalah buku kesehatan.
 Bagaimanapun, dia adalah temanku.
 Mereka tidak terlihat bahagia sekalipun bergelimang harta.
Jika kita lihat contoh-contoh di atas, ada penggunaan partikel yang
bisa disambung dan bisa dipisah, yakni kata sekalipun dan sekali pun.
Mengapa demikian? Sebab, makna kedua kata tersebut berbeda.
Partikel pun yang dipisah dengan kata sekali memiliki makna ‘saja’ sehingga
penulisannya dipisah. Adapun partikel pun yang disambung dengan
kata sekali berfungsi sebagai kata penghubung.
Sebagai pengingat, contoh berikut merupakan partikel pun yang
penulisannya disambung atau dirangkai dengan kata sebelumnya.
 Adapun
 Andaipun
 Ataupun
 Bagaimanapun
 Biarpun
 Kalaupun
 Kendatipun
 Maupun
 Meskipun
 Sekalipun
 Sungguhpun
 Walaupun
3. Untuk penggunaan spasi pada tanda titik dua itu hanya terdapat pada
sesudahnya. Misal, “Nama-nama dosen UNIPRIMA sebagai berikut:
Hj.Ratnawati Umar, Dr.H.Muhammad Arafah”
Serta untuk penggunaan tanda apostrof menurut EYD (Ejaan Yang
Disempurnakan), diantaranya:
a. Sebagai Penghilangan bagian kata
Contoh :
 Senja ‘lah datang. (‘lah = telah)
 Ibu ‘kan kukabari. (‘kan = akan)
 Ayah ‘lum juga kembali. (‘lum=belum)
b. Sebagai Penghilangan bagian Tahun
Contoh :
 11 Juli ’66 (’66 = 1966)
 September ’08 (’08 = 2008)
 Pembukaan UUD ’45 (’45 = 1945)
4. Penggunaan Tanda Elipsis
a. Digunakan dalam kalimat atau dialog yang terputus-putus
Contoh :
 Kalau begitu … ya, ayo kita pulang
 Ayo … kita serang mereka!” teriak komandan pasukan.
 “Tetapi … ya sudahlah, tidak apa-apa,” katanya lirih.
 “Hmm … selanjutnya apa yang harus kita lakukan?” mata mereka
bertatapan.
 Jadi … kita akan kembali ke toko buku itu lagi.
b. Digunakan dalam suatu kalimat/naskah dimana ada bagian yang
dihilangkan
Contoh :
 … hari yang mencekam. Para pencuri itu tengah menyoroti rumah
salah satu warga.
 Aku dan temanku akan pergi … Taman Bungkul Surabaya besok.
 Pengalaman kita … masih belum ada apa-apanya
 … selanjutnya akan di bawa ke pengadilan.
 Ibu baru pulang … pasar.\
c. Digunakan dalam kalimat langsung (dialog) dan kalimat tidak
langsung (karya sastra seperti puisi atau prosa).
Contoh pada kalimat langsung :
 Dalam murungnya dia berkata, “Aku … mau es krim, Bunda!”
 “Baiklah … Kita ke rumah Pak Togu sekarang.”
 “Mari … Ikut kami, Zul.” Sigapnya.
 “Ayo… lewat jalan belakang. Pencurinya lewat samping.”
 Sambil menghentikan dengan tongkatnya, “Jangan… dia lagi
sakit.”
Contoh pada kalimat tidak langsung :
 Hening … dalam ruangan itu semua orang tertunduk.
 Suara … memekakkan telinga para audiens.
 Mungkin dia … pulang setelah hujan reda.
 Hanyalah kicauan burung di pagi … yang berbunyi.
 … kau lah yang selalu disebutnya.
5. Karena memang sudah menjadi hakikat dari aturan penggunaan ejaan
bahwasanya tanda tanya (?) atau tanda seru (!) berarti suatu kalimat tersebut
telah berakhir dan tidak lagi memerlukan sebuah tanda titik sebagai bagian
pemisahnya.
6. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti
pemerincian atau penjelasan.
Contohnya:
Mereka memerlukan peraot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
Beda ketika perincian atau penjelasan tersebut merupakan pelengkap yang
mengakhiri pernyataan.
Contohnya:
Kita memerlukan kursi, meja dan lemari.
Kelompok 3

Fonetik dan Fonemik

Fonetik adalah bidang linguistik yang mempelajari bunyi bahasa tanpa


memperhatikan apakah bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna
atau tidak. Kemudian, menurut urutan proses terjadinya bunyi bahasa itu, dibedakan
menjadi adanya tiga jenis fonetik, yaitu fonetik artikulatoris, fonetik akustik, dan
fonetik auditoris.

Fonetik artikulatoris disebut juga fonetik organis atau fonetik fisiologis


mempelajari bagaimana mekanisme alat-alat bicara manusia bekerja dalam
menghasilkan bunyi bahasa, serta bagaimana bunyi-bunyi diklasifikasikan.Fonetik
akustik mempelajari bunyi bahasa sebagai peristiwa fisis atau fenomena alam.Bunyi-
bunyi itu diselidiki frekuensi getarannya, amplitudonya, intensitasnya, dan
timbrenya.Sedangkan fonetik auditoris mempelajari bagaimana mekanisme
penerimaan bunyi bahasa itu oleh telinga kita

Proses Fonasi
Terjadinya bunyi bahasa pada umumnya dimulai dengan proses pemopaan
udara keluar dari paru-paru melalui pangkal tenggorok ke pangkal tenggorok yang
didalamnya terdapat pita suara. Berkenaan dengan hamabatan pada pita suara ini
perlu dijelaskan ada 4 macam posisi pita suara yaitu :

1. pita suara terbuka lebar


2. pita suara terbuka agak lebar
3. pita suara terbuka sedikit
4. pita suara tertuup rapat-rapat
Jika pita suara terbuka lebar maka tidak akan terjadi bunyi bahasa. Jika pita
suara terbuka agak lebar maka akan terjadi bunyi ahasayang disebut bunyi tak
bersuara (voiceless). Kalau pita  suaraterbuka sedikit maka akan terjadilah bunyi
bahasa yang disebut bunyi bersara(voice). Jika pita suara tertutup rapat maka akan
terjadilah bunyi hamzah atau glotal stop.

Jika pita suara terbuka lebar berarti tidak ada hambatan apa-apa, maka berarti
juga tidak ada bunyi yang dhasilkan. Posisi terbuka agak lebar akan menghasilkan
bunyi-bunyi tak bersuara apabila arus udara diteruskan ke rongga mulut atau rongga
hidung. Posisi terbuka sedikit akan menghasilkan bunyi bersuara apabila arus udara
diteruskan ke rongga mulut atau rongga hidung. Sedangkan posisi pita suara menutup
sama sekali langsung menghasilkan bunyi hamzah atau bunyi glottal.
Tempat bunyi bahasa terjadi atau dihasilkan disebut tempat artikulasi. Proses
terjadinya disebut proses artikulasi. Dan alat-alat yangdigunakan
disebut artikulator. Dalam proses artikulasi ini biasanya terlibat dua macam
articulator yaitu articulator aktif dan pasif.
Dalam tulisan fonetik setiap bunyi baik yang segmental maupun yang suprasegmental
dilambangkan secara akurat.Artinya, setiap bunyi mempunyai lambang-lambangnya
sendiri, meskipun perbedaanya hanya sedikit, tetapi dalam tulisan fonemik haya
perbedaan bunyi yang distingtif saja yakni yang membedakan makna, yang dibedakan
lambangnya.

Unsur Suprasegmental
Dalam arus ujaran ada bunyi yang dapat disegmentasikan sehigga disebut bunyi
segmental, tetapi yang berkenaan dengan keras lembut, panjang  pendek, dan jeda
bunyi tidak dapat disegmentasikan. Dalam studi bunyi mengenai bunyi atau unsure
suprasegmental itu biasanya dibedakan pula atas sebagai berikut

 Tekanan atau stress


Tekanan menyangkut masalah keras lunaknya bunyi. Tekanan ini mungkin terjadi
secara soradis, mungkin juga telah berpola,mungkin bersifat distingtif, dapat
membedakan makna, mungkin tidak distingtif.

 Nada atau Pitch

Nada berkenaan dengan tinggi rendahnya suatu bunyi.Nada dalam bahasa-bahasa


tertentu bisa bersifat fonemis maupun morfemis. Dalam bahasa tonal biasanya
dikenal dengan adanya lima macam nada.

 Jeda atau persendian


Jeda atau persendian berkenaan dengan hentian bunyi dalam arus
ujar persambungan antara segmen yang satudengan yang lain.
 silabel
 Silabel adalah satuan ritms terkecil dalam suatu arus ujaran atau runtutan
bunyi ujaran
 Onset adalah bunyi pertama pada sebua silabel, seperti bunyi [s] pada
kata sampah.
 Koda adalah bunyi akhir paa sebuah silabel seperti bunyi [n] pada kata
paman.

 Fonemik
Objek penelitian fonetik adalah fon, yaitu bunyi bahasa yang mengandung bunyi
tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna kata atau tidak.
Objek penelitian fonemik adalah fonem yakni buyi bahasa yang dapat atau
berfungsi membedakan makna kata.

 Identitas Fonem
Bunyi bisa disebut fonem apabila satuan bahasanya memiliki beda makna. Fonem
dari sebuah bahasa ada yang mempunyai beban fungsional tinggi dan
rendah.Dikatakaan bebab fungsional tinggi apabila banya ditemui pasangan mnimal
yang mengandung fonem tersebut.

 alofon
Bunyi-bunyi yang merupakan realisasi dari sebuah fonem disebut alofon.Alofon-
alofon dari seuah fonem memiliki kemirian fonetis.Artinya banyak mempunyai
kesamaan dalam pengucapannya. Tentang distribusinya mungkin
bersifat komplementer  mungkin juga bersifat bebas.

 Klasifikasi fonem
Kriteria dan prosedur klasifikasi fonem sama dengan klasifikasi bunyi dan unsur
suprasegmental. Fonem-fonem yang berupa bunyi yang didapat sebagai hasil
segmentasi terhadaap arus ujaran disebut fonem segmental. Fonem yang berupa
unsure suprasegmental dsebut fonem suprasegmental atau fonem nonsegmental.

 Khazanah Fonem

Khazanah fonem adalah banyaknya fonem yang terdapat dalam satu


bahasa. Berapa jumlah fonem yang dimiliki suatu bahasa tidak sama jumlahnya
dengan yang dimiliki bahasa lain.
 Asimilasi dan Disimilasi
Asimilasi adalah peristiwa berubahnya sebuah bunyi menjadi bunyi yang lain
sebagaiakibat dari bunyi yang ada di lingkungannya sehingga bunyi itu menjadi
sama. Contoh, sabtu dalam bahasa Indonesia lazim diucapkan [saptu]
PERTANYAAN DAN JAWABAN
1. Jelaskan kontraksi yang dimaksud dalam fonologi! (Dewi Rezky Ramadani)
 Kontraksi adalah penyingkatan atau pemendekan pelafalan suatu kata ...
perubahan bunyi dari dua bunyi yang berbeda dalam suatu kata, suku kata,
atau gabungan kata dengan cara penghilangan huruf yang melambangkan
fon di dalam kata tersebut.
2. Berikan contoh metatesis dan epentesis! (Rosnaini)
 Contoh  metatesis : Pada  kata batu, fonem /b/, /a/, /t/, dan /u/ dapat berubah
menjadi bentuk kata lain, seperti : buta, tuba, dan tabu.
 Contoh epentesis : Kata kampak, kita lihat bunyi [m] disisipkan ditengah
kata kapak. Contoh lainnya pada jumblah, bunyi [b] disisipkan di tengah
kata jumlah.
3. Organ tutur yang tidak dapat berfungsi? (Nurfina)
 Artikulator pasif adalah organ-organ yang tak bergerak sewaktu
terjadi artikulasi suara seperti bibir atas, gigi atas dan alveolum.
4. Proses fonasi ada 4, dapatkah anda menjelaskan keeempat proses tersebut? (Nur
Sulis Ramadani)
 Pita suara terbuka lebar, pada posisi ini tidak akan terjadi bunyi bahasa.
 Pita suara terbuka agak lebar, pada posisi ini terjadi bunyi bahasa yang
disebut bunyi tak bersuara.
 Pita suara terbuka sedikit, bunyi bahasa yang disebut bunyi bersuara akan
terjadi pada posisi ini.
 Pita suara tertutup rapat-rapat, maka yang terjadi bunyi hamzah D
5. Jelaskan yang dimaksud titik artikulasi (Sri Nur Astri Astuti)
 Artikulasi adalah perubahan rongga dan ruang dalam saluran suara untuk
menghasilkan bunyi bahasa. Daerah artikulasi terbentang dari bibir luar
sampai pita suara, di mana fonem-fonem terbentuk berdasarkan getaran pita
suara disertai perubahan posisi lidah dan semacamnya.
 Titik artikulasi adalah sebuah titik yang terjadi karena pertemuan antara dua
artikulator yang saling mengadakan permainan sehingga menghasilkan
bunyi.
6. Jelaskan yang dimaksud umlaut, ablaut, dan harmoni vokal! (Muhammad Kadir)
 Umlaut berasal dari bahasa Jerman. Kata ini memiliki pengertian
perubahan ikal sedemikian rupa sehingga vokal itu diubah menjadi vokal
yang lebih tinggi sebagai akibat dari vokal yang berikutnya yang tinggi.
 Ablaut adalah perubahan vokal yang kita temukan dalam bahasa-bahasa
Indo Jerman untuk menandai pelbagai fungsi gramatikal.
 Perubahan bunyi biasa disebut dengan harmoni vokal, banyak ditemui
dalam bahasa Turki.
Kelompok 4
Fonologi
Ringkasan :
Fonologi adalah cabang ilmu bahasa (linguistik) yang mengkaji bunyi-
bunyi bahasa, proses terbentuknya dan perubahannya. Fonologi mengkaji
bunyi bahasa secara umum dan fungsional. Yang dimana mempunyai 2
macam fonologi yaitu fonetik dan fonenim.
Fonetik mempunyai 3 jenis yaitu fonetik artikulatoris, fonetik akustik,
dan auditori. Terjadinya bunyi dan alat ucap mempunyai perbedaan. Adapun
sumber kakuatan utama untuk membentuk bunyi bahasa yaitu udara yang
keluar dari paru-paru. Udara tersebut dihisap kedalam paru-paru, kemudian
dikeluarkan ketika bernafas.
Ketika udara keluar dari paru-paru melalui tenggorokan, ada yang
mendapat hambatan ada yang tidak mendapat hambatan. Bunyi Bahasa pun
mempengaruhi satu sama lain pada waktu orang mengucapkan sesuatu bunyi,
alat-alat bicara sudah mulai bersikap (menyesuaikan diri) untuk menimbulkan
bunyi berikutnya. Demikian itu berlangsung amat cepatnya.

Pertanyaan & Jawaban :


1. Sulviani Azizah Kelompok 3
Jelaskan yang dimaksud progresif, regresif dan resiprokal pada asimilasi, serta
berikan contohnya !
Jawaban :
a. Asimilasi progresif

Suatu asimilasi dikatakan asimilasi progresif apabila bunyi yang


diasimilasikan terletak sesudah bunyi yang mengasimilasikan. Atau
dengan kata lain, bunyi yang diubah itu terletak dibelakang bunyi yang
mempengaruhinya.
Misalnya, dalam bahasa Jerman bentuk mit der frau diucapkan
/mit ter iraᵘ/. Bunyi /d/ dalam kata der berubah menjadi bunyi /t/ sebagai
akibat dari pengaruh bunyi /t/ pada kata mit yang ada di depannya.

Contoh lainnya: colnis (latin kuno) → collis (latin)

peN- + sabar → penyabar

meN- + pugar → memugar

b. Asimilasi regresif

Suatu asimilasi dikategorikan asimilasi regresif apabila bunyi


yang diasimilasikan mendahului bunyi yang mengasimilasikan. Dengan
kata lain, bunyi yang diubah itu terletak dimuka bunyi yang
mempengaruhinya.

Misalnya, berubahnya bunyi /p/ menjadi bunyi /b/ pada pada kata
Belanda op de weg yang dilafalkan /obdeweg/, dimana bunyi /p/
dilafalkan menjadi bunyi /b/ sebagai akibat pengaruh bunyi /d/ pada kata
de.

Contohnya lainnya : in- + possible → impossible

en- + power → empower

peN- + bela → pembela

c. Asimilasi Resiprokal

Suatu asimilasi dikatakan asimilasi resiprokal apabila perubahan


itu terjadi pada kedua kedua bunyi yang saling mempengaruhinya,
sehingga menjadi fonem atau bunyi yang lain.

Misalnya, dalam bahasa Batak Toba, kata bereng ‘lihat’ dan hamu
‘kamu’ dalam konstruksi gabungan bereng hamu ‘lihatlah oleh kamu’
baik bunyi /ng/ pada kata bereng maupun bunyi /h/ pada kata hamu
keduanya berubah menjadi bunyi /k/, sehingga konstruksi bereng hamu
itu diucapkan /berek kamu/.

2. Dinaramdani Kelompok 1
Berikan contoh dari fonetis, yang tidak menyebabkan perubahan identitas
suatu fonem !
Jawaban :
Contoh perubahan fonetis yang tidak menyebabkan perubahan fonemis dapat
dilihat dari Kata SABTU. dimana huruf B yang terdapat ditengah kalimat
terdengar seperti P sehingga membuat pengucapannya menjadi SA[P]TU
tanpa mengubah makna dari kata tersebut.

3. Nur Sulis Ramadani Kelompok 2


Seputaran point bunyi bahasa nah perubahan bunyi pada saat seseorang
sedang berbicara terjadi karena beberapa faktor. Apakah setiap manusia
mengalami hal seperti itu? Berikan alasan dan contohnya!
Jawaban :
iya, karena rongga suara dalam mulut manusia dapat mengalami perubahan
dan perbedaan warna suara dan huruf hidup, contohnya lelaki yang
mengalami pertumbuhan akan terjadi fase dimana suaranya yang terdengar
anak-anak berubah menjadi berat

4. Sri Nur Astri Astuti Kelompok 5


Dalam Bunyiantara, apakah hanya huruf w dan y saja yang kerap
tersamarkan?
Jawaban :
Seperti yang kita alami dikehidupan sehari-hari, menurut saya hanya huruf W
dan Y yang kerap tersamarkan sebab penggunaannnya melebur dalam kata-
kata yang kita gunakan. seperti contoh dalam makalah. DUA = didalam kata
ini tidak ada penggunaan huruf w tetapi kita tetap menyebutnya DU-WA dan
bukan DU-A karena adanya pengaruh bunyi bahasa Bunyiantara ini
5. Nurfina Kelompok 7
Bunyi seperti apa yg keluad dari hidung?
Jawaban :
Bunyi nasal atau sengau dibedakan dari bunyi oral berdasarkan jalan
keluarnya arus udara. Bunyi nasal dihasilkan dengan menutup arus udara
keluar melalui rongga mulut, membuka jalan agar dapt keluar melalui hidung.
seperti bunyi hembusan nafas
Kelompok 5
Klasifikasi Vokal dan Klasifikasi Konsonan
Ringkasan :
a. Klasifikasi Konsonan
- Menurut dasar ucapannya ( daerah artikulasinya), ialah pertemuan
artikulator dengan titik artikulasi dalam membentuk bunyi suatu bahasa.
- Menurut ucapan, ialah cara mengalirkan udara dari paru-paru melalui
rongga mulut dan rongga hidung dalam membentuk suatu bunyi bahasa.
- Berdasarkan suara , untuk jelasnya perhatikan penggolongan konsonan di
bawah ini:
1. Berdasarkan dasar ucapan ( daerah artikulasi ) konsonan di golongkan
sebagai berikut:
a. Konsonan bibir ( bilabial) : b, p, m.
b. Konsonan bibir gigi ( labio dental ) : w,f,v.
c. Konsonan apico dental : d.t,n.
d. Konsonan iamino alveolar ( daun lidah lengkung kaki gigi ) : s,z.
e. Apico palatal/apico alveolar : r,I
f. Konsonan front palatal ( depan lidah langit-langit keras ) : c,j,y,ny
g. Konsonan dorso velar (belakang lidah langit-langit lembut):g,k,ng,kh
h. Konsonan laryngeal ( glottal ) : h.

2. Berdasarkan cara ucapan:


a. Konsonan letupan ( explosive ) : p,b,d,t,k,g,c,j.
b. Konsonan geseran ( frikatif/spiran ): s,f,z,sy,kh.
c. Konsonan sengau ( nasal ) : m,n,ny,ng.
d. Konsonan samping ( lateral ) : I
Konsonan getar ( trill) : r.

e. Konsonan lencuran : w,y.


3. Berdasarkan suara
a. Konsonan bersuara (terdiri dari daerah desah dan suara)
: kh,b,d,j,c,g,n,ng,m,z,I,r,w,y.
b. Konsonan tak bersuara ( hanya terjadi dari daerah saja ) :
p,t,k,s,y,sy,f,h.\
B. Kasifikasi Vokal

1. Berdasarkan gerak lidah ke belakang dan kedepan, dibeda-bedakan menjadi:


a. Vokal depan : i, e
b. Vokal belakang : u, o, a
c. Vokal pusat : e.
2. Berdasarkan gerak lidah ke atas dan ke bawah, dibedakan menjadi:
a. Vokal tinggi ( atas ) : I,u
b. Vokal sedang : e, o
c. Vokal rendah : a.
3. Berdasarkan bentuk bibir, dibedakan menjadi :
a. Vokal bulat : o, u
b. Vokal tak bulat : I, e, a.
C. Ucapan Diftong

a. Diftong ai diucapkan dari ucapan bunyi sandi antara a dan I dan berakhir pada
I tak sempurna.
Contoh :
Sam- pai (sam-pei)
Ra- mai ( ra-mei)
Ga- dai (ga-dei)
b. Diftong / au/ diucapkan dari ucapan bunyi sandi antara/a/dan/u/ dan
berakhir /u/tak sempurna.
Contoh :
Ker-bau ( ker-bou)
Da-nau ( da-nou)
Ha-ri-mau ( ha-ri-mou)
c. Diftong au diucapkan mulai dari ucapan o tak sempurna dan berakhir I tak
sempurna
Contoh :
Oi dan amboi
Materi pelengkap;
D. Silaba ( Suku Kata )
Silaba atau suku kata sudah lama dikenal, terutama dalam kaitannya
dengan sistem penulisan. Sebelum alphabet lahir, sistem penulisan didasarkan
atas suku kata ini, yang disebut tulisan silabari. Walaupun suku kata ini sudah
didasari oleh penutur, tetapi dalam praktiknya sering terjadi kesimpangsiuran,
terutama ketika dihadapkan pada penulisan. Hal ini karena adanya perbedaan
orientasi tentang suku ini.
Untuk memahami tentang suku kata ini, para linguis atau fonetisi
berdasarkan pada dua teori, yaitu ( 1 ) teori sonoritas, dan ( 2 ) toeri
prominans. Teori sonoritas menjelaskan bahwa suatu rangkaian bunyi bahasa
yang diucapkan. Puncak kenyaringan ini ditandai dengan denyutan dada yang
menyebabkan paru-paru mendorong udara keluar. Satuan kenyaringan bunyi
yang diikuti dengan satuan denyutan dada yang menyebabkan udara keluar
dari paru-paru inilah yang disebut satuan silaba atau suku kata.
E. Pemisahan Suku Kata
Setiap suku kata Indonesia ditandai oleh sebuah vokal, vokal itu dapat
didahului atau diikuti oleh konsonan.
1. Bahasa Indonesia mengenal empat macam pola umum suku kata:
a. V a-nak, i-tu, ba-u
b. VK ar-ti, ma-in, om- bak
c. KV ra-kit, ma-in, i- bu
d. KVK pin-tu, hi- lang, ma- kan
e. Disamping itu bahasa Indonesia memiliki pola suku kata yang berikut:
i. KKV pra- ja, sas tra, in- fra
ii. KKVK blok, trak-tor, prak- tis
iii. VKK eks, ons
iv. KVKK teks, pers, kon, teks
v. KKVKK kom-pleks
vi. KKKV struk-te-gi, in-stru-men
vii. KKKVK struk-tur, in- struk-tur
Keterangan : V = vokal K= konsonan.
f. Pemisahan suku kata pada kata dasar adalah sebagai berikut:
1. Kalau di tengah kata ada dua vokal yang berurutan, pemisahan
tersebut dilakukan di antara kedua vokal itu.
Misalnya : ma- in, sa- at, bu- ah.
2. Kalau di tengah kata ada konsonan di antara dua vokal pemisahan
tersebut dilakukan sebelum konsonan itu.
Misalnya : a- nak, ba- rang, su- iit.
Karena ng, ny, sy, dan kh melambangkan satu konsonan, gabungan
huruf itu tidak pernah diceraikan, sehingga pemisahan suku kata
terdapat sebelum atau sesudaj pasangan huruf itu.
Misalnya: sa-ngat, nyo-nya, i-sya-rat, a-khir, ang-ka, akh-lak.
3. Kalau di tengah kata ada tiga konsonan atau lebih, pemisahan
tersebut dilakukan di antara konsonan yang pertama ( termasukng)
dengan yang kedua.
Misalnya : in-stru-men, ul-tra, in-fra, bang-krut, ben-trok.
g. Imbuhan termasuk awalan yang mengalamiu perubahan bentuk, dan
partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya dalam
penyekuan kata dipisahkan sebagai satu kata satuan.
Misalnya : ma-kan-an, me-me-nuh-I, bel-a-jar, mem-ban-tu, per-gi-
lah..

Pertanyaan & Jawaban

1. Dian Zulhijjah Hijriah Kelompok 3


Pada materi anda ada menjelaskan gerakan-gerakan atau posisi alat-alat tutur
dalam menghasilkan Konsonan-konsonan bahasa Indonesia yang dapat di
bedakan atas 3 unsur, bisakah anda memberikan contoh atas unsur-unsur
tersebut?
Jawaban :
Yaitu konsonan-konsonan bahasa Indonesia keadaan pita suara ( merapat atau
merenggang-bersuara atau tak bersuara penyentuhan atau pendekatan berbagai
alat ucap/artikulator ( bibir, gigi, gusi, lidah, langit-langit) cara alat ucap
tersebut bersentuhan/berdekatan.
2. Nurfina Kelompok 7
Bagaimana proses terjadinya konsonan bersuara, tidak bersuara, dan nasal?
Jawaban :
Untuk konsonan bersuara jika pita suara turut bergetar maka itu yang
dinamakan konsonan bersuara contohnya p, t, n, g, w, b itu konsonan besuara
karna pita suara ikut bergetar pada saat disebutkan
Untuk konsonan yang tidak bersuara jika pita suara tidak bergetar contohnya
p, c, k berkesan lebih ringan jika disebutkan dari pada konsonan bersuara

Konsonan nasal bisa juga kita sebut sengau dia konsonan yang dibentuk
dengan menghambat rapat atau menutup jalan udara dan paru-paru melalui
rongga hidung bersama dengan itu langit-langit lunak beserta anak tekaknya
itu diturunkan sehingga udara keluar melalui rongga hidung.

3. Kasih Erfani Jaya Kelompok 2


Seperti apa, dan bagaimana konsonan lencuran yang terdiri dari huruf w dan
y, mohon diperjelas lagi !
Jawaban :
Dalam bahasa Indonesia itu ada gabungan vokal diikuti oleh bunyi konsonan
w atau y yang disebut dengan diftong maksudnya terkadang ada beberapa kata
yang jika disebutkan akan ada w atau y didalamnya misalnya kita menyebut
kata sampai itu kata ada y kerbau itu kata ada w huruf konsonan ini ada kata
tertentu.
4. Rosnaini Kelompok 1
Dalam materi tadi dijelaskan bahwa Walaupun suku kata ini sudah didasari
oleh penutur, tetapi dalam praktiknya sering terjadi kesimpangsiuran, terutama
ketika dihadapkan pada penulisan. Hal ini karena adanya perbedaan orientasi
tentang suku ini. Pertanyan sya yaitu, apa yg menyebabkan adanya perbedaan
orientasi tersebut?
Jawaban :
Manusia adalah makhluk sosial sehingga, manusia perlu berinteraksi dengan
manusia membutuhkan eksistensinya diakui, maka interaksi itu terasa semakin
penting. Kegiatan berinteraksi ini membutuhkan alat, sarana atau media, yaitu
bahasa. Sejak saat itulah bahasa menjadi alat, sarana atau media. Tiada
kemanusiaan tanpa bahasa, tiada peradaban tanpa bahasa tulis. Ungkapan-
ungkapan itu menunjukkan betapa pentingnya peranan bahasa bagi
perkembangan manusia dan kemanusiaan. Dengan bantuan bahasa, anak
tumbuh dari organisme biologis menjadi pribadi di dalam kelompok. Pribadi
itu berpikir, merasa bersikap, berbuat, serta memandang dunia dan kehidupan
seperti masyarakat di sekitarnya.
5. Eka Sukma Kelompok 6
Mengapa unsur diftong dan gabungan konsonan tidak boleh dipisahkan dalam
pemenggalan kata?
Jawaban :
Tidak boleh dipisahkan karna dapat mempengaruhi makna sebuah kata itu
sendiri dan pengucapannya jelas sekali berbeda ketika konsonan ini
dipisahkan contohnya harimau ketika pemenggalannya itu dipisahkan ha ri
mau karna ketika dipisahkan diftong tadi ini jadi hilang.
6. Sulviani Azizah Kelompok 3
Pertanyaan saya yaitu : Dapatkah kalian menjelaskan dan berikan contohnya
secara singkat dan jelas apa yang dimaksud pola suku kata Bahasa Indonesia?
Jawaban :
Suku kata adalah suatu ucapan tekecil yang bisa membentuk satu pengucapan
kata, yang merupakan hassil dari satu kali gerak buka mulut. Suku kata ini
sebagai unsure pokoknya. Contohnya seperti ga, ma, li, dsb.
Kelompok 6
Nada, Tekanan, Durasi dan Jeda
Ringkasan :
A. Nada
Dalam penuturan bahasa Indonesia tinggi rendahnya (nada) suara tidak
fungsional atau tidak membedakan makna. Ketika penutur mengucapkan [aku],
[membaca], [buku], dengan nada tinggi, sedang, atau rendah, maknanya sama
saja.
1. Pengertian Nada
Nada adalah suatu jenis unsur suprasegmental yang ditandai oleh
tinggi-rendahnya arus-ujaran.
2. Nada dalam Kalimat
Karena intonasi pertama-tama didasarkan pada nada, maka nada yang
distingtif dalam kalimat, tidak lain pada dasarnya adalah intonasi yang
distingtif.
B. Tekanan
Berbeda dengan nada, tekanan dalam tuturan bahasa Indonesia berfungsi
membedakan maksud dalam tataran kalimat (sintaksis), tetapi tidak berfungsi
membedakan makna dalam tataran kata (leksis). Tidak semua tataran kalimat
mendamparkan tekanan yang sama. Hanya kata yang penting atau dianggap
penting saja yang mendapat tekanan (aksen). Dengan demikian, dapat dinyatakan
bahwa tekanan pada suku kata fonemis dalam bahasa Indonesia.
1. Pengertian Tekanan
Tekanan adalah suatu jenis unsur suprasegmental yang ditandai oleh
keras-lembutnya arus ujaran. Arus ujaran yang lebih keras atau lebih
lembut ditentukan oleh amplitudo getaran, yang dihasilkan oleh tenaga
yang lebih kuat atau lebih lemah.
2. Tekanan dalam Kalimat
Walaupun tekanan yang distingtif dalam bidang kata tidak ada dalam
bahasa Indonesia, dalam bidang kalimat tekanan yang distingtif itu ada.
Tekanan semacam itu biasanya disebut emfasis.
C. Durasi
Tidak jauh berbeda dengan tekanan, durasi atau panjang-pendek ucapan
dalam bahasa Indonesia tidak fungsional dalam tataran kalimat. Dalam tataran
kata, silaba pertama pada kata [jatuh] diucapkan panjang: [ja:tuh] bermakna sama
dengan ketika kata itu diucapkan panjang pada silaba kedua: [jatu:h] atau
diucapkan panjang pada kedua silabanya [ja:tu:h].
a. Pengertian Durasi
Durasi adalah suatu jenis unsur suprasegmental yang ditandai oleh
panjang pendeknya waktu yang diperlukan untuk mengucapkan sebuah
segmen.
b. Durasi dalam Kalimat
Sebuah segmen dalam sebuah kalimat dapat diucapkan dalam waktu
yang relative lebih lama dari segmen-segmen lain dalam kalimat, untuk
menekan segmen itu. Misalnya: / pakaian yang dipakainya itu maha..l
sekali /.
D. Jeda
Jeda disebut juga kesenyapan akhir atau kesenyapan sinal. Kesenyapan ini
biasanya dilambangkan dengan tanda titik (.) atau titik koma (;) bila suaranya
merendah.
Dalam bahasa Indonesia, jeda ini terasa lebih fungsional bila disbanding
dengan suprasegmental yang lain.
Pertanyaan dan Jawaban :
1. Dian Zulhijjah Hijriah Kelompok 3
Mengapa dalam bahasa Indonesia Jeda lebih fungsional dibanding dengan
suprasegmental?
Jawaban :
Seperti yang kita tahu bahwa suprasegmental semacam intonasi, sedangkan jeda
disebut kesenyapan yang biasanya ditandai dengan tanda titik (.) atau tanda koma
(,). Menurut saya dalam bahasa Indonesia jeda memang lebih fungsional agar
makna dari kalimat yang dituturkan lebih jelas.
2. Rosnaini Kelompok 1.
Apa yang dimaksud dengan suprasegmental. Serta berikan salah satu contohnya
Jawaban :
Suprasegmental adalah sesuatu yang menyertai fonem tersebut yaitu bisa berupa
tekanan suara ( intonation ), panjang pendek ( pitch ), dan getaran suara yang
menunjukkan emosi tertentu
Contoh kalimat =
1. Belajarlah dengan giat
2. Maju terus pantang menyerah
3. Tiada sesuatu yang tidak bias dilakukan.
3. M. Syarif Rahmat Kelompok 2
Bagaimana cara membedakan arti nada dalam bahasa indonesia yang terdapat
dalam kalimat?
Jawaban :
Karena dalam bahasa indonesia nada (intonasi dalam bicara) hanya sebatas
menggambarkan ekspresi dalam komunikasi. sedangkan perbedaan nada yang
terjadi dalam pembacaan suatu kalimat tidak akan mengubah susunan gramatikal
dan juga tak akan mengubah arti mendasar yang dimiliki kalimat tersebut.
4. Sri Nur Astri Astuti Kelompok 5
Dalam materi terdapat tekanan, durasi dan jeda, durasi ataupun penempatan jeda
dapat berpengaruh terhadap makna kalimat, bagimana dengan emfasis? Apakah
emfasis juga berpengaruh terhadap makna kalimat?
Jawaban :
Emphasis adalah penekanan kepada area terkecil yang bisa dikenal pembaca
tetapi hanya penekanan bagian paling unik saja yang mampu diingat pembaca
dalam sekejap, jadi menurut saya emphasis juga berpengaruh dalam makna
kalimat karena mengandung penekanan.
5. Nurfina Kelompok 7
Apakah nada jadi pembeda makna?
Jawaban :
Dalam contoh kalimat yang kami ambil disini yaitu "aku membaca buku" tidak
dapat berubah makna walaupun nada yang digunakan rendah, sedang, ataupun
tinggi. Dapat berubah makna ketika diberikan suatu penekanan.
6. Andi Dewi Komala Pratiwi Kelompok 4
"nada yang distingtif dalam kalimat, tidak lain pada dasarnya adalah intonasi
yang distingtif" bisakah anda menjelaskan mengenai intonasi yang distingtif?
Jawaban :
intonasi yang distingtif, intonasi ini dapat untuk membedakan arti (distingtif).
Berarti bila tekanan keras pada suatu bagian (segmen) dari kata dipindahkan ke
bagian yang lain, maka makna kata berubah, misalnya:
Inggris: r é f u s e = sampah
r e f ú s e = menolak
Belanda: d ó o r l o p e n = berjalan terus
d o o r l ó p e n = menjalani, menempatkan
Kelompok 7
Fonetik
Ringkasan :
A. FONETIK DAN BIDANG KAJIAANYA
Fonetik merupakan bidang kajiaan ilmu pengetahuan (science) yang
menelaah bagaimana manusia menghasilkan bunyi bunyi bahasa dalam ujaran,
menelaah gelombang – gelombang bunyi bahasa yang dikeluarkan dan
bagaimana alat pendengaran manusia menerima bunyi-bunyi bahasa untuk
dianalisis oleh otak manusia (O’Connor, 1982: 10-11, Ladefoged, 1982:1).
Menurut Clark dan Yallop (1990), fonetik merupakan bidang yang berkaitan erat
dengan kajian bagimana cara manusia berbahasa serta mendengar dan
memproses ujaran yang diterima. Lebih lanjut, fonetik ini sangat berguna untuk
tujuan-tujuan seperti pengajaran diksi, penguasaan ujaran bunyi-bunyi bahasa
asing perbaikan kualitas bertutur bagi mereka yang menghadapi masalah kurang
daya pendengarannya (Lihat Malmber, 1963).
1. Fonetik Fisiologis
Fisiologis adalah suatu bidang ilmu pengetahuan bidang ilmu
pengetahuan yang mengkaji fungsi fisiologis manusia (Liberman, 1977:3).
Sebagaimana kita ketahui, manusia yang normal tentu mampu menghasilkan
berbagai bunyi bahasa dengan menggerakkan atau memanfaatkan organ-
organ tuturnya misalnya lidah bibir dan gigi bawah (yang digerakkan oleh
rahang bawah). Dengan demikian, seseorang yang ingin mengkaji bunyi
bahasa (Singh dan Singh, 1976:2). Dalam hal ini, bidang fonetik yang
mengkaji tentang penghasilan bunyi-bunyi bahasa berdasarkan fungsi
mekanisme biologis organ tutur manusia dinamakan fonetik fisiologis.
2. Fonetik Akustis
Kajian fonetik akustis bertumpu pada struktur fisik bunyi-bunyi
bahasa dan bagaimana alat pendengaran manusia memberikan reaksi kepada
bunyi-bunyi bahasa yang diterima (Malberg, 1963:1). Ada tiga ciri utama
bunyi-bunyi bahasa yang mendapatkan penekanan dalam kajian fonetik
akustis, yaitu frekuesni, tempo, dan kenyaringan. Alat-alat yang digunakan
untuk mengkaji gelombang bunyi bahasa dan mengukur pergerakan udara
antara lain, spektograf (alat untuk menganalisis dan memaparkan frekuensi
dan tekanan), oscilloskop (alat untuk memaparkan ciri-ciri kenyaringan
bunyi).
Secara ringkas dapat disimpulkan bahwa dalam rangka pengkajian
fonetik akustik, fonestisi berusaha menguraikan berbagai hal tentang
bagiaman suatu bunyi bahasa dianggapi dan dihasilkan oleh mekanisme
perurutan manusia, bagaimana pergerakan bunyi-bunyi bahasa itu dalam
ruang udara, yang seterusnya bisa merangsang proses pendengaran manusia.
3. Fonetik Auditoris atau Fonetik Persepsi
Fonetik auditoris atau fonetik persepsi ini mengarahkan kajiaanya
pada persoalan bagimana manusia menentukan pilihan bunyi-bunyi yang
diterima alat pendengarannya. Dengan arti kata, kajian ini meneliti
bagaimana seseorang pendengar menanggapi bunyi-bunyiyang diterimanya
sebagai bunyi-bunyi yang perlu diproses sebagai bunyi-bunyi bahsa yang
didengar(Singh dan Singh, 1976:5). Tegasnya, fonetik auditoris adalah
kajian terhadap respons sistem pendengaran terhadap rangsangan gelombang
bunyi yang diterima.

Pertanyaan dan Jawaban :


1. Dinaramdani Kelompok 6
Berikan contoh penerapan dari Fonetik auditoris atau fonetik persepsi?
Jawaban :
Pada fonetik auditoris dsini kita tidak dapat memberikan contoh seperti fonetik
akustis karena dalam fonetik auditoris ini hanya menyelidiki bagaimana cara
penerimaan bunyi-bunyi bahasa oleh telinga. Fonetik auditoris juga tidak banyak
dikerjakan dalam hubungan dengan linguistik.
2. M. Syarif Rahmat Kelompok 2
Bagimana cara untuk mengetahui pergerakan bunyi-bunyi bahasa itu dalam
ruang udara, yang seterusnya bisa merangsang proses pendengaran manusia?
Jawaban :
Dikutip dari makalah pada bagian B poin ke-2, bahwa ada beberapa alat yang
dapat digunakan untuk mengkaji gelombang bunyi bahasa dan mengukur
pergerakan udara antara lain, spektograf (alat untuk menganalisis dan
memaparkan frekuensi dan tekanan), oscilloskop (alat untuk memaparkan ciri-
ciri kenyaringan bunyi).
3. Resky Kelompok 5
Seperti apakah contoh fonetik akustis dan seperti apakah alat yang digunakan
untuk mnnghasilkan bunyi dari fonetik akustis?
Jawaban :
contoh dari fonetik akustis yaitu ketika kita memetik gitar maka tali gitar akan
bergetar, sehingga menyebabkan udara bergetar pula dan terjadilah bunyi yang
dapat kita dengar.
4. Muh Kadir Kelompok 6
Dari beberapa fonetik yang ada pada makalah anda, fonetik manakah yang paling
berpengaruh terhadap bahasa serta berikan alasannya menurut anda!
Jawaban :
fonetik yang paling berpengaruh terhadap bahasa itu fonetik fisiologis karena
pada fonetik ini mempelajari bidang ilmu pengatuhuan yang mengkaji fungsi
fisiologis manusia. Kita ketahui bahwa manusia yang normal itu mampu
menghasilkan berbagai bunyi bahasa dengan menggerakkan atau memnafaatkan
organ organ tuturnya misalnya lidah bibir dan gigi bawah.
5. Nur Sulis Ramadani Kelompok 2
Perihal alat-alat yang digunakan pada setiap bidang fonetik itu entah bidang
akustis, auditoris, dll. Nah jadi dalam penerapannya masalah-masalah apa saja
yang sering muncul dan bagaimana solusinya?
Jawaban :
a) Alat alat yang digunakan pada fonetik fisiologis yaitu lidah, bibir, gigi
bawah(yang digerakkan oleh rahang).
b) Pada fonetik akustis yaitu ada yang namanya spektigraf, spektograf ini
merupakan alat untuk memaparkan frekuensi dan tekanan. Dan ad juga alat
yang kedua yaitu oscilloskop yaitu alat untuk memaparkan ciri ciri
kenyaringan bunyi
c) Pada fonetik auditoris hanya membutuhkan telunga karena disini kita akan
meneliti bagaimana seorang pendengar menanggapi bunyi bunyi yang
diterimanya
Untuk permasalahan yang sering muncul yaitu bisa karena kesalahan dalam
pengucapan bunyi bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap manusia serta
kesalahan yang diperoleh dari perbedaan penangkapan makna
Untuk solusi kembali pada diri sendiri dan bisa juga jika dari kecil orang
tersebut kurang jelas ketika menyebut beberapa huruf maka bisa dilatih terus
supaya terbiasa mengucapkan kata" tersebut
Pada fonetik fisiologis, masalah yang sering muncul seperti kurang elasnya
bunyi bahasa, mungkin karena faktor fisik.
Pada fonetik Auditoris atau Persepsi, masalah yang sering muncul seperti
rusaknya alat pendengaran, atau pendengaran yang kurang jelas. Hal itu mungkin
karena terganggu benda-benda yang ada di dalamnya seperti kotoran telinga

Anda mungkin juga menyukai