ANALISA MAKANAN
“ ANALISIS GULA REDUKSI”
OLEH :
DEVI NAWANG SARI 20144043A
FAKULTAS FARMASI
SURAKARTA
2017
I. DASAR TEORI
Karbohidrat adalah polihidroksialdehid atau polihidroksiketon dan meliputi
kondensasi polimer-polimer yang terbentuk dari hasil sintesa CO2 dan H2O dengan
pertolongan sinar matahari melalui prosses fotosintesis dalam sel tanaman berklorofil.
Secara alami ada 3 bentuk karbohidrat yang terpenting :
1. Monosakarida : suatu molekul yang terdiri dari 5 atau 6 atom C
2. Oligoskarida : merupakan polimer dari 2 - 10 monosakarida
3. Polosakarida : merupakan polimer dari 10 atau lebih monosakarida
Monosakarida dengan 5 atom C disebut pentosa misalnya: xilosa, arabinosa,
ribosa. Polisakarida merupakan bentuk karbohidrat yang paling banyak terdapat di
alam termasuk dalam golongan polisakarida adalah: pati, selulosa, hemiselulosa,
glikogen dan gam pektin (Sudarmaji, 2010).
Bentuk yang paling umum dari oligosakarida adalah disakarida contohnya
sukrosa atau sakarosa.contoh monosakarida adalah glukosa dan fruktosa mono dan
disakarida memiliki rasa manis sehingga golongan ini disebut gula rasa manis ini
disebabkan oleh adanya gugus hidroksil (OH) bebas yang aktif (mampu mereduksi)
sehingga disebut juga gula reduksi contoh gula reduksi adalah glukosa,fruktosa,dan
laktosa. Analisa karbohidrat ada 2 macam yaitu (Setiasih, 2009):
1. Analisa kualitatif untuk mengetahui keberadaan karbohidrat dalam suatu bahan
2. Analisa kuantitatif untuk mengetahui banyaknya karbohidrat dalam suatu bahan
salah satu analisa kuantitatif karbohidrat adalah analisa gula reduksi.
Sebagian karbohidrat bersifat gula pereduksi. Sifat gula pereduksi ini disebabkan
adanya gugus aldehida dan gugus keton yang bebas, sehingga dapat mereduksi ion-
ion logam. Gugus aldehida pada aldoheksosa mudah teroksidasi menjadi asam
karboksilat dalam pH netral oleh zat pengoksidasi atau enzim. Dalam zat
pengoksidasi kuat, gugus aldehida dan gugus alkohol primer akan teroksidasi
membentuk asam dikarboksilat atau asam ardalat. Gugus aldehida atau gugus keton
monosakarida dapat direduksi secara secara kimia menjadi gula alkohol, misalnya D-
sorbito yang berasal dari D-glukosa.
Gula reduksi merupakan golongan gula (karbohidrat) yang dapat mereduksi
senyawa-senyawa penerima elektron, contohnya adalah glukosa dan fruktosa. Gula
reduksi mempunyai kemampuan untuk mereduksi. Hal ini dikarenakan adanya gugus
aldehid atau keton bebas. Senyawa-senyawa yang mengoksidasi atau bersifat reduktor
adalah logam-logam oksidator seperti Cu (II). Contoh gula yang termasuk gula
reduksi adalah glukosa, manosa, fruktosa, laktosa, maltosa, dan lain-lain. Sedangkan
yang termasuk dalam gula non reduksi adalah sukrosa (Team Laboratorium Kimia
UMM, 2008).
Metode Luff Schoorl adalah berdasarkan proses reduksi dari larutan Luff
Schoorl oleh gula-gula pereduksi (semua monosakarida, laktosa dan maltosa).
Hidrolisis karbohidrat menjadi monosakarida yang dapat mereduksikan Cu2+ menjadi
Cu1+.
Reaksi yang terjadi dalam metode Luff Schoorl :
O O
R–C + 2 Cu2+ + 4 OH- R–C
H H
Gula reduksi Luff Schoorl
Cu2+ + 4 I- → CH2I2 I2
Sukrosa tidak memiliki sifat-sifat mereduksi, karena itu untuk menentukan kadar
sukrosa harus dilakukan inversi terlebih dahulu menjadi glukosa dan fruktosa. Dalam
hal ini kadar sukrosa harus diperhitungkan dengan faktor 0,95 karena pada hidrolisis
sukrosa berubah menjadi gula invert.
C12H22O11 + H2O→ 2C6H12O6
Sukrosa gula reduksi
ALAT BAHAN
a. Labu takar 100ml - KIO3
b. Pipet volume - H2SO4 4N
c. Buret - KI 20%
d. Erlenmeyer - Na2S2O3
e. Penangas air - Amylum
- Pereaksi Luff Schoorl
- Aquadestilata
d. Penetapan Blanko
1. Menimbang bahan 2-3 ml dimasukkan dalam labutakar 100 ml ditambah
aquadest sampai tanda batas.
2. Larutan tadi dipipet sebanyak 10 ml dimasukkan dalam erlenmeyer 250 ml.
3. Menambahkan 25 ml pereaksi Luff Schoorl ditutup dengan corong kemudian
dipanaskan selama 10 menit terhitung setelah mendidih.
4. Mendinginkan larutan dibawah air kan
5. Menambahkan 15 ml larutan KI 20% dan H2SO4 4N sebanyak 40 ml secara
perlahan-lahan.
6. Menutup Erlenmeyer dengan plastic dan dilubangi
7. Melakukan titrasi dengan larutan Na2S2O3 0,1 N sampai warna kuning
pucat kemudian menambahkan 1 ml amylum 1% dan titrasi dilanjutkan
hingga warna biruhilang. Titrasi diulang sebanyak 3 kali.
Penimbangan teori :
: 0,3566gram
Kadar sebenarnya :
: 0,1004N
V1 N1 (KIO3) = V2 N2 (Na2S2O3)
10ml x 0,1004 = 9,95ml x N2
N2 = 0,1009 N
: x 100%
: 17,32 %
VI. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan maka didapatkan kadar gula reduksi
sebelum inversi pada sampel No1 yaitu 17,32 %