Zakat merupakan rukun islam yang ketiga, sehingga membayar zakat bukan sekedar
wajib tapi sudah termasuk kedalam rukun islam. Namun perhatian masyarakat di Indonesia
khususnya terhadap zakat kurang begitu baik apabila dibanding dengan rukun haji, padahal
keduanya sama – sama erat kaitanya dengan perekonomian. Perhatian masyarakat
terhadap zakatpun harus diperhatian lebih baik lagi.
zakat apabila dilakukan dengan ikhlas dan sesuai dengan tuntunan agama, dapat
menyucikan harta dan jiwa yang mengeluarkan. Dalam kehidupan seharihari, kata “ zakat ”
digunakan khusus untuk pengeluaran harta yang sifatnya wajib (fitrah, mal, pertanian,
perdagangan, dan sebagainya). Zakat dapat dikembankan pemahamannya sesuai dengan
perkembangan zaman melalui ijtihad para ulama, Seperti jenis barang, jenis profesi, waktu
pembayaran zakat dan lain - lain. Hal ini harus selaras dengan perhatian masyarakt
terhadap kewajiban zakat itu sendiri agar ijtihad para ulama tersebut mudah terlealisai oleh
masyarakat pada umumnya .
Allah menganjurkan zakat salah satunya dalam alqur’an surat at-taubah ayat 103.
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan
dan mensucikan mereka dan berdoalah untuk mereka. sesungguhnya, doa kamu itu
(menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. allah maha mendengar lagi maha mengetahui.”
ayat tersebut mengisyaratkan dalam membayar zakat allah hanya memerintahakan sedikit
harta yang dititipkan allah kepada manusia (muzaki) untuk diberikan kepada (mustahik)
yang berhak menerimanya, dan melibatkan amilin sebagai penghubung muzaki dan
mustahik zakat. Ketiga eleman tersebut (muzaki, mustahik dan amilin) sebagai konsep
mahluk sosial yang tentunya mendapakatkan keutamaan tersendiri.
Pada dasarnya harta adalah sebuah titipan, kemudian allah melibatkan orang lain
juga dalam mendaptkanya. Misal dari sesuap nasi yang kita makan ada tangan - tangan
orang lain yang terlibabat didalamnya, ada tangan petani yang menanam, memanen dan
mengiling, tangan orang yang memasak dan masih banyak orang lain yang terlibat sebelum
sesuap nasi itu dapat dinikmati. Sungguh mustahil kita bisa menikmati sesuap nasi tanpa
campur tangan orang lain. Hal tersebut menujukan bahwa seorang manusis sangat
tergantung juga dengan orang lain. Maka hubungan sosial yang terjaga dapat dijadikan
implementasi rasa syukur atas segala kenikmatan dari allah yang kita nikmati saat ini.
Perhatian terhadap zakat seharusnya lebih ditingkatkan saat musibah covid 19 ini
yang berdampak juga terhadap perekonomin. Banyak pekerja di PHK, pedagang yang
menghentikn aktivitas perdangan dan hal - hal lain yang membuat perekonoman melemah.
Sehinnga banyak orang yang membutuhkan bantuan secara materi.
Pada dasarnya setiap musibah pasti ada hikmahnya. Mungkin melalui musibah covid
19 ini yang Allah mengingatkan kita untuk lebih takwa kepan –Nya, agar lebih peduli
terhadap sesama. Melalui zakat dapat membantu orang yang yang terdamapak dari
musibah ini. Sebaik - sebaik baiknya pemebrian diberikan pada orang yang tepat diwaktu
yang tepat.
Allah berpiraman dalam QS. Al-Balad: 11-14: “Tetapi dia tiada menempuh jalan yang
mendaki lagi sukar. Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu? (yaitu)
melepaskan budak dari perbudakan, atau memberi makan pada hari kelaparan.”
Musibah covid 19 ini saatnya menjadi momentum yang sangat tepat untuk tolong- menolong
dengan sedikit memberikan harta kita dengan membayar zakat. Semega Allah selalu
melimdungi hamba – hambanya yang beryukur dan suka menolong sesama.. Aamiin Ya
Robbal Alamin.