Anda di halaman 1dari 24

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK KULIT BATANG

KAYU MANIS (Cinnamomum burmannii) TERHADAP


Salmonella sp. DAN Escherichia coli

ERWIN BUDIYANTO

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Uji Aktivitas


Antibakteri Ekstrak Kulit Batang Kayu Manis (Cinnamomum burmannii) terhadap
Salmonella sp. dan Escherichia coli adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2017

Erwin Budiyanto
NIM B04130064
ABSTRAK

ERWIN BUDIYANTO. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kulit Batang Kayu


Manis (Cinnamomum burmannii) Terhadap Salmonella sp. dan Escherichia coli.
Dibimbing oleh USAMAH AFIFF dan RINI MADYASTUTI.

Resistensi antibiotik pada bakteri mengakibatkan pencegahan dan


pengobatan suatu penyakit infeksius menjadi tidak efektif, sehingga perlu
dikembangkan alternatif antibakteri yang salah satunya dapat berasal dari
tanaman. Kayu manis (Cinnamomum burmannii) merupakan tanaman yang
memiliki potensi sebagai agen antibakteri dengan zat aktif berupa alkaloid,
flavonoid, polifenol, saponin, dan terpenoid. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui gambaran daya kerja ekstrak kulit batang kayu manis terhadap
Salmonella sp. dan Eschericia coli. Pengujian daya kerja ekstrak kulit batang
kayu manis dilakukan secara in vitro dengan menggunakan metode sumuran (agar
well diffusion method). Hasil penelitian menunjukkan ekstrak kulit batang kayu
manis pada konsentrasi 60% dan 80% memiliki aktivitas yang rendah sebagai
antibakteri dalam menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella sp., serta tidak
memiliki aktivitas antibakteri terhadap Escherichia coli.

Kata kunci: antibakteri, Cinnamomum burmannii, Escherichia coli, Salmonella sp.

ABSTRACT
ERWIN BUDIYANTO. Antibacterial Activity Test Cinnamon Bark Extract
(Cinnamomum burmannii) Against Salmonella sp. and Escherichia Coli .
Supervised by USAMAH AFIFF and RINI MADYASTUTI.

Antibacterial resistance causes ineffective prevention and medication of


some infectious diseases. Therefore, there is a need to develop an alternative
antibacterial agent derived from plants. Cinnamon (Cinnamomum burmannii) is
a plant which has potency as an antibacterial agent with its active ingredients
such as alcaloid, flavonoid, polyphenol, saponin, and terpenoid. The aim of this
study is to determined antibacterial efficacy of cinnamon bark extract in
inhibiting the growth of Salmonella sp. and Eschericia coli. Cinnamon bark
extract assays was conducted in vitro using well method (agar well diffusion
method). Assay results show that cinnamon bark extract with concentrations of
60% and 80% have low efficacy in inhibiting the growth of Salmonella sp. and
show no efficacy in inhibiting the growth of Escherichia coli.

Keywords: antibacterial, Cinnamomum burmannii, Escherichia coli, Salmonella sp.


UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK KULIT BATANG
KAYU MANIS (Cinnamomum burmannii) TERHADAP
Salmonella sp. DAN Escherichia coli

ERWIN BUDIYANTO

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian
yang dilaksanakan sejak bulan November 2016 sampai Maret 2017 ini berjudul
Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kulit Batang Kayu Manis (Cinnamomum
Burmannii) terhadap Salmonella sp. dan Escherichia Coli
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Drh Usamah Affif, MSc dan
Ibu Rini Madyastuti, S.Si, Apt, M.Si selaku pembimbing yang telah banyak
memberi saran dan masukan terkait dengan penulisan karya ilmiah dengan baik
dan benar. Di samping itu, penghargaan Penulis sampaikan kepada Prof Drh
Dondin Sajuti, MST, Ph.D selaku dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan doa dan dukungan sehingga Penulis dapat menyelesaikan tugas akhir
ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Ismet yang telah
membantu Penulis selama penelitian. Tidak lupa, ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada Bapak Ase Suherman dan Ibu Yati Rohayati selaku orang tua
tercinta yang telah memberi dukungan moril, materi dan doa sehingga Penulis
dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan karya ilmiah ini. Penulis
sampaikan kepada angkatan 50 (Gyrfalcon) dan sahabat-sahabat saya (Andre,
Kemal, Amira, Verizza, Nurul, Fadia, Evi, Rani, Kresna, Tirza, Rahma, Astrid,
dan Ariel) yang telah memberikan dukungan dan semangat hingga Penulis dapat
menyelesaikan tahap ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2017

Erwin Budiyanto
i

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR ix
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 1
Manfaat Penelitian 1
TINJAUAN PUSTAKA 2
Kayu manis (Cinnamomum burmannii) 2
Antibiotik 3
Salmonella sp. 3
Escherichia coli 4
METODE 5
Waktu dan Tempat Penelitian 5
Bahan dan Alat 5
Metode Penelitian 5
Identifikasi Bakteri 5
Pembuatan suspensi ekstrak kayu manis 5
Pengujian daya kerja ekstrak kayu manis terhadap Salmonella sp. dan
Escherichia coli 6
Analisis Data 6
HASIL DAN PEMBAHASAN 8
SIMPULAN DAN SARAN 10
Simpulan 10
Saran 10
DAFTAR PUSTAKA 10
RIWAYAT HIDUP 14
ii

DAFTAR TABEL

1. aHasil uji fitokimia ekstrak etanol kulit batang kayu manis 3


2. Rataan diameter zona hambat ekstrak kayu manis terhadap bakteri 8
Salmonella sp. dan Escherichia coli.

DAFTAR GAMBAR

1. Uji identifikasi bakteri Gram negatif. 7


2. Zona hambat yang dibentuk oleh ekstrak kayu manis terhadap bakteri 9
Salmonella sp. dan Escherichia coli
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Selama beberapa dekade terakhir, resistensi antibakteri telah menjadi


masalah untuk pengobatan yang efektif dari berbagai infeksi yang terus meningkat
yang disebabkan oleh bakteri, parasit, virus, dan jamur. Hal ini dapat
mengakibatkan penyakit berkepanjangan dan meningkatkan angka kematian
(WHO 2014).
Menurut Darmadi (2008), pada negara-negara berkembang seperti halnya
Indonesia, penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama tingginya angka
kesakitan (morbidity) dan angka kematian (mortality). Penyakit infeksi dapat
disebabkan karena bakteri, parasit, virus, dan jamur (Wahjono 2007). Infeksi
tersebut dapat mengakibatkan gangguan-gangguan fungsi tubuh sehingga
berakibat pada kematian (Guyton 2007). Bakteri yang dapat menyebabkan infeksi
diantaranya adalah Salmonella sp. dan Escherichia coli. Salmonella sp. dan
Escherichia coli merupakan bakteri paling umum yang menyebabkan infeksi
melalui makanan dan mengakibatkan diare (Badan POM 2011).
Saat ini sudah banyak ditemukan bakteri Escherichia coli dan Salmonella
sp. yang telah mengalami resistensi terhadap antibiotik. Noviana (2004)
menyatakan bahwa Escherichia coli telah mengalami resistensi terhadap
ampisilin, amoksilin, penisilin, sulbenisilin, oksasin, dan streptomisin. Menurut
hasil penelitian Noor (2006), Salmonella sp. mulai mengalami resistensi terhadap
antibiotik kloramfenikol, amoksilin, dan tetrasiklin.
Indonesia merupakan negara tropis yang mempunyai biodiversitas tinggi,
banyak sekali jenis tanaman yang dapat dimanfaatkan dengan baik dan harus
dilestarikan untuk berbagai keperluan manusia. Kayu manis merupakan salah satu
tanaman yang banyak dimanfaatkan, karena kulit batang, cabang dan dahannya
dapat digunakan sebagai bahan rempah-rempah. Selain itu, kayu manis
merupakan salah satu komoditas ekspor Indonesia. Menurut Tan et al. (2011)
kayu manis dibudidayakan untuk dijadikan bumbu dan pohon hias. Kayu manis
banyak digunakan dalam industri makanan, minuman, farmasi, kosmetika, dan
rokok (Kardinan 2005). Kandungan metabolit sekunder kayu manis yang paling
besar adalah minyak atsiri yang memiliki aktivitas antibakteri dan antioksidan
(Bisset dan Wichtl 2001).

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis aktivitas antibakteri ekstrak


etanol kulit batang kayu manis terhadap bakteri Salmonella sp. dan Escherichia
coli dengan metode sumuran (agar well diffusion method).
2

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai daya


aktivitas kerja ekstrak kayu manis terhadap Salmonella sp. dan Escherichia coli.

TINJAUAN PUSTAKA

Kayu manis (Cinnamomum burmannii)

Tumbuhan kayu manis merupakan tanaman tahunan yang memerlukan


waktu lama untuk diambil hasilnya. Hasil utama kayu manis adalah kulit batang
dan dahan, sedang hasil samping adalah ranting dan daun. Komoditas ini selain
digunakan sebagai rempah, hasil olahannya banyak dimanfaatkan dalam industri-
industri farmasi, kosmetik, makanan, minuman, rokok, dan lain lain. Menurut
Rismunandar dan Paimin (2001), kayu manis mempunyai klasifikasi taksonomi
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Gymnospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Policarpicae
Famili : Lauraceae
Genus : Cinnamomum
Spesies : Cinnamomum burmannii
Terdapat 250 spesies genus Cinnamomum yang banyak tersebar di Cina,
India dan Australia (Jayaprakasha et al. 2003). Pohon kayu manis memiliki tinggi
6-12 m. Daun dan kulit batang kayu manis terdapat sel-sel yang mengandung
minyak atsiri (Depkes RI 1977). Minyak esensial dalam kayu manis merupakan
zat bioaktif penting yang memiliki efek pencegahan penyakit (Wang et al. 2009).
Sebagian besar senyawa yang terkandung didalam kulit batang kayu manis yaitu
minyak atsiri. Minyak atsiri mempunyai daya antibakteri, sifat fungisidal, dan
cinnamaldehyde (Czygan et al. 2004). Gupta et al. (2008) mengungkapkan
bahwa minyak atsiri kayu manis sangat efektif dalam menghambat pertumbuhan
beberapa bakteri, misalnya bakteri Gram negatif.
Penelitian Tampubolon et al. (2015), menyebutkan bahwa terdapat beberapa
zat aktif yang berasal dari ekstrak kulit batang kayu manis dengan hasil uji
fitokimia ekstrak etanol kulit batang kayu manis disajikan pada Tabel 1.
Penelitian lainnya menyebutkan bahwa minyak atsiri dan polifenol merupakan
kandungan yang memberikan efek antibakteri (shan et al. 2007). Menurut
Kurniati (2012), zat aktif pada ekstrak kayu manis yang memiliki efek antibakteri
yaitu sinamaldehid dan eugenol yang terkandung dalam minyak atsiri serta
saponin dan tannin. Menurut Yu et al. (2007), tanaman kayu manis digunakan
dalam pengobatan tradisional untuk mengobati dispesia, gastritis, gangguan
sirkulasi darah dan penyakit inflamasi. Selain aplikasinya dalam pengobatan, kayu
manis digunakan sebagai salah satu rempah yang pertama kali digunakan oleh
manusia karena memiliki aroma yang sangat khas (Lee dan Balick 2005).
3

Tabel 1 Hasil uji fitokimia ekstrak etanol kulit batang kayu manis

Jenis Pengujian Hasil Uji Pengamatan


Alkaloid:
Dragendroff (+) Terbentuk warna kuning
Mayer (+) Terbentuk endapan putih
Flavonoid (+) Terbentuk warna kuning
Polifenol (+) Terbentuk warna hijau
Saponin (+) Terbentuk busa
Terpenoid (+) Terbentuk warna coklat kemerahan
Keterangan: (+)=hasil uji positif; (-)=hasil uji negatif

Antibiotik

Antibiotik adalah zat biokimia yang diproduksi oleh mikroorganisme, yang


dalam jumlah kecil dapat menghambat pertumbuhan atau membunuh
pertumbuhan mikroorganisme lain (Harmita dan Radji 2008). Secara garis besar
antibiotik dibagi menjadi 2 berdasarkan cara kerjanya, yaitu antibiotik yang
bersifat bakterisid (membunuh bakteri) dan antibiotik yang bersifat bakteriostatik
(menghambat pertumbuhan bakteri) (Fatisa 2013).
Menurut Lüllmann et al. (2005), berdasarkan aktivitasnya, antibiotik dibagi
menjadi dua golongan besar, yaitu:
a. aAntibiotik kerja luas (broad spectrum) adalah golongan yang dapat
menghambat pertumbuhan dan mematikan bakteri Gram positif maupun
bakteri gram negatif. Contohnya tetrasiklin dan derivatnya, kloramfenikol,
ampisilin, sefalosporin, dan karbapenem.
b. Antibiotik kerja sempit (narrow spectrum) adalah golongan yang hanya aktif
terhadap beberapa bakteri saja. Contohnya penisilin, streptomisin, neomisin,
dan basitrasin.
Resistensi antibiotik merupakan suatu keadaan di mana mikroorganisme
mempunyai kemampuan untuk menghambat efek suatu antibiotik, pada
konsentrasi hambat minimal. Bakteri dapat resisten terhadap antibiotik melalui
mutasi terhadap gen tertentu atau membentuk gen baru (Harahap dan
Hadisahputra 1995). Hasil penelitian pada tahun 2003, kejadian resistensi
terhadap penicilin dan tetrasiklin oleh bakteri patogen diare dan Neisseria
gonorrhoeae telah hampir mencapai 100% diseluruh area di Indonesia (Hadi
2009). Tindakan untuk mengurangi resistensi antimikroba harus dilakukan yaitu
dengan mengendalikan penggunaan antibiotik, mengembangkan penelitian untuk
lebih memahami mekanisme resistensi dan melanjutkan studi untuk
mengembangkan obat baru, baik sintetis ataupun alami (Nascimento et al. 2000).

Salmonella sp.

Salmonella merupakan bakteri batang lurus, Gram negatif, tidak berspora,


bergerak dengan flagel peritrik, berukuran 2-5 μm x 0.5-1.5 μm (Andino dan
4

Hanning 2015). Menurut Jawetz et al. (2005), klasifikasi Salmonella sp. sebagai
berikut:
Kingdom : Bacteria
Filum : Proteobacteria
Ordo : Gamma Proteobacteria
Kelas : Enterobacteriales
Famili : Enterobacteriaceae
Genus : Salmonella
Spesies : Salmonella sp.
Salmonella sp. dapat tumbuh cepat dalam media yang sederhana (Jawetz et
al 2005), hampir tidak pernah memfermentasi laktosa dan sukrosa, membentuk
asam dan kadang gas dari glukosa dan maltosa, biasanya memproduksi hidrogen
sulfide atau H2S. Pada biakan agar, salmonella sp. membentuk koloni besar,
bergaris tengah 2-8 mm, bulat agak cembung, jernih, dan smooth. Pada media
Blood Agar Plate (BAP), salmonella sp. tidak menyebabkan hemolisis, sedangkan
pada media Mac Conkey koloni salmonella tidak memfermentasi laktosa dan
konsistensinya smooth (WHO 2003).
Sistem nomenklatur yang digunakan dalam Centers for Disease Control and
Prevention (CDC) untuk genus Salmonella sp. didasarkan pada rekomendasi dari
Pusat Kerjasama WHO. Menurut CDC, genus Salmonella mengandung dua
spesies, S. Enterica dan S. bongori. Pada tanggal 18 Maret 2005, sebuah spesies
baru, "Salmonella subterranean" telah disetujui secara sah oleh Komisi Yudisial
(Shelobolina 2004). Menurut Popoff (2001), S. enterica terdiri dari enam
subspesies: S. enterica subsp. Enterica (I), S. enterica subsp. Salamae (II),
S.enterica subsp. Arizonae (IIIa), S. enterica subsp. Diarizonae (IIIb), S. enterica
subsp. Houtenae (IV) dan S. Enterica subsp. Indica (IV).
Salmonellosis merupakan istilah yang menunjukkan adanya infeksi
salmonella sp.. Manifestasi klinik salmonellosis pada manusia dan hewan salah
satunya adalah gastroenteritis. Gastroenteritis atau keracunan makanan
merupakan infeksi usus dan tidak ditemukan toksin sebelumnya (Karsinah et al.
1994).

Escherichia coli

Escherichia coli merupakan bakteri Gram negatif yang berbentuk batang


pendek, memiliki panjang sekitar 1μm, lebar 0.35μm, dan bersifat anaerob
fakultatif (Blount 2015). E. coli membentuk koloni yang bulat, cembung, halus
dengan tepi yang nyata serta bersifat motil dengan flagella peritrikus dan tidak
berspora (Kusuma 2010). Escherichia coli memiliki klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom : Bacteria
Filum : Proteobacteria
Ordo : Gamma Proteobacteria
Kelas : Enterobacteriales
Famili : Enterobacteriaceae
Genus : Escherichia
Spesies : Escherichia coli
5

Escherichia coli adalah bakteri mesofilik dengan interval suhu pertumbuhan


pada 8-45 °C dan suhu optimum pertumbuhannya adalah 37 °C . E. coli memiliki
pH minimum 4.0 dan pH maksimum 9.0. E. coli berdasarkan pada serotipenya
terdiri dari 3 macam yaitu : O (somatik lipopolisakarida), H (flagellar), dan
antigen K (kapsul). Antigen K dibagi lagi menjadi antigen L, A atau B
berdasarkan pada ciri fisiknya yang berbeda-beda (Melliawati 2009).
Escherichia coli merupakan flora normal dalam saluran pencernaan
manusia, hewan berdarah panas, dan reptil (Lukjancenko et al. 2010).
Escherichia coli yang termasuk dalam famili Enterobacteriaceae dan genus
Escherichia ini memiliki berbagai macam galur yang memainkan peranan penting
dalam penyakit intestinal baik pada manusia atau hewan (Leimbach et al. 2013).

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2016 sampai Maret 2017 di
Laboratorium Bakteriologi Divisi Mikrobiologi Medik, Departemen Ilmu
Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Laboratorium Farmasi,
Departemen Klinik, Reproduksi, dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan,
Institut Pertanian Bogor.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah cotton buds, triptic soy
agar (TSA), mueller hinton agar (MHA), Triple Sugar Iron Agar (TSIA), kultur
Salmonella sp., kultur Escherichia coli, minyak imersi, xilol, kristal violet, lugol,
safranin, reagen oksidase, manitol, maltosa, sukrosa, laktosa, glukosa, urea, sitrat,
indol, reagen Ehrlich, alkohol 70%, tissue, akuades steril, 0.5 McFarland 1,
ekstrak kayu manis, antibiotik gentamicin dalam bentuk liquid (cair), dan gom
arab.
Alat yang digunakan pada penelitian adalah inkubator 37 oC, label, spidol,
mistar 30 cm, mortar, alu, timbangan analitik, tabung reaksi steril dan penutup,
cawan petri steril, api bunsen, vortex, pipet mikro steril, lap, ose, needle, tabung
durham, gelas objek, penutup kaca, pinset, lemari pendingin, rak tabung reaksi,
tabung mikro, gelas beker, dan mikroskop.

Metode Penelitian

Identifikasi Bakteri
Isolat bakteri Salmonella sp. yang berasal dari hewan ular dan trenggiling
serta Escherichia coli dari hewan kucing dan trenggiling merupakan koleksi
bakteri dari Laboratorium Terpadu Divisi Mikrobiologi Medik, Departemen Ilmu
Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Fakultas Kedokteran
6

Hewan, Institut Pertanian Bogor. Sebelum digunakan isolat bakteri diperiksa


terlebih dahulu sesuai dengan diagram pada Gambar 1.

Pembuatan suspensi ekstrak kayu manis


Simplisia diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik
(Balittro) Cimanggu, kemudian dilakukan ekstraksi kulit batang kayu manis
dengan menggunakan metode maserasi di Laboratorium Farmasi, Departemen
Klinik, Reproduksi, dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian
Bogor. Kulit batang kayu manis diekstraksi menggunakan pelarut etanol 96%.
Pembuatan suspensi ekstrak kayu manis menggunakan pelarut gom arab
dilakukan dengan cara membuat larutan gom arab terlebih dahulu sebesar 0.5%
dalam akuades. Ekstrak kayu manis ditambahkan larutan gom arab kemudian
digerus hingga ekstrak kayu manis dapat terdispersi. Suspensi ekstrak kayu manis
dibuat konsentrasi 10% (K1), 20% (K2), 40% (K4), 60% (K6), dan 80% (K8).
Setelah digerus, suspensi dimasukan kedalam tabung mikro dan diletakan dalam
mesin shaker selama ± 24 jam. Kemudian tabung mikro didiamkan selama ± 4
jam.

Pengujian daya kerja ekstrak kayu manis terhadap Salmonella sp. dan
Escherichia coli
Pengujian daya kerja ekstrak kayu manis terhadap bakteri Salmonella sp.
dan Escherichia coli mengacu pada agar well diffusion method (Magaldi 1997).
Metode ini serupa dengan metode disc diffusion. Agar well diffusion method
menggunakan sumuran pada media, yaitu dengan membuat sumur pada agar padat
yang telah diinokulasi dengan bakteri. Jumlah dan letak sumur disesuaikan
dengan tujuan penelitian, kemudian bahan yang akan diuji dimasukan ke dalam
sumur. Setelah dilakukan inkubasi, pertumbuhan bakteri diamati untuk melihat
ada tidaknya daerah hambatan di sekeliling sumur (Kusmayati dan Agustini
2007). Metode tersebut didasarkan pada hubungan ukuran zona hambat dan
sensitivitas atau resistensi bakteri pada konsentrasi tertentu.
Bakteri yang akan diuji diremajakan dengan cara membiakkan bakteri pada
media TSA selama 24 jam. Bakteri yang telah diremajakan kemudian dibuat
suspensi dalam akuades dengan tingkat kekeruhan sesuai dengan 0.5 McFarland
1. Setelah itu, suspensi bakteri digoreskan pada media MHA menggunakan
cotton bud secara merata dan didiamkan selama beberapa saat. Selanjutnya,
sumur dibuat dengan menggunakan tabung durham pada media.
Suspensi ekstrak kayu manis dimasukan kedalam sumur menggunakan
mikropipet, satu sumur untuk antibiotik gentamicin 0.5 mcg/µL sebagai kontrol
positif (KP), dan satu sumur untuk gom arab sebagai kontrol negatif (KN).
Kemudian masing-masing sumur diisi dengan suspensi ekstrak kayu manis
sebanyak 20 µL pada masing-masing konsentrasi suspensi, antibiotik gentamicin
0.5 µg/µL sebanyak 20 µL, gom arab sebanyak 20 µL disimpan dalam inkubator
37 oC selama 24 jam. Setelah 24 jam, hasil dari pengujian daya kerja ekstrak kayu
manis, antibiotik, dan gom arab terhadap bakteri Salmonella sp. dan
Escherichia coli diamati dengan cara mengukur diameter zona hambat yang
terbentuk.
7

Isolat Bakteri

Sub-cultur pada TSA miring

pewarnaan gram

Gram negatif

kokus batang

uji oksidase

positif negatif

Mac Conkey

laktosa (-)
laktosa (+)

uji motilitas uji


motilitas

positif negatif positif negatif

uji indol uji indol

positif negatif
positif negatif

uji sitrat uji sitrat

positif negatif
negatif positif

uji H2S
Uji H2S

positif negatif negatif


positif

Escherichia coli Salmonella sp.

Gambar 1 Uji identifikasi bakteri Gram negatif.


8

Analisis Data

Data yang diperoleh dari pengukuran diameter zona hambat pertumbuhan


bakteri Salmonella sp. dan Escherichia coli dianalisis secara deskriptif dengan
meggunakan Microsoft Excel 2010.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengujian daya kerja ekstrak kulit batang kayu manis menunjukan
bahwa ekstrak yang digunakan memiliki daya hambat terhadap bakteri Salmonella
sp. dan tidak memiliki daya hambat terhadap Escherichia coli. Adapun hasil
pengujian yang telah dilakukan disajikan pada Tabel 2.
Diameter rata-rata zona hambat ekstrak kulit batang kayu manis terhadap
bakteri Salmonella sp. yang diisolasi dari hewan trenggiling dan ular pada K1,
K2, K4 adalah 0 ± 0.00 mm, sedangkan pada K6 dan K8 pada Salmonella sp. dari
trenggiling dan ular secara berturut-turut adalah 10.33 ± 0.58 mm, 10.33 ± 1.53
mm dan 10.67 ± 0.58 mm, 10.33 ± 0.58 mm. Diameter zona hambat yang
dibentuk kontrol positif terhadap Salmonella sp. dari trenggiling adalah 25.00 ±
1.00 mm dan terhadap Salmonella sp. dari ular adalah 26.00 ± 1.00 mm.

Tabel 2 Diameter zona hambat ekstrak kulit batang kayu manis terhadap bakteri
aSalmonella sp. dan Escherichia coli (mm).
% Salmonella sp. Escherichia coli
Ekstrak
Trenggilinga Ularb Trenggilinga Kucingc
Kayu
(Rataan ± SD) (Rataan ± SD) (Rataan ± SD) (Rataan ± SD)
Manis
KN 0 ± 0.00 0 ± 0.00 0 ± 0.00 0 ± 0.00
KP 25.00 ± 1.00 26.00 ± 1.00 25.67 ± 1.53 25.00 ± 0.00
K1 0 ± 0.00 0 ± 0.00 0 ± 0.00 0 ± 0.00
K2 0 ± 0.00 0 ± 0.00 0 ± 0.00 0 ± 0.00
K4 0 ± 0.00 0 ± 0.00 0 ± 0.00 0 ± 0.00
K6 10.33 ± 0.58 10.33 ± 1.53 0 ± 0.00 0 ± 0.00
K8 10.67 ± 0.58 10.33 ± 0.58 0 ± 0.00 0 ± 0.00
Keterangan: KN=gom arab; KP=gentamicin; K1=konsentrasi ekstrak 10%;
a

K2=konsentrasi ekstrak 20%; K4=konsentrasi ekstrak 40%;


K6=konsentrasi ekstrak 60%; K8=konsentrasi ekstrak 80%; SD=standar
deviasi; a=asal isolasi bakteri Salmonella sp. dan Escherichia coli; b=asal
isolasi bakteri Salmonella sp.; c=asal isolasi bakteri Escherichia coli.

Berbeda pada Escherichia coli, zona hambat dari ekstrak kulit batang kayu
manis tidak terbentuk sama sekali pada tiap konsentrasi, baik Escherichia coli dari
trenggiling ataupun dari kucing. Rata-rata diameter zona hambat yang dibentuk
oleh Gentamicin pada Escherichia coli dari trenggiling dan kucing secara
berturut-turut adalah 25.67 ± 1.53 mm dan 25.00 ± 0.00 mm.
9

Menurut Angelica (2013), aktivitas antibakteri pada kayu manis


menunjukan zona hambat yang lebih baik pada Gram positif dibanding Gram
negatif. Bakteri Gram negatif memiliki lipopolisakarida dan memiliki outer
membrane (Campbell et al. 2003). Outer membrane menyebabkan Gram negatif
umumnya lebih resisten terhadap antibiotik dibandingkan dengan bakteri Gram
positif.
Mengacu pada standar umum yang dikeluarkan oleh Departemen
Kesehatan, bakteri dinyatakan peka terhadap antibakteri asal tanaman (herbal)
apabila mempunyai ukuran diameter daya hambatannya 12-24 mm (Darmawi et
al. 2013). Pada pengujian aktivitas antibakteri menggunakan ekstrak kulit kayu
manis menunjukkan bahwa bakteri Salmonella sp. dari tiap hewan belum dapat
dikatakan peka terhadap ekstrak, karena zona hambat yang terbentuk <12-24 mm.
Sedangkan pada bakteri Escherichia coli ekstrak kayu manis tidak mempunyai
zona hambat. Brooks et al. (2008), menyatakan bahwa aktivitas antibakteri
dipengaruhi beberapa faktor yaitu konsentrasi ekstrak, kandungan senyawa
metabolit, daya difusi, dan jenis bakteri yang dihambat. Zona hambat yang
dibentuk oleh ekstrak kayu manis terhadap bakteri Salmonella sp. dan Escherichia
coli disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2 Zona hambat yang dibentuk oleh ekstrak kulit batang kayu manis
terhadap bakteri Escherichia coli dan Salmonella sp.
Keterangan: a1=Escherichia coli asal kucing; a2=Escherichia coli asal
trenggiling; b1=Salmonella asal ular; b2=Salmonella asal trenggiling;
KN=gom arab; KP=gentamicyn; K1=konsentrasi ekstrak 10%;
K2=konsentrasi ekstrak 20%; K4=konsentrasi ekstrak 40%;
K6=konsentrasi ekstrak 60%; K8=konsentrasi ekstrak 80%.
10

Menurut Tampubolon et al. (2015), zat aktif yang merupakan senyawa


antibakteri yang berasal dari ekstrak kulit kayu manis adalah alkaloid, polifenol,
flavonoid, saponin dan terpenoid. Pelarut ekstraksi yang digunakan dalam
pembuatan ekstrak kulit batang kayu manis adalah etanol, sedangkan pelarut yang
digunakan untuk melarutkan ekstrak kulit batang kayu manis adalah gom arab.
Menurut Aziz et al. (2014), etanol dapat melarutkan kandungan alkaloid dan
mudah didapatkan. Wijesekera (1991) juga memaparkan bahwa pelarut ideal
yang sering digunakan adalah alkohol atau campurannya dengan air karena
pelarut pengekstraksi yang terbaik untuk hampir semua senyawa dengan berat
molekul rendah seperti saponin dan flavonoid.
Selain gom arab digunakan sebagai pelarut, gom arab juga dapat digunakan
sebagai kontrol negatif. Gom arab merupakan rangkaian satuan dari D-galaktosa,
L-arabinosa, asam D-galakturonat, dan L-ramnosa. Gom arab lebih mudah larut
dalam air dibandingkan dengan hidrokloid lainnya (Tranggono et al. 1991). Gom
arab yang diujikan pada setiap bakteri tidak membentuk zona hambat. Hal ini
menunjukan bahwa gom arab tidak memiliki efek antibakteri.
Penelitian mengenai efek antibakteri dari ekstrak kulit kayu manis ini sudah
pernah dilakukan sebelumnya namun dengan bakteri dan cara ekstraksi yang
berbeda. Nisa dan Rahayu (2014) meneliti aktivitas antibakteri kulit kayu manis
dengan menggunakan metode ekstraksi yang berbeda terhadap E. coli dan
S. aureus. Hasil penelitiannya menunjukkan hasil ekstraksi infus lebih mampu
menghambat pertumbuhan bakteri E. coli dan S. aureus dibandingkan dengan
ekstraksi dekoksi. Demikian juga dengan hasil penelitian yang dilakukan (Repi et
al. 2016) yaitu dengan menggunakan metode ekstraksi maserasi didapatkan
terbentuknya zona hambat yang menunjukkan bahwa ekstrak kulit kayu manis
dapat menghambat pertumbuhan bakteri S. pyogenes dan E. coli.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Ekstrak kulit batang kayu manis tidak memiliki efektivitas antibakteri


terhadap Escherichia coli, akan tetapi pada konsentrasi 60% dan 80% memiliki
efektivitas antibakteri yang rendah terhadap Salmonella sp. karena diameter zona
hambat yang terbentuk <12 mm.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait strain bakteri Salmonella sp.
dan Escherichia coli serta ekstraksi kulit batang kayu manis jenis yang lain
dengan menggunakan pelarut yang berbeda.
11

DAFTAR PUSTAKA

Andino A, Hanning I. 2015. Salmonella enterica: Survival, colonization, and


virulence differences among serovars. The Scientific World J. (1):1-16.
Angelica N. 2013. Aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun dan kulit batang kayu
manis (Cinnamomum burmannii (Nees & Th. Nees) terhadap Escherichia
coli dan Staphylococcus aureus. J Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya.
2(2):1-8.
Aziz T, Febrizky S, Mario AD. 2014. Pengaruh jenis pelarut terhadap persen
yieldalkaloid dari daun salam India (murraya koenigii). J Teknik Kimia.
2(20):5-6.
Badan POM RI. 2011. Keracunan Makanan Akibat Bakteri Patogen. Sentra
Informasi Keracunan Nasional [Internet]. [diunduh 2017 Feb 27]. Tersedia
pada: http://ik.pom.go.id/v2012/wpcontent/uploads/2011/11/ Keracunan
Pangan-Akibat-Bakteri-Patogen3.pdf.
Bisset NG, Wichtl M. 2001. Herbal Drugs and Phytopharmaceuticals. Ed ke-2.
Germany (DE): Medpharm Scientific Publishers.hal:67-69.
Blount ZD. 2015. The unexhausted potential of E.coli. The Natural History of
Model Organism. (1):1-12.
Brooks GF, Butel JS, Morse SA. 2008. Mikrobiologi Kedokteran. Mudihardi E,
Kuntaman, Wasito EB et al., penerjemah. Jakarta (ID). Salemba Medika.
Terjemahan dari : Medical Microbiology.
Campbell NA. 2003. Biologi Edisi kelima-jilid 2. Jakarta (ID): Erlangga.
Czygan FC, Frohne D, Hiller K, Hottzel C, Baggel A, Pachaly P, Pfander HJ,
Wichtl M, Willuhn G, Buff W. 2004. Herbal Drugs and
Phytopharmaceuticals. Ed ke-3. Brinckman JA, Lindenmaier MP,
penerjemah; Wichtl M, editor. Germany (DE): Medpharm Scientific.
Terjemahan dari: Teedrogen and phytopharmaka.
[Depkes] Departemen Kesehatan RI. 1977. Materia Medika Indonesia jilid I.
Jakarta (ID). Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Darmadi. 2008. Infeksi Nosokomial: Problematika dan Pengendaliannya. Jakarta
(ID): Salemba Medika
Darmawi, Manaf ZH, Putranda F. 2013. Daya hambat getah jarak cina (Jatropha
multifida L.) terhadap Staphylococcus aureus secara invitro. J Medika
Veterinaria. 7(2): 113-115.
Fatisa Y. 2013. Daya antibakteri estrak kulit dan biji buah pulasan (Nephelium
mutabile) terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli secara in
vitro. J Peternakan. 10(1):31-38.
Gupta C, Amar PG, Ramesh CU, Archana K. 2008. Antimicrobial activity of
some herbal oils againts common food-borne pathogens. Afr J Microbiol
Res. (2):258-261.
Guyton CA, John EH. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Dalam:Text Book
of Medical Physiology. Ed ke-11. Jakarta (ID): EGC.
Hadi U. 2009. Resistensi Antibiotik. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed
ke-4, Jilid III. Jakarta (ID): Interna Publishing.
Harahap U, Hadisahputra S. 1995. Resistensi dan Prinsip Penggunaan Antibiotik.
Ed ke-1. Medan (ID): USU Pr.
12

Harmita, Radji M. 2008. Kepekaan Terhadap Antibiotik. Dalam: Buku Ajar


Analisis Hayati. Ed ke-3. Jakarta (ID): EGC.
Jawetz, Melnick, Adenberg’s. 2005. Medical Microbiology. Ed ke-1. Jakarta
(ID): Salemba Medika.
Jayaprakasha GK, Rao LJM, Sakariah KK. 2003. Volatile constituents from
Cinnamomum zeylanicum fruit stalks and their antioxidant activities. J
Agric Food Chem. (51):4344−4348.
Kardinan A. 2005. Tanaman Penghasil Minyak Atsiri. Jakarta (ID): PT
AgroMedia Pustaka.
Karsinah et al.. 1994. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta (ID):
Binarupa Aksara.
Kurniati, Nida T. 2012. Uji ekstrak kayu manis (Cinnamomum burmannii)
sebagai antimikroba terhadap pertumbuhan methicilin resistant
Staphylococcus aureus (MRSA) kode isolat m2036t secara in vitro [skripsi].
Malang (ID): Universitas Brawijaya.
Kusmayati, Agustini NWR. 2007. Uji aktivitas senyawa antibakteri dari
mikroalga (Porphyridium cruentum). J Biod. 8(1): 48-53.
Kusuma, Fitri SA. 2010. Escherichia coli. Bandung (ID): Fakultas Farmasi
Universitas Padjadjaran.
Lee R, Balick MJ. 2005. Sweet wood - cinnamon and its importance as a spice
and medicine. Explore: the J of Science and Healing. (1):61-64.
Leimbach A, Hacker J, Dobrindt. 2013. E.coli as an all-rounder: the thin line
between commensalism and pathogenicity. Current Topics in Microbiology
and Immunology. (358):3-32.
Lukjancenko O, Wassenaar TM, Ussery DW. 2010. Comparison of 61 sequenced
Escherichia coli genomes. Microb Ecol. (60):708–720.
Lüllmann H, Mohr K, Hein L, Bieger D. 2005. Color Atlas of Pharmacology. Ed
ke-3. Stuttgart (DE): Thieme.
Magaldi S, Camero T. 1977. Susceptibilidad de Candida albicans In Vitro
Mediante Los Pozos de Difusion. Venezuela (VE): Buletin Venezolano de
Infectologia.
Melliawati R. 2009. E. coli dalam kehidupan manusia. Biotrends. 4(1).
Nascimento GG, Locatelli J, Freitas PC, Silva GL. 2000. Antibacterial activity of
plant extracts and phytochemicals on antibiotic resistant bacteria. Brazilian
J Microbiol. (31): 247-256.
Nisa LC, Rahayu T. 2014. Aktivitas antibakteri kulit kayu manis (Cinnamomum
burmannii) dengan cara ekstraksi yang berbeda terhadap Escherichia coli
dan Staphylococcus aureus [skripsi]. Surakarta (ID): Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Noor SM, Poeloengan M, Andriani. 2006. Kepekaan Isolat Salmonella Enteritidis
dan Salmonella Hadar yang Diisolasi dari Daging Ayam Terhadap
Antibiotika. Bogor (ID): Balai Penelitian Veteriner.
Noviana H. 2004. Pola Kepekaan Antibiotik Escherichia coli yang diisolasi dari
Berbagai Spesimen Klinis. Jakarta (ID): Universitas Katolik Atma Jaya.
Popoff MY, Minor L. 2001. Antigenic formulas of the Salmonella serovars, 8th
revision, World Health Organization Collaborating Centre for Reference
and Research on Salmonella. Paris (FR): Pasteur Institute.
13

Repi NB, Mambo C, Wuisan J. 2016. Uji efek antibakteri ekstrak kulit kayu
manis (Cinnamomum burmannii) terhadap Escherichia coli dan
Streptococcus pyogenes [skripsi]. Manado (ID): Universitas Sam Ratulangi
Manado.
Rismunandar, Paimin F. 2001. Kayu Manis Budidaya dan Pengolahan. Jakarta
(ID): Penebar Swadaya.
Shan B, Cai YZ, Brooks JD. 2007. Antibacterial properties and major bioactive
components of cinnamon stick (Cinnamomum burmanii): activity against
foodborne pathogenic bacteria, J of agricultural and food chemistry. (55):
5484-5490.
Shelobolina ES, Sullivan SA, O'neill KR, Nevin KP, Lovley DR. 2004. Isolation,
characterization, and U(VI) reducing potential of a facultatively anaerobic,
acid resistant bacterium from low pH, nitrate and U(VI) contaminated
subsurface sediment and description of Salmonella subterranea sp. Appl
Environ Microbiol. (70):2959-2965.
Tampubolon A. Affif U, Madyastuti R. 2015. Uji daya hambat ekstrak etanol kulit
batang kayu manis (Cinnamomum burmannii) sebagai antimikroba terhadap
bakteri pada wajah [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Tan MX, Gan DH, Wei LX, Pan YM, Tang SQ, Wang HS. 2011. Isolation and
characterization of pigment from Cinnamomum buramannii peel. Food
Research International. (44):2289-2294.
Tranggono S, Haryadi, Suparmo, Murdiati A, Sudarmadji S, Rahayu K, Naruki S,
Astuti M. 1991. Bahan Tambahan Makanan (Food Additive). Yogyakarta
(ID): UGM.
[WHO] World Health Organization. 2003. Background Document: the diagnosis,
prevention and treatment of typhoid fever. Geneva (US): Departmen Of
Vaccines and Biologicals, World Health Organization.
[WHO] World Health Organization. 2014. Antimicrobial Resistance Global
Report on Surveillance. Geneva (US): Department Of Vaccines and
Biologicals, World Health Organization.
Wahjono H. 2007. Peran Mikrobiologi Klinik pada Penanganan Penyakit Infeksi.
Semarang (ID): Universitas Diponegoro.
Wang R, Wang R, Yang B. 2009. Extraction of essential oils from five cinnamon
leaves and identification of their voaltile compound compositions.
Innovative Food Science and Emerging Technologies. (10):289-292.
Wijesekera ROB. 1991. The Medicinal Plant Industry. Washington DC (US):
CRC Pr.
Yu, H. S., Lee, S. Y., & Jang, C. G. (2007). Involvement of 5-HT1A and GABAA
receptors in the anxiolytic-like effects of Cinnamomum cassia in mice.
Pharmacology Biochemistry and Behavior. (87):164−170.
14

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 11 Juli 1995 di Subang, Jawa Barat. Penulis
adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan bapak Ase Suherman dan
ibu Yati Rohayati. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SDN 1
Karang Bagja Subang pada tahun 2007. Penulis melanjutkan pendidikan di MTSN
Al-Hidayah Subang hingga tahun 2010. Tahun 2013 penulis lulus dari SMAN 1
Jalancagak dan melanjutkan pendidikan sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran
Hewan Institut Pertanian Bogor (FKH IPB) melalui jalur SNMPTN Undangan.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam beberapa organisasi yaitu
sebagai anggota aktif Himpunan Minat Profesi Satwa Liar (2014-2015), ketua
cluster carnivore Himpunan Minat Profesi Satwa Liar (2015-2016). Dalam rangka
menyelesaikan tugas akhir , penulis melakukan penelitian dan menyusun skripsi
yang berjudul “Uji Aktivasi Antibakteri Ekstrak Kayu Manis (Cinnamomum
burmannii) terhadap Salmonella sp. dan Escherichia coli”.

Anda mungkin juga menyukai