Oleh
HARIS RAHMAN
NIM 160320132
BAB I
PENDAHULUAN
Selain itu, dengan kita melakukan analisis S-C-P kita juga bisa mengetahui
bagaimana performance atau kinerja suatu pasar seperti, haraga dan pola
keuntungan, X-efisiensi, efisiensi alokasi, kemajuan teknologi (inovasi) dan
keseimbagan distribusi dalam suatu pasar.
Untuk itu penulis pada hal ini akan membahas analisis S-C-P di gampong
Simpang Koeramat Kecamatan Macang Kabupaten Aceh Utara pada aspek
performance atau kinerja suatu pasar pada komoditi sawit.
1. Apa saja yang menjadi kendala Performance atau kinerja pasar dari hasil
survei di lapangan?
2. Bagaimana performance atau kinerja pasar di gampong Simpang
Koeramat ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui apa saja kendala dari perfomance atau kinerja pasar yang
diperoleh dari hasil survei di lapangan.
2. Mengetahui bagaimana performance atau kinerja pasar di gampong
Simpang Koeramat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a) Pangsa Pasar
c) Barrier to entry
Merupakan hambatan masuk yaitu perilaku ekonomi di dalam perusahaan
yang menjadi jumlah saingan yang ada di dalam pasar. Ada dua jenis hambatan
masuk yaitu hambatan struktural dan hambatan ekonomis.
Perilaku pasar merupakan sikap atau tindakan dari pelaku pasar tentang
bagaimana mengambil dan menjalankan strategi yang telah ditetapkan untuk
mencapai tujuan yang diinginkan.
PEMBAHASAN
Dan dari narasumber yang ketiga yaitu bapak Husaini mengatakan bahwa
kendala yang beliau hadapi adalah mahalnya biaya sewa untuk mengangkut hasil
panen yang harga sewa satu kali angkut adalah Rp. 100.000 Rupiah dan apabila
petani mempunyai hasil panen yang banyak tentu akan memerlukan biaya yang
sangat mahal pula ini yang menjadi kendala, serta harga sawit yang tak menentu
akibat dari ketidak pastian harga membuat petani menjadi rug mulai dari biaya
angkut dan biaya produksi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa yang menjadi kendala dari kinerja pasar
atau performance di Gampong Mancang adalah mahalnya biaya sewa
pengangkutan hasil panen, jauhnya akses menuju gudang pengumpul atau pabrik
sawit sebagai tempat untuk memasarkan, kemudian sarana transportasi yang
masih sangat jauh dari kata yang memadai sehingga menyulitkan untuk menuju
akses ke gampong tersebut dan ketidak pastian harga sawit yang membuat petani
menjadi sulit untuk memasarkan hasil panennya dan bahkan terancam rugi/gulung
tikar akibat banyaknya biaya yang dikelurakan.
Pada Gampong Mancang hanya terdapat dua saluran pemasaran mulai dari
petani-gudang pengumpulan/toke di Cot Mutahe, kemudian dari petani-pabrik
sawit di Gorgok, tingakat harga yang di tetapkan pada petani yaitu satu kilo
sawit seharga Rp. 14.000 Rupiah. Dan apabila langsung dipasarkan ke Gergok
harga sawit sedikit lebih mahal.
3.2.2 X-efisiensi
X-efisiensi terjadi saat biaya produksi lebih kecil dari biaya minimum
yang seharusnya. Pada gampong Mancang X-efisiensi masih belum bisa tercapai
karena para petani sawit dalam melakukan proses biaya produksi terkadang tidak
menentu seperti biaya tak terduga akibat komoditi sawit terkena hama penyakit
dan juga petani hanya menanam sawit tanpa adanya perawatan atau dapat
dikatakan hanya memanfaatkan unsur hara yang ada didalam tanah tersebut.
Efesiensi alokasi terjadi pada saat biaya pada jangka panjang sama dengan
jangka pendek sama dengan harga. Sehingga surplus konsumen semakin besar.
Pada gampong Mancang efesiensi alokasi bisa dikatakan belum tercapai karena
akibat dari ketidak pastian harga sawit yang tidak menentu yang terkadang naik
dan terkadang turun serta kualitas dari produk atau hasil dari komoditi itu sendiri
juga mempengaruhi harga.
Kemajuan teknologi tidak hanya saja berupa alat dan mesin pertanian
tetapi juga inovasi seperti pola tanam, bibit unggul, obat-obatan dan hal lainya
yang terkait di dalam pertanian. Dengan adanya pembaharuan teknologi, hal ini
akan berdampak kepada bertambahnya kualitas produk yang dihasilkan sehingga
produk dapat berdaya saing dan dapat meningkatkan surplus konsumen.
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran