Laporan SL FF
Laporan SL FF
Wahyu Hidayat
102015126
Pendahuluan
Winslow Ilmu Kesehatan Masyarakat adalah suatu ilmu dan keterampilan untuk mencegah
penyakit, memperpanjang masa hidup, memelihara kesehatan jasmani dan rohani dengan
jalan usaha masyarakat yang terorganisir untuk penyehatan lingkungan, pemberantasan
penyakit menular, pendidikan setiap orang dalam prinsip-prinsip kesehatan perorangan
(Winslow). Dalam usaha memberdayakan kesehatan masyarakat tentunya kita membutuhkan
sebuah organisasi fungsional. Organisasi fungsional yang dimaksud adalah Puskesmas atau
Pusat Kesehatan Masyarakat. Pada Blok 26 (Blok Ilmu Community Medicine) ini, kami
mempunyai kesempatan untuk berkunjung ke Puskesmas Kelurahan Tanjung Duren Selatan
dan meminta izin kepada para pasien untuk melakukan kunjungan rumah dan mendata
bagaimana kesehatan pasien tersebut. Berikut ini merupakan laporan data pasien yang saya
dapatkan setelah melakukan anamnesis dan kunjungan ke rumah pasien.
Laporan Kasus
1. Identitas Pasien
Nama : Napsiah
Umur : 73 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : Tidak Sekolah
1
Alamat : Jl. Tanjung Duren Timur RT/RW 01/009, Kelurahan Tanjung Duren
Selatan
Telepon :-
Keluarga
2
- Pola makan : Baik
- Pola istirahat : Baik
- Jumlah Anggota Keluarga : 4 orang
2. Psikologis Keluarga
- Kebiasaan Buruk : Tidak ada
- Pengambilan keputusan : Keluarga
- Ketergantungan obat : Tidak ada
- Tempat Mencari Kesehatan : Puskesmas Kelurahan Tj. Duren Selatan
- Pola Rekreasi : Kurang
4. Spiritual keluarga
- Ketaatan beribadah : Kurang
- Keyakinan tentang kesehatan : Cukup
3
- Hubungan dengan orang lain : Baik
- Kegiatan organisasi sosial : Kurang
- Keadaan ekonomi : Sedang
6. Kultural Keluarga
- Adat yang berpengaruh :Tidak ada adat yang berpengaruh dalam keluarga
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik tanda – tanda vital, yang terdiri dari tekanan darah, nadi, napas dan suhu.
Tekanan darah pasien: 180/100 mmHg, Suhu: 37,2°C, RR: 20x/ menit, N: 112x/menit.
Status gizi pasien cukup.
Pemeriksaan penunjang
Hipertensi :
- Tes darah rutin
- Glukosa darah (sebaiknya puasa)
- Kolesterol total serum
- Kolesterol LDL dan HDL serum
- Trigliserida serum (puasa)
- Asam urat serum
- Kreatinin serum
- Kalium serum
- Hemoglobin dan hematokrit
- Urinalisis (uji carik celup serta sedimen urin)
- Elektrokardiogram
4
OMSK
- Pemeriksaan penala
- Audometri nada murni
- Audiometri tutur
- Pemeriksaan BERA
- Rongten mastoid
- Kultur cairan telinga
Diagnosis Penyakit
Biologi : Hipertensi dan suspect OMSK
Psikologi : Baik
Sosial : Baik
Spesific Protection
Usaha ini merupakan tindakan pencegahan terhadap penyakit-penyakit tertentu. Beberapa
usaha diantaranya adalah:
Menggunakan masker untuk anggota keluarga yang batuk sehingga tidak menularkan
kepada anggota keluarga yang lain.
Menggunakan masker saat pergi kepasar untuk menghindari tertularnya penyakit.
Selalu mencuci tangan dengan bersih saat akan memasak ataupun melakukan aktivitas
lainnya.
Olahraga teratur
Early diagnosis and prompt treatment
5
Pasien rutin periksa tekanan darah setidaknya sebulan sekali dan melakukan pengobatan agar
TD pasien tetap terkontrol. Untuk suspect OMSK yang saat ini sedang diderita pasien, dokter
puskesmas memberikan antibiotik oral dan tetes telinga serta obat simptomatik lainnya dan
melakukan rujuk ke RS. Sumber Waras untuk mendapatkan perawatan oleh dokter spesialis
THT.
Disability Limitation
Yaitu dengan pengobatan dan perawatan yang baik agar penderita sembuh kembali dan tidak
cacat. Bila sudah terjadi kecacatan, maka dicegah agar kecacatan tersebut tidak bertambah
berat (dicegah), fungsi dari alat tubuh yang menjadi cacat ini dipertahankan semaksimal
mungkin. Untuk pasien sendiri makan dan minum obat teratur sehingga penyakit tidak
bertambah parah.
Rehabilitation
Rehabilitasi adalah usaha untuk mengembalikan kemampuan fisik penderita seoptimal
mungkin untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri, sehingga penderita
tidak merasa dirinya tidak berguna dan dikucilkan oleh masyarakat lingkungan tempat
tinggalnya. Tindakan ini dapat dilakukan dengan cara melakukan fisioterapi.
Prognosis
- Penyakit : dubia ad bonam
- Keluarga : dubia ad bonam
- Masyarakat : dubia ad bonam
Resume
Dari hasil pemeriksaan saat kunjungan rumah pada tanggal 20 Juli 2018, didapatkan bahwa
pasien menderita hipertensi dan suspek OMSK. Pasien berusia 73 tahun. Pasien sehari-hari
hanya mengerjakan pekerjaan rumah seperti mencuci, memasak, dll sambil menjaga cicitnya
yang tinggal bersama pasien. Pasien sendiri hanya tinggal bersama cucu dan cicitnya.
Sedangkan anak-anak pasien semua sudah menikah dan tinggal terpisah dengan pasien.
Rumah pasien tergolong kurang sehat ventilasinya kurang baik yaitu hanya terdapat didepan.
Penerangan rumah kurang baik, matahari tidak masuk kerumah, rumah pasien berlantaikan
keramik. Di dalam rumah terdapat ruang tamu, 1 ruang tidur, dapur dan kamar mandi. Pasien
6
dan keluarganya menggunakan air gallon untuk minum dan air sumur untuk mandi dan
mencuci. Terdapat pembuangan sistem pembuangan air limbah. Sampah dibuang dengan
menggunakan kantong plastik yang nantinya akan langsung diangkut oleh petugas kebersihan
setiap harinya. Pasien tidak memiliki pekarangan rumah, bagian depan rumah pasien
langsung berhadapan dengan jalan setapak yang digunakan warga.
Ditinjau dari spiritual, pasien merupakan individu yang taat beribadah, yaitu melaksanakan
solat 5 waktu, dll. Namun untuk spiritual keluarga keluarga pasien merupakan keluarga yang
kurang taat beribadah. Pasien dan keluarga sendiri beragama Islam. Keluarga pasien memiliki
faktor resiko penyakit hipertensi yang mungkin diturunkan dari pasien dan suami dimana
pasien mempunyai riwayat penyakit hipertensi dan almarhum suami pasien meninggal
dikarenakan storke, selian itu anak pertama pasien juga meninggal akibat penyakit hipertensi
yang diderita. Sedangkan anak kelima pasien saat ini mengalami hipertensi pasca persalinan.
Pasien sendiri tidak mengetahui apakah ayah dan ibu atau keluarga pasien yang lain memiliki
penyakit hipertensi.
Saat ini kondisi pasien cukup baik, hipertensinya cukup terkontrol dengan baik. Selain
pengobatan secara medis, untuk mencapai tingkat kesehatan yang lebih optimal hendaknya
didukung pula oleh kondisi rumah yang lebih sehat, kebersihan diri yang lebih baik,
cukupnya asupan gizi, serta mengontrol pola makan dan berolah raga secara teratur.
Pembahasan
Hipertensi
Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90% penderita hipertensi, sedangkan 10% sisanya
disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan
pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering
menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
7
- Riwayat hipertensi atau kardiovaskular pada pasien atau keluarganya
- Riwayat hyperlipidemia pada pasien atau keluarganya
- Riwayat diabetes mellitus pada pasien atau keluarganya
- Kebiasaan merokok
- Pola makan
- Kegemukan
- Kurang olahraga
- kepribadian
Sumber JNC VII 2003 JNC 7 (the Seventh US National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure)
Otitis media supuratif kronis dahulu disebut otitis media perforata (OMP) atau dalam bahasa
keseharian disebut congek. Yang disebut otitis media supuratif kronis ialah infeksi kronis di
telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah
terus-menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa
nanah.
Perjalanan penyakit
Otitis media akut (OMA) dengan perforasi membran timpani menjadi otitis media supuratif
kronis apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Bila proses infeksi kurang dari 2 bulan,
disebut otitis media supuratif subakut.
8
Beberapa faktor yang menyebabkan OMA menjadi OMSK ialah terapi yang terlambat
diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya tahan tubuh pasien renah
(gizi kurang) atau higine buruk.
Letak perforasi
Letak perforasi di membran timpani penting untuk menentukan tipe atau jenis OMSK.
Perforasi membrane timpani dapat ditemukan di daerah sentral, marginal, atau atik. Oleh
karena itu disebut perforasi sentral, marginal, atau atik.
Pada perforasi sentral, perforasi terdapat di pars tensa, sedangkan di seluruh tepi perforasi
masih ada sisa membran timpani. Pada perforasi marginal sebagian tepi perforasi langsung
berhubungan dengan anulus atau sulkus timpanikum. Perforasi atik ialah perforasi yang
terletak di pars flaksida.
Jenis OMSK
Jenis OMSK dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu OMSK tipe aman (tipe mukosa = tipe
benigna) dan OMSK tipe bahaya (tipe tulang = tipe maligna). Berdasarkan aktivitas sekret
yang keluar dikenal juga OMSK aktif dan OMSK tenang. OMSK aktif ialah OMSK dengan
sekret yang keluar dari kavum timpani secara aktif, sedangkan OMSK tenang ialah keadaan
kavum timpaninya terlihat basah atau kering.
Proses peradangan pada OMSK tipe aman terbatas pada mukosa saja, dan biasanya tidak
mengenai tulang. Perforasi terletak di sentral. Umumnya OMSK tipe aman jarang
menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Pada OMSK tipe aman tidak terdapat
kolesteatoma.
Yang dimaksud dengan OMSK tipe maligna adalah OMSK yang disertai dengan
kolesteatoma. OMSK ini dikenal juga dengan OMSK tipe bahaya atau tipe tulang. Perforasi
pada OMSK tipe bahaya letaknya marginal atau atik, kadang-kadang terdapat juga
kolesteatoma pada OMSK dengan perforasi subtotal. Sebagian besar komplikasi yang
berbahaya atau fatal timbul pada OMSK tipe bahaya.
9
Diagnosis
Diagnosis OMSK dibuat berdasarkan gejala klinik dan pemeriksaan THT terutama
pemeriksaan otoskopi. Pemeriksaan penala merupakan pemeriksaan sederhana untuk
mengetahui adanya gangguan pendengaran. Untuk mengetahui jenis dan derajat gangguan
pendengaran dapat dilakukan pemeriksaan audiometri nada murni, audiometri tutur (speech
audiometry) dan pemeriksaan BERA (brainstem evoked response audiometry) bagi pasien
atau anak yang tidak kooperatif dengan pemeriksaan audiometri nada murni.
Pemeriksaan penunjang lain berupa foto rongten mastoid serta kultur dan uji resistensi kuman
dari sekret telinga.
Referensi
1. Setiadi S, dkk. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid 2. Edisi ke-6. Jakarta: Interna
Publishing; 2015.h.2286-95.
2. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku ajar ilmu kesehatan
telinga hidung tenggorok kepala dan leher. Edisi ke-7. Jakarta: Badan Penerbit FKUI;
2017.h.62-3.
10
11