3 Up
3 Up
Ada instrumen-instrumen likuiditas yang dapat dijalankan bank syari’ah dalam rangka
memenuhi kewajiban likuiditas, yaitu;
1) Giro Wajib Minimum (GWM)
Giro Wajib Minimum adalah simpanan minimum bank umum dalam giro pada Bank
Indonesia yang besarnya ditetapkan olah BI berdasarkan persentase tertentu dari Dana Pihak
Ketiga (DPK).
Perhitungan ini berlaku baik untuk GWM dalam rupiah maupun valuta asing:
Formula perhitungan GWM:1[4]
GWMRupiah = 5 % x DPKt-2
GWMValas = 3 % x DPKt-2
Keterangan:
GWM = Giro Wajib Minimum
DPKt-2 = Rata-rata harian jumlah DPK Bank dalam satu masa
laporan untuk periode dua masa laporan sebelumnya.
Perhitungan persentase GWM dilakukan berdasarkan jumlah harian saldo giro pada bank
indonesia dan rata-rata harian jumlah DPK sebagai berikut:
Persentase GWM Jumlah Harian Salro Giro rata-rata DPK:
Presntasi GWM Jumlah Harian Saldo Giro Rata-rata DPK
Tanggal Tanggal Tanggal
1 s.d 7 1 s.d 7 16-23 bulan sebelumnya
8 s.d 15 8 s.d 15 24 s.d akhir bulan sebelumnya
16 s.d 23 16 s.d 23 1-7 bulan sebelumnya
24 s.d akhir bulan 24 s.d akhir bulan 8-15 bulan sebelumnya
Selain itu terdapat ketentuan tambahan untuk Bank Syari’ah sebagai berikut;
4) Bagi bank yang rasio pembiayaan dalam rupiah terahadap DPK kurang dari 80 %, mendapat
tambahan perhitugan GWM sebagai berikut;
a. Bank yang memiliki DPK> Rp. 1 triliyun sampai dengan Rp. 10 triliyun wajib memelihara
GWM tambahan dalam rupiah sebesar 1 % dari DPK.
b. Bank yang memiliki DPK> 10 triliyun sampai dengan Rp. 50 triliyun wajib memelihara GWM
tambahan dalam rupiah sebesar 2 % dari DPK.
1
c. Bank yang memiliki DPK>50 triliyun wajib memelihara GWM tambahan dalam rupiah sebesar
3 % dari DPK.
5) Bagi bank yang memiliki rasio pembaiayaan dalam rupiah terhadap DPK sebesar 80% atau
lebih, dan atau yang memiliki DPK dalam rupiah sampai dengan Rp. 1 triliun tidak dikenakan
tambahan GWM.
Dana Pihak Ketiga (DPK) meliputi seluruh DPK dalam rupiah ataupun valutaasing pada seluruh
kantor bank yang bersangkutan di Indonesia. DPK dalam bentuk rupiah meliputi kewajiban
kepada pihak ketiga yang terdiri dari:2[5]
Giro wadi’ah
Tabungan mudharabah
Deposito investigasi mudharabah
Kewajiban lainnya.
DPK Bank dalam bentuk valuta asing meliputi kewajiban dalam valuta asing kepada pihak
ketiga termasuk bank dan bank indonesia yang terdiri dari:
Giro wadi’ah
Deposito investasi mudharabah
Kewajiban lainnya
2
Kelambanan penyampaian laporan Rp. 25.000.000 untuk setiap laporan
mingguan bank termasuk koreksinya.
Penyampaian angka yang tidak benar Rp. 2.500.000 untuk setiap kesalahan
dalam laporan mingguan bank. setinggi-tingginya Rp. 10.000.000
untuk setiap laporan.
2) Kliring
Kliring adalah sarana perhitungan utang-piutang antar bank dengan cara saling menyerahkan
surat-surat berharga dan surat-surat dagang guna memperlancar lalu lintas pembayaran yang
terdiri dari pengiriman uang, inkaso, dan pembukaan letter of kredit.
Ketentuan mengenai kliring yang beralaku bagi bank umum konvensional berlaku pula bagi
bank umum yng berdasarkan prinsip syariah, dengan beberapa perbedaan dan tambahan.
Ketentuan yang berlaku bagi bank berdasarkan prinsip syari’ah antara lain meliputi ukuran
besarnya sanksi pelanggaran saldo giro negatif dan tatacara pengenaan sanksi untuk bank-bank
bersaldo negatif.
3
sejenis.
3 Untuk membayar kewajiban kepada pihak terkait. 18.505.140
4 Untuk transaksi surat berharga. 136.902
5 Untuk membayar/melunasi dana pihak ketiga yang 4.469.316
melanggar ketentuan.
6 Untuk membiayai kontrak derivatif baru atau kerugian 22.363.682
karena kontrak derivatif lama yang jatuh tempo/cut
loss.
7 Untuk membiayai placement baru di PUAB. 9.822.383
8 Untuk membiayai ekspansi kredit atau merealisasikan 15.812.953
kelonggaran tarik dari komitmen yang sudah ada.
9 Untuk membiayai investasi dalam aktiva tetap, 456.357
pembukaan cabang baru, rekrutmen personel baru,
peluncuran produk baru, penggantian sistem baru.
10 Untuk membiayai over head bank umum 87.144
11 Untuk membiayai lain-lain yang tidak termasuk butir 1- 10.028.324
10 di atas.
Jumlah 84.842.162
Sumber: Laporan Audit BPK No. 06/01/Auditama II/AI/VII/2000
Penyimpangan terbesar dilakukan oleh 5 bank, yang mencapai 74% dari total penyimpangan 48
bank penerima BLBI. 5 Bank yang melakukan penyimpangan terbesar itu adalah sebagai berikut.
Kebijakan yang demikian, dalam disiplin ilmu moneter dan perbankan adalah sebuah
keniscayaan sepanjang dilakukan dalam koridor prudentiality dan mengikuti ketentuan
perundang-undangan. Hubungan perbankan, Pemerintahan, dan doktrin hukum bisnis yang
terkait akan dibahas pada bab ini, sebagai berikut: