Anda di halaman 1dari 12

KAJIAN LITERATUR

INSTRUMENTASI PENGUKURAN FISIKA


PERCOBAAN V
PENGUKURAN FREKUENSI DENGAN METODE LISSAJOUS

DISUSUN OLEH:
NAMA : ROHMIATI OKTIANA
NIM : E1Q 018 060
KELAS : C-IV

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2020

Percobaan V
Pengukuran Frekuensi dengan Metode Lissajous
A. Tujuan

1. Mengetahui berbagai macam bentuk gambar Lissajous dengan dua buah sinyal
masukan yang berbeda frekuensinya.
2. Memahami cara menentukan rasio dari 2 buah sinyal frekuensi generator dan
frekuensi yang tidak diketahui dengan metode Lissajous.

B. Tinjauan Literatur
Sifat dielektrik merupakan sifat yang menggambarkan tingkat kemampuan suatu
bahan untuk menyimpan muatan listrik pada beda potensial yang tinggi. Secara praktis,
sifat dielektrik sering dikaitkan dengan kelistrikan bahan isolator yang ditempatkan di
antara dua keping kapasitor. Apabila bahan isolator itu dikenai medan listrik yang
dipasang di antara kedua keping kapasitor, maka di dalam bahan tersebut dapat terbentuk
dwikutub (dipole) listrik. Sehingga pada permukaan bahan dapat terjadi muatan listrik
induksi. Bahan dengan sifat seperti ini disebut sebagai bahan dielektrik. Setiap bahan
isolator, termasuk tanah mempunyai sifat dielektrik. Bahkan tanah dengan sifat dielektrik
yang cukup baik, banyak dimanfaatkan sebagai bahan untuk membuat keramik, isolator
listrik dan peralatan lain. Sifat dielektrik tanah bukan merupakan nilai yang tetap, tetapi
tergantung dari beberapa faktor, seperti frekuensi medan listrik, kandungan air, kepadatan
dan lain-lain. Metode pengujian sifat dielektrik tanah yang digunakan metode lissajous.
Metode lissajous merupakan metode sederhana karena hanya menggunakan beberapa
peralatan sederhana seperti osiloskop sinar katoda (Cathode Ray Oscilloscope, CRO),
generator isyarat, resistor serta keping logam sejajar. Kelebihan metode ini adalah proses
pengujiannya relatif cukup singkat yaitu hanya mengukur beberapa nilai tegangan
berdasarkan tampilan kurva lissajous pada CRO serta mengatur frekuensi medan listrik
dari generator isyarat. Kemudian dengan formulasi yang tersedia, maka nilai permitivitas
maupun rugi dielektrik dapat dihitung dengan baik (Sehan, 2010: 77-78).
Pola lissajous adalah sebuah penampakan pada layar osiloskop yang mencitrakan
perbedaaan atau perbandingan Beda Fasa, Frekuensi dan Amplitudo dari 2 gelombang
inputan pada probe osiloskop. Frekuensi adalah suatu pernyataan yang menggambarkan
berapa banyak gelombang yang terjadi pada tiap detiknya dalam satuan Hz. Bila ada
tulisan 50 Hz berarti ada 50 gelombang yang terjadi dalam 1 detik, yang mana 1
gelombang terdiri atas 1 bukit dan 1 lembah. Ini berarti 1 buah gelombang memakan
waktu 1/50 detik = 0.02 detik untuk terksekusi sepenuhnya. Waktu yang dibutuhkan 1
gelombang untuk tereksekusi seluruhnya biasa disebut periode gelombang. NI MyDAQ
adalah sebuah alat akuisisi data yang bisa membuat mahasiswa mampu untuk mengukur
dan menganalisa sinyal langsung dimanapun dan kapan pun. NI MyDAQ sangat cocok
untuk mahasiswa dan kalangan pelajar. NI MyDAQ didalamnya terdapat dua masukan
analog dan dua keluaran analog pada 200KS/s dan 16 bit, yang mana memungkinkan
untuk aplikasi seperti sampling sinyal audio. 8 masukan digital dan keluaran, dan juga
menyediakan sumber tegangan untuk rangkaian sirkuit sederhana sebesar +5V, +15V dan
-15V. Dan 60 V DMM (Digital Multi Meter) untuk mengukur tegangan, arus, dan
resistansi. NI myDAQ dibuat dengan standar dunia industri sehingga alat tersebut
berkualitas baik. Sedangakan pada perangkat lunaknya menggunakan labVIEW. Labview
adalah perangkat lunak yang sangat ideal untuk setiap pengukuran atau sistem kontrol
dan jantung dari platform desain NI. Mengintegrasikan semua alat yang insinyur dan
ilmuwan perlukan untuk membangun atau membuat berbagai aplikasi dalam waktu yang
sangat cepat. LabVIEW adalah sarana pengembangan untuk pemecahan masalah,
percepatan produktivitas, dan inovasi terus-menerus (Arrosyid, 2019: 90-92).
Perkembangan teknologi pada zaman sekarang menjadi salah satu bagian dari
kebutuhan hidup manusia, salah satunya dalam bidang pendidikan. Perkembangan
teknologi dalam dunia pendidikan menuntut adanya penggunaan materi dan media
pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi. Pembelajaran fisika merupakan bidang
yang termasuk sulit dan membosankan untuk dipahami siswa sehingga perlu
memanfaatkan teknologi seperti komputer, gadget maupun perangkat audio visual yang
lainnya agar proses pembelajaran menjadi lebih mudah dan menarik. Salah satu materi
dalam pembelajaran fisika salah satunya yaitu dalam penggunaan osiloskop. Osiloskop
merupakan suatu alat ukur yang dapat menunjukkan bentuk grafik sinyal listrik terhadap
waktu berupa grafik sinusoidal. Karakteristik penting dari osiloskop yaitu dihasilkan
bentuk gelombang, amplitudo serta frekuensi terhadap waktu. Salah satu alat yang dapat
digunakan untuk mengembangkan media pembelajaran adalah Microsoft excel. Program
Microsoft ini terdiri atas Worksheet yang tersusun atas banyak Sheet sehingga Microsoft
Excel sering disebut sebagai Spreadsheet Excel. Salah satu aplikasi dalam pembelajaran
fisika adalah pola gelombang lissajous pada penggunaan osiloskop. Gelombang ini
menggambarkan dua kurva gelombang sinusoidal. Pola gelombang lissajous dapat
ditentukan dengan beda fase dan beda frekuensi antara dua sinyal. Salah satu cara
mengukur beda fase dan beda frekuensi adalah dengan mode xy. Rumus gelombang
lissajous mode xy;

Gelombang merupakan suatu getaran yang mengalami perambatan. Pada umumnya,


gelombang akan membentuk dan mengikuti gerak sinusoida. Secara umum, gelombang
memiliki komponen yaitu amplitudo, frekuensi, periode, panjang gelombang dan fase
sudut. Amplitudo (A) merupakan simpangan paling jauh dari titik simpangan gelombang
sinusioda. Frekuensi (f) merupakan jumlah getaran dalam satu detik. Periode (T)
merupakan waktu yang dihasilkan satu getaran. Panjang gelombang (ƛ) merupakan jarak
antara dua lembah atau dua puncak dalam satu gelombang. Fase sudut (δ) merupakan
tahapan gelombang (Mouromadhoni, 2019: 187-188)

C. Hasil Review
Jurnal pertama berjudul Pemanfaatan Teknik Lissajous untuk Mengetahui
Korelasi antara Kandungan Air terhadap Sifat Dielektrik Tanah (Studi Kasus: Sampel
Tanah Permukaan di Sekitar Kota Purwokerto). Metode penelitian yang dilakukan pada
jurnal tersebut memadukan antara survei dan eksperimen. Sifat dielektrik merupakan sifat
yang menggambarkan tingkat kemampuan suatu bahan untuk menyimpan muatan listrik
pada beda potensial yang tinggi. Secara teori, kandungan massa air dalam tanah (soil
mass water content) mempunyai kontribusi yang besar terhadap sifat dielektrik tanah.
Saat sampel tanah dikenai medan listrik, maka molekul air yang terdapat di dalamnya
yang bersifat dipole berusaha untuk menyelaraskan kutub-kutubnya terhadap arah medan
listrik yang datang. Dengan demikian, pada saat berinteraksi dengan medan listrik, maka
molekul air dapat berosilasi pada frekuensi yang sangat tinggi sesuai dengan frekuensi
gelombang elektromagnetik dari generator isyarat yang menghasilkan medan listrik
tersebut, sehingga sifat dielektrik tanah menjadi berubah. Metode pengujian sifat
dielektrik tanah yang digunakan di dalam penelitian tersebut adalah metode lissajous.
Pengambilan sampel tanah dilakukan di wilayah Kota Purwokerto dan sekitarnya,
sedangkan pengujian tetapan dielektrik sampel dilakukan di Laboratorium Fisika Dasar,
Fakultas Sains dan Teknik, UNSOED. Variabel yang diteliti di dalam jurnal tersebut
adalah tetapan dielektrik tanah, yaitu permitivitas dielektrik (ε) dan rugi (loss) dielektrik
(ε′) terhadap variasi kandungan massa air (soil mass water content). Digunakan 5
parameter sampel yaitu massa total dengan nilai 15,00 gram, volume total dengan nilai
11,97 cm3, diameter dengan nilai 41,05 mm, ketebalan dengan nilai 9,05 mm, dan
kepadatan total dengan nilai 1,253 gram/cm3. Hasil penelitian yang diperoleh
menunjukkan adanya suatu korelasi antara tetapan dielektrik sampel tanah terhadap
kandungan massa air ( η ) yang dapat dinyatakan dengan dua persamaan; permitivitas
dielektrik ε = 0,3176 η-2,5555 dengan koefisien korelasi R2 = 0,9538, dan persamaan rugi
dielektrik ε′ = 0,00003 η-5,3336 dengan koefisien korelasi R2 = 0,9513. Pengujian dilakukan
pada frekuensi generator isyarat 100 kHz. Dari persamaan, terlihat bahwa semakin besar
kandungan massa air, maka nilai tetapan dielektrik (permitivitas dan rugi dielektrik)
semakin menurun. Meskipun sifat dasar air adalah netral, namun keberadaan air dalam
tanah maupun batuan dapat berakibat meningkatnya sifat konduktivitas listrik bagi
campuran tanah dan air (soil-water mixture). Jika sifat konduktivitas listrik tanah
meningkat, maka tetapan dielektriknya menjadi turun. Selain itu, pada frekuensi
generator isyarat yang rendah (100 kHz), medan listrik dalam keping sejajar yang
dihasilkan relatif kecil, sehingga tidak optimal untuk memicu proses pensejajaran dipol-
dipol listrik molekul air yang terkandung di dalam sampel. Medan listrik induksi
mempunyai arah berlawanan dengan medan listrik semula (dari generator isyarat).
Sehingga keberadaan muatan permukaan induksi cenderung memperlemah medan listrik
semula dalam bahan dielektrik. Jika jumlah muatan induksi di permukaan keping sedikit,
maka nilai tetapan dielektrik bahan menjadi kecil atau menurun.
Jurnal kedua berjudul Analisis Karakterisasi Frekuensi dengan Pola Lissajous.
Metode penelitian yang digunakan dalam jurnal tersebut adalah dengan cara
membandingkan 2 sinyal dengan cara digabungkan dalam 1 grafik sehingga akan
membentuk sebuah pola. Frekuensi adalah suatu pernyataan yang menggambarkan
berapa banyak gelombang yang terjadi pada tiap detiknya dalam satuan Hz. Didalamnya
terdapat pengukuran pola lissajous. Pola Lissajous adalah sebuah penampakan pada layar
osiloskop yang mencitrakan perbedaaan atau perbandingan beda fase, frekuensi dan
amplitudo dari 2 gelombang inputan pada probe osiloskop. Pola lissajous tersebut juga
bisa digunakan untuk mengukur frekuensi pada motor induksi 3 fasa. Bisa diketahui
kondisi lilitan motor induksi, apakah motor induksi tersebut masih dalam kondisi baik
atau tidak. Salah satu alat yang berkonsep virtual instrument yang biasa dipakai untuk
mahasiswa atau pelajar adalah NI my DAQ. Virtual instrument adalah penggunaan
perangkat lunak dan pengukuran modular perangkat keras yang bisa disesuaikan untuk
menciptakan sistem pengukuran yang ditentukan sesuai keinginan pengguna. Pada
rangkaian pengukuran motor induksi 3 fasa menggunakan 2 buah trafo step down
220V/3V kedua tegangan sekunder trafo step down dihubungkan ke masukan analog
yang ada di myDAQ untuk dibaca nilai tegangannya dan frekuensinya. Dari dua sinyal
yang diterima dari dua trafo tersebut maka akan dikombinasikan menjadi satu sehingga
didapatkan pola lissajous. Pola lissajous tersebut akan didapatkan beda fasa antara kedua
sinyal tersebut dan perbandingan frekuensi dan amplitudo. Selain pada motor induksi 3
fasa, pola lissajous dapat juga digunakan untuk analisa pada rangkaian R-L-C seri. Hasil
pengukuran pada pola lissajous pada motor 3 fasa

Pada gambar di atas menunjukkan grafik dari pengukuran motor induksi 3 fasa dengan
frekuensi 50 Hz. SIN R pada gambar diatas adalah grafik sinus tegangan pada terminal
L1 motor induksi 3 fasa. Untuk SIN S adalah grafik sinus tegangan dari terminal L2 pada
motor induksi 3 fasa. Sedangkan SIN T adalah grafik sinus tegangan dari terminal L3
pada motor induksi 3 fasa. Pola lissajous pada gambar diatas adalah hasil dari sinyal dari
SIN R dan SIN S yang menghasilkan sebuah lingkaran yang serong kiri. Karena pola
lissajous pada gambar berbentuk lingkaran serong kekiri maka untuk mengetahui beda
fasa pada pola lissajous diatas maka menggunakan metode:
B
∅=180 °−sin−1 ( )
A
22
∅=180 °−sin−1 ( )
22,7
∅=118,4 °
Dari metode diatas maka didapatkan perbedaaan fasa tegangan antara R dan S pada motor
induksi 3 fasa adalah sebesar 118,4°.
Pada gambar di atas menunjukkan grafik dari pengukuran tegangan motor induksi 3 fasa
dengan frekuensi 50 Hz. Pola lissajous pada gambar diatas adalah hasil dari sinyal dari
SIN R dan SIN T yang menghasilkan sebuah lingkaran yang serong kiri. Karena pola
lissaajous pada gambar berbentuk lingkaran serong kekiri, maka untuk mengetahui beda
fasa pada pola lissajous diatas maka menggunakan metode :
B
∅=180 °−sin−1 ( )
A
17
∅=180 °−sin−1 ( )
22,7
∅=131,5 °
Dari metode diatas maka didapatkan perbedaaan fasa tegangan antara R dan T pada
motor induksi 3 fasa adalah sebesar 131,5°.

Pada gambar di atas menunjukkan grafik dari pengukuran motor induksi 3 fasa dengan
frekuensi 50 Hz. Pola lissajous pada gambar diatas adalah hasil dari sinyal dari SIN S dan
SIN T yang menghasilkan sebuah lingkaran yang serong kiri. Karena pola lissaajous pada
gambar berbentuk lingkaran serong kekiri maka untuk mengetahui beda fasa pada pola
lissajous diatas maka menggunakan metode :
B
∅=180 °−sin−1 ( )
A
17
∅=180 °−sin−1 ( )
22,5
∅=130,93 °
Dari metode diatas maka didapatkan perbedaaan fasa tegangan antara S dan T pada motor
induksi 3 fasa adalah sebesar 130,93°. Untuk mengetahui beda fasa antar kedua sinyal
dapat menggunakan pola lissajous, sedangkan untuk pembuktiannya dapat menggunakan
metode sebagai berikut :
B
∅=180 °−sin−1 ( )
A
jika pola lissajous berbentuk lingakaran elips serong kekiri, dan
B
∅=sin−1 ( )
A
jika pola lissajous beebentuk lingakaran elips serong kekanan.
Jurnal ketiga berjudul Visualisasi Karakter Gelombang Lissajous pada Osiloskop
Menggunakan Spreadsheet Microsoft Excel pada Pembelajaran Fisika. Perkembangan
teknologi pada zaman sekarang menjadi salah satu bagian dari kebutuhan hidup manusia,
salah satunya dalam bidang pendidikan. Didalam jurnal tersebut, mengkaji tentang
visualisasi pembuatan dan cara pengoperasian gelombang lissajous pada layar osiloskop
menggunakan spreadsheet pada microsoft excel 2013. Subjek penelitian ini adalah
program spreadsheet pada software microsoft excel dan lokasi penelitian di gedung
Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta. Penggunaan spreadsheet sebagai
media pembelajaran dengan meningkatkan visualiasasi, sehingga dapat memudahkan
siswa memahami konsep abstrak dalam fisika. Salah satu aplikasi dalam pembelajaran
fisika adalah pola gelombang lissajous pada penggunaan osiloskop. Gelombang ini
menggambarkan dua kurva gelombang sinusoidal. Pola gelombang lissajous dapat
ditentukan dengan beda fase dan beda frekuensi antara dua sinyal. Salah satu cara
mengukur beda fase dan beda frekuensi adalah dengan mode xy.

x = A sin (at + δ), y = B sin (bt)

Persamaan tersebut digunakan ke dalam spreadsheets pada microsoft excel.

Gambar di atas merupakan kurva lissajous dan bentuk pada masing-masing gelombang
selama 5 sekon. Kemudian dipilih beberapa variasi data dengan beberapa perbandingan
frekuensi dan beberapa sudut istimewa yaitu 0°,30°, 60° dan 90°. Amplitudo yang
digunakan dalam penelitian tersebut menggunakan besar amplitudo yang sama atau tetap
karena hanya mempengaruhi lebar dan tinggi kurva lissajous. Berikut kurva lissajous
disajikan dengan beda fase 0°, perbandingan frekuensi 1:1.
Berikut kurva lissajous disajikan dengan beda fase 30°, perbandingan frekuensi 1:1.

Berikut kurva lissajous disajikan dengan beda fase 60°, perbandingan frekuensi 1:1.

Berikut kurva lissajous disajikan dengan beda fase 90°, perbandingan frekuensi 1:1.

Berikut kurva lissajous disajikan dengan beda fase 90°, perbandingan frekuensi 5:1.
Berikut kurva lissajous disajikan dengan beda fase 90°, perbandingan frekuensi 7:4.

Pola gelombang lissajous paling sederhana dapat dilihat pada gambar dengan
perbandingan frekuensi 1:1. Ketika beda fase 0° (δ=0°), maka tampilan osiloskop terdiri
dari garis lurus miring ke atas dari sisi kiri ke sisi kanan layar. Ketika beda fase
diperbesar 30° (δ=30°) dan 60° (δ=60°) maka akan terbentuk lengkungan yang semakin
membesar dari miring ke atas dari sisi kiri ke kanan latar. Ketika beda fase diperbesar
menjadi 90° (δ=90°) maka akan didapatkan lingkaran sempurna pada layar osiloskop.
Dalam semua perlakuan perbandingan frekuensi 1:1 maka akan terbentuk pola
gelombang elips pada beda fase 0°> δ > 90°. Pada gambar selanjutnya, pola lissajous
yang semakin kompleks tetapi mudah dikenali diperoleh untuk pergeseran fase dari dua
sinyal yang memiliki perbandingan frekuensi yang berbeda, namun beda fase dan
amplitudo sama. Pada gambar dengan beda fase 90° (δ=90°), perbandingan amplitudo
sama dan perbadingan frekuensi 5:1 (a=5, b=1) ditandai pada pola gelombang lissajous
pada layar osiloskop didapatkan 5 lengkungan dari kiri ke kanan pada sumbu x dan 1
lengkungan dari atas ke bawah pada sumbu y. Dan pada gambar terakhir didapatkan pola
gelombang dengan beda fase 90° (δ=90°), perbandingan amplitudo sama dan
perbadingan frekuensi 7:4 (a=7, b=4) ditandai pada pola gelombang lissajous pada layar
osiloskop didapatkan 7 lengkungan dari kiri ke kanan pada sumbu x dan 4 lengkungan
dari atas ke bawah pada sumbu y. Gelombang osiloskop menggambarkan dua kurva
gelombang sinusoidal. Pola gelombang lissajous dapat ditentukan dengan beda fase dan
beda frekuensi antara dua sinyal. Salah satu cara mengukur beda fase dan beda frekuensi
adalah dengan mode xy. Rumus gelombang lissajous mode xy adalah
x = A sin (at + δ), y = B sin (bt)
Dengan menggunakan pola gelombang lissajous maka informasi tentang hubungan dua
gelombang menjadi jelas. Simulasi dalam pola gelombang lissajous pada osiloskop dapat
dijelaskan dengan spreadsheets pada microsoft excel 2013. Spreadsheets menjadi
teknologi perangkat lunak dan paling banyak digunakan dalam pembelajaran fisika.
Spreadsheets telah terbukti bermanfaat untuk melakukan perhitungan numerik dan juga
untuk mengatur, memanipulasi, menjelajah, dan memvisualisasikan data.

D. Kesimpulan

Pola lissajous adalah sebuah penampakan pada layar osiloskop yang mencitrakan
perbedaaan atau perbandingan beda fasa, frekuensi dan amplitudo dari 2 gelombang
inputan pada osiloskop. Pola atau gambar lissajous yang terbentuk pada osiloskop
disebabkan oleh beda fasa dan beda frekuensi antara dua sinyal. Semakin besar
perbandingan frekuensi, maka semakin banyak gelombang yang terbentuk pada pola
lissajous. Metode yang digunakan untuk memahami cara menentukan rasio dari dua buah
sinyal frekuensi generator dan frekuensi yang tidak diketahui dengan metode lissajous.
Terdapat banyak jenis pola atau gambar lissajous. Hal ini dapat dilihat dari hasil
review pada jurnal ketiga. Kemungkinan saja masih banyak jenis dari pola lissajous
dengan beda fasa dan beda frekuensi masukan yang berbeda-beda. Beda fasa adalah
perbedaan waktu dua buah gelombang yang mempunyai frekuensi sama dalam berosilasi.
Dua buah gelombang bisa mempunyai besar amplitudo dan frekuensi yang sama tetapi
berbeda fasa. Salah satu cara mengukur beda fase dan beda frekuensi adalah dengan
mode xy.
Daftar Pustaka

Arrosyid, Barru. 2019. Analisis Karakterisasi Frekuensi dengan Pola Lissajous. Journal Of
Electrical Power, Instrumentation and Control (EPIC). 2(1): 90-96.
Mouromadhoni, Kasyfi Rifqi dan Heru Kuswanto. 2019. Visualisasi Karakter Gelombang
Lissajous pada Osiloskop Menggunakan Spreadsheet Microsoft Excel pada
Pembelajaran Fisika. Jurnal EDUSAINS. 11(2): 186-194.
Sehah, Abdullah Nur Aziz dan Zaroh Irayani. 2010. Pemanfaatan Teknik Lissajous untuk
Mengetahui Korelasi antara Kandungan Air terhadap Sifat Dielektrik Tanah (Studi
Kasus: Sampel Tanah Permukaan di Sekitar Kota Purwokerto). Jurnal Berkala Fisika.
12(3): 77- 84.

Anda mungkin juga menyukai