Anda di halaman 1dari 9

KAJIAN LITERATUR

INSTRUMENTASI PENGUKURAN FISIKA

PERCOBAAN V

PENGUKURAN FREKUENSI DENGAN METODE LISSAJOUS

DUSUSUN OLEH :

NAMA : SITI RAHAYU FITRIANI

NIM : E1Q018064

KELAS : C-IV

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATARAM

2020
Percobaan V

Pengukuran Frekuensi dengan Metode Lissajous

A. Tujuan
1. Mengetahui berbagai macam bentuk gambar Lissajous dengan dua buah sinyal
masukan yang berbeda frekuensinya.
2. Memahami cara menentukan rasio dari 2 buah sinyal frekuensi generator dan
frekuensi yang tidak diketahui dengan metode Lissajous.

B. Tinjauan Literatur
Frekuensi adalah suatu pernyataan yang menggambarkan berapa banyak
gelombang yang terjadi pada tiap detiknya dalam satuan Hz. Didalamnya terdapat
pengukuran pola lissajous. Pola Lissajous adalah sebuah penampakan pada layar
osiloskop yang mencitrakan perbedaaan atau perbandingan beda fase, frekuensi dan
amplitudo dari 2 gelombang inputan pada probe osiloskop. Pola lissajous tersebut juga
bisa digunakan untuk mengukur frekuensi pada motor induksi 3 fasa. Dimana nantinya
bisa diketahui kondisi lilitan motor induksi, apakah motor induksi tersebut masih dalam
kondisi baik atau tidak. (Arrosyid, 2019 : 90).
Bahan dielektrik adalah bahan yang tidak memiliki muatan bebas yang
berpengaruh penting terhadap sifat kelistrikan bahan tersebut. Bahan dielektrik sangat
penting dalam kelistrikan karena beberapa sifatnya dapat menyimpan muatan listrik,
melewatkan arus bolak-balik (AC) dan menahan arus searah (DC). Bahan dielektrik juga
dapat diartikan suatu bahan yang memiliki daya hantar arus yang sangat kecil atau
bahkan hampir tidak ada. Metode pengukuran konsentrasi bahan dielektrik yang umum
digunakan adalah menggunakan metode lissajous (loss tangen). Metode lissajous
merupakan metode sederhana karena hanya menggunakan beberapa peralatan sederhana
seperti osiloskop sinar katoda (Cathode Ray Oscilloscope, CRO), generator isyarat,
resistor serta keping logam sejajar.( Hidayatullah,.dkk, 2017 : 44).
Metode lissajous sangat sederhana karena hanya menggunakan peralatan antara
lain: Cathoda Ray Oscilloscope (CRO), generator isyarat, resistor dan keping logam
sejajar. Kelebihan metode lissajous ini adalah proses pengujiannya cepat, karena hanya
mengukur beberapa nilai tegangan berdasarkan tampilan kurva lissajous pada CRO dan
mengatur frekuensi medan listrik dari generator isyarat. Sampel yang akan diuji
diletakkan di antara keping sejajar sehingga membentuk suatu kapasitor dengan sampel
tersebut sebagai material dielektrik. Tegangan bolak-balik pada frekuensi yang dapat
divariasi dipasang pada kedua keping yang berfungsi sebagai elektroda(Sehah,2010:109).

C. Hasil Review
Laporan kajian literatur ketiga ini membahas mengenai Pengukuran Frekuensi
dengan Metode Lissajous. Kajian literatur ini bertujuan untuk mengetahui berbagai
macam bentuk gambar Lissajous dengan dua buah sinyal masukan yang berbeda
frekuensinya dan memahami cara menentukan rasio dari 2 buah sinyal frekuensi
generator dan frekuensi yang tidak diketahui dengan metode Lissajous. Frekuensi adalah
suatu pernyataan yang menggambarkan berapa banyak gelombang yang terjadi pada tiap
detiknya dalam satuan Hz.
Jurnal yang berjudul “Analisis Karakteristik Frekuensi dengan Pola Lissajous ”
menjelaskan mengenai pengertian Frekuensi dan Pola lissajous. Dimana Frekuensi itu
merupakan suatu pernyataan yang menggambarkan berapa banyak gelombang yang
terjadi pada tiap detiknya dalam satuan Hz. Bila ada tulisan 50 Hz berarti ada 50
gelombang yang terjadi dalam 1 detik, yang mana 1 gelombang terdiri atas 1 bukit dan 1
lembah. Ini berarti 1 buah gelombang memakan waktu 1/50 detik = 0.02 detik untuk
terksekusi sepenuhnya. Waktu yang dibutuhkan 1 gelombang untuk tereksekusi
seluruhnya biasa disebut Periode gelombang. Didalamnya terdapat pengukuran pola
lissajous. Pola Lissajous adalah sebuah penampakan pada layar osiloskop yang
mencitrakan perbedaaan atau perbandingan beda fase, frekuensi dan amplitudo dari 2
gelombang inputan pada probe osiloskop. Pola lissajous tersebut juga bisa digunakan
untuk mengukur frekuensi pada motor induksi 3 fasa. Dimana nantinya bisa diketahui
kondisi lilitan motor induksi, apakah motor induksi tersebut masih dalam kondisi baik
atau tidak. Didalam jurnal ini terdapat Salah satu modul praktikum yaitu karakterisasi
frekuensi dengan pola lissajous, yang biasa digunakan untuk membanding 2 sinyal atau
untuk mengetahuin nilai dari sebuah komponen yang belum diketahui frekuensi nya.
Metode yang digunakan adalah dengan cara membandingkan 2 sinyal dengan cara
digabungkan dalam 1 grafik sehingga akan membentuk sebuah pola. Contohnya dalam
jurnal tersebut terdapat gambar sinusioda amplitudo 50 frekuensi 1Hz, dimana Domain Y
menggambarkan amplitudo, sedangkan domain X menggambarkan waktu. Dari gambar
diatas disimpulkan bahwa gelombang tersebut memiliki amplitudo 50, frekuensi 1 Hz dan
periode 1 detik. Amplitudo adalah nilai puncak / maksimum positif dari sebuah
gelombang gelombang sinusoidal. Bila amplitudo suatu gelombang tertuliskan “50” maka
nilai keluaran dari gelombang tersebut akan bergerak 0 ke 50 ke 0 ke 50 ke 0 dan 50 lagi,
begitu seterusnya. Beda fasa adalah perbedaan sudut mulai antara 2 gelombang sinusoidal
yang sedang diamati. Dua sinyal yang diterima dari dua trafo tersebut maka akan
dikombinasikan menjadi satu sehingga didapatkan pola lissajous. Pola lissajous tersebut
akan didapatkan beda fasa antara kedua sinyal tersebut dan perbandingan frekuensi dan
amplitudo. Selain pada motor induksi 3 fasa, pola lissajous dapat juga digunakan untuk
analisa pada rangkaian R-L-C seri. Masing-masing komponen tersebut akan berpengaruh
tehadap gelombang sinusiodal antara tegangan dan arus. sehingga akan diketahui
komponen apakah yang akan membuat leading ( arus medahului tegangan ) atau lagging (
arus tertinggal tegangan ).
Kekurangan jurnal tersebut sedikit sekali dijelaskan tentang frekuensi , sehingga
pembaca kurang puas dalam mendapatkan informasi tentang frekuensi. Kelebihan jurnal
tersebut telah dijelaskan gambar rangkaian pengukuran pola lissajous dan sudah
dijelaskan sehingga pembaca bisa tau rangkaian pengukuran pola lissajous seperti apa.
Jurnal yang berjudul “Pengukuran Konsentrasi Larutan Gula Menggunakan
Transduser Kapasitif ” menjelaskan mengenai metode – metode yang digunakan didalam
bahan elektrik. Bahan dielektrik adalah bahan yang tidak memiliki muatan bebas yang
berpengaruh penting terhadap sifat kelistrikan bahan tersebut. Bahan dielektrik sangat
penting dalam kelistrikan karena beberapa sifatnya dapat menyimpan muatan listrik,
melewatkan arus bolak-balik (AC) dan menahan arus searah (DC). Bahan dielektrik juga
dapat diartikan suatu bahan yang memiliki daya hantar arus yang sangat kecil atau
bahkan hampir tidak ada. Bahan dielektrik ini dapat berwujud padat, cair dan gas. Ketika
bahan ini berada dalam medan listrik, muatan listrik yang terkandung di dalamnya tidak
mengalami pergerakan sehingga tidak akan timbul arus seperti bahan konduktor ataupun
semikonduktor, tetapi hanya sedikit bergeser dari posisi setimbangnya yang
mengakibatkan terciptanya pengutuban dielektrik. Bahan dielektrik ada dua jenis, yakni
polar dan non-polar. Molekul dielektrik polar berarti bahwa molekul dielektrik tersebut
ketika dalam keadaan tanpa medan listrik, antara elektron dan intinya telah membentuk
dipol. Sedangkan molekul non-polar ketika tidak ada medan listrik antara elektron dan
inti tidak tampak sebagai dua muatan terpisah. Dielektrik molekul polar maupun non
polar bila diletakkan dalam medan listrik akan mengalami polarisasi. Setiap bahan
isolator mempunyai sifat dielektrik yang berbeda-beda. Bahan dengan sifat dielektrik
yang cukup baik, banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku pada industri terutama
industri elektronik dan bangunan. Metode pengukuran konsentrasi bahan dielektrik yang
umum digunakan adalah menggunakan metode lissajous (loss tangen). Metode lissajous
merupakan metode sederhana karena hanya menggunakan beberapa peralatan sederhana
seperti osiloskop sinar katoda (Cathode Ray Oscilloscope, CRO), generator isyarat,
resistor serta keping logam sejajar. Metode lain untuk pengukuran konsentrasi bahan
dielektrik adalah menggunakan Diffferential Scanning Calorimetry (DSC). DSC
digunakan untuk mempelajari perubahan entalpi dari sampel lateks karet alam saat
dipanaskan di bawah suhu terkontrol. Perubahan total entalpi sampel dalam kisaran suhu
ini ditafsirkan sebagai akibat variasi kuantitas air yang ditambahkan kedalam sampel.
Pengukuran dilakukan dengan cara menimbang karet alam sebelum dimasukkan ke
sistem DSC untuk dikeringkan. Selain metode-metode tersebut, dikembangkan metode
pengukuran yang berbasis sensor atau transduser. Salah satu jenis transduser yang
dikembangkan adalah transduser kapasitif yang bekerja berdasarkan fenomena Electrical
Capacitance Tomography (ECT). Tomography adalah proses visualisasi gambar dua
dimensi maupun tiga dimensi yang banyak digunakan dalam proses industri. Electrical
capacitance tomography (ECT) merupakan salah satu proses dalam tomography. ECT
terdiri dari tiga bagian utama yaitu sensor, sinyal kondisioning, dan komputer. Sensor
terbuat dari plat tembaga yang berfungsi sebagai elektroda untuk mengukur perubahan
kapasitansi, sinyal kondisioning berupa rangkaian elektronik yang mengkonversi sinyal
dari elektroda menjadi data digital, sedangkan komputer berfungsi sebagai pengolah data
dan rekonstruksi image menjadi gambar dua dimensi atau tiga dimensi (Horng dkk.,
2003). Fenomena pada sistem ECT ini kemudian diadopsi untuk pengembangan
transduser kapasitif yang digunakan untuk mengukur kadar karet kering dengan
memanfaatkan perubahan kapasitansi dari suatu bahan uji yang mana hasil
pembacaannya berupa data tegangan dan konsentrasi larutan bahan.
Kekurangan jurnal tersebut tidak ada dijelaskan pengertian pengukuran sehingga
pembaca kurang puas dalam mendapatkan informasi didalam jurnal tersebut, sedangkan
kelebihan jurnal tersebut adalah sudah dijelaskan macam-macam metode, termasuk
metode lissajous. Jadi sesuai dengan judul praktikum ini.
Jurnal yang berjudul “Studi Analisis Sifat Dielektrik Tanah dengan Variasi
Porositas Pada Frekuensi Resonansi Rendah” membahas mengenai lissajous, seperti
pada jurnal sebelumnya. Salah satu metode yang mudah dan sederhana untuk menguji
tetapan dielektrik sampel batuan adalah metode lissajous. Metode lissajous sangat
sederhana karena hanya menggunakan peralatan antara lain: Cathoda Ray Oscilloscope
(CRO), generator isyarat, resistor dan keping logam sejajar. Kelebihan metode lissajous
ini adalah proses pengujiannya cepat, karena hanya mengukur beberapa nilai tegangan
berdasarkan tampilan kurva lissajous pada CRO dan mengatur frekuensi medan listrik
dari generator isyarat. Sampel yang akan diuji diletakkan di antara keping sejajar
sehingga membentuk suatu kapasitor dengan sampel tersebut sebagai material dielektrik.
Tegangan bolak-balik pada frekuensi yang dapat divariasi dipasang pada kedua keping
yang berfungsi sebagai elektroda. Dalam jurnal tersebut dijelaskan gambar-gambar
lissajous, dimana dimana ε0 adalah permitivitas dielektrik ruang hampa, d adalah jarak
antara dua keping sejajar, A adalah luas permukaan keping, r adalah jari-jari keping
sejajar, f adalah frekuensi generator isyarat dan R adalah hambatan resistor yang
terpasang. Terdapat kurva lissajous didalam jurnal tersebut yaitu Gambar lissajous
dengan VT terhubung ke X dan VR terhubung ke Y pada CRO. Pada frekuensi 600 kHz,
jumlah muatan permukaan induksi yang muncul dalam bahan dielektrik di sekitar keping
sejajar masih sedikit dan medan listrik induksi yang dihasilkan juga kecil. Karena medan
listrik induksi memiliki arah berlawanan terhadap medan listrik semula (original field),
maka keberadaan medan listrik induksi cenderung memperlemah medan listrik semula
(yang disuplai dari generator isyarat) ke dalam bahan dielektrik. Namun demikian, karena
jumlah muatan induksi di permukaan keping sedikit, maka medan listrik permukaan
induksi yang muncul juga kecil, sehingga keberadaan medan listrik ini tidak akan
memperlemah medan listrik semula secara total. Dengan demikian, terdapat arus listrik
yang mengalir melewati bahan dielektrik, sehingga sampel masih memiliki sifat
konduksi. Akibatnya nilai tetapan dielektrik sampel cenderung menjadi lebih kecil atau
relatif lebih kecil. Sedangkan pada frekuensi 2,75 MHz, jumlah muatan permukaan
induksi yang muncul dalam bahan dielektrik di sekitar keping sejajar relatif lebih banyak
(medan listrik induksinya relatif besar). Namun karena medan listrik semula yang
disuplai dari generator isyarat lebih besar (akibat frekuensinya lebih tinggi), maka
keberadaan medan listrik induksi yang memiliki arah berlawanan terhadap medan listrik
semula, cenderung sedikit memperlemah medan listrik semula. Dengan demikian,
terdapat arus listrik yang mengalir melewati bahan dielektrik, sehingga sampel seolah-
olah menjadi konduktor dan nilai tetapan dielektriknya menjadi jauh lebih kecil.
Kesimpulan yang dapat diambil didalam jurnal tersebut yaitu Peralatan untuk menguji
tetapan dielektrik material dengan metode lissajous dapat dirancang menggunakan alat
alat laboratorium seperti generator isyarat, osiloskop sinar katoda (CRO), keping sejajar
dan resistor. Hasil peralatan yang telah dirancang, dapat digunakan untuk menguji tetapan
dielektrik pada interval frekuensi resonansi rendah (low resonance frequency). Diperoleh
karakteristik sifat dielektrik sampel tanah dengan variasi porositas pada frekuensi
resonansi rendah (low resonance frequency), Karakteristik sifat dielektrik sampel tanah
ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti sifat-sifat fisik sampel, frekuensi generator
isyarat dan kadar air.

D. Kesimpulan
Berdasarkan tinjauan literatur dan hasil review untuk menjawab tujuan pertama
yaitu Mengetahui berbagai macam bentuk gambar Lissajous dengan dua buah sinyal
masukan yang berbeda frekuensinya. Gambar atau diagram lissajous adalah sebuah
penampakan pada layar osiloskop yang mencitrakan perbedaan atau perbandingan
antara beda fase, frekuensi dan amplitudo dari dua gelombang masukkan pada
setia chanel osiloskop. Frekuensi adalah suatu besaran yang menyatakan
banyaknya gelombang yang terjadi setiap detiknya yang dinyatakan dalam satuan
Hz. Amplitudo merupakan simpangan terjauh dari suatu gelombang atau juga dapat
didefinisikan sebagai nilai puncak atau maksimum positif dari sebuah
gelombang sinusoidal. Sedangkan beda fase adalah perbedaan sudut mulai antara
dua gelombang sinusoidal yang sedang diamati. Dua gelombang sinus dengan
frekuensi yang sama akan menghasilkan gambar Lissajous yang bisa berbentuk : garis
lurus, elips atau lingkaran, bergantung pada fasa dan amplitude kedua sinyal
tersebut. Sebuah lingkaran hanya dapat terbentuk, jika amplitude kedua sinyal
sama, jika kedua sinyal tidak sama dan/atau tidak sefasa akan terbentuk sebuah
elips yang sumbu-sumbunya adalah bidang horizontal dan bidang vertikal. Bentuk
pola lissajous juga dapat dibentuk dari dua gelombang yang saling tegak lurus dan
mempunyai perbandingan frekuensi (missal 1:2, 1:4 dan seterusnya). Bentuk pola
lissajous yang muncul pada osiloscop juga dapat dibentuk dari dua gelombang
yang saling tegak lurus dan mempunyai perbandingan frekuensi (missal
1:2, 1:4 dan seterusnya).
Berdasarkan tinjauan literatur dan hasil review untuk menjawab tujuan kedua
yaitu, Memahami cara menentukan rasio dari 2 buah sinyal frekuensi generator dan
frekuensi yang tidak diketahui dengan metode Lissajous. Metode lissajous merupakan
metode sederhana karena hanya menggunakan beberapa peralatan sederhana
seperti osiloskop sinar katoda (Cathode Ray Oscilloscope, CRO), generator
isyarat ,dan trafo step-down. Osiloskop ‘Dual Trace’ dapat memperagakan dua
buah sinyal sekaligus pada saat yang sama. Cara ini biasanya digunakan untuk
melihat bentuk sinyal pada dua tempat yang berbeda dalam suatu rangkaian
elektronik. Dengan metode lissajous Sinyal pertama dihubungkan dengan kanal B,
dan sinyal kedua dihubungkan dengan kanal A. Kemudian ubah mode osiloskop
menjadi mode x-y. Pada layar akan terlihat suatu lintasan berbentuk lingkaran, garis
lurus atau elips di mana dapat langsung ditentukan beda fase antara kedua sinyal
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Arrosyid.2019. Analisis Karakteristik Frekuensi dengan Pola Lissajous. Journal Of


Electrical Power, Instrumentation and Control (EPIC)
Teknik Elektro – Universitas Pamulang. vol. 9 : 90.
Hidayatullah,dkk. 2017. Pengukuran Konsentrasi Larutan Gula Menggunakan Transduser
Kapasitif . Jurnal Ilmu Fisika . Vol. 9 : 44.
Sehah . 2010. Studi Analisis Sifat Dielektrik Tanah dengan Variasi Porositas Pada
Frekuensi Resonansi Rendah . Jurnal Fisika flux. Vol 6 : 109.

Anda mungkin juga menyukai