Anda di halaman 1dari 30

Bab I

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari


pembangunan nasional, karena masalah kesehatan menyentuh hampir semua aspek
kehidupan manusia. Untuk mencapai tujuan tersebut, langkah-langkah yang akan
dilakukan tertuang pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2015 – 2019. Dalam peningkatan status kesehatan masyarakat, indikator
yang akan dicapai adalah :1

1. Menurunnya angka kematian ibu dari 359 per 100.000 kelahiran hidup menjadi
306 per kelahiran hidup

2. Menurunnya angka kematian bayi dari 32 menjadi 24 per 1.000 kelahiran hidup.

3. Menurunnya persentase BBLR dari 10.2% menjadi 8%.

4. Meningkatnya upaya peningkatan promosi kesehatan dan pemberdayaan


masyarakat, serta pembiayaan kegiatan promotif dan preventif.

5. Meningkatnya upaya peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat.

Indikator diatas dapat dicapai melalui pemberian ASI secara eksklusif.


Kematian bayi di Indonesia berdasarkan Riskesdas 2007 terbanyak disebabkan diare
(31.4%) dan penumonia (23.8%). Berdasarkan studi oleh Edmond K, et al kematian
bayi terutama karena infeksi dapat dicegah melalui pemberian ASI secara eksklusif
selama 6 bulan sejak awal kelahirannya tanpa memberikan makanan tambahan kepada
bayi.2 Selain itu dalam jurnal The Lancet disebutkan 20.000 kematian akibat kanker
payudara juga dapat ditekan melalui pemberian ASI, selain pemberian ASI sejak awal
kelahiran dapat mengurangi kematian ibu melalui mekanisme pencegahan terjadinya
perdarahan post-partum.3

Definisi pemberian ASI atau menyusui menurut WHO adalah sebagai berikut:

1. Menyusui eksklusif adalah memberikan hanya ASI pada bayi dan tidak memberi
bayi makanan atau minuman lain, termasuk air putih, kecuali obat-obatan dan
vitamin atau mineral tetes: ASI perah juga diperbolehkan, yang dilakukan sampai

1
bayi berumur 6 bulan.

1. Menyusui predominan adalah menyusui bayi, tetapi pernah memberikan sedikit


air atau minuman berbasis air, misalnya teh.

2. Menyusui parsial adalah menyusui bayi serta diberikan makanan buatan selain
ASI, baik susu formula, bubur atau makanan lainnya sebelum bayi berumur
enam bulan, baik diberikan secara kontinyu maupun diberikan sebagai makanan
prelakteal.

Pemberian ASI eksklusif telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 33


tahun 2012 yang mengharuskan semua pihak mendukung ibu menyusui hingga
pembatasan promosi susu formula. Didukung juga oleh Peraturan Menteri Kesehatan
No.15 tahun 2013 yang mengharuskan penyediaan ruang menyusui di tempat kerja
dan fasilitas umum.4-6 Namun begitu, berdasarkan hasil Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) cakupan ASI Eksklusif nasional tahun 2012 sebesar
42%. Kemudian berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Provinsi tahun 2013, angka
nasional cakupan pemberian ASI eksklusif bayi 0-6 bulan adalah sebesar 54.3%. Dan
terdapat 3 provinsi dengan angka cakupan terendah yaitu Maluku (25.2%), Papua
(31.5%), Jawa Barat (33.7%).

Angka cakupan program ASI eksklusif di Puskesmas Pedes tahun 2016 adalah
51.09% kurang dari target depkes yaitu 90% dan kurang dari rata-rata angka cakupan
di tingkat kabupaten Karawang yaitu 72.77%. Walaupun bila melihat dari target
RPJMN tahun 2019 yaitu 50% sudah mencapai target.

Berdasarkan hal diatas, maka dipikirkan perlu untuk dilakukan evaluasi pada
program ASI eksklusif di Puskesmas Pedes, Kabupaten Karawang, Jawa Barat
sehingga diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi instansi terkait dalam
upaya meningkatkan pencapaian pemberian ASI eksklusif di periode mendatang
sebagai mana telah ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten dan Provinsi serta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

1.2. Rumusan Masalah

1. Berdasarkan Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa penyebab terbanyak


kematian bayi di Indonesia adalah diare (31.4%) dan pneumonia (23.8%)

2
2. Studi Edmond K, et al pada tahun 2006, kematian bayi terutama oleh karena
infeksi dapat dicegah dengn pemberian ASI secara eksklusif selama 6 bulan
sejak awal kelahirannya tanpa memberikan makanan tambahan kepada bayi.

1. Berdasarkan SDKI tahun 2012 hanya sekitar 42% bayi di Indonesia yang
mendapat ASI secara eksklusif.

2. Berdasarkan Laporan Dinas Kesehatan Provinsi tahun 2013 angka nasional


cakupan ASI eksklusif di Indonesia adalah 54.3% dengan terdapat 3 provinsi
dengan cakupan terendah yaitu Maluku (25.2%), Papua (31.5%), Jawa Barat
(33.7%).

3. Angka cakupan program pemberian ASI eksklusif periode tahun 2017 di


Puskesmas Pedes hanya 69.93% kurang dari target yaitu 90% dan dari rata-
rata cakupan tingkat kabupaten Karawang tahun 2015 yaitu 72.77%.

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk menemukan dan mengenali masalah yang ada dalam program


ASI eksklusif 0-6 bulan di UPTD Puskesmas Pedes periode Januari –
Desember 2017 melalui pendekatan sistem agar target dapat tercapai di
akhir program.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Diketahuinya cakupan bayi berusia 0-6 bulan yang mendapatkan ASI


eksklusif di Puskesmas Pedes pada bulan Februari 2017 dan Agustus 2017

2. Diketahuinya cakupan kegiatan penyuluhan mengenai ASI eksklusif


di Puskesmas Pedes periode Januari sampai dengan Desember 2017

3. Diketahuinya penerapan 10 Langkah Menuju Keberhasilan


Menyusui (LMKM) di Puskesmas Pedes pada bulan Januari sampai dengan
desember 2017

4. Diketahuinya jumlah kegiatan pelatihan kader ASI oleh konselor


ASI di wilayah kerja Puskesmas Pedes periode Januari sampai dengan
Desember 2017

3
5. Diketahuinya cakupan pencatatan dan pelaporan di Puskesmas Pedes
pada bulan Februari 2017 dan Agustus 2017

1.4. Manfaat Evaluasi Program

1.4.1. Bagi Evaluator

1. Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh saat di bangku


kuliah.

2. Melatih serta mempersiapkan diri dalam menjalankan suatu program


khususnya program ASI eksklusif.

3. Mengetahui kendala yang akan dihadapi dalam mengambil langkah


yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, antara lain
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan.

4. Menumbuhkan minat dan pengetahuan mengevaluasi.

5. Mengembangkan kemampuan untuk berpikir kritis.

1.4.2. Bagi Perguruan Tinggi

1. Merealisasikan Tridharma Perguruan Tinggi.

2. Mewujudkan Universitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA) sebagai


masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di bidang kesehatan.

1.4.3. Bagi Puskesmas yang Dievaluasi

1. Mengetahui masalah-masalah yang ada dalam program ASI


eksklusif disertai dengan usulan atau saran sebagai pemecahan masalah

2. Memberi masukan dalam meningkatkan kerjasama dan membina


peran serta masyarakat dalam melaksanakan program ASI eksklusif secara
optimal

3. Membantu kemandirian puskesmas dalam upaya lebih mengaktifkan

4
program ASI eksklusif sehingga dapat memenuhi tolok ukur cakupan program

1.4.4. Bagi Masyarakat

1. Meningkatkan pembinaan peran serta masyarakat dalam kegiatan


ASI eksklusif.

2. Memperoleh pengetahuan dan informasi tentang ASI eksklusif


sehingga dapat mengubah perilaku masyarakat untuk turut serta mengikuti
program ASI eksklusif.

3. Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat terutami bayi dan balita


di wilayah kerja Puskesmas Pedes. Dengan tercapaiya keberhasilan program,
diarapkan imunitas bayi dan balita di wilayah kerja dapat meningkat sehingga
mengurangi angka kesakitan dan kematian bayi.

1 .5. Sasaran

Semua ibu hamil dan ibu yang mempunyai bayi berusia 0-6 bulan di seluruh
wilayah kerja Puskesmas Pedes, Kabupaten Karawang pada bulan Januari
sampai dengan Desember 2017.

5
Bab II

Materi dan Metode

2.1. Materi

Materi yang dievaluasi dalam program ini didapatkan dari laporan hasil kegiatan
program ASI eksklusif periode Januari sampai dengan Desember 2017 di Puskesmas
Pedes, yang berisi kegiatan antara lain :

▪ Laporan bulanan bayi usia 0-6 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif di
Puskesmas Pedes periode Januari sampai dengan Desember 2017

▪ Laporan kegiatan penyuluhan perorangan dan kelompok di Puskesmas


Pedes periode Januari sampai dengan Desember 2017

▪ Penerapan 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM) di


Puskesmas Pedes periode Januari sampai dengan Desember 2017

▪ Pelatihan kader ASI oleh konselor ASI pada periode Januari sampai dengan
Desember 2017

▪ Pencatatan dan pelaporan program ASI eksklusif di Puskesmas Pedes


periode Januari sampai dengan Desember 2017

2.2. Metode

Evaluasi program ini dilaksanakan dengan cara mengumpulkan data, analisis data,
dan pengolahan data sehingga dapat digunakan untuk menjawab permasalahan
pelaksanaan program pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Pedes periode Januari
sampai dengan Desember 2017 dengan cara membandingkan cakupan hasil program
terhadap tolok ukur yang telah ditetapkan dan menemukan penyebab masalah dengan
menggunakan pendekatan sistem.

6
Bab III

Kerangka Teoritis

3.1. Kerangka Teoritis

Gambar 1. Teori Pendekatan Sistem

Bagan di atas menjelaskan tentang sistem adalah gabungan dari elemen-


elemen yang saling dihubungkan dengan suatu proses atau struktur dan berfungsi
sebagai satu kesatuan organisasi dalam upaya menghasilkan sesuatu yang telah
ditetapkan. Bagian atau elemen tersebut dapat dikelompokkan dalam lima unsur,
yaitu:
3.1.1. Masukan (input), adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat
dalam sistem dan dibutuhkan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut,
terdiri dari tenaga (man), dana (money), sarana (material), metode
(method), mesin atau alat yang digunakan (machine), jangka alokasi
waktu (minute), lokasi masyarakat (market) dan informasi
(information).
3.1.2. Proses (process), adalah kumpulan bagian atau elemen yang ada di
dalam sistem dan berfungsi untuk mengubah masukan menjadi
keluaran yang direncanakan. Terdiri dari unsur perencanaan
(planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating)
dan pemantauan (controlling).
7
3.1.3. Keluaran (output), adalah kumpulan bagian atau elemen yang
dihasilkan dari berlangsungnya proses dalam sistem.
3.1.4. Lingkungan (environment), adalah bagian di luar sistem yang tidak
dikelola oleh sistem tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap sistem,
terdiri dari lingkungan fisik dan non fisik.
3.1.5. Umpan balik (feed back), adalah kumpulan bagian atau elemen yang
merupakan keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan dari
sistem tersebut, berupa pencatatan dan pelaporan yang lengkap,
monitoring dan rapat bulanan.
3.1.6. Dampak (impact), adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran dari
suatu sistem.

3.2. Variabel dan Tolok Ukur

Tolok ukur adalah nilai acuan atau standar yang telah ditetapkan dan
digunakan sebagai target yang harus dicapai pada tiap-tiap variabel sistem, yang
meliputi masukan, proses, keluaran, lingkungan dan umpan balik pada program
pemberian ASI eksklusif 0-6 bulan. (lampiran, tabel 3)

8
Bab IV

Penyajian Data

4.1. Sumber Data

Sumber data dalam evaluasi ini berupa data sekunder dan tersier yang berasal dari:

1. Profil kesehatan UPTD Puskesmas Pedes tahun 2017

2. Data Geografi dari Puskesmas Pedes tahun 2017

3. Data Demografi dari Puskesmas Pedes tahun 2017

4. Laporan bulanan bayi usia 0-6 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif di
Puskesmas Pedes periode Januari sampai dengan Desember 2017.

5. Laporan bulanan kegiatan penyuluhan perorangan dan kelompok di


Puskesmas Pedes periode Januari sampai dengan Desember 2017.

6. Laporan penerapan 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM)


di Puskesmas Pedes periode Januari sampai dengan Desember 2017.

7. Laporan kegiatan pelatihan kader ASI oleh konselor ASI periode Januari
sampai dengan Desember 2017.

8. Pencatatan dan pelaporan program ASI eksklusif di Puskesmas Pedes pada


bulan Februari 2017 dan Agustus 2017.

9. Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas (PKP) Triwulan II, III, IV pada


tahun 2017 dan triwulan I dan II pada tahun 2017 Puskesmas Pedes.

4.2. Data Umum

4.2.1. Data Geografis

▪ Luas Wilayah dan Batas-Batas

Puskesmas Pedes termasuk dalam wilayah administrasi


Kecamatan Pedes Kabupaten Karawang yang berada disebelah utara

9
kota Kabupaten. Kondisi geografis Puskesmas Pedes Kecamatan
Pedes sebagian besar terdiri dari dataran rendah dengan luas wilayah
5.115 Ha yang terbagi menjadi 8 Desa, 65 RW dan 136 RT, dengan
jumlah penduduk 58.132 jiwa. Dengan batas wilayah meliputi :

a. Sebelah utara berbatasan dengan wilayah kerja UPTD Puskesmas


Sungaibuntu
b. Sebelah selatan berbatasan dengan wilayah kerja UPTD Puskesmas
Kutamukti
c. Sebelah barat berbatasan dengan wilayah kerja UPTD Puskesmas
Cibuaya
d. Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah kerja UPTD Puskesmas
Kertamukti

Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Pedes Kecamatan Pedes mempunyai 8 Desa


binaan yaitu Desa Payungsari, Desa Karangjaya, Desa Kertaraharja, Desa
Rangdumulya, Desa Labanjaya, Desa Jatimulya, Desa Kertamulya, dan Desa
Malangsari. Jarak dari Puskesmas Pedes ke kota Kabupaten + 35 Km – 45 km
dengan waktu tempuh + 60 menit menggunakan roda empat.

4.2.2. Data Demografi

1) Jumlah penduduk secara keseluruhan di wilayah kerja UPTD Puskesmas


Pedes, Kecamatan Pedes,Kabupaten Karawang adalah sebesar 58.132
jiwa. (Lampiran II)
10

Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin adalah laki-laki 37.933 jiwa dan
jumlah perempuan 29.530 jiwa. Jumlah penduduk terbanyak yaitu Desa
Jatimulya dengan jumlah 9.905 jiwa. (Lampiran II)
10

2) Jumlah balita pada kecamatan pedes adalah 3.448 jiwa, jumlah bumil
adalah 1.050 jiwa, jumlah bulin bufas 1.035 jiwa. (Lampiran II)
10

3) Jumlah desa yang termasuk di wilayah kerja Puskesmas Pedes adalah


sebanyak 8 desa dengan jumlah kepala keluarga (KK) sebanyak 19.710
dan memiliki jumlah kader sebanyak 249 jiwa. (Lampiran II)
10

4) Tingkat kepercayaan terbesar penduduk di Kecamatan pedes yang

10
terbanyak adalah Islam dengan presentase 99,90%. 10

5) Tingkat pendidikan penduduk Kecamatan Pedes yang terbanyak adalah


tidak tamat SD sebanyak 3.097 jiwa dan tingkat pendidikan paling sedikit
adalah sarjana sebanyak 57 jiwa. 10

6) Mata pencaharian penduduk di wilayah UPTD Puskesmas Pedes,


Kecamatan Pedes adalah paling banyak petani sebesar 2.310 10

▪ Wilayah Administrasi

Wilayah kerja UPTD Puskesmas Pedes terdiri dari 8 desa, 136 RT, 65 RW,
38 dusun, dengan jarak desa terjauh 12 km dari Puskesmas Pedes. Desa-desa
tersebut adalah :

1. Desa Payungsari

2. Desa Kertajaya

3. Desa Kertaraharja

4. Desa Rangdumulya

5. Desa Labanjaya

6. Desa Jatimulya

7. Desa Kertamulya

8. Desa Malangsari

4.2.3. Data Fasilitas Kesehatan

Jenis sarana kesehatan yang tersedia di wilayah kerja Puskesmas Pedes, antara
lain sebagai berikut :
1. Puskesmas pembantu : 1 buah
2. Poskesdes : 1 buah
3. Pusling : 7 buah
4. Ambulance : 1 buah
5. Posyandu : 49 buah
6. Klinik bersalin : 8 buah
11
7. PONED : 1 buah
8. Klinik 24 jam : 2 buah
9. BPS : 3 buah
10. Pengobatan tradisional : 2 buah
11. Apotek : 1 buah
12. Paraji : 13 buah

4.3. Data Khusus

4.3.1. Masukan

a. Tenaga

▪ Penanggung jawab Program : 1 orang

▪ Petugas Gizi Kesehatan : 1 orang

▪ Konselor ASI : 1 orang

▪ Kader ASI : 8 orang

▪ Bidan : 11 orang

b. Dana

APBD : Ada

Bantuan Operasional Kesehatan : Ada

c. Sarana

▪ Infocus : Ada

▪ Layar : Ada

▪ Leaflet : Ada

▪ Lembar balik : Tidak ada

▪ Poster : Ada

▪ Formulir wawancara ibu hamil : Tidak ada

▪ Buku pedoman tenaga pelaksana gizi : Ada

12
▪ Alat tulis : Ada

▪ Ruang pojok ASI : Ada

d. Metode

▪ Penyuluhan

1. Perorangan

Penyuluhan perorangan diberikan oleh petugas kesehatan Puskesmas


kepada setiap ibu dan/atau anggota keluarga dari bayi sejak pemeriksaan
kehamilan sampai dengan periode pemberian ASI eksklusif selesai. Informasi
dan edukasi ASI eksklusif yang diberikan paling sedikit mengenai :

▪ Keuntungan dan keunggulan pemberian ASI

▪ Gizi ibu, persiapan dan mempertahankan menyusui

▪ Akibat negatif dari pemberian makanan botol secara


parsial terhadap pemberian ASI

▪ Kesulitan untuk mengubah keputusan untuk tidak


memberikan ASI

▪ Mengajarkan teknik menyusui yang benar

▪ Memberikan konseling bila ibu adalah penderita infeksi


HIV positif.

2. Kelompok

1. Petugas kesehatan puskesmas memberikan informasi dan


edukasi tentang pemberian ASI eksklusif termasuk IMD melalui kelas ibu
hamil;

2. Memberikan motivasi kepada ibu untuk memberikan ASI


eksklusif hingga bayi berusia 6 bulan dan melanjutkan hingga ke usia 2 tahun
didampingi dengan MPASI.

3. Mengajarkan teknik memberi ASI yang benar.

4. Mengajarkan metode penyimpanan ASI dan cara

13
memberikan ASI yang disimpan kepada bayi pada ibu yang bekerja.

5. Sepuluh langkah menuju keberhasilan menyusui


(LMKM), yang terdiri dari :

A) Setiap sarana pelayanan kesehatan mempunyai kebijakan tertulis yang


diketahui oleh seluruh anggota petugas kesehatan dan ditanda tangani oleh
kepala puskesmas.
B) Sarana pelayanan kesehatan melakukan pelatihan untuk staf sendiri atau
lainnya.
C) Menyiapkan ibu hamil untuk mengetahui manfaat ASI dan langkah
keberhasilan  menyusui. Memberikan konseling apabila ibu penderita
infeksi HIV positif.
D) Melakukan kontak dan menyusui dini bayi baru lahir (1 jam setelah lahir).
E) Membantu ibu melakukan teknik menyusui yang benar (posisi peletakan
tubuh bayi dan pelekatan mulut bayi pada payudara).
F) Memberikan ASI saja kepada bayi baru lahir kecuali ada indikasi medis.
G) Melaksanakan rawat gabung ibu dan bayi sepanjang waktu 24 jam.
H) Melaksanakan pemberian ASI  sesering dan semau bayi
I) Tidak memberikan dot kepada bayi

• Pojok ASI

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun


2013 tentang tata cara penyediaan fasilitas khusus menyusui dan atau memerah
air susu dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012
tentang pemberian air susu ibu eksklusif, tempat kerja dan tempat sarana umum
harus menyediakan ruang ASI sesuai standar.

• Pelatihan Kader

Pelatihan kader kesehatan mengenai ASI eksklusif dilakukan minimal 1 kali


pertahun. Pelatihan dilakukan oleh dokter, bidan, konselor ASI eksklusif atau
bagian promosi kesehatan.

4.3.2. Proses

a. Perencanaan (Planning)

14
Perencanaan tertulis mengenai penyuluhan :

1. Perorangan

Akan dilakukan pada setiap hari kerja oleh bidan di UPTD Puskesmas Pedes
jam 08.00 – 12.00.

1. Kelompok

Diadakan penyuluhan mengenai ASI Eksklusif di posyandu dibantu oleh


kader ASI sebanyak satu bulan sekali.

• Pelatihan kader

Akan dilakukan penjadwalan pelatihan kader oleh konselor ASI mengenai


program ASI eksklusif yang disediakan oleh petugas program gizi dan
disesuaikan dengan anggaran operasional yang tersedia setahun sekali.

• Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan dilakukan setiap saat bayi berkunjung ke Posyandu oleh bidan desa
di KMS kemudian di rekapitulasi pada register bayi pada kunjungan bulan
Februari dan Agustus.

Pelaporan dilakukan 2 kali setahun pada bulan Februari dan Agustus pada
laporan tahunan puskesmas.

b. Pengorganisasian (Organizing)

Dibuat struktur organisasi, Kepala Puskesmas sebagai penanggung jawab


program lalu melimpahkan kekuasaan kepada Koordinator program
(programmer), kemudian programmer melakukan koordinasi dengan pelaksana
program. Terdapat struktur tertulis dan pembagjan tugas yang teratur dalam
melaksanakankan tugasnya.

15
Kepala UPTD Puskesmas
DTP Pedes

Kelompok Jabatan Kepala Sub. Bagian Tata


Fungsional Usaha

Koordinator Petugas Koordinator Petugas Koordinator Petugas


Koordinator Petugas
Koordinator Petugas Pengendalian Penyakit Operasional Pustu
Operasional Pelayanan Operasional Petugas
Operasional Kesehatan dan Penyehatan (pembina desa) dan
dan Jaminan Farmasi dan
Keluarga dan Promosi Lingkungan Bidan Desa
Kesehatan Pengawasan Institusi

Gambar 3. Struktur Organisasi Bagian Gizi Keluarga Puskesmas Pedes

Pengorganisasian dalam program ASI eksklusif dibagi berdasarkan jabatan :

1. Kepala Puskesmas (dr. H. Warno Sumarno, SKM, MM, Kes)

1) Sebagai penanggung jawab program

2) Monitoring pelaksanaan kegiatan gizi keluarga

3) Melakukan evaluasi data hasil pelaksanaan kegiatan gizi keluarga di wilayah


kerja

2. Koordinator dan Pelaksana Gizi Keluarga (Diah Mustika K. AMG)

1) Sebagai koordinator dan pelaksana program

16
2) Melakukan pencatatan hasil keberhasilan program dan melaporkan hasil
pencatatan kepada Kepala Puskesmas Pedes setiap bulan.

3. Konselor ASI

1) Sebagai orang pilihan puskesmas yang dikirim untuk mengikuti pelatihan


konselor ASI oleh dinas kesehatan.

2) Setelah pelatihan, sebagai konselor ASI dapat melatih kader-kader posyandu


yang dipilih sebagai kader ASI pada satu wilayah.

4. Bidan KIA, bidan PONED dan bidan desa


1) Sebagai pelaksana kegiatan penyuluhan perorangan dan kelompok mengenai
ASI eksklusif
2) Sebagai bagian dari pelaksana program 10 Langkah Menuju Keberhasilan
Menyusui
3) Melakukan pencatatan bayi yang berkunjung ke Posyandu dan merekapitulasi
data untuk dilaporkan ke koordinator dan pelaksana gizi keluarga.

• Pelaksanaan (Actuating)

1. Penyuluhan

a) Perorangan

Dilakukan pada setiap hari kerja oleh bidan kepada ibu hamil dan ibu yang
mempunyai bayi berusia 0-6 bulan melalui wawancara di UPTD Puskesmas
Pedes, jam 08.00-12.00 namun tidak terdapat pencatatan dan pelaporan mengenai
hal ini.

b) Kelompok

Dilakukan penyuluhan di posyandu namun tidak terjadwal dan tidak


berkesinambungan. Sehingga hanya diberikan penyuluhan pada acara-acara
tertentu seperti Pekan ASI Sedunia (PAS). Dan juga tidak terdapat pencatatan dan
pelaporan.

2. Pencatatan dan Pelaporan

1. Pencatatan

17
a) Pemindahan catatan informasi ASI pada KMS dengan kode-kode atau
simbol (√, X, A) yang telah diisi ke dalam register bayi. Hal ini
dilakukan setiap bulan pada saat bayi berkunjung ke Posyandu.
Berdasarkan register bayi, pada kunjungan terakhir (Februari atau
Agustus) dilakukan penghitungan jumlah masing-masing kode-kode
atau simbol (√, X, A).
b) Bidan di desa merekapitulasi jumlah masing-masing kode atau symbol
(√, X, A) pada kunjungan terakhir (Februari dan Agustus) di Posyandu
ke dalam formulir rekapitulasi di desa/kelurahan.
c) Tenaga pelaksana gizi (TPG) Puskesmas merekapitulasi jumlah kode
atau symbol (√, X, A) kunjungan terakhir dari desa ke dalam formulir
rekapitulasi di Puskesmas.
d) Pelaporan
1. Dilakukan pelaporan 2 kali dalam 1 tahun pada laporan tahunan
puskesmas oleh petugas Program Gizi berdasarkan laporan dari
bidan-bidan desa.

▪ Pengawasan (Controlling)

Tiap bulan diadakan lokakarya bulanan di Puskesmas Pedes dan dipimpin


oleh Kepala Puskesmas untuk mengetahui apakah program berjalan sesuai
rencana.

4.3.3. Keluaran

1) Cakupan Penyuluhan tentang ASI eksklusif: tidak ada data

2) Program membantu LMKM (Cakupan Bayi yang mendapatkan IMD):


tidak ada data

3) Jumlah bayi lahir hidup di wilayah kerja Puskesmas Pedes

4) Jumlah bayi lahir hidup dan yang mendapat Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
di wilayah Puskesmas Pedes.

5) % Cakupan Inisiasi Menyusu Dini (IMD): 78.77% (sudah mencapai target)

6) Cakupan bayi rawat gabung : tidak ada data

18
7) Cakupan ASI eksklusif sebesar 69.93% belum mencapai target

Tabel 2. Bayi usia 0 – 6 bulan yang mendapat ASI eksklusif di wilayah kerja
Puskesmas Pedes periode Februari 2017 dan Agustus 2017

Bulan Jumlah bayi usia 0 – 6 bulan dengan ASI


eksklusif
Februari 2017 231
Desember 2017 425
Jumlah 656

Tabel 2. Bayi usia 0 – 6 bulan yang datang dan tercatat dalam register
pencatatan/KMS di wilayah kerja Puskesmas Pedes periode Februari
2017 dan Agustus 2017

Bulan Jumlah bayi usia 0 – 6 bulan yang datang dan


tercatat dalam KMS
Februari 2017 403
Agustus 2017 535
Jumlah 938

1. % Bayi usia 0 – 6 bulan mendapat ASI eksklusif

= (656/938)x100%= 69.93%

8) Target : 90% per tahun

9) Kesimpulan : Cakupan ASI eksklusif sebesar 51.09% tidak sesuai dengan


target yaitu 90%

10) Besar masalah : (90-20.07)/90x100%= 22.3%

19
11) Cakupan pencatatan dan pelaporan

= Laporan yang disajikan berdasarkan pencatatan bulanan

4.3.4. Lingkungan

1. Lingkungan fisik

Lokasi puskesmas : mudah dijangkau oleh bidan desa karena terdapat akses
jalan yang dapat dilalui sepeda motor, dan jarak desa ke puskesmas paling
jauh 12 km sehingga tidak mempengaruhi pelaksanaan program secara
signifikan.

Transportasi : Sarana transportasi tersedia sepeda motor

Fasilitas kesehatan lain : ada

2. Lingkungan non fisik

Pendidikan : tingkat pendidikan penduduk kecamatan Pedes terbanyak adalah


tidak tamat SD sebanyak 46.79%.

Sosial ekonomi : mata pencaharian penduduk di kecamatan Pedes adalah


petani sebanyak 72.39%

4.3.5. Umpan Balik

Adanya rapat kerja (lokakarya) bulanan bersama kepala puskesmas satu bulan
sekali yang membahas laporan kegiatan evaluasi program yang telah
dilaksanakan.

4.3.6. Dampak

1. Dampak langsung : meningkatnya status gizi bayi usia 0-6 bulan


sehingga dapat mencegah kejadian diare dan pneumonia pada bayi (belum
dapat dinilai).

20
2. Dampak tidak langsung : meningkatnya derajat kesehatan
masyarakat

Bab V

Pembahasan Masalah

5.1. Masalah Menurut Variabel Keluaran

No. Variabel Tolok Ukur Pencapaian Masalah


(%) (%) (%)

1. Cakupan ASI eksklusif 0-6 90% 69.93 % 22.3%


bulan

2. Kegiatan penyuluhan luar 100% 0% 100%


gedung mengenai ASI

4. Cakupan pelatihan kader 100% Tidak ada Tidak ada


data data

5. Cakupan pojok ASI 100% Tidak ada Tidak ada


data data

5.2. Masalah Menurut Variabel Masukan

21
No. Variabel Tolok Ukur Pencapaian Masalah

1. Sarana 1. Lembar balik ▪Tidak ada (+)


(Material) 2.Formulir wawancara ibu ▪Tidak ada
hamil (+)

5.3. Masalah Menurut Variabel Proses


No Variabel Tolok Ukur Pencapaian Masalah
1. Perencanaan 1.Penerapan sepuluh1.Belum ada(+)
langkah menujuperencanaan tentang
keberhasilan menyusui penerapan 10 langkah
menuju keberhasilan
menyusui
2.Penjadwalan 2.Belum ada jadwal(+)
pelatihan kader olehpelatihan kader
konselor ASI
mengenai pemberian
ASI eksklusif
2. Pelaksanaan 1. Penerapan sepuluh1. Tidak Puskesmas(+)
langkah menuju belum menerapkan.
keberhasilan
menyusui
2.Dilakukan
penyuluhan 2. Tidak ada data(+)
perorangan setiap hari penyuluhan
kerja, penyuluhan perorangan.
kelompok setiap
posyandu dan kelas
ibu

5.4. Masalah Menurut Variabel Lingkungan

No. Variabel Tolok Ukur Pencapaian Masalah

1. Non fisik Tingkat Tingkat pengetahuan manfaat (+)

22
pendidikan pemberian dan bagaimana cara
masyarakat pemberian ASI eksklusif masih
kurang.

Bab VI

Perumusan Masalah

6. 1. Masalah Sebenarnya (Menurut Keluaran)

▪ Cakupan ASI eksklusif 0-6 bulan periode Januari-Desember 2017


sebesar 69.93% dari tolok ukur 90%.

▪ Cakupan penyuluhan kelompok mengenai ASI eksklusif periode Januari


– Desember 2017 sebesar 0% dari tolok ukur 100%.

▪ Cakupan pelatihan kader tidak ada data

▪ Cakupan pelaksanaan pojok ASI tidak ada data

6.2. Masalah Menurut Unsur Lain (Penyebab)

6.2.1. Masukan

Material : Tidak adanya lembar balik dan formulir wawancara ibu hamil

6.2.2. Proses

▪ Perencanaan

Belum ada perencanaan kebijakan sepuluh langkah menuju keberhasilan


menyusui. Belum ada penjadwalan pelatihan kader sebanyak sekali dalam tiap
bulan.
▪ Pelaksanaan
Puskesmas belum menerapkan sepuluh langkah menuju keberhasilan
menyusui. Tidak ada data mengenai bayi yang dilakukan rawat gabung dan
tindak lanjut ibu-bayi pasca perawatan di pelayanan kesehatan.
▪ Kurangnya penyuluhan mengenai ASI eksklusif dalam tiap

23
pelaksanaan posyandu

6.2.3. Lingkungan
▪ Tingkat pengetahuan manfaat pemberian dan bagaimana cara pemberian
ASI eksklusif masih kurang
Bab VII

Prioritas Masalah

7.1. Masalah menurut keluaran :

I. Cakupan ASI ekslusif periode Januari sampai dengan Desember 2017


sebesar 51.09% dari tolak ukur 90.00%.
II. Cakupan penyuluhan kelompok mengenai ASI eksklusif di posyandu
periode Januari sampai dengan Desember 2017 sebesar 0% dari tolak
ukur 100%.
III. Cakupan pelatihan kader di wilayah kerja puskesmas Pedes periode
Januari sampai dengan Desember 2017 tidak ada data
IV. Cakupan pelaksanaan kegiatan pojok ASI di wilayah kerja puskesmas
Pedes periode Januari sampai dengan Desember 2017 tidak ada data

No Parameter Masalah
I II III IV
1 Besar masalah 5 4 3 3
2 Besar ringan akibat yang 4 3 4 2
ditimbulkan
3 Keuntungan sosial karena 5 3 3 4
selesainya masalah
4 Teknologi yang tersedia 5 4 3 2
5 Sumber daya yang tersedia untuk 5 4 4 2
menyelesaikan masalah
Jumlah 24 18 17 13

Keterangan:
24
5: Sangat penting

4: Cukup penting

3: Penting

2: Kurang penting

1: Tidak penting

Yang menjadi prioritas masalah adalah:

 Cakupan ASI ekslusif periode Januari sampai dengan Desember 2017


sebesar 51.09% dari tolak ukur 90.00%.
 Cakupan penyuluhan kelompok mengenai ASI eksklusif di posyandu
periode Januari sampai dengan Desember 2017 sebesar 0% dari tolak
ukur 100%.

Bab VIII

Penyelesaian Masalah

25
8.1. Masalah 1: Cakupan ASI Eksklusif 0-6 bulan periode Januari sampai
dengan

Desember 2017 sebesar 69.93% dari tolok ukur 90%

Penyebab Masalah:
▪ Masukan :
Kurangnya media dan fasilitas untuk menambah pengetahuan ibu hamil,
keluarga yang memiliki bayi usia 0 – 6 bulan tentang kebaikan pemberian
ASI berupa lembar balik dan formulir wawancara ibu hamil.
e. Proses
Belum ada penjadwalan pelatihan kader oleh konselor ASI mengenai
program gizi dan disesuaikan dengan anggaran

a. Pelaksanaan

Ada pelatihan kader oleh konselor ASI namun hanya empat kali sejak
tahun 2017

Penyelesaian Masalah :

1. Meningkatkan kerjasama dengan bagian promosi kesehatan dan


kesehatan ibu dan anak dalam menjalankan program ASI eksklusif.

2. Di setiap tempat pelayanan kesehatan (termasuk posyandu) dipasang


media promosi (poster) tentang keuntungan pemberian ASI
dibandingkan susu formula.

3. Mengupayakan fasilitas yang mendukung peningkatan pemberian ASI


eksklusif bagi ibu yang menyusui di tempat-tempat umum, misal yang
sedang dalam perjalanan (darat, udara, laut), perkantoran, pertokoan,
dll.

4. Mengupayakan agar semua petugas dan sarana pelayanan kesehatan


mendukung perilaku menyusui yang optimal melalui penerapan 10
langkah menuju keberhasilan menyusui.

26
8.2. Masalah 2: Cakupan penyuluhan kelompok mengenai ASI eksklusif di
luar gedung periode Januari-Desember 2017 sebesar 0% dari tolok ukur
100%.

Penyebab Masalah :

1. Tidak ada jadwal penyuluhan yang tersusun disertai materi yang belum
direncanakan sehingga penyuluhan tidak terarah dan tidak berkesinambungan.

2. Kurangnya keaktifan bidan dalam melaksanakan pemberian penyuluhan ASI


eksklusif

3. Suasanya posyandu ada beberapa yang kurang layak, sehingga sistem pelayanan 5
meja tidak berjalan sebagaimana mestinya.

Penyelesaian Masalah :

▪ Pembuatan jadwal berisi tanggal waktu, lokasi posyandu dan materi yang akan
disampaikan selama 1 tahun.

▪ Pemberian motivasi atau reward bagi bidan desa / konselor oleh kepala
puskesmas bagi desa terbaik dalam cakupan ASI eksklusif.

▪ Perbaikan kondisi posyandu sehingga posyandu lebih representatif untuk


dijadikan tempat promosi ASI eksklusif.

27
Bab IX

Kesimpulan dan Saran

9.1. Kesimpulan

Dari hasil evaluasi program pemberian ASI Eksklusif yang dilakukan dengan
pendekatan sistem di Puskesmas Pedes untuk periode Juni 2018, didapatkan
beberapa permasalahan dalam program ASI eksklusif yang mampu
mempengaruhi keberhasilan program. Adapun hasil yang didapatkan adalah
sebagai berikut :

▪ Cakupan ASI eksklusif periode Januari sampai dengan Desember 2017


sebesar 69.93% dari tolok ukur 90%

▪ Cakupan penyuluhan kelompok mengenai ASI eksklusif diluar gedung


periode Januari sampai dengan Desember 2017 sebesar 0% dari tolok
ukur 100%

▪ Cakupan IMD periode Januari sampai dengan Desember 2017 sebesar


78.31% dari tolok ukur 38%

▪ Pelaksanaan kegiatan pojok ASI tidak aktif

9.2. Saran

Saran untuk Puskesmas Pedes :

a. Merencanakan kerjasama dengan bagian promosi kesehatan dan


kesehatan ibu dan anak serta melakukan pembagian tugas.

b. Merencanakan penyuluhan kelompok mengenai ASI eksklusif dalam


posyandu ataupun kelas ibu hamil secara rutin dan berkesinambungan.
Serta menggalakkan semangat di kalangan tenaga kesehatan untuk
menjalankan 10 LMKM.

c. Menjadikan posyandu sebagai tempat untuk mempromosikan ASI


eksklusif dengan memasang media promosi seperti poster sehingga tidak
dibebankan sepenuhnya kepada kader.

28
d. Melakukan pelatihan kader secara rutin setiap bulan dan melakukan
pertemuan dengan kader secara rutin untuk evaluasi program.

Apabila saran penyelesaian masalah ini dapat diterima dan dilaksanakan


dengan baik, diharapkan cakupan program pemberian ASI eksklusif di
Puskesmas Pedes dapat mencapai target dan tidak kembali gagal di
periode berikutnya.

29
Daftar Pustaka

▪ Departemen Kesehatan RI. Kebijakan perencanaan pembangunan kesehatan


(rpjmn 2015-2019). [diunduh: 20 Juni 2018]. Tersedia dari :

www.depkes.go.id/resources/download/rakerkesnas-2015/reg-
timur/Bappenas.pdf

▪ Edmond, K, et al. 2006, Delayed Breastfeeding Initiation Increases Risk of


Neonatal Mortality Seth DOI: 10.1542/peds.2005-149 Pediatrics 2006;117;3.

▪ Maharani D. Pemberian ASI cegah 800 ribu kematian bayi per tahun. Kompas,
1 Februari 2016. Dibaca dari :

http://health.kompas.com/read/2018/06/20/130000523/Pemberian.ASI.Cegah.
800.Ribu.Kematian.Bayi.per.Tahun

▪ Menteri Kesehatan RI. Peraturan menteri kesehatan republik Indonesia nomor


15 tahun 2013. [Diunduh pada : 20 Juni 2018] Tersedia dari :

http://www.gizikia.depkes.go.id/wp-
content/uploads/downloads/2013/08/Permenkes-No.-15-th-2013-ttg-Fasilitas-
Khusus-Menyusui-dan-Memerah-ASI.pdf

▪ Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI. Peraturan pemerintah republik
Indonesia nomor 33 tahun 2012. [Diunduh pada: 20 Juni 2018]. Tersedia
dari :http://www.gizi.depkes.go.id/download/Kebijakan%20Gizi/Pokok-Pokok
%20PP%20Nmr%2033%20Thn%202012%20Ttg%20Pemberian%20ASI
%20Eksklusif.pdf

▪ Kementerian Kesehatan RI. Rencana aksi akselerasi pemberian ASI eksklusif


2012-2014. 2012. [Diunduh pada : 20 Juni 2018] Tersedia dari :

http://perpustakaan.depkes.go.id:8180/handle/123456789/2045

▪ Kementerian Kesehatan RI. Infodatin: pusat data dan informasi kementrian


kesehatan RI. 2014. [Diunduh pada: 20 Juni 2018]. Tersedia dari :
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin

30

Anda mungkin juga menyukai