(Skripsi)
Oleh
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRAK
Oleh
Kata kunci: bawang putih, daun salam, lengkuas, serai, lada, opor ayam.
ABSTRACT
By
This study aimed to determine the formulation of natural spices that produce the
best “opor ayam” storage time. The study was arranged in a Complete
Randomized Block Design with two factors treatments and two replications. The
first factor was the formulation of spices with 7 levels and the second factor was
the storage time of “opor ayam” with 5 levels, namely 0 hours, 12 hours, 24
hours, 36 hours, and 48 hours. The data were analyzed by analysis of variance and
Orthogonal Polynomial and Orthogonal Contrast test. The ANOVA test showed
that there was an interaction between the spices formulations and the storage time
on the aroma, compactness, and overall acceptability, but not on the pH. The
spices formulations and storage time of “opor ayam” had a very significant effect
on the aroma, compactness, overall acceptability, and pH respectively. The 3 best
formulation resulted were obtained based on the preference test with three
replications were further tested using the Duncan test. The spices formulation that
produced the best storage time until 24 hours and liked by consumers having the
highest spices were 40 g of garlic, 5 g of bay leaf, 18 g of galangal, 5 g of pepper
and 50 g of lemongrass.
Oleh
Skripsi
pada
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Drs. Herry Heryadi dan Ibu Drs.
Neneh Iriani serta merupakan adik dari Dea Indah Riani Putri dan kakak dari
Dasar Kartika II-5 Bandar Lampung, diselesaikan pada tahun 2008, selanjutnya
diselesaikan pada tahun 2011, dan Sekolah Menengah Atas Yayasan Pembina
Unila (YP Unila) yang diselesaikan pada tahun 2014. Pada Tahun 2014, penulis
Universitas Lampung periode 2015-2016 dan pernah menjadi Ketua Bidang Dana
dan Usaha Himpunan Mahasiswa Jurusan Teknologi Hasil Pertanian (HMJ THP)
Pengolahan Mie di Bogasari Baking Center Cabang Karapitan Bandung” dan pada
bulan Januari-Maret tahun 2018 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN)
Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang telah
penelitian dan penulisan skripsi ini. Dalam kesempatan ini, penulis ingin
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas
2. Ibu Ir. Susilawati, M.Si., selaku Ketua Jurusan Teknologi Hasil Pertanian,
3. Bapak Prof. Dr. Ir. Murhadi, M, Si. selaku Pembimbing Akademik dan
skripsi ini.
4. Bapak Drs. Azhari Rangga, M. App. Sc. selaku pembimbing kedua yang
6. Papah, Mamah, Teteh Dea, Adek Fadil tersayang, seluruh keluarga besarku
serta Dwi Prasetia yang telah memberikan semangat, nasihat, dan do’a
7. Segenap Bapak/Ibu dosen serta staf dan karyawan yang membekali banyak
FP Unila.
8. Teman, Sahabat, sekaligus keluarga Angkatan 2014, terima kasih atas segala
diberikan dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Halaman
DAFTAR TABEL .................................................................................... xvi
I. PENDAHULUAN
3.5. Pengamatan................................................................................ 28
3.5.1. Uji Organoleptik ............................................................. 28
3.5.2. Derajat Keasaman (pH) .................................................. 30
V. KESIMPULAN
LAMPIRAN.............................................................................................. 56
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
7. Hasil uji ranking ketiga sampel yang telah diuji lanjut Duncan ......... 45
10. Hasil analisis ragam uji skoring aroma opor ayam ............................. 59
11. Hasil uji lanjut OP dan OC uji skoring aroma opor ayam .................. 60
15. Hasil uji lanjut OP dan OC uji skoring kekompakan opor ayam ........ 65
16. Hasil pengamatan uji hedonik penerimaan keseluruhan opor ayam... 67
19. Hasil uji lanjut OP dan OC uji hedonik penerimaan keseluruhan opor
ayam .................................................................................................... 70
23. Hasil uji lanjut OP dan OC uji keasaman (pH) opor ayam ................. 75
Gambar Halaman
khasiat dan karakteristik tertentu dari produk yang ingin dihasilkan. Beberapa
rempah sebagai bahan penambah citarasa agar mendapatkan citarasa yang dapat
diterima dan menciptakan citarasa makanan yang lebih nikmat (Anggraini, 2014).
alami dalam bahan pangan sehingga makanan tersebut dapat diterima oleh konsumen.
Formulasi penambahan bumbu yang digunakan dari bahan rempah-rempah dan aroma
yang khas yang tercipta dari rempah-rempah yang digunakan tersebut mampu
menghasilkan makanan yang nikmat dan dapat memberikan kepuasan bagi orang
yang mengkonsumsinya.
memperlambat atau mencegah proses oksidasi. Zat ini secara nyata mampu
mengandung zat antimikroba tinggi yaitu kemangi dan serai (Sangi dan Katja, 2011).
Selain itu, rempah-rempah yang juga memiliki zat antimikroba misalnya bawang
putih, lengkuas, jahe, kunyit, pala, dan bawang merah (Sari, 2016).
Masalah yang sering dihadapi pada pembuatan bumbu dari bahan baku rempah-
rempah adalah masalah kerusakan yang disebabkan oleh proses oksidasi yang dapat
menyebabkan ketengikan pada produk dan juga dapat mempengaruhi waktu simpan
dari produk tersebut (Winarno, 1992). Kerusakan bahan pangan oleh proses oksidasi
lemak yang terjadi selama penyimpanan dapat menyebabkan ketengikan pada produk
pangan. Menurut Cuvelier et. al. (1994), oksidasi lemak tidak hanya menyebabkan
penurunan nilai gizi dan kualitas makanan, tetapi juga menghasilkan produk
teroksidasi seperti radikal bebas yang dapat menyebabkan beberapa reaksi kimia yang
tidak diinginkan.
yang menjadi ciri khasnya kadangkala menjumpai masalah penyimpangan off flavor
dan off odor sebelum dikonsumsi atau diantarkan ke pemesan salah satunya adalah
opor ayam, karena masakan opor ayam ini menggunakan santan dan nutrisi yang
menerima pesanan opor ayam karena produk tersebut mudah mengalami off flavor
dan off odor. Hal ini terjadi karena adanya penambahan santan pada masakan opor
ayam tersebut. Santan merupakan produk pangan yang mengandung kadar air dan
pembusuk sehingga santan menjadi mudah rusak yang menyebabkan masakan opor
3
ayam menjadi cepat rusak pula (Mulia, 1995). Hal ini menyebabkan produk sejenis
opor ayam yang banyak dipesan tidak awet sehingga dapat merugikan pemesan dan
konsumen. Opor ayam merupakan masakan khas yang selalu disajikan ketika waktu
Lebaran tiba. Hal ini juga menyebabkan para ibu rumah tangga kuatir saat
menyajikan opor ayam, karena masakan ini mudah mengalami off flavor dan off odor
Penelitian ini ditujukan untuk para usaha catering yang memproduksi opor ayam
dengan pelanggan diatas 1000 orang. Rata-rata makanan dengan nutrisi lengkap
seperti opor ayam ini hanya bertahan selama ±6 jam jika tanpa menggunakan
pengawet kimia sintetik. Oleh karena itu, harus ditemukan pengawet alami untuk
masakan yang tidak berbahaya jika dikonsumsi. Pada penelitian ini, akan diteliti
penggunaan rempah-rempah alami pada masakan opor ayam ini bertujuan untuk
menjadi pengawet alami pada masakan sehingga opor ayam waktu simpannya lebih
lama untuk dikonsumsi konsumen, seperti bawang putih, daun salam, serai, dan lain-
lain.
Bahan baku opor ayam yaitu ayam potong, santan, garam, gula, dan berbagai rempah-
rempah seperti bawang merah, bawang putih, serai, daun salam, daun jeruk, lada,
kemiri, laos, jinten dan ketumbar. Beberapa komponen kimia antimikroba yang
terkandung dalam rempah-rempah yang digunakan pada pembuatan opor ayam yaitu
steroid dan fenol yang terkandung dalam bawang merah (Ibrani, 2012), senyawa
allicin yang terkandung dalam bawang putih (Feldberg, et.al., 1988), dan senyawa
flavonoid yang terkandung dalam daun salam (Cushnie dan Lamb, 2011). Rempah-
4
rempah alami yang digunakan dalam pembuatan opor ayam memiliki keunikan
dapat berfungsi sebagai bahan pengawet alami sehingga opor ayam dapat tahan
disimpan selama beberapa hari (Rahayu, 2000). Hasil penelitian Murhadi dkk (2007),
menunjukkan bahwa ekstrak bubuk daun salam dengan pelarut etilasetat setelah
dipanaskan 100°C sampai 60 menit cukup efektif menghambat tiga bakteri yaitu P.
aeruginosa, S. aureus, dan B. subtilis dengan daya antibakteri rata-rata diatas 80%.
1.2 Tujuan
dengan konsentrasi biasa tidak dapat mengawetkan makanan tetapi pada konsentrasi
mempunyai kemampuan penghambatan yang khas untuk satu jenis mikroba tertentu.
cukup kuat adalah bawang merah (Johnson dan Vaughn, 1969), bawang putih
(Thomas, 1984), jahe (Jenie et al., 1992), dan lengkuas (Rahayu, 1999). Oleh karena
5
itu, penelitian ini bertujuan untuk mencari formulasi terbaik dari berbagai macam
rempah-rempah yang digunakan dalam pembuatan opor ayam agar masa simpannya
antimikroba yang cukup tinggi. Bawang merah memiliki komponen kimia aktif
antimikroba yaitu steroid dan fenol (Ibrani, 2012). Bawang putih mengandung
senyawa aktif fenol yang dapat berperan sebagai antioksidan (Nambiar dan Matela,
2012). Daun salam mengandung flavonoid yang mengandung antibakteri yang tinggi
(Cushnie dan Lamb, 2011). Bubuk daun salam 50 gram yang diekstrak dengan etanol
atau etilasetat memiliki aktivitas antibakteri yang tinggi mencapai 80% (Murhadi et.
al., 2007). Seperti rempah lainnya, lengkuas kaya akan senyawa fenolik, seperti
flavonoid dan asam fenolat yang memiliki aktivitas antimikroba tinggi (Muchtadi dan
Sugiyono, 1992).
Menurut Buckle dkk. (1987), bentuk-bentuk kerusakan bahan pangan oleh mikroba
lendir, dan perubahan warna. Berdasarkan keterangan diatas, kerusakan opor ayam
rempah-rempah dan bumbu asli Indonesia ternyata banyak mengandung zat aktif
antimikroba. Zat antimikroba ini yang akan berpotensi untuk dijadikan sebagai
pengawet alami (Buckle dkk., 1987). Bumbu masakan yang menggunakan rempah-
rempah dengan jumlah yang lebih besar diduga dapat berpengaruh terhadap waktu
simpan suatu masakan. Selain itu, jenis rempah-rempah yang digunakan dalam suatu
masakan diduga berpengaruh pula terhadap waktu simpan opor ayam, semakin tinggi
kandungan antimikroba pada suatu jenis rempah yang digunakan, maka bepengaruh
besar pula terhadap waktu simpan suatu masakan. Hal ini didukung dengan penelitian
Lestari et. al. (2005) bahwa penggunaan konsentrasi minyak atsiri lengkuas putih
yang semakin besar, zona hambatan yang terbentuk akan semakin luas, yang berarti
Pada penelitian kali ini, dilakukan penelitian pendahuluan yaitu melalui data sekunder
yang di dapat dari jurnal dan survey pada beberapa catering di Bandar Lampung
ayam dalam mempengaruhi waktu simpan opor ayam pada catering-catering tersebut.
rempah-rempah yang paling dominan yang dapat memperpanjang waktu simpan opor
ayam yaitu formulasi yang bersumber dari catering Ummi. Pada catering Ummi, opor
ayam dapat bertahan lebih dari 12 jam karena pada catering Ummi menggunakan
bawang merah dan bawang putih yang banyak. Seperti yang kita ketahui, bawang
merah dan bawang putih memiliki komponen kimia antimikroba yang tinggi sehingga
7
dapat menghasilkan opor ayam yang memiliki waktu simpan lebih lama, namun
belum ditemukan formulasi terbaik yang menghasilkan opor ayam dengan waktu
simpan yang lama dari 12 jam. Adanya perbedaan komponen antimikroba dan
jumlah penambahan rempah-rempah yang tidak sama, maka akan terjadi perbedaan
waktu simpan pada masing-masing opor ayam dari ketiga tempat catering tersebut.
daging ayam dari ketiga tempat catering tersebut disajikan pada Tabel 1.
1.4 Hipotesis
Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah terdapat formulasi rempah alami
yang menghasilkan waktu simpan opor ayam terbaik dan disukai konsumen.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Opor ayam merupakan salah satu jenis makanan khas Indonesia sejak dahulu.
Makanan ini sangat dikenal pada masyarakat Jawa, Sunda, dan Betawi (Ketrinia,
2011). Opor ayam merupakan makanan yang berbahan dasar ayam, baik ayam
kampung maupun ayam negeri yang diolah dengan santan dan berbagai rempah-
berbeda pula. Opor ayam memiliki 2 macam warna, yaitu opor ayam putih dan
opor ayam kuning. Komposisi bahan yang digunakan hampir sama, namun pada
opor ayam kuning ditambahkan kunyit sebagai pewarna alami. Di setiap daerah di
Indonesia memiliki opor ayam dengan ciri khasnya masing-masing. Seperti opor
ayam khas Padang menggunakan asam kandis dan air jeruk nipis. Sedangkan opor
ayam khas Jawa menggunakan kecap dan gula merah sehingga menghasilkan opor
ayam yang gurih dan manis sesuai dengan ciri khas makanan Jawa yaitu manis.
Komposisi bahan dan rempah-rempah dalam bumbu opor ayam dapat dilihat pada
Tabel 2.
9
Tabel 2. Komposisi bahan dan rempah-rempah dalam bumbu opor untuk setiap 2
kg daging ayam.
Bahan Jumlah
Bawang merah 10 siung (63.5 gram)
Bawang putih 5 siung (20 gram)
Daun jeruk 3 lembar (1 gram)
Daun salam 2 lembar (2 gram)
Jahe 1 cm (4 gram)
Jinten ½ sdt (3 gram)
Kemiri 5 butir (20 gram)
Ketumbar 1 sdm (5 gram)
Lada 1 sdt (3.5 gram)
Lengkuas 2 cm (12 gram)
Serai 1 batang (10 gram)
Santan 1 liter
Anonim (1983).
Bahan baku untuk proses pembuatan opor ayam dapat digolongkan menjadi dua
kelompok, yaitu bahan pokok atau bahan utama dan bahan tambahan. Bahan
pokok atau bahan utama yang digunakan pada proses pembuatan opor ayam yaitu
daging ayam. Bahan tambahan yang digunakan yaitu santan dan rempah-rempah
10
(serai, daun salam, daun jeruk, bawang merah, bawang putih, kemiri, laos,
ketumbar, jinten, dan lada). Formulasi bahan baku dan bahan tambahan dalam
proses pembuatan opor ayam harus tepat, sehingga memperoleh produk akhir
yang baik.
yang elastis, artinya jika ditekan dengan jari, daging dengan cepat akan kembali
seperti semula. Jika ditekan daging tidak terlalu lembek dan tidak berair. Warna
daging ayam segar adalah kekuning-kuningan dengan aroma khas daging ayam
broliler tidak amis tidak berlendir dan tidak menimbulkan bau busuk (Kasih et al.
2012). Menurut Kasih et al. (2012), saat ini masyarakat Indonesia lebih banyak
mengenal daging ayam broiler sebagai daging ayam potong yang biasa
dikonsumsi karena kelebihan yang dimiliki seperti kandungan atau nilai gizi yang
diperoleh, dagingnya yang lebih tebal, serta memiliki tekstur yang lebih lembut
Ciri – ciri daging broiler yang baik menurut (SNI 01 -4258-2010), antara lain
a) Warna putih kekuningan cerah (tidak gelap, tidak pucat, tidak kebiruan, tidak
terlalu merah).
11
b) Warna kulit ayam putih kekuningan, cerah, mengkilat dan bersih. Bila disentuh,
c) Bau spesifik daging (tidak ada bau menyengat, tidak berbau amis, tidak berbau
busuk).
d) Konsistensi otot dada dan paha kenyal, elastis (tidak lembek). Bagian dalam
karkas dan serabut otot berwarna putih agak pucat, pembuluh darah dan sayap
2.1.3. Santan
Santan kelapa merupakan emulsi minyak dalam air yang berwarna putih, yang
diperoleh dengan cara memeras daging kelapa segar yang diparut atau
daging kelapa segar (Djarkasi, 1995) dengan atau tanpa penambahan air. Santan
yaitu menghasilkan rasa makanan yang gurih dan aroma yang khas. Selain
memberikan rasa dan aroma yang khas, santan juga berfungsi untuk
mengentalkan. Santan merupakan produk pangan yang mengandung kadar air dan
pembusuk sehingga santan menjadi mudah rusak. Sementara itu upaya pembuatan
santan awet dilakukan dengan proses pemanasan suhu sterilisasi, yang dapat
pecahnya emulsi santan, timbulnya aroma tengik dan perubahan warna menjadi
Proses pembuatan opor ayam dilakukan dengan beberapa tahap yaitu pencucian
ayam hingga bersih kemudian direbus dahulu hingga setengah matang ±10 menit
jinten, kemiri, bawang putih, dan bawang merah kemudian disisihkan. Rempah-
rempah seperti daun salam, lengkuas, dan serai dipisahkan karena tidak
kemudian dimasukkan daun salam, lengkuas dan serai lalu dilakukan pengadukan
hingga harum dan matang. Sambil menunggu bumbu matang, dilakukan pula
pemasakan santan yang dibuat dari campuran 1 buah kelapa yang telah diparut
dan 0,5 liter air kemudian kepala parut diperas hingga didapatkan santan. Setelah
itu, santan dimasak hingga mendidih menggunakan api kecil dan diaduk terus-
menerus agar santan tidak pecah. Setelah bumbu matang, dimasukkan santan yang
ayam yang telah direbus terlebih dahulu sambil dilakukan pengadukan hingga
bumbu dan santan meresap ke dalam daging ayam tersebut. Setelah bumbu
meresap dan matang ±30 menit, opor ayam siap untuk disajikan. Diagram alir
Santan Daging
Rempah-
0,5 L ayam 1 kg
rempah
Dimasak hingga
Diseleksi Dipotong dan
mendidih
dan dicuci hingga
dibersihkan bersih
Direbus ± 10 Air
Dihaluskan Disiapkan kaldu
menit
bawang putih, dan lengkuas,
lada sesuai dan serai
perlakuan dan yang sudah
dihaluskan pula ditumbuk,
jahe, dan bawang dan daun
merah dengan salam
konsentrasi yang sesuai
sama perlakuan
Ditumis ±3 menit
Pengamatan:
Opor Aroma, kekompakan,
ayam penerimaan keseluruhan,
pH, dan rasa
2.2. Rempah-Rempah
Gambar 2. Diagram alir pembuatan opor ayam yang dilakukan dalam penelitian.
14
yang digunakan secara terbatas (FAO, 2005). Rempah sejak dulu digunakan oleh
nenek moyang kita untuk digunakan dalam berbagai macam kebutuhan, seperti
rempah yang digunakan untuk obat dan juga untuk memasak. Menurut Duke et al.
(2002), rempah adalah tanaman atau bagian tanaman yang bersifat aromatik dan
digunakan dalam makanan dengan fungsi utama sebagai pemberi citarasa. Secara
Bawang merah merupakan salah satu tanaman musiman yang memiliki nilai
masakan atau bahan tambahan pada makanan (Sofan, 2016). Bawang merah
memiliki banyak senyawa yang mengandung sulfur yang volatil (Wetli, 2004),
inilah yang berperan sebagai antimikroba (Rose et al., 2005). Ekstrak bawang
merah (Allium cepa L.) memiliki aktivitas terhadap bakteri uji yaitu Salmonella
antimikroba pada bawang merah adalah steroid dan fenol (Ibrani, 2012).
15
bawang putih juga bersifat sebagai antijamur. Senyawa allicin yang terkandung
sintesis RNA dengan cepat dan menyeluruh (Feldberg, et al., 1988). Selain itu,
buatan yang banyak kita temui di pasaran yang dikemas sedemikian menariknya
atau Poaceae. Serai memiliki aroma khas yang diperoleh dari senyawa sitral yang
memiliki khasiat sebagai antijamur dan antibakteri (Ella et al., 2013). Hasil
aureus. Serai diketahui memiliki kandungan senyawa aktif fenol yang dapat
berperan sebagai antioksidan (Nambiar dan Matela, 2012). Hal ini didukung oleh
beberapa hasil penelitian, seperti penelitian Putra et. al. (2013) yang melaporkan
bahwa kandungan antioksidan minyak atsiri daun serai lebih tinggi daripada
16
batang serai. Penelitian lainnya, yaitu yang dilakukan oleh Suryanto et al. (2010)
juga menunjukkan bahwa ekstrak heksan daun serai memiliki kadar fenol total
yang tinggi sehingga dapat meredam pembentukan radikal bebas. Hasil penelitian
Daun salam bila diremas akan menghasilkan aroma yang harum seperti wangi
cengkeh dan lemon yang lembut. Daun salam memberi aroma khas pada hati sapi,
daging, ikan, sup, dan lain-lain. Dalam 100 gram daun salam terkandung 5.4 gram
air, 7.6 gram protein, 8.4 gram lemak, 75 gram karbohidrat, 26.3 gram serat,
mineral, nissin, dan vitamin A (Farrell, 1985). Hasil penelitian Murhadi et al.
1. Flavonoid merupakan senyawa polar yang umumnya mudah larut dalam pelarut
polar seperti etanol, menthanol, butanol, dan aseton. Flavonoid adalah golongan
3. Minyak atsiri juga berperan sebagai antibakteri dengan cara mengganggu enzim
17
Minyak atsiri dalam jumlah banyak dapat juga mendenaturasi protein (Nazzaro
et al., 2013).
sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel tersebut
Tanaman jeruk purut ( Citrus hystrix DC. ) merupakan tumbuhan perdu dan
termasuk ke dalam famili Rytaceae. Sari buah sangat asam, berlendir dan berbau
sedap yang sering digunakan sebagai bumbu masak. Kulit buah sangat pahit dan
(Sastrapradja, 1997). Selain itu, daun jeruk ditambahkan pada masakan berfungsi
Penggunaan jahe sebagai bumbu dapat merubah citarasa makanan yang tawar,
menghasilkan rasa segar pada makanan yang ditambahkan (Farrell, 1985). Jahe
Komponen minyak yang volatil pada jahe utamanya terdiri dari hidrokarbon
18
Farnesene (10%), dan l-bisabolene dengan jumlah lebih kecil. Persentase lebih
borneol, neral, dan geraniol yang memiliki jumlah paling banyak (Govindarajan,
1982). Konstituen ini berkontribusi kepada aroma dan rasa khas dari jahe.
Biji jinten berasal dari buah tanaman jinten (Carum carvi L.) yang dikeringkan.
(Farrell, 1985). Aromanya khas, harum, hangat, dan segar dengan rasa yang agak
tajam. Biji jinten digunakan untuk pembuatan parfum non alkohol dan bumbu
masak. Biji jinten menghasilkan 3-7 persen minyak atsiri (Parry, 1945).
Buah kemiri berbentuk bulat telur, berbulu lembut dan berwarna cokelat tua. Di
dalam buah kemiri berisi 1-2 biji yang diselubungi daging buah. Biji kemiri
berkulit keras dan kasar dan berdaging warna putih. Daging biji kemiri yang telah
dibakar biasa digunakan sebagai bumbu masak. Biji kemiri juga digunakan
sebagai obat pencuci perut (Anonim, 1986). Minyak kemiri sangat kaya akan
kandungan asam lemak tak jenuh seperti asam linoleat 48,5 %, asam linolenat
19
28,5 %, dan asam oleat 10,5 % serta komponen-komponen minor seperti vitamin
senyawa yang memiliki peranan penting bagi kesehatan, yaitu sebagai zat
antioksidan yang berfungsi untuk menghambat terjadinya oksidasi asam lemak tak
jenuh di dalam tubuh dan melindungi membran sel dari radikal-radikal bebas.
Vitamin ini termasuk ke dalam zat antioksidan golongan fenolik dan bersifat larut
dalam lemak. Vitamin E bersifat essensial (tidak dapat disintesis oleh tubuh),
Biji ketumbar (Coriandrum sativum L) juga merupakan salah satu jenis tanaman
sebagai obat atau untuk meningkatkan cita rasa bahan pangan (Purseglove et al.,
digerus terlebih dahulu. Zat yang terkandung pada minyak atsiri selain fenol
al., 2004). Vitamin yang banyak terkandung dalam biji ketumbar adalah vitamin
mencegah dan mengurangi bahaya yang ditimbulkan radikal bebas. Radikal bebas
yang terkandung pada biji ketumbar berjumlah sekitar 0,5%-1% mampu menjadi
dapat meningkatkan daya tahan tubuh dari serangan penyakit (Isao et al., 2004).
20
Menurut Parry (1945) dan Farrell (1985), lada yang telah kering berubah warna
dari hijau menjadi cokelat tua sampai hitam, bentuknya globular, aroma dan
rasanya khas, sangat pedas menusuk dengan wangi harum yang tajam. Saat ini
lada digunakan sebagai pengawet dan untuk membumbui daging. Komposisi lada
setiap 100 gram berat terdiri dari 10.5 gram air, 11 gram protein, 3.3 gram lemak,
64.8 gram karbohidrat, 13.2 gram serat, 4.3 gram abu, mineral, niasin dan vitamin
A (Farrell, 1985). Kandungan kimia dari buah lada adalah minyak atsiri
piperina dan kavisina. Kandungan minyak atsiri lada putih adalah alkaloida,
terpenoid, fenol, dan berbagai macam senyawa lainnya. Hampir semua minyak
menyengat tetapi kurang memiliki aroma dibandingkan dengan lada hitam dan
lada hijau (Nely, 2007). Menurut Nely (2007), lada hitam dan lada putih dapat
mencegah oksidasi lipid yang mengarah kepada penghambatan formasi off odor,
terutama lada hitam. Selain itu, lada juga menghambat pertumbuhan mikroba saat
(Novitasari, 2014).
Seperti rempah lain, lengkuas kaya akan senyawa fenolik, seperti flavonoid dan
eugenol, dan kurkumin (Muchtadi dan Sugiyono, 1992). Sebuah penelitian yang
dilakukan oleh tim peneliti di Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi, IPB yang
dimotori oleh Winiati Pudji Rahayu misalnya telah membuktikan bahwa lengkuas
merah yang muda memiliki aktivitas antimikroba yang tinggi, yaitu dengan daya
patogen dan perusak pada pangan khususnya terhadap Bacillus cereus. Penelitian
ini telah berhasil menemukan sebuah pengawet alami untuk membuat makanan
kualitas dan lebih penting tidak berdampak buruk bagi kesehatan. Pengawet alami
ini jelas lebih murah dan mudah didapat di sekitar kita (Anonymous, 2010).
jenis rempah, konsentrasi dan jenis mikrobanya. Menurut Frazier dan Westhoff
(Nienaber et al., 1997). Antioksidan merupakan salah satu senyawa yang dapat
menghalangi proses oksidasi pada molekul yang berasal dari dalam tubuh maupun
dari luar tubuh. Antioksidan berperan penting dalam tubuh manusia karena dapat
radikal bebas turunan oksigen dan nitrogen, baik dengan donor atom hidrogen
antioksidan tinggi seperti kunyit, pala, bawang putih, serai, dan lengkuas (Sari,
2016).
III. METODE PENELITIAN
Kartini (Tanjung Karang) dan Laboratorium Uji Sensori Jurusan Teknologi Hasil
3.2.1. Alat
Alat –alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah timbangan analitik, blender,
panci, pisau stainless, wajan, spatula, gelas ukur, dan kompor gas. Alat-alat yang
organoleptik.
3.2.2. Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam potong segar, santan
kelapa, garam, gula, serai, daun salam, bawang merah, bawang putih, jahe,
dengan 2 faktor. Faktor pertama yaitu formulasi rempah-rempah dan faktor kedua
dari Catering Ummi. Formulasi rempah-rempah opor ayam yang digunakan dapat
Homogenitas data diuji dengan uji Bartlett dan kemenambahan data diuji dengan
uji Tuckey, selanjutnya data di Analisis Sidik Ragam (ANARA) dan uji lanjut
terbaik, yang selanjutnya diuji lanjut menggunakan uji Duncan dengan taraf 5%.
Tata letak perbandingan formulasi bawang putih, lengkuas, serai, lada, dan daun
salam yang akan dilakukan pada pembuatan opor ayam, disajikan pada Tabel 4.
25
Tabel 4. Tata letak perbandingan konsentrasi bawang putih, lengkuas, serai, lada
dan daun salam pada pembuatan opor ayam.
T T0 T1 T2 T3 T4
F (0 jam) (12 jam) (24 jam) (36 jam) (48 jam)
F1 F1T0 F1T1 F1T2 F1T3 F1T4
F2 F2T0 F2T1 F2T2 F2T3 F2T4
F3 F3T0 F3T1 F3T2 F3T3 F3T4
F4 F4T0 F4T1 F4T2 F4T3 F4T4
F5 F5T0 F5T1 F5T2 F5T3 F5T4
F6 F6T0 F6T1 F6T2 F6T3 F6T4
F7 F7T0 F7T1 F7T2 F7T3 F7T4
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan dua tahap. Tahan pertama yaitu
survey di tiga lokasi catering tempat penelitian dilakukan untuk mengetahui bahan
apa saja yang digunakan serta formulasi rempah alami yang digunakan pada
proses pembuatan opor ayam. Catering pertama yaitu Elynaz Catering yang
Catering kedua yaitu Catering Ummi yang berada di Perumahan Tanjung Raya
Permai, Tanjung Senang, Bandar Lampung dan catering ketiga yaitu Catering
Kartini yang berada di Jalan Kartini, Bandar Lampung. Penelitian tahap kedua
yaitu proses pembuatan opor ayam yang dilakukan dengan beberapa tahap yaitu
direbus hingga setengah matang ±10 menit. Setelah itu, semua rempah-rempah
seperti daun salam, lengkuas, dan serai dipisahkan karena tidak dihaluskan seperti
26
rempah lainnya kemudian dilakukan pemanasan minyak sayur. Jika minyak sayur
hingga bumbu harum ±3 menit, kemudian dimasukkan daun salam, lengkuas dan
serai lalu dilakukan pengadukan hingga harum dan matang. Sambil menunggu
bumbu matang, dilakukan pula pemasakan santan yang dibuat dari campuran 1
buah kelapa yang telah diparut dan 0,5 liter air kemudian kepala parut diperas
menggunakan api kecil dan diaduk terus-menerus agar santan tidak pecah,
sambil dilakukan pengadukan hingga bumbu dan santan meresap ke dalam daging
ayam tersebut hingga matang ±30 menit dan opor ayam siap untuk disajikan.
Bahan rempah-rempah yang digunakan pada penelitan ini untuk bawang putih,
lengkuas, daun salam, dan serai beratnya disesuaikan dengan formulasi yang telah
dibuat, namun untuk bahan lain digunakan konsentrasi yang sama, yaitu bawang
merah 60 g, dan jahe 8 g. Diagram alir pembuatan opor ayam dapat dilihat pada
Gambar 2 dan formulasi rempah-rempah opor ayam dapat dilihat pada Tabel 5.
27
Dimasak hingga
Diseleksi Dipotong dan
mendidih
dan dicuci hingga
dibersihkan bersih
Direbus ± 10 Air
Dihaluskan Disiapkan
menit kaldu
bawang putih, dan lengkuas,
lada sesuai dan serai
perlakuan dan yang sudah
dihaluskan pula ditumbuk,
jahe, dan bawang dan daun
merah dengan salam
konsentrasi yang sesuai
sama perlakuan
Ditumis ±3 menit
Pengamatan:
Opor Aroma, kekompakan,
ayam penerimaan keseluruhan,
pH, dan rasa
28
Pengamatan yang dilakukan yaitu pengujian sensori terhadap opor ayam meliputi
Panelis yang digunakan pada pengujian sensori dan hedonik yaitu berjumlah 25
panelis. Pengujian sensori yang diamati pada penelitian ini yaitu pengujian aroma
(sangat bau busuk, bau busuk, agak bau busuk, agak khas opor, sangat khas opor),
kekompakan (sangat tidak kompak, tidak kompak, agak kompak, kompak, dan
sangat kompak). Kompak yang dimaksud yaitu santan dan minyaknya homogen
keseluruhan (sangat tidak suka, tidak suka, agak suka, suka, sangat suka) dan
Keterangan:
1: Sangat tidak suka
2: Tidak suka
3: Agak suka
4: Suka
5: Sangat suka
UJI RANKING
Dihadapan saudara disajikan 3 sampel opor ayam yang diberi kode acak.
Cicipi sampel secara berurutan dari kanan ke kiri kemudian rasakan masing-
masing. Urutkan sampel dari yang paling Anda sukai hingga sampel yang
paling kurang Anda sukai.
Sampel Ranking
569
433
125
penyangga (buffer) 4,6. Setelah itu, diambil cairan opor yang telah dihomogenkan
5.1. Kesimpulan
disukai
suka).
5.2. Saran
Ali K.R, Khan R.M, Sahreen S., Ahmed M. 2012. Assesment of flavonoids contents
and in vitro antioxidant activity of Launaea procumbens. Chem Cent J.
4(43):1-11.
Akiyama, H., Fuji, K., Yamasaki, O., Oono, T., Iwatsuki, K., 2001. Antibacterial
Action of Several Tannins Against Staphylococcus aureus. The Journal of
Antimicrobial Chemotherapy, 48(4), 487-491.
Anonim. 1983. Masakan dan Kue Indonesia, Seri Buku Memasak. Femina Gaya
Favorit Press. Jakarta.
Anonim. 1986. Ensiklopedi Indonesia. PT. Ichtiar Baru – Van Hoeve. Jakarta.
Ardani, A.N. 2016. Resep dan Cara Membuat Opor Ayam Putih Lezat.
https://www.youtube.com/watch?v=r_qnExa_dAc. Diakses tanggal 20 April
2018.
Buckle, K.A., Edwards, R.A., Fleet, G.H., and Wotton, M. 1987. Ilmu Pangan.
Penerjemah Hari Purnomo dan Adiono. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
49
365 hlm.
Conn, E. E., P. K. Stumpf. 1976. Outlines of Biochemistry. 4th Ed. New York.
Djarkasi. G.S.S. 1995. Studi Pengawetan Pasta Santan Kelapa. Tesis KPK IPB.
Universitas Sam Ratulangi. Manado.
Farrell, K. T. 1985. Spices, Condiments, and Seasonings. AVI Publ. Co. Inc.,
Westport. Connecticut.
Feldberg, Ross, Chang, S., Kotik, A., Nadler, M., Neuwirth, Z., Sundstrom, D.,
Thompson, N. 1988. In Vitro Mechanism of Inhibition of Bacterial Cell
Growth by Allicin. Journal of Antimicrobial Agents and Chemotherapy, Vol:
50
32(12), 1763-1768.
Frazier W.C. dan Westhoff D.C 1988. Food Microbiology, 4 ed. Tata McGraw Hill
Co., Inc. New York.
Hamza, I. S., Sundus, H. A., and Hussaine, A. (2009). Study the Antimicrobial
Activity of Lemon Grass Leaf Extracts. 2:1. 134-136.
Ibrani. 2012. Uji Akitivitas Antimikroba Ekstrak Bawang Merah (Allium cepa L.)
Secara KLT-Bioautografi (Skripsi). Universitas Islam Negeri Alauddin.
Makassar.
Jay, J. M. 1997. Modern Food Microbiology. 5th ed. Chapman and Hall. New York.
Jenie, B. S. L., K. Undriyani dan R. Dewanti. 1992. Pengaruh Konsentrasi Jahe dan
Waktu Kontak Terhadap Aktivitas Beberapa Mikroba Penyebab Kerusakan
51
Johnson, M.G and R.H. Vaughn. 1969. Death of Salmonella typhimurium and
Escherichia coli in the Presence of Freshly Reconstituted Dehydrated Garlic
and Onion. Applied Microbiology, vol. 17, no. 06, pp. 903-905. Diunduh dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC377836/pdf/applmicro00006-
0141.pdf. Diakses pada tanggal 27 April 2018.
Kailaku, S.I. Yuliani, S., dan Haliza W. 2012. Pengaruh Kondisi Homogenisasi
terhadap Karakteristik Fisik dan Mutu Santan Selama Penyimpanan. J
Kasih, N.S., A. Jaelani dan N. Firahmi. 2012. Pengaruh Lama Penyimpanan Daging
Ayam Segar Dalam Refrigerator Terhadap pH, Susut Masak dan
Organoleptik. Media Sains, Volume 4 Nomor 2: 154-159.
Kumala, 2003. Peran Asam Lemak Tak Jenuh Jamak Dalam Respon Imun. Jurnal
Indonesia Media Assosiasi. Vol 2, hlm 101.
Lestari, R.P., Tandelilin, R.T.C., dan Handajani. 2005. Efektifitas Minyak Atsiri
Lengkuas Putih (Alpinia galanga) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus
Aureus 302 Yang Resisten Multiantibiotik. Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Indonesia. Volume 12(1): 24-29.
Lingga. 2010. Cerdas Memilih Sayuran. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta. 418
hlm.
Mulia, P.I. 1995. Perubahan Mutu Santan Kelapa (Cocos nucifera L.) dalam
Kemasan Retort Pouch Selama Penyimpanan. Skripsi. Fakultas Teknologi
Pertanian, IPB. Bogor.
Murhadi, Suharyono AS., dan Susilawati. 2007. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun
Salam (Syzglum Polyanta) dan Daun Pandan (Pandanus Amaryllifolius).
Jurnal Teknologi dan Industri Pangan, Universitas Lampung. Lampung.
Nazzaro, F., Fratianni, F., De Martino, L., Coppola, R., De Feo, V. 2013. Effect of
Essential Oils on pathogenic bacteria. Pharmaceuticals, 6(12), 1451– 1474.
Nely, F. 2007. Aktivitas Antioksidan Rempah Pasar dan Bubuk Rempah Pabrik
dengan Metode Polyfenol dan Uji Aom. Skripsi tidak diterbitkan. Jurusan
Teknik Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Novitasari, V. 2014. Uji Ekstrak Minyak Atsiri Lada Putih (Piper nigrum Linn)
sebagai Antibakteri Bacillus cereus (Skripsi). Universitas Bengkulu.
Bengkulu.
Putra I.N.K, Antara N.S., Wartini N.M., Arda G., dan Sumiarta K. 2013. Bioactive
Components of Leaf and Stalk of Lemongrass (Cymbopogon citratus)
Essential Oil and Its Antioxidant Activity. Tersedia pada:
http://staff.unud.ac.id/~semadiantara/?p=563. Diakses tanggal 27 April 2018.
Rose, Zulkifli N. dan Razali. 2005. Lokasi Penanaman Bawang Merah Lokal
Samosir Berdasarkan Ketinggian Tempat di Daerah Tangkapan Air Danau
Toba. Jurnal Agroteknologi Fakultas Pertanian USU. Medan.
Shukla, Y. and Singh, M., 2007, Cancer Preventive Properties of Ginger : a Brief
Review, J Food Chem Toxico, 45 (5), 683-690.
Shukla, Y. and Singh, M., 2007, Cancer Preventive Properties of Ginger : a Brief
Review, J Food Chem Toxico, 45 (5), 683-690.
Suharti, S. 2004. Kajian Antibakteri Temulawak, Jahe dan Bawang Putih Terhadap
Bakteri Salmonella typhimurium Serta Pengaruh Bawang Putih Terhadap
Performan dan Respon Imun Ayam Pindang. Tesis. Sekolah Pascasarjana,
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sutomo, B. 2012 . Peran Bawang Putih sebagai Mikroba. Artikel Budi Sutomo
Mengenal Jenis Fungsi Bumbu Rempah Nusantara dan Kontinental. Jakarta.
Syamsiah I.S. dan Tajudin. 2003. Khasiat dan Manfaat Bawang Putih Raja
Antibiotik Alami. Agromedia Pustaka. Jakarta. 56 hlm.
Wangensteen, H., A.B. Samuelsen dan K.E. Malterud. 2004. Antioksidant Activity
55
Winarno, F. G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia, Jakarta. 253 hlm.