Anda di halaman 1dari 19

PREPARASI NANOPARTIKEL PENTAGAMAVUNON-0 DENGAN MEMANFAATKAN KITOSAN

INDUSTRI LOKAL SEBAGAI MATRIKS


DAN PENAUT SILANG NATRIUM ALGINAT MENGGUNAKAN METODE GELASI IONIK
WAHYUNGKI TAMI
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dengan luas

lautan hampir 70% dari total keseluruhan luas negara Indonesia. Oleh karena

itu, Indonesia memiliki potensi hasil perikanan dan kelautan yang sangat

berlimpah. Namun demikian, potensi ini masih belum bisa dimanfaatkan

secara optimal. Menurut data Dirjen perikanan, total potensi ini diperkirakan

sebesar 7,2 juta ton/tahun, dan yang bisa dimanfaatkan baru sekitar 40% atau

2,7 juta ton/tahun (Harianingsih, 2010). Salah satu potensi ini adalah hewan-

hewan invertebrata yang juga termasuk dalam famili crustacea, dimana pada

cangkang hewan invertebrata ini mengandung kitin dalam jumlah yang

banyak.

Pemanfaatan limbah cangkang hewan invertebrata salah satunya

adalah dengan mengolahnya menjadi kitosan melalui deasetilisi kitin yang

banyak terkandung dalam cangkang hewan invertebrata. Kitosan industri

merupakan kitosan yang diproduksi untuk skala industri sehingga harganya

lebih ekonomis dibanding kitosan sigma yang ditujukan untuk skala

penelitian, tetapi memiliki kualitas yang hampir sama baiknya.

Kitosan merupakan ko-polimer alam dari β-(1-4)-D-glukosamine (unit

deasetil) dan N-acetyl-D-glucosamine (Warsita, et al., 2012). Kitosan

memiliki sifat hidrofil, sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan

1
PREPARASI NANOPARTIKEL PENTAGAMAVUNON-0 DENGAN MEMANFAATKAN KITOSAN
INDUSTRI LOKAL SEBAGAI MATRIKS 2
DAN PENAUT SILANG NATRIUM ALGINAT MENGGUNAKAN METODE GELASI IONIK
WAHYUNGKI TAMI
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

kelarutan obat dalam air. Kitosan memiliki muatan positif yang dapat

berikatan dengan muatan negatif suatu senyawa, sehingga dapat dengan

mudah melewati membran.

Pentagamavunon-0 merupakan senyawa analog kurkumin, dan zat

aktif pada tanaman kunyit (Curcuma longa), yang merupakan hasil sintesis

penelitian Molnas (Molekul Nasional) UGM yang telah dipatenkan semenjak

tahun 2003 di Amerika Serikat. Pentagamavunon-0 (PGV-0) menunjukkan

khasiat terapetik sebagai antikanker, antiinflamasi, analgesik dan antioksidan

(Da’i, 1998). PGV-0 memiliki sifat non polar, sehingga sulit larut di dalam

air. Rendahnya kelarutan PGV-0, berdampak juga terhadap rendahnya

bioavalabilitas PGV-0 dalam tubuh.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk memperbaiki sistem

penghantaran PGV-0 di dalam tubuh, salah satunya adalah dengan

menggunakan sistem penghantaran nanopartikel kitosan. Selama dua dekade

terakhir kitosan nanopartikel telah dipergunakan secara luas di bidang

farmasetik (Tiyaboonchai, 2003). Seperti yang sudah diketahui sebelumnya

bahwa kitosan yang bermuatan parsial positif mampu meningkatkan penetrasi

suatu obat yang bermuatan negatif seperti PGV-0 menembus membran.

Kitosan nantinya akan melapisi PGV-0 dalam ukuran nano, dimana ukuran

kecil tersebut dapat mempermudah proses dispersinya obat di dalam pelarut

polar.

Pembentukan nanokitosan PGV-0 dilakukan dengan sistem

nanokapsul, dimana zat aktif terjerap di dalam polimer sintetik atau semi
PREPARASI NANOPARTIKEL PENTAGAMAVUNON-0 DENGAN MEMANFAATKAN KITOSAN
INDUSTRI LOKAL SEBAGAI MATRIKS 3
DAN PENAUT SILANG NATRIUM ALGINAT MENGGUNAKAN METODE GELASI IONIK
WAHYUNGKI TAMI
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

sintetik dengan menggunakan metode gelasi ionik (Amritkar et al., 2011).

Metode gelasi ionik merupakan metode yang sederhana dan mudah

dilakukan, dengan berdasarkan atas adanya interaksi ionik antar dua senyawa

yang memiliki muatan yang berbeda. Penambahan alginat bertujuan sebagai

penaut silang yang berfungsi untuk menstabilkan partikel nanokitosan.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah nanopartikel Pentagamavunon-0 dapat di formulasikan melalui

metode ionik gelasi dengan memanfaatkan kitosan industri lokal dan alginat?

2. Bagaimanakah komposisi PGV-0 : kitosan industri lokal : alginat yang

mampu menghasilkan partikel nanokitosan-PGV-0 yang memiliki

karakteristik morfologi, ukuran partikel, serta entrapment efficiency yang

optimal?

3. Bagaimana stabilitas nanokitosan-PGV-0 dalam cairan usus buatan dan cairan

lambung buatan?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui apakah formulasi nanopartikel PGV-0 dengan metode ionik

gelasi dapat dilakukan dengan memanfaatkan kitosan industri lokal dan

alginat.

2. Mengetahui komposisi yang optimal antara PGV-0, kitosan industri lokal,

dan alginat melalui evaluasi hasil karakteristik nanopartikel untuk

menemukan formula yang tepat.


PREPARASI NANOPARTIKEL PENTAGAMAVUNON-0 DENGAN MEMANFAATKAN KITOSAN
INDUSTRI LOKAL SEBAGAI MATRIKS 4
DAN PENAUT SILANG NATRIUM ALGINAT MENGGUNAKAN METODE GELASI IONIK
WAHYUNGKI TAMI
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

3. Mengetahui tingkat stabilitas nanopartikel hasil formulasi dalam cairan usus

buatan dan cairan lambung buatan.

D. Manfaat Penelitian

Adanya penelitian ini diharapkan dapat membantu untuk menemukan

komposisi yang tepat dalam penggunaan kitosan, alginat, dan PGV-0 dalam

membentuk suatu kompleks nanopartikel dengan menggunakan metode ionik

gelasi agar dapat menjadi pertimbangan dalam pembuatan sedian peroral.

Penggunaan kitosan industri lokal diharapkan mampu memberikan

hasil yang positif untuk dapat memanfaatkan sumber daya alam dalam negeri.

E. Tinjauan Pustaka

1. Kitosan

Indonesia merupakan negara kepulauan terluas di dunia, dengan

persentase luas laut 70% dari total luas negara Indonesia. Hal ini yang

menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki potensi

kelautan yang sangat besar, salah satunya adalah hewan-hewan invertebrata

seperti udang dan kepiting. Udang dan kepiting merupakan komoditi ekspor

unggulan Indonesia dari hasil laut, dimana sebagian besar diekspor ke Jepang,

Uni Eropa, dan Amerika serikat. Udang dan kepiting diekspor dalam bentuk

udang beku, tanpa kepala dan kulit, dengan demikian hasil samping berupa

kulit dan cangkang dari industri ekspor tersebut sangat melimpah dan menjadi

limbah di lingkungan sekitarnya (harianingsih, 2010).


PREPARASI NANOPARTIKEL PENTAGAMAVUNON-0 DENGAN MEMANFAATKAN KITOSAN
INDUSTRI LOKAL SEBAGAI MATRIKS 5
DAN PENAUT SILANG NATRIUM ALGINAT MENGGUNAKAN METODE GELASI IONIK
WAHYUNGKI TAMI
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Kitosan merupakan polimer alami yang ramah lingkungan karena dapat

dibuat dari limbah cangkang hewan invertebrata hal ini karena kitin yang

merupakan sumber utama dalam produksi kitosan banyak ditemukan pada

cangkang dari hewan family crustaceae ini, dimana persentase kandungan

kitinnya bisa mencapai 70%. Kitosan dapat dikatakan juga sebagai kitin yang

telah dihilangkan gugus asetilnya sehingga menyisahkan gugus amina bebas

dan memiliki sifat polikationik. Kitosan ditemukan pertama kali oleh C.

Roughes pada tahun 1859 dengan cara merefluks kitin dengan menggunakan

kalium hidroksida pekat (Rathake dan Hudson, 1994).

Indonesia yang merupakan negara maritim dengan banyak spesies biota

laut, dapat menghasilkan limbah cangkang hewan invertebrata sekitar 41.600

ton (Anonim, 2011), sehingga dengan adanya pemanfaatan limbah cangkang

hewan menjadi kitin dan kitosan diharapkan dapat membantu dalam

mengatasi dan memanfaatkan limbah cangkang hewan invertebrata.

Di beberapa negara maju seperti Jepang dan Amerika, kitosan telah

diproduksi dalam skala industri dan mengalami peningkatan yang cukup

signifikan (Mahatmanti, W, 2009). Selain tidak memiliki efek buruk, kitosan

merupakan bahan yang sumbernya melimpah dan dapat diperbaharui.

Indonesia memiliki beberapa perusahaan lokal yang mampu memproduksi

kitosan dalam berbagai spesifikasi dan telah diekspor ke berbagai negara.

Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kitosan industri lokal memiliki

kualitas tidak kalah jika dibandingkan kitosan produksi lain dengan harga

yang lebih ekonomis. Diharapkan dengan semakin meningkatnya penggunaan


PREPARASI NANOPARTIKEL PENTAGAMAVUNON-0 DENGAN MEMANFAATKAN KITOSAN
INDUSTRI LOKAL SEBAGAI MATRIKS 6
DAN PENAUT SILANG NATRIUM ALGINAT MENGGUNAKAN METODE GELASI IONIK
WAHYUNGKI TAMI
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

kitosan sebagai penghantar obat khususnya dalam bentuk nanopartikel, maka

penggunaan kitosan industri lokal Indonesia juga semakin meningkat.

Kitosan adalah polimer dari 2-amino-2-deoksi-β-D-glukopiranol yang

dihasilkan dengan proses hidrolisis kitin menggunakan basa kuat (Hargono et

al., 2008). Suatu molekul dikatakan kitin bila mempunyai derajat deasetilasi

(DD) sampai 10% dan kandungan nitrogennya kurang dari 7%, dan dikatakan

kitosan bila nitrogen yang terkandung pada molekulnya lebih besar dari 7%

berat dan DD lebih dari 70% (Mahatmanti, W, 2009). Derajat deasetilasi

sendiri berkaitan dengan kemampuan kitosan untuk membentuk interaksi

isoelektrik dengan molekul lain.

(a)

(b)

Gambar 1. Struktur Kitin (a) dan Kitosan (b)


PREPARASI NANOPARTIKEL PENTAGAMAVUNON-0 DENGAN MEMANFAATKAN KITOSAN
INDUSTRI LOKAL SEBAGAI MATRIKS 7
DAN PENAUT SILANG NATRIUM ALGINAT MENGGUNAKAN METODE GELASI IONIK
WAHYUNGKI TAMI
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Proses isolasi kitin dan kitosan dari cangkang hewan crustaceae secara

garis besar dapat dibagi menjadi tiga, yaitu 1) demineralisasi atau

penghilangan mineral, 2) deproteinasi atau penghilangan protein, dan 3)

deasetilasi (gambar 2).

Cangkang kepiting kering

Penggilingan

Pengayakan

Deproteinasi
(Larutan NaOH selama 2 jam pada 65oC)

Penyaringan dan pencucian

Demineralisasi
(larutan HCl selama 30 menit pada temperatur kamar)

Penyaringan dan pencucian


(pH produk netral)

Pengeringan

Bubuk kitin

Deasetilasi
(Larutan NaOH selama ½ jam pada 100oC)

Penyaringan dan pencucian


(pH produk netral)

Pengeringan

Kitosan Analisa dengan FTIR

Gambar 2. Blok diagram Proses Pembuatan Kitosan (Herianingsih, 2010)

Kitosan termasuk basa lemah, tidak larut dalam air dan pelarut organik,

tapi larut dalam larutan asam dengan rentang pH 4-6. Kelarutan kitosan ini
PREPARASI NANOPARTIKEL PENTAGAMAVUNON-0 DENGAN MEMANFAATKAN KITOSAN
INDUSTRI LOKAL SEBAGAI MATRIKS 8
DAN PENAUT SILANG NATRIUM ALGINAT MENGGUNAKAN METODE GELASI IONIK
WAHYUNGKI TAMI
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

bergantung pada distribusi gugus amina bebas dan N-asetil. Umumnya pada

lingkungan asam, gugus amina bebas diprotonasi menjadi kation amin (-

NH3+) (Patel et al., 2005). Deasetilasi kitin akan menghilangkan gugus asetil

dan menyisakan gugus amino yang bermuatan positif, sehingga kitosan akan

bersifat polikationik. Kitosan juga dapat menembus membran dengan

meningkatkan permeabilitas paraseluler dimana kemampuan ini tergantung

pada berat molekul dan derajat deasetilasi dari kitosan (Bowman et al., 2006).

Berdasarkan ikatan polimernya, kitosan tersedia dalam berbagai bobot

molekul, yaitu kitosan rantai pendek, kitosan rantai sedang, dan kitosan rantai

panjang. Ukuran inilah yang mempengaruhi viskositas kitosan. Kitosan rantai

pendek lebih mudah larut dalam pelarut asam organik. Sedangkan pada

kitosan rantai panjang memiliki kelarutan yang lebih rendah dan viskositas

yang tinggi. Hal ini dapat mempangaruhi kestabilan larutan kitosan (Mao et

al., 2009).

Kitosan memiliki sifat nontoksik, biokompatibel, dan biogradabel,

hanya saja dalam bentuk gel bersifat rapuh sehingga perlu dimodifikasi.

Modifikasi kitosan dapat dilakukan baik secara kimia maupun fisika yang juga

dapat meningkatkan sifat reologinya. Modifikasi secara kimia yang pernah

dilakukan adalah dengan menambahkan glutaraldehida sebagai agen cross-

linker dan polimer alami. Modifikasi ini telah diujicoba untuk sistem

penghantaran obat ketoprofen baik melalui kajian disolusi secara in vitro

maupun dengan difusi (Sugita, 2010).


PREPARASI NANOPARTIKEL PENTAGAMAVUNON-0 DENGAN MEMANFAATKAN KITOSAN
INDUSTRI LOKAL SEBAGAI MATRIKS 9
DAN PENAUT SILANG NATRIUM ALGINAT MENGGUNAKAN METODE GELASI IONIK
WAHYUNGKI TAMI
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Kitosan dapat mengalami depolimerisasi selama penyimpanan yang

lama dengan suhu tinggi. Depolimerisasi thermal kitosan maksimal terjadi

pada suhu 280oC. Degradasi enzimatis terhadap kitosan dapat dilakukan oleh

enzim lisozim (Harianingsih, 2010).

Derajat deasetilasi kitosan merupakan parameter mutu kitosan yang

menunjukkan persentase gugus asetil yang dapat dihilangkan dari kitin.

Semakin tinggi nilai derajat deasetilasi kitosan, maka jumlah gugus asetil

kitosan semakin sedikit dan jumlah gugus amina primer kitosan semakin

banyak. Derajat deasetilasi semakin tinggi menyebabkan kitosan dapat larut

pada asam encer, karena amina primer pada kitosan bersifat nukleofilik dan

berperan sebagai akseptor proton sehingga kitosan mudah terprotonasi.

Kitosan yang digunakan merupakan kitosan industri dari indonesia

yang diproduksi oleh PT. Biotech Surindo dengan spesifikasi medical grade.

Penggunaan kitosan industri ini sebagai matriks dalam sistem penghantaran

pernah dilakukan oleh Hermawan (2012), dimana hasil penelitian yang

dilakukan menunjukkan hasil deasetilasi rata-rata kitosan industri lokal yang

digunakan sebesar 73,64% hal ini sedikit berbeda dengan derajaat deasetilasi

yeng tertera di dalam COA dimana derajat deasetilasi yang terterah adalah

diatas 90%. Perbedaan metode yang digunakan menjadi salah satu

penyebabnya, karena dalam penentuan derajat deasetilasi kitosan dapat

dilakukan dengan berbagai metode yaitu spektroskopi FTIR (fourier

Transform Infra Red), spektroskopi FDUV (First Derivative Ultra Violet),


PREPARASI NANOPARTIKEL PENTAGAMAVUNON-0 DENGAN MEMANFAATKAN KITOSAN
INDUSTRI LOKAL SEBAGAI MATRIKS 10
DAN PENAUT SILANG NATRIUM ALGINAT MENGGUNAKAN METODE GELASI IONIK
WAHYUNGKI TAMI
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

metode titrimetri HBr, X-ray difraction, dan spektroskopi 1H-NMR (Wiyarsi,

2010).

Penggunaan kitosan industri didasarkan atas harga yang lebih ekonomis

dibanding kitosan sigma, tetapi memiliki kualitas yang cukup baik. Ada

beberapa perbedaan antara kitosan sigma dan kitosan industri yaitu, derajat

deasetilasi kitosan sigma umumnya sedikit lebih tinggi dibanding kitosan

industri, kelarutan kitosan sigma 1% sedangkan kelarutan kitosan industri

umumnya kurang dari 1% hal ini dapat terjadi karena proses deproteinasi

yang tidak berjalan sempurna sehingga masih terdapat sedikit kandungan

protein yang dapat mempengaruhi kelarutan (Sofia et al., 2010). Perbedaan-

perbedaan yang lain juga terletak pada kadar abu, kemampuan mengikat

lemak, dan viskositas. Perbedaan-perbedaan tersebut tidak terlalu signifikan

karena perbedaan umunya dipengaruhi faktor dalam metode produksi dan

sumber kitosan, dimana dalam pembuatan kitosan sigma metode produksinya

dan sumber kitosan lebih baik sehingga diperoleh hasil yang optimum.

2. Pentagamavunon-0 (PGV-0)

PGV-0 merupakan analog siklik dari kurkumin dengan struktur 2,5-bis-

(4’-hidroksi-3’-metoksibenzilidin)-siklopentanon. PGV-0 disintesis

menggunakan katalis asam pada reaksi antara m-hidroksi-p-metoksi

benzaldehid dan siklopentanon pada suhu 25-30⁰C (Da’i, 2003).


PREPARASI NANOPARTIKEL PENTAGAMAVUNON-0 DENGAN MEMANFAATKAN KITOSAN
INDUSTRI LOKAL SEBAGAI MATRIKS 11
DAN PENAUT SILANG NATRIUM ALGINAT MENGGUNAKAN METODE GELASI IONIK
WAHYUNGKI TAMI
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Gambar 3. struktur PGV-0

Pentagamavunon-0 (PGV-0) memiliki berat molekul (BM) 352,13,

kelarutan dalam etanol 3,8 mg/5 mL dan dalam metanol 14,9 mg/5 mL

(Elvana, 2009). Berdasarkan penelitian yang sudah ada, PGV-0 mempunyai

aktivitas antioksidan yang lebih baik dibandingkan dengan kurkumin (Da’i,

1998). Struktur kimia PGV-0 mempunyai sifat yang tidak larut dalam air

namun larut dalam etanol, metanol, DMSO dan etil asetat. PGV-0 hasil

sintesis menunjukkan jarak lebur antara 212,0-214,0⁰C.

Pentagamavunon-0 seperti halnya kurkumin dan turunan lainnya

memiliki kelemahan kelarutan yang buruk dalam air. Kelarutan yang rendah

ini menyebabkan bioavailabilitas pentagamavunon-0 menjadi buruk dan sulit

terabsorbsi dalam tubuh. Hasil penelitian tentang nasip obat dalam tubuh atau

farmakokinetiknya dalam Hakim, (2006) menunjukkan profil kadar PGV-0

dalam darah menjadi sangat eratik. Profil farmakokinetik yang kurang baik

ini diduga berkaitan dengan daya larutnya yang kecil dalam pelarut polar dan

mengakibatkan kecepatan dissolusinya menjadi rendah, sehingga diperlukan

suatu pengembangan dalam formulasi PGV-0 agar memiliki bioavailibilitas

yang lebih baik.

PGV-0 sangat mungkin terdegradasi secara enzimatik sejak di dalam

saluran pencernaan, sehingga dengan kadar yang kecil dalam aliran darah
PREPARASI NANOPARTIKEL PENTAGAMAVUNON-0 DENGAN MEMANFAATKAN KITOSAN
INDUSTRI LOKAL SEBAGAI MATRIKS 12
DAN PENAUT SILANG NATRIUM ALGINAT MENGGUNAKAN METODE GELASI IONIK
WAHYUNGKI TAMI
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

membuat PGV-0 cepat hilang dalam metabolitnya. Kelarutan PGV-0 yang

rendah menyebabkan senyawa ini tidak bisa terabsorpsi melalui difusi pasif.

PGV-0 memiliki BM 352,13 satuan masa atom dan struktur yang rigid, hal

ini yang menjadi salah satu faktor sulitnya PGV-0 dalam menembus

membran usus secara para seluler. Densitas muatan PGV-0 yang negatif

menyebabkan senyawa ini juga sulit dalam menembus intraseluler melalui

mekanisme endositosis (Adhyatmika, 2012). Berdasarkan penelitian yang

sudah ada sebelumnya, diketahui bahwa PGV-0 memiliki aktivitas

antiinflamasi, antioksidan, antikanker, dan memiliki aktivitas sitotoksik dan

mampu menghambat proliferasi sel kanker yaitu sel Myloma, sel HeLa, dan

sel Raji (Da’i, 2003; Da’I, 1998; Nurrochmad, 1997).

3. Nanopartikel

Nanoteknologi didefinisikan sebagi studi, perancangan, kreasi, sintesis,

manipulasi dan aplikasi bahan-bahan fungsional, peralatan dan sistem dalam

ukuran 1-1000 nm ( 1 nanometer = 1x 10-9meter) atau setara dengan ukuran

atom dan molekul (Ridwan dan Azwar, 2007). Nanopartikel adalah salah satu

bagian dalam nanoteknologi, yang berupa partikel logam maupun polimer

dalam ukuran skala nanometer, yaitu ukuran antara 1-1000 nm. Nanopartikel

menjadi sangat menarik untuk menjadi objek penelitian karena peranannya

sebagai jembatan antara material bulk dengan struktur atomik atau molekuler.

Selain nanopartikel, dalam bidang ilmu nanoteknologi dikenal pula

nanostruktur. Nanostruktur adalah material yang tersusun oleh beberapa


PREPARASI NANOPARTIKEL PENTAGAMAVUNON-0 DENGAN MEMANFAATKAN KITOSAN
INDUSTRI LOKAL SEBAGAI MATRIKS 13
DAN PENAUT SILANG NATRIUM ALGINAT MENGGUNAKAN METODE GELASI IONIK
WAHYUNGKI TAMI
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

nanopartikel, dimana material-material penyususnnya diproteksi lebih dahulu

sehingga apabila digabung menjadi material yang berukuran besar maka sifat

individualnya tetap dipertahankan (Astuti, 2007).

Nanopartikel dapat disiapkan dari berbagai bahan seperti protein,

polisakarida, dan polimer sintetik. Pemilihan bahan matriks bergantung pada

banyak faktor, antaralain ukuran dari nanopartikal yang diinginkan, sifat obat

misalnya stabilitas dan kelarutan obat dalam air, karakteristik permukaan

seperti muatan dan permeabilitas, derajat biodegradibilitas, biokompatibilitas,

toksisitas, profil pelepasan obat yang diinginkan dan antogenisistas dari

produk akhir (Mohanraj dan Chen, 2006).

Ada dua tipe nanopartikel yaitu nanospheres dan nanokapsul.

Perbedaan dari keduanya yaitu dalam sistem pembuatannya. Nanospheres

dibuat dalam bentuk sistem matriks di mana seluruh partikel obat terdispersi

di dalam polimer. Nanokapsul merupakan sistem reservoir terdiri atas selaput

polimer yang meliputi suatu inti mengandung air atau minyak (Hermawan,

2012). Selain itu, nanosphere memiliki struktur tipe monolitik sehingga

membuat obat didispersikan atau diadsorpsi pada permukaan. Nanokapsul

menunjukkan struktur dinding membran dan obat dijebak pada inti atau

diadsorpsi pada eksteriornya (Tiyaboonchai, 2003).

Dalam bidang farmasi nanopartikel dijelaskan sebagai suatu bentuk

sistem penghantaran obat, dimana obat terlarut, terenkapsulasi, dijerap,

terabsorbsi, maupun disisipkan secara kimia pada makromolekul atau polimer

(Tiyaboonchai, 2003). Ada beberapa metode dalam pembuatan nanopartikel


PREPARASI NANOPARTIKEL PENTAGAMAVUNON-0 DENGAN MEMANFAATKAN KITOSAN
INDUSTRI LOKAL SEBAGAI MATRIKS 14
DAN PENAUT SILANG NATRIUM ALGINAT MENGGUNAKAN METODE GELASI IONIK
WAHYUNGKI TAMI
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

diantaranya: 1) Pembuatan dispersi polimer; 2) metode evaporasi pelarut; 3)

Metode polimerasi; 4) Emulsion cross-Linked nanopartikel; 5) Presipitasi

atau Koaservasi; 6) Metode Ionik gelasi (Millotti and Bernkop-schnurch,

2009).

Keuntungan penggunaan nanopartikel dalam sistem penghantaran obat

yaitu, 1) ukurannya kecil, sehingga membuat penghantarannya lebih mudah

dalam mencapai tempat aksi obat, 2) nanopartikel dapat mengontrol

pelepasan obat. 3) efek terapi yang maksimal dapat diperoleh dengan

memodifikasi karakteristik degradasi partikel dengan memilih pembawa yang

sesuai tanpa mempengaruhi aktivitas obat dan menjaga obat tidak rusak

selama perjalanan ke tempat aksi, 4) Sistem penghantaran obat dengan

nanopartikel, dapat diberikan melalui berbagai rute penghantaran (Mohanraj

dan Chan, 2006).

4. Alginat

Alginat adalah istilah umum untuk senyawa dalam bentuk garam dan

turunan asam alginat. Alginat merupakan polisakarida yang berbentuk gel

yang diekstraksi dari alga laut coklat atau dari gulma lumut laut. Rumput laut

coklat penghasil alginat yang banyak tumbuh di daerah subtropis adalah jenis

Macrocystis, Laminaria, Aschophyllum, Nerocystis, Eklonia, Fucus, dan

Sargassum. Sedangkan di Indonesia yang merupakan perairan tropis, banyak

tumbuh jenis Sargassum, Turbinaria, Padina, Dictyota (Yunizal, 2004).


PREPARASI NANOPARTIKEL PENTAGAMAVUNON-0 DENGAN MEMANFAATKAN KITOSAN
INDUSTRI LOKAL SEBAGAI MATRIKS 15
DAN PENAUT SILANG NATRIUM ALGINAT MENGGUNAKAN METODE GELASI IONIK
WAHYUNGKI TAMI
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Kualitas alginat dibagi dalam 3 kelompok mutu, yaitu industrial grade,

food grade, dan farmaceutical grade, yang dalam proses ekstraksinya

memerlukan bahan baku dengan kualitas yang berbeda-beda. Untuk

memperoleh bahan baku yang berkualitas maka diperlukan juga penanganan

bahan dasar yang baik. Pada prinsipnya, untuk mendapatkan alginat harus

melalui tahap perendaman, ekstraksi, pemucatan, dan pembentukan asam

alginat (Sekarasih, 2000; Fateha, 2007).

Menurut Marsh et al., Lunde et al., Hirst & Spekman (dalam Chapman

& Chapman, 1980), rumus molekul alginat adalah (C6H8O6)n. Pendapat

lainnya dikemukakan oleh Dillon (dalam Chapman 7 Chapman, 1980) bahwa

rumus alginat adalah (C6H10O7)n, dimana n adalah bilangan yang berkisar

antara 80 dan 83.

(a) (b)

Gambar 4. Struktur Alginat, (a) asam D-manuronat, (b) asam L-glukoronat

Alginat merupakan suatu polimer yang terdiri dari dua unit monomer

yang hampir sama yaitu asam L-glukoronat (G) dan asam D-manuronat (M).

Perbedaan kedua unit monomer tersebut hanya terletak pada asam karboksilat

(COOH-) yang terletak pada atom karbon 5. Adanya kedua monomer tersebut
PREPARASI NANOPARTIKEL PENTAGAMAVUNON-0 DENGAN MEMANFAATKAN KITOSAN
INDUSTRI LOKAL SEBAGAI MATRIKS 16
DAN PENAUT SILANG NATRIUM ALGINAT MENGGUNAKAN METODE GELASI IONIK
WAHYUNGKI TAMI
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

mengakibatkan Struktur alginat dapat berbeda-beda tergantung pada susunan

monomer sepanjang rantai alginat. Alginat diproduksi dalam berbagai bentuk

partikel, bobot molekul, kadar kalsium, ukuran partikel dan rasio asam

mannuronat terhadap asam glukoronat (Kirk & Othmer, 1994).

Penggunaan alginat dalam formulasi nanokitosan didasari atas sifat

alginat dalam pH asam yang cenderung berada dalam bentuk terion dan

memiliki muatan yang negatif. Oleh karena itu alginat dapat melindungi

kitosan yang mudah terprotonasi saat berada dalam suasana asam dengan

berikatan secara ionik dengan gugus amina kitosan.

Penggunaan alginat sangat luas karena sifatnya yang biokompatibel dan

biodegradabel, serta tidak toksik, sehingga dalam dunia farmasi sering

digunakan sebagai agen pengemulsi dan desintegrasi dengan memanfaatkan

efek elektrostatik dari muatannya yang berlawanan. Selain untuk pengobatan,

alginat juga digunakan berbagai industri diantaranya industri makanan,

kosmetik, cat, dan bahkan dalam bidang pertanian.

5. Gelasi Ionik

Gelasi atau pembentukan gel merupakan gejalah penggabungan atau

pengikatan silang rantai-rantai polimer membentuk jaringan tiga dimensi

yang dapat menangkap air di dalamnya menjadi suatu struktur yang kompak

dan kaku dan tahan terhadap aliran bertekanan (Rachmania, 2011).

Metode ionik gelasi merupakan metode yang digunakan untuk

pembuatan nanopartikel kitosan, dimana mekanisme pembentukan kitosan


PREPARASI NANOPARTIKEL PENTAGAMAVUNON-0 DENGAN MEMANFAATKAN KITOSAN
INDUSTRI LOKAL SEBAGAI MATRIKS 17
DAN PENAUT SILANG NATRIUM ALGINAT MENGGUNAKAN METODE GELASI IONIK
WAHYUNGKI TAMI
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

nanopartikel berdasarkan pada interaksi elektrostatik antara gugus kation

amin kitosan dan gugus yang bermuatan negatif yang ada pada alginat

(Tiyaboonchai, 2003).

Metode yang paling umum dalam pembuatan nanopartikel melalui

proses gelasi ionik yaitu metode magnetic stirer, metode homogenizer

ultrasonik dan metode high speed. Teknik gelasi ionik ini merupakan suatu

teknik preparasi yang sederhana. Pertama kitosan dalam pelarut asam asetat

ditambahkan dengan agen penstabil seperti alginat yang dapat dilakukan

sebelum atau sesudah penambahan polimer anionik. Penambahan polianion

secara spontan memicu terbentuknya kompleks nanopartikel dengan

pengadukan mekanis pada suhu ruang. Ukuran nanopartikel yang dihasilkan

dapat dimodifikasi dengan memvariasikan komposisi perbandingan antara

kitosan dan agen penstabil (Calvo et al., 1997).

Keuntungan menggunakan metode Gelasi Ionik yaitu :

 Partikel terbentuk dibawah kondisi yang sederhana

 Ukuran dapat disesuaikan

 Memiliki kapasitas baik untuk berasosiasi dengan obat makromolekul

pada komposisi partikel (Millotti dan Bernkop-Schnȕ rch, 2009).

F. Landasan Teori

Formulasi nanopartikel dengan senyawa PGV-0 dilakukan sebagai

bentuk alternatif sediaan dalam meningkatkan bioavailibilitas PGV-0. Proses

terbentuknya formulasi nanopartikel dilakukan menggunakan metode gelasi


PREPARASI NANOPARTIKEL PENTAGAMAVUNON-0 DENGAN MEMANFAATKAN KITOSAN
INDUSTRI LOKAL SEBAGAI MATRIKS 18
DAN PENAUT SILANG NATRIUM ALGINAT MENGGUNAKAN METODE GELASI IONIK
WAHYUNGKI TAMI
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

ionik dengan kitosan industri lokal sebagai matriks. Pembuatan kitosan

nanopartikel dengan menggunakan metode gelasi ionik berdasarkan adanya

interaksi elektrostatik antara gugus kation amin kitosan dan gugus bermuatan

negatif polianion (Bodmeir et al., 1989; Xu abd Du, 2003). Dalam penelitian

ini interaksi elektrostatik yang terjadi adalah gugus kation amin kitosan yang

bermuatan positif dengan PGV-0 yang bermuatan negatif karena memunyai

gugus karbonil dan gugus hidroksil.

Kompleks nanopartikel terbentuk optimal dengan semakin banyaknya

interaksi yang terjadi, sehingga diperlukan pencampuran yang sempurna.

Setelah terbentuk kompleks nanokitosan, ada kemungkinan terdapat gugus

kation amin pada kitosan yang tidak berikatan dengan gugus karbonil dan

gugus hidroksil PGV-0, sehingga berada dalam bentuk kation amin bebas.

Semakin banyak kation amina bebas dalam kompleks nanopartikel

mengakibatkan adanya gaya tolak-menolak yang besar antara kation amin

bebas karena memiliki muatan yang sama, mengakibatkan ketidakstabilan

kompleks nanokitosan-PGV-0. Pengatasan dapat dilakukan dengan

menambahakan senyawa pengstabil yang berperan sebagai penaut silang.

Natrium alginat merupakan polimer yang berasal dari alam dan bersifat

biokompatibel dan biodegradabel yang dapat berperan sebagai pengstabil

dalam kompleks nanokitosan-PGV-0 Natrium alginat cenderung bermuatan

negatif, sehingga mampu berikatan dengan gugus amina bebas kitosan yang

bermuatan positif. Adanya alginat juga ikut berperan melindungi obat dalam
PREPARASI NANOPARTIKEL PENTAGAMAVUNON-0 DENGAN MEMANFAATKAN KITOSAN
INDUSTRI LOKAL SEBAGAI MATRIKS 19
DAN PENAUT SILANG NATRIUM ALGINAT MENGGUNAKAN METODE GELASI IONIK
WAHYUNGKI TAMI
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

kompleks dan mengikat kitosan dengan kuat pada kondisi pH asam sehingga

tidak larut.

Nanokitosan-PGV-0 yang terbentuk dipengaruhi oleh komposisi

masing-masing senyawa, sehingga diperlukan orientasi yang tepat agar

formula yang terpilih dapat memberikan hasil yang maksimal dan memiliki

stabilitas yang baik dalam tubuh sehingga mampu menghantarkan obat

sampai tempat aksinya.

G. Hipotesis

1. Senyawa PGV-0 dapat diformulasikan dalam bentuk nanopartikel dengan

matriks kitosan industri lokal menggunakan metode ionik gelasi.

2. Nanokitosan-PGV-0 dapat dibuat dengan kombinasi kadar PGV-0 :

Kitosan industri lokal : Alginat pada komposisi yang optimum.

3. Nanokitosan-PGV-0 stabil dalam cairan usus buatan dan ciran lambung

buatan.

Anda mungkin juga menyukai