Anda di halaman 1dari 80

BUKU INFORMASI

Modul 04

KITAB UNDANG-UNDANG
HUKUM ACARA
PIDANA (KUHAP)
DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN 1
A. Tujuan Umum 1
B. Tujuan Khusus 1
BAB II. MENJELASKAN SEJARAH DAN
PEMBENTUKAN HUKUM ACARA PIDANA
INDONESIA 2
A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam Menjelaskan
Sejarah dan Pembentukan Hukum Acara Pidana di
Indonesia 2
1. Kodifikasi Peraturan Hukum Acara Pidana 2
2. Istilah dan Pengertian Hukum Acara Pidana 2
3. Tujuan Hukum Acara Pidana 3
4. Asas Hukum Acara Pidana 4
B. Keterampilan yang Diperlukan dalam Menjelaskan
Sejarah dan Pembentukan Hukum Acara Pidana di
Indonesia 7
C. Sikap Kerja yang Diperlukan dalam Menjelaskan
Sejarah dan Pembentukan Hukum Acara Pidana
di Indonesia 7
BAB III. MENGIDENTIFIKASI PENGATURAN
HUKUM ACARA PIDANA DI INDONESIA 8
A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam Mengidentifikasi
Pengaturan Hukum Acara Pidana di Indonesia 8
1. Sumber Permulaan Penindakan dalam Hukum
Acara Pidana 12
2. Pihak Terkait dalam Hukum Acara Pidana 33
3. Proses Hukum Acara Pidana 33
DAFTAR ISI

B. Keterampilan yang Diperlukan dalam


Mengidentifikasi Pengaturan Hukum Acara
Pidana di Indonesia 33
C. Sikap Kerja yang Diperlukan dalam
Mengidentifikasi Pengaturan Hukum Acara
Pidana di Indonesia 33
BAB IV. MENJELASKAN ACARA PEMERIKSAAN
PIDANA 35
A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam Menjelaskan
Acara Pemeriksaan Pidana 35
1. Acara Pemeriksaan Perkara 35
2. Tata Tertib Persidangan 39
3. Tahapan Pemeriksaan di Persidangan 39
4. Pelaksanaan Putusan Pengadilan 49
5. Upaya Hukum 50
6. Penggabungan Perkara Gugatan Ganti Kerugian 51
7. Koneksitas 52
B. Keterampilan yang Diperlukan dalam Menjelaskan
Acara Pemeriksaan Pidana 58
C. Sikap Kerja yang Diperlukan dalam Menjelaskan
Acara Pemeriksaan Pidana 58
BAB V. MENJELASKAN PRAPERADILAN DAN
PERKEMBANGANNYA TERHADAP
PENANGANAN TINDAK PIDANA KORUPSI
DI INDONESIA 59
A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam Menjelaskan
Praperadilan dan Perkembangannya terhadap
Penanganan Tindak Pidana Korupsi di Indonesia 59
DAFTAR ISI

1. Konsep Praperadilan 59
1.1 Pengertian Praperadilan 59
1.2. Tujuan Praperadilan 59
1.3. Wewenang Praperadilan 60
1.4. Subjek Praperadilan 60
1.5. Objek Praperadilan 62
2. Perbedaan Praperadilan 63
2.1. Perbedaan Praperadilan dengan Kasasi 63
2.2. Perbedaan Proses Praperadilan dengan Peradilan
Normatif 63
3. Pengaturan dan Pelaksanaan Praperadilan 65
3.1 Kaitan Hakim Komisaris pada Praperadilan 65
3.2. Upaya Hukum Praperadilan 65
3.3. Peraturan Lain Terkait Praperadilan 66
3.5. Kasus Praperadilan 68
B. Keterampilan yang Diperlukan dalam Menjelaskan
Praperadilan dan Perkembangannya terhadap
Penanganan Tindak Pidana Korupsi di Indonesia 70
C. Sikap Kerja yang Diperlukan dalam Menjelaskan
Praperadilan dan Perkembangannya terhadap
Penanganan Tindak Pidana Korupsi di Indonesia 71
DAFTAR REFERENSI 72
TENTANG PENULIS 75
DAFTAR ALAT DAN BAHAN 76
BAB I. PENDAHULUAN

A. TUJUAN UMUM

Setelah mempelajari modul ini peserta pelatihan diharapkan mampu menjelaskan Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).

B. TUJUAN KHUSUS

Adapun tujuan mempelajari unit kompetensi melalui Buku Informasi Menjelaskan Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana (KUHAP) ini guna memfasilitasi peserta sehingga pada akhir pelatihan diharapkan
memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Menjelaskan sejarah dan pembentukan hukum acara pidana di Indonesia.
2. Mengidentifikasi pengaturan hukum acara pidana di Indonesia.
3. Menjelaskan acara pemeriksaan pidana.
4. Menjelaskan praperadilan dan perkembangannya terhadap penanganan tindak pidana korupsi di
Indonesia.

1 Buku Informasi - Modul KUHAP


BAB II. MENJELASKAN SEJARAH DAN
PEMBENTUKAN HUKUM ACARA PIDANA
INDONESIA

A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam Landgerecht; Pengadilan Landgerecht ber-


Menjelaskan Sejarah dan Pembentu- wenang memutus perkara-perkara kecil
kan Hukum Acara Pidana di Indone- untuk semua bangsa di Hindia Belanda.
sia • Inlandsch Reglement, atau disingkat IR. (Stbl.
1848 No. 16); berisi hukum acara per-
1. Kodifikasi Peraturan Hukum Acara data dan hukum acara pidana dalam pen-
Pidana gadilan Landraad; IR hanya berlaku untuk
Pada tanggal 1 Agustus 1848 berdasar- golongan penduduk Hindia Belanda serta
kan pengumuman Gubernur Jenderal 3 Desem- Timur Asing, dan secara lokasi hanya ber-
ber 1847 Staatblaad No. 57 maka di Indonesia laku di Jawa dan Madura. Ketetapan ini di-
(Hindia Belanda) berlaku Inlands Reglements dasarkan pada Pengumuman Gubernur
atau di singkat IR. Andi Sofyan (2012) menyata- Jenderal tertanggal 3 Desember 1847 (Stbld
kan bahwa pada masa itu di Indonesia dikenal Nomor 57).
pula beberapa kodifikasi peraturan hukum acara
pidana, seperti: Seiring waktu, “Inlandsch Reglement”
• Reglement op de Rechtterlijke Organisatie diperbaiki menjadi “Het Herzien Inlandsch Regle-
(Stbl. 1848 No. 57); berisi ketetapan tentang ment” (HIR) pada tahun 1941 melalui persetujuan
organisasi dan susunan peradilan (justitie) di Volksraad. Isi dari HIR adalah organisasi-ulang
Hindia Belanda. terhadap proses penuntutan, serta perbaikan
• Reglement op de burgerlijke Rechtvorder- 17 (tujuh belas) peraturan undang-undang ten-
ing (Stbl. 1849 No. 63); berisi hukum acara tang pemeriksaan pendahuluan. Adanya HIR me-
perdata untuk penduduk Hindia Belanda ngakibatkan munculnya lembaga baru yang tidak
dengan golongan Eropa serta golongan lain di bawah pamongpraja, yaitu Lembaga Penuntut
yang disetarakan dengan golongan Eropa Umum (Openbare Ministrie), dengan kedudukan
tersebut. langsung di bawah Officier van Justitie den Pro-
• Reglement op de Strafvordering (Stbl. 1849 cureur General.
No. 63); berisi hukum acara pidana untuk Secara umum, tidak ada perubahan
penduduk Hindia Belanda dengan golongan mendasar di era pendudukan Kekaisaran Jepang
Eropa serta golongan lain yang disetarakan di Hindia Belanda, kecuali hilangnya Raad van
dengan golongan Eropa tersebut. Justitie - pengadilan khusus golongan Eropa
• Landgerechtsreglement (Stbl. 1914 No. 317); (Andi Sofyan, 2012). Karena itu, hukum acara
berisi hukum acara di depan pengadilan pidana juga tidak berubah. HIR, Reglement voor

Buku Informasi - Modul KUHAP 2


de Buitengewesten dan Landgerechtreglment ber- nisi beberapa bagian hukum acara pidana seperti
laku untuk pengadilan negeri, pengadilan tinggi penyidikan, penuntutan, mengadili, praperadilan,
dan pengadilan agung (Andi Hamzah, 2008). putusan pengadilan, upaya hukum, penyitaan,
Menurut Andi Hamzah (2008), pasca- penggeledahan, penangkapan, penahanan, dan
kemerdekaan 17 Agustus 1945 sejumlah pera- lain-lain.
turan dari masa kolonial dicabut dan dihapus. Maka dari itu, pengertian hukum acara
Juga dilakukan penyatuan hukum acara guna pidana hingga saat ini bertumpu pada pengertian
kesatuan penyelenggaraan susunan, kekuasaan, dari para ahli hukum, yang memberikan penger-
dan acara semua pengadilan negeri dan pengadi- tian hukum acara pidana sebagai suatu rangkaian
lan tinggi. Sesuai Pasal 6 Undang-Undang Daru- peraturan yang memuat cara bagaimana badan
rat Nomor 1 Tahun 1951, ditetapkan bahwa hu- pemerintahan yang berkuasa, yaitu kepolisian,
kum acara pidana sipil terhadap penuntut umum kejaksaan dan pengadilan harus bertindak guna
di semua pengadilan negeri dan pengadilan tinggi mencapai tujuan negara dengan mengadakan
masih berpedoman pada HIR. Undang-Undang hukum pidana (Wirjono P, 1977). Moeljatno
No. 19 Tahun 1964 tentang Ketentuan-ke- (1979) juga yang memberikan batasan ten-
tentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman ditetap- tang pengertian hukum formal (hukum acara),
kan pada tahun 1965. Undang-Undang No. 19 sebagai hukum yang mengatur tata cara pelak-
Tahun 1964 memberikan keleluasaan besar bagi sanaan hukum materiil (hukum pidana). Se-
pre-siden untuk ikut campur dalam urusan per- mentara hukum acara pidana (hukum pidana
adilan, sehingga menyulitkan penegakan hukum formal) adalah hukum yang mengatur tata cara
dan keadilan dalan lingkup kekuasaan sebuah ne- melaksanakan/mempertahankan hukum pidana
gara merdeka. Maka pada tahun 1970, Undang- materiil.
Undang No. 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan- Kemudian menurut R. Soesilo (1982),
ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman dibuat, pengertian hukum acara pidana (hukum pidana
menggantikan Undang-Undang No. 19 Tahun formal) adalah kumpulan peraturan-peraturan
1964. Dikarenakan Pasal 12 Undang-Undang No. hukum yang memuat ketentuan-ketentuan
14 Tahun 1970 menyatakan bahwa hukum acara mengatur soal-soal sebagai berikut:
pidana akan diatur dalam sebuah undang-undang a. Cara bagaimana harus diambil tindakan-
tersendiri maka tanggal 31 Desember 1981 di- tindakan jikalau ada sangkaan, bahwa
terbitkan Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1981 telah terjadi suatu tindak pidana, cara
tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara bagaimana mencari kebenaran-ke-
Pidana (KUHAP). benaran tentang tindak pidana apakah
yang telah dilakukan.
2. Istilah dan Pengertian Hukum Acara b. Setelah ternyata, bahwa ada suatu tindak
Pidana pidana yang dilakukan, siapa dan cara
Apa yang dimaksud dengan hukum bagaimana harus mencari, menyelidik dan
acara pidana? Mengenai hal ini Kitab Undang- menyidik orang-orang yang disangka ber-
Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) tidak salah terhadap tindak pidana itu, cara me-
memberikan definisi tentang hukum acara pi- nangkap, menahan dan memeriksa orang
dana. KUHAP hanya memberikan definisi-defi- itu.

3 Buku Informasi - Modul KUHAP


c. Cara bagaimana mengumpulkan barang- tan hukum tetap maka hukum acara pidana
barang bukti, memeriksa, menggeledah mengatur pula pokok acara pelaksanaan
badan dan tempat-tempat lain, serta me- dan pengawasan dari putusan tersebut.
nyita barang-barang itu, untuk membukti- Selain Pedoman Pelaksanaan KUHAP
kan kesalahan tersangka. tahun 1982 di atas yang merumuskan tujuan KU-
d. Cara bagaimana pemeriksaan dalam si- HAP, landasan atau garis-garis tujuan yang hen-
dang pengadilan terhadap terdakwa oleh dak dicapai KUHAP termaktub dalam konsid-
hakim sampai dapat dijatuhkan pidana, erans huruf c KUHAP, yaitu supaya masyarakat
dan menghayati hak dan kewajibannya, dan untuk
e. Oleh siapa dan dengan cara bagaimana meningkatkan pembinaan sikap para pelak-
putusan penjatuhan pidana itu harus sana penegak hukum sesuai dengan fungsi dan
dilaksanakan dan sebagainya, atau de- wewenang masing-masing menuju tegaknya
ngan singkat dapat dikatakan: yang me- hukum, keadilan dan perlindungan terhadap
ngatur tentang cara bagaimana memper- harkat dan martabat manusia, ketertiban serta
tahankan atau menyelenggarakan hukum kepastian hukum demi terselenggaranya negara
pidana materiil, sehingga memperoleh hukum sesuai dengan Undang-Undang Dasar
keputusan hakim dan cara bagaimana isi 1945.
keputusan itu harus dilaksanakan. Penjelasan landasan tujuan KUHAP
dengan didasarkan konsiderans huruf c KU-
3. Tujuan Hukum Acara Pidana HAP dikemukakan oleh Yahya Harahap (1993),
Dalam Pedoman Pelaksanaan KUHAP sebagai berikut:
tahun 1982, tujuan hukum acara pidana adalah: 1. Peningkatan kesadaran hukum masyarakat,
a. Untuk mencari dan mendapatkan atau artinya menjadikan setiap anggota
setidak-tidaknya mendekati kebenaran ma- masyarakat mengetahui apa hak yang diberi-
teriil ialah kebenaran yang selengkap-leng- kan hukum dan undang-undang kepadanya
kapnya dari suatu perkara pidana dengan serta apa pula kewajiban yang dibebankan
menerapkan ketentuan hukum acara pidana hukum kepada dirinya.
secara jujur dan tepat. 2. Meningkatkan sikap mental aparat penegak
b. Untuk mencari siapa pelakunya yang dapat hukum, yaitu:
didakwakan melakukan pelanggaran hukum a. meningkatkan pembinaan ketertiban
dan selanjutnya meminta pemeriksaan dan aparat penegak hukum sesuai dengan
putusan dari pengadilan guna menentukan fungsi dan wewenang masing-masing.
apakah terbukti bahwa suatu tindak pidana b. peningkatan kecerdasan & keteram-
telah dilakukan dan menentukan apakah pilan teknis para aparat penegak hu-
terbukti bahwa suatu tindak pidana telah kum.
dilakukan dan apakah orang yang didakwa c. pejabat penegak hukum yang bertakwa
itu dapat dipersalahkan. kepada Tuhan Yang Maha Esa serta ber-
c. Setelah putusan pengadilan dijatuhkan dan moral perikemanusiaan yang adil dan
segala upaya hukum telah dilakukan dan beradab.
akhirnya putusan telah mempunyai kekua-

Buku Informasi - Modul KUHAP 4


3. Tegaknya hukum dan keadilan di tengah- hakim dalam menyidik, menuntut dan mengadili
tengah kehidupan masyarakat bangsa, yaitu: perkara senantiasa harus berdasar kebenaran,
a. menegakkan hukum yang berlandas- harus berdasarkan hal-hal yang sungguh-sung-
kan sumber Pancasila, Undang-Undang guh terjadi (hlm. 19).” Dikemukakan juga bahwa,
Dasar 1945, dan segala hukum dan “Dalam mencari kebenaran ini, hukum acara
perundang-undangan yang tidak ber- pidana menggunakan bermacam-macam ilmu
tentangan dengan sumber hukum dan pengetahuan seperti kriminalistik, daktiloskop,
nilai-nilai kesadaran yang hidup dalam ilmu dokter kehakiman, fotografi dan lain seba-
masyarakat. gainya, agar jangan sampai terdapat kekeliruan-
b. menegakkan nilai-nilai yang terkandung kekeliruan dalam memidana orang.”
dalam falsafah Pancasila dan Undang- Sedangkan menurut Andi Hamzah
Undang Dasar 1945 serta segala nilai- (1983), tujuan hukum acara pidana adalah,
nilai yang terdapat pada hukum dan “Mencari dan menemukan kebenaran materiil
perundang-undangan yang lain, yang itu hanya merupakan tujuan antara, artinya ada
nilainya aspiratif dengan nilai dan rasa tujuan akhir yaitu yang menjadi tujuan seluruh
keadilan masyarakat. tertib hukum Indonesia, dalam hal ini, mencapai
c. agar tidak bergeser dari KUHAP yang suatu masyarakat yang tertib, tenteram, damai,
telah ditentukan sebagai pedoman tata adil dan sejahtera (tata tenteram kerta raharja)
cara pelaksanaan dan asas-asas prinsip (Hlm.19).”
hukumnya.
4. Melindungi harkat dan martabat manu- 4. Asas Hukum Acara Pidana
sia, artinya manusia sebagai hamba Tuhan Asas-asas hukum acara pidana seba-
dan sebagai makhluk yang sama derajatnya gaimana termuat dalam KUHAP, adalah sebagai
de-ngan manusia lain, harus ditempatkan berikut:
pada keluruhan harkat dan martabatnya. 1. Peradilan dilakukan “Demi Keadilan Ber-
5. Menegakkan ketertiban dan kepastian dasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” (Pasal
hukum, maksudnya arti dan tujuan ke- 2 ayat (1), UU No. 48 Tahun 2009).
hidupan masyarakat ialah mencari dan 2. Asas persamaan di depan hukum (equality
mewujudkan ketenteraman atau ketertiban before the law), dimana setiap orang diper-
yaitu kehidupan bersama antara sesama ang- lakukan sama dengan tidak memperbedakan
gota masyarakat yang dituntut dan dibina tingkat sosial, golongan, agama, warna kulit,
dalam ikatan yang teratur dan layak, seh- kaya, miskin, dan lain-lainnya di muka hukum,
ingga lalu lintas tata pergaulan masyarakat atau pengadilan mengadili menurut hukum
yang bersangkutan berjalan dengan tertib dengan tidak membeda-bedakan orang
dan lancar. (Pasal 4 ayat (1) UU No. 48 Tahun 2009).
3. Tidak seorang pun dapat dihadapkan di
Menurut R. Soesilo (1982), rumusan depan pengadilan selain daripada yang diten-
tujuan hukum acara pidana adalah, “Pada haki- tukan oleh undang-undang (Pasal 6 ayat (1)
katnya memang mencari kebenaran. Para Pene- UU No. 48 Tahun 2009).
gak hukum mulai dari polisi, jaksa sampai kepada 4. Tidak seorang pun dapat dijatuhi pidana,

5 Buku Informasi - Modul KUHAP


kecuali apabila pengadilan, karena alat pem- 10. Asas wajib diberitahu dakwaan dan
buktian yang sah menurut undang-undang, dasar hukum dakwaan, serta hak-haknya
mendapat keyakinan bahwa seseorang yang ter-masuk hak menghubungi dan meminta
dianggap dapat bertanggung jawab, telah bantuan penasihat hukum.
bersalah atas perbuatan yang didakwakan 11. Asas hadirnya terdakwa, artinya pengadilan
atas dirinya (Pasal 6 ayat (2) UU No. 48 memeriksa, mengadili, dan memutus perka-
Tahun 2009). ra pidana dengan hadirnya terdakwa (Pasal
5. Asas perintah tertulis dari yang berwenang: 12 ayat (1) UU No. 48 Tahun 2009).
segala tindakan mengenai penangkapan, 12. Asas pemeriksaan terbuka untuk umum,
penahanan, penggeledahan, penyitaan artinya pengadilan dalam pemeriksaan
hanya dapat dilakukan berdasarkan perintah perkara terbuka untuk umum. Jadi, setiap
tertulis oleh pejabat yang berwenang oleh orang diperbolehkan hadir dan mendegar-
undang-undang (Pasal 7 UU No. 48 Tahun kan pemeriksaan di persidangan (Pasal 13
2009). ayat (1) UU No. 48 Tahun 2009).
6. Asas praduga tak bersalah (presumption of 13. Asas pembacaan putusan, yaitu semua
innocence): setiap orang yang ditangkap, di- putusan pengadilan hanya sah dan mem-
tahan dan dituntut dan/atau dihadapkan punyai kekuataan hukum apabila diucapkan
di depan pengadilan, wajib dianggap tidak dalam sidang terbuka untuk umum (Pasal 13
bersalah sampai adanya putusan pengadilan ayat (2) UU No. 48 Tahun 2009).
yang menyatakan kesalahannya dan telah 14. Asas pemeriksaan hakim yang langsung dan
memperoleh kekuatan hukum tetap (Pasal 8 lisan, artinya langsung kepada terdakwa dan
ayat (1) UU No. 48 Tahun 2009). tidak secara tertulis antara hakim dan ter-
7. Asas pemberian ganti rugi dan rehabilitasi dakwa (Pasal 154 KUHAP dan seterusnya).
atas salah tangkap, salah tahan dan salah 15. Asas putusan harus disertai alasan-alasan,
tuntut, mengadili tanpa alasan berdasarkan artinya segala putusan pengadilan selain
undang-undang atau kekeliruan mengenai harus memuat alasan dan dasar putusan
orangnya (error in persona) atau hukum yang tersebut, memuat pula pasal tertentu dan
diterapkannya berhak menuntut ganti keru- peraturan perundang-undangan yang ber-
gian dan rehabilitasi (Pasal 9 ayat (1) UU No. sangkutan atau sumber hukum tak tertulis
48 Tahun 2009). yang dijadikan dasar untuk mengadili (Pasal
8. Asas peradilan dilakukan dengan sederhana, 50 ayat (1) UU No. 48 Tahun 2009).
cepat, dan biaya ringan atau lazim disebut 16. Asas tidak seorang pun dapat dijatuhi pi-
contante justitie (Pasal 2 ayat (4) jo Pasal 4 dana, kecuali apabila pengadilan, karena alat
ayat (4) UU No. 48 Tahun 2009). pembuktian yang sah menurut undang-un-
9. Asas memperoleh bantuan hukum seluas- dang, mendapat keyakinan bahwa seseorang
luasnya, artinya bahwa setiap orang wajib yang dianggap dapat bertanggung jawab,
diberikan kesempatan untuk memperoleh telah bersalah atas perbuatan yang didakwa-
bantuan hukum pada tiap tingkatan pemerik- kan atas dirinya (Pasal 10 ayat (1) UU No. 48
saan guna kepentingan pembelaan (Pasal 56 Tahun 2009).
ayat (1) UU No. 48 Tahun 2009). 17. Asas pengadilan wajib memeriksa, men-

Buku Informasi - Modul KUHAP 6


gadili, dan memutus perkara, artinya penga- C. Sikap Kerja yang Diperlukan dalam
dilan tidak boleh menolak untuk memeriksa, Menjelaskan Sejarah dan Pembentu-
mengadili, dan memutus suatu perkara yang kan Hukum Acara Pidana di Indone-
diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak sia
ada atau kurang jelas (Pasal 10 ayat (1) UU
No. 48 Tahun 2009). 1. Bertindak cermat dan teliti serta berpikir
18. Asas pengawasan pelaksanaan putusan, analitis dalam menjelaskan kodifikasi pera-
artinya dalam menjalankan putusan pidana, turan hukum acara pidana dari masa Hindia
Ketua Pengadilan Negeri wajib mengawasi Belanda hingga era kemerdekaan Indonesia.
pelaksanaan putusan pengadilan yang telah 2. Bertindak cermat dan teliti dalam menje-
berkekuatan hukum tetap Pasal 55 ayat (1) laskan istilah, pengertian, dan tujuan hukum
UU No. 48 Tahun 2009) acara pidana.
3. Bertindak cermat dan teliti serta berpikir
B. Keterampilan yang Diperlukan dalam analitis dalam menjelaskan asas hukum
Menjelaskan Sejarah dan Pembentu- acara pidana.
kan Hukum Acara Pidana di Indone-
sia

1. Menjelaskan kodifikasi peraturan hukum


acara pidana dari masa Hindia Belanda
hingga era kemerdekaan Indonesia.
2. Menjelaskan istilah dan pengertian hukum
acara pidana.
3. Menjelaskan tujuan hukum acara pidana.
4. Menjelaskan asas hukum acara pidana.

7 Buku Informasi - Modul KUHAP


BAB III. MENGIDENTIFIKASI PENGATURAN
HUKUM ACARA PIDANA
DI INDONESIA

A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam nyaksikan dan/atau menjadi korban peris-


Mengidentifikasi Pengaturan Hukum tiwa yang merupakan tindak pidana berhak
Acara Pidana di Indonesia mengajukan laporan kepada penyelidik dan/
atau penyidik baik lisan maupun tertulis.
1. Sumber Permulaan Penindakan 2. Setiap orang yang mengetahui permufaka-
dalam Hukum Acara Pidana tan jahat untuk melakukan tindak pidana,
Proses penindakan dalam hukum acara terhadap ketenteraman umum dan keaman
pidana dimulai dengan adanya suatu keadaan, umum atau terhadap hak milik wajib seke-
yaitu adanya laporan, aduan, atau tertangkap tika itu juga melaporkan hal tersebut kepada
tangan. Laporan dan aduan merupakan upaya penyelidik atau penyidik.
dari masyarakat dalam rangka memberitahukan 3. Setiap pegawai negeri dalam rangka melak-
pihak yang berwenang untuk mengatasi suatu sanakan tugasnya yang mengetahui tentang
permasalahan hukum (pidana). Hal ini menjelas- terjadinya peristiwa pidana yang merupakan
kan bahwa upaya pemidanaan dan penanganan tindak pidana wajib segera melaporkan hal
perkara tidak dapat dilakukan sewenang-wenang itu kepeda penyelidik atau penyidik.
tanpa adanya suatu sebab akibat.
Untuk melaporkan suatu tindak pidana
1.1. Laporan maka cara atau bentuk pelaporan seseorang da-
Pengertian laporan berdasarkan Pasal pat dilakukan sebagai berikut:
1 butir 24 KUHAP adalah pemberitahuan yang 1) Menurut Pasal 103 ayat (1), (2) dan (3)
disampaikan oleh seorang karena hak atau ke- jo. Pasal 108 ayat (3), (4) dan (5) KUHAP,
wajiban berdasarkan undang-undang kepada bahwa:
pejabat yang berwenang tentang telah atau a. Laporan yang diajukan secara tertulis
sedang atau diduga akan terjadinya peristiwa harus ditandatangani oleh pelapor.
pidana. Laporan tersebut dapat berbentuk lisan b. Laporan yang diajukan secara lisan
maupun tertulis yang harus dilaporkan atau di- harus dicatat oleh penyelidik dan ditan-
sampaikan kepada polisi selaku penyelidik/pe- datangani oleh pelapor dan penyelidik.
nyidik tunggal untuk tindak pidana umum. Dalam c. Dalam hal pelapor tidak dapat menu-
hal terjadi suatu tindak pidana maka KUHAP lis, hal itu harus disebutkan sebagai
telah menentukan pihak-pihak yang berhak me- catatan dalam laporan tersebut.
lapor, yaitu sebagai berikut: d. Setelah menerima laporan, penyelidik
1. Setiap orang yang mengalami, melihat, me- atau penyidik harus memberikan tanda

Buku Informasi - Modul KUHAP 8


penerimaan laporan kepada yang ber- (3) KUHAP).
sangkutan. 3. Penyelidik dan penyidik yang telah menerima
2) Hal yang dilaporkan secara lisan oleh pe- laporan tersebut segera datang ke tempat
lapor harus dicatat oleh penyidik, dan sete- kejadian dapat melarang setiap orang untuk
lah selesai dicatat oleh penyi-dik, kemudian meninggalkan tempat itu selama pemerik-
dibacakan kembali oleh penyidik atau ke- saan di situ belum selesai (Pasal 111 ayat (3)
pada si pelapor diminta untuk membacanya, KUHAP).
dan setelah si pelapor menyetujui dan tidak
ada hal-hal yang perlu diperbaiki/keberatan Pelanggar larangan tersebut dapat di-
maka segera ditandatangani laporan itu oleh paksa tinggal di tempat itu sampai pemeriksaan
si pelapor dan penyelidik (Pasal 108 ayat (4) dimaksud di atas selesai (Pasal 111 ayat (4) KU-
KUHAP). HAP).
3) Apabila si pelapor tidak dapat menulis, maka
laporan si pelapor dicatat oleh pe-nyidik ke- 1.2. Pengaduan
mudian dibacakan kembali, dan hal itu harus Pengertian pengaduan menurut Pasal 1
disebutkan sebagai catatan dalam laporan butir 25 KUHAP adalah pemberitahuan disertai
tersebut (Pasal 103 ayat (3) KUHAP), dan permintaan oleh pihak yang berkepentingan ke-
proses selanjutnya sebagaimana dimaksud pada pejabat yang berwenang untuk menindak
pada Pasal 103 ayat (2) KUHAP jo. Pasal menurut hukum seorang yang telah melakukan
108 ayat (6) KUHAP. tindak pidana aduan yang merugikannya. Dalam
4) Dengan laporan secara tertulis (Pasal 103 hal pengaduan barulah dapat dilakukan tindakan
ayat (1) jo Pasal 108 ayat (1) dan (4) KU- atau proses, apabila terdapat pengaduan (per-
HAP). mintaan) dari orang yang mengalami, melihat,
5) Untuk itu penyidik wajib memberikan surat menyaksikan dan atau korban peristiwa yang
tanda tarima penerimaan la poran ke- merupakan tindak pidana.
pada pelapor (Pasal 103 ayat (2) KUHAP jo. Tindak pidana di sini bukanlah semua
Pasal 108 ayat (6) KUHAP). jenis tindak pidana yang tertera dalam KUHP,
melainkan tindak pidana aduan/delik aduan
Untuk menindaklanjuti setiap laporan (klacht delicten). Menurut Lamintang (1990),
tentang suatu tindak pidana maka prosesnya yang dimaksud dengan delik aduan adalah delik
dapat dilakukan sebagai berikut: yang hanya dapat dituntut karena adanya pe-
1. Penyelidik menerima laporan tentang ngaduan dari pihak yang dirugikan. Delik aduan
terjadinya suatu peristiwa yang patut di- menurut sifatnya dapat dibedakan menjadi:
duga merupakan tindak pidana wajib segera • Delik aduan absolut (Absolute Klachdelict),
melakukan tindakan penyelidikan yang adalah tindak pidana yang tidak dapat ditun-
diperlukan (Pasal 102 ayat (1) KUHAP). tut, apabila tidak ada pengaduan dari pihak
2. Terhadap tindakan yang dilakukan tersebut korban atau yang dirugikan atau dipermalu-
pada ayat (1) penyelidik wajib membuat kan dengan terjadinya tindak pidana terse-
berita acara dan melaporkannya kepada but, sebab di dalam tindak pidana aduan
penyidik sedaerah hukum (Pasal 102 ayat absolut yang dituntut bukan hukumnya teta-

9 Buku Informasi - Modul KUHAP


pi adalah peristiwanya, sehingga permintaan itu tidak ada, atas pengaduan seorang
dalam penuntutan dalam pengaduan harus keluarga sedarah dalam garis menyim-
berbunyi “saya minta agar peristiwa ini ditun- pang sampai derajat ketiga.
tut” (Soesilo, 1982, hal 7). Delik aduan abso- 2. Menurut Pasal 73 KUHP, yaitu jika yang ter-
lut, misalnya delik yang diatur dalam Pasal kena kejahatan meninggal di dalam tenggang
284, 310, 332 KUHP. waktu yang ditentukan dalam pasal berikut
• Delik aduan relatif, pada prinsipnya bukanlah maka tanpa memperpanjang tenggang itu,
merupakan delik aduan, melainkan terma- penuntutan dilakukan atas pengaduan orang
suk laporan (delik biasa). Akan tetapi dapat tuanya, anaknya, atau suaminya (istrinya)
menjadi delik aduan apabila dilakukan dalam yang masih hidup kecuali kalau ternyata
lingkungan keluarga sendiri. Jadi, penuntu- bahwa yang meninggal tidak menghendaki
tan dilakukan bukan peristiwanya atau ke- penuntutan.
jahatannya tetapi hanya kepada orang-orang 3. Menurut Pasal 284 ayat (2) KUHP, bahwa
yang telah melakukan tindak pidana itu (Soe- tidak dilakukan penuntutan melainkan atas
silo, 1982). Delik aduan relatif misalnya delik pengaduan suami/istri yang tercemar, dan
yang diatur dalam Pasal 367 KUHP tentang bilamana bagi mereka berlaku Pasal 27 BW,
pencurian dalam keluarga. dalam tenggang waktu tiga bulan diikuti de-
ngan permintaan bercerai atau pisah-meja
Adapun pihak-pihak yang berhak me- dan ranjang karena alasan itu juga.
ngajukan pengaduan tentang peristiwa pidana Dalam hal seseorang yang mengadukan
sebagai suatu tindak pidana atau delik, sebagai suatu peristiwa sebagai tindak pidana, menurut
berikut: Pasal 103 ayat (1), (2) dan (3) jo. Pasal 108 ayat
1. Menurut Pasal 72 KUHP, yaitu: (3), (4) dan (5) KUHAP, bahwa:
a. Selama orang yang terkena kejahatan a. Pengaduan yang diajukan secara tertulis
yang hanya boleh dituntut atas pe- harus ditandatangani oleh pengadu.
ngaduan, dan orang itu umurnya belum b. Pengaduan yang diajukan secara lisan harus
cukup enam belas tahun dan lagi belum dicatat oleh penyelidik dan ditandatangani
dewasa, atau selama ia berada di bawah oleh pengadu dan penyelidik.
pengampuan yang disebabkan oleh hal c. Dalam hal pengadu tidak dapat menulis, hal
lain daripada keborosan, maka wakilnya itu harus disebutkan sebagai catatan dalam
yang sah dalam perkara perdata yang pengaduan tersebut.
berhak mengadu. d. Setelah menerima pengaduan, penyelidik
b. Jika tidak ada wakil, atau wakil itu sendiri atau penyidik harus memberikan tanda
yang harus diadukan, maka penuntutan penerimaan pengaduan kepada yang
dilakukan atas pengaduan wali penga- bersangkutan.
was atau pengampu pengawas, atau ma-
jelis yang menjadi wali pengawas atau Berdasarkan uraian di atas, bahwa perbedaan
pengampu pengawas; juga mungkin atas antara laporan dan pengaduan adalah sebagai
pengaduan istrinya atau seorang kelu- berikut:
arga sedarah dalam garis lurus, atau jika

Buku Informasi - Modul KUHAP 10


PENGADUAN LAPORAN PENGADUAN

Dapat diajukan terhadap segala Hanya mengenai kejahatan-kejahatan,


Perbuatan perbuatan pidana di mana adanya pengaduan itu menjadi
syarat

Diajukan oleh Setiap orang Orang-orang yang berhak mengajukannya

Pelaporan tidak menjadi syarat untuk Pengaduan di dalam hal-hal kejahatan ter-
Syarat penuntutan
mengadakan tuntutan pidana tentu sebaiknya merupakan syarat untuk
mengadakan penuntutan

Laporan tidak ada batas waktu untuk Pengaduan mempunyai batas waktu
Waktu
dapat melaporkan untuk dapat dilaporkan

1.3.Tertangkap Tangan
Menurut Pasal 1 butir 19 KUHAP, bahwa yang dimaksud tertangkap tangan yaitu tertangkapnya
seorang pada waktu sedang melakukan tindak pidana, atau dengan segera sesudah beberapa saat tindak
pidana itu dilakukan, atau sesaat kemudian diserukan oleh khalayak ramai sebagai orang yang melakukannya,
atau apabila sesaat kemudian padanya ditemukan benda yang diduga keras telah dipergunakan untuk melaku-
kan tindak pidana itu yang menunjukkan bahwa ia adalah pelakunya atau turut melakukan atau membantu
melakukan tindak pidana itu. Sedangkan menurut J.C.T. Simorangkir (1983) bahwa tertangkap tangan sama
de-ngan “heterdaad”, yaitu kedapatan tengah berbuat, tertangkap basah; pada waktu kejahatan tengah dilaku-
kan atau tidak lama sesudah itu diketahui orang.

Berdasarkan Pasal 1 butir 19 KUHAP di atas, maka unsur-unsur tertangkap tangan, yaitu:

1. Tertangkapnya seseorang, artinya ada orang yang tertangkap.


2. Pada waktu sedang melakukan tindak pidana, artinya orang itu tertangkap sewaktu sedang melakukan
tindak pidana; atau
3. Segera sesudah beberapa saat tindak pidana itu dilakukan, artinya si pelaku tertangkap beberapa saat
kemudian setelah melakukan tindak pidana itu; atau
4. Sesaat kemudian diserukannya/diteriakkan oleh khalayak ramai sebagai orang yang melakukan tindak
pidana, artinya si pelaku ketika sedang melakukan perbuatan tindak pidana terlihat oleh khlayak ramai,
lalu diserukan sebagai pelakunya dan ketika ia melarikan diri ditangkap oleh orang ramai tersebut; atau
5. Sesaat kemudian padanya ditemukan benda yang diduga keras telah digunakan untuk melakukan tindak
pidana dan/atau barang bukti hasil kejahatannya.

11 Buku Informasi - Modul KUHAP


Proses pemeriksaan terhadap sese- 4 KUHAP penyelidik adalah setiap pejabat Polisi
orang yang tertangkap tangan sebagaimana di- Negara Republik Indonesia.
atur dalam KUHAP, adalah sebagai berikut: Penyelidikan menurut Pasal 1 angka 5
1. Menurut Pasal 102 ayat (2) dan (3)KUHAP, KUHAP jo Pasal 1 angka 9 UU No. 2 Tahun 2002
bahwa: adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk
a. Dalam hal tertangkap tangan tanpa me- mencari dan menemukan suatu peristiwa yang
nunggu perintah penyidik, penyelidik diduga sebagai tindak pidana guna menentukan
wajib segera melakukan tindakan yang dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menu-
diperlukan dalam rangka penyelidikan rut cara yang diatur dalam undang-undang ini.
sebagaimana tersebut pada Pasal 5 ayat Dalam rangka penyelidikan, penyelidik
(1) huruf b KUHAP. mempunyai wewenang sebagaimana ditentukan
b. Terhadap tindakan yang dilakukan dalam Pasal 5 KUHAP, yaitu:
tersebut di atas, penyelidik wajib mem- a. Karena kewajibannya mempunyai we-
buat berita acara dan melaporkannya wenang:
kepada penyidik sedaerah hukum. 1. menerima laporan atau pengaduan dari
2. Menurut Pasal 111 KUHAP, bahwa: seorang tentang adanya tindak pidana.
a. Dalam hal tertangkap tangan setiap 2. mencari keterangan dan barang bukti.
orang berhak, sedangkan setiap orang 3. menyuruh berhenti seorang yang di-
yang mempunyai wewenang dalam tu- curigai dan menanyakan serta me-
gas ketertiban, ketenteraman dan ke- meriksa tanda pengenal diri.
amanan umum wajib, menangkap ter- 4. mengadakan tindakan lain menu-
sangka guna diserahkan berserta atau rut hukum yang bertanggung jawab.
tanpa barang bukti kepada penyelidik Dalam penjelasan Pasal 5 ayat (1) hu-
atau penyidik. ruf a, angka 4, bahwa yang dimaksud
b. Setelah menerima penyerahan ter- dengan “tindakan lain” adalah tindakan
sangka sebagaimana dimaksud di atas, dari penyelidik untuk kepentingan pe-
penyelidik atau penyidik wajib segera nyelidikan dengan syarat: tidak berten-
melakukan pemeriksaan dan tindakan tangan dengan suatu aturan hukum;
lain dalam rangka penyidikan. selaras dengan kewajiban hukum yang
mengharuskan dilakukannya tindakan
2. Pihak Terkait dalam Hukum Acara jabatan; tindakan itu harus patut dan
Pidana masuk akal dan termasuk dalam ling-
2.1. Penyelidik kungan jabatannya; atas pertimbangan
Menurut Pasal 1 angka 4 KUHAP jo yang layak berdasarkan keadaan me-
Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor 2 Ta- maksa; menghormati hak asasi manusia.
hun 2002 tentang Kepolisian Negara RI, bahwa b. Atas perintah penyidik dapat melakukan
yang dimaksud dengan penyelidik adalah pejabat tindakan berupa:
polisi negara Republik Indonesia yang diberi 1. penangkapan, larangan meninggalkan
wewenang oleh undang-undang ini untuk me- tempat, penggeledahan dan penahanan.
lakukan penyelidikan, sedangkan menurut Pasal 2. pemeriksaan dan penyitaan surat.

Buku Informasi - Modul KUHAP 12


3. mengambil sidik jari dan memotret f. mengambil sidik jari dan memotret sese-
seorang. orang.
4. membawa dan menghadapkan seorang g. memanggil orang untuk didengar dan dipe-
pada penyidik. riksa sebagai tersangka atau saksi.
h. mendatangkan orang ahli yang diperukan
2.2. Penyidik dalam hubungannya dengan pemeriksaan
Menurut Pasal 1 angka 1 KUHAP jo perkara.
Pasal 1 angka 10 UU No. 2 Tahun 2002 tentang i. mengadakan penghentian penyidikan.
Kepolisian Negara RI, bahwa yang dimaksud j. mengadakan tindakan lain menurut hukum
dengan penyidik adalah pejabat polisi negara yang bertanggung jawab.
Republik Indonesia atau pejabat pegawai negeri
sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh 2.3. Penyidik Pembantu
undang-undang untuk melakukan penyidikan, Menurut Pasal 1 angka 3 jo Pasal 10 ayat
demikian pula menurut Pasal 6 KUHAP, bahwa (1) KUHAP, bahwa yang dimaksud penyidik pem-
penyidik adalah: bantu adalah pejabat Kepolisian Negara Re-
a. pejabat polisi negara Republik Indonesia. publik Indonesia yang karena diberi wewenang
b. pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang tertentu dapat melakukan tugas penyidikan.
diberi wewenang khusus oleh undang-un- Sedangkan di dalam Pasal 1 angka 12 UU No.
dang. 2 Tahun 2002, bahwa penyidik pembantu adalah
Menurut Pasal 1 angka 1 KUHAP jo pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia
Pasal 1 angka 10 UU No. 2 Tahun 2002 tentang yang diangkat oleh Kepala Kepolisian Negara
Kepolisian Negara RI, bahwa yang dimaksud Republik Indonesia berdasarkan syarat kepang-
dengan penyidikan adalah serangkaian tinda- katan dan diberi wewenang tertentu dalam
kan penyidik dalam hal dan menurut cara yang melakukan tugas penyidikan yang diatur dalam
diatur dalam undang-undang ini untuk mencari undang-undang.
serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti Kewenangan dari penyidik pemban-
itu membuat terang tentang tindak pidana yang tu adalah sama dengan kewenangan dari pe-
terjadi dan guna menemukan tersangkanya. nyidik seperti yang diatur dalam Pasal 7 ayat (1)
Berdasarkan Pasal 7 ayat (1) KUHAP, KUHAP. Namun terdapat pengecualian dalam
bahwa penyidik karena kewajibannya mempun- hal penahanan yang wajib diberikan dengan
yai wewenang, yaitu: pelimpahan wewenang dari penyidik.
a. menerima laporan atau pengaduan dari se-
orang tentang adanya tindak pidana. 2.4. Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS)
b. melakukan tindakan pertama pada saat di Menurut Pasal 1 angka 10 Undang-
tempat kejadian. Undang RI No. 2 Tahun 2002 tentang Kepoli-
c. menyuruh berhenti seorang tersangka dan sian Negara RI, bahwa yang dimaksud Penyidik
memeriksa tanda pengenal diri tersangka. Pegawai Negeri Sipil (PPNS) adalah pejabat
d. melakukan penangkapan, penahanan, pegawai negeri sipil tertentu yang berdasarkan
penggeledahan dan penyitaan. peraturan perundang-undangan ditunjuk selaku
e. melakukan pemeriksaan dan penyitaan penyidik dan mempunyai wewenang untuk me-
surat. lakukan penyidikan tindak pidana dalam lingkup

13 Buku Informasi - Modul KUHAP


undang-undang yang menjadi dasar hukumnya masing-masing.
Mengenai kewenangan dari PPNS, Pasal 7 ayat (2) KUHAP mengatur bahwa PPNS mempunyai we-
wenang sesuai dengan undang-undang yang menjadi dasar hukumnya masing-masing. Sebagai contoh, PPNS
yang berada di lingkungan Kementerian Perhubungan atau Dinas Perhubungan di tingkat provinsi memiliki
wewenang yang berbeda dengan PPNS yang berada di lingkungan Kementerian Kehutanan. Beberapa ke-
wenangan PPNS adalah sebagai berikut:

a. PPNS Lalu Lintas (UU No 22, Tahun 2009) memiliki kewenangan untuk:

1. melakukan pemeriksaan atas pelanggaran persyaratan teknis dan laik jalan kendaraan bermotor
yang pembuktiannya memerlukan keahlian dan peralatan khusus.
2. melakukan pemeriksaan atas pelanggaran perizinan angkutan orang dan/atau barang dengan ken-
daraan bermotor umum.
3. melakukan pemeriksaan atas pelanggaran muatan dan/atau dimensi kendaraan bermotor di tempat
penimbangan yang dipasang secara tetap.
4. melarang atau menunda pengoperasian kendaraan bermotor yang tidak memenuhi persyaratan
teknis dan laik jalan;
5. meminta keterangan dari pengemudi, pemilik kendaraan bermotor, atau perusahaan angkutan
umum atas pelanggaran persyaratan teknis dan laik jalan, pengujian kendaraan bermotor, dan per-
izinan; dan/atau
6. melakukan penyitaan surat tanda lulus uji dan/atau surat izin penyelenggaraan angkutan umum atas
pelanggaran sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c dengan membuat dan menan-
datangani berita acara pemeriksaan.

b. PPNS di Bidang Kehutanan (UU No. 41 Tahun 1999) berwenang untuk:

1. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan yang berkenaan dengan tindak
pidana yang menyangkut hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan.
2. melakukan pemeriksaan terhadap orang yang diduga melakukan tindak pidana yang menyangkut
hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan.
3. memeriksa tanda pengenal seseorang yang berada dalam kawasan hutan atau wilayah hukumnya.
4. melakukan penggeledahan dan penyitaan barang bukti tindak pidana yang menyangkut hutan, ka-
wasan hutan, dan hasil hutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
5. meminta keterangan dan barang bukti dari orang atau badan hukum sehubu-ngan dengan tindak
pidana yang menyangkut hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan.
6. menangkap dan menahan dalam koordinasi dan pengawasan penyidik Kepolisian Negara Republik
Indonesia sesuai Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
7. membuat dan menandatangani berita acara.
8. menghentikan penyidikan apabila tidak terdapat cukup bukti tentang adanya tindak pidana yang
menyangkut hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan.

Buku Informasi - Modul KUHAP 14


2.5. Jaksa dan Penuntut Umum telah ditentukan.
Pengertian antara jaksa dan penuntut g. melakukan penuntutan.
umum dibedakan, yaitu sebagaimana menurut h. menutup perkara demi kepentingan hukum.
Pasal 1 angka 6 KUHAP adalah sebagai berikut: i. mengadakan tindakan lain dalam lingkup
a. Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang tugas dan tanggung jawab sebagai penun-
oleh undang-undang ini untuk bertindak se- tut umum menurut ketentuan undang-un-
bagai penuntut umum serta melaksanakan dang ini. Tindakan lain dalam hal ini adalah
putusan pengadilan yang telah memper- meneliti indentitas; tersangka, barang bukti
oleh kekuatan hukum tetap (Undang-Un- dengan memperhatikan secara tegas batas
dang No 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan wewenang dan fungsi antara penyidik,
Republik Indonesia). penuntut umum, dan pengadilan.
b. Penuntut umum adalah jaksa yang diberi j. melaksanakan penetapan hakim.
wewenang oleh undang-undang ini untuk
melakukan penuntutan dan melaksanakan 2.6. Penasihat Hukum
penetapan hakim (pasal 1 UU No 16 Tahun Ada beberapa pengertian yang harus
2004). dijelaskan, yaitu pengertian penasihat hukum,
advokat, bantuan hukum dan jasa hukum dan
Adapun wewenang penuntut umum klien. Untuk lebih jelasnya, sebagai berikut:
sebagaimana diatur menurut Pasal 14 KUHAP a. Menurut Pasal 1 angka 13 KUHAP, bahwa
adalah sebagai berikut: yang dimaksud penasihat hukum adalah se-
a. menerima dan memeriksa berkas perkara orang yang memenuhi syarat yang ditentu-
penyidikan dari penyidik atau penyidik pem- kan oleh atau berdasar undang-undang un-
bantu. tuk memberi bantuan hukum.
b. mengadakan prapenuntutan apabila ada b. Menurut Pasal 1 angka 1 UU No. 18 Ta-
kekurangan pada penyidikan dengan mem- hun 2003 tentang Advokat (UU Advokat),
perhatikan ketentuan Pasal 110 ayat (3) dan bahwa yang dimaksud dengan advokat ada-
ayat (4), dengan memberi petunjuk dalam lah orang yang berprofesi memberi jasa
rangka penyempurnaan penyidikan dari hukum, baik di dalam maupun di luar pe-
penyidik. ngadilan yang memenuhi persyaratan ber-
c. memberikan perpanjangan penahanan, me- dasarkan ketentuan UU No. 18 Tahun 2003.
lakukan penahanan atau penahanan lanjutan c. Menurut Pasal 1 huruf a Kode Etik Advokat,
dan atau mengubah status tahanan setelah bahwa yang dimaksud dengan advokat ada-
perkaranya dilimpahkan oleh penyidik. lah orang yang berpraktik memberi jasa
d. membuat surat dakwaan. hukum, baik di dalam maupun di luar pen-
e. melimpahkan perkara ke pengadilan. gadilan yang memenuhi persyaratan ber-
f. menyampaikan pemberitahuan kepada ter- dasarkan undang-undang yang berlaku,
dakwa tentang ketentuan hari dan waktu baik sebagai advokat, pengacara, penasehat
perkara disidangkan yang disertai surat hukum, pengacara praktik ataupun sebagai
panggilan, baik kepada terdakwa maupun konsultan hukum.
kepada saksi, untuk datang pada sidang yang

Buku Informasi - Modul KUHAP 16


Sebelum berlakunya UU Advokat, ketentuan yang mengatur mengenai advokat, penasihat hukum,
pengacara praktik dan konsultan hukum tersebar dalam berbagai peraturan perundang-undangan sehingga
pengertian pengacara dan penasihat hukum berbeda (“Perbedaan Pengacara dengan Penasihat Hukum”,
2011). Namun, sejak diberlakukannya UU Advokat, baik penasihat hukum, advokat maupun pengacara prak-
tik disebut sebagai advokat berdasarkan Pasal 32 ayat (1) UU Advokat.

Hak-hak dari advokat tersebar dalam KUHAP dan UU Advokat, di antaranya:

Menurut KUHAP

1. Pasal 69 yang menyebutkan bahwa penasihat hukum berhak menghubungi tersangka sejak saat ditangkap
atau ditahan pada semua tingkat pemeriksaan menurut tata cara yang ditentukan dalam KUHAP.
2. Pasal 70 ayat (1), penasihat hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 KUHAP berhak menghubungi
dan berbicara dengan tersangka pada setiap tingkat pemeriksaan dan setiap waktu untuk kepentingan
pembelaan perkaranya.
3. Pasal 72, atas permintaan penasihat hukumnya pejabat yang bersangkutan memberikan turunan berita
acara pemeriksaan untuk kepentingan pembelaannya.
4. Pasal 73, penasihat hukum berhak mengirim dan menerima surat dari tersangka setiap kali dikehendaki
olehnya.
5. Pasal 115 ayat (1), dalam hal penyidik sedang melakukan pemeriksaan terhadap tersangka, penasihat
hukum dapat mengikuti jalannya pemeriksaan dengan cara melihat serta mendengar pemeriksaan.

Menurut UU Advokat

1. Pasal 14 menyatakan bahwa advokat bebas mengeluarkan pendapat atau pernyataan dalam membela
perkara yang menjadi tanggung jawabnya di dalam sidang pengadilan dengan tetap berpegang pada kode
etik profesi dan peraturan perundang-undangan.
2. Pasal 15 menyatakan bahwa advokat bebas dalam menjalankan tugas profesinya untuk membela perkara
yang menjadi tanggung jawabnya dengan tetap berpegang pada kode etik profesi dan peraturan perun-
dang-undangan.
3. Pasal 16 menyatakan bahwa advokat tidak dapat dituntut baik secara perdata maupun pidana dalam
menjalankan tugas profesinya dengan iktikad baik untuk kepen-tingan pembelaan klien dalam sidang
pengadilan.
4. Pasal 17 menyatakan bahwa dalam menjalankan profesinya, advokat berhak memperoleh informasi, data,
dan dokumen lainnya, baik dari instansi pemerintah maupun pihak lain yang berkaitan dengan kepen-
tingan tersebut yang diperlukan untuk pembelaan kepentingan kliennya sesuai dengan peraturan perun-
dang-undangan.
5. Pasal 19 ayat (2) menyatakan bahwa advokat berhak atas kerahasiaan hubungannya dengan klien, terma-
suk perlindungan atas berkas dan dokumennya terhadap penyitaan atau pemeriksaan dan perlindungan
terhadap penyadapan atas komunikasi elektronik advokat.

17 Buku Informasi - Modul KUHAP


6. Pasal 21 ayat (1) menyatakan bahwa advokat berhak menerima honorarium atas jasa hukum yang telah
diberikan kepada kliennya.
7. Selain hak-hak penasihat hukum/advokat tersebut, beberapa kewajiban sebagaimana diatur dalam UU
Advokat adalah advokat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui atau diperoleh dari kliennya
karena hubungan profesinya, kecuali ditentukan lain oleh undang-undang; Advokat wajib memberikan
bantuan hukum secara cuma-cuma kepada pencari keadilan yang tidak mampu.

2.7. Hakim
Mengacu pada Pasal 1 angka 8 KUHAP, dinyatakan bahwa hakim adalah pejabat per-
adilan negara yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk mengadili. Selanjutnya menurut Pasal 1 angka
5 Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, hakim adalah hakim pada Mahkamah
Agung dan hakim pada badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, ling-
kungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan hakim pada
pengadilan khusus yang berada dalam lingkungan peradilan tersebut.
Ade Saptomo (2010) menyatakan bahwa dalam menjalankan tugasnya, sesuai de-ngan Pasal 22 Alge-
meene Bepalingen (AB) hakim tidak boleh menolak untuk memeriksa perkara (mengadili). Mengadili adalah
serangkaian tindakan hakim untuk menerima memeriksa dan memutus perkara pidana berdasarkan asas
bebas, jujur, dan tidak memihak di sidang pe-ngadilan dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam KUHAP.

Kewajiban hakim menurut UU Kekuasaan Kehakiman adalah sebagai berikut:

1. Pasal 3 ayat (1), dalam menjalankan tugas dan fungsinya, hakim dan hakim konstitusi wajib menjaga ke-
mandirian peradilan.
2. Pasal 5 ayat (1), hakim wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang
hidup dalam masyarakat.
3. Pasal 5 ayat (3), hakim wajib menaati Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim.
4. Pasal 8 ayat (2), dalam mempertimbangkan berat ringannya pidana, hakim wajib memperhatikan pula sifat
yang baik dan jahat dari terdakwa.
5. Pasal 14 ayat (2), dalam sidang permusyawaratan, setiap hakim wajib menyampaikan pertimbangan atau
pendapat tertulis terhadap perkara yang sedang diperiksa dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
putusan.
6. Pasal 17 ayat (3), seorang hakim wajib mengundurkan diri dari persidangan apabila terikat hubungan kelu-
arga sedarah atau semenda sampai derajat ketiga, atau hubungan suami atau istri meskipun telah bercerai,
dengan ketua, salah seorang hakim anggota, jaksa, advokat, atau panitera.
7. Pasal 17 ayat (5), seorang hakim atau panitera wajib mengundurkan diri dari persidangan apabila ia
mempunyai kepentingan langsung atau tidak langsung dengan perkara yang sedang diperiksa, baik atas
kehendaknya sendiri maupun atas permintaan pihak yang berperkara.

Buku Informasi - Modul KUHAP 18


2.8.Tersangka,Terdakwa, dan Terpidana sebagaimana menurut Pasal 52 KUHAP,
Tersangka menurut Pasal 1 butir 14 bahwa dalam pemeriksaan pada tingkat
KUHAP adalah seorang yang karena perbu- penyidikan, tersangka berhak memberikan
atannya atau keadaannya, berdasarkan bukti ke-terangan secara bebas kepada penyidik.
permulaan patut diduga sebagai pelaku tindak 3. Hak untuk mendapatkan juru bahasa,
pidana. Atau dengan kata lain, masih dalam tahap sebagaimana menurut Pasal 53 ayat (1)
pemeriksaan pendahuluan (Simorangkir, 1983). KUHAP bahwa dalam pemeriksaan pada
Dalam Pasal 1 butir 15 KUHAP penger- tingkat penyidikan tersangka berhak untuk
tian terdakwa adalah seorang tersangka yang setiap waktu mendapat bantuan juru bahasa
dituntut, diperiksa dan diadili di sidang pengadi- sebagaimana dimaksud dalam Pasal 177.
lan. Dan yang terakhir terpidana atau terhu- 4. Hak untuk mendapatkan penerjemah,
kum adalah terdakwa yang kesalahannya telah sebagaimana menurut Pasal 53 ayat (2) KU-
dibuktikan dalam sidang di pengadilan dan ka- HAP bahwa dalam hal tersangka bisu dan
rena itu ia dijatuhi hukuman yang ditetapkan atau tuli diberlakukan ketentuan sebagaima-
untuk tindak pidana tersebut (Pasal 1 butir 32 na dimaksud dalam Pasal 178.
KUHAP). 5. Hak untuk mendapatkan bantuan hu-
Adapun hak-hak tersangka sebagaimana kum, sebagaimana menurut Pasal 54
diatur di dalam KUHAP adalah sebagai berikut: KUHAP bahwa guna kepentingan pem-
1. Hak untuk segera diperiksa perkaranya, belaan, tersangka berhak mendapat ban-
sebagaimana menurut Pasal 50 KUHAP, tuan hukum dari seorang atau lebih penasi-
yaitu berhak segera mendapat pemerik- hat hukum selama dalam waktu dan pada
saan oleh penyidik dan selanjutnya dapat setiap tingkat pemeriksaan, menurut tata
diajukan kepada penuntut umum, bahkan cara yang ditentukan dalam undang-undang
tersangka yang ditahan dalam waktu satu ini.
hari setelah perintah penahanan itu dijalan- 6. Hak untuk memilih penasihat hukum,
kan, ia harus mulai diperiksa oleh penyidik; sebagaimana menurut Pasal 55 KUHAP,
berhak perkaranya segera dimajukan atau yaitu berhak untuk mendapatkan penasihat
dilanjutkan ke pe-ngadilan oleh penuntut hukum tersebut dalam Pasal 54, dan berhak
umum; berhak segera diadili oleh pengadi- memilih sendiri penasihat hukumnya.
lan; berhak untuk mempersiapkan pembe- 7. Hak untuk didampingi penasihat hukum
laan, sebagaimana menurut Pasal 51 huruf a secara cuma-cuma, sebagaimana menu-
KUHAP, bahwa tersangka berhak untuk di- rut Pasal 56 KUHAP, bahwa apabila dalam
beritahukan dengan jelas dalam bahasa yang hal tersangka disangka melakukan tindak
dimengerti olehnya tentang apa yang di- pidana yang diancam dengan pidana mati
sangkakan kepadanya pada waktu pemerik- atau ancaman pidana lima belas tahun atau
saan dimulai; tersangka berhak untuk diber- lebih atau bagi mereka yang tidak mampu
itahukan dengan jelas dalam bahasa yang yang diancam dengan pidana lima tahun
dimengerti olehnya tentang apa yang didak- atau lebih yang tidak mempunyai penasihat
wakan kepadanya. hukum sendiri, pejabat yang bersangkutan
2. Hak untuk bebas memberikan keterangan, pada semua tingkat pemeriksaan dalam

19 Buku Informasi - Modul KUHAP


proses peradilan wajib menunjuk penasihat dapatkan jaminan bagi penangguhan pena-
hukum bagi mereka. hanan ataupun untuk usaha mendapatkan
8. Hak untuk menghubungi penasihat hukum- bantuan hukum.
nya, sebagaimana menurut Pasal 57 ayat (1) 13. Hak untuk menghubungi dan menerima
KUHAP, bahwa tersangka yang dikenakan kunjungan keluarganya, sebagaimana me-
penahanan, berhak menghubungi penasihat nurut Pasal 61 KUHAP, bahwa tersangka
hukumnya sesuai dengan ketentuan undang- berhak secara langsung atau dengan peranta-
undang. raan penasihat hukumnya menghubungi dan
9. Hak untuk menghubungi perwakilan nega- menerima kunjungan sanak keluarganya
ranya, sebagaimana menurut Pasal 57 ayat dalam hal yang tidak ada hubungannya de-
(2) KUHAP, bahwa tersangka yang berke- ngan perkara tersangka untuk kepentingan
bangsaan asing yang dikenakan penahanan pekerjaan atau untuk kepentingan kekeluar-
berhak menghubungi dan berbicara dengan gaan.
perwakilan negaranya dalam menghadapi 14. Hak untuk surat-menyurat, sebagaimana
proses perkaranya. menurut Pasal 62 ayat (1) KUHAP, tersang-
10. Hak untuk mendapatkan perawatan ke- ka berhak mengirim surat kepada penasihat
sehatan, sebagaimana menurut Pasal 58 KU- hukumnya, dan menerima surat dari penasi-
HAP, bahwa tersangka yang dikenakan pena- hat hukumnya dan sanak keluarga setiap kali
hanan berhak menghubungi dan menerima yang diperlukan olehnya. Untuk keperluan
kunju-ngan dokter pribadinya untuk kepen- itu, bagi tersangka disediakan alat tulis-me-
tingan kesehatan baik yang ada hubungannya nulis.
dengan proses perkara maupun tidak. 15. Hak untuk menghubungi dan menerima
11. Hak untuk diberitahukan atau menghubungi kunjungan dari rohaniawan, sebagaimana
keluarganya, sebagaimana menurut Pasal 59 menurut Pasal 63 KUHAP, bahwa tersangka
KUHAP, bahwa tersangka yang dikenakan berhak menghubungi dan menerima kun-
penahanan berhak diberitahukan tentang ju-ngan dari rohaniwan.
penahanan atas dirinya oleh pejabat yang 16. Hak untuk mengajukan saksi yang meringan-
berwenang, pada semua tingkat pemerik- kan, sebagaimana menurut Pasal 65 KUHAP,
saan dalam proses peradilan, kepada keluar- bahwa tersangka berhak untuk mengusa-
ganya atau orang lain yang serumah dengan hakan dan mengajukan saksi dan atau sese-
tersangka ataupun orang lain yang bantuan- orang yang memiliki keahlian khusus guna
nya dibutuhkan oleh tersangka untuk men- memberikan keterangan yang menguntung-
dapatkan bantuan hukum atau jaminan bagi kan bagi dirinya (saksi a de charge).
penangguhannya. 17. Hak untuk tidak dibebani kewajiban pem-
12. Hak untuk menghubungi dan menerima buktian sebagaimana menurut Pasal 66
kunjungan, sebagaimana menurut Pasal 60 KUHAP bahwa tersangka tidak dibebani
KUHAP, bahwa tersangka berhak meng- kewajiban pembuktian.
hubungi dan menerima kunjungan dari pihak 18. Hak untuk menuntut ganti kerugian, seba-
yang mempunyai hubungan kekeluargaan gaimana menurut Pasal 30 KUHAP, Pasal
atau lainnya dengan tersangka guna men- 95 ayat (1) KUHAP, dan Pasal 95 ayat (2)

Buku Informasi - Modul KUHAP 20


KUHAP. lainya pemeriksaan oleh penyidik, penyidik
19. Hak untuk menuntut ganti kerugian dan wajib memberitahukan kepadanya tentang
rehabilitasi, sebagaimana menurut Pasal 68 haknya untuk mendapatkan bantuan hu-
KUHAP dan Pasal 81 KUHAP. kum atau bahwa ia dalam perkaranya itu
20. Hak untuk diperiksa di tempat kediaman, wajib di dampingi oleh penasihat hukum
sebagaimana menurut Pasal 119 KUHAP, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56.
bahwa dalam hal tersangka yang harus diden- 25. Hak untuk mendapatkan saksi yang me-
gar keterangannya berdiam atau bertempat ringankan, sebagaimana menurut Pasal 116
tinggal di luar daerah hukum penyidik yang ayat (3) KUHAP, bahwa hak tersangka
menjalankan penyidikan, pemeriksaan ter- untuk mendapatkan saksi yang dapat me-
hadap tersangka dan atau saksi dapat dibe- ringankan atau yang menguntungkan baginya.
bankan kepada penyidik di tempat kediaman 26. Hak untuk memberikan keterangan tanpa
atau tempat tinggal tersangka tersebut. tekanan, sebagaimana menurut Pasal 117
21. Hak untuk mendapat rehabilitasi, sebagaima- ayat (1) KUHAP, bahwa hak tersangka untuk
na menurut Pasal 97 ayat (3) KUHAP, bahwa memberikan keterangan kepada penyidik
permintaan rehabilitasi oleh tersangka atas tanpa tekanan dari siapa pun dan bentuk apa
penangkapan atau penahanan tanpa alasan pun.
yang berdasarkan undang-undang atau keke- 27. Tersangka yang sakit, maka tersangka yang
liruan mengenai orang atau hukum yang di- sakit dan diharuskan dirawat di luar Rutan,
terapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal yaitu dirawat di rumah sakit, maka berhak
95 ayat (1) yang perkaranya tidak diajukan dirawat di luar Rutan demikian sebagaimana
ke pengadilan negeri diputus oleh hakim menurut Pasal 9 Keputusan Menteri Kehaki-
praperadilan yang dimaksud dalam Pasal 77. man RI No. M.04UM. 01.06/1983 tentang
22. Hak untuk segera diperiksa, sebagaimana Tata Cara Penempatan, Perawatan Tahanan,
menurut Pasal Pasal 122 KUHAP, bahwa dan Tata Tertib Rumah Tahanan Negara.
dalam hal tersangka ditahan dalam waktu
satu hari setelah perintah penahanan itu Adapun hak-hak terdakwa sebagaimana
dijalankan, ia harus mulai diperiksa oleh diatur di dalam KUHAP adalah sebagai berikut:
penyidik. 1. Hak untuk segera diperiksa perkaranya,
23. Hak untuk mengajukan keberatan, seba- sebagaimana menurut Pasal 50 ayat (3)
gaimana menurut Pasal 123 ayat (1) KUHAP, KUHAP.
bahwa tersangka, keluarga, atau penasihat 2. Hak untuk mempersiapkan pembelaan,
hukum dapat mengajukan keberatan atas sebagaimana menurut Pasal 51 huruf b
penahanan atau jenis penahanan tersangka KUHAP.
kepada penyidik yang melakukan penahanan 3. Hak untuk bebas memberikan keterangan,
itu. sebagaimana menurut Pasal 52 KUHAP.
24. Hak untuk mendapatkan bantuan hukum 4. Hak untuk mendapatkan juru bahasa, seba-
sebagaimana menurut Pasal 114 KUHAP, gaimana menurut Pasal 53 ayat (1) KUHAP.
bahwa dalam hal seorang disangka me- 5. Hak untuk mendapatkan penerjemah, seba-
lakukan suatu tindak pidana sebelum dimu- gaimana menurut Pasal 53 ayat (2) KUHAP.

21 Buku Informasi - Modul KUHAP


6. Hak untuk mendapatkan bantuan hukum, 21. Hak untuk menuntut ganti rugi dan rehabili-
sebagaimana menurut Pasal 54 KUHAP. tasi, sebagaimana menurut Pasal 30 KUHAP;
7. Hak untuk memilih penasihat hukum, seba- 22. Hak untuk mendapatkan salinan, sebagaima-
gaimana menurut Pasal 55 KUHAP. na menurut Pasal 72 KUHP.
8. Hak untuk didampingi penasihat hukum 23. Hak untuk mengajukan permohonan, seba-
secara cuma-cuma, sebagaimana menurut gaimana menurut Pasal 79 KUHAP.
Pasal 56 KUHAP. 24. Hak untuk menuntut ganti kerugian, seba-
9. Hak untuk menghubungi penasihat gaimana menurut Pasal 95 (1) KUHAP.
hukumnya, sebagaimana menurut Pasal 57 25. Hak untuk rehabilitasi, sebagaimana menu-
ayat (1) KUHAP. rut Pasal 97 ayat (1) KUHAP.
10. Hak untuk menghubungi perwakilan nega- 26. Hak untuk ingkar, sebagaimana menurut
ranya, sebagaimana menurut Pasal 57 ayat Pasal 17 ayat (1) UU Kekuasaan Kehakiman.
(2) KUHAP. 27. Hak untuk memahami dakwaan, sebagaima-
11. Hak untuk mendapatkan perawatan na menurut Pasal 155 ayat (2) huruf b KU-
kesehatan, sebagaimana menurut Pasal 58 HAP.
KUHAP. 28. Hak untuk mengajukan keberatan, seba-
12. Hak untuk untuk diberitahukan atau meng- gaimana menurut Pasal 156 ayat (1) KUHAP.
hubungi keluarganya, sebagaimana menurut 29. Hak untuk mengajukan pertanyaan, seba-
Pasal 59 KUHAP. gaimana menurut Pasal 165 ayat (2) KUHAP.
13. Hak untuk menghubungi dan menerima 30. Hak untuk diam, sebagaimana menurut Pasal
kunjungan, sebagaimana menurut Pasal 60 166 KUHAP.
KUHAP. 31. Hak untuk tidak memberikan izin
14. Hak untuk menghubungi dan menerima, kepada saksi, sebagaimana menurut Pasal
sebagaimana menurut Pasal 61 KUHAP; 167 KUHAP.
15. Hak untuk melakukan surat-menyurat, seba- 32. Hak untuk mengajukan saksi dengan
gaimana menurut Pasal 62 ayat (1) KUHAP. keterangan di bawah sumpah, sebagaimana
16. Hak terdakwa untuk menghubungi dan menurut Pasal 169 ayat (1) KUHAP.
menerima, sebagaimana menurut Pasal 63 33. Hak untuk mengeluarkan saksi dari ruang
KUHAP. sidang, sebagaimana menurut Pasal 172 ayat
17. Hak untuk segera diadili/disidang pada pe- (1) KUHAP.
ngadilan terbuka untuk umum, sebagaimana 34. Hak untuk menuntut saksi, sebagaimana
menurut Pasal 64 KUHAP. menurut Pasal 174 ayat (2) KUHAP.
18. Hak untuk mengajukan saksi dan keahlian 35. Hak untuk menolak keterangan ahli, seba-
khusus, sebagaimana menurut Pasal 65 KU- gaimana menurut Pasal 180 ayat (2) KUHAP;
HAP. 36. Hak untuk mengajukan pembelaan, seba-
19. Hak untuk tidak dibebani kewajiban pem- gaimana menurut Pasal 182 ayat (1) huruf
buktian sebagaimana menurut Pasal 66 b KUHAP.
KUHAP. 37. Hak untuk mendapatkan saksi yang me-
20. Hak untuk minta banding, sebagaimana ringankan (a de charge), sebagaimana
menurut Pasal 67 KUHAP. menurut Pasal 116 ayat (3) KUHAP.

Buku Informasi - Modul KUHAP 22


Adapun hak-hak terpidana sebagaimana dan atau peradilan dalam hal serta menurut
diatur di dalam peraturan perundang-undangan, cara yang diatur dalam KUHAP. Menurut Pasal
sebagai berikut: 17 KUHAP, bahwa seseorang dapat ditangkap
1. Hak untuk menuntut ganti kerugian, diatur atau perintah penangkapan, apabila terhadap se-
dalam Pasal 95 (1) KUHAP; orang yang diduga keras melakukan tindak pi-
2. Hak untuk segera menerima dan segera dana berdasarkan bukti permulaan yang cukup.
menolak putusan pengadilan, diatur dalam Menurut penjelasan Pasal 17 KUHAP, yang di-
Pasal 214 ayat (2); maksud dengan “bukti permulaan yang cukup”
3. Hak untuk mempelajari putusan sebelum ialah bukti permulaan untuk menduga adanya
menyatakan menerima atau menolak putu- tindak pidana sesuai dengan bunyi Pasal 1 butir
san dalam tenggang waktu 7 hari (yang di- 14 KUHAP. Pasal ini menentukan bahwa perin-
tentukan undang-undang). tah penangkapan tidak dapat dilakukan dengan
4. Hak untuk minta perkaranya diperiksa dalam sewenang-wenang, tetapi ditujukan kepada
tingkat banding dalam tenggang waktu yang mereka yang betu-betul melakukan tindak pi-
ditentukan oleh undang-undang (menolak dana. Demikian pula menurut Pasal 19 ayat (2)
putusan). KUHAP, bahwa terhadap tersangka pelaku pe-
5. Hak untuk meminta penangguhan pelaksan- langgaran tidak diadakan penangkapan, kecuali
aan putusan dalam tenggang waktu yang di- dalam hal ia telah dipanggil secara sah dua kali
tentukan oleh undang-undang, untuk dapat berturut-turut tidak memenuhi panggilan itu
mengajukan Grasi, (menerima putusan). tanpa alasan yang sah. Menurut Pasal 16 KUHAP,
6. Hak untuk mencabut pernyataan tentang bahwa yang berwenang melakukan penang-
menerima atau menolak putusan pengadilan kapan, adalah:
dalm tenggang waktu yang ditentuak oleh 1. Untuk kepentingan penyelidikan, penyelidik
undang-undang hukum acara pidana. atas perintah penyidik berwenang melaku-
7. Hak mengajukan permintaan kasasi. kan penangkapan.
8. Hak mengajukan keberatan yang beralasan 2. Untuk kepentingan penyidikan, penyidik dan
terhadap hasil keterangan ahli. penyidik pembantu berwenang melakukan
9. Hak mengajukan Herziening (peninjauan penangkapan.
kembali) atas putusan yang telah berkekua- Untuk batas waktu penangkapan menu-
tan hukum tetap, diatur dalam Pasal 263 ayat rut Pasal 19 ayat (1) KUHAP dapat dilakukan
(1). paling lama satu hari.

3. Proses Hukum Acara Pidana 3.2. Penahanan


3.1. Penangkapan Menurut Pasal 1 angka 21 KUHAP,
Menurut Pasal 1 angka 20 KUHAP, bahwa yang dimaksud dengan penahanan adalah
bahwa yang dimaksud dengan penangkapan penempatan tersangka atau terdakwa di tempat
adalah suatu tindakan penyidik berupa penge- tertentu oleh penyidik, atau penuntut umum
kangan sementara waktu kebebasan tersangka atau hakim dengan penetapannya, dalam hal
atau terdakwa apabila terdapat cukup bukti serta menurut cara yang diatur dalam KUHAP.
guna kepentingan penyidikan atau penuntutan Dalam pembahasan tentang penangka-

23 Buku Informasi - Modul KUHAP


pan, telah dibahas bahwa seseorang yang diduga rian bantuan dalam tindak pidana tersebut
melakukan suatu perbuatan sebagai tindak pi- dalam hal:
dana, maka penyelidik atau penyidik berwenang a. tindak pidana itu diancam dengan pi-
untuk menangkap orang tersebut, dan ber- dana penjara lima tahun atau lebih.
dasarkan bukti permulaan yang cukup (Pasal 17 b. tindak pidana sebagaimana dimaksud
KUHAP), maka proses selanjutnya tersangka dalam Pasal 282 ayat (3), Pasal 296,
dapat dilakukan penahanan. Dalam proses pena- Pasal 335 ayat (1), Pasal 351 ayat (1),
hanan terhadap tersangka, maka harus meme- Pasal 353 ayat (1), Pasal 372, Pasal 378,
nuhi 2 syarat atau alasan, yaitu syarat subjektif Pasal 379 a, Pasal 453, Pasal 454, Pasal
dan syarat objektif sebagai berikut: 455, Pasal 459, Pasal 480, dan Pasal
1. Syarat subjektif, yaitu karena hanya ber- 506; Rechtenordonnantie (pelanggaran
gantung pada orang yang memerintahkan terhadap Ordonansi Bea dan Cukai,
penahanan tadi, apakah syarat itu ada atau terakhir diubah dengan Staatersebutlad
tidak. Syarat subjektif sebagaimana diatur Tahun 1931 Nomor 471), yaitu Pasal
dalam Pasal 20 ayat (3) KUHP, yaitu: 25 dan Pasal 26; Undang-Undang RI
a. Tersangka atau terdakwa dikhawatir- No. 22 Tahun 1997 tentang Narko-
kan melarikan diri. tika, yaitu Pasal 85, 86, 87, dan Pasal 88;
b. Tersangka atau terdakwa dikhawatir- Undang-Undang Tindak Pidana Imigrasi
kan akan merusak atau menghilangkan (Undang-Undang Nomor 8 Drt. Tahun
barang bukti. 1955, Lembaran Negara Tahun 1955
c. Tersangka atau terdakwa dikhawatir- Nomor 8), yaitu Pasal 36 ayat (7), Pasal
kan akan melakukan lagi tindak pidana. 41, Pasal 42, Pasal 43, Pasal 47 dan Pasal
48 Undang-Undang Nomor 9 Tahun
Pasal 21 ayat (1) KUHAP, bahwa 1976 tentang Narkotika.
alasan penahanan dan penahanan lanjutan, yaitu
seorang tersangka atau terdakwa yang diduga 3.2.1. Jenis Tahanan
keras melakukan tindak pidana berdasarkan Penahanan terdiri dari beberapa jenis,
bukti yang cukup, dalam hal adanya keadaan yang yang dapat dibedakan dari persyaratan atau
menimbulkan kekhawatiran bahwa tersangka penempatan tersangka atau terdakwa ditahan.
atau terdakwa akan melarikan diri, merusak atau Adapun jenis penahanan sebagaimana menurut
menghilangkan barang bukti dan atau mengu- Pasal 22 KUHAP, yaitu:
langi tindak pidana. a. penahanan rumah tahanan negara; yaitu ter-
sangka atau terdakwa ditahan dan ditem-
2. Syarat objektif, yaitu syarat tersebut patkan di rumah tahanan negara (Rutan).
dapat diuji ada atau tidak oleh orang lain. Pasal 1 angka 2 UU No. 27 Tahun 1983
Syarat objektif sebagaimana diatur di dalam tentang Pelaksanaan KUHAP, menjelaskan
Pasal 21 ayat (4) KUHAP, bahwa penahanan bahwa Rumah Tahanan Negara selanjutnya
tersebut hanya dapat dikenakan, apabila disebut RUTAN adalah tempat tersangka
tersangka atau terdakwa melakukan tindak atau terdakwa ditahan selama proses pe-
pidana dan atau percobaan maupun pembe- nyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di

Buku Informasi - Modul KUHAP 24


sidang pengadilan. tingan pemeriksaan yang belum selesai,
b. penahanan rumah. Penahanan rumah di- dapat diperpanjang oleh ketua pengadilan
laksanakan di rumah tempat tinggal atau negeri yang berwenang untuk paling lama
rumah kediaman tersangka atau terdakwa tiga puluh hari.
dengan mengadakan pengawasan terhadap- 3. Ketentuan sebagaimana tersebut di atas,
nya untuk menghindarkan segala sesuatu tidak menutup kemungkinan dikeluarkannya
yang dapat menimbulkan kesulitan dalam tersangka dari tahanan sebelum berakhir
penyidikan, penuntutan atau pemeriksaan di waktu penahanan tersebut, jika kepentingan
sidang pengadilan. pemeriksaan sudah terpenuhi.
c. penahanan kota. Penahanan kota dilaksana- 4. Setelah waktu enam puluh hari tersebut,
kan di kota tempat tinggal atau tempat ke- penuntut umum harus sudah mengeluarkan
diaman tersangka atau terdakwa, dengan tersangka dari tahanan demi hukum.
kewajiban bagi tersangka atau terdakwa
melapor diri pada waktu yang ditentukan. c. Tingkat Pengadilan Negeri (Tingkat I)
Menurut Pasal 26 KUHAP, bahwa untuk
3.2.2. Batas waktu penahanan perintah penahanan pada tingkat pemeriksaan
a. Tingkat Penyidikan perkara di pengadilan negeri, dapat dilakukan
Menurut Pasal 24 KUHAP, bahwa atas:
untuk perintah penahanan pada tingkat penyidi- 1. Hakim pengadilan negeri yang mengadili
kan, dapat dilakukan atas: perkara sebagaimana dimaksud dalam Pasal
1. Perintah penahanan yang diberikan oleh 84, guna kepentingan pemeriksaan ber-
penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal wenang mengeluarkan surat perintah pena-
20, hanya berlaku paling lama dua puluh hari. hanan untuk paling lama tiga puluh hari.
2. Jangka waktu sebagaimana tersebut di 2. Jangka waktu sebagaimana tersebut di
atas, apabila diperlukan guna kepen- atas, apabila diperlukan guna kepen-
tingan pemeriksaan yang belum selesai, da- tingan pemeriksaan yang belum selesai,
pat diperpanjang oleh penuntut umum yang dapat diperpanjang oleh ketua pengadilan
berwenang untuk paling lama empat puluh negeri yang bersangkutan untuk paling lama
hari. enam puluh hari.
3. Ketentuan sebagaimana tersebut di atas
b. Tingkat Penuntutan tidak menutup kemungkinan dikeluarkannya
Menurut Pasal 25 KUHAP, bahwa untuk terdakwa dari tahanan sebelum berakhir
perintah penahanan pada tingkat penuntutan, waktu penahanan tersebut, jika kepentingan
dapat dilakukan atas: pemeriksaan sudah terpenuhi.
1. Perintah penahanan yang diberikan oleh 4. Setelah waktu sembilan puluh hari walaupun
penuntut umum sebagaimana dimaksud perkara tersebut belum diputus, terdakwa
dalam Pasal 20, hanya berlaku paling lama harus sudah dikeluarkan dari tahanan demi
dua puluh hari. hukum.
2. Jangka waktu sebagaimana tersebut di
atas, apabila diperlukan guna kepen-

25 Buku Informasi - Modul KUHAP


26 Buku Informasi - KUHAP
d. Tingkat Banding (Pengadilan Tinggi/ diperpanjang oleh Ketua Mahkamah Agung
Tingkat II) untuk paling lama enam puluh hari.
Menurut Pasal 27 KUHAP, bahwa untuk 3. Ketentuan sebagaimana tersebut di atas
perintah penahanan pada tingkat pemeriksaan tidak menutup kemungkinan dikeluarkannya
perkara di tingkat banding (pengadilan tinggi), terdakwa dari tahanan sebelum berakhir
dapat dilakukan atas: waktu penahanan tersebut, jika kepentingan
1. Hakim pengadilan tinggi yang mengadili pemeriksaan sudah terpenuhi.
perkara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4. Setelah waktu seratus sepuluh hari walau-
87, guna kepentingan pemeriksaan banding pun perkara tersebut belum diputus,
berwenang mengeluarkan surat perintah terdakwa harus sudah dikeluarkan dari
penahanan untuk paling lama tiga puluh hari. tahanan demi hukum.
2. Jangka waktu sebagaimana tersebut di 3.3. Penggeledahan
atas apabila diperlukan guna kepentingan Pengertian penggeledahan menurut
pemeriksaan yang belum selesai, dapat KUHAP adalah sebagai berikut:
diperpanjang oleh ketua pengadilan tinggi 1. Menurut Pasal 1 angka 17 KUHAP, bahwa
yang bersangkutan untuk paling lama enam yang dimaksud dengan penggeledahan
puluh hari. rumah adalah tindakan penyidik untuk
3. Ketentuan sebagaimana tersebut di atas memasuki rumah tempat tinggal dan tempat
tidak menutup kemungkinan dikeluarkannya tertutup lainnya untuk melakukan tindakan
terdakwa dari tahanan sebelum berakhir pemeriksaan dan atau penyitaan dan atau
waktu penahanan tersebut, jika kepentingan penangkapan dalam hal dan menurut cara
pemeriksaan sudah terpenuhi. yang diatur dalam undang-undang ini.
4. Setelah waktu sembilan puluh hari walaupun 2. Menurut Pasal 1 angka 18 KUHAP, bahwa
perkara tersebut belum diputus, terdakwa yang dimaksud dengan penggeledahan badan
harus sudah dikeluarkan dari tahanan demi adalah tindakan penyidik untuk mengada-
hukum. kan pemeriksaan badan dan atau pakaian
tersangka untuk mencari benda yang diduga
e. Tingkat Kasasi (Mahkamah Agung) keras ada pada badannya atau dibawanya
Menurut Pasal 28 KUHAP, bahwa untuk serta, untuk disita.
perintah penahanan pada tingkat pemeriksaan Penggeledahan dapat dilakukan oleh
perkara di tingkat kasasi (Mahkamah Agung), penyidik untuk mendapatkan bukti-bukti terkait
dapat dilakukan atas: suatu tindak pidana, yang dilakukan dengan cara
1. Hakim Mahkamah Agung yang mengadili sebagai berikut:
perkara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1. Penggeledahan Biasa
88, guna kepentingan pemeriksaan kasasi a. Dengan surat izin ketua pengadilan negeri
berwenang mengeluarkan surat perintah setempat, penyidik dalam melakukan penyi-
penahanan untuk paling lama lima puluh hari. dikan dapat mengadakan penggeledahan
2. Jangka waktu sebagaimana tersebut di yang diperlukan.
atas apabila diperlukan guna kepentingan b. Dalam hal yang diperlukan atas perintah
pemeriksaan yang belum selesai, dapat tertulis dari penyidik, petugas Kepolisian

27 Buku Informasi - Modul KUHAP


Negara Republik Indonesia dapat memasuki wajib segera melaporkan kepada ketua pe-
rumah. ngadilan negeri setempat guna memperoleh
c. Setiap kali memasuki rumah harus disaksi- persetujuannya.
kan oleh dua orang saksi dalam hal tersang-
ka atau penghuni menyetujuinya. 3. Penggeledahan Rumah
d. Setiap kali memasuki rumah harus disaksi- Selanjutnya, untuk penggeledahan ru-
kan oleh kepala desa atau ketua lingkungan mah, tata cara dan prosedur penggeledahannya
dengan dua orang saksi, dalam hal tersangka telah diatur sebagai berikut:
atau penghuni menolak atau tidak hadir. a. Menurut Pasal 125 KUHAP, bahwa apabila
e. Dalam waktu dua hari setelah memasuki dalam hal penyidik melakukan penggele-
dan atau menggeledah rumah, harus dibuat dahan rumah maka terlebih dahulu menun-
suatu berita acara dan turunannya disam- jukkan tanda pengenalnya kepada tersangka
paikan kepada pemilik atau penghuni rumah atau keluarganya, selanjutnya berlaku keten-
yang bersangkutan. tuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33
Pasal 33 KUHAP adalah merupakan dan Pasal 34 KUHAP.
pedoman umum dalam tindakan penggeledahan. b. Menurut Pasal 126 KUHAP, bahwa pada saat
penyidik melakukan penggeledahan rumah
2. Penggeledahan yang Sangat Mendesak maka: Penyidik membuat berita acara ten-
Apabila terjadi hal-hal yang luar biasa tang jalannya dan hasil penggeledahan ru-
atau dalam hal-hal yang sangat perlu dan mende- mah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33
sak, maka menurut Pasal 34 KUHAP, yaitu: ayat (5); Penyidik membacakan lebih dahulu
a. Dengan tidak mengurangi ketentuan berita acara tentang penggeledahan rumah
Pasal 33 ayat (5) penyidik dapat melaku- kepada yang bersangkutan, kemudian diberi
kan penggeledahan pada halaman rumah tanggal dan ditandatangani oleh penyidik
tersangka bertempat tinggal, berdiam atau maupun tersangka atau keluarganya dan
ada dan yang ada di atasnya; pada setiap atau kepala desa atau ketua lingkungan de-
tempat lain tersangka bertempat tinggal, ngan dua orang saksi. Dan dalam hal ter-
berdiam atau ada; di tempat tindak pidana sangka atau keluarganya tidak mau mem-
dilakukan atau terdapat bekasnya; di tempat bubuhkan tanda tangannya, hal itu dicatat
penginapan dan tempat umum lainnya. dalam berita acara dengan menyebut ala-
b. Dalam hal penyidik melakukan penggele- sannya.
dahan seperti dimaksud di atas, penyidik c. Menurut Pasal 127 KUHAP, bahwa untuk
tidak diperkenankan memeriksa atau me- keamanan dan ketertiban penggeledahan
nyita surat, buku dan tulisan lain yang tidak rumah, penyidik dapat mengadakan pen-
merupakan benda yang berhubungan de- jagaan atau penutupan tempat yang ber-
ngan tindak pidana yang bersangkutan, ke- sangkutan. Dalam hal ini penyidik berhak
cuali benda yang berhubungan dengan tin- memerintahkan setiap orang yang dianggap
dak pidana yang bersangkutan atau yang perlu tidak meninggalkan tempat tersebut
diduga telah dipergunakan untuk melaku- selama penggeledahan berlangsung.
kan tindak pidana tersebut dan untuk itu d. Menurut Pasal 36 KUHAP, bahwa penyidik

Buku Informasi - Modul KUHAP 28


dalam melakukan penggeledahan rumah di nyidik dengan cara yang telah ditentukan dalam
luar daerah hukumnya, dengan tidak me- KUHAP, yaitu:
ngurangi ketentuan tersebut dalam Pasal 33, 1. Menurut Pasal 38 KUHAP, penyitaan han-
maka penggeledahan tersebut harus diketa- ya dapat dilakukan oleh penyidik dengan
hui oleh ketua pengadilan negeri dan di- surat izin ketua pengadilan negeri setem-
dampingi oleh penyidik dari daerah hukum pat. Dalam keadaan yang sangat perlu dan
tempat penggeledahan itu dilakukan. mendesak bilamana penyidik harus segera
bertindak dan tidak mungkin untuk men-
4. Penggeledahan Badan dan Pakaian dapatkan surat izin terlebih dahulu, tanpa
Menurut Pasal 1 angka 8 KUHAP, mengurangi ketentuan ayat (1) penyidik da-
bahwa yang dimaksud dengan penggeledahan pat melakukan penyitaan hanya atas benda
badan adalah tindakan penyidik untuk mengada- bergerak dan untuk itu wajib segera me-
kan pemeriksaan badan dan atau pakaian ter- laporkan kepada ketua pengadilan negeri
sangka untuk mencari benda yang diduga keras setempat guna memperoleh persetujuannya.
ada pada badannya atau dibawanya serta, untuk 2. Menurut Pasal 128 KUHAP, bahwa penyidik
disita. Untuk melakukan penggeledahan badan pada saat akan melakukan penyitaan maka
dan pakaian maka menurut Pasal 37 KUHAP, penyidik terlebih dahulu menunjukkan tanda
bahwa: pengenalnya kepada orang dari mana benda
a. Pada waktu menangkap tersangka, penye- itu disita.
lidik hanya berwenang menggeledah pa- 3. Menurut Pasal 129 KUHAP, bahwa pada saat
kaian termasuk benda yang dibawanya serta, penyitaan dilakukan maka: Penyidik mem-
apabila terdapat dugaan keras dengan alasan perlihatkan benda yang akan disita kepada
yang cukup bahwa pada tersangka tersebut orang dari mana benda itu akan disita atau
terdapat benda yang dapat disita. kepada keluarganya dan dapat minta ke-
b. Pada waktu menangkap tersangka atau terangan tentang benda yang akan disita itu
dalam hal tersangka sebagaimana dimak- dengan disaksikan oleh kepala desa atau ke-
sud dalam ayat (1) dibawa kepada penyidik, tua lingkungan dengan dua orang saksi; Pe-
penyidik berwenang menggeledah pakaian nyidik membuat berita acara penyitaan yang
dan atau menggeledah badan tersangka. dibacakan terlebih dahulu kepada orang dari
mana benda itu disita atau keluarganya de-
3.4. Penyitaan ngan diberi tanggal dan ditandatangani oleh
Menurut Pasal 1 angka 16 KUHAP, penyidik maupun orang atau keluarganya
bahwa yang dimaksud dengan penyitaan adalah dan atau kepala desa atau ketua lingkungan
serangkaian tindakan penyidik untuk mengambil dengan dua orang saksi. Dalam hal orang
alih dan atau menyimpan di bawah penguasaan- dari mana benda itu disita atau keluarganya
nya benda bergerak atau tidak bergerak, ber- tidak mau membubuhkan tandatangannya,
wujud atau tidak berwujud, untuk kepentingan hal itu dicatat dalam berita acara dengan
pembuktian dalam penyidikan, penuntutan, dan menyebut alasannya.
peradilan. 4. Menurut Pasal 130 KUHAP, bahwa ter-
Penyitaan dapat dilakukan oleh pe- hadap barang sitaan: Benda sitaan sebelum

29 Buku Informasi - Modul KUHAP


dibungkus, dicatat berat dan/atau jumlah wenang dalam hal dan menurut cara yang diatur
menurut jenis masing-masing, ciri maupun dalam undang-undang ini dengan permintaan su-
sifat khas, tempat, hari dan tanggal penyi- paya diperiksa dan diputus oleh hakim di sidang
taan, identitas orang dari mana benda itu pengadilan. Dalam Pasal 138 ayat (2) KUHAP
disita dan lain-lainnya yang kemudian diberi disebutkan, bahwa setelah penuntut umum me-
lak dan cap jabatan dan ditandatangani oleh nerima atau menerima kembali hasil penyidikan
penyidik. Dalam hal benda sitaan tidak yang lengkap dari penyidik, ia segera, menentu-
mungkin dibungkus, penyidik memberi cata- kan apakah berkas perkara itu sudah memenuhi
tan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), persyaratan untuk dapat atau tidak dilimpah-
yang ditulis di atas label yang ditempelkan kan ke pengadilan. Pasal 140 ayat (1) KUHAP
dan atau dikaitkan pada benda tersebut. menyatakan apabila penuntut umum berpenda-
Selanjutnya, barang atau benda yang da- pat bahwa dari hasil penyidikan dapat dilakukan
pat disita adalah sebagai berikut: penuntutan, ia dalam waktu secepatnya mem-
1. Benda atau tagihan tersangka atau terdakwa buat surat dakwaan, namun apabila penuntut
yang seluruh atau sebagian diduga diperoleh umum berpendapat lain sebagaimana diatur
dari tindakan pidana atau sebagai hasil dari dalam Pasal 140 ayat (2) KUHAP, yaitu:
tindak pidana. 1. Dalam hal penuntut umum memutuskan
2. Benda yang telah dipergunakan secara lang- untuk menghentikan penuntutan karena
sung untuk melakukan tindak pidana atau tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa
untuk mempersiapkannya. tersebut ternyata bukan merupakan tindak
3. Benda yang dipergunakan untuk menghalang- pidana atau perkara ditutup demi hukum,
halangi penyidikan tindak pidana. penuntut umum menuangkan hal tersebut
4. Benda yang khusus dibuat atau diperuntuk- dalam surat ketetapan.
kan melakukan tindak pidana. 2. Isi surat ketetapan tersebut diberitahukan
5. Benda lain yang mempunyai hubungan kepada tersangka dan bila ia ditahan, wajib
langsung dengan tindak pidana yang dilaku- segera dibebaskan.
kan. 3. Turunan surat ketetapan itu wajib disam-
6. Benda yang berada dalam sitaan karena paikan kepada tersangka atau keluarga atau
perkara perdata atau karena pailit dapat juga penasihat hukum, pejabat rumah tahanan
disita untuk kepentingan penyidikan, penun- negara, penyidik dan hakim.
tutan, dan mengadili perkara pidana, sepan- 4. Apabila kemudian ternyata ada alasan baru,
jang memenuhi ketentuan Pasal 39 ayat (1) penuntut umum dapat melakukan penun-
KUHAP. tutan terhadap tersangka.

3.6. Penyusunan Surat Dakwaan


3.5. Proses Penuntutan di Kejaksaan Surat dakwaan menempati posisi sentral
Pengertian penuntutan sebagaimana di- dan strategis dalam pemeriksaan perkara pidana
sebutkan dalam Pasal 1 angka 7 KUHAP adalah di pengadilan, karena itu surat dakwaan sangat
tindakan penuntut umum untuk melimpahkan dominan bagi keberhasilan pelaksanaan tugas
perkara pidana ke pengadilan negeri yang ber- penuntutan. Ditinjau dari berbagai kepentingan

Buku Informasi - Modul KUHAP 30


yang berkaitan dengan pemeriksaan perkara umur/tanggal lahir; jenis kelamin; ke-
pidana maka fungsi surat dakwaan dapat dika- bangsaan; tempat tinggal; agama; dan
tegorikan: pekerjaan.
a. Bagi pengadilan/hakim, surat dakwaan c. Ditandatangani oleh penuntut umum.
merupakan dasar dan sekaligus membatasi Apabila syarat ini tidak terpenuhi maka-
ruang lingkup pemeriksaan, dasar pertim- hakim dapat membatalkan dakwaan penun-
bangan dalam penjatuhan keputusan. tut umum (Pasal 143 ayat (3) KUHAP).
b. Bagi penuntut umum, surat dakwaan meru-
pakan dasar pembuktian/analisis yuridis, 2. Syarat Materiil
tuntutan pidana dan penggunaan upaya hu- Sesuai ketentuan Pasal 143 (2) huruf b
kum. KUHAP, syarat materiil meliputi:
c. Bagi terdakwa/penasihat hukum, surat dak- a. Uraian secara cermat, jelas, dan lengkap
waan merupakan dasar untuk memper- mengenai tindak pidana yang didakwa-
siapkan pembelaan. kan.
b. Uraian secara cermat, jelas dan lengkap
Dasar pembuatan surat dakwaan mengenai waktu dan tempat tindak pi-
adalah kewenangan penuntut umum untuk dana itu dilakukan.
membuat surat dakwaan berdasarkan Pasal 14 Cermat, berarti menuntut ketelitian
huruf d KUHAP, penuntut umum juga berwenang penuntut umum dalam mempersiapkan
me-lakukan penuntutan terhadap siapa pun yang surat dakwaan yang akan diterapkan bagi
didakwa melakukan suatu tindak pidana dalam terdakwa. Dengan menempatkan kata
daerah hukumnya dengan melimpahkan perkara “cermat” paling depan dari rumusan Pasal
ke pengadilan, yang berwenang mengadili (Pasal 143 (2) huruf b KUHAP, pembuat undang-
137, KUHAP), dan pembuatan surat dakwaan undang menghendaki agar penuntut umum
dilakukan oleh penuntut umum bila ia berpen- dalam membuat surat dakwaan selalu bersi-
dapat bahwa dari hasil penyidikan dapat dilaku- kap benar dan teliti (SE Jaksa Agung No-004
kan penuntutan (Pasal 140 ayat (1) KUHAP). Tahun 1993).
Jelas, berarti uraian kejadian atau fakta
3.7. Syarat Surat Dakwaan kejadian yang jelas dalam surat dakwaan, se-
Menurut Pasal 143 KUHAP, bahwa surat hingga terdakwa dengan mudah memahami
dakwaan mempunyai 2 syarat yang harus dipe- apa yang didakwakan terhadap dirinya dan
nuhinya, ialah: dapat mempersiapkan pembelaan dengan
sebaik-baiknya.
1. Syarat Formal Lengkap, berarti bahwa uraian surat
Syarat formal surat dakwaan sebagaimana dakwaan harus mencakup semua unsur-
diatur dalam Pasal 143 ayat (2) huruf a unsur yang ditentukan oleh undang-undang
KUHAP mencakup: secara lengkap. Dalam uraian tidak boleh
a. Diberi tanggal. ada unsur delik yang tidak dirumuskan se-
b. Identitas terdakwa secara lengkap, cara lengkap atau tidak diuraikan perbuatan
meliputi: nama lengkap; tempat lahir, materiilnya secara tegas, sehingga berakibat

31 Buku Informasi - Modul KUHAP


perbuatan itu bukan merupakan tindak pi- rena tindak pidana lain.
dana menurut undang-undang.
2. Splitsing
3.8. Proses Penyusunan Surat Dakwaan Selain penggabungan perkara, penuntut
1. Voeging umum juga dapat melakukan penuntutan de-
Voeging adalah penggabungan berkas ngan jalan pemisahan perkara, sebagaimana di-
perkara dalam melakukan penuntutan, seba- atur dalam Pasal 142 KUHAP, yaitu dalam hal
gaimana menurut ketentuan Pasal 141 KUHAP, penuntut umum menerima satu berkas perkara
yaitu penuntut umum dapat melakukan peng- yang memuat beberapa tindak pidana yang di-
gabungan perkara dan membuatnya dalam satu lakukan oleh beberapa orang tersangka yang
surat dakwaan, apabila pada waktu yang sama tidak termasuk dalam ketentuan Pasal 141 KU-
atau hampir bersamaan ia menerima beberapa HAP, penuntut umum dapat melakukan penun-
berkas perkara dalam hal: tutan terhadap setiap terdakwa secara terpisah.
a. beberapa tindak pidana yang dilakukan
oleh seorang yang sama dan kepentingan 3.9. Bentuk-bentuk Surat Dakwaan
pemeriksaan tidak menjadikan halangan Undang-undang tidak menetapkan
terhadap penggabungannya; bentuk surat dakwaan dan adanya berbagai
b. beberapa tindak pidana yang bersangkut- bentuk surat dakwaan dikenal dalam perkem-
paut satu dengan yang lain; bangan praktik, sebagai berikut:
c. beberapa tindak pidana yang tidak bersang- 1. Tunggal, artinya hanya satu tindak pidana
kut-paut satu dengan yang lain, akan tetapi saja yang didakwakan, karena tidak terdapat
yang satu dengan yang lain itu ada hubu- kemungkinan untuk mengajukan alternatif
ngannya, yang dalam hal ini penggabungan atau dakwaan pengganti lainnya. Misalnya
tersebut perlu bagi kepentingan pemerik- hanya didakwakan “Tindak Pidana Pencu-
saan. rian” (Pasal 362 KUHP).
Yang dimaksud dengan tindak pidana 2. Alternatif, artinya terdapat beberapa dak-
yang dianggap mempunyai sangkut-paut satu waan yang disusun secara berlapis. Lapisan
dengan yang lain menurut penjelasan Pasal 141 yang satu merupakan alternatif dan bersifat
huruf b KUHAP, apabila tindak pidana tersebut mengecualikan dakwaan pada lapisan lainnya.
dilakukan: Bentuk dakwaan ini digunakan bila belum di-
a. Oleh lebih dari seorang yang bekerja sama dapat kepastian tentang tindak pidana mana
dan dilakukan pada saat yang bersamaan. yang paling tepat dapat dibuktikan. Meski-
b. Oleh lebih dari seorang pada saat dan tem- pun dakwaan terdiri dari beberapa lapisan,
pat yang berbeda, akan tetapi merupakan tetapi hanya satu dakwaan saja yang akan
pelaksanaan dari permufakatan jahat yang dibuktikan. Pembuktian dakwaan tidak per-
dibuat oleh mereka sebelumnya. lu dilakukan secara berurut sesuai lapisan
c. Oleh seorang atau lebih dengan maksud dakwaan, tetapi langsung kepada dakwaan
mendapatkan alat yang akan dipergunakan yang dipandang terbukti. Apabila salah satu
untuk melakukan tindak pidana lain atau telah terbukti maka dakwaan pada lapisan
menghindarkan diri dari pemidanaan, ka- lainnya tidak perlu dibuktikan lagi. Misalnya,

Buku Informasi - Modul KUHAP 32


didakwakan Pertama: Pencurian (Pasal 362 Pencurian dengan pemberatan (Pasal 363
KUHP), atau Kedua: Penadahan (Pasal 480 KUHP), dan
KUHP). Ketiga:
3. Subsider, sama halnya dengan dakwaan Perkosaan (Pasal 285 KUHP).
alternatif, dakwaan subsider juga terdiri 5. Kombinasi, artinya di dalam bentuk ini
dari beberapa lapisan dakwaan yang disusun dikombinasikan/digabungkan antara dak-
secara berlapis dengan maksud lapisan yang waan kumulatif dan dakwaan alternatif atau
satu berfungsi sebagai pengganti lapisan subsider. Timbulnya bentuk ini seiring de-
sebelumnya. Sistematik lapisan disusun se- ngan perkembangan di bidang kriminalitas
cara berurut dimulai dari tindak pidana yang yang semakin variatif baik dalam bentuk/
diancam dengan pidana tertinggi sampai jenisnya maupun dalam modus operandi
dengan tindak pidana yang diancam dengan yang dipergunakan. Misalnya didakwakan:
pidana terendah. Pembuktiannya dilakukan Kesatu:
secara berurut dimulai dari lapisan tera- Primer: Pembunuhan berencana (Pasal
tas sampai dengan lapisan yang dipandang 340 KUHP)
terbukti. Lapisan yang tidak terbukti harus Subsider: Pembunuhan biasa (Pasal 338
dinyatakan secara tegas dan dituntut agar KUHP);
terdakwa dibebaskan dari lapisan dakwaan Lebih Subsider : Penganiayaan yang me-
yang bersangkutan. Misalnya didakwakan: ngakibatkan matinya orang (Pasal 351 ayat
Primer: (3) KUHP);
Pembunuhan berencana (Pasal 340 KUHP), Kedua:
Subsider: Primer: Pencurian dengan pemberatan
Pembunuhan (Pasal 338 KUHP) (Pasal 363 KUHP)
Lebih Subsider: Subsider: Pencurian (Pasal 362 KUHP),
Penganiayaan yang menyebabkan matinya dan
orang (Pasal 351 ayat (3) KUHP). Ketiga : Perkosaan (Pasal 285 KUHP).
4. Kumulatif. Dalam Surat Dakwaan kumu-
latif, didakwakan beberapa tindak pidana
sekaligus, ke semua dakwaan harus dibuk-
tikan satu demi satu. Dakwaan yang tidak
terbukti harus dinyatakan secara tegas dan
dituntut pembebasan dari dakwaan terse-
but. Dakwaan ini dipergunakan dalam hal
terdakwa melakukan beberapa tindak pi-
dana yang masing-masing merupakan tindak
pidana yang berdiri sendiri. Misalnya didak-
wakan:
Kesatu:
Pembunuhan (Pasal 338 KUHP), dan
Kedua:

33 Buku Informasi - Modul KUHAP


B. Keterampilan yang Diperlukan dalam Mengidentifikasi Pengaturan Hukum Acara Pidana
di Indonesia
1. Mengidentifikasi sumber permulaan penindakan dalam hukum acara pidana.
2. Mengidentifikasi pihak terkait dalam hukum acara pidana sesuai dengan ketentuan yang mendasarinya.
3. Mengidentifikasi proses hukum acara pidana sebagaimana pengaturan dalam KUHAP.

C. Sikap Kerja yang Diperlukan dalam Mengidentifikasi Pengaturan Hukum Acara Pidana di
Indonesia
1. Cermat, teliti, dan berpikir analitis dalam mengidentifikasi sumber permulaan penindakan dalam hukum
acara pidana.
2. Cermat, teliti, dan berpikir analitis dalam mengidentifikasi pihak terkait dalam hukum acara pidana.
3. Cermat, teliti, dan berpikir analitis dalam mengidentifikasi proses hukum acara pidana.

Buku Informasi - Modul KUHAP 34


BAB IV. MENJELASKAN ACARA
PEMERIKSAAN PIDANA

A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam 153 ayat (3), untuk keperluan pemeriksaan
Menjelaskan Acara Pemeriksaan Pi- hakim ketua sidang membuka sidang dan
dana menyatakan terbuka untuk umum kecuali
1. Acara Pemeriksaan Perkara dalam perkara mengenai kesusilaan atau
Di dalam acara pemeriksaan perkara terdakwanya anak-anak. Selanjutnya menu-
pidana, KUHAP telah membedakan tiga macam rut Pasal 155 ayat (1) KUHAP, pada permu-
pemeriksaan, yaitu acara pemeriksaan biasa, aca- laan sidang, hakim ketua sidang menanyakan
ra pemeriksaan singkat, dan acara pemeriksaan kepada terdakwa tentang nama lengkap,
cepat. tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis
1.1. Acara Pemeriksaan Biasa kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama
Menurut A. Karim Nasution (1981) dan pekerjaannya, serta mengingatkan ter-
acara pemeriksaan biasa (tolakkan vordering), dakwa supaya memperhatikan segala sesua-
yaitu perkara-perkara sulit dan besar yang diaju- tu yang didengar dan dilihatnya di sidang,
kan oleh penuntut umum dengan surat dakwaan. dan selanjutnya menurut Pasal 155 ayat (2)
Perkara jenis ini menurut istilah KUHAP disebut huruf a KUHAP, sesudah itu hakim ketua
acara pelaksanaan biasa. Pada prinsipnya, proses sidang minta kepada penuntut umum untuk
acara pemeriksaan biasa sebenarnya berlaku membacakan surat dakwaan; selanjutnya
juga bagi pemeriksaan singkat dan cepat, kecuali pada huruf b, bahwa hakim ketua sidang
dinyatakan hal-hal tertentu yang secara tegas menanyakan kepada terdakwa apakah ia su-
dinyatakan lain. Untuk lebih jelasnya, proses dah benar-benar mengerti, apabila terdakwa
acara pemeriksaan dapat diuraikan sebagai beri- ternyata tidak mengerti, penuntut umum
kut: atas permintaan hakim ketua sidang wajib
1. Proses pertama adalah penyerahan berkas memberi penjelasan yang diperlukan.
perkara. Menurut ketentuan Pasal 155 ayat 3. Proses ketiga pada sidang II. Setelah proses
(1) KUHAP, yang berbunyi bahwa pada pemeriksaan identitas terdakwa dan pem-
saat penuntut umum menyerahkan berkas bacaan surat dakwaan oleh penuntut umum
perkara ke pengadilan negeri cq. Hakim maka menurut Pasal 156 ayat (1) KUHAP,
juga dengan disertai dengan surat dakwaan terdakwa atau penasihat hukum mengaju-
(vordering) supaya perkara pidananya diaju- kan eksepsi atau keberatan atas dakwaan
kan dalam persidangan hakim (terechzitting) penuntut umum dan/atau bahwa pengadilan
untuk diperiksa dan diadili. tidak berwenang mengadili perkaranya.
2. Proses kedua yaitu sidang I. Menurut Pasal 4. Proses keempat pada sidang III adalah proses

35 Buku Informasi - Modul KUHAP


pembuktian. Proses ini setelah eksepsi atau bunyi bahwa dalam acara ini berlaku ketentuan
keberatan terdakwa sebagaimana dimaksud dalam Bagian Kesatu, Bagian Kedua, dan Bagian
Pasal 156 KUHAP. Ketiga Bab ini sepanjang peraturan itu tidak ber-
5. Proses kelima pada sidang IV adalah pem- tentangan dengan ketentuan di bawah ini, yaitu:
bacaan tuntutan penuntut umum (requisitoir). a. penuntut umum dengan segera setelah ter-
6. Proses keenam, ketujuh dan kedelapan pada dakwa di sidang menjawab segala pertan-
sidang V, VI, dan VII, adalah tanya jawab yaitu yaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
pembacaan pleidooi oleh terdakwa/penasi- 155 ayat (1) memberitahukan dengan lisan
hat hukum; pembacaan nader requisitoir oleh dari catatannya kepada terdakwa tentang
penuntut umum, dan terakhir pembacaan tindak pidana yang didakwakan kepadanya
nader pleidooi oleh terdakwa/ penasihat hu- dengan menerangkan waktu, tempat dan
kum. keadaan pada waktu tindak pidana itu di-
7. Proses kesembilan pada sidang IX, yaitu lakukan. Pemberitahuan ini dicatat dalam
musyawarah majelis hakim dan pembacaan berita acara sidang dan merupakan peng-
putusan. ganti surat dakwaan.
b. dalam hal hakim memandang perlu pemerik-
1.2. Acara Pemeriksaan Singkat (Sumir) saan tambahan, supaya diadakan pemerik-
Acara pemeriksaan singkat (perkara saan tambahan dalam waktu paling lama
sumir), yaitu perkara-perkara yang sifatnya tidak empat belas hari dan bilamana dalam waktu
berat, khususnya mengenai soal pembuktian dan tersebut penuntut umum belum juga da-
pemakaian undang-undang, dan yang dijatuhkan pat menyelesaikan pemeriksaan tambahan
hukuman pokoknya diperkirakan tidak lebih maka hakim memerintahkan perkara itu
berat dari hukuman penjara selama satu tahun diajukan ke sidang pengadilan dengan cara
(A. Karim Nasution, 1981). biasa.
Adapun perkara yang dapat diperiksa c. guna kepentingan pembelaan maka atas
secara singkat (sumir), sebagaimana menurut permintaan terdakwa dan atau penasihat
Pasal 203 ayat (1) KUHAP, perkara kejahatan hukum, hakim dapat menunda pemeriksaan
atau pelanggaran yang tidak termasuk ketentuan paling lama tujuh hari.
Pasal 205 dan yang menurut penuntut umum d. putusan tidak dibuat secara khusus, tetapi
pembuktian serta penerapan hukumnya mudah dicatat dalam berita acara sidang.
dan sifatnya sederhana, selanjutnya menurut ayat e. hakim memberikan surat yang memuat
(2) bahwa dalam perkara sebagaimana dimaksud amar putusan tersebut.
dalam ayat (1), penuntut umum menghadapkan f. isi surat tersebut mempunyai kekuatan hu-
terdakwa beserta saksi, ahli, juru bahasa, dan ba- kum yang sama seperti putusan pengadilan
rang bukti yang diperlukan. dalam acara biasa.
Sebagaimana telah dikemukakan sebe-
lumnya, bahwa ketentuan tentang acara Berdasarkan Pasal 203 ayat (3) KUHAP
pemeriksaan biasa, juga berlaku bagi pemerik- di atas maka Bagian Keempat Bab XVI menge-
saan singkat (sumir), kecuali ditentukan lain, se- nai pembuktian tidak dinyatakan berlaku bagi
bagaimana menurut Pasal 203 ayat (3), yang ber- pemeriksaan singkat, sehingga menjadi pertan-

Buku Informasi - Modul KUHAP 36


yaan alat pembuktian apa yang dapat dipakai • Menurut Pasal 205 ayat (2) KUHAP, yang
untuk pemeriksaan singkat (sumir). Hal ini tidak berbunyi bahwa dalam perkara tindak
ada penjelasan lebih lanjut baik dalam pasal-pasal pidana ringan, penyidik atas kuasa penuntut
dan penjelasan pasal dalam KUHAP maupun umum, dalam waktu tiga hari sejak berita
dalam Peraturan Pemerintah No. 58 tahun 2010 acara pemeriksaan selesai dibuat, meng-
tentang Pelaksanaan KUHAP. hadapkan terdakwa beserta barang bukti,
Dalam acara pemeriksaan singkat hakim saksi, ahli dan atau juru bahasa ke sidang
dapat mengubahnya menjadi acara pemeriksaan pengadilan. Selanjutnya pada Pasal 205 ayat
cepat, sebagaimana menurut Pasal 204 KUHAP, (3) KUHAP bahwa pengadilan mengadili
yang berbunyi bahwa jika dari pemeriksaan di dengan hakim tunggal pada tingkat pertama
sidang sesuatu perkara yang diperiksa dengan dan terakhir, kecuali dalam hal dijatuhkan
acara singkat ternyata sifatnya jelas dan ringan, pidana perampasan kemerdekaan terdak-
yang seharusnya diperiksa dengan acara cepat, wa dapat minta banding.Dalam perkara ini
maka hakim dengan persetujuan terdakwa dapat tidak dibuat surat dakwaan ke pengadilan,
melanjutkan pemeriksaan tersebut. jadi cukup panitera mencatat dalam register
yang diterimanya atas perintah hakim yang
1.3. Acara Pemeriksaan Cepat bersangkutan. Berita acara dalam tindak
Menurut ketentuan KUHAP, bahwa pidana ringan tidak dibuat, kecuali jika dalam
pemeriksaan cepat dibagi atas atas dua bagian, pemeriksaan tersebut ternyata ada hal yang
yaitu acara pemeriksaan tindak pidana ringan tidak sesuai dengan berita acara yang dibuat
dan acara pemeriksaan perkara pelanggaran lalu oleh penyidik.
lintas. Segala ketentuan tentang acara pemerik- • Menurut Pasal 206 KUHAP, pengadilan
saan biasa berlaku pula pada acara pemeriksaan menetapkan hari tertentu dalam tujuh
cepat ini dengan kekecualian tertentu, demikian hari untuk mengadili perkara dengan acara
menurut ketentuan Pasal 210 KUHAP Jo Pasal pemeriksaan tindak pidana ringan.
216 KUHAP. Untuk lebih jelasnya tentang aca- • Menurut Pasal 207 KUHAP: Penyidik mem-
ra pemeriksaan tindak pidana ringan dan acara beritahukan secara tertulis kepada terdakwa
pemeriksaan perkara pelanggaran lalu lintas, di- tentang hari, tanggal, jam dan tempat ia harus
uraikan sebagai berikut: menghadap sidang pengadilan dan hal terse-
1) Tindak Pidana Ringan but dicatat dengan baik oleh penyidik, selan-
Yang dimaksud dengan “perkara ringan”, jutnya catatan bersama berkas dikirim ke
sebagaimana menurut Pasal 205 ayat (1) KUHAP pengadilan. Perkara dengan acara pemerik-
adalah perkara yang diancam dengan pidana saan tindak pidana ringan yang diterima harus
penjara atau kurungan paling lama tiga bulan dan segera disidangkan pada hari sidang itu juga.
atau denda sebanyak-banyaknya tujuh ribu lima Kemudian, hakim yang bersangkutan me-
ratus rupiah dan penghinaan ringan kecuali yang merintahkan panitera mencatat dalam buku
ditentukan dalam Paragraf 2 Bagian ini. register semua perkara yang diterimanya.
Adapun tata cara pemeriksaan tindak Dalam buku register tersebut dimuat nama
pidana ringan sebagaimana diatur menurut KU- lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal la-
HAP adalah sebagai berikut: hir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal,

37 Buku Informasi - Modul KUHAP


agama dan pekerjaan terdakwa, serta apa sudah kedaluwarsa.
yang didakwakan kepadanya. c. membiarkan atau memperkenankan ken-
• Menurut Pasal 208 KUHAP bahwa saksi daraan bermotor dikemudikan oleh orang
dalam acara pemeriksaan tindak pidana yang tidak memiliki surat izin mengemudi.
ringan tidak mengucapkan sumpah atau janji d. tidak memenuhi ketentuan peraturan pe-
kecuali hakim menganggap perlu. rundang-undangan lalu lintas jalan tentang
• Menurut Pasal 209 KUHAP bahwa putu- penomoran, penerangan, peralatan, per-
san dicatat oleh hakim dalam daftar catatan lengkapan, pemuatan kendaraan dan syarat
perkara dan selanjutnya oleh panitera di- penggandengan dengan kendaraan lain.
catat dalam buku register serta ditanda- e. membiarkan kendaraan bermotor yang ada
tangani oleh hakim yang bersangkutan dan di jalan tanpa dilengkapi plat tanda nomor
panitera. Mengenai berita acara pemerik- kendaraan yang sah, sesuai dengan surat
saan sidang (BAP), BAP tidak dibuat kecuali tanda nomor kendaraan yang bersangkutan.
jika dalam pemeriksaan tersebut temyata f. pelanggaran terhadap perintah yang diberi-
ada hal yang tidak sesuai dengan berita acara kan oleh petugas pengatur lalu lintas jalan
pemeriksaan yang dibuat oleh penyidik. dan atau isyarat alat pengatur lalu lintas
jalan, rambu-rambu atau tanda yang ada di
2) Perkara Pelanggaran Lalu Lintas permukaan jalan.
Proses pemeriksaan perkara rol polisi, g. pelanggaran terhadap ketentuan tentang
sebagaimana menurut Pasal 211 KUHAP berbu- ukuran dan muatan yang diizinkan, cara me-
nyi bahwa berkas dikirim ke pengadilan negeri naikkan dan menurunkan penumpang dan
tanpa surat dakwaan. Perkara yang diperiksa atau cara memuat dan membongkar barang.
menurut cara ini adalah perkara pelanggaran h. pelanggaran terhadap izin trayek, jenis ken-
tertentu terhadap peraturan perundang-undan- daraan yang diperbolehkan beroperasi di
gan lalu lintas jalan. Selanjutnya menurut Penje- jalan yang ditentukan.
lasan Pasal 211 KUHAP, yang berbunyi bahwa
yang dimaksud dengan perkara pelanggaran ter- Tata cara pemeriksaan terhadap perkara
tentu, adalah: pelanggaran lalu lintas, menurut KUHAP, sebagai
a. mempergunakan jalan dengan cara yang da- berikut:
pat merintangi, membahayakan ketertiban • Menurut Pasal 213 KUHAP, yang berbunyi
atau keamanan lalu lintas atau yang mungkin bahwa terdakwa dapat menunjuk seorang
menimbulkan kerusakan pada jalan. dengan surat untuk mewakilinya di sidang,
b. mengemudikan kendaraan bermotor yang tetapi apabila terdakwa atau wakilnya tidak
tidak dapat memperlihatkan surat izin hadir di sidang.
mengemudi (SIM), surat tanda nomor ken- • Menurut Pasal 214 KUHAP yang berbunyi
daraan, surat tanda uji kendaraan yang sah bahwa:
atau tanda bukti lainnya yang diwajibkan a. Jika terdakwa atau wakilnya tidak hadir
menurut ketentuan peraturan perundang- di sidang, pemeriksaan perkara dilan-
undangan lalu lintas jalan atau ia dapat jutkan.
memperlihatkannya tetapi masa berlakunya b. Dalam hal putusan diucapkan di luar

Buku Informasi - Modul KUHAP 38


hadirnya terdakwa, surat amar putusan 2. Seluruh Hadirin Bersikap Hormat
segera disampaikan kepada terpidana. Menurut ketentuan Pasal 218 ayat
c. Bukti bahwa surat amar putusan telah KUHAP, bahwa:
disampaikan oleh penyidik kepada ter- a. Dalam ruang sidang siapa pun wajib menun-
pidana, diserahkan kepada panitera un- jukkan sikap hormat kepada pengadilan.
tuk dicatat dalam buku register. b. Siapa pun yang di sidang pengadilan bersi-
d. Dalam hal putusan dijatuhkan di luar kap tidak sesuai dengan martabat pengadi-
hadirnya terdakwa (verztek) dan pu- lan dan tidak menaati tata tertib setelah
tusan itu berupa pidana perampasan mendapat peringatan dari hakim ketua si-
kemerdekaan, terdakwa dapat menga- dang, atas perintahnya yang bersangkutan
jukan perlawanan (verzet). dikeluarkan dari ruang sidang.
Dalam hal pengajuan verzet tersebut, c. Dalam hal pelanggaran tata tertib seba-
maka menurut Pasal 214 KUHAP: gaimana dimaksud dalam ayat (2) bersifat
a. Dalam waktu tujuh hari sesudah putu- suatu tindak pidana, tidak mengurangi ke-
san diberitahukan secara sah kepada mungkinan dilakukan penuntutan terhadap
terdakwa, ia dapat mengajukan perla- pelakunya.
wanan kepada pengadilan yang men- d. Larangan membawa senjata tajam
jatuhkan putusan itu.
b. Dengan perlawanan itu putusan di luar 3. Harus Hadir Sebelum Hakim Mema-
hadirnya terdakwa menjadi gugur. suki Ruang Sidang
c. Setelah panitera memberitahukan ke- Yang dimaksud harus hadir sebe-
pada penyidik tentang perlawanan itu, lum hakim memasuki ruang sidang adalah pe-
hakim menetapkan hari sidang untuk ngunjung sidang/penonton, berlaku juga bagi
memeriksa kembali perkara itu. panitera, penuntut umum, penasihat hukum
d. Jika putusan setelah diajukannya perla- demikian menurut ketentuan Pasal 232 KU-
wanan tetap berupa pidana sebagaima- HAP. Demikian pula menurut ketentuan Pasal
na dimaksud di atas, terhadap putusan 232 ayat (2) KUHAP, yang berbunyi bahwa pada
tersebut terdakwa dapat mengajukan saat hakim memasuki dan meninggalkan ruang
banding. sidang semua yang hadir berdiri untuk meng-
hormat dan ayat (3), bahwa selama sidang ber-
2. Tata Tertib Persidangan langsung setiap orang yang keluar-masuk ruang
1. Pemeriksaan Terbuka untuk Umum sidang diwajibkan memberi hormat.
Sesuai Pasal 153 ayat (3) KUHAP maka
semua persidangan pengadilan terbuka untuk 4. Hadirnya Terdakwa dalam per-
umum, artinya pada saat hakim akan memulai sidangan
memeriksa perkara dalam sidang, maka ketua KUHAP tidak membenarkan proses
majelis hakim harus menyatakan “sidang dibuka peradilan in absentia dalam acara pemeriksaan
dan terbuka untuk umum”, kecuali dalam perka- biasa dan acara pemeriksaan singkat, sehingga
ra mengenai kesusilaan atau terdakwanya anak- tanpa hadirnya terdakwa dalam persidangan,
anak. pemeriksaan perkara tidak dapat dilakukan,

39 Buku Informasi - Modul KUHAP


maka berdasarkan Pasal 154 KUHAP: 3.Tahapan Pemeriksaan di Persidangan
a. Hakim ketua sidang memerintahkan supaya 3.1. Sidang Pertama
terdakwa dipanggil masuk dan jika ia dalam 3.1.1. Proses Pemeriksaan Identitas
tahanan, ia dihadapkan dalam keadaan be- Terdakwa
bas. Pada saat persidangan pertama
b. Jika dalam pemeriksaan perkara terdakwa (Sidang I) maka menurut ketentuan Pasal 155
yang tidak ditahan tidak hadir pada hari ayat (1) KUHAP, hakim ketua sidang (ketua ma-
sidang yang telah ditetapkan, hakim ketua jelis hakim) bertanya kepada terdakwa tentang:
sidang meneliti apakah terdakwa sudah di- • nama lengkap.
panggil secara sah. • tempat lahir, umur atau tanggal lahir.
c. Jika terdakwa dipanggil secara tidak sah, • jenis kelamin.
hakim ketua sidang menunda persidangan • kebangsaan.
dan memerintahkan supaya terdakwa di- • tempat tinggal/alamat/domisili saat ini.
panggil lagi untuk hadir pada hari sidang • agama.
berikutnya. • pekerjaan.
d. Jika terdakwa ternyata telah dipanggil se- Setelah ketua majelis hakim menanya-
cara sah tetapi tidak datang di sidang tanpa kan identitas terdakwa, selanjutnya menurut
alasan yang sah, pemeriksaan perkara terse- Pasal 155 ayat (1) KUHAP, ketua majelis hakim
but tidak dapat dilangsungkan dan hakim mengingatkan terdakwa agar memperhatikan
ketua sidang memerintahkan agar terdakwa segala sesuatu yang didengar dan dilihatnya
dipanggil sekali lagi. selama persidangan.
e. Jika dalam suatu perkara ada lebih dari se-
orang terdakwa dan tidak semua terdakwa 3.1.2. Pembacaan Surat Dakwaan oleh
hadir pada hari sidang, pemeriksaan terha- Penuntut Umum
dap terdakwa yang hadir dapat dilangsung- Setelah pemeriksaan identitas terdakwa
kan. sebagaimana dimaksud di atas yang masih dalam
f. Hakim ketua sidang memerintahkan agar pemeriksaan sidang pertama, selanjutnya pem-
terdakwa yang tidak hadir tanpa alasan bacaan surat dakwaan oleh penuntut umum,
yang sah setelah dipanggil secara sah untuk sebagaimana menurut ketentuan di bawah ini:
kedua kalinya, dihadirkan dengan paksa pada 1. Setelah penuntut umum siap surat dakwaan-
sidang pertama berikutnya. nya maka menurut ketentuan Pasal 155 ayat
g. Panitera mencatat laporan dari penuntut (2) huruf a KUHAP, hakim ketua sidang
umum tentang pelaksanaan sebagaimana dapat meminta kepada penuntut umum un-
dimaksud dalam ayat (3) dan ayat (6) dan tuk membacakan surat dakwaan.
menyampaikannya kepada hakim ketua 2. Setelah pembacaan surat dakwaan oleh
sidang. penuntut umum selesai, ketua majelis hakim
menanyakan isi surat dakwaan kepada ter-
dakwa sebagaimana menurut Pasal 155 ayat
(2) huruf b KUHAP, yang berbunyi bahwa
selanjutnya hakim ketua sidang menanyakan

Buku Informasi - Modul KUHAP 40


kepada terdakwa apakah ia sudah benar- berbunyi sebagai berikut:
benar mengerti isi surat dakwaan penun- a. Masalah Kompetensi Pengadilan:
tut umum, apabila terdakwa ternyata tidak 1. Eksepsi Absolut. Eksepsi absolut ada-
mengerti surat dakwaan tersebut, maka lah suatu tangkisan mengenai kom-
penuntut umum atas permintaan hakim petensi pengadilan, yaitu kompetensi
ketua sidang wajib segera memberi pen- relatif dan absolut. Kompetensi absolut
jelasan yang diperlukan. merupakan wewenang apa yang dimi-
liki oleh pengadilan atau pengadilan
3.2. Sidang Kedua apa yang mempunyai kewenangan un-
Eksepsi atau tangkisan terdakwa atau tuk mengadili suatu perkara. Misalnya
penasihat hukum adalah suatu jawaban atau pengadilan pajak memiliki kewenangan
tanggapan terhadap dakwaan penuntut umum, mengadili perkara terkait pajak, dan
yang tidak mengenai pokok perkara (Sutan- pengadilan militer memiliki wewenang
tio & Iskandar, 1985). Oleh karena itu, eksepsi mengadili perkara terkait perma-
atau tangkisan ini sangat penting artinya bagi salahan militer.
terdakwa atau penasihat hukum, sebab dengan 2. Kompetensi Relatif. Kompetensi
mengeksepsi suatu surat dakwaan yang dibuat relatif merupakan kompetensi pe-
oleh penuntut umum dapat berakibat: ngadilan untuk mengadili suatu perkara
a. Surat dakwaan yang dibuat oleh penuntut berdasarkan wilayah di mana perkara
umum, dinyatakan ”tidak dapat diterima” tersebut terkait. Terdapat bebera-
(Pasal 143 ayat (2) huruf a KUHAP). pa peraturan di luar KUHAP yang
b. Surat dakwaan yang dibuat oleh penun- juga mengatur kompetensi relatif ini.
tut umum, dinyatakan ”batal demi hukum” Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 ten-
(Pasal 143 ayat (3) KUHAP). tang Peradilan Tata Usaha Negara (UU
c. Surat dakwaan yang dibuat oleh penuntut PTUN) menjelaskan gugatan diajukan
umum, dinyatakan ”ditolak”. kepada PTUN berdasarkan domisili
d. Perkara dinyatakan sudah ”nebis in idem”. tergugat dan apabila lebih dari satu ter-
e. Pengadilan menyatakan dirinya tidak ber- gugat maka dipilih salah satu (domisili)
wenang mengadili perkara tersebut, karena tergugat. Selain itu kompetensi relatif
menjadi wewenang pengadilan lain atau dapat juga berdasarkan domisili peng-
pengadilan negeri yang lain (kompetensi gugat. Pasal 118 (1) HIR menyatakan
absolut dan relatif dari pengadilan). bahwa kompetensi relatif mengacu
f. Penuntutan dinyatakan ”telah kedaluwarsa”. kepada wilayah hukum atau domisili
g. Pelaku tindak pidana dinyatakan tidak dapat tergugat.
dipertanggungjawabkan (Pasal 14 KUHAP). b. Masalah Surat Dakwaan Penuntut Umum:
1. Syarat Formal
KUHAP hanya mengatur tentang Eksepsi atau tangkisan terdakwa/pe-
beberapa jenis dan alasan atau dasar eksepsi nasihat hukum adalah menyangkut ten-
sebagiaman diatur dalam ketentuan Pasal 143 tang surat dakwaan penuntut umum
ayat (2) KUHAP dan Pasal 148 KUHAP, yang yang tidak memenuhi syarat formal,

41 Buku Informasi - Modul KUHAP


sebab penuntut umum di dalam mem- d. Perkara yang sama sedang diadili di penga-
buat surat dakwaan yang tidak diberi dilan negeri lain atau sedang dalam tingkat
tanggal dan ditandatangani serta tidak banding atau kasasi.
memuat secara lengkap, tentang: nama e. Terdakwa tidak dapat dipertanggungjawab-
lengkap, tempat lahir, umur atau tang- kan (Pasal 44 KUHPidana).
gal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tem- f. Dakwaan penuntut umum kabur (obscuur
pat tinggal/alamat, agama dan pekerjaan libel).
tersangka sebagaimana yang ditentu- g. Penuntutan telah kedaluwarsa (Pasal 74
kan Pasal 143 ayat (2) huruf a KUHAP. KUHPidana).
Dengan demikian, surat dakwaan pe-
nuntut umum menimbulkan ”error of 3.3. Sidang Ketiga (Pembuktian)
subjektum”, sehingga dapat dibatalkan Untuk membuktikan kesalahan terdak-
oleh hakim dan/atau dinyatakan tidak wa, pengadilan (hakim) terikat oleh cara-cara
dapat diterima. atau ketentuan-ketentuan pembuktian seba-
2. Syarat Materiil gaimana yang telah diatur dalam undang-undang.
Eksepsi atau tangkisan terdak- Pembuktian yang sah harus dilakukan di sidang
wa/penasihat hukum adalah menyang- pengadilan yang memeriksa dan mengadili ter-
kut surat dakwaan penuntut umum dakwa. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan alat
yang tidak memenuhi syarat-syarat bukti yang sah sebagaimana diatur dalam keten-
materiil sebagaimana yang dimaksud tuan Pasal 184 ayat (1) KUHAP, sebagai berikut:
menurut ketentuan Pasal 143 ayat (2)
huruf b KUHAP, bahwa surat dak- a. Keterangan Saksi (Pemeriksaan Saksi)
waan: Adapun yang dimaksud dengan kete-
• Tidak memuat uraian secara cer- rangan saksi sebagaimana menurut Pasal 1 angka
mat, jelas dan lengkap menge- 27 KUHAP adalah salah satu alat bukti dalam
nai tindak pidana yang didakwa- perkara pidana mengenai suatu peristiwa pi-
kan. dana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri, dan
• Tidak memuat dengan menyebut- ia alami sendiri dengan menyebut alasan dari
kan kapan waktu tindak pidana itu pe-ngetahuannya itu.
dilakukan (tempos delictie). Tentang tata cara pemeriksaan saksi da-
• Tidak memuat dan menyebutkan pat diuraikan sebagai berikut:
di mana tempat tindak pidana itu 1. Sebelum dimulai pemeriksaan saksi maka
dilakukan (locus delictie). menurut Pasal 159 ayat (1) KUHAP, hakim
Sehingga surat dakwaan terse- ketua memeriksa/meneliti apakah semua
but di atas menurut ayat (3), bahwa su- saksi-saksi yang dipanggil oleh penuntut
rat dakwaan yang tidak memenuhi ke- umum telah hadir, selain ketua memerintah-
tentuan sebagaimana dimaksud dalam kan penuntut umum untuk mencegah jangan
ayat (2) huruf b batal demi hukum. sampai saksi saling berhubungan antara yang
c. Perkara itu telah ne bis in idem ( Pasal 76 satu dan yang lain.
KUHAP). 2. Ketua majelis segera memerintahkan kepa-

Buku Informasi - Modul KUHAP 42


da penuntut umum untuk segera memanggil tang keterangan tersebut. Terdakwa dapat
saksi-saksi masuk ke ruang sidang yang mengajukan keberatan atau bantahan atas
hadir, sebagaimana menurut Pasal 160 ayat keterangan saksi tersebut atau sebaliknya
(1) huruf a KUHAP. menerima dan/atau menambahkan serta
3. Sebelum saksi memberikan keterangan memperjelas atas keterangan saksi tersebut.
maka menurut Pasal 160 ayat (2) KUHAP, 6. Demikian pula menurut Pasal 165 KUHAP:
hakim ketua sidang menanyakan kepada a) Hakim ketua sidang dan hakim ang-
saksi keterangan tentang: (1) nama lengkap; gota dapat minta kepada saksi segala
(2) tempat lahir; (3) umur atau tanggal lahir; keterangan yang dipandang perlu untuk
(4) jenis kelamin; (5) kebangsaan; (6) tem- mendapatkan kebenaran.
pat tinggal; (7) agama; dan (8) pekerjaan, dan b) Penuntut umum, terdakwa, atau penasi-
selanjutnya ketua menanyakan kepada saksi, hat hukum dengan perantaraan hakim
tentang: ketua sidang diberi kesempatan untuk
• apakah ia kenal terdakwa sebelum ter- mengajukan pertanyaan kepada saksi.
dakwa melakukan perbuatan yang men- c) Hakim ketua sidang dapat menolak
jadi dasar dakwaan pertanyaan yang diajukan oleh penun-
• apakah ia berkeluarga sedarah atau tut umum, terdakwa, atau penasihat hu-
semenda dan sampai derajat keberapa kum kepada saksi dengan memberikan
dengan terdakwa, atau alasannya.
• apakah ia suami atau istri terdakwa d) Hakim dan penuntut umum atau ter-
meskipun sudah bercerai atau terikat dakwa atau penasihat hukum de-
hubungan kerja dengannya. ngan perantaraan hakim ketua sidang,
4. Saksi sebelum memberikan keterangan, dapat saling menghadapkan saksi untuk
menurut Pasal 160 ayat (3) KUHAP, sak- menguji kebenaran keterangan mereka
si wajib mengucapkan sumpah atau janji masing-masing.
menurut cara agamanya masing-masing, 7. Menurut Pasal 166 KUHAP, pertanyaan
bahwa ia akan memberikan keterangan yang yang bersifat menjerat tidak boleh diajukan
sebenarnya dan tidak lain daripada yang se- kepada saksi.
benarnya. Menurut Pasal 167 KUHAP:
5. Selanjutnya tanya jawab kepada saksi a) Setelah saksi memberi keterangan, ia
dengan melalui perantaraan hakim ketua tetap hadir di sidang kecuali hakim ke-
sidang. Dasar hukumnya terdapat dalam tua sidang memberi izin untuk mening-
Pasal 164 ayat (2) KUHAP, penuntut umum galkannya.
atau penasihat hukum dengan perantaraan b) Izin itu tidak diberikan jika penuntut
hakim ketua sidang diberi kesempatan un- umum atau terdakwa atau penasihat
tuk mengajukan pertanyaan kepada saksi. hukum mengajukan permintaan supaya
Setelah saksi memberikan keterangan atau saksi itu tetap menghadiri sidang.
kesaksian maka menurut Pasal 164 ayat (1) c) Para saksi selama sidang dilarang saling
KUHAP, hakim ketua sidang menanyakan ke- bercakap-cakap.
pada terdakwa bagaimana pendapatnya ten-

43 Buku Informasi - Modul KUHAP


b. Keterangan Ahli dikuatkan dengan sumpah, yaitu:
Adapun yang dimaksud dengan ke- 1. Berita acara dan surat lain dalam bentuk
terangan ahli, sebagaimana menurut ketentuan resmi yang dibuat oleh pejabat umum yang
Pasal 1 angka 28 KUHAP adalah keterangan berwenang atau yang dibuat di hadapannya
yang diberikan oleh seorang yang memiliki yang memuat keterangan tentang kejadian
keahlian khusus tentang hal yang diperlukan un- atau keadaan yang didengar dilihat atau yang
tuk membuat terang suatu perkara pidana guna dialaminya sendiri, disertai dengan alasan
kepentingan pemeriksaan. yang jelas dan tegas tentang keterangan itu.
Setiap orang yang dipanggil untuk 2. Surat yang dibuat menurut ketentuan pera-
memberikan keterangan (ahli) di dalam suatu turan perundang-undangan atau surat yang
pemeriksaan perkara pidana di pengadilan me- dibuat oleh pejabat mengenai hal yang
nurut ketentuan Pasal 179 KUHAP adalah: termasuk dalam tata laksana yang menjadi
1. Setiap orang yang diminta pendapatnya tanggung jawabnya dan yang diperuntukkan
sebagai ahli kedokteran kehakiman atau bagi pembuktian sesuatu hal atau sesuatu
dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keadaan.
keterangan ahli demi keadilan. 3. Surat keterangan dari seorang ahli yang
2. Semua ketentuan tersebut di atas untuk memuat pendapat berdasarkan keahlian-
saksi berlaku juga bagi mereka yang mem- nya mengenai sesuatu hal yang atau sesua-
berikan keterangan ahli, dengan ketentuan tu keadaan yang diminta secara resmi dari
bahwa mereka mengucapkan sumpah atau padanya.
janji akan memberikan keterangan yang se- 4. Surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada
baik-baiknya dan yang sebenarnya menurut hubungannya dengan isi dari alat pembuk-
pengetahuan dalam bidang keahliannya. tian yang lain. Adapun contoh-contoh dari
3. Adapun tujuan daripada keterangan ahli alat bukti surat, antara lain berita acara
menurut Pasal 180 ayat (1) KUHAP untuk pemeriksaan (BAP) yang dibuat oleh penyi-
menjernihkan duduknya persoalan yang dik (polisi), berita acara pemeriksaan pe-
timbul di sidang pengadilan. Tetapi apabila ngadilan (BAPP), berita acara penyitaan,
keterangan ahli tersebut telah menimbul- surat perintah penangkapan, surat perintah
kan keberatan dari terdakwa atau penasi- penyitaan, surat perintah penahanan, surat
hat hukum maka menurut Pasal 18 ayat (2) izin penggeledahan, surat izin penyitaan, dan
KUHAP, hakim dapat memerintahkan agar lain sebagainya.
hal itu dilakukan penelitian ulang.
d. Alat Bukti Petunjuk
c. Alat Bukti Surat Adapun tentang petunjuk sebagai
Adapun surat yang digunakan se- alat bukti sebagaimana diatur dalam Pasal 188
bagai alat bukti surat yang sah dalam per- KUHAP, yang berbunyi sebagai berikut:
sidangan adalah alat bukti surat sebagaimana dia- 1. Petunjuk adalah perbuatan, kejadian atau
tur dalam Pasal 187 KUHAP, yang berbunyi surat keadaan, yang karena persesuaiannya, baik
sebagaimana tersebut dalam Pasal 184 ayat (1) antara yang satu dan yang lain, maupun
huruf c KUHAP, dibuat atas sumpah jabatan atau dengan tindak pidana itu sendiri, menanda-

Buku Informasi - Modul KUHAP 44


kan bahwa telah terjadi suatu tindak pidana KUHPidana, yang berbunyi bahwa jika
dan siapa pelakunya. terdakwa tidak mau menjawab atau
2. Petunjuk sebagaimana dimaksud dalam ayat menolak untuk menjawab pertanyaan
(1) hanya dapat diperoleh dari: yang diajukan kepadanya, hakim ketua
a) keterangan saksi; sidang menganjurkan untuk menjawab
b) surat; dan setelah itu pemeriksaan dilanjutkan.
c) keterangan terdakwa. 2. Tingkah laku terdakwa dalam persida-
3. Penilaian atas kekuatan pembuktian dari ngan, menurut Pasal 176 KUHAP, yang
suatu petunjuk dalam setiap keadaan ter- berbunyi bahwa jika terdakwa ber-
tentu dilakukan oleh hakim dengan arif dan tingkah laku yang tidak patut sehingga
bijaksana setelah ia mengadakan pemerik- mengganggu ketertiban sidang, hakim
saan dengan penuh kecermatan dan ke- ketua sidang menegurnya dan jika
seksamaan berdasarkan hati nuraninya. teguran itu tidak diindahkan ia me-
merintahkan supaya terdakwa dike-
e. Keterangan Terdakwa luarkan dari ruang sidang, kemudian
Adapun alat bukti keterangan terdak- pemeriksaan perkara pada waktu itu di-
wa adalah sebagaimana diatur dalam Pasal 189 lanjutkan tanpa hadirnya terdakwa.
KUHAP yang berbunyi bahwa: 3. Menurut Pasal 164 ayat (2) KUHAP,
1. Keterangan terdakwa ialah apa yang ter- bahwa penuntut umum atau penasihat
dakwa nyatakan di sidang tentang perbuatan hukum dengan perantaraan hakim ketua
yang ia lakukan atau yang ia ketahui sendiri sidang diberi kesempatan untuk menga-
atau alami sendiri. jukan pertanyaan kepada terdakwa.
2. Keterangan terdakwa yang diberikan di
luar sidang dapat digunakan untuk mem- 3.4. Sidang Keempat
bantu menemukan bukti di sidang, asalkan Adapun isi dari pada requisitoir atau
keterangan itu didukung oleh suatu alat surat tuntutan hukum pada umumnya, antara
bukti yang sah sepanjang mengenai hal yang lain berisi hal-hal sebagai berikut:
didakwakan kepadanya. 1. Identitas terdakwa secara lengkap, yaitu: (1)
3. Keterangan terdakwa hanya dapat diguna- nama lengkap; (1) tempat lahir, umur/tanggal
kan terhadap dirinya sendiri. lahir; (2) jenis kelamin; (3) kebangsaan; (4)
4. Keterangan terdakwa saja tidak cukup untuk tempat tinggal; (5) agama; dan (6) pekerjaan,
membuktikan bahwa ia bersalah melaku- dan sebagainya.
kan perbuatan yang didakwakan kepadanya, 2. Isi dakwaan.
melainkan harus disertai dengan alat bukti 3. Fakta-fakta yang terungkap dalam persi-
yang lain. dagan, antara lain seperti: (1) keterangan
Dalam hal terdakwa memberikan ke- saksi; (2) keterangan terdakwa; (3) keterang-
terangan dalam persidangan, adalah sebagai an ahli; (4) barang bukti; dan bukti-bukti su-
berikut: rat lainnya.
1. Anjuran agar terdakwa menjawab per- 4. Fakta-fakta yuridis, dan lain sebagainya.
tanyaan, demikian menurut Pasal 175 5. Pembahasan yuridis, yaitu penuntut umum

45 Buku Informasi - Modul KUHAP


membuktikan satu per satu tentang pasal- d. Fakta-fakta yuridis dan non-yuridis.
pasal yang didakwakan, yaitu apakah terbuk- 3. Pembahasan atau uraian, tentang:
ti atau tidak. a. Socio-psychologis.
6. Pertimbangan tentang hal-hal yang mem- b. Yuridis dan non-yuridis.
beratkan dan meringankan terdakwa. 4. Kesimpulan, yaitu antara lain:
7. Tuntutan hukum (menuntut), yaitu penuntut a. Terdakwa minta dibebaskan dari segala
umum meminta kepada majelis hakim agar dakwaan (bebas murni) atau vrispraak
terdakwa: dijatuhi berapa lamanya hukuman (karena tidak terbukti).
atau pembebasan atau pelepasan terdakwa b. Terdakwa supaya dilepaskan dari segala
dari segala dakwaan atau tuntutan hukum tuntutan hukum (anslag van Rechtsver-
dan tuntutan lainnya atau pidana tambahan. volging) karena dakwaan terbukti, tetapi
8. Diberi nomor (register) dan tanggal, serta bukan merupakan suatu tindak pidana.
ditandatangani oleh penuntut umum. c. Terdakwa minta dihukum yang se-
ringan-ringannya, karena telah terbukti
3.5. Sidang Kelima (Pembelaan) melakukan suatu tindak pidana yang
Setelah pembacaan tuntutan oleh didakwakan kepadanya.
penuntut umum maka proses selanjutnya
terdakwa atau penasihat hukum dapat me- 3.6. Sidang Keenam (Replik)
ngajukan pleidoi atau pembelaan atas tun- Setelah pembacaan pleidoi atau pem-
tutan penuntut umum. Dasar hukum pembelaan belaan oleh terdakwa atau penasihat hukum,
(pleidoi) sebagaimana diatur dalam Pasal 182 proses selanjutnya diberikan kesempatan
ayat (1) huruf b KUHAP, bahwa terdakwa dan kepada penuntut umum untuk menanggapi
atau penasihat hukum mengajukan pembelaan- pleidoi atau pembelaan terdakwa atau penasihat
nya yang dapat dijawab oleh penuntut umum. hukum, yaitu dengan replik. Dasar hukum dari
Adapun isi atau sistematika pembelaan replik adalah Pasal 182 ayat (1) huruf b KUHAP,
(pleidoi) tidak ada ketentuan atau diatur dalam yaitu penuntut umum dapat menjawab pem-
KUHAP. Namun demikian, menurut Andi belaan terdakwa dan atau penasihat hukumnya.
Sofyan (2012), pada pokoknya suatu pembelaan Dan Pasal 182 ayat (1) huruf c KUHAP yang
dapat berisikan antara lain: berbunyi, bahwa jawaban atas pembelaan di-
1. Pendahuluan lakukan secara tertulis. Jadi istilah “replik” baik
a. Pengantar. di dalam HIR maupun KUHAP tidak ditentukan,
b. Uraian bahasan tentang dakwaan pe- hanya menemukan istilah ”dapat dijawab” oleh
nuntut umum. penuntut umum.
c. Uraian bahasan tentang tuntutan Namun demikian, istilah “replik” dapat
(requisitoir) penuntut umum. digunakan sebagai tanggapan balik atau jawaban
2. Fakta-fakta yang terjadi dalam persidangan: atas pleidoi terdakwa/penasihat hukum dan hal-
a. Keterangan saksi-saksi. hal lainnya yang belum termuat dalam requisitoir
b. Keterangan terdakwa. atau surat tuntutan hukum.
c. Uraian tentang alat bukti dan barang
bukti.

Buku Informasi - Modul KUHAP 46


3.7. Sidang Ketujuh (Duplik) a. Perintah untuk membebaskan terdakwa se-
Dasar hukum dari duplik sama dengan bagaimana dimaksud dalam Pasal 191 ayat
dasar hukum dari replik, yaitu sebagaimana di- (3) segera dilaksanakan oleh jaksa sesudah
atur dalam Pasal 182 ayat (1) huruf b KUHAP, putusan diucapkan.
bahwa terdakwa dan atau penasihat hukum b. Laporan tertulis mengenai pelaksanaan
mengajukan pembelaannya yang dapat dijawab perintah tersebut yang dilampiri surat
oleh penuntut umum, dengan ketentuan ter- penglepasan, disampaikan kepada ketua
dakwa atau penasihat hukum selalu mendapat pengadilan yang bersangkutan selambat-
giliran terakhir. Dan menurut Pasal 182 ayat (1) lambatnya dalam waktu tiga kali dua puluh
huruf c KUHAP, bahwa jawaban atas pembelaan empat jam.
dilakukan secara tertulis.
3. Menurut Pasal 193, bahwa:
3.8. Sidang Kedelapan (Putusan) a. Jika pengadilan berpendapat bahwa terdak-
Adapun yang dimaksud dengan putusan wa bersalah melakukan tindak pidana yang
pengadilan menurut Pasal 1 angka 11 KUHAP didakwakan kepadanya maka pengadilan
adalah pernyataan hakim yang diucapkan dalam menjatuhkan pidana.
sidang pengadilan terbuka, yang dapat berupa b. Pengadilan dalam menjatuhkan putusan, jika
pemidanaan atau bebas atau lepas dari segala terdakwa tidak ditahan, dapat memerin-
tuntutan hukum dalam hal serta menurut cara tahkan supaya terdakwa tersebut ditahan,
yang diatur dalam undang-undang ini. Untuk apabila dipenuhi ketentuan Pasal 21 dan
lebih jelasnya tentang putusan pengadilan seba- terdapat alasan, cukup untuk itu. Dalam hal
gaimana diatur dalam KUHAP, sebagai berikut: terdakwa ditahan, pengadilan dalam men-
1. Menurut Pasal 191: jatuhkan putusannya, dapat menetapkan
a. Jika pengadilan berpendapat bahwa dari terdakwa tetap ada dalam tahanan atau
hasil pemeriksaan di sidang, kesalahan ter- membebaskannya, apabila terdapat alasan
dakwa atas perbuatan yang didakwakan cukup untuk itu.
kepadanya tidak terbukti secara sah dan
meyakinkan, maka terdakwa diputus bebas. 4. Menurut Pasal 194, bahwa:
b. Jika pengadilan berpendapat bahwa perbua- a. Dalam hal putusan pemidanaan atau be-
tan yang didakwakan kepada terdakwa ter- bas atau lepas dari segala tuntutan hu-
bukti, tetapi perbuatan itu tidak merupakan kum, pengadilan menetapkan supaya barang
suatu tindak pidana, maka terdakwa diputus bukti yang disita diserahkan kepada pihak
lepas dari segala tuntutan hukum. yang paling berhak menerima kembali yang
c. Dalam hal sebagaimana dimaksud dalam ayat namanya tercantum dalam putusan tersebut
(1) dan ayat (2), terdakwa yang ada dalam kecuali jika menurut ketentuan undang-un-
status tahanan diperintahkan untuk dibe- dang barang bukti itu harus dirampas untuk
baskan seketika itu juga kecuali karena ada kepentingan negara atau dimusnahkan atau
alasan lain yang sah, terdakwa perlu ditahan. dirusak sehingga tidak dapat dipergunakan
lagi.
2. Menurut Pasal 192, bahwa: b. Kecuali apabila terdapat alasan yang sah,

47 Buku Informasi - Modul KUHAP


pengadilan menetapkan supaya barang bukti dimaksud dalam huruf a dalam teng-
diserahkan segera sesudah sidang selesai. gang waktu yang ditentukan oleh un-
c. Perintah penyerahan barang bukti dilakukan dang-undang ini.
tanpa disertai sesuatu syarat apa pun, ke-
cuali dalam hal putusan pengadilan belum 7. Menurut Pasal 197, bahwa:
mempunyai kekuatan hukum tetap. 1. Surat putusan pemidanaan memuat:
a. kepala putusan yang dituliskan berbu-
5. Menurut Pasal 195, semua putusan pe- nyi: “DEMI KEADILAN BERDASAR-
ngadilan hanya sah dan mempunyai kekuatan KAN KETUHANAN YANG MAHA
hukum apabila diucapkan di sidang terbuka ESA”.
untuk umum. b. nama lengkap, tempat lahir, umur atau
tanggal, jenis kelamin, kebangsaan, tem-
6. Menurut Pasal 196, bahwa: pat tinggal, agama, dan pekerjaan ter-
a. Pengadilan memutus perkara dengan dakwa.
hadirnya terdakwa kecuali dalam hal un- c. dakwaan, sebagaimana terdapat dalam
dang-undang ini menentukan lain. surat dakwaan.
b. Dalam hal terdapat lebih dari seorang ter- d. pertimbangan yang disusun secara ring-
dakwa dalam satu perkara, putusan dapat kas mengenai fakta dan keadaan be-
diucapkan dengan hadirnya terdakwa yang serta alat pembuktian yang diperoleh
ada. dari pemeriksaan di sidang yang men-
c. Segera sesudah putusan pemidanaan diu- jadi dasar penentuan kesalahan terdak-
capkan, bahwa hakim ketua sidang wajib wa.
memberitahukan kepada terdakwa tentang e. tuntutan pidana, sebagaimana terdapat
segala apa yang menjadi haknya, yaitu: dalam surat tuntutan.
1. hak segera menerima atau segera me- f. pasal peraturan perundang-undangan
nolak putusan. yang menjadi dasar pemidanaan atau
2. hak mempelajari putusan sebelum tindakan dan pasal peraturan perun-
menyatakan menerima atau menolak dang-undangan yang menjadi dasar
putusan, dalam tenggang waktu yang hukum dari putusan, disertai keadaan
ditentukan oleh undang-undang ini. yang memberatkan dan yang meringan-
3. hak minta penangguhan pelaksanaan kan terdakwa.
putusan dalam tenggang waktu yang g. hari dan tanggal diadakannya musya-
ditentukan oleh undang-undang untuk warah majelis hakim kecuali perkara
dapat mengajukan grasi, dalam hal ia diperiksa oleh hakim tunggal.
menerima putusan. h. pernyataan kesalahan terdakwa, per-
4. hak minta diperiksa perkaranya dalam nyataan telah terpenuhi semua unsur
tingkat banding dalam tenggang waktu dalam rumusan tindak pidana disertai
yang ditentukan oleh undang-undang dengan kualifikasinya dan pemidanaan
ini, dalam hal ia menolak putusan. atau tindakan yang dijatuhkan.
5. hak mencabut pernyataan sebagaimana i. ketentuan kepada siapa biaya perkara

Buku Informasi - Modul KUHAP 48


dibebankan dengan menyebutkan jum- berkekuatan hukum tersebut tetap harus segera
lahnya yang pasti dan ketentuan me- dilaksanakan (eksekusi), dengan pelaksanaan
ngenai barang bukti. sebagaimana menurut UU No. 48 Tahun 2009
j. keterangan bahwa seluruh surat ter- tentang Kekuasaan Kehakiman, yaitu:
nyata palsu atau keterangan di mana le- 1. Pasal 54 yang berbunyi bahwa:
taknya kepalsuan itu, jika terdapat surat 1. Pelaksanaan putusan pengadilan dalam
otentik dianggap palsu. perkara pidana dilakukan oleh jaksa.
k. perintah supaya terdakwa ditahan atau 2. Pelaksanaan putusan pengadilan dalam
tetap dalam tahanan atau dibebaskan. perkara perdata dilakukan oleh pani-
l. hari dan tanggal putusan, nama penun- tera dan juru sita dipimpin oleh ketua
tut umum, nama hakim yang memutus, pengadilan.
dan nama panitera. 3. Putusan pengadilan dilaksanakan de-
2. Tidak dipenuhinya ketentuan dalam ayat (1) ngan memperhatikan nilai kemanusiaan
(a, b, c, d, e, f, g, h, i, j, k, dan l) pasal ini me- dan keadilan.
ngakibatkan putusan batal demi hukum. 2. Pasal 55 yang berbunyi bahwa:
1. Ketua pengadilan wajib mengawasi
8. Menurut Pasal 199: pelaksanaan putusan pengadilan yang
1. Surat putusan bukan pemidanaan memuat: telah memperoleh kekuatan hukum
a. ketentuan sebagaimana dimaksud tetap.
dalam Pasal 197 ayat (1) kecuali huruf 2. Pengawasan pelaksanaan putusan pe-
e, f, dan h. ngadilan sebagaimana dimaksud di atas
b. pernyataan bahwa terdakwa diputus dilakukan sesuai dengan peraturan pe-
bebas atau lepas dari segala tuntutan rundang-undangan.
hukum, dengan menyebutkan alasan 3. Untuk lebih jelasnya, diuraikan pasal-
dan pasal peraturan perundang-un- pasal dalam KUHAP yang mengatur
dangan yang menjadi dasar putusan. tentang pelaksanaan putusan pengadi-
c. perintah supaya terdakwa segera dibe- lan, sebagai berikut:
baskan jika ia ditahan. • Pasal 270 KUHAP, pelaksanaan
putusan pengadilan yang telah
9. Menurut Pasal 200, surat putusan ditanda- memperoleh kekuatan hukum
tangani oleh hakim dan panitera seketika setelah tetap dilakukan oleh jaksa, yang
putusan itu diucapkan. untuk itu panitera mengirimkan
salinan surat putusan kepadanya.
4. Pelaksanaan Putusan Pengadilan • Pasal 271 KUHAP, dalam hal
Setelah pembacaan putusan penga- pidana mati, pelaksanaannya di-
dilan, apabila terdakwa atau penasihat hukum lakukan tidak di muka umum dan
dan penuntut umum tidak mengajukan upaya menurut ketentuan undang-un-
hukum atas putusan pengadilan tersebut maka dang.
putusan pengadilan telah berkekuatan hukum • Pasal 272 KUHAP, jika terpidana
yang tetap. Keputusan pengadilan yang telah dipidana penjara atau kurungan

49 Buku Informasi - Modul KUHAP


dan kemudian dijatuhi pidana yang berimbang.
sejenis sebelum ia menjalani pi- 7. Menurut Pasal 276 KUHAP, dalam
dana yang dijatuhkan terdahulu hal pengadilan menjatuhkan pidana
maka pidana itu dijalankan bertu- bersyarat, pelaksanaannya dilakukan
rut-turut dimulai dengan pidana dengan pengawasan serta pengamatan
yang dijatuhkan lebih dahulu. yang sungguh-sungguh dan menurut
4. Menurut Pasal 273 KUHAP: ketentuan undang-undang.
• Jika putusan pengadilan menjatuh-
kan pidana denda, kepada terpidana 5. Upaya Hukum
diberikan jangka waktu satu bulan Menurut R. Atang Ranoemihardjo
untuk membayar denda terse- (1976), yang dimaksud upaya hukum yaitu suatu
but kecuali dalam putusan acara usaha dari pihak-pihak yang merasa tidak puas
pemeriksaan cepat yang harus terhadap keputusan hakim yang dianggapnya
seketika dilunasi. kurang adil atau kurang tepat. Sedangkan menu-
• Dalam hal terdapat alasan kuat, rut Pedoman Pelaksanaan Kitab Undang-Undang
jangka waktu sebagaimana tersebut Hukum Acara Pidana, upaya hukum adalah hak
pada ayat (1) dapat diperpanjang terdakwa atau penuntut umum untuk tidak
untuk paling lama satu bulan. menerima putusan pengadilan. Demikian pula
• Jika putusan pengadilan juga me- menurut Pasal 1 butir 12 KUHAP, yaitu hak ter-
netapkan bahwa barang bukti dakwa atau penuntut umum untuk tidak mene-
dirampas untuk negara, selain rima putusan pengadilan yang berupa perlawa-
pengecualian sebagaimana terse- nan atau banding atau kasasi atau hak terpidana
but pada Pasal 46, jaksa mengua- untuk mengajukan permohonan peninjauan
sakan benda tersebut kepada kan- kembali dalam hal serta menurut cara yang
tor lelang negara dan dalam waktu diatur dalam KUHAP.
tiga bulan untuk dijual lelang, yang Jadi upaya hukum menurut Pasal 1 butir
hasilnya dimasukkan ke kas negara 12 KUHAP di atas telah membedakan antara
untuk dan atas nama jaksa. upaya hukum biasa dan upaya hukum luar biasa,
5. Menurut Pasal 274 KUHAP, dalam hal yaitu:
pengadilan menjatuhkan juga putusan
ganti kerugian sebagaimana dimaksud 5.1. Upaya Hukum Biasa
dalam Pasal 99, maka pelaksanaannya a. Banding
dilakukan menurut tata cara putusan Pemeriksaan tingkat banding dalam
perdata. hukum pidana diatur dalam Pasal 233 sampai
6. Menurut Pasal 275 KUHAP, apabila dengan Pasal 234 KUHAP. Pengajuan banding
lebih dari satu orang dipidana dalam diajukan selambat-lambatnya dalam waktu 7
satu perkara maka biaya perkara dan (tujuh) hari sesudah putusan dijatuhkan, atau
atau ganti kerugian sebagaimana di- setelah putusan diberitahukan kepada ter-
maksud dalam Pasal 274, dibebankan dakwa yang tidak hadir dalam pengucapan pu-
kepada mereka bersama-sama secara tusan (Pasal 233 ayat (2) KUHAP). Pengajuan

Buku Informasi - Modul KUHAP 50


banding yang diajukan melampaui tenggang wak- hukum luar biasa dalam Bab XVIII Bagian Kesatu
tu tersebut harus ditolak dengan membuat surat dari Pasal 259 sampai dengan Pasal 262 KUHAP
keterangan (Pasal 234 ayat (2) KUHAP). Setiap tentang Kasasi Demi Kepentingan Hukum dan
putusan pengadilan dapat diajukan permoho- Bagian Kedua dari Pasal 263 sampai dengan Pasal
nan banding, tetapi ada pengecualiannya seba- 269 KUHAP tentang Peninjauan Kembali.
gaimana diatur dalam Pasal 67 KUHAP. Penge- Dalam pengajuan kasasi demi kepen-
cualian untuk mengajukan banding menurut tingan hukum oleh Jaksa Agung dimaksudkan
Pasal 67 KUHAP yaitu: putusan bebas, lepas untuk menjaga kepentingan terpidana (Andi So-
dari segala tuntutan hukum yang menyangkut fyan, 2012). Sebab putusan kasasi demi kepen-
masalah kurang tepatnya penerapan hukum, dan tingan hukum tidak boleh merugikan pihak yang
putusan pengadilan dalam acara cepat. berkepentingan (terpidana) (Pasal 259 ayat (2)
KUHAP).Artinya, hukuman yang akan dijatuhkan
b. Kasasi oleh Mahkamah Agung atas permintaan kasasi
Kasasi adalah tindakan pembatalan dari demi kepentingan hukum oleh Jaksa Agung tidak
Mahkamah Agung sebagai pengawasan tertinggi boleh lebih berat daripada hukuman semula
atas putusan-putusan pengadilan-pengadilan yang telah dijatuhkan dan mempunyai kekuatan
lain (Prodjodikoro, 1983). Adapun dasar pe- hukum yang tetap.
ngajuan kasasi adalah Pasal 244 KUHAP, bahwa
terhadap putusan perkara pidana yang diberikan b. Peninjauan Kembali
pada tingkat terakhir oleh pengadilan lain selain Berdasarkan Pasal 263 ayat (1) KUHAP,
dari Mahkamah Agung, terdakwa atau penuntut bahwa terhadap putusan pengadilan yang telah
umum dapat mengajukan permintaan pemerik- memperoleh kekuatan, kecuali putusan bebas
saan kasasi kepada Mahkamah Agung kecuali atau putusan lepas dari segala tuntutan hukum,
terhadap putusan bebas. Adapun alasan untuk terpidana atau ahli warisnya dapat mengajukan
mengajukan permohonan kasasi, yang diatur permintaan peninjauan kembali ke Mahkamah
dalam Pasal 253 ayat (1) KUHAP, yaitu: Agung. Berdasarkan Pasal 263 ayat (3) KUHAP,
1. apakah benar suatu peraturan hukum tidak dasar diajukannya permohonan Peninjauan
diterapkan atau diterapkan tidak seba- Kembali adalah sebagai berikut:
gaimana mestinya. a. Adanya keadaan baru (novum).
2. apakah benar cara mengadili tidak dilak- b. Apabila dalam pelbagai putusan terdapat
sanakan menurut ketentuan undang-undang. saling pertentangan.
3. apakah benar pengadilan telah me-lam- c. Apabila terdapat kekhilafan hakim yang
paui batas wewenangnya. Maka Mahkamah nyata dalam putusan.
Agung menetapkan pengadilan atau hakim Selain upaya hukum tersebut di atas,
lain mengadili perkara tersebut (Pasal 255 masih terdapat upaya hukum lainnya diatur
KUHAP). dalam KUHAP, yaitu upaya hukum verzet atau
upaya hukum perlawanan. Di samping itu, ter-
5.2. Upaya Hukum Luar Biasa dapat pula upaya hukum yang tidak diatur dalam
a. Kasasi Demi Kepentingan Hukum KUHAP, yaitu grasi sebagaimana diatur dalam
KUHAP telah mengatur tentang upaya Ketentuan Undang-Undang No. 22 Tahun 2002

51 Buku Informasi - Modul KUHAP


dan terakhir diubah dengan Undang-Undang No. 6.2. Waktu untuk Dapat Mengajukan
5 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Undang- Gugatan Ganti Rugi
Undang RI Nomor 22 Tahun 2002 tentang Grasi. Gugatan ganti kerugian dapat diaju-
kan dalam penggabungan perkara pemeriksaan
6. Penggabungan Perkara Gugatan Ganti pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 98 ayat
Kerugian (2) KUHAP, yang menetapkan saat pengajuan gu-
Penggabungan perkara gugatan ganti gatan ganti kerugian dalam penggabungan, yaitu:
kerugian merupakan upaya untuk meminta per- 1. Dalam pemeriksaan perkara pidana acara
tanggungjawaban atas suatu tindakan yang di- biasa dan acara singkat (sumir), penuntut
lakukan suatu pihak dengan melihat beberapa umum hadir dalam persidangan, maka guga-
kerugian dalam satu kejadian. Untuk lebih jelas- tan ganti kerugian hanya dapat diajukan se-
nya dicontohkan sebagai berikut, yaitu Si A me- lambat-lambatnya, sebelum penuntut umum
nabrak si B, kemudian si B dirawat di rumah sak- mengajukan tuntutan pidana; sedangkan
it, si A diadili dengan dakwaan ”akibat kelalaian” 2. Apabila penuntut umum tidak hadir dalam
menyebabkan si B cacat. Namun si B mengalami pemeriksaan perkara acara cepat dan
kerugian, misalnya biaya pengobatan, dan lain-lain pemeriksaan perkara lalu lintas jalan, tun-
sebagainya, maka berdasarkan Pasal 98 ayat (1) tutan ganti kerugian dapat diajukan selam-
KUHAP, bahwa di samping A dituntut melaku- bat-lambatnya sebelum hakim menjatuhkan
kan suatu perbuatan ”akibat kelalaian” dan juga putusan.
dihukum untuk membayar ganti kerugian pada si
B akibat perbuatan tersebut. Selengkapnya, bu- 6.3. Besarnya Jumlah Ganti Kerugian
nyi Pasal 98 ayat (1) KUHAP, bahwa jika suatu Besarnya tuntutan ganti kerugian yang
perbuatan yang menjadi dasar dakwaan di dalam dapat diminta korban atau orang yang dirugikan
suatu pemeriksaan perkara pidana oleh penga- kepada terdakwa, sebagaimana ditentukan dalam
dilan negeri menimbulkan kerugian bagi orang Pasal 99 ayat (2) KUHAP, apabila dalam hal pe-
lain maka hakim ketua sidang atas permintaan ngadilan negeri menyatakan tidak berwenang
orang itu dapat menetapkan untuk mengga- mengadili gugatan sebagaimana dimaksud dalam
bungkan perkara gugatan ganti kerugian kepada ayat (1) atau gugatan dinyatakan tidak dapat di-
perkara pidana itu. terima, putusan hakim hanya memuat tentang
penetapan hukuman penggantian biaya yang
6.1. Pihak dalam Gugatan Ganti Rugi telah dikeluarkan oleh pihak yang dirugikan.
Dengan dikabulkannya penggabungan
gugatan ganti rugi pada perkara pidana maka 6.4. Maksud dan Tujuan Penggabungan
berdasarkan pasal 101 KUHAP, ketentuan dari Perkara Gugatan Ganti Kerugian
aturan hukum acara perdatalah yang berlaku Maksud dan tujuan penggabungan
bagi pemeriksaan gugatan ganti kerugian. Dalam perkara ganti kerugian dengan pemeriksaan
hukum acara perdata, yang disebut pihak-pihak perkara pidana sebagaimana diatur dalam Pasal
dalam gugatan ganti rugi adalah pihak penggugat 98 ayat (1) KUHAP, bahwa maksud pengga-
dan tergugat. bungan perkara gugatan pada perkara pidana
ini adalah supaya perkara gugatan tersebut pada

Buku Informasi - Modul KUHAP 52


suatu ketika yang sama diperiksa serta diputus Tentang pengertian koneksitas, seba-
sekaligus dengan perkara pidana yang bersang- gaimana menurut ketentuan Pasal 89 ayat (1)
kutan. Atau dengan kata lain, untuk menyeder- KUHAP, adalah tindak pidana yang dilakukan
hanakan proses pemeriksaan dan pengajuan bersama-sama oleh mereka yang termasuk
gugatan ganti kerugian itu sendiri. Yang dimak- lingkungan peradilan umum dan lingkungan
sud dengan “kerugian bagi orang lain” di sini ada- peradilan militer, diperiksa dan diadili oleh pe-
lah termasuk kerugian pihak korban. ngadilan dalam lingkungan peradilan umum ke-
Masalah gugatan ganti kerugian yang cuali jika menurut keputusan Menteri Pertahanan
diatur dalam Bab XIII Pasal 98 KUHAP berbeda dan Keamanan dengan persetujuan Menteri
dengan apa yang dimaksud dengan ganti keru- Kehakiman, perkara itu harus diperiksa dan di-
gian yang dimaksud pada Bab XII Bagian Kesatu adili oleh pengadilan dalam lingkungan peradilan
Pasal 95 KUHAP, sebab gugatan ganti kerugian militer. Dasar hukum yang paling pokok tentang
sebagaimana dimaksud pada Pasal 98 KUHAP peradilan koneksitas terdapat di dalam Pasal 22
adalah suatu gugatan ganti kerugian yang tim- Undang-Undang Nomor 14 tahun 1970 tentang
bul akibat dilakukannya suatu tindak pidana Ketentuan Pokok Kekuasaan kehakiman. Pasal
atau gugatan ganti kerugian bukan akibat pe- tersebut berbunyi: “Tindak pidana yang dilaku-
nangkapan, penahanan, penuntutan, atau per- kan bersama-sama oleh mereka yang termasuk
adilan yang tidak berdasar undang-undang. lingkungan peradilan umum dan lingkungan per-
adilan militer diperiksa dan diadili oleh pengadi-
7. Koneksitas lan dalam lingkungan peradilan umum, kecuali
Indonesia mengenal empat lingkungan kalau menurut keputuasn Menteri Pertahanan/
peradilan, yaitu lingkungan peradilan umum, per- Keamanan dengan persetujuan Menteri Kehaki-
adilan agama, peradilan militer, dan peradilan tata man perkara itu harus diperiksa dan diadili oleh
usaha negara yang masing-masing berdiri sendi- pengadilan dalam lingkungan peradilan militer.”
ri dan terpisah antara yang satu dan yang lain,
dengan fungsi dan kompetensi atau wewenang 7.1. Penyidikan Perkara Koneksitas
mutlak mengadili yang tidak bisa dicampuri oleh Untuk melakukan penyidikan atas tin-
lingkungan peradilan lainnya. Namun, dalam dak pidana koneksitas, sebagaimana diatur Pasal
hal-hal tertentu, seperti koneksitas, pembuat 89 ayat (2) KUHAP, penyidikan perkara pidana
undang-undang memberi kemungkinan untuk tersebut dilaksanakan oleh suatu tim tetap
melakukan penyimpangan dari prinsip-prinsip yang terdiri dari penyidik sebagaimana dimak-
kompetensi absolut dengan ketentuan dan sud dalam Pasal 6 dan polisi militer Angka-
syarat yang berlaku. Yaitu, apabila dalam satu tin- tan Bersenjata Republik Indonesia dan oditur
dak pidana dilakukan secara bersama-sama oleh militer atau oditur militer tinggi sesuai dengan
pelaku yang tunduk pada lingkungan peradilan wewenang mereka masing-masing menurut
umum dan lingkungan peradilan militer maka hukum yang berlaku untuk penyidikan perka-
dapat diadili dalam suatu lingkungan peradilan ra pidana. Selanjutnya, menurut Pasal 89 ayat
saja, yaitu apakah diperiksa atau diadili di ling- (3) KUHAP, bahwa tim tetap yang terdiri dari
kungan peradilan umum dan/atau di lingkungan penyidik tersebut dibentuk dengan surat kepu-
peradilan militer. tusan bersama Menteri Pertahanan dan Ke-

53 Buku Informasi - Modul KUHAP


amanan dan Menteri Kehakiman. berkedudukan dalam daerah hukum
Berdasarkan ayat (3) tersebut maka pe-ngadilan negeri atau pengadilan
lahirlah Surat Keputusan Bersama antara Men- tinggi yang bersangkutan.
teri Pertahanan dan Keamanan RI (Menhankam) b. Tim Tetap dalam melaksanakan tugas-
dan Menteri Kehakiman RI. (MenKeh) Nomor: nya dikoordinasi dan diawasi oleh salah
KEP.10/M/XII/1985 & No. KEP.57.1.R. 09.05. seorang anggota Tim Tetap. Ketua Tim
Tahun 1985, yaitu: Tetap dijabat oleh salah seorang ang-
1. Menurut Pasal 1, untuk melakukan penyi- gota Tim Tetap, secara bergilir bertu-
dikan atas tindak pidana koneksitas dilaku- rut-turut dari Kepolisian, POM ABRI
kan oleh suatu Tim Tetap di Pusat dan Dae- (TNI), dan Oditur Militer, setiap kali
rah. masa jabatan selama satu tahun. Dalam
2. Menurut Pasal 2: hal kepangkatan, ketua Tim Tetap yang
a. Tim Tetap itu, terdiri dari: baru lebih rendah dari kepangka-
1. Penyidik dari Markas Besar Kepoli- tan anggota tim lainnya maka kepala/
sian Negara RI. komandan kesatuan dari unsur Tim
2. Penyidik dari Polisi Militer ABRI Tetap yang bersangkutan mengadakan
(sekarang TNI) pada Pusat Poli- penyesuaian seperlunya.
si Militer ABRI (TNI), disingkat
PUSPOM ABRI (TNI). Tim Tetap Pusat bertugas melakukan
3. Oditur Militer atau Oditur Militer penyidikan terhadap perkara koneksitas:
Tinggi dari Oditur Jenderal ABRI a. Apabila perkara dan atau tersangka mem-
(TNI), disingkat OTJEN ABRI punyai bobot nasional dan/atau internasio-
(TNI). nal.
b. Dalam Daerah Hukum Pengadilan b. Apabila dilakukan atau akibat yang ditimbul-
Negeri: kannya terdapat dalam lebih dari satu dae-
1. Penyidik pada Markas Komando rah hukum pengadilan tinggi.
Wilayah Kepolisian RI, Markas
Komando Kota Besar RI, Markas Tugas Tim Tetap Daerah:
Komando Resort/Resort Kota a. Dalam Daerah Hukum Pengadilan
Kepolisian RI, dan Markas Koman- Tinggi
do Sektor/Sektor Kota Kepolisian • Apabila dilakukan atau akibat yang
RI. ditimbulkannya lebih dari satu daerah
2. Penyidik dari Polisi Militer ABRI hukum pengadilan negeri, tetapi masih
(TNI) pada Detasemen POM ABRI dalam satu daerah hukum pengadilan
(TNI). tinggi.
3. Oditur Militer dari Oditurat • Apabila pelaksanaan penyidikannya
Militer. tidak dapat diselesaikan oleh Tim Tetap
3. Menurut Pasal 3, bahwa: yang ada dalam daerah hukum pe-
a. Tim Pusat berkedudukan di Ibu Kota ngadilan negeri dan masih dalam dae-
Negara RI dan Tim Tetap Daerah rah hukum pengadilan tinggi yang ber-

Buku Informasi - Modul KUHAP 54


sangkutan. dengan surat keputusan bersama Menteri Perta-
b. Dalam Daerah Hukum Pengadilan Negeri hanan dan Keamanan dan Menteri Kehakiman.
apabila dilakukan tindak pidana koneksi-
tas atau akibat yang ditimbulkan-nya ter- 7.3. Menetapkan Wewenang Mengadili
jadi dalam daerah hukum pengadilan negeri Menurut Pasal 89 ayat (1) KUHAP jo
yang bersangkutan (Pasal 4). Pasal 24 Undang-Undang No. 4 Tahun 2004
(terakhir diubah Undang-Undang No. 48 Tahun
7.2. Pelaksanaan Penyidikan 2009 (Pasal 16)) tentang Kekuasaan Kehakiman,
Menurut Pasal 5, pelaksanaan penyidikan bahwa tindak pidana yang dilakukan bersama-
oleh Tim Tetap dilakukan oleh unit pelaksana. sama oleh mereka yang termasuk lingkungan
Dalam hal pada suatu daerah salah satu unsur peradilan umum dan lingkungan peradilan mi-
Tim Tetap tidak ada maka pelaksanaan penyidi- liter, diperiksa dan diadili oleh pengadilan dalam
kan perkara koneksitas dilakukan oleh unsur- lingkungan peradilan umum kecuali jika menurut
unsur Tim Tetap yang ada di daerah itu. Dalam keputusan Menteri Pertahanan dan Keamanan
hal perkara koneksitas merupakan tindak pi- dengan persetujuan Menteri Kehakiman. Untuk
dana tertentu, yang diatur dalam undang-undang menetapkan dalam lingkungan peradilan mana
tertentu dan dengan ketentuan khusus Acara yang berwenang mengadili, sebagaimana ditentu-
Pidana sebagaimana dimaksud Pasal 284 ayat kan Pasal 90 KUHAP, maka diadakan penelitian
(2) KUHAP, maka unsur kejaksaan atau pejabat bersama oleh jaksa atau jaksa tinggi dan oditur
penyidik lainnya yang berwenang berdasarkan militer atau oditur militer tinggi atas dasar hasil
peraturan perundang-undangan, diikutsertakan penyidikan tim tersebut pada Pasal 89 ayat (2),
sebagai anggota Tim Tetap. Demikian pula dalam yang berbunyi bahwa:
hal perkara koneksitas tertentu yang diatur 1. Pendapat dari penelitian bersama tersebut
dalam undang-undang, yakni ditetapkan adanya dituangkan dalam berita acara yang ditanda-
Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS), maka tangani oleh para pihak sebagaimana dimak-
unsur PPNS itu diikutsertakan sebagai anggota sud dalam ayat (1).
Tim Tetap. 2. Jika dalam penelitian bersama itu terdapat
Selain Surat Keputusan Bersama di atas, persesuaian pendapat tentang pengadilan
diatur lebih lanjut dalam KUHAP, sebagaimana yang berwenang mengadili perkara tersebut
menurut Pasal 89 ayat (2) KUHAP, bahwa pe- maka hal itu dilaporkan oleh jaksa atau jaksa
nyidikan perkara pidana sebagaimana dimak- tinggi kepada Jaksa Agung dan oleh oditur
sud dalam ayat (1) dilaksanakan oleh suatu Tim militer atau oditur militer tinggi kepada
Tetap yang terdiri dari penyidik sebagaimana Oditur Jenderal Angkatan Bersenjata Re-
dimaksud dalam Pasal 6 dan polisi militer Ang- publik Indonesia.
katan Bersenjata Republik Indonesia dan oditur Adapun yang menjadi dasar untuk me-
militer atau oditur militer tinggi sesuai dengan netapkan pengadilan dalam lingkungan peradi-
wewenang mereka masing-masing menurut lan mana yang mengadili perkara itu, ditentukan
hukum yang berlaku untuk penyidikan perkara oleh besar kecilnya kepentingan umum atau
pidana, selanjutnya menurut ayat (3), bahwa tim kepentingan militer, sebagaimana menurut Pasal
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dibentuk 91 KUHAP, yang berbunyi:

55 Buku Informasi - Modul KUHAP


1. Jika menurut pendapat sebagaimana dimak- negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal
sud dalam Pasal 90 ayat (3) titik berat keru- 91 ayat (1), maka berita acara pemeriksaan
gian yang ditimbulkan oleh tindak pidana yang dibuat oleh tim sebagaimana dimak-
tersebut terletak pada kepentingan umum sud dalam Pasal 89 ayat (2) dibubuhi cata-
dan karenanya perkara pidana itu harus tan oleh penuntut umum yang mengajukan
diadili oleh pengadilan dalam lingkungan perkara, bahwa berita acara tersebut telah
peradilan umum, maka perwira penyerah diambil alih olehnya.
perkara segera membuat surat keputusan 2. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
penyerahan perkara yang diserahkan mela- ayat (1) berlaku juga bagi oditur militer atau
lui oditur militer atau oditur militer tinggi oditur militer tinggi apabila perkara terse-
kepada penuntut umum, untuk dijadikan but akan diajukan kepada pengadilan dalam
dasar mengajukan perkara tersebut kepada lingkungan peradilan militer.
pengadilan negeri yang berwenang.
2. Apabila menurut pendapat itu titik berat 7.5. Memutus Sengketa Mengadili
kerugian yang ditimbulkan oleh tindak pi- Apabila terjadi perbedaan pendapat
dana tersebut terletak pada kepentingan dalam penentuan wewenang lingkungan peradi-
militer sehingga perkara pidana itu harus lan mana yang mengadili, maka menurut Pasal 93
diadili oleh pengadilan dalam lingkungan KUHAP, yang berbunyi bahwa:
peradilan militer, pendapat sebagaimana di- 1. Masing-masing melaporkan tentang per-
maksud dalam Pasal 90 ayat (3) dijadikan bedaan pendapat itu secara tertulis, dengan
dasar bagi Oditur Jenderal Angkatan Ber- disertai berkas perkara yang bersangkutan
senjata Republik Indonesia untuk mengu- melalui jaksa tinggi, kepada Jaksa Agung dan
sulkan kepada Menteri Pertahanan dan Kea- kepada Oditur Jenderal Angkatan Bersen-
manan, agar dengan persetujuan Menteri jata Republik Indonesia.
Kehakimaan dikeluarkan keputusan Menteri 2. Jaksa Agung dan Oditur Jenderal Angkatan
Pertahanan dan Keamanan yang menetap- Bersenjata Republik Indonesia bermusyawa-
kan, bahwa perkara pidana tersebut diadili rah untuk mengambil keputusan guna me-
oleh pengadilan dalam lingkungan peradilan ngakhiri perbedaan pendapat sebagaimana
militer. dimaksud dalam ayat (1).
3. Surat keputusan tersebut pada ayat (2) di- 3. Dalam hal terjadi perbedaan pendapat anta-
jadikan dasar bagi perwira penyerah perkara ra Jaksa Agung dan Oditur Jenderal Angka-
dan jaksa atau jaksa tinggi untuk menyerah- tan Bersenjata Republik Indonesia, pendapat
kan perkara tersebut kepada mahkamah mi- Jaksa Agung yang menentukan.
liter atau mahkamah militer tinggi.
Demikian pula menurut Pasal 5 ayat (3)
Dalam hal pengajuan perkara di ling- Keputusan Bersama, bahwa “bila perlu berdasar-
kungan peradilan yang berwenang, maka berita kan pertimbangan-pertimbangan praktis Jaksa
acara pemeriksaan sebagaimana menurut Pasal Agung dan Oditur Jenderal ABRI/TNI dapat
92 KUHAP, bahwa: mendelegasikan wewenang kepada Jaksa Tinggi
1. Apabila perkara diajukan kepada pengadilan dan Oditur Tinggi Angkatan Bersenjata yang se-

Buku Informasi - Modul KUHAP 56


cara hierarki merupakan atasan langsung jaksa
dan oditur Angkatan Bersenjata untuk mengam-
bil keputusan.

7.6. Susunan Majelis Hakim


Untuk mengadili perkara koneksitas se-
bagaimana dimaksud Pasal 89 ayat (1) KUHAP,
menurut Pasal 94 KUHAP, diadili oleh pengadi-
lan dalam lingkungan peradilan umum atau ling-
kungan peradilan militer, yang mengadili perkara
tersebut adalah majelis hakim yang terdiri dari
sekurang-kurangnya tiga orang hakim.
Dalam hal pengadilan dalam lingkungan
peradilan umum yang mengadili perkara konek-
sitas, majelis hakim terdiri dari hakim ketua dari
lingkungan peradilan umum dan hakim anggota
masing-masing ditetapkan dari peradilan umum
dan peradilan militer secara berimbang. Dalam
hal pengadilan dalam lingkungan peradilan mi-
liter yang mengadili perkara koneksitas, majelis
hakim terdiri dari, hakim ketua dari lingkungan
peradilan militer dan hakim anggota secara ber-
imbang dari tiap lingkungan peradilan militer dan
dari peradilan umum yang diberi pangkat militer
tituler. Ketentuan Pasal 94 ayat (2) dan ayat (3)
KUHAP juga berlaku bagi pengadilan tingkat
banding.

57 Buku Informasi - Modul KUHAP


B. Keterampilan yang Diperlukan dalam C. Sikap Kerja yang Diperlukan dalam
Menjelaskan Acara Pemeriksaan Pi- Menjelaskan Acara Pemeriksaan Pi-
dana dana

1. Mengidentifikasi acara pemeriksaan perkara 1. Bertindak cermat dan teliti dalam meng-
menurut jenisnya. identifikasi acara pemeriksaan pidana.
2. Menjelaskan secara runtut tata tertib persi- 2. Bertindak cermat dan teliti dalam menjelas-
dangan sesuai ketentuan dalam KUHAP. kan tata tertib persidangan.
3. Mengidentifikasi tahapan pemeriksaan di 3. Bertindak cermat, teliti, berpikir analitis dan
persidangan secara runtut. evaluatif dalam mengidentifikasi tahapan
4. Menjelaskan secara lengkap pelaksanaan pu- pemeriksaan di persidangan.
tusan pengadilan 4. Bertindak cermat, teliti, berpikir analitis dan
5. Menjelaskan upaya hukum sesuai ketentuan evaluatif dalam menjelaskan pelaksanaan
dalam KUHAP. putusan pengadilan.
6. Menjelaskan penggabungan perkara gugatan 5. Bertindak cermat dan teliti dalam menjelas-
ganti kerugian sesuai ketentuan dalam KU- kan upaya hukum.
HAP. 6. Bertindak cermat, teliti, berpikir analitis dan
7. Menjelaskan koneksitas secara sistematis evaluatif dalam menjelaskan penggabungan
sesuai ketentuan dalam KUHAP. perkara gugatan ganti kerugian sesuai ke-
tentuan dalam KUHAP.
7. Bertindak cermat dan teliti dalam menjelas-
kan koneksitas.

Buku Informasi - Modul KUHAP 58


BAB V. MENJELASKAN PRAPERADILAN DAN
PERKEMBANGANNYA TERHADAP
PENANGANAN TINDAK PIDANA KORUPSI
DI INDONESIA

A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam Praperadilan sendiri merupakan kesatu-


Menjelaskan Praperadilan dan Per- an yang melekat pada pengadilan negeri, hanya
kembangannya terhadap Penanganan dijumpai pada tingkat pengadilan negeri dan
Tindak Pidana Korupsi di Indonesia sebagai satuan tugas yang tidak terpisah dari
pengadilan negeri (Harahap, 2006:1). Namun
1. Konsep Praperadilan bukan berarti praperadilan berada di luar atau di
1.1 Pengertian Praperadilan samping atau sejajar dengan pengadilan negeri,
Menurut Pasal 1 angka 10 KUHAP, Pra- tetapi hanya merupakan divisi dari pengadilan
peradilan adalah wewenang pengadilan negeri negeri. Begitu pula dengan sistem administrasi
untuk memeriksa dan memutus menurut cara yustisial, personel, peralatan, dan finansial pra-
yang diatur dalam undang-undang ini, tentang peradilan bersatu dengan pengadilan negeri dan
sah atau tidaknya suatu penangkapan dan atau berada di bawah pimpinan serta pengawasan
penahanan atas permintaan tersangka atau dan pembinaan ketua pengadilan negeri.
keluarganya atau pihak lain atas kuasa tersang-
ka; sah atau tidaknya penghentian penyidikan 1.2.Tujuan Praperadilan
atau penghentian penuntutan atas permintaan Praperadilan dibentuk sebagai penga-
demi tegaknya hukum dan keadilan; permintaan wasan atas tindakan aparat penegak hukum
ganti kerugian atau rehabilitasi oleh tersangka yang merupakan pengurangan atau pembatasan
atau keluarganya atau pihak lain atas kuasanya hak asasi manusia dari tersangka (Ramelan,
yang perkaranya tidak diajukan ke pengadi- 2006:124). Pembatasan hak-hak asasi tersangka
lan. Praperadilan dengan kata lain adalah suatu di sini dapat dilakukan berdasarkan ketentuan-
proses pemeriksaan voluntair sebelum pemerik- ketentuan yang diatur dalam peraturan perun-
saan terhadap pokok perkara berlangsung di dang-undangan. Selanjutnya, menurut R. Soepar-
pengadilan. Diperkenalkannya lembaga praper- mono (2003:16), bahwa diadakannya lembaga
adilan dalam hukum acara pidana di Indonesia praperadilan bertujuan demi tegaknya hukum,
didasarkan pada pengalaman terjadinya banyak kepastian hukum, dan perlindungan hak asasi
pelanggaran hak-hak tersangka atau terdakwa tersangka. Sebab, menurut sistem KUHAP setiap
oleh penyidik, seperti kekerasan dalam pemerik- tindakan seperti penangkapan, penggeledahan,
saan, pengumpulan barang bukti dan alat bukti penyitaan, penahanan, penuntutan, dan sebagai-
secara ilegal, dan pelaksanaan upaya paksa yang nya yang dilakukan bertentangan dengan hukum
melawan hukum (Makhamah Konstitusi No. 85/ dan perundang-undangan adalah suatu tindakan
PUU-XI/2013:55). perkosaan atau perampasan hak asasi tersangka.

59 Buku Informasi - Modul KUHAP


Hal yang sama juga diamanatkan oleh Mahkamah d. Permintaan rehabilitasi oleh tersangka atas
Konstitusi dalam putusan No. 65/PUU-IX/2011 penangkapan atau penahanan tanpa ala-
yang menyatakan bahwa “...filosofi diadakannya san yang berdasarkan undang-undang atau
pranata praperadilan yang justru menjamin hak- kekeliruan mengenai orang atau hukum
hak tersangka/terdakwa sesuai dengan harkat dan yang diterapkan yang perkaranya tidak di-
martabatnya sebagai manusia.” ajukan ke pengadilan negeri (Pasal 97 ayat
(3) KUHAP jo Pasal 77 huruf b KUHAP).
1.3. Wewenang Praperadilan
Kewenangan secara spesifik pra- Dalam keputusan Menteri Kehakiman
peradilan sesuai dengan Pasal 77 sampai Pasal RI No.M.01-PW.07.03 Tahun 1982 tanggal 4
83 KUHAP adalah memeriksa sah atau tidaknya Februari 1982 tentang Pedoman Pelaksanaan
upaya paksa, yaitu penangkapan dan penahanan KUHAP, praperadilan dapat dilakukan atas tin-
serta memeriksa sah atau tidaknya penghen- dakan kesalahan penyitaan yang tidak terma-
tian penyidikan atau penghentian penuntutan. suk alat bukti, atau seseorang yang dikenakan
Dikaitkan dengan Pasal 95 dan Pasal 97 KUHAP, tindakan lain tanpa alasan yang berdasarkan
kewenangan praperadilan ditambah dengan undang-undang karena kekeliruran orang atau
kewenangan untuk memeriksa dan memutus hukum yang diterapkan. Dan yang terbaru dalam
perihal ganti rugi dan rehabilitasi. Berikut bu- putusan Mahkamah Konstitusi No. 21/PUU/
nyi pasal-pasal yang mengatur wewenang pra- XII/2014, wewenang praperadilan ditambah
peradilan dalam KUHAP, bahwa praperadilan dalam pemeriksaan keabsahan penetapan ter-
berwenang untuk memeriksan dan memutus sangka yang sebelumnya penetapan tersangka ini
tentang: muncul dari putusan Pengadilan Negeri Jakarta
a. Sah atau tidaknya penangkapan, penahanan, Selatan Nomor 04/Pid.Prap/2015/PN.Jkt.Sel.
penghentian penyidikan atau penghentian
penuntutan (kecuali terhadap penyam- 1.4. Subjek Praperadilan
pingan perkara demi kepentingan umum Siapa saja yang berhak mengajukan per-
oleh Jaksa Agung), sebagaimana ditentukan mohonan pemeriksaan praperadilan ke penga-
Pasal 77 KUHAP. dilan negeri akan dikelompokkan alasan yang
b. Sah atau tidaknya benda yang disita sebagai menjadi dasar pengajuan pemeriksaan pra-
alat pembuktian (Pasal 82 ayat (1) dan (3) peradilan sekaligus dikaitkan dengan pihak yang
KUHAP). berhak mengajukan, sebagai berikut:
c. Tuntutan ganti kerugian oleh tersangka atau 1. Tersangka, Keluarga Tersangka, atau
ahli warisnya atas penangkapan atau pena- Kuasanya
hanan serta tindakan lain tanpa alasan yang a. Menurut Pasal 79 KUHAP, bahwa yang
berdasarkan undang-undang atau karena berhak mengajukan praperadilan untuk
kekeliruan mengenai orang atau hukum permintaan pemeriksaan tentang sah
yang diterapkan sebagaimana dimaksud atau tidaknya suatu penangkapan atau
dalarn ayat (1) yang perkaranya tidak diaju- penahanan diajukan oleh tersangka,
kan ke pengadilan negeri (Pasal 95 ayat (2) keluarga, atau kuasanya kepada ketua
KUHAP jo Pasal 77 huruf b KUHAP); pengadilan negeri dengan menyebutkan

Buku Informasi - Modul KUHAP 60


alasannya. berkepentingan kepada ketua pengadilan
b. Menurut Pasal 124 KUHAP, bahwa negeri dengan menyebutkan alasannya.
yang berhak mengajukan praperadilan 5. Tersangka atau Pihak Ketiga yang Berkepen-
dalam hal apakah sesuatu penahanan tingan Menuntut Ganti Rugi
sah atau tidak sah menurut hukum, Menurut Pasal 81 KUHAP, bahwa per-
tersangka, keluarga, atau penasihat hu- mintaan ganti kerugian dan/atau rehabili-
kum dapat mengajukan hal itu kepada tasi akibat tidak sahnya penangkapan atau
pengadilan negeri setempat untuk di- penahanan, atau akibat sahnya penghentian
adakan praperadilan guna memperoleh penyidikan atau penuntutan diajukan oleh
putusan apakah penahanan atas diri tersangka atau pihak ketiga yang berkepen-
tersangka tersebut sah atau tidak sah tingan kepada ketua pe-ngadilan negeri de-
menurut undang-undang ini. ngan menyebut alasannya.
2. Tersangka, Ahli Warisnya, atau Kuasanya Selanjutnya, tersangka berhak untuk
Menurut ketentuan Pasal 95 ayat (2) mengajukan permohonan praperadilan melalui
KUHAP, bahwa tuntutan ganti kerugian oleh pengadilan negeri tentang sah atau tidak sah
tersangka atau ahli warisnya atas penangka- penangkapan atau penahanan terhadap dirinya
pan atau penahanan serta tindakan lain tan- (Pasal 77 huruf a KUHAP) apabila pengajuan
pa alasan yang berdasarkan undang-undang praperadilan atas sah atau tidak sah penang-
atau karena kekeliruan mengenai orang kapan, dilakukan sebagai berikut:
atau hukum yang diterapkan sebagaimana 1. Penangkapan dilakukan tanpa didasar-
dimaksud dalam ayat (1) yang perkaranya kan pada bukti permulaan yang cukup, se-
tidak diajukan ke pengadilan negeri, diputus bagaimana menurut ketentuan Pasal 17
di sidang praperadilan sebagaimana dimak- KUHAP.
sud dalam Pasal 77 KUHAP. 2. Penangkapan dilakukan tanpa memperlihat-
3. Tersangka, Terdakwa, atau Terpidana kan dan memberikan surat perintah penang-
Menurut ketentuan Pasal 95 ayat (1) kapan, sebagaimana ditentukan Pasal 18 ayat
KUHAP, bahwa tersangka, terdakwa, atau (1) KUHAP, kecuali sebagaimana menurut
terpidana berhak menuntut ganti kerugian ketentuan Pasal 18 ayat (2) KUHAP.
karena ditangkap, ditahan, dituntut dan di- 3. Penangkapan tidak dilakukan oleh petugas
adili atau dikenakan tindakan lain, tanpa Kepolisian Negara RI atau pejabat yang ber-
alasan yang berdasarkan undang-undang wenang, sebagaimana menurut ketentuan
atau karena kekeliruan mengenai orangnya Pasal 16 ayat (1) dan (2) KUHAP.
atau hukum yang diterapkan. 4. Tembusan surat perintah penangkapan dari
4. Penyidik atau Penuntut Umum atau Pihak pejabat yang berwenang tidak diberikan ke-
Ketiga yang Berkepentingan pada keluarga tersangka, sebagaimana me-
Menurut Pasal 80 KUHAP, bahwa per- nurut ketentuan Pasal 18 ayat (3) KUHAP.
mintaan untuk memeriksa sah atau tidaknya 5. Surat perintah penangkapan dikeluarkan
suatu penghentian penyidikan atau penun- setelah 1 x 24 jam sejak penangkapan di-
tutan dapat diajukan oleh penyidik atau lakukan, sebagaimana ketentuan Pasal 19
penuntut umum atau pihak ketiga yang ayat (1) KUHAP.

61 Buku Informasi - Modul KUHAP


6. Tersangka tidak dapat ditangkap karena me- lebih dari hukuman yang seharusnya di-
lakukan perbuatan pelanggaran, sebagaima- jalankan, sebagaimana ditentukan dalam
na ketentuan Pasal 19 ayat (2) KUHAP. Pasal 22 ayat (4) dan (5) KUHAP.
Sedangkan apabila pengajuan praperadi-
lan atas sah atau tidak sah penahanan, dilaku- 1.5. Objek Praperadilan
kan sebagai berikut: Praperadilan diatur dalam Pasal 1 angka
1. Penahanan yang dilakukan oleh pejabat 10, Pasal 77 sampai dengan Pasal 83, Pasal 95
yang tidak berwenang melakukan pena- ayat (2) dan ayat (5), Pasal 97 ayat (3), dan Pasal
hanan, sebagaimana ketentuan Pasal 20 124. Adapun yang menjadi objek praperadilan
ayat (1), (2) dan (3) KUHAP. sebagaimana yang diatur dalam Pasal 77 KUHAP
2. Penahanan dilakukan di tempat yang adalah:
bukan diperuntukkan penahanan (bagi Pengadilan negeri berwenang untuk me-
tahanan Rutan) sebagaimana ditentukan meriksa dan memutus, sesuai dengan ketentuan
Pasal 22 ayat (1) huruf a KUHAP. yang di-atur dalam undang-undang ini tentang:
3. Penahanan dilakukan tanpa memberikan a. sah atau tidaknya penangkapan, penahanan,
surat perintah penahanan atau pena- penghentian penyidikan atau penghentian
hanan lanjutan atau penetapan hakim penuntutan.
yang dilakukan oleh penyidik atau pe- b. ganti kerugian dan atau rehabilitasi bagi se-
nuntut umum terhadap tersangka atau orang yang perkara pidananya dihentikan
terdakwa, sebagaimana dimaksud Pasal pada tingkat penyidikan atau penuntutan.
21 ayat (2) KUHAP.
4. Tanpa memberikan tembusan surat Selain sebagaimana tersebut di atas,
perintah penahanan atau penahanan objek praperadilan juga termasuk mengenai pe-
lanjutan atau penetapan hakim kepa- netapan tersangka, penggeledahan dan penyitaan.
da keluarga tersangka atau terdakwa, Hal ini ditegaskan dalam Putusan Mahkamah
sebagaimana ditentukan Pasal 21 ayat Konstitusi Nomor 21/PUU-XII/2014 yang me-
(3) KUHAP. nyatakan, Pasal 77 huruf a KUHAP dinyatakan
5. Penahanan dilakukan kepada tersangka inkonstitusional bersyarat sepanjang dimaknai
yang tidak memenuhi ketentuan Pasal 21 termasuk penetapan tersangka, penggeledahan,
ayat (4) huruf a dan b KUHAP. dan penyitaan. Namun, mengenai hal ini terda-
6. Tersangka atau terdakwa yang ditahan pat banyak pro dan kontra karena putusan yang
melebihi lamanya penahanan sebagaima- berisi pendefinisian tersebut seharusnya menja-
na ditentukan dalam KUHAP, yaitu di kewenangan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
Pasal 24 ayat (4) (tingkat penyidikan); sebagai lembaga legislatif, dan bukan Mahkamah
Pasal 25 ayat (4) (tingkat penuntutan); Konstitusi yang berperan sebagai lembaga yang
Pasal 26 ayat (4) (tingkat pengadilan ne- menguji dan membatalkan undang-undang
geri); Pasal 27 ayat (4) (tingkat banding/ (judicial review) (Pasal 10 ayat (1) Undang-Un-
pengadilan tinggi), dan Pasal 28 ayat (4) dang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah
(tingkat kasasi/Mahkamah Agung). Konstitusi).
7. Terpidana yang telah menjalani hukuman Maka, sesuai ketentuan Pasal 77

Buku Informasi - Modul KUHAP 62


KUHAP tersebut, objek mengenai “salah penuntutan (kecuali terhadap penyam-
penerapan hukum” adalah tidak termasuk seba- pingan perkara demi kepentingan umum
gai salah satu objek praperadilan. oleh Jaksa Agung), sebagaimana ditentukan
Pasal 77 KUHAP.
“Salah penerapan hukum” dalam suatu perka- b. Sah atau tidaknya benda yang disita sebagai
ra dikenal dalam Upaya Hukum Permohonan alat pembuktian (Pasal 82 ayat (1) dan (3)
Kasasi (Pasal 30 ayat (1) Undang-Undang No- KUHAP).
mor 5 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas c. Tuntutan ganti kerugian oleh tersangka atau
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang ahli warisnya atas penangkapan atau pena-
Mahkamah Agung jo. Pasal 253 KUHAP). hanan serta tindakan lain tanpa alasan yang
berdasarkan undang-undang atau karena
2. Perbedaan Praperadilan kekeliruan mengenai orang atau hukum
2.1. Perbedaan Praperadilan dengan yang diterapkan sebagaimana dimaksud
Kasasi dalam ayat (1) yang perkaranya tidak diaju-
Kasasi termasuk dalam upaya hukum kan ke pengadilan negeri (Pasal 95 ayat (2)
biasa yang diatur dalam Pasal 259 ayat (1) KUHAP jo Pasal 77 huruf b KUHAP).
KUHAP, yang berbunyi: “Demi kepentingan d. Permintaan rehabilitasi oleh tersangka
hukum terhadap semua putusan yang telah atas penangkapan atau penahanan tanpa
memperoleh kekuatan hukum tetap dari pe- alasan yang berdasarkan undang-undang
ngadilan lain selain daripada Mahkamah Agung, atau kekeliruan mengenai orang atau hu-
dapat diajukan satu kali permohonan kasasi oleh kum yang diterapkan yang perkaranya tidak
Jaksa Agung.” diajukan ke pengadilan negeri (Pasal 97 ayat
Putusan Kasasi Demi Kepentingan (3) KUHAP jo Pasal 77 huruf b KUHAP).
Hukum tidak boleh merugikan pihak yang
berkepentingan (Pasal 259 ayat (2) KUHAP) dan 2.2. Perbedaan Proses Praperadilan
permohonan kasasi demi kepentingan hukum dengan Peradilan Normatif
disampaikan secara tertulis oleh Jaksa Agung Perbedaan praperadilan dengan per-
kepada Mahkamah Agung melalui panitera pe- adilan normatif ditinjau dari prosesnya adalah
ngadilan yang telah memutus perkara dalam proses praperadilan dapat diajukan pada saat se-
tingkat pertama, disertai risalah yang memuat belum masuknya perkara ke pengadilan negeri.
alasan permintaan itu (Pasal 260 ayat (1) KU- Artinya, mulai dari proses penangkapan, pena-
HAP). hanan, penghentian penyidikan atau penghentian
Berbeda halnya dengan kasasi, praper- penuntutan, penyitaan, sebagaimana yang dijelas-
adilan tidak termasuk dalam upaya hukum yang kan dalam Pasal 77 KUHAP. Selanjutnya, dalam
dikenal dalam KUHAP. Akan tetapi, merupakan waktu tiga hari setelah diterimanya permintaan,
suatu proses persidangan sebelum sidang perka- hakim yang ditunjuk menetapkan hari sidang
ra pokok disidangkan (Hartono, 2010:116). (Pasal 82 ayat (1) KUHAP).
Selain itu, praperadilan dilakukan terhadap: Dalam memeriksa dan memutus ten-
a. Sah atau tidaknya penangkapan, penahanan, tang sah atau tidaknya penangkapan atau pena-
penghentian penyidikan atau penghentian hanan, sah atau tidaknya penghentian penyidikan

63 Buku Informasi - Modul KUHAP


atau penuntutan; permintaan ganti kerugian dan Tidak seperti halnya dengan peradilan nor-
atau rehabilitasi akibat tidak sahnya penang- matif, yang persidangannya dipimpin oleh majelis
kapan atau penahanan, akibat sahnya penghen- hakim, yang pengaturannya terdapat dalam Pasal
tian penyidikan atau penuntutan dan ada benda 11 ayat (1) dan (2) UU Kekuasaan Kehakiman
yang disita yang tidak termasuk alat pembuktian, yang berbunyi:
hakim mendengar keterangan baik dari tersang- 1. Pengadilan memeriksa, mengadili, dan me-
ka, pemohon, maupun pejabat yang berwenang mutus perkara dengan susunan majelis
(Pasal 82 ayat (1) huruf b KUHAP). Pemeriksaan sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang hakim,
tersebut dilakukan cara cepat dan selambat-lam- kecuali undang-undang menentukan lain.
batnya tujuh hari hakim harus sudah menjatuh- 2. Susunan hakim sebagaimana dimaksud pada
kan putusannya. Dalam hal suatu perkara sudah ayat (1) terdiri dari seorang hakim ketua dan
mulai diperiksa oleh pengadilan negeri sedang- dua orang hakim anggota.
kan pemeriksaan mengenai permintaan kepada Meskipun KUHAP tidak menjelaskan
praperadilan belum selesai, maka permintaan lebih lanjut mengapa praperadilan dipimpin oleh
tersebut gugur (Pasal 82 ayat (1) huruf c dan d hakim tunggal, hal ini berkaitan dengan prinsip
KUHAP). pemeriksaan dengan acara cepat yang meng-
Sedangkan dalam peradilan normatif, haruskan pemeriksaan praperadilan selesai di-
lebih spesifik dalam proses peradilan pidana, lakukan selambat-lambatnya dalam waktu tujuh
dimulainya proses peradilan tersebut adalah hari dan bentuk putusan praperadilan yang se-
apabila terdapat laporan, pengaduan atau dalam derhana (Pramesti, 2015).
hal tertangkap tangannya seseorang/beberapa
orang melakukan tindak pidana untuk selan- 3. Pengaturan dan Pelaksanaan Pra-
jutnya dilakukan penyelidikan, penyidikan, pe- peradilan
nangkapan, penahanan, hingga masuk ke dalam 3.1 Kaitan Hakim Komisaris pada Pra-
proses beracara di pengadilan. peradilan
Dalam proses pembuktian di praper- Mekanisme lembaga praperadilan diang-
adilan, sama halnya dengan proses pembuktian gap tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam
di peradilan normatif, yaitu dalam Pasal 82 ayat pelaksanaannya karena dianggap banyak me-
(1) huruf b KUHAP, disebutkan bahwa hakim rugikan masyarakat pencari keadilan, sehingga
mendengar keterangan baik dari tersangka atau banyak bermunculan pendapat dan pandangan
pemohon maupun dan pejabat yang berwenang. yang menginginkan agar lembaga praperadilan
Namun, pembuktian dalam proses praperadilan digantikan oleh Hakim Komisaris yang diajukan
dilakukan dengan cara cepat, karena selambat- dalam RUU KUHAP 2008. Beberapa kelemahan
lambatnya, dalam waktu 7 hari hakim harus su- praperadilan (“Konsep Hakim Komisaris”, 2009)
dah menjatuhkan putusannya (Pasal 82 ayat (1) di antaranya:
huruf c KUHAP). 1. Proses penyitaan dan penggeledahan tidak
Selanjutnya, hakim dalam proses praper- diatur sebagai objek praperadilan.
adilan dipimpin oleh hakim tunggal yang ditunjuk 2. Posisi yang tak seimbang antara aparat dan
oleh ketua pengadilan negeri dan dibantu oleh tersangka yang acapkali mengalami intimi-
seorang panitera (Pasal 78 ayat (2) KUHAP). dasi dan kekerasan.

Buku Informasi - Modul KUHAP 64


3. Hakim praperadilan hanya mengedepankan c. Bahwa keterangan yang dibuat oleh ter-
aspek formal ketimbang menguji aspek ma- sangka atau terdakwa dengan melanggar
teriil karena tidak ada kewajiban bagi pe- hak untuk tidak memberatkan diri sendiri.
nyidik (untuk membuktikan alasan-alasan d. Alat bukti atau pernyataan yang diperoleh
penahanan (Harahap, 2008). secara tidak sah tidak dapat dijadikan alat
Terkait dengan kelemahan praperadilan bukti.
tersebut, tidak terlepas dari ketentuan Pasal 77 e. Ganti kerugian dan/atau rehabilitasi un-
jo Pasal 1 ayat 10 KUHAP yang telah menentu- tuk seseorang yang ditangkap atau ditahan
kan secara limitatif upaya paksa apa saja yang da- secara tidak sah atau ganti kerugian untuk
pat menjadi objek praperadilan. Sehingga terha- setiap hak milik yang disita secara tidak sah.
dap upaya paksa yang tidak diatur dalam Pasal 77 f. Tersangka atau terdakwa berhak untuk atau
jo Pasal 1 ayat 10 KUHAP, tidak dapat dilakukan diharuskan untuk didampingi oleh pengaca-
praperadilan. Persoalan lain juga terdapat pada ra.
Pasal 79 KUHAP yang menyatakan bahwa per- g. Bahwa penyidikan atau penuntutan telah di-
mintaan pemeriksaan tentang sah atau tidaknya lakukan untuk tujuan yang tidak sah.
suatu penangkapan atau penahanan diajukan h. Penghentian penyidikan atau penghentian
oleh tersangka, keluarga, atau kuasanya kepada penuntutan yang tidak berdasarkan asas
ketua pengadilan negeri dengan menyebutkan oportunitas.
alasannya. Dengan pasal tersebut, apabila per- i. Layak atau tidaknya suatu perkara untuk di-
mohonan tersebut tidak diajukan oleh tersangka lakukan penuntutan ke pengadilan.
atau keluarganya atau pihak lain atas kuasa ter- j. Pelanggaran terhadap hak tersangka apa
sangka serta pihak yang merasa dirugikan, seka- pun yang lain yang terjadi selama tahap
lipun upaya paksa yang dilakukan oleh aparat pe- penyidikan.
negak hukum telah menyimpang dari ketentuan
yang berlaku, praperadilan tidak dapat dilakukan Kelebihan lain dari lembaga Hakim
(Eddyono dan Napitupulu, 2014). Komisaris adalah bahwa kewenangan terse-
Maka dengan berbagai persoalan terse- but dapat dilaksanakan dengan atau tanpa per-
but, kemudian memunculkan wacana untuk mohonan tersangka, terdakwa, atau keluarga
menghapus lembaga praperadilan dan meng- mereka (Pasal 111, RKUHAP). Dengan demikian,
gantikannya dengan lembaga Hakim Komisa- lembaga hakim komisaris dalam RKUHAP di-
ris. Kewenangan yang diberikan kepada Hakim harapkan mampu memperbaiki kelemahan-kele-
Komisaris sangat luas dan lengkap dibandingkan mahan praperadilan sehingga dapat mengako-
dengan lembaga praperadilan dalam KUHAP. modasi rasa keadilan bagi masyarakat.
Pasal 111 Ayat (1) RUU KUHAP mengatur ten-
tang kewenangan Hakim Komisaris, yaitu: Hakim 3.2. Upaya Hukum Praperadilan
Komisaris berwenang menetapkan atau memu- Upaya hukum terhadap proses praper-
tuskan: adilan diatur dalam Pasal 83 KUHAP, yang me-
a. Sah atau tidaknya penangkapan, penahanan, nyatakan:
penggeledahan, penyitaan, atau penyadapan. 1. Terhadap putusan praperadilan dalam hal
b. Pembatalan atau penangguhan penahanan. sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79, 80

65 Buku Informasi - Modul KUHAP


dan 81 KUHAP tidak dapat dimintakan yang jika hal tersebut (upaya hukum) dimungkin-
banding. kan, maka perkara praperadilan akan berlarut-
2. Dikecualikan dari ketentuan ayat (1) ada- larut dan tidak akan diselesaikan secara cepat.
lah putusan praperadilan yang menetapkan Alasan lainnya, karena wewenang pengadilan
tidak sahnya penghentian penyidikan atau negeri yang dilakukan dalam praperadilan hanya
penuntutan yang untuk itu dapat dimintakan dimaksudkan sebagai wewenang pengawasan
putusan akhir ke pengadilan tinggi dalam horisontal dari pengadilan negeri atas upaya
daerah hukum yang bersangkutan. paksa yang dilakukan penyidik atau penuntut
umum. Mengenai upaya hukum luar biasa dalam
Terhadap Pasal 83 ayat (2) telah di- praperadilan, KUHAP tidak mengatur secara te-
cabut oleh Mahkamah Konstitusi melalui Pu- gas, namun diatur dengan Peraturan Mahkamah
tusan Nomor 65/PUU-IX/2011 tentang Pe- Agung Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2016
ngajuan Banding Terhadap Putusan Praperadilan, tentang Larangan Peninjauan Kembali Putusan
atas dasar acara praperadilan adalah acara Praperadilan (PERMA No. 4 Tahun 2016).
cepat, sehingga seharusnya tidak dapat dimohon- Melalui PERMA No. 4 Tahun 2016, setiap
kan pemeriksaan banding dan Pasal 83 ayat (2) perkara praperadilan tidak bisa diajukan upaya
KUHAP bertentangan dengan pasal 27 ayat (1) hukum baik kasasi, banding, maupun peninjauan
dan pasal 28D ayat (1) Undang-Undang Dasar kembali. PERMA ini juga berisi tentang objek
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 karena perkara apa yang saat ini dapat diajukan pra-
Pasal 83 ayat (2) KUHAP tidak mempersamakan peradilan, khususnya pasca-putusan Mahkamah
kedudukan warga negara di dalam hukum dan Konstitusi Nomor 21/PUU-XII/2014, yang mem-
pemerintahan serta tidak memberikan kepastian perluas objek praperadilan menjadi melingkupi
hukum yang adil. pula sah tidaknya penyitaan, penggeledahan, dan
Melihat perumusan Pasal 83 KUHAP di penetapan tersangka (Institute for Criminal Justice
atas, dapat dilihat bahwa pada prinsipnya putu- Reform (ICJR), 2016). Menurut Ridwan Man-
san praperadilan tidak dapat dimintakan upaya syur, Kepala Biro Hukum dan Humas Mahkamah
hukum, baik upaya hukum biasa ataupun upaya Agung, latar belakang diterbitkannya PERMA
hukum luar biasa. No. 4 Tahun 2016 ini untuk menghindari ke-
Selanjutnya, terhadap putusan praper- simpangsiuran berbagai pendapat tentang boleh
adilan tidak dapat dimintakan kasasi. KUHAP atau tidak pengajuan peninjauan kembali dalam
sama sekali tidak mengatur tentang hal ini, akan perkara praperadilan, karena ada yang berpen-
tetapi dalam Lampiran Keputusan Menteri Ke- dapat bahwa perkara praperadilan tidak boleh
hakiman Republik Indonesia No. M.14.PW.07.03 banding, kasasi, tetapi boleh diajukan peninjauan
Tahun 1983, poin 23, dengan judul “Putusan kembali (Sahbani, 2016).
Praperadilan dalam Hubungannya dengan Kasa-
si” dijelaskan bahwa untuk putusan praperadilan 3.3. Peraturan Lain Terkait Praperadilan
tidak dapat dimintakan kasasi. Alasan tidak dibe- 3.3.1. Putusan Mahkamah Konstitusi
narkannya putusan praperadilan dibanding atau Nomor 21/PUU-XII/2014
kasasi, adalah adanya keharusan penyelesaian Melalui putusan ini, penetapan
secara cepat dari perkara-perkara praperadilan, tersangka masuk dalam ruang lingkup praper-

Buku Informasi - Modul KUHAP 66


adilan. Hakikat keberadaan pranata praperadilan, 3.3.3. Surat Edaran Mahkamah Agung
menurut Mahkamah Konstitusi, adalah bentuk (SEMA) Nomor 4 Tahun 2014
pengawasan dan mekanisme keberatan terha- Surat ini berisi tentang Pemberlakuan
dap proses penegakan hukum yang terkait erat Hasil Pleno Kamar Mahkamah Agung sebagai
dengan jaminan perlindungan hak asasi manusia. Pedoman Pelaksanaan Tugas bagi Pengadilan.
Sehingga, dimasukkannya keabsahan penetapan Kemungkinan diajukannya peninjauan kem-
tersangka sebagai objek pranata praperadilan bali terhadap putusan praperadilan dalam hal
adalah agar perlakuan terhadap seseorang dalam ini ditemukan indikasi penyelundupan hukum.
proses pidana memperhatikan hak asasi ter- Namun dengan demikian, terdapat penafsiran
sangka sebagai manusia di hadapan hukum (MK: yang berbeda-beda mengenai penyelundupan
Penetapan Tersangka Masuk Lingkup Praper- hukum sehingga dapat mengakibatkan putu-
adilan, 28 April 2015). san yang saling bertentangan dan menimbulkan
ketidakpastian hukum.
3.3.2. Putusan Mahkamah Konstitusi No-
mor 65/PUU-IX/2011 3.3.4. Pasal 45A Undang-Undang Nomor
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 14 Tahun 1985 yang telah diubah dengan
65/PUU-IX/2011 berisi tentang dihapuskan- Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang
nya upaya hukum banding untuk proses pra- Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor
peradilan. Dalam pertimbangan hukumnya, 3 Tahun 2009 tentang Mahkamah Agung me-
Hakim Mahkamah Konstitusi menyebutkan nentukan larangan diajukannya kasasi terhadap
bahwa acara praperadilan adalah acara cepat, putusan praperadilan.
sehingga seharusnya tidak dapat dimohonkan
pemeriksaan banding. Dan selanjutnya, bahwa 3.3.5. Rapat Pleno Mahkamah Agung pada
Pasal 83 ayat (2) KUHAP bertentangan dengan tanggal 2 Februari 2016
Pasal 27 ayat (1) dan Pasal 28D ayat (1) Undang- Rapat pleno ini menentukan putusan
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun praperadilan tidak dapat diajukan peninjauan
1945. Hal tersebut dikarenakan Pasal 83 ayat kembali.Termohon sebagai jaksa penuntut umum
(2) KUHAP tidak mempersamakan kedudukan dapat mengajukan peninjauan kembali dengan
warga negara di dalam hukum dan pemerintahan dasar menggunakan Surat Edaran Mahkamah
serta tidak memberikan kepastian hukum yang Agung Nomor 4 Tahun 2014 tanggal 28 Ma-
adil. Pasal 83 ayat (2) KUHAP memperlakukan ret 2014 yang menyatakan, bahwa peninjauan
secara berbeda antara tersangka atau terdakwa kembali terhadap praperadilan tidak diperbo-
di satu pihak dan penyidik serta penuntut umum lehkan kecuali ditemukan indikasi penyelundu-
di pihak lain dalam melakukan upaya hukum pan hukum yaitu praperadilan yang melampaui
banding terhadap putusan praperadilan. Keten- kewenangannya sesuai Pasal 77 KUHAP, meski
tuan demikian tidak sesuai dengan filosofi diada- tidak ada penjelasan dalam lampiran Surat Edar-
kannya lembaga praperadilan yang justru men- an Mahkamah Agung Nomor 4 Tahun 2014 tang-
jamin hak-hak tersangka atau terdakwa sesuai gal 28 Maret 2014.
dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia.
3.4. Upaya Hukum yang Memungkinkan

67 Buku Informasi - Modul KUHAP


untuk Praperadilan bagai alat bukti baru (Muhtarom, 2017).
Dalam uji materi terhadap Pasal 83 ayat Selanjutnya, Makhamah Konstitusi juga
1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang menegaskan penyidik dapat kembali mene-rbit-
Hukum Acara Pidana yang diajukan oleh An- kan surat perintah penyidikan (sprindik), seh-
thony Chandra melalui kuasa hukumnya, yakni ingga penyidikan dapat kembali dilakukan secara
David Surya, Ricky Kurnia Margono, dan Adhi- ideal dan benar, meskipun praperadilan telah
darma Wicaksono, mendapat kesimpulan bahwa membatalkan status tersangka atas seseorang.
seorang yang telah memenangkan praperadilan “Hal ini harus dipahami, bahwa sepanjang prose-
dapat ditetapkan kembali sebagai tersangka oleh dur penyidikan dipenuhi sesuai dengan ketentuan
penyidik aparat penegak hukum. perundang-undangan maka penyidikan baru tetap
Terhadap permohonan uji materi terse- dapat dilakukan,” ujar Hakim Konstitusi An-
but, majelis hakim menolak gugatan yang dia- war Usman, ketika membacakan pertimbangan
jukan karena permohonannya tidak beralasan Mahkamah Konstitusi di Gedung MK Jakarta, 10
menurut hukum. Namun, dalam pertimbangan- Oktober 2017 (Muhtarom, 2017).
nya, Hakim Konstitusi Manahan Sitompul me-
nyampaikan, praperadilan hanya berkenaan 3.5. Kasus Praperadilan
dengan prosedur tata cara penanganan seorang 1. Kasus Setya Novanto
tersangka yang diduga melakukan tindak pidana Setya Novanto ditetapkan sebagai ter-
sebagai fungsi checks and balances ada atau sangka kasus korupsi e-KTP oleh KPK pada 17
tidaknya pelanggaran hak asasi manusia. Namun Juli 2017. Ia lalu mengajukan praperadilan ke
demikian, tidak serta-merta tertutupnya dilaku- Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada 4 Sep-
kan proses penyidikan kembali terhadap seorang tember 2017. Gugatan terdaftar dalam Nomor
tersangka apabila ditemukan bukti-bukti yang 97/Pid.Prap/2017/PN Jak.Sel. Adapun yang men-
cukup setelah permohonan praperadilannya di- jadi alasan Setya Novanto mengajukan praper-
kabulkan (“MK Tolak Permohonan Uji Aturan adilan adalah karena Novanto keberatan atas
Banding terhadap Putusan Praperadilan”, 2017). status tersangka dari KPK.
Manahan menyampaikan, Pasal 2 ayat Dalam pertimbangannya, hakim pada
3 PERMA Nomor 4 Tahun 2016, memberikan proses praperadilan Setya Novanto, Cepi
kewenangan terhadap penyidik untuk dapat Iskandar, menilai bahwa penetapan tersangka
menetapkan status tersangka kembali kepada Novanto oleh KPK sudah dilakukan di awal pe-
orang yang sama dengan syarat paling sedikit 2 nyidikan, yang menurut Hakim Cepi seharusnya
alat bukti baru yang sah, yang berbeda dari alat penetapan tersangka dilakukan di akhir tahap
bukti sebelumnya yang berkaitan dengan materi penyidikan suatu perkara (Ihsanudin, 2017).
perkara (Fachrudin, 2017). Makna alat bukti yang Selain itu, Cepi juga mempermasalahkan alat
berbeda dari sebelumnya, menurut Makhamah bukti yang digunakan KPK. Hakim menilai alat
Konstitusi, adalah alat bukti yang telah diguna- bukti yang diajukan berasal dari penyidikan
kan pada perkara sebelumnya, namun, harus terhadap Irman dan Sugiharto, mantan pejabat
disempurnakan secara substansial dan bukan se- Kementerian Dalam Negeri yang sudah divonis
bagai alat bukti yang sifatnya formalitas semata bersalah melakukan korupsi e-KTP. Hakim me-
sehingga alat bukti tersebut dapat dikatakan se- nilai, alat bukti yang sudah digunakan dalam

Buku Informasi - Modul KUHAP 68


perkara sebelumnya tidak bisa digunakan untuk 2. Kasus Budi Gunawan
menangani perkara selanjutnya (Agustina, 2017). Permohonan praperadilan Komjen Pol.
Direktur Eksekutif Lingkar Madani Budi Gunawan atas penetapan tersangka yang
(Lima) Ray Rangkuti, mengatakan bahwa pertim- dilakukan oleh KPK telah dikabulkan sebagian
bangan putusan hakim Cepi Iskandar yang me- oleh Hakim Sarpin Rizaldi. Salah satu amarnya,
menangkan gugatan Ketua DPR Setya Novanto “Menyatakan tidak sah segala keputusan atau
membingungkan karena KPK telah mengguna- penetapan lebih lanjut yang dikeluarkan oleh
kan sekitar 200 alat bukti untuk menjerat Setya Termohon yang berkaitan dengan penetapan
Novanto sebagai tersangka pada kasus korupsi Tersangka oleh Termohon”. (BBC, 16 Februari
e-KTP, apakah mungkin 200 alat bukti tersebut 2015). Dalam putusan yang dibacakan oleh Ketua
sama dengan alat bukti yang menjerat Irman Majelis Hakim Sarpin Rizaldi, dinyatakan bahwa
dan Sugiharto. Selain itu, kejanggalan lain terda- keputusan diambil berdasarkan undang-undang
pat pada pertimbangan Cepi yang menegaskan yang menyatakan bahwa subjek hukum pelaku
bahwa sebagian alat bukti dapat menggugurkan tindak pidana korupsi yang menjadi kewenangan
alat bukti lainnya, misalnya dari 200 alat bukti Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) seba-
yang disampaikan dalam sidang praperadilan gai termohon adalah orang yang perbuatannya
hanya sebagian kecil, yakni tiga atau empat alat menyebabkan kerugian negara paling sedikit Rp1
bukti saja yang dipakai untuk membuktikan ket- miliar.
erlibatan Irman dan Sugiharto, maka otomatis Namun dalam Surat Perintah Penyidikan
menggugurkan alat bukti lainnya (Fachrudin, (Sprindik) Nomor 03/01/01/2015 per tanggal 12
2017). Hal ini pula yang menjadi kejanggalan Januari 2015, dinyatakan bahwa pemohon yaitu
dalam putusan praperadilan Setya Novanto. Komjen Budi Gunawan diduga melakukan tindak
Selain itu, juga terdapat kejanggalan yang pidana korupsi, menerima hadiah atau janji seba-
disampaikan oleh ICW (Nadlir, 2017) terkait gaimana diberitakan oleh BBC Indonesia (2015).
putusan praperadilan Setya Novanto: “Menimbang perbuatan menerima hadiah atau
1. Hakim menolak memutar rekaman bukti janji tidak dikaitkan dengan timbulnya kerugian
keterlibatan Novanto dalam korupsi e-KTP. negara karena perbuatan itu berhubungan de-
2. Hakim menunda mendengar keterangan ahli ngan penyalahgunaan kewenangan maka apa yang
dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). diduga dilakukan pemohon tidak menyebabkan
3. Hakim juga menolak eksepsi KPK. kerugian negara,” kata Hakim Sarpin. “Berdasar-
4. Hakim mengabaikan permohonan inter- kan pertimbangan itu ternyata pemohon bukan
vensi dengan alasan gugatan tersebut belum subjek hukum tindak pidana korupsi yang men-
terdaftar di dalam sistem informasi pencata- jadi kewenangan korupsi untuk melakukan pe-
tan perkara. nyelidikan, penyidikan, atau penuntutan tindak
5. Hakim bertanya kepada ahli KPK tentang pidana korupsi maka proses penyidikan yang di-
sifat ad hoc lembaga KPK yang tidak ada lakukan penyidik KPK terkait pidana penetapan
kaitannya dengan pokok perkara praper- tersangka tidak sah dan karenanya penetapan itu
adilan. tidak memiliki kekuatan hukum mengikat,” lan-
6. Tentang laporan kinerja KPK yang berasal jutnya.
dari Pansus Angket dijadikan bukti Praper- Sah atau tidaknya penyidikan atau sah
adilan.

69 Buku Informasi - Modul KUHAP


atau tidaknya penetapan tersangka, berdasarkan atau hakim diperkenankan untuk membuat suatu
hukum yang berlaku saat ini, bukanlah merupa- kaidah hukum di saat terjadi kekosongan hukum,
kan objek praperadilan. Pasal 77 UU Nomor 8 karena pada hakikatnya, hakim dilarang menolak
Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KU- perkara dengan alasan tidak ada hukumnya.
HAP), yang berbunyi: “Pengadilan negeri ber- Oleh karenanya, dalam perkara pra-
wenang untuk memeriksa dan memutus, sesuai peradilan yang diajukan oleh Komjen Budi
dengan ketentuan yang diatur dalam undang- Gunawan, pendapat hakim praperadilan yang
undang ini tentang: menyatakan bahwa mengenai permohonan yang
a. Sah atau tidaknya penangkapan, penahanan, diajukan oleh Komjen Budi Gunawan mengenai
penghentian penyidikan, atau penghentian penetapan tersangka tidak diatur dalam KUHAP,
penuntutan. sehingga terjadi kekosongan hukum adalah per-
b. Ganti kerugian dan atau rehabilitasi bagi timbangan yang salah tafsir.
seorang yang perkara pidananya dihentikan
pada tingkat penyidikan atau penuntutan.
Pertanyaannya sekarang, apakah di luar
kedua alasan praperadilan di atas, masih dimung-
kinkan adanya alasan praperadilan yang lain,
seperti sah atau tidaknya penyidikan atau sah
atau tidaknya penetapan tersangka sebagaimana
objek praperadilan dalam perkara praperadi-
lan yang diajukan oleh Komjen Budi Gunawan
ini? Perlu untuk diketahui bahwa sistem hukum
yang berlaku di Indonesia tidak sama seperti sis-
tem hukum Anglo-Saxon yang menganut aliran
freie rechtslehre, yang memperbolehkan hakim
untuk menciptakan hukum (judge made law).
Hal ini sejalan dengan ketentuan Pasal 20 Al-
gemene Bepalingen van Wetgeving voor Indonesie
(AB). AB masih berlaku sepanjang belum di-
cabut secara tegas oleh UU berdasarkan Aturan
Peralihan UUD 1945, yang menyatakan: “Hakim
harus mengadili berdasarkan Undang-Undang.”
Hal ini berarti, bahwa dalam hukum
yang berlaku di Indonesia, hakim dilarang menaf-
sirkan lebih dari yang seharusnya jika sudah jelas
pengaturannya (Situmeang, 2015). Namun, bukan
berarti hakim menjadi tidak bebas dalam men-
jalankan kewenangannya. Hakim diperkenankan
untuk menafsirkan lebih luas suatu peraturan di
kala peraturan tersebut tidak jelas maksudnya

Buku Informasi - Modul KUHAP 70


B. Keterampilan yang Diperlukan da- C. Sikap Kerja yang Diperlukan dalam
lam Menjelaskan Praperadilan dan Menjelaskan Praperadilan dan
Perkembangannya terhadap Pe- Perkembangannya terhadap Pe-
nanganan Tindak Pidana Korupsi di nanganan Tindak Pidana Korupsi di
Indonesia Indonesia

1. Menjelaskan konsep praperadilan melalui 1. Bertindak cermat, teliti, dan berpikir ana-
pengertian, tujuan, wewenang, subjek dan litis dalam menjelaskan konsep praper-
Objek praperadilan. adilan melalui pengertian, tujuan, wewenang,
2. Mendefinisikan perbedaan praper- subjek dan objek praperadilan secara
adilan dengan upaya hukum dan perbedaan komprehensif dan lengkap sesuai ketentuan
proses praperadilan dengan peradilan dalam KUHAP.
normatif sesuai ketentuan dalam KUHAP. 2. Bertindak cermat, teliti, dan berpikir analitis
3. Menjelaskan pengaturan dan pelaksanaan dalam mendefinisikan perbedaan praper-
praperadilan. adilan dengan upaya hukum dan perbedaan
proses praperadilan dengan peradilan
normatif sesuai ketentuan dalam KUHAP.
3. Bertindak cermat, teliti, berpikir analitis dan
evaluatif dalam menjelaskan pengaturan dan
pelaksanaan praperadilan.

71 Buku Informasi - Modul KUHAP


DAFTAR REFERENSI

BUKU

Eddyono S.W dan Napitupulu, E. (2014). Prospek Hakim Pemeriksa Pendahuluan dalam Pengawasan
Penahanan dalam Rancangan KUHAP. Seri Pembaharuan Hukum Acara Pidana. Jakarta: Institute
for Criminal Justice Reform
Hamzah, Andi. (2008). Asas-asas Hukum Pidana. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamzah, Andi. (2008). Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika.
Hamzah, Andi. (1983). Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta: Penerbit
Ghalia Indonesia.
Harahap, M.Yahya. (1993). Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP. Jilid
I. Jakarta: Penerbit Pustaka Kartini.
Harahap, M.Yahya. (2006). Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP Pemeriksaan Sidang
Pengadilan Banding Kasasi dan Peninjauan Kembali. Jakarta: Sinar Grafika.
Harahap, M.Yahya. (2008). Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP (Penyidikan dan Penuntu
tan). Jakarta: Sinar Grafika.
Hartono. (2010). Penyidikan dan Penegakan Hukum Pidana (Melalui Pendekatan Hukum Progresif).
Jakarta: Penerbit Sinar Grafika.
Lamintang, P.A.F. (1990). Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia. Cet 2. Bandung: Sinar Baru.
Moelyatno. Hukum Acara Pidana, Bagian Pertama, Seksi Kepidanaan. Yogyakarta: Fakultas Hukum UGM.
Nasution, A. Karim. (1981). Masalah Surat Tuduhan dalam proses Pidana. Jakarta: CV. Pantjuran Tujuh.
Prodjodikoro, Wirjono. (1983) Hukum Acara Pidana Indonesia. Cet.7. Bandung: Sumur.
Ramelan. (2006). Hukum Acara Pidana Teori dan Implementasi. Jakarta: Sumber Ilmu Jaya.
Ranoemihardjo, R. Atang. (1976). Hukum Acara Pidana. Bandung: Tarsito.
Saptomo, Ade. (2010). Hukum dan Kearifan Lokal Revitalisasi Hukum Adat Nusantara. Jakarta: PT
Grasindo.
Soesilo, R. (1982). Hukum Acara Pidana (Prosedur Penyelesaian Perkara Pidana menurut KUHAP bagi
Penegak Hukum). Bogor: Politeia.
Soeparmono, R. (2003). Praperadilan dan Penggabungan Perkara Gugatan Ganti Kerugian dalam
KUHAP. Bandung: Mandar Maju.
Sofyan, Andi. (2012). Hukum Acara Pidana Suatu Pengantar. Yogyakarta: Rangkang Educat.
Sutantio, Retnowulan dan Iskandar, Oeripkartawinata. (1985). Hukum Acara Perdata dalam Teori dan

Buku Informasi - Modul KUHAP 72


Praktik. Bandung: Alumni.

PERUNDANG-UNDANGAN

Republik Indonesia. Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana (KUHAP)
Republik Indonesia. UU No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat.
Republik Indonesia. Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.
Republik Indonesia. Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman
Republik Indonesia. Undang-Undang No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia
Republik Indonesia. Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana [Wetboek van Straftrecht]. (1976) Diterjemahkan oleh
Moeljatno. Jakarta: Pradnya Paramita
Surat Edaran Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor: Se-004/J.A/11/1993 tentang Pembuatan
Surat Dakwaan.
Rancangan Undang-Undang Hukum Acara Pidana 2010.

PUTUSAN

Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia. Putusan No. 65/PUU-IX/2011.


Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia. Putusan No. 85/PUU-XI/2013.

KAMUS

Simorangkir, J.C.T., et.al. (1983) Kamus Hukum. Jakarta: Aksara Baru.

INTERNET

Agustina, Widiarsi. (2017, 29 September). Pertimbangan Hakim Cepi Menangkan Setya Novanto.
https://nasional.tempo.co/read/1020843/pertimbangan-hakim-cepi-menangkan-setya-novan
to.
Apakah Perbedaan Pengacara dengan Penasihat Hukum?. (2011, 21 Juli). http://www.hukumonline.
com/klinik/detail/cl6143/perbedaan-pengacara-dengan-penasihat-hukum.
BBC Indonesia (2015, 16 Februari). Hakim Nyatakan Penetapan Tersangka Budi Gunawan Tidak Sah
http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2015/02/150216 _vonis_budigunawan_kpk.
Fachrudin, Fachri. (2017, 10 Oktober). MK: Kalah Praperadilan, Penegak Hukum Bisa Kembali Tetap
kan Tersangka. http://nasional.kompas.com/read/2017/10/10/ 13480521/mk-kalah-praperadi

73 Buku Informasi - Modul KUHAP


lan-penegak-hukum-bisa-kembali-tetapkan-ter-sangka.
Fachrudin, Fachri. (2017, 30 September). Putusan Hakim Praperadilan Setya Novanto Dianggap
Membingungkan. http://nasional.kompas.com/read/2017/09/30/ 20251991/putusan-
hakim-praperadilan-setya-novanto-dianggap-membingung kan
Ihsanuddin. (2017, 29 September). Ini Pertimbangan Hakim Cepi Batalkan Status Tersangka Setya
Novanto. http://nasional.kompas.com/read/2017/09/29/ 18430571/ini-pertim-bangan-hakim-cepi-
batalkan-status-tersangka-setya-novanto
Institute for Criminal Justice Reform (ICJR). (2016, 5 Juni). Mekanisme Praperadilan harus direfor
masi Total, Perma 4 Tahun 2016 Belum Komprehensif Mengatur Soal Praperadilan. http://icjr.
or.id/mekanisme-praperadilan-harus-di-reforma si-total-perma-4-tahun-2016-belum-kom
prehensif-mengatur-soalpraperadilan.
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia. (2015, April 28). Penetapan Tersangka Masuk Lingkup
Praperadilan. http://www.mahkamahkonstitusi.go.id/index.php page=web.Berita&id=10796#.
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia.(2017, 10 Oktober). MK: Tolak Permohonan
Uji Aturan Banding terhadap Putusan Praperadilan. http://www.mahkamahkonstitusi.go.id/
index.php?page=web.Berita&id=14037#.WgDbWWSXc2w
Masih Pentingnya Mendorong Konsep Hakim Komisaris. (2009, 15 Februari). http://www.hukumon
line.com/berita/baca/hol21203/masih-pentingnya-mendorong-konsep-hakim-komisaris 2017.
Muhtarom, Iqbal. (2017, 10 Oktober). MK: Penyidik Bisa Terbitkan Sprindik Baru Setelah
Praperadilan. https://nasional.tempo.co/read/1023670/mk-penyidik-bisa-terbitkan-sprindik-
baru-setelah-praperadilan.
Nadlir, Moh. (2017, 30 September) ICW Kemukakan 6 Kejanggalan Putusan Hakim Praperadilan
Setya Novanto. http://nasional.kompas.com/read/2017/09/30/
06581381/icw-kemukakan-6-kejanggalan-putusan-hakim-praperadilan-setya-novanto.
Pramesti, Tri Jata Ayu. (2015, 26 Agustus). Hakim Tunggal dan Objek Praperadilan Pasca-Putusan MK.
http://www.hukumon(seline.com/klinik/detail/ lt55dbbb824661d/hakim-tunggal-dan-objek-
praperadilan-pasca-putusan-mk.
Sahbani, Agus. (2016, 25 April). Catat!! Perma Ini Larang PK atas Putusan Praperadilan. http://www.
hukumonline.com/berita/baca/lt571de3941949f/ catat-perma-ini-larang-pk-atas-putusan-
praperadilan.

Buku Informasi - Modul KUHAP 74


TENTANG PENULIS

Paku Utama lahir di Jakarta, memperoleh gelar sarjana hukum pada Fakultas Hukum Universitas
Indonesia tahun 2008. Master Hukum (LLM) pada Western Cape University, Afrika Selatan, dan
Humboldt University, Jerman, diperolehnya pada tahun 2012. Ph.D dari China University of Political
Science and Law, Cina, diperolehnya pada tahun 2016. Fokus penelitian penulis adalah asset recovery
(pemulihan aset) dan pencucian uang.

75 Buku Informasi - Modul KUHAP

Anda mungkin juga menyukai