Anda di halaman 1dari 175

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

JENIS-JENIS TINDAK TUTUR DAN MAKNA PRAGMATIK


BAHASA GURU PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
DI SMA NEGERI 1 KARANGREJA KABUPATEN PURBALINGGA
TAHUN AJARAN 2016/2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh:
Hanim Mawar Andini
NIM: 131224069

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA


JURUSAN PENIDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017

i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MOTTO

“Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia maka wajib

baginya memiliki ilmu, barang siapa yang menghendaki kehidupan

Akhirat, maka wajib baginya memiliki ilmu, dan barang siapa

menghendaki keduanya maka wajib baginya memiliki ilmu.”

{HR. Turmudzi}

“Mereka yang bermental kaya, mampu hidup dalam kesederhanaan.”

{Anonim}

iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN

Allhamdulilah, skripsi ini saya persembahkan kepada:

ALLAH S.W.T

Yang telah memberikan rahmat, berkah, kesabaran, kekuatan, dan karunia-Nya untuk

mewujudkan doa-doa serta harapanku sehingga dapat mencapai keberhasilan ini.

Kedua Orang Tuaku yang Tercinta

Wartoyo, S.Pd. dan Tusmaenatun

Yang dengan tulus memberikan doa-doa, motivasi, serta dukungan baik metal maupun

materi, sehingga aku dapat sampai pada tahap ini.

Adikku Tersayang

Inayah Sukma Wardhani

Terima kasih telah menghibur dikala jenuh dan memberikan semangat yang tiada batas,

sehingga pada akhirnya mba dapat menyelesaikan skripsi ini

Sahabat-sahabatku Terkasih

Uswatun Khasanah, Antonius Mili, Anastasia Indriyati, Muhammad Fauzi Lestari,

Devina Alianto, Jenilda Rosana Louis, F.X Dwi Pamungkas, Yulius Anggeh, Rosalina

Ninda Karisa, Yusinta Muliati, Renita Tri Ekmawati, dan Gabriella Ayu Pertiwi.

Terima kasih atas saran, semangat, bantuan, dan kesetiaan kalian sampai detik ini,

esok, dan selamanya.

Kekasihku

Muhammad Fauzi Lestari

Almamater Tercinta

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sungguh-sungguh bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan di

dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya penulisan karya ilmiah.

Yogyakarta, 20 November 2017

Penulis

Hanim Mawar Andini

vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH


UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Unuversitas Sanata Dharma:
Nama : Hanim Mawar Andini
Nomor Mahasiswa : 131224069

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan


Universitas Sanata Dharma Yogyakarta karya ilmiah saya yang berjudul:

JENIS-JENIS TINDAK TUTUR DAN MAKNA PRAGMATIK


BAHASA GURU PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
DI SMA NEGERI 1 KARANGREJA KABUPATEN PURBALINGGA
TAHUN AJARAN 2016/2017

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma


hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam
bentuk pangkalan data, mendistrbusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di
internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya
maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta,
Pada tanggal, 20 November 2017

Yang menyatakan,

Hanim Mawar Andini

vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK
Andini, Hanim Mawar. 2017. Jenis-jenis Tindak Tutur dan Makna Pragmatik
Bahasa Guru pada Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1
Karangreja Kabupaten Purbalingga Tahun Ajaran 2016/2017. Skripsi.
Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP, USD.
Penelitian ini memaparkan mengenai jenis-jenis tindak tutur bahasa guru
serta makna pragmatik yang terdapat dalam tuturan guru pada pembelajaran
Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Karangreja tahun ajaran 2016/2017. Sumber
data dalam penelitian ini adalah guru pada pembelajaran Bahasa Indonesia di
SMA Negeri 1 Karangreja. Data penelitian berupa tuturan yang digunakan guru
kepada siswa pada pembelajaran Bahasa Indonesia, yang terkumpul pada bulan
Mei-Juni 2017 berjumlah 93 tuturan. Jenis penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode
simak. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik
rekam dan catat. Peneliti mengumpulkan tuturan-tuturan guru pada pembelajaran
Bahasa Indonesia dan kemudian melakukan klasifikasi atau pengelompokan
berdasarkan jenis tindak tutur dan makna pragmatiknya. Data dalam penelitian ini
dianalisis menggunakan teknik analisis padan ekstralingual, seperti
menghubungkan masalah bahasa dengan hal yang berada di luar bahasa.
Hasil penelitian ini menemukan beberapa jenis tindak tutur yang
digunakan dalam tuturan guru pada pembelajaran Bahasa Indonesia, yaitu tindak
tutur langsung, tindak tutur tidak langsung, tindak tutur tidak literal, tindak tutur
langsung literal, dan tindak tutur tidak langsung literal. Adapun jenis tindak tutur
yang paling dominan sering muncul dari tuturan guru adalah tindak tutur langsung
dan tindak tutur tidak langsung literal. Kedua jenis tindak tutur ini paling
menonjol dan banyak digunakan guru dalam pembelajaran untuk bertanya,
memerintah, menginformasikan, serta bertanya dengan maksud memerintah, dan
menginformasikan dengan maksud menyuruh kepada siswa.
Makna pragmatik yang sering muncul dalam tuturan guru pada
pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Karangreja, yaitu makna
perintah. Selain itu makna pragmatik lainnya seperti sapaan biasanya diutarakan
sebelum pembelajaran, teguran untuk siswa yang ribut di kelas, nasihat,
klarifikasi, suruhan, pujian, peringatan, sindiran, dan saran juga muncul dalam
tuturan guru.
Kata kunci: jenis-jenis tindak tutur, pragmatik, bahasa guru.

viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT

Andini, Hanim Mawar. 2017. The Types of Speech Act and Teachers’ Language
Pragmatic Meaning in Indonesian Language Learning in Senior High
School 1 Karangreja School Year 2016/2017. Thesis. Yogyakarta:
PBSI, JPBS, FKIP, USD.

This research explains about the types of teachers’ speech act along with
pragmatic meaning implied in teachers’ speech during Indonesian language
subject in Senior High School 1 Karangreja school year 2016/2017. The data
source in this research is a teacher in the learning of Indonesian language in
Senior High School 1 Karangreja. The data of this research is in the form of
speeches that are used by the teacher to the students in Indonesian language
learning. The collected data in May-June add up to 93 speeches. The type of this
research is qualitative descriptive. The method of data-gathering in this research
uses refer method. The recording technique was used rewrite an object in the
froms of speech act used in the teacher’s speech in Indonesian language learning.
The researcher collects the teacher’s speeches in Indonesian language learning
and classifies or groups them based on the types of the speech act and their
pragmatic meaning. To analyze the data, the researcher used extra-lingual
comparing method, namely a method used to analyze extra-lingual element, such
as connecting language matter with other matters outside language matter.
Findings from this research found several types of speech act used in the
teacher’s speech in Indonesian language learning, which are direct speech act,
indirect speech act, literal speech act, literal direct speech act, and literal indirect
speech act. As for the most dominant and often-showing speech act is the direct
speech act and literal indirect speech act. These two types of speech act are the
most prominent and the most often to be used by the teacher in the learning for
asking, instructing, informing, and asking which intend to instruct, and informing
which intend to order the students.
Findings from this research found pragmatic meanings that often show in
teacher’s speech act in Indonesian language learning in Senior High School 1
Karangreja is instructive meaning. Besides, other pragmatic meaning such as
greetings are usually expressed before the learning activity, admonition for
students who are noisy in the class, advice, clarification, errand, compliment,
warning, sarcasm, and suggestion are also found in the teacher’s speech act as
well.
Keywords: types of speech act, pragmatic, teachers’ language.

ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah S.W.T Yang Mahakuasa

atas berkah dan rahmat-Nya yang melimpah, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul Jenis-jenis Tindak Tutur dan Makna

Pragmatik Bahasa Guru pada Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA Negeri

1 Karangreja Kabupaten Purbalingga Tahun Ajaran 2016/2017 dengan baik

dan lancar. Tugas akhir dalam bentuk skripsi ini merupakan salah satu syarat

untuk menyelesaikan studi strata satu dan meraih gelar sarjana pendidikan sesuai

dengan kurikulum Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia (PBSI),

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Sanata Dharma

(USD) Yogyakarta.

Penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik dan lancar berkat

bantuan, doa, dukungan, dean kerja sama dengan berbagai pihak. Oleh karena itu,

penulis mengucapkan terima kasih yang berlimpah kepada:

1. Allah S.W.T

2. Rohandi, Ph. D., selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., selaku Ketua Program studi Pendidikan

Bahasa Sastra Indonesia yang telah dengan setia mendampingi dan

mendukung penulis secara akademis selama penulis menempuh pendidikan di

Program Studi Pendidikan Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

4. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum., selaku dosen pembimbing, atas ketulusan

hati meluangkan waktu untuk membimbing, memberi solusi dan masukan,

x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

semangat, pengertian, kesabaran, serta membagikan ide-ide dan memotivasi

kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

5. Dr. Yuliana Setyaningsih, M.Pd., selaku triangulator yang bersedia

meluangkan waktu untuk membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir

ini.

6. Para dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia yang telah memberi

dan mengajarkan banyak ilmu bahasa Indonesia kepada penulis, sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.

7. Theresia Rusmiati, pegawai sekretariat Program Studi PBSI yang telah

membantu dan melayani penulis dalam mengurusi berbagai hal yang

berhubungan dengan skripsi ini.

8. Jokowi, S.Pd., selaku kepala SMA Negeri 1 Karangreja yang sudah

memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian, sehingga penulis

dapat menyelesikan skripsi ini dengan lancar.

9. Mulasih Tary, S.Pd., M.Hum., dan Indra, S.Pd., selaku guru mata pelajaran

Bahasa Indonesia yang bersedia dijadikan sebagai objek penelitian oleh

penulis, serta ikut mendukung, memberi saran dan motivasi kepada penulis

dalam merampungkan penulisan skripsi ini.

10. Arisatun Manfangati, S.Pd., selaku guru BK di SMA Negeri 1 Karangreja

yang selalu mendukung, membantu, dan menemani penulis selama penelitian

di sekolah.

xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11. Bapak, Ibu, Budhe, Uwa, adik dan semua keluarga yang telah mendukung

dalam doa dan selalu memberi motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan

studi dan sampai pada penyelesaian skripsi ini.

12. Teman-teman PBSI angkatan 2013 kelas A dan B yang telah memberi

semangat, menyumbangkan ide-ide cemerlang, dan mendoakan bagi penulis

dalam merampungkan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih memiliki kekurangan

dan keterbatasan. Akhirnya, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang

membangun demi penyempurnaan skripsi ini di masa mendatang.

Yogyakarta, 20 November 2017

Penulis

Hanim Mawar Andini

xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................................... iii
MOTO ................................................................................................................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS .............................................................. vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .......................................................... vii
ABSTRAK ......................................................................................................................... viii
ABSTRACT ........................................................................................................................ ix
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... x
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1


1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................................... 1
1.2.Rumusan Masalah ........................................................................................................ 5
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................................................... 6
1.5 Batasan Istilah .............................................................................................................. 7
1.6 Sistematika Penyajian .................................................................................................. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 9


2.1Penelitian Relevan.......................................................................................................... 9
2.2 Landasan Teori .............................................................................................................. 11
2.2.1 Pragmatik ......................................................................................................... 11
2.2.2 Lingkup Pragmatik .......................................................................................... 12
2.2.2.1 Praanggapan ........................................................................................ 13
2.2.2.2 Tindak Tutur ........................................................................................ 14
2.2.2.3 Entailment ........................................................................................... 14

xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2.2.3 Tindak Tutur sebagai Bagian dari Lingkup Kajian Pragmatik ........................ 15

2.2.4 Tindak Tutur .................................................................................................... 16


2.2.4.1 Tindak Lokusi ..................................................................................... 17
2.2.4.2 Tindak Ilokusi ..................................................................................... 18
2.2.4.3 Tindak Perlokusi ................................................................................. 19
2.2.5 Klasifikasi Tindak Tutur .................................................................................. 20
2.2.5.1 Asertif ................................................................................................... 21
2.2.5.2 Direktif ................................................................................................. 21
2.2.5.3 Komisif ................................................................................................. 21
2.2.5.4 Ekspresif ............................................................................................... 21
2.2.5.5 Deklaratif.............................................................................................. 21
2.2.6 Jenis-jenis Tindak Tutur .................................................................................. 22
2.2.6.1 Tindak Tutur Langsung ....................................................................... 22
2.2.6.2 Tindak Tutur Tidak Langsung ............................................................ 24
2.2.6.3 Tindak Tutur Literal ............................................................................. 25
2.2.6.4 Tindak Tutur Tidak Literal................................................................... 26
2.2.6.5 Tindak Tutur Langsung Literal ............................................................ 26
2.2.6.6 Tindak Tutur Tidak Langsung Literal ................................................. 27
2.2.6.7 Tindak Tutur Langsung Tidak Literal ................................................. 27
2.2.6.8 Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal ...................................... 28
2.2.7 Fungsi Tindak Tutur ........................................................................................ 29
2.2.8 Konteks Pragmatik .......................................................................................... 30
2.2.9 Tindak Tutur dalam Interaksi Belajar Mengajar .............................................. 37
2.3 Kerangka Berpikir ........................................................................................................ 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...................................................................... 42


3.1 Jenis Penelitian ............................................................................................................. 42
3.2 Sumber Data, Data, dan Objek Penelitian..................................................................... 43
3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 43
3.4 Metode dan Teknik Analisis Data ............................................................................... 44

xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3.5 Triangulasi Data ........................................................................................................... 46


BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................................. 48
4.1 Deskripsi Data .............................................................................................................. 48
4.2 Hasil Analisis Data........................................................................................................ 54
4.2.1 Jenis-jenis Tindak Tutur Bahasa Guru pada Pembelajaran Bahasa
Indonesia ....................................................................................................................... 55
4.2.1.1 Tindak Tutur Langsung ....................................................................... 55
4.2.1.2 Tindak Tutur Tidak Langsung ............................................................ 58
4.2.1.3 Tindak Tutur Tidak Literal................................................................... 60
4.2.1.4 Tindak Tutur Langsung Literal ............................................................ 61
4.2.1.5 Tindak Tutur Tidak Langsung Literal .................................................. 64
4.2.2 Makna Pragmatik dalam Tindak Tutur Bahasa Guru pada Pembelajaran
Bahasa Indonesia ................................................................................................. 67
4.2.2.1 Perintah ............................................................................................... 68
4.2.2.2 Sapaan ................................................................................................. 69
4.2.2.3 Teguran ................................................................................................ 70
4.2.2.4 Suruhan ................................................................................................ 71
4.2.2.5 Pujian.................................................................................................... 72
4.2.2.6 Sindiran ............................................................................................... 73
4.2.2.7 Nasihat ................................................................................................. 74
4.2.2.8 Peringatan ............................................................................................. 75
4.2.2.9 Saran ..................................................................................................... 76
4.2.2.10 Klarifikasi ........................................................................................... 76
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................................................ 77
4.3.1 Jenis-jenis Tindak Tutur Bahasa Guru pada Pembelajaran Bahasa
Indonesia di SMA Negeri 1 Karangreja .................................................................. 79
4.3.2 Makna Pragmatik dalam Bahasa Guru pada Pembelajaran Bahasa
Indonesia di SMA Negeri 1 Karangreja .................................................................. 85

BAB V PENUTUP ............................................................................................................. 92


5.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 92

xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5.2 Saran.............................................................................................................................. 93

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 95


LAMPIRAN ...................................................................................................................... 97
A. Triangulasi
B. Surat Permohonan Izin Penelitian

xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I
PENDAHULUAN

Dalam bab pendahuluan ini akan dipaparkan mengenai: a) latar

belakang, b) rumusan masalah, c) tujuan penelitian, d) manfaat penelitian, e)

batasan istilah, dan f) sistematika penyajian. Paparan selengkapnya

disampaikan berikut ini.

1.1 Latar Belakang Masalah

Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia

dalam berinteraksi dengan orang lain. Sehubungan dengan hal ini, Chaer dan

Agustina (2004:11) berpendapat bahwa fungsi utama bahasa adalah sebagai

alat komunikasi atau alat interaksi. Melalui kegiatan berkomunikasi, setiap

penutur hendak menyampaikan tujuan dan maksud tertentu kepada mitra tutur.

Interaksi ini dilakukan oleh manusia untuk dapat menyampaikan ide, gagasan,

ataupun sebagai alat bertukar pendapat dengan orang lain.

Masyarakat menggunakan ragam bahasa yang bervariasi dalam proses

interaksinya dengan orang lain. Pengertian ragam bahasa yaitu penelitian pada

segi keistimewaan sebuah bahasa yang berbeda secara sistematis, sama ketika

kita membandingkan group kelompok penutur yang berbeda atau penutur yang

sama pada keadaan yang berbeda (Frank, 2005:134). Ragam bahasa itu sendiri

dalam bahasa Indonesia dibagi menjadi tiga jenis yaitu berdasarkan media, cara

pandang tutur, dan topik pembicaraan. Pada saat ini, banyak masyarakat yang

mengalami perubahan dan begitu juga dengan ragam bahasa. Agar banyaknya

1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ragam tidak mengurangi fungsinya, dalam bahasa timbul mekanisme untuk

memilih variasi tertentu yang cocok untuk keperluan (Sabariyanto, 2000).

Penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi juga sangat penting dalam

penerapannya ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung di dalam kelas.

Peran guru menggunakan bahasa dalam proses pembelajaran sangat

mempengaruhi hasil penerimaan siswa terhadap materi yang disampaikan.

Selain penggunaan bahasa yang jelas dan mudah dimengerti oleh siswa,

mengetahui tindak tutur yang disampaikan oleh guru juga sangat berpengaruh

terhadap hasil pembelajaran. Oleh karena itu, peran bahasa dalam

pembelajaran tidak dapat dipisahkan karena interaksi belajar mengajar tidak

bisa berjalan dengan lancar tanpa adaya fungsi bahasa.

Komunikasi yang terjadi di dalam kelas harus berlangsung secara

efektif dan efisien, sehingga siswa mudah menangkap maksud yang

disampaikan oleh guru. Proses komunikasi ini akan menjadi tidak efektif dan

efisien apabila bahasa yang digunakan oleh penutur tidak mampu dipahami

oleh mitra tutur.

Salah satu bentuk komunikasi dalam kehidupan sehari-hari adalah

penggunaan bahasa Indonesia dalam interaksi belajar mengajar. Melalui proses

komunikasi ini, nantinya akan memunculkan peristiwa tutur dan tindak tutur.

Tindak tutur merupakan gejala individual yang bersifat psikologis dan

keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa penutur dalam

menghadapi situasi tertentu (Chaer dan Agustina, 2004:50). Situasi ini

merupakan proses terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguistik dalam


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

suatu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua belah pihak, yaitu penutur

dan lawan tutur, dengan satu pokok tuturan, waktu, tempat dan situasi tertentu.

Peran guru merupakan hal yang sangat penting dalam proses

pembelajaran di dalam kelas. Hal ini menjadi kunci utama dalam tindak tutur

yang dilakukan oleh guru. Guru sebagai input atau sumber pembelajaran dari

siswa, baik untuk menyampaikan ataupun membimbing siswa dalam kegiatan

pembelajaran dituntut untuk dapat menyampaikan materi pembelajaran dengan

jelas dan menarik kepada siswa, sehingga pada akhirnya akan tercipta kegiatan

belajar mengajar yang menyenangkan di dalam kelas.

Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui bahwa faktor kemampuan

guru dalam melakukan tindak tutur di dalam kelas sangat berpengaruh terhadap

hasil belajar siswa. Oleh karena itu, guru harus mampu memahami semua

karakteristik pembelajaran agar interaksi belajar mengajar berlangsung efektif,

efisien, dan menyenangkan. Selain itu sebagai guru profesional, seorang guru

harus mampu melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang bersifat mendidik,

berkepribadian, dan mampu menyelesaikan permasalahan yang mungkin

muncul ketika proses kegiatan belajar mengajar berlangsung.

Kemampuan guru dalam bertindak tutur memiliki peran penting dalam

meningkatkan keterampilan berbahasa siswa dengan menggunakan bahasa

Indonesia yang baik dan benar, baik secara lisan maupun tertulis. Penggunaan

bahasa Indonesia dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas merupakan

realitas komunikasi yang berlangsung dalam interaksi kelas untuk

memperlancar proses menyampaikan materi pembelajaran.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Penggunaan bahasa ini, dibahas lebih jauh ke dalam keterampilan

komunikasi dalam segala situasi yang mendasari interaksi kebahasaan antara

manusia sebagai anggota masyarakat. Makna yang dikaji oleh pragmatik

adalah makna yang terikat konteks. Dengan kata lain, keterampilan

menggunakan bahasa dalam pembelajaran merupakan pijakan dasar terjalinnya

sebuah komunikasi sehingga tujuan berkomunikasi tersebut akan tercapai. Jika

(1) tindak tutur dan (2) teori prinsip-prinsip pragmatik dipakai sebagai basis

keterampilan berbahasa, maka prinsip-prinsip dari kedua hal ini mampu

menjadi pijakan dasar dalam menggunakan bahasa.

Belajar menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

merupakan hal yang sangat penting karena secara langsung melestarikan

bahasa tersebut. Sehubungan dengan hal itu, melalui penelitian ini akan dikaji

pemakaian tindak tutur dalam interaksi belajar mengajar mata pelajaran bahasa

Indonesia. Urgensi dari penelitian ini adalah memberikan gambaran bahwa,

pemilihan bahasa yang digunakan guru pada setiap tingkatan pendidikan dapat

berbeda karena disesuaikan dengan pemahaman siswa. Pemilihan kata yang

digunakan untuk berinteraksi dengan siswa SD tentu akan berbeda dengan

siswa SMP, SMA, dan perguruan tinggi. Dengan demikian, seorang guru

diharuskan untuk memiliki pengetahuan bahasa yang baik, ketika berinteraksi

dengan siswa. Penulis memilih tempat penelitian di SMA N 1 Karangreja

karena penulis bermaksud mengetahui secara langsung bagaimana pemakaian

tindak tutur dalam interaksi belajar mengajar di sekolah tersebut.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka peneliti

mengangkat judul “Jenis-jenis Tindak Tutur dan Makna Pragmatik Bahasa

Guru pada Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Karangreja

Kabupaten Purbalingga Tahun Ajaran 2016/2017.”

1.2 Rumusan Masalah

Masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Jenis-jenis tindak tutur apa saja yang terdapat dalam bahasa guru pada

pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Karangreja tahun

ajaran 2016/2017?

2. Makna pragmatik apa sajakah yang muncul dalam bahasa guru pada

pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Karangreja tahun

ajaran 2016/2017?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini

dirumuskan sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan jenis-jenis tindak tutur yang terdapat dalam bahasa

guru pada pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1

Karangreja tahun ajaran 2016/2017.

2. Mendeskripsikan makna pragmatik yang muncul dalam bahasa guru

pada pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Karangreja

tahun ajaran 2016/2017.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat, baik

manfaat secara teoretis maupun manfaat praktis.

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan teoretis untuk

pembelajaran kesantunan tindak tutur guru dalam konteks proses

pembelajaran bahasa Indonesia serta memberikan sumbangsih positif

terhadap perkembangan keilmuan, khususnya dalam bidang pragmatik.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

bagi berbagai pihak yang terkait, yaitu:

a. Bagi guru bahasa Indonesia di SMA, sebagai bahan referensi pada

pembelajaran dalam bertindak tutur di dalam kelas.

b. Bagi penelitian bahasa, sebagai bahan rujukan dan bandingan

untuk penelitian bahasa, khususnya pragmatik.

c. Bagi pembaca umumnya, sebagai bahan tambahan wawasan dan

pengetahuan dibidang bahasa, khususnya mengenai kemampuan

penggunaan tindak tutur guru dalam proses pembelajaran Bahasa

Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1.5 Batasan Istilah

Penelitian ini menggunakan beberapa istilah yang sering muncul. Oleh

karena itu, penting adanya pengertian dari setiap istilah yang mampu

mencakup seluruh materi penelitian ini. Pembatasan istilah ini dimaksudkan

supaya mampu memberikan definisi rinci yang jelas sehingga dalam

penyajiannya dapat memberikan gambaran secara terperinci. Adapun beberapa

istilah yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

1. Pragmatik adalah studi tentang makna kontekstual. Teori ini

dikutip dari Yule (1996:3) yang mengatakan bahwa “Pragmatics is

the study of contextual meaning”.

2. Tindak tutur adalah kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh

manusia untuk menyampaikan makna dan tujuan penggunaan

bahasa guna menghadapi situasi tertentu.

3. Jenis-jenis tindak tutur adalah jenis tindakan yang berkaitan

dengan ujaran (Austin (1968:94-17).

4. Konteks adalah segenap informasi yang berbeda di sekitar

pemakaian bahasa.

5. Guru adalah orang yang diserahi tanggung jawab sebagai pendidik

di lingkungan sekolah (Purwanto, 1997:93).

6. Bahasa adalah sistem simbol bunyi yang bermakna dan

berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap), bersifat arbitrer

konvensional, serta dipakai sebagai alat untuk berkomunikasi oleh


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

sekelompok manusia untuk melahirkan perasaan dan pikiran

(Wibowo, 2001:3).

1.6 Sistematika Penyajian

Sistematika penyajian ini terdiri atas Bab I, II. III, IV, dan V. Bab I

adalah pendahuluan. Bab ini mengkaji latar belakang penelitian, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika

penyajian.

Bab II adalah kerangka teori. Bab ini berisi seputar tinjauan terhadap

penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh

peneliti dan landasan teori, dalam pembahasan landasan teori berisi teori yang

mendasari penulisan dalam melakukan penelitian.

Bab III adalah metode penelitian. Bab ini membahas tentang jenis

penelitian, sumber data, data, objek penelitian, metode dan teknik

pengumpulan data, metode dan teknik analisis data, serta triangulasi data.

Bab IV yaitu hasil penelitian dan pembahasan. Bab ini berisi tentang

analisis dan data pembahasan. Bab ini menguraikan deskripsi data dan

pembahasan hasil data sesuai dengan rumusan masalah yang sudah ditentukan.

Bab V berisi kesimpulan dan saran.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab kajian teori ini akan dipaparkan: 1) penelitian yang relevan,

2) landasan teori meliputi: pragmatik, lingkup kajian pragmatik, tindak tutur

sebagai bagian dari lingkup kajian pragmatik, tindak tutur, klasifikasi tindak

tutur, jenis-jenis tindak tutur, fungsi tindak tutur, konteks, tindak tutur dalam

interaksi belajar mengajar, dan 3) kerangka berpikir. Ketiga hal ini akan

dipaparkan subbab berikut ini.

2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan

Penelitian ini relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sutik

Susmiati (2012) dengan judul Tindak Tutur Ekspresif Guru terhadap Siswa

dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas VIII SMP Negeri 7 Jember.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Iwan Khairi Yahya (2013) dengan

judul Tindak Tutur Direktif Dalam Interaksi Belajar Mengajar Mata Pelajaran

Bahasa dan Sastra Indonesia Di SMA Negeri 1 Mlati Sleman Yogyakarta.

Hasil penelitian yang didapatkan dari penelitian Sutik Susmiati (2012)

adalah ditemukannya fungsi tindak tutur ekspresif guru antara lain: fungsi

sapaan, fungsi mengungkapkan rasa marah, fungsi menegur, fungsi

menyindir, fungsi mengeluh, fungsi menyalahkan, fungsi mengkritik, fungsi

mencurigai, fungsi memuji, fungsi mengucapkan selamat, fungsi

mengucapkan terima kasih, dan fungsi mengungkapkan kekecewaan. Selain

itu ditemukan juga perlokusi yang ditimbulkan oleh tindak tutur ekspresif

9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

guru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia ditemukan 6 efek perlokusi,

antara lain: modus deklaratif, modus optative, modus imperative, modus

interogatif, modus obligatif, dan modus desiratif.

Hasil penelitian yang didapatkan dari penelitian Iwan Khairi Yahya

(2013) menunjukkan bahwa penggunaan jenis pertanyaan dan fungsi bertanya

lebih banyak digunakan, apabila dibandingkan dengan penggunaan jenis dan

fungsi tindak tutur direktif yang lain dengan jumlah 315 tuturan dari jumlah

826 tuturan direktif. Jenis tindak tutur direktif yang ditemukan meliputi jenis

permintaan, pertanyaan, larangan, pemberian izin, nasihat, sedangkan fungsi

tindak tutur direktif yang ditemukan meliputi fungsi meminta, memohon,

berdoa, bertanya, menginterogasi, mengisntruksikan, menghendaki,

menuntut, mengarahkan, membolehkan, melarang, membataasi, menyetujui,

menganugrahi, memaafkan, membolehkan, menyarankan, meminta, dan

menuntut.

Penelitian yang dilakukan oleh Sutik Susmiati (2012) dan Iwan Khairi

Yahya (2013) meneliti tindak tutur dengan kajian pragmatik. Hal yang

membedakan dua pihak tersebut dengan penelitian ini terletak pada objek

penelitian. Sutik Susmiati menekankan pada jenis ekspresif tindak tutur guru,

sedangkan Iwan Khairi Yahya menekankan pada jenis direktif tindak tutur

guru. Oleh karena itu, peneliti mencoba melakukan penelitian yang lebih

mendalam terkait dengan penggunaan tindak tutur guru secara menyeluruh,

tidak hanya mengacu pada satu jenis tindak tutur sehingga mampu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

mendeskripsikan secara jelas makna dan jenis tindak tutur apa sajakah yang

digunakan guru dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia.

2.2 Landasan Teori

Untuk mendukung pembuatan skripsi ini, maka perlu dikemukakan

hal- hal atau teori-teori yang berkaitan dengan permasalah dan ruang lingkup

pembahasan sebagai landasan dalam penyususnan skripsi. Pada Bab ini akan

dijelaskan beberapa pengertian mengenai teori pragmatik dan teori

pendukung lainnya menurut para pakar dari berbagai sumber.

2.2.1 Pragmatik

Pembelajaran bahasa yang digunakan dalam komunikasi, dan

bagaimana menyelidiki makna sebagai konteks, bukan sebagai suatu yang

abstrak dalam komunikasi merupakan pengertian pragmatik yang

dikemukakan oleh Leech (1993:5). Hal senada dikemukakan oleh Nadar

(2009:2) pragmatik merupakan cabang linguistik yang mempelajari bahasa

yang digunakan untuk berkomunikasi dalam situasi tertentu. Berbicara

mengenai pragmatik, erat hubungannya dengan konteks. Hal ini diperjelas

oleh Rohmadi (2004:2) yang menyatakan bahwa pragmatik merupakan studi

kebahasaan yang terikat konteks. Konteks memiliki peran yang kuat dalam

menentukan maksud penutur dalam berinteraksi dengan lawan tutur.

Sehubungan dengan hal tersebut, Yule (2006:3) mendefinisikan

pragmatik sebagai studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur

(penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (pembaca). Studi ini berhubungan

dengan analisis–analisis tentang apa yang dimaksudkan orang dengan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

tuturan–tuturannya daripada dengan makna terpisah dari kata atau frasa yang

digunakan dalam tuturan itu sendiri.

Dalam tujuan penerapannya, pragmatik merupakan telaah secara

umum mengenai bagaimanakonteks mempengaruhi cara untuk menafsirkan

kalimat, Tarigan (1986:34). Hal ini diperjelas lagi dengan pendapat Wijana

(1996:2) yang menjelaskan bahwa pragmatik sebagai cabang ilmu bahasa

yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana suatu

kebahasaan digunakan dalam komunikasi. Sehingga makna yang dikaji dalam

pragmatik adalah makna yang terikat konteks atau dengan kata lain mengkaji

maksud penutur.

Dari beberapa pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa secara

garis besar definisi pragmatik sangat berkaitan erat dengan bahasa dan

konteks. Selain itu, pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mengkaji

penutur untuk menyesuaikan kalimat yang diujarkan sesuai dengan

konteksnya, sehingga komunikasi dapat berjalan dengan lancar. Dalam hal

ini, perlu dipahami bahwa kemampuan berbahasa yang baik tidak hanya

terletak pada kesesuaian aturan gramatikal tetapi juga aturan secara

pragmatik.

2.2.2 Lingkup Kajian Pragmatik

Sebelum mengenal kajian pragmatik lebih detail yang berhubungan

dengan tindak tutur sebagai aspek utama penelitian yang dilaksanakan, perlu

juga mempelajarai dan memahami lingkup kajian pragmatik, yaitu: (a)


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

Praanggapan, (b) Tindak tutur, (c) Entailment. Adapun di bawah ini definisi

dari beberapa ahli mengenai tiga lingkup pragmatik tersebut.

2.2.2.1 Praanggapan

Wijana (1996:63) dalam buku Dasar-dasar Pragmatik mengatakan

sebuah kalimat dapat mempresuposisikan kalimat lain jika ketidakbenaran

kalimat yang kedua (yang dipresuposisikan) mengakibatkan kalimat yang

pertama (yang mempresuposisikan) tidak dapat dikatakan benar atau salah.

Pendapat Wijana ini lebih menekankan pada posisi kalimat yang kedua

adanya kebenaran atau tidak, guna memosisikan kebenaran kalimat pertama.

Ida Bagus (2014;16) dalam buku Pragmatik mengatakan praanggapan

adalah sesuatu yang diasumsikan oleh penutur sebagai kejadian sebelum

menghasilkan tuturan.

Adapun Rahardi (2003:83) dalam buku Berkenalan dengan Ilmu

Bahasa Pragmatik mengatakan sebuah tuturan dapat dikatakan

presuposisikan atau mempraanggapkan tuturan yang lainnya, apabila ketidak

benaran tuturan yang dipraanggapkan itu mengakibatkan kebenaran

kebenaran atau ketidakbenaran tuturan tidak dapat dikatakan sama sekali.

Pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa praanggapan

adalah sesuatu yang diasumsikan oleh penutur, perihal yang dikatakannya

sudah diketahui oleh mitra tutur.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

2.2.2.2 Tindak Tutur

Chaer (1995) menyatakan tindak tutur merupakan gejala individual,

bersifat psikologis, dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan

bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Dalam tindak tutur lebih

dilihat pada makna atau arti tindakan dalam tuturannya. Tindakan dalam

tuturan akan terlihat dari makna tuturan (Rohmadi, 2010:13).

Suwito (1983) dalam Ida Bagus (2014:84) mengatakan tindak tutur

sebagai gejala individu, bersifat psikologis, dan ditentukan oleh kemampuan

bahasa penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Selanjutnya, Searle (dalam

Rohmadi, 2010:32) mengemukakan bahwa tindak tutur adalah produk atau

hasil dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan merupakan kesatuan

terkecil dari kombinasi linguistik yang dapat berwujud pernyataan,

pertanyaan perintah atau yang lainnya.

Pendapat dari para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian

tindak tutur adalah perilaku seseorang dalam bertutur bersifat psikologis yang

dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa.

2.2.2.3 Entailment

Rahardi (2003:36) berpendapat bahwa entailment adalah hubungan

antara tuturan dan maksudnya bersifat mutlak atau menjadi keharusan.

Tururan yang berbunyi Asti hamil muda, mengindikasikan bahwa wanita

yang bernama Asti itu pernah berhubungan sebadan dengan seorang pria

tertentu, sehingga dia sekarang dalam keadaan hamil muda. Dengan

demikian, Rahardi menegaskan bahwa hubungan antara tuturan dengan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

maksud tuturan pada entailment itu bersifat mutlak dan harus ada (necessary

consequence).

Bertolak dari pendapat Rahardi di atas, Ida Bagus (2014:83) juga

berpendapat serupa dengan Ragardi yakni entailment dalam hubungan antara

tuturan dan maksudnya bersifat mutlak atau menjadi keharusan. Ida Bagus

mengatakan bahwa penafsirannya harus didasarkan pada latar belakang

pengetahuan yang sama (the same background knowledge) antara penutur dan

mitra tutur terkait esuatu yang sedang diperbincangkan.

Berdasarkan pendapat kedua ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

entailment adalah hubungan antara tuturan dan maksud tuturan bersifat

mutlak atau menjadi keharusan.

2.2.3 Tindak Tutur sebagai Bagian dari Lingkup Kajian Pragmatik

Tindak tutur merupakan salah satu lingkup pragmatik yang mengkaji

bahasa dengan aspek pemakaian aktualnya. Tindak tutur pertama kali

diperkenalkan oleh Austin seorang guru besar di Universitas Harvard pada

tahun 1965. Kumpulan makalahnya yang dibukukan oleh J.O. Umson pada

tahun 1965 dengan judul How To Do Thing with Word. Teori ini baru

berkembang dan dikenal dalam dunia linguistic setelah Searle pada tahun

1969 menerbitkan buku dengan judul Speech Act and Essay in the Philosophy

of Language.

Leech (1983: 5-6) menyatakan bahwa pragmatik mempelajari maksud

ujaran (yaitu untuk apa ujaran itu dilakukan). Menanyakan apa yang

seseorang maksudkan dengan suatu tindak tutur, dan mengaitkan makna


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

dengan siapa berbicara kepada siapa, di mana, bilamana dan bagaimana.

Lebih jauh lagi, Mey menyatakan tentang pragmatik sebagai berikut.

Pragmatik is the study of the conditions of human language uses as these are

determined by the context of society (Mey dalam Rahardi 2003:15). Dari

pengertian yang disampaikan di atas, pragmatik mempunyai arti sebagai ilmu

bahasa yang mempelajari pemakaian atau penggunaan bahasa, pada dasarnya

selalu harus ditentukan oleh konteks situasi tutur di dalam masyarakat dan

wahana kebudayaan yang mewadahi serta melatarbelakanginya.

Tindak tutur dianggap sebagai hal pokok di dalam pragmatik dan juga

merupakan dasar bagi analisis topik-topik lain di bidang ini seperti

peranggapan, implikatur percakapan, prinsip kerjasama, dan prinsip

kesantunan. Tindak tutur merupakan suatu perbuatan tutur yang lebih

mengacu terhadap makna dan arti dari ucapan yang dimaksudkan oleh

penutur.

2.2.4 Tindak Tutur

Cunningsworth (dalam Tarigan, 1990:41) teori tindak tutur merupakan

teori yang memusatkan perhatian pada cara penggunaan bahasa dalam

mengkomunikasikan maksud dan tujuan sang pembicara dan juga dengan

maksud penggunaan bahasa yang dilaksanakannya. Lebih jauh lagi, tindak

tutur dan peristiwa tutur merupakan dua gejala berbahasa yang terjadi pada

suatu proses komunikasi.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

Tindak tutur merupakan sepenggal tuturan yang dihasilkan sebagai

bagian dari interaksi sosial. Hal ini disampaikan oleh Sumarsono (2009:323).

Sedangkan hal serupa juga disampaikan oleh Chaer dan Agustina (2004:50)

yang mendefinisikan tindak tutur sebagai gejala individual yang bersifat

psikologis dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa si

penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Tindak tutur ini lebih

menekankan pada makna atau arti tindakan dalam suatu tuturan.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tindak tutur

yang digunakan oleh seseorang sangat ditentukan oleh beberapa faktor,

diantaranya faktor bahasa, lawan bicara, situasi, dan struktur bahasa yang

digunakan. Dengan kata lain, tindak tutur merupakan kegiatan interaksi sosial

yang dilakukan oleh manusia untuk menyampaikan makna dan tujuan

penggunaan bahasa guna menghadapi situasi tertentu.

Searle di dalam bukunya Speech Acts Essay in The Philosophy of

Language (1969, 23-24) mengemukakan bahwa secara pragmatis setidak-

tidaknya ada tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur,

yakni tindak lokusi (locutionary act), tindak ilokusi (ilocutionary act), dan

tindak perlokusi (perlocutionary act). Berikut penjelasan ketiga tindak tutur

tersebut:

2.2.4.1 Tindak Lokusi

Tindak lokusi adalah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu. Tindak

tutur ini disebut sebagai The Act of Saying Something (Wijana, 1996:17).

Tindak tutur lokusi merupakan jenis tindak tutur yang menyatakan sesuatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

dalam arti “berkata” atau tindak tutur dalam bentuk kalimat yang bermakna

dan dapat dipahami (Chaer dan Agustina, 2004:53).

Selanjutnya menurut Yule (2006:83) tindak lokusi merupakan tindak

dasar tuturan atau menghasilkan suatu ungkapan linguistik ysng bermakna.

Lebih jauh lagi Searle (dalam Rahardi, 2005:35) menyatakan tindak

lokusioner adalah tindak bertutur dengan kata, frasa, dan kalimat sesuai

dengan makna yang dikandung oleh kata, frasa, dan kalimat itu.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpukan bahwa pada dasarnya

dalam bentuk lokusi ini tidak dipermasalahkan lagi fungsi tuturannya karena

makna yang dimaksudkan adalah memang benar makna yang terdapat pada

kalimat yang diujarkan. Sebagai contoh adalah kalimat berikut:

1. Universitas Sanata Dharma terletak di Yogyakarta.

2. Chairil Anwar adalah seorang penulis puisi.

Kalimat (1) dan (2) diutarakan oleh penuturnya semata-mata untuk

menginformasikan sesuatu tanpa tendensi untuk melakukan sesuatu, apalagi

untuk mempengaruhi lawan tuturnya. Informasi yang diutarakan adalah

dimana letak Universitas Sanata Dharma, dan siapa Chairil Anwar.

2.2.4.2 Tindak Ilokusi

Nadar (2009:14) Ilokusi adalah tindakan apa yang ingin dicapai oleh

penuturnya pada waktu menuturkan sesuatu dan dapat merupakan tindakan

menyatakan berjanji, minta maaf, mengancam, meramalkan, memerintah,

meminta dan lain sebagainya. Hal senada juga diungkapkan oleh Wijana

(1996:18) tindak ilokusi merupakan sebuah tuturan selain berfungsi untuk


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

mengatakan atau menginformasikan sesuatu, dapat juga digunakan untuk

melakukan sesuatu disebut sebagai The Act of Doing Something.

Tindak tutur ilokusi ini biasanya berkenaan dengan pemberian izin,

mengucapkan terima kasih, menyuruh, menawarkan, dan menjanjikan (Chaer

dan Agustina, 2004:53). Selanjutnya Searle (dalam Rahardi, 2003:72)

menggolongkan tindak tutur ilokusi dalam aktifitas bertutur itu ke dalam lima

macam bentuk tuturan yang masing–masing memiliki fungsi komunikatifnya

sendiri-sendiri antara lain asertif, direktif, ekspresif, komisif, dan deklarasi.

Dengan demikian dapat diartikan bahwa tindakan ilokusi tidak hanya

bermakna untuk menginformasukan sesuatu tetapi juga mengacu untuk

melakukan sesuatu sejauh situasi tuturnya dipertimbangkan secara seksama.

Contoh: 1. Minggu depan UKK

Kalimat (1) bila diucapkan oleh seorang guru kepada siswanya, tidak

hanya berfungsi untuk membawa informasi, tetapi untuk memberi perintah

agar lawan tuturnya (siswa) mempersiapkan diri.

2.2.4.3 Tindak Perlokusi

Wijana (1996:20) tindak tutur perlokusi merupakan sebuah tuturan

yang diutarakan oleh seseorang seringkali mempunyai daya pengaruh

(perlocutionary force), atau efek bagi yang mendengarkannya. Hal yang sama

juga disampaikan oleh Chaer dan Agustina (2004:53) tindak tutur perlokusi

adalah tindak tutur yang berkenaan dengan adanya ucapan orang lain

sehubungan dengan sikap dan perilaku non-linguistic dari orang lain.

Pendapat yang lain mengenai tindak perlokusi menurut Darmansyah


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

(1989:89) tindak perlokusi menyangkut konsekuensi atau efek yang mungkin

ditimbulkan oleh tindak ucap pembicaraan terhadap pikiran, perasaan, dan

kepercayaan pendengar.

Lebih jauh lagi, dilihat dari tujuan pengutaraannya. Rohmadi

(2004:31) berpendapat bahwa tindak tutur perlokusi adalah tindak tutur yang

pengutaraannya dimaksudkan untuk mempengaruhi lawan tuturnya. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa tindak tutur perlokusi adalah tindak tutur

yang memiliki makna untuk mempengaruhi pendengarnya atau dimaksudkan

untuk mempengaruhi lawan tutur. Untuk jelasnya perhatikan contoh kalimat

1. Ban motornya bocor.

Kalimat (1) diutarakan oleh mahasiswa kepada doesennya karena

terlambat masuk kelas, kalimat ini merupakan tindak ilokusi untuk memohon

maaf, dan perlokusi (efek) yang diharapkan adalah dosen dapat

memakluminya.

2.2.5 Klasifikasi Tindak Tutur

Bertolak dari pengertian tindak tutur dari beberapa ahli bahasa

mengenai tiga jenis tindak tutur, yaitu lokusi, ilokusi, dan perlokusi di atas,

ada beberapa jenis lagi tindak tutur menurut Sarle dalam Leech (1963: 163)

mengklasifikasikan tindak ilokusi berdasarkan pada beberapa kriteria sebagai

berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

2.2.5.1 Asertif

Tindak tutur ini melibatkan pembicara pada kebenaran proposisi yang

diekspresikan, misalnya: menyatakan, memberitahukan, menyarankan,

membanggakan, mengeluh, menuntut, atau melaporkan.

2.2.5.2 Direktif

Tindak tutur ini dimaksudkan untuk menimbulkan beberapa efek

melalui tindakan sang penyimak, misalnya: memesan, memerintahkan,

memohon, meminta, menyarankan, menganjurkan, menasehati.

2.2.5.3 Komisif

Tindak tutur ini melibatkan pembicara pada beberapa tindakan yang

akan datang, misalnya: menjanjikan, bersumpah, menawarkan, memanjatkan

(doa).

2.2.5.4 Ekspresif

Tindak tutur ini mempunyai fungsi mengekspresikan, mengungkapkan,

atau memberitahukan sikap psikologis sang pembicara menuju suatu

pernyataan keadaan yang diperkirakan oleh ilokusi, misalnya: mengucapkan

terima kasih, mengucapkan selamat, memaafkan, mengampuni, menyalahkan,

memuji, menyatakan belasungkawa, dan sebagainya.

2.2.5.5 Deklaratif

Tindak tutur deklaratif adalah ilokusi yang bila performasinya berhasil

akan menyebabkan korespondensi yang baik antara proposisional dengan

realitas, misalnya: menyerahkan diri, memecat, membebaskan, membaptis,


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

memberi nama, mengucilkan, menunjuk, menentukan, menjatuhkan hukuman,

memvonis dan sebagainya.

2.2.6 Jenis Tindak Tutur

Bertolak dari pengertian tindak tutur dari beberapa ahli bahasa

mengenai tiga jenis tindak tutur, yaitu lokusi, ilokusi, dan perlokusi di atas,

Wijana (1996: 31-35) membagi tindak tutur berdasarkan kesesuaian maksud

pembicara dengan kata-kata yang menyusunya, yang dimaksud di sini adalah

tindak tutur literal dan non literal. Terdapat juga berbagai macam tindak tutur

lainnya yang timbul karena adanya persinggungan atau keterkaitan antara

tindak tutur langsung-tidak langsung dengan tindak tutur literal-tidak lietaral.

Berikut ini penjelasan dari berbagai bentuk tindak tutur.

2.2.6.1 Tindak Tutur Langsung

Tindak tutur langsung adalah kalimat berita yang difungsikan secara

konvensional untuk mengatakan sesuatu, kalimat tanya untuk bertanya, dan

kalimat perintah untuk menyuruh, mengajak, dan memohon (Wijana,

1996:31). Adapun Yule (2006:95) berpendapat bahwa tindak tutur langsung

memiliki hubungan langsung antara struktur dengan fungsi dalam

berkomunikasi. Struktur yang dimaksud adalah bahasa dan fungsi adalah

tujuan penuturan.

Rahardi (2003:74) berpendapat bahwa dari berbagai macam suruhan

dapat disimpulkan adanya dua hal yang amat mendasar dalam pembicaraan

tindak tutur ini, yakni: (1) adanya tuturan yang bersifat langsung dan (2)

adanya tuturan yang pada hakikatnya memang berciri tidak langsung. Tingkat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

sebuah kelangsungan sebuah tuturan dapat diukur berdasarkan besar kecilnya

jarak tempuh. Adapun yang dimaksud dengan jarak tempuh dalam hal ini

adalah jarak antara titik ilokusi yang secara konseptual berada di dalam diri si

penutur, dengan titik tujuan ilokusi yang terdapat dalam diri si mitra tutur.

Semakin jauh jarak tempuhnya, akan semakin tidak langsunglah tuturan itu.

Demikian sebaliknya, semakin dekat jarak tempuhnya akan semakin

langsunglah tuturan tersebut. Berdasarkan pendapat Rahardi, tindak tutur

langsung adalah tindak tutur yang memiliki jarak tempuh yang dekat antara

titik tolak ilokusi dan titik tujuan ilokusi. Selain itu, Rahardi (2003:75)

berpendapat bahwa tingkat kelangsungan sebuah tuturan dapat pula diukur

berdasarkan kejelasan pragmatiknya. Adapun kejelasan pragmatiknya adalah

kenyataan bahwa semakin tembus pandang maksud sebuah tuturan akan

semakin langsunglah maksud tuturan yang dimunculkan. Rahardi

menegaskan kembali bahwa kelangsungan dan tidak langsung sebuah tuturan

tergantung kejelasan pragmatik, yaitu semakin tembus pandang maksud,

semakin langsunglah sifat tuturan tersebut. Sementara semakin tidak tembus

pandang maksud sebuah tuturan, semakin tidak langsunglah sifat tuturan

tersebut.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas tentang tindak tutur langsung

dapat disimpulkan bahwa tindak tutur langsung adalah tindak tutur yang

dalam pengungkapannya secara langsung tanpa mengandung kata-kata

tersirat seperti perumpamaan, peribahasa atau kata yang mengandung kiasan

dalam bertutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

Contoh:
Konteks: dituturkan oleh seorang ibu kepada anaknya pada saat selesai
makan.
Ibu : “Nak, bawa piring-piringnya ke belakang!”
Anak : “Iya, Bu.”

Tuturan seorang ibu kepada anaknya di atas, tergolong sebagai tindak

tutur langsung karena dalam pengungkapannya secara langsung tanpa

mengandung makna-makna tersirat.

2.2.5.2 Tindak Tutur Tidak Langsung

Tindak tutur tidak langsung adalah tuturan yang diutarakan secara

tidak langsung biasanya tidak dijawab secara langsung, tetapi harus segera

dilaksanakan maksud dan terimplikasi di dalamnya (Wijana, 1996:31).

Berdasarkan pendapat Wijana, tindak tutur tidak langsung adalah suatu

tuturan yang tidak serta merta dapat dijawab langsung, harus memerhatikan

konteks untuk menangkap maksud dan impilkasinya.

Yule (2006:95) mengatakan tindak tutur tidak langsung adalah apabila

ada hubungan tidak langsung antara struktur dengan fungsi. Berdasarkan

pendapat Yule, dapat disimpulkan bahwa tindak tutur tidak langsung adalah

tidak adanya hubungan struktur dan fungsi. Struktur yang dimaksud adalah

bahasa dan fungsi adalah tujuan penuturan. Tindak tutur tidak langsung itu

harus dimaknai dengan sesuatu yang tersirat atau yang terimplikasi di

dalamnya. Makna yang demikian itu dapat diperoleh hanya dengan

melibatkan konteks situasi (Rahardi dan Cummings dalam Ida Bagus,

2014:92).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

Berdasarkan pendapat para ahli di atas tentang tindak tutur tidak

langsung dapat disimpulkan bahwa tindak tutur tidak langsung merupakan

tindak tutur yang dalam pengungkapannya secara tidak langsung dan

mengandung kata-kata tersirat seperti menggunakan peribahasa, kiasan, atau

perumpamaan dalam bertutur, sehingga mitra tutur tidak serta-merta bisa

menangkap langsung maksud tuturan dari penutur.

Contoh:
Konteks: dituturkan oleh seorang ibu kepada anaknya pada saat melihat ruang
tamu berantakan.
Ibu : “Apa tidak malu jika nanti temanmu datang ke rumah?”

Tuturan seorang ibu kepada anaknya di atas, tergolong sebagai tindak

tutur tidak langsung karena dalam pengungkapannya menggunakan kalimat

tanya, tetapi maknanya tidak sekedar untuk bertanya melainkan secara tidak

langsung memerintah anaknya untuk membersihkan ruang tamu.

2.2.5.3 Tindak Tutur Literal

Wijana (1996:32) mengatakan tindak tutur literal (literal speech act)

adalah tindak tutur yang dimaksudnya sama dengan makna kata-kata yang

menyusunnya.

Contoh:
Konteks: dituturkan oleh seorang guru kepada siswanya pada saat siswa
selesai menyapu kelas.
Guru : “Wah, kelasnya bersih sekali.”

Maksud tuturan guru di atas memang untuk memuji kelas yang bersih setelah

disapu oleh siswanya.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

Berdasarkan pendapat Wijana mengenai tindak tutur literal, dapat

disimpulkan bahwa tindak tutur literal adalah tindak tutur yang di dalamnya

memiliki kesamaan antara maksud dan makna kata yang menyusunya.

2.2.5.4 Tindak Tutur Tidak Literal

Wijana (1996:32) mengatakan tindak tutur tidak literal (nonliteral

speech act) adalah tindak tutur yang maksudnya tidak sama dengan atau

berlawanan dengan makna kata-kata yang menyusunnya.

Contoh:
Konteks: dituturkan oleh seorang guru kepada siswanya pada saat melihat
banyak kertas berserakan di dalam kelas.
Guru : “Wah, kelasnya bersih sekali.”

Maksud tuturan guru di atas ingin mengatakan bahwa kelasnya sangat kotor.

Berdasarkan pendapat Wijana mengenai tindak tutur tidak literal,

dapat disimpulkan bahwa tindak tutur tidak literal adalah tindak tutur antara

maksud dan makna kata-kata yang menyusunnya tidak sama.

Wijana (1996:33) berpendapat bahwa bila tindak tutur langsung dan

tidak langsung disinggungkan (diinterseksikan) dengan tindak tutur literal dan

tidak literal, akan didapatkan tindak tutur berikut ini:

2.2.5.5 Tindak Tutur Langsung Literal

Wijana (1996:33) berpendapat bahwa tindak tutur langsung literal

(direct literal speech act) adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus

tuturan dan makna yang sama dengan maksud pengutaraannya. Contoh: (a)

Orang itu sangat pandai. Maksudnya memberitakan orang itu sangat pandai.

(b) Buka mulutnya! Maksudnya menyuruh lawan tuturnya membuka mulut.

(c) Jam berapa sekarang? Maksudnya menanyakan pukul berapa ketika itu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

Wijana menekankan pada kesamaan antara modus tuturan dan makna dan

maksud pengutaraannya. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan

bahwa tindak tutur langsung literal adalah adanya kesesuaian antara modus

tuturan, makna dan maksud pengutaraannya.

2.2.5.6 Tindak Tutur Tidak Langsung Literal

Wijana (1996:34) berpendapat bahwa tindak tutur tidak langsung

literal (indirect literal speech act) adalah tindak tutur yang diucapkan dengan

modus kalimat yang tidak sesuai dengan maksud pengutaraannya tetapi

makna kata-kata yang menyusunnya sesuai dengan yang dimaksudkan

penutur. Contoh: (a) Lantainya kotor sekali. Maksudnya tuturan ini tidak

hanya sekedar menginformasikan tetapi terkandung maksud memerintah yang

secara tidak langsung dengan kalimat berita. (b) Dimana sepatunya?

Maksudnya memerintah untuk mengambil sepatu diungkapkan dengan

kalimat tanya. Wijana menekankan tindak tutur langsung tidak literal pada

modus kalimat yang tidak sesuai dengan maksud tetapi makna kata-kata yang

menyusunnya sama dengan maksud tuturan.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tindak tutur

tidak langsung literal merupakan tuturan yang dituturkan dengan bentuk yang

tidak sesuai dengan tindakan yang diharapkan tetapi ada kesamaan antara

makna literal dengan tindakan yang diharapkan.

2.2.5.7 Tindak Tutur Langsung Tidak Literal

Wijana (1996:34) berpendapat bahwa tindak tutur langsung tidak

literal (direct nonliteral speedh act) adalah tindak tutur yang diutarakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

dengan modus kalimat yang sesuai dengan maksud tuturan tetapi kata-kata

yang menyusunnya tidak memiliki makna yang sama dengan maksud

penuturnya. Contoh: (a) Suaramu bagus kok. Maksudnya suara lawan

tuturnya tidak bagus. (b) Kalau makan biar kelihatan sopan, buka saja

mulutmu! Maksudnya menyuruh lawan tuturnya yang mungkin dalam hal ini

anak, atau adiknya untuk menutup mulut sewaktu makan agar terlihat sopan.

Wijana membalikan dari arti tindak tutur tidak langsung literal, yaitu jika

tindak tutur tidak langsung literal tidak sesuai antara modus tuturan dan

maksud tetapi makna kata-katanya sama dengan maksud tuturan. Sebaliknya

tindak tutur langsung tidak literal, yaitu kesesuaian antara modus tuturan

dengan maksud. Namun, makna kata-kata yang menyusunnya tidak sama

dengan maksud.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tindak tutur

langsung tidak literal adalah tindak tutur yang diungkapkan sesuai dengan

tindakan, tetapi mempunyai maksud lain dari ungkapan yang dituturkan.

2.2.5.8 Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal

Wijana (1996:35) berpendapat bahwa tindak tutur tidak langsung tidak

literal (indirect nonliteral speech act) adalah tindak tutur yang diutarakan

dengan modus kalimat dan makna kalimat yang tidak sesuai dengan maksud

yang hendak diutarakan. Contoh: (a) lantainya bersih sekali. Maksudnya

menyuruh membersihkan. (b) Radionya terlalu pelan, tidak kedengaran.

Maksudnya menyuruh mengecilkan volume atau mematikan radionya supaya

tidak berisik. Wijana menekankan pada ketidaksesuaian antara modus kalimat


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

dan makna kalimat dengan maksud pengutaraannya. Maksudnya kebalikan

dari apa yang dituturkan.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tindak tutur

tidak langsung tidak literal adalah tindak tutur yang tidak sesuai antara bentuk

dan makna literal dengan tindakan atau maksud yang diharapkan.

2.2.6 Fungsi Tindak Tutur

Adapun fungsi dari tindak tutur menurut Ibrahim terbagi menjadi

enam jenis, kemudian dari tiap-tiap jenis tindak tutur direktif dibagi menjadi

beberapa fungsi yang lebih spesifik sebagai berikut:

1. Fungsi permintaan antara lain meminta, memohon, mendoa,

menekan dan mengajak. Fungsi ini digunakan untuk

mengungkapkan permintaan supaya mitra tutur ikut atau turut

serta.

2. Fungsi pertanyaan antara lain bertanya dan mengintrogasi.

Fungsi ini merupakan ungkapan meminta keterangan atau

penjelasan tentang suatu hal.

3. Fungsi perintah antara lain menghendaki, mengomando,

menuntut, mendikte, mengarahkan, menginstruksikan,

mengatur, dan mensyaratkan. Hal ini berfungsi untuk

mengekspresikan perintah atau aturan mengerjakan sesuatu.

4. Fungsi larangan antara lain melarang dan membatasi. Hal ini

berfungsi untuk mengekspresikan larangan agar mitra tutur

tidak melakukan sesuatu yang tidak diinginkan penutur.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

5. Fungsi pemberian izin antara lain menyetujui, membolehkan,

menganugerahi, dan memaafkan. Fungsi ini digunakan penutur

untuk menyatakan sepakat, setuju, dan sependapat tentang apa

yang diungkapkan oleh mitra tutur.

6. Fungsi nasihat antara lain menasehati, mengkonseling, dan

menyarankan. Ini berfungsi mengekspresikan pemberian

nasehat atau petuah terhadap kesalahan yang dilakukan oleh

mitra tutur.

2.2.7 Konteks Pragmatik

Kleden (dalam Sudaryat, 2009:141) mengatakan konteks adalah ruang

dan waktu yang spesifik yang dihadapi seseorang atau kelompok orang.

Halliday (1994:6) mengemukakan bahwa konteks adalah teks yang menyertai

teks. Artinya konteks itu hadir menyertai teks. Kemudian, Kridalaksana

(2011:134) mengartikan konteks adalah (1) aspek-aspek lingkungan fisik atau

sosial yang kait mengait dengan ujaran tertentu, (2) pengetahuan yang sama-

sama memiliki pembicara dan pendengar sehingga pendengar paham apa

yang dimaksud pembicara.

Lebih jauh lagi, menurut Brown & Yule (1983) konteks adalah

lingkungan atau keadaan tempat bahasa digunakan. Halliday & Hasan (1994)

mengatakan secara harfiah konteks berarti “something accompanying text”,

yaitu sesuatu yang inheren dan hadir bersama teks, sehingga dapat diartikan

konteks sebagai situasi atau latar terjadinya suatu komunikasi. Kemudian,

menurut Mulyana (2005: 21) konteks dapat dianggap sebagai sebab dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

alasan terjadinya suatu pembicaraan atau dialog. Segala sesuatu yang

berhubungan dengan tuturan, apakah itu berkaitan dengan arti, maksud,

maupun informasinya, sangat tergantung pada konteks yang melatarbelakangi

peristiwa tuturan itu. Pentingnya konteks dalam pragmatik ditekankan oleh

Wijana (1996: 2) menyebutkan bahwa pragmatik mengkaji makna yang

terkait konteks, sementara Searle, Kiefer dan Bierwich dalam Nadar (2009: 5)

menegaskan bahwa pragmatics is concerned with the way in which the

interpretation of syntactically defind expression depend on the particular

conditions of their use in the context (Pragmatik berkaitan dengan interpretasi

suatu ungkapan yang dibuat mengikuti aturan sintaksis tertentu dan cara

menginterpretasi ungkapan tersebut tergantung pada kondisi-kondisi khusus

pengguna ungkapan tersebut dalam konteks). Jadi, dalam melakukan studi

pragmatik ataupun bidang kajian pragmatik harus diperhatikan antara

penutur, mitra tutur, dan konteks. Ketiga hal ini tidak dapat dipisahkan dalam

studi pragmatik.

Dari berbagai pendapat di atas, tampak peran konteks dalam kajian

pragmatik. Analisis pragmatik sangat bergantung pada konteks. Dengan

konteks, petutur dapat menafsirkan tuturan penutur dalam sebuah situasi tutur

karena konsep merupakan hal yang dinamis karena pada kenyataannya dunia

selalu berubah, dalam arti luas yang memungkinkan partisipan berinteraksi

dalam proses komunikasi dan ekpresi linguistik serta interaksi mereka yang

dapat dimengerti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

Dalam buku Berkenalan dengan Ilmu Bahasa Pragmatik (Rahardi,

2003:18) menyatakan konteks situasi tuturan yang dimaksud menunjuk pada

aneka macam kemungkinan latar belakang pengetahuan (background

knowledge) yang muncul dan dimiliki bersama-sama baik oleh si penutur

maupun oleh mitra tutur, serta aspek-aspek non-kebahasaan lainnya yang

menyertai, mewadahi, serta melatarbelakangi hadirnya sebuah penuturan

tertentu. Maka dengan mendasarkan pada gagasan Leech tersebut, Wijana

(1996) dengan tegas menyatakan bahwa konteks yang semacam itu dapat

disebut juga konteks situasi pertuturan (speech situational context).

Konteks situasi penuturan menurut Geoffrey N. Leech sebagaimana

dikutip oleh Wijana (1996:10) seperti yang dikatakan di depan, dapat

mencakup aspek-aspek luar kebahasaan seperti berikut ini: (1) Penutur dan

lawan tutur, (2) Konteks tuturan, (3) Tujuan tuturan, (4) Tuturan sebagai

bentuk tindakan atau aktivitas, (5) Tuturan sebagai produk tindak verbal.

1. Penutur dan Lawan Tutur

Konsep penutur dan lawan tutur ini juga mencakup penulis dan

pembaca bila tuturan bersangkutan dikomunikasikan dengan media tulisan.

Aspek-aspek yang berkaitan dengan penutur dan lawan tutur ini adalah usia,

latar belakang sosial ekonomi, jenis kelamin, tingkat keakraban, dsb (Wijana,

1996:10). Rahardi (2003:19) menambahkan bahwa aspek-aspek yang mesti

dicermati pada diri penutur maupun mitra tutur di antaranya adalah jenis

kelamin, umur, daerah asal, dan latar belakang keluarga serta latar belakang

sosial-budaya lainnya yang dimungkinkan menjadi penentu hadirnya makna


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

sebuah tuturan. Dari kedua pendapat para ahli di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa penutur dan lawan tutur dalam berkomunkasi tidak

terlepas oleh latar belakang sosial ekonomi, jenis kelamin, dan tingkat

keakraban. Walaupun tidak menutup kemungkinan dapat juga aktivitas

komunikasi tidak terikat dari tingkat ekonomi, jenis kelamin, dan tingkat

keakraban. Tergantung situasi tuturan pada saat itu.

2. Konteks Tuturan

Konteks tuturan penelitian linguistik adalah konteks dalam semua

aspek fisik atau seting sosial yang relevan dari tuturan bersangkutan. Konteks

bersifat fisik lazim disebut koteks, sedangkan konteks seting sosial disebut

konteks. Dalam pragmatik konteks itu pada hakikatnya adalah semua latar

belakang pengetahuan (background knowledge) yang dipahami bersama oleh

penutur dan lawan tutur (Wijana, 1996:11). Wijana menekankan bahwa

konteks tuturan dipengaruhi oleh latar belakang pengetahuan. Maksudnya,

latar belakang pengetahuan memengaruhi kelancaran sebuah komunikasi.

Adapun Rahardi (2003:20) menambahkan dengan menyatakan

konteks tuturan dapat pula diartikan sebagai semua latar belakang

pengetahuan (beckground knowledge) yang diasumsikan bersama-sama

dimiliki dan dipahami bersama oleh penutur dan mitra tutur, serta yang

mendukung interpretasi mitra tutur atas apa yang dimaksudkan oleh si

penutur itu dalam keseluruhan proses bertutur. Geoffrey N. Leech (1983)

dalam Rahardi (2003:20) telah menyatakan pandangannya sebagai berikut. “I

shall consider context to be any background knowledge assumed to be shared


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

by S dan H and which contributes to H’s interpretation of what S mean by a

given uterance.” Pengetahuan dan pemahaman jati dirinya adalah semua latar

belakang pengetahuan yang sama-sama dimiliki oleh pelibat pertuturan, jelas-

jelas akan dapat membantu para pelibat pertuturan itu untuk menafsirkan

kandungan pesan atau maksud yang hendak disampaikan di dalam setiap

pertuturan. Maksud dari pendapat Rahardi adalah kelancaran dalam

interpretasi dari sebuah tuturan baik dari penutur kepada mitra tutur maupun

mitra tutur kepada penutur, dipengaruhi oleh latar belakang pengetahuan

masing-masing.

Mey dalam Nadar (2009) dan Cummings (2005) dikutip oleh Ida

Bagus (2014:94) mengemukakan bahwa konteks adalah situasi lingkungan

dalam arti luas yang memungkinkan peserta pertuturan untuk dapat

berinteraksi, dan yang membuat ujaran mereka dapat di pahami. Maksud dari

pendapat Mey adalah bahwa konteks merupakan aspek penting bagi penutur

dan mitra tutur dalam berinteraksi untuk membantu pemahaman terhadap

ujaran masing-masing.

Berdasarkan pengertian dari konteks tuturan di atas dapat disimpulkan

bahwa konteks tuturan adalah salah satu aspek yang mendukung pemahaman

atau penangkapan maksud dari sebuah tindak tutur antara penutur dan mitra

tutur dengan melihat latar belakang yang melatari peristiwa tutur antara

penutur dan mitra tutur.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

3. Tujuan Tuturan

Bentuk-bentuk tuturan yang diutarakan oleh penutur dilatarbelakangi

oleh maksud dan tujuan tertentu. Dalam hubungan ini bentuk-bentuk tuturan

yang bermacam-macam dapat digunakan untuk menyatakan maksud yang

sama atau sebaliknya. Di dalam pragmatik berbicara merupakan aktivitas

yang berorientasi pada tujuan (goal oriented activities) (Wijana, 1996:11).

Berdasarkan pendapat Wijana, Rahardi (2003:21) menambahkan dengan

menyatakan ikhwal tujuan tutur berkaitan sangat erat dengan bentuk-bentuk

tuturan yang digunakan seseorang. Dikatakan demikian, pada dasarnya

tuturan dari seseorang akan dapat muncul karena dilatarbelakangi oleh

maksud dan tujuan tutur yang sudah jelas dan amat tertentu sifatnya.

Berdasarkan pendapat Wijana dan Rahardi menekankan pada sebuah maksud.

Adanya sebuah tuturan pasti dilatarbelakangi oleh maksud dari tuturan

tersebut. Berdasarkan pendapat kedua ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa

tujuan tuturan adalah buah atau produk akhir dari sebuah tuturan yang

didasari oleh maksud. Tidak mungkin seseorang bertutur tanpa adanya tujuan

dan tujuannya pun bermacam-macam.

4. Tuturan sebagai Bentuk Tindakan

Tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas bila gramatika

menangani unsur-unsur kebahasaan sebagai entitas yang abstrak, seperti

kalimat dalam studi sintaksis, proposisi dalam studi semantik. Pragmatik

berhubungan dengan tindak verbal (verbal act) yang terjadi dalam situasi

tertentu dalam hubungan ini pragmatik menangani bahasa dalam tingkatannya


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

yang lebih kongkret dibandingkan dengan tata bahasa. Tuturan sebagai entitas

yang konkret jelas penutur dan lawan tuturnya, serta waktu dan tempat

pengutaraannya. (Wijana, 1996:12).Rahardi (2003:21) menambahkan bahwa

tuturan sebagai bentuk tindakan atau wujud dari sebuah aktivitas linguistik,

merupakan bidang pokok yang dikaji di dalam ilmu bahasa pragmatik.

Karena pragmatik mempelajari tindak verbal yang sungguh-sungguh terdapat

dalam situasi dan suasana pertuturan tertentu, dapat dikatakan bahwa

sesungguhnya yang dibicarakan di dalam ilmu bahasa pragmatik bersifat

konkret-aktual. Berdasarkan pendapat kedua ahli tersebut, dapat disimpulkan

bahwa sebuah tuturan menghasilkan tindakan atau sebuah tuturan merupakan

bentuk tindakan karena ketika seorang penutur dan lawan tutur dalam bertutur

pasti menghasilkan tindakan, baik secara suara, mimik, dan gaya tubuh.

5. Tuturan sebagai Produk Tindak Verbal

Tuturan yang digunakan dalam rangka pragmatik seperti yang

dikemukakan dalam kriteria keempat merupakan bentuk dari tindak tutur.

Oleh karenannya, tuturan yang dihasilkan merupakan bentuk dari tindak

verbal (Wijana, 1996:12). Berdasarkan pendapat Wijana tersebut, Rahardi

(2003:22) menambahkan bahwa tuturan dapat dipandang sebagai produk

tindak verbal di dalam aktivitas bertutur sapa. Dapat dikatakan demikian

karena pada dasarnya tuturan yang muncul di dalam sebuah proses penuturan

itu adalah hasil atau produk dari tindakan verbal dari para pelibat tuturnya,

dengan berbagai macam pertimbangan konteks situasi sosial-kultural dan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

aneka macam kendala konteks yang melingkupi, mewarnai, dan

mewadahinya.

Bertolak dari pendapat kedua ahli di atas tersebut dapat disimpulkan

bahwa tuturan sebagai produk tindak verbal seperti memerintah, menyuruh,

memperingatkan, memberitahu, menyindir, dan menyarankan. Adanya tindak

verbal, penutur dan mitra tutur telah melakukan selayaknya aktivitas

berkomunikasi.

2.2.8 Tindak Tutur dalam Interaksi Belajar Mengajar

Tindak tutur merupakan produk tindak verbal yang terlihat dalam

setiap percakapan lisan maupun tertulis antara penutur dnegan lawan tutur,

Rohmadi (2004:26). Pendapat tersebut sesuai dengan interaksi yang terjadi

antara guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan

bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi. Adanya interaksi antara guru dan

siswa dalam kegiatan pembelajaran harus dimanfaatkan dengan baik agar

interaksi tersebut dapat menarik minat dan dirasakan bermanfaat bagi siswa.

Seorang siswa harus dapat menyadari bahwa dalam bertutur kata

dengan orang lain tentunya ada perbedaan antara bertindak tutur kepada

temannya atau gurunya. Demikian halnya sebagai seorang guru seharusnya

memiliki kecenderungan yang baik dalam bertindak tutur terutama dalam

interaksi belajar mengajar, sehingga siswa dapat menginterpretasikan tindak

tutur yang dimaksudkan oleh guru secara tepat dan proses pembelajaran dapat

berlangsung dengan baik dan lancar.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

Purwo (1990:30) sekalipun benar penutur asli bahasa Indonesia tanpa

harus berfikir panjang, namun sama-sama menyatakan pendapat tentunya ada

perbedaan di antara menyatakan kepada teman sebaya, keapda seorang

atasannya, atau kepada seseorang yang belum dikenalnya. Dengan demikian

baik guru ataupun siswa dalam bertindak tutur harus selalu

mempertimbangkan dengan siapa ia menyampaikan tuturannya dan dalam

situasi seperti apa tuturan tersebut yang disesuaikan dengan konteks.

Selanjutnya bagi para pengajar khususnya guru Bahasa Indonesia,

selain harus mampu bertindak tutur sesuai dengan konteks dan situasi, guru

juga diharapkan dapat menggunakan tuturan yang beraneka ragam. Jadi,

tindak tutur yang disampaikan dalam interaksi belajar mengajar tidak

monoton. Selain itu, guru juga harus mampu menggunakan strategi yang

dapat memudahkan siswa sebagai mitra tutur untuk menerima materi yang

disampaikan. Jika guru tidak dapat melakukan tindak tutur secara baik, maka

siswa tidak dapat mencapai daya serap yang optimal.

2.3 Kerangka Berpikir

Penelitian mengenai „Jenis-jenis Tindak Tutur dan Makna Pragmatik

Bahasa Guru pada Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1

Karangreja Tahun Ajaran 2016/2017‟ memiliki kerangka berpikir. Kerangka

berpikir merupakan skema mendasar dan fondasi bagi setiap pemikiran dari

keseluruhan proses penelitian yang akan dilakukan. Tujuan dari kerangka

berpikir adalah mempermudah peneliti dalam menguraikan alur penelitian.

Peneliti akan berusha membahas permasalahan yang diangkat yaitu mengenai


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

beberapa jenis tindak tutur yang memiliki beragam jenis berdasarkan fungsi

maupun proses penyampaiannya. Selain itu makna pragmatik juga menjadi

faktor tersendiri dalam kajian pagmatik. Dalam hal ini khususnya di dunia

Pendidikan yang notabene menggunakan bahasa dalam proses komunikasi

antara guru dan siswa, mengetahui pragmatik lebih mendalam agar mampu

memberikan gambaran yang jelas terhadap hasil tindak tutur dan makna yang

disampaikan oleh guru itu sendiri.

Seperti kita ketahui bahwa ragam bahasa yang digunakan oleh guru

sangat berpengaruh terhadap suksesnya proses berkomunikasi antara guru

dengan siswa ketika proses pembelajaran berlangsung. Khususnya dalam

pembelajaran Bahasa Indonesia, relevansi penggunaan jenis tindak tutur dan

makna pragmatik mampu menunjang hasil proses pembelajaran. Maka dari

itu, dengan memahami jenis tindak tutur dan makna pragmatk dari bahasa

guru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, diharapkan mampu memberikan

referensi dalam materi pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA. Pembahasan

masalah tersebut akan dijelaskan dengan menggunakan konsep, teori, dan

metode penelitian yang ada kaitannya dengan masalah penelitian serta untuk

membantu menjawab permasalahan utama dalam penelitian.

Peneliti berawal menggunakan teori pragmatik sebagai pisau analisis

dalam menjelaskan dan memecahkan masalah penelitian. Jenis-jenis tindak

tutur bahasa guru merupakan salah satu atau sebuah tuturan. Dengan

demikian, sangat relevan dan tepat jika menggunakan teori pragmatik.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

Penentuan jenis dan makna pragmtik bahasa guru pada pembelajaran

Bahasa Indonesia menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian

kualitatif merupakan pendekatan penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata lisan atau tertulis. Peneliti memberi gambaran secara

menyeluruh mengenai data penelitian yang dilaksanakan ini, tergantung pada

proses pengumpulan data, triangulasi data, dan penganalisisan data.

Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi data yang

dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan dari penelitian. Data yang

terkumpul selanjutnya, ditriangulasi oleh pakar bahasa dan kemudian

dianalisis. Analisis data adalah suatu kegiatan untuk mengatur, mengurutkan,

mengelompokan, memberi tanda, dan mengkatagorikannya sehingga

diperoleh sebuah temuan berdasarkan fokus masalah yang ingin dijawab.

Analisis data ini merupakan cara peneliti dalam mengolah data supaya dapat

menjawab permasalahan yang diangkat dalam penelitin.

Kegiatan pengumpulan data, triangulasi data dilakukan oleh pakar

bahasa dan penganalisisan data mengarahkan peneliti untuk menuliskan hasil

penelitian. Hasil penelitian merupakan sasaran yang ingin dicapai oleh

peneliti dalam pelaksanaan penelitiannya. Peneliti menguraikan hasil

penelitian dimulai darai proses penelitian dengan menggunakan metode

tertentu sampai temuan yang didapat kemudaia dideskripsikan secara spesifik.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41

Adapun alur penelitian „Jenis-jenis Tindak Tutur dan Makna

Pragmatik Bahasa Guru pada Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA Negeri

1 Karangreja Tahun Ajaran 2016/2017‟ memiliki bagan kerangka berpikir

sebagai berikut:

JENIS-JENIS TINDAK TUTUR DAN MAKNA PRAGMATIK


BAHASA GURU PADA PEMBELAJARAN BAHASA
INDONESIA DI SMA NEGERI 1 KARANGREJA
KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN AJARAN 2016/2017

PENDEKATAN PRAGMATIK

TINDAK TUTUR

JENIS-JENIS MAKNA
TINDAK TUTUR PRAGMATIK

BAHASA
GURU

PEMBELAJARAN BAHASA
INDONESIA

METODE PENELITIAN KUALITATIF

PENGUMPULAN DATA

TRIANGULASI DATA OLEH PAKAR


BAHASA

ANALISIS DATA

HASIL PENELITIAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III
METODE PENELITIAN

Dalam metodologi penelitian ini, diuraikan bagian-bagian yang

memuat tentang (1) jenis penelitian, (2) sumber data dan objek penelitian, (3)

metode dan teknik pengumpulan data, (4) teknik analisis data, dan (5)

triangulasi data.

3.1 Jenis Penelitian

Terdapat dua macam pendekatan penelitian, yaitu penelitian

kuantitatif dan penelitian kualitatif. Menurut Nana Syaodih Sukmadinata

(2010: 53-60) dalam penelitian kuantitatif desain penelitiannya dilakukan

dengan menggunakan angka-angka, pengolahan statistik, struktur, dan

percobaan terkontrol. Sementara itu, penelitian kualitatif adalah suatu

penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis

fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, persepsi, pemikiran orang secara

individu maupun kelompok.

Sejalan dengan hal ini, Moleong (2006: 6) berpendapat bahwa

penelitian kualitatif dimaksudkan untuk memahami fenomena tentang apa

yang dialami oleh subjek penelitian misalnya, perilaku, persepsi, tindakan,

secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang

digunakan untuk mendeskripsikan penggunaan tindak tutur bahasa guru pada

saat pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Karangreja. Data dan

hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah data tuturan lisan deskripsi

42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43

jenis dan makna tindak tutur yang muncul. Penelitian ini mempunyai sasaran

untuk mengetahui jenis dan makna tindak tutur pada pembelajaran Bahasa

Indonesia di SMA Negeri 1 Karangreja, selanjutnya dianalisis dan ditafsirkan

maknanya.

3.2 Sumber Data, Data dan Objek Penelitian

Sumber dalam penelitian ini adalah guru dalam pembelajaran Bahasa

Indonesia di SMA Negeri 1 Karangreja. Data penelitian adalah tindak tutur

yang dituturkan guru kepada siswa. Data yang ditampilkan diperoleh dengan

cara menyimak langsung tuturan yang digunakan dalam kegiatan belajar

mengajar. Penelitian untuk memperoleh data dilakukan pada tanggal 22-23

Mei 2017 Pengambilan data dilakukan sebanyak 3 kali dilaksanakan pada

waktu interaksi belajar mengajar berlangsung.

Berdasarkan sumber data dan data penelitian di atas objek penelitian

ini adalah jenis-jenis tindak tutur dari bahasa guru pada pembelajaran Bahasa

Indonesia di SMA Negeri 1 Karangreja.

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Data merupakan bahan yang digunakan oleh peneliti untuk menjawab

pertanyaan dari rumusan masalah dan pada akhirnya tujuan penelitian dapat

tercapai. Data dan kualitas data merupakan hal pokok yang paling penting

dalam penelitian. Dengan demikian penggunaan metode dan teknik yang

tepat, memegaruhi kualitas hasil penelitian.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

Metode adalah cara yang harus dilaksanakan atau diterapkan; teknik

adalah cara melaksanakan atau menerapkan metode. Sebagai cara, kejatian

atau identitas teknik ditentukan adanya oleh alat yang dipakai (Sudaryanto,

2015:9).

Dalam kaitanya dengan pemerolehan data, data diperoleh dari sumber

lisan. Data lisan diperoleh dengan cara menyimak tuturan guru kepada siswa

dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Karangreja.

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik SBLC (Simak

Bebas Libat Cakap). Menurut Sudaryanto (1993: 134) dalam menggunakan

teknik SBLC ini peneliti tidak terlibat langsung dalam dialog, konverensi,

atau imbal wicara; jadi tidak ikut serta dalam proses pembicaraan orang-

orang yang saling berbicara. Peneliti hanya sebagai pemerhati dengan penuh

minat tekun mendengarkan apa yang dibicarakan. Untuk mendapatkan data

yang valid teknik lanjutan yang dapat sekaligus dilakukan adalah teknik

rekam dengan voice recorder. Tahap pengumpulan data selanjutnya adalah

tahap pencatatan data yang relevan dengan penelitian.

3.4 Metode dan Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tiga tahapan yaitu

penyediaan data, penganalisisan data yang telah disediakan itu, dan penyajian

hasil analisis data yang bersangkutan. Pada tahap penyediaan data merupakan

tahap dimana peneliti menyediakan data secukupnya. Data di sini dimengerti

sebagai fenomena lingual khusus yang mengandung dan berkaitan langsung

dengan masalah yang dimaksud. Data yang demikian itu, substansinya


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

dipandang berkualifikasi valid dan reliabel atau teranda. Upaya penyediaan

data itu semata-mata untuk kepentingan analisis (Sudaryanto, 1993:5-6).

Setelah tahap penyediaan data dilakukan, maka data yang sudah

terkumpul mulai dianalisis. Tahap analisis data ini merupakan upaya peneliti

menangani langsung masalah yang terkandung pada data. Analisis ini dimulai

tepat pada saat penyediaan data tertentu yang relevan selesai dilakukan dan

analisis yang sama diakhiri atau sudah ditemukan. Tahap analisis data

merupakan tahap yang paling penting.

Penelitian “Jenis-jenis Tindak Tutur dan Makna Pragmatik Bahasa

Guru pada Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Karangreja

Tahun Ajaran 2016/2017” menggunakan teknik analisis padan. Jenis padan

yang digunakan adalah padan ekstralingual. Metode padan ekstralingual

digunakan untuk menganalisis unsur yang bersifat ekstralingual, seperti

menghubungkan masalah bahasa dengan hal yang berada di luar bahasa dari

jenis-jenis tindak tutur dari bahasa guru pada pembelajaran bahasa Indonesia

di SMA Negeri 1 Karangreja. Adapun yang menjadi fokus penelitian ini

adalah menentukan jenis-jenis tindak tutur dan menguraikan makna

pragmatik yang sesuai dengan teori yang mendasari penelitian.

Tahap penganalisisan data merupakan upaya dari peneliti untuk

menangani masalah yang terkandung pada data-data yang telah diperoleh atau

didapat dan telah ditriangulasi oleh seorang pakar bahasa. Proses yang

dilakukan oleh peneliti adalah menguraikan atau pembedahan. Bertolak pada

penjelasan Sudaryanto dalam Mahsun (2005:123), penyajian analisis data


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

dalam penelitian ini menggunakan metode informal. Dalam metode ini,

peneliti menyajikan hasil analisis data dalam bentuk pemapaparan dengan

kata-kata biasa.

Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan bekal pengetahuan

tentang jenis-jenis tindak tutur dalam interaksi belajar mengajar. Kemudian

data dipilih dan diklasifikasikan. Setelah kegiatan klasifikasi dilakukan,

peneliti melakukan tahap menganalisis data. Data yang sudah dianalisis

selanjutnya direkap dalam lembar rekam data, sehingga dapat diketahui

frekuensi pemakian jenis dan makna tindak tutur dalam pembelajaan

Indonesia di SMA Negeri 1 Karangreja.

3.5 Triangulasi Data

Validitas merujuk pada kesesuaian, berterima, dan kegunaan dari

campur tangan peneliti yang berdasarkan data yang mereka ambil (Frankie &

Wallen, 2000). Tiga proses atau cara yang akan digunakan bisa berupa

triangulasi, member checking, dan external audit (Creswell, 2008).

Dalam penelitian ini, peneliti akan menerapkan triangulasi untuk

meyakinkan validitas penelitian ini. Triangulasi adalah proses untuk

memvalidasi bukti dari beberapa sumber. Contohnya, setelah mengambil data

dari sumber satu, itu harus disinkronkan dengan sumber data lain (Gall, Gall,

& Borg, 2003). Triangulasi memiliki tujuan untuk membangun justifikasi

kepada fenomena dengan menilai bukti dari sumber. Sebuah data dapat

diklaim valid jika data yang dimiliki diperoleh dari beberapa sumber bisa

diselaraskan dengan sumber lain. Sugiyono (2007:241) bertolak dari pendapat


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47

Susan Stainback (1988) menyatakan bahwa tujuan dari triangulasi bukan

untuk mencari kebenaran tentang beberapa fenomena, tetapi lebih pada

peningkatan pemahaman peneliti terhadap apa yang telah ditemukan.

Bertolak dari pendapat para ahli di atas, maka data penelitian tentang

jenis-jenis tindak tutur dan makna pragmatik bahasa guru pada pembelajaran

Bahasa Indonesia di SMA N 1 Karangreja tahun ajaran 2017 ditriangulasi

untuk menguatkan data penelitian. Adapun data penelitian ini ditrianggulasi

oleh pakar bahasa, yaitu Dr. Yuliana Setyaningsih, M.Pd. sebagai penyidik

triangulasi ini. Penyidik akan memeriksa dan memberikan masukan terhadap

hasil pengumpulan data yang telah dilakukan oleh peneliti.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini diuraikan tiga hal, yaitu (1) deskripsi data, (2) hasil

analisis data, dan 3) pembahasan.

4.1 Deskripsi Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah guru pada pembelajaran

Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Karangreja. Data penelitian berupa

tuturan yang digunakan guru kepada siswa pada pembelajaran Bahasa

Indonesia. Data yang terkumpul pada bulan Mei-Juni 2017 berjumlah 93

tuturan. Penelitian ini akan memaparkan mengenai jenis-jenis tindak tutur

bahasa guru serta makna pragmatik yang terdapat dalam tuturan guru pada

pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Karangreja tahun ajaran

2016-2017.

Jenis-jenis tindak tutur dalam Wijana (1996), yaitu tindak tutur

langsung dan tindak tutur tidak langsung, tindak tutur literal dan tindak tutur

tidak literal. Adapun interseksi berbagai jenis tindak tutur yaitu tindak tutur

langsung literal dan tindak tutur tidak langsung literal, tindak tutur langsung

tidak literal, dan tindak tutur tidak langsung tidak literal. Penelitian ini

dimaksudkan untuk memaparkan berbagai macam jenis tindak tutur yang

digunakan guru di kelas untuk berkomuniksai dengan siswa. Adapun jenis-

jenis tindak tutur dan makna pragmatik dari bahasa guru dalam pembelajaran

Bahasa Indonesia yang akan dianalisis dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49

Tabel 1. Jenis-jenis dan Jumlah Tindak Tutur Bahasa Guru pada


Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Karangreja

No. Jenis Tindak Tutur Contoh Tuturan Jumlah


1. Tindak tutur Guru : “Baik, saya absen dulu 38
langsung ya. Apakah hari ini hadir
semua?”
Siswa : “Iya, Pak.”

Konteks: Dituturkan oleh seorang


guru kepada siswanya di dalam
ruang kelas pada saat ia akan
mengawali pembelajaran.

2. Tindak tutur tidak Guru : “Sudah selesai belum?” 7


langsung Siswa : “Belum.”

Konteks: Dituturkan oleh seorang


guru kepada siswa di dalam ruang
kelas pada saat kondisi kelas tidak
kondusif.

3. Tindak tutur tidak Guru : “Adam semangat sekali, 2


literal sudah makan belum
tadi?”
Adam : “Sudah, Pak.”

Konteks: Tuturan ini disampaikan


oleh seorang guru kepada seorang
siswa (Adam) yang terlihat
tiduran di kelas pada saat
pembelajaran sedang berlangsung.

4. Tindak tutur Guru : “Jadi, kata-kata usang 22


langsung literal memang bahasanya sulit
dipahami. Kalian harus
membacanya berulang-
ulang, untuk tau artinya!”
Siswa : “Iya, Bu.”

Konteks: Tuturan ini disampaikan


oleh seorang guru kepada siswa
untuk benar-benar belajar
memahami kata usang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50

5. Tindak tutur tidak Guru: “Nah, kemudian jenis 24


langsung literal cerita rakyat yang kedua
itu apa?”
Siswa: “Legenda.”

Konteks: Dituturkan oleh seorang


guru kepada siswanya di ruang
kelas pada saat ia selesai
membahas tentang fabel.
Jumlah 93

Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mengkaji penutur untuk

menyesuaikan kalimat yang diujarkan sesuai dengan konteks atau dengan kata

lain mengkaji maksud penutur, sehingga komunikasi dapat berjalan dengan

lancar. Rahardi (2003:20) konteks tuturan sebagai latar belakang pengetahuan

(background knowledge) yang diasumsikan sama-sama dimiliki dan dipahami

bersama oleh penutur dan mitra tutur, serta mendukung interpretasi mitra tutur

atas apa yang dimaksudkan oleh si penutur itu dalam keselurahan proses

tuturan. Adapun makna pragmatik dari tuturan guru dalam pembelajaran

Bahasa Indonesia yang akan dianalisis dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51

Tabel 2. Makna Pragmatik Secara Keseluruhan dari Jenis-jenis Tindak


Tutur Bahasa Guru pada Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1
Karangreja

No. Makna Pragmatik Contoh Tuturan Jumlah


1. Perintah Guru : “ Nanti selesai pelajaran, 56
tugas minggu lalu
dikumpulkan.”
Siswa : “Iya, Pak.”

Konteks:
Dituturkan oleh seorang guru di
dalam kelas pada saat ada seorang
siswa yang bertanya terkait tugas
sebelumnya.

2. Sapaan Guru : “Masih semangat 2


semuanya?”
Siswa : “Masih, Bu.”

Konteks: Tuturan ini disampaikan


oleh seorang guru kepada siswanya
di ruang kelas sebagai motivasi
sebelum pembelajaran dimulai.

3. Teguran Guru : “Hanida sudah mencatat 5


belum?”
Hanida: “Sudah, Pak.”

Konteks: Tuturan ditujukan kepada


seorang siswa (Hanida) yang sedang
mengobrol dengan teman
sebangkunya ketika siswa lain sibuk
mencatat.

4. Suruhan Guru : “Coba tunjuk jari yang 4


belum maju!”
Siswa : (Tunjuk jari)

Konteks: Tuturan ini disampaikan


oleh seorang guru kepada siswanya
yang belum maju bercerita di depan
kelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52

5. Pujian Guru : “Wah, ternyata kalian rajin- 1


rajin, ya.”
Siswa : “Jelas, Pak.”

Konteks:
Dituturkan oleh seorang guru kepada
siswanya di dalam kelas pada saat ia
selesai mengabsensi semua hadir pada
pembelajaran Bahasa Indonesia.

6. Sindiran Guru : “Adam semngat sekali, sudah 2


makan belum tadi?”
Adam: “Sudah, Pak.”

Konteks : Tuturan ini disampaikan


oleh seorang guru kepada seorang
siswa (Adam) yang tiduran di kelas
pada saat pembelajaran sedang
berlangsung.

7. Nasihat Guru : “Kalau durhaka bisa dikutuk 2


menjadi batu. Tolong jangan
meniru Malin Kundang.
Kalau kalian besok sudah
sukses, pulang ke rumah
menemui ibu, lalu ibumu tak
secantik dan seganteng kamu
lagi. Jadi, jangan melupakan
perjuangan seorang ibu!”
Siswa : “Iya, Pak.”

Konteks:
Tuturan ini disampaikan oleh seorang
guru kepada siswanya di dalam kelas
pada saat ia menjelaskan contoh
amanat pada cerita rakyat.

8. Peringatan Guru : “Baik, secara mandiri besok 4


dikumpulkan karena nanti
akan menjadi tambahan nilai
kalian. Kalau yang tidak
mengumpulkan kira-kira
dapat nilai tidak?
Siswa : “Tidak.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53

Konteks : Dituturkan oleh seorang


gruru kepada siswanya di ruang kelas
sebelum mengakhiri pembelajaran.

9. Saran Guru : “Dulu saya didongengi 1


senang banget, tapi kalau
anak-anak zaman sekarang itu
sukanya main gadget.
Sebenarnya bisa itu gadget
dimanfaatkan dengan baik.
Kalian browsing dongeng-
dongeng untuk mengasah
imajinasi.”
Siswa : “Iya, Pak.”

Konteks: Tuturan ditujukan kepada


seluruh mitra tutur untuk dapat
memanfaatkan gadget dengan sebaik
mungkin.

10. Klarifikasi Guru : “Teman kalian bilang 16


contohnya Gajah dan tikus,
benar atau tidak ini?”
Siswa : “Benar, Pak.”

Konteks : Dituturkan oleh seorang


guru kepada siswa di dalam kelas
sehubungan dengan jawaban salah
seorang siswa tentang contoh dari
cerita fabel.

Jumlah 93
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54

4.2 Hasil Analisis

Hasil analisis penelitian ini disajikan dengan urutan sebagai berikut, (1)

mendeskripsikan jenis-jenis tindak tutur bahasa guru pada pembelajran Bahasa

Indonesia di SMA Negeri 1 Karangreja tahun ajaran 2016/2017, (2)

mendeskripsikan makna pragmatik apa sajakah yang hadir dari tuturan guru pada

pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Karangreja tahun ajaran

2016/2017.

Berdasarkan hasil analisis penelitian, peneliti menemukan beberapa jenis

tindak tutur yang digunakan dalam tuturan guru pada pembelajaran Bahasa

Indonesia, yaitu tindak tutur langsung, tindak tutur tidak langsung, tindak tutur

tidak literal, tindak tutur langsung literal, dan tindak tutur tidak langsung literal.

Penggunaan jenis-jenis tindak tutur bukan hanya sekadar untuk bertanya,

memerintah, dan memberikan informasi. Akan tetapi, setiap tuturan guru yang

muncul dalam pembelajaran Bahasa Indonesia mengandung sebuah makna.

Ditinjau dari segi pragmatik ditemukan beberapa makna yang terkandung dalam

tuturan guru yaitu perintah, teguran, suruhan, pujian, peringatan, nasihat, sindiran,

saran, sapaan, dan klarifikasi.

Berikut pemaparan hasil penelitian terhadap jenis-jenis tindak tutur dan

makna pragmatik yang terkandung dari tuturan guru pada pembelajaran Bahasa

Indonesia di SMA Negeri 1 Karangreja tahuan ajaran 2016/2017.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55

4.2.1 Jenis-jenis Tindak Tutur yang Terdapat dalam Bahasa Guru pada

Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Karangreja

Jenis-jenis tindak tutur dalam Wijana (1996), yaitu tindak tutur langsung

dan tindak tutur tidak langsung, tindak tutur literal dan tindak tutur tidak literal.

sementara itu, interseksi berbagai jenis tindak tutur yaitu tindak tutur langsung

literal dan tindak tutur tidak langsung literal, tindak tutur langsung tidak literal,

dan tindak tutur tidak langsung tidak literal. Penelitian ini dimaksudkan untuk

memaparkan berbagai macam jenis tindak tutur yang digunakan guru di kelas

untuk berkomuniksai dengan siswa. Hasil data yang dianalisis dapat dipaparkan

sebagai berikut.

4.2.1.1 Tindak Tutur Langsung (Direct Speech Act )

Tindak tutur langsung adalah kalimat berita yang secara konvensional

untuk menginformasikan sesuatu, kalimat tanya untuk bertanya, dan kalimat

perintah untuk menyuruh, mengajak, dan memohon (Wijana, 1996:31). Dalam

penelitian ini ditemukan 38 yang merupakan jenis tindak tutur langsung. Berikut

ini dipaparkan 5 dari 38 data yang tergolong tindak tutur langsung literal.

Data (1) Guru :“Baik, saya absen dulu ya. Apakah hari ini hadir semua?”
Siswa : “Iya, Pak.”
Konteks: Dituturkan oleh seorang guru kepada siswanya di dalam
ruang kelas pada saat ia akan mengawali pembelajaran.

Pada data (1) dijumpai tuturan “Baik, saya absen dulu ya. Apakah hari ini

hadir semua”. Konteksnya, penutur sedang mengecek kehadiran mitra tutur

sebelum memulai pembelajaran. Tuturan ini diklasifikasikan sebagai tindak tutur

langsung karena tuturan tersebut menggunakan kalimat tanya untuk bertanya dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56

tujuannya penutur ingin mengetahui jawaban dari mitra tutur terkait siapa saja

yang hadir dan tidak dalam pembelajarn Bahasa Indonesia.

Berikut ini dipaparkan contoh data kedua yang tergolong tindak tutur

langsung.

Data (13) Guru : “Nah, kemudian lanjut ke jenis-jenis cerita


rakyat, coba dibaca yang pertama!”
Siswa : “Iya, Pak.”
Konteks: Tuturan ini disampikan oleh seorang guru di dalam
kelas kepada siswanya pada saat ia selesai menjelaskan materi
sebelumnya.

Tuturan guru pada data (13) yang berbunyi “Coba dibaca yang pertama”,

ditujukan kepada seluruh siswa pada saat selesai menjelaskan materi sebelumnya.

Tuturan tadi dapat diklasifikasikan sebagai tindak tutur langsung karena tuturan

tersebut menggunakan kalimat perintah untuk memerintah mitra tutur membaca

point pertama dari jenis-jenis cerita rakyat.

Berikut ini dipaparkan contoh data ketiga yang tergolong tindak tutur

langsung.

Data (61) Guru : “Masih semangat semuanya?”


Siswa : “Masih, Bu.”
Konteks: Tuturan ini disampaikan oleh seorang guru kepada
siswanya di ruang kelas sebagai motivasi sebelum dimulai
pembelajaran.
Tuturan (61) merupakan jenis tindak tutur langsung yang berbunyi “Masih

semangat semuanya”. Konteksnya, penutur sedang memberikan motivasi kepada

mitra tutur sebelum memulai pembelajaran. Tuturan ini dapat diklasifikasikan

sebagai tindak tutur langsung karena tuturan tersebut menggunakan kalimat tanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

57

untuk bertanya dan tujuannya penutur ingin mengetahui jawaban dari mitra tutur

terkait kesiapan mereka dalam belajar Bahasa Indonesia.

Berikut ini dipaparkan contoh data keempat yang tergolong tindak tutur

langsung.

Data (67) Guru : “Coba tunjuk jari yang belum maju!”


Siswa : (Tunjuk jari)
Konteks : Tuturan ini disampaikan oleh seorang guru kepada
siswanya yang belum maju bercerita di depan kelas.

Tuturan (67) yang berbunyi “Coba tunjuk jari yang belum maju”, juga

diklasifikasikan sebagai tindak tutur langsung. Tuturan ini ditujukan kepada

seluruh mitra tutur yang belum maju bercerita di depan kelas. Tuturan tadi dapat

diklasifikasikan sebagai tindak tutur langsung karena tuturan tersebut

menggunakan kalimat perintah untuk menyuruh mitra tutur mengangkat tangan

bagi yang merasa belum maju bercerita.

Berikut ini dipaparkan contoh data kelima yang tergolong tindak tutur

langsung.

Data (73) Guru :”Nah, itu ada 25 soal. Kalian tolong perhatikan
saya dulu, jangan ngobrol terus!”
Siswa : (Berhenti berbicara)
Konteks : Tuturan ini disampaikan oleh seorang guru yang
kesal kepada siswanya karena mereka tidak memperhatiakan
penjelasannya.

Selain keempat data di atas, peneliti juga menemukan jenis tindak tutur

langsung pada data (73) yang berbunyi “Jangan ngobrol terus”. Tuturan ini

ditujukan kepada seluruh mitra tutur yang tidak memperhatikan penjelasannya.

Tuturan tadi dapat diklasifikasikan sebagai tindak tutur langsung karena tuturan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58

tersebut menggunakan kalimat perintah untuk menegur mitra tutur agar berhenti

berbicara sendiri pada saat sedang diterangkan.

4.2.1.2 Tindak Tutur Tidak Langsung (Indirect Speech Act )

Rahardi (2003:75) berpendapat bahwa tingkat ketidaklangsungan sebuah

tuturan dapat pula diukur berdasarkan kejelasan pragmatiknya. Adapun kejelasan

pragmatiknya adalah kenyataan bahwa semakin tidak tembus pandang maksud

tuturan maka akan semakin tidak langsunglah maksud dari tuturan itu.

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menemukan 7 data tuturan guru yang

tergolong tindak tutur tidak langsung. Berikut ini dipaparkan 4 contoh dari 7 data

yang tergolong tindak tutur tidak langsung.

Data (51) Guru : ”Hanida, sudah mencatat belum?”


Siswa : “Sudah, Pak.”
Konteks : Tuturan ditujukan kepada seorang siswa (Hanida)
yang sedang mengobrol dengan teman sebangkunya ketika
siswa lain sibuk mencatat.

Tuturan (51) diutarakan oleh seorang guru kepada siswanya yang terlihat

asyik berbicara sendiri dengan teman sebangkunya, ketika siswa lain sibuk

mencatat. Tuturan guru ini tidak semata-mata berfungsi untuk menanyakan

catatan, tetapi secara tidak langsung menegur Hanida untuk tidak mengobrol

karena akan mengganggu siswa lain.

Berikut ini dipaparkan contoh data kedua yang tergolong tindak tutur tidak

langsung.

Data (55) Guru : “Waktunya tinggal hari ini dan besok karena jumat
libur.”
Siswa : (Menyimak)
Konteks : Tuturan ditujukan kepada seluruh mitra tutur di
kelas pada saat pembelajaran sedang berlangsung, terkait
waktu yang tersisa sebelum UKK dimulai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59

Tuturan (55) diucapkan oleh seorang guru kepada siswanya sehubungan

dengan waktu yang tersisa sebelum UKK. Tuturan guru ini tidak sekadar

berfungsi memberikan informasi, tetapi secara tidak langsung memerintah siswa

untuk segera menyelesaikan materi sebagai bahan belajar menghadapi UKK.

Berikut ini dipaparkan contoh data ketiga yang tergolong tindak tutur tidak

langsung.

Data (91) Guru : “Sudah selesai belum?”


Siswa : “Belum”
Konteks : Dituturkan oleh seorang guru kepada siswa di dalam
ruang kelas pada saat kondisi kelas tidak kondusif.

Tuturan (91) diutarakan oleh seorang guru kepada siswanya pada saat

kondisi kelas tidak kondusif. Tuturan guru ini tidak hanya berfungsi untuk

bertanya. Namun, di balik pertanyaan itu mengandung maksud menegur siswa

agar tidak gaduh ketika sedang mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.

Berikut ini dipaparkan contoh data keempat yang tergolong tindak tutur

tidak langsung.

Data (92) Guru : “Sudah ya, berarti hari ini adalah pertemuan
terakhir pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas
XE. Minggu depan UKK.”
Siswa :“Allhamdulilah.”
Konteks : Dituturkan oleh seorang guru kepada siswanya di
dalam kelas pada saat ia akan mengakhiri pembelajaran.

Tuturan guru pada data (92) yang berbunyi “Minggu depan UKK”, juga

tergolong jenis tindak tutur tidak langsung. Tuturan guru tersebut ditujukan

kepada siswa kelas XH sebelum mengakhiri pembelajaran. Tuturan guru kepada


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60

siswanya ini dapat diklasifikasikan sebagai tuturan tidak langsung karena penutur

menggunakan kalimat berita yang fungsinya memberikan perintah kepada mitra

tutur untuk belajar dan mempersiapkan diri mengikuti ujian kenaikan kelas.

4.2.1.3 Tindak Tutur Tidak Literal ( Nonliteral Speech Act)

Wijana (1996:32) Tindak tutur tidak literal (nonliteral speech act) adalah

tindak tutur yang maksudnya tidak sama dengan makna kata-kata yang

menyusunnya. Berdasarkan pendapat Wijana tuturan guru dikatakan sebagai

tindak tutur tidak literal karena apa yang dimaksudkan oleh guru tidak sama

dengan makna kata-kata yang menyusunnya. Dari hasil penelitian pada

pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Karangreja, peneliti

menemukan 2 data tuturan guru yang tergolong jenis tindak tutur tidak literal.

Berikut ini disajikan data tuturan yang tergolong jenis tindak tutur tidak literal.

Data (24) Guru : “Wah, Rina tulisannya bagus sekali.”


(Mendekati salah satu siswa yang duduk paling depan).
Rina : “He..he..he.”
Konteks : Dituturkan oleh seorang guru kepada siswanya pada
saat ia melihat catatan salah satu siswa (Rina) yang dianggap
tidak rapi.
Tuturan guru pada data (24) yang berbunyi “Wah, Rina tulisannya bagus

sekali”, ditujukan kepada salah satu siswa bernama Rina yang dianggap memiliki

tulisan tangan tidak rapi. Kalimat yang diucapkan guru tersebut bukanlah tuturan

yang sesuai dengan yang dimaksudkan oleh penutur. Jadi, tuturan ini termasuk

jenis tindak tutur tidak literal.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61

Data (52) Guru : “Adam, semangat sekali. Sudah makan belum tadi?”
Adam : “Sudah, Pak.”
Konteks: Tuturan ini disampaikan oleh seorang guru kepada
seorang siswa (Adam) yang terlihat tiduran di kelas pada saat
pembelajaran sedang berlangsung.
Selanjutnya, tuturan (52) yang berbunyi “Adam, semangat sekali. Sudah

makan belum tadi”, dituturkan oleh seorang guru kepada salah satu siswa

bernama Adam yang terlihat tiduran di kelas pada saat pembelajaran sedang

berlangsung. Kalimat yang diucapkan guru tersebut bukanlah tuturan yang sesuai

dengan yang dimaksudkan oleh penutur. Dengan demikian, tuturan ini termasuk

jenis tindak tutur tidak literal.

4.2.1.4 Tindak Tutur Langsung Literal (Direct Literal Speech Act)

Wijana (1996:33) berpendapat bahwa tindak tutur langsung literal (direct

literal speech act) adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus tuturan dan

makna yang sama dengan maksud pengutaraannya. Berdasarkan pendapat Wijana

tuturan guru dapat dikatakan sebagai tindak tutur langsung literal karena maksud

memerintah disampaikan dengan kalimat perintah, memberitakan dengan kalimat

berita, dan menanyakan sesuatu dengan kalimat tanya. Berdasarkan hasil

penelitian, peneliti menemukan 22 data tuturan guru yang tergolong tindak tutur

langsug literal. Berikut ini dipaparkan 5 dari 22 data yang tergolong tindak tutur

langsung literal.

Data (11) Guru : “Husst.. tolong hargai Aris yang sedang bercerita.
Jangan pada gaduh!”
Siswa : (Diam).
Konteks: Dituturkan oleh seorang guru kepada siswanya pada
saat kondisi kelas tidak kondusif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

Peneliti menemukukan jenis tindak tutur langsung literal pada data (11)

yang berbunyi “Huust, tolong hargai Aris yang sedang bercerita. Jangan pada

gaduh”. Tuturan tersebut tercipta karena kondisi kelas tidak kondusif ketika salah

satu mitra tutur sedang bercerita tentang cerita rakyat dari Desa Siwarak. Tuturan

tadi dapat diklasifikasikan sebagai tindak tutur langsung literal karena modus

tuturan berupa teguran dan makna kata-katanya digunakan untuk menegur mitra

tutur agar tidak gaduh pada saat pembelajaran berlangsung.

Berikut ini dipaparkan contoh data kedua yang tergolong tindak tutur

langsung literal.

Data (45) Guru : “Kalau durhaka bisa dikutuk menjadi batu. Tolong
jangan meniru Malin Kundang. Kalau kalian besok sudah
sukses, pulang ke rumah menemui ibu, lalu ibumu tak
secantik dan seganteng kamu lagi. Jadi, jangan
melupakan perjuangan seorang ibu!”
Siswa : “Iya, Pak.”
Konteks : Dituturkan oleh seorang guru kepada siswanya di
ruang kelas pada saat selesai membaca cerita Malin Kundang.

Tuturan (45) diklasifikasikan sebagai tindak tutur langsung literal karena

modus tuturan guru tadi berupa nasihat dan makna kata-katanya juga merupakan

sebuah nasihat untuk siswa agar tidak durhaka kepada ibu. Nasihat tersebut

terlihat dari kalimat ”Jangan meniru Malin Kundang, .... Jadi, jangan melupakan

perjuangan seorang ibu.”

Berikut ini dipaparkan contoh data ketiga yang tergolong tindak tutur

langsung literal.

Data (64) Guru : “Tolong yang piket hari ini ambil buku paket
Bahasa Indonesia di kelas XD lantai atas ya!”
Siswa : “Yok... yok ambil buku.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

63

Konteks: Tuturan ini disampaikan oleh seorang guru kepada


siswanya yang piket untuk mengambil buku paket.
Tuturan (64) merupakan jenis tindak tutur langsung literal karena tuturan

guru tersebut berupa „perintah‟. Perintah guru tersebut terlihat dari kalimat “Ambil

buku paket.....”. Tuturan guru tersebut antara modus dan makna kalimat sama

dengan maksud pengutaraanya, yaitu memerintah siswa yang piket untuk

mengambil buku paket di kelas XD.

Berikut ini dipaparkan contoh data keempat yang tergolong tindak tutur

langsung literal.

Data (90) Guru : “Kalian kalau nulis nama jangan sampai salah,
pakai huruf kapital semua.”
Siswa : “Baik, Bu.”
Konteks: Tuturan ini disampaikan oleh seorang guru kepada
siswanya di dalam kelas karena sebagian besar tulisan mereka
sulit untuk dibaca.
Tuturan (90) merupakan jenis tindak tutur langsung literal karena modus

tuturan guru berupa peringatan dan makna kata-katanya juga merupakan

peringatan, yaitu “Kalian kalau nulis nama jangan sampai salah, pakai huruf

kapital semua.” Peringatan untuk memperhatikan penulisan identitas pada lembar

jawab dengan menggunakan huruf kapital agar mudah dibaca.

Berikut ini dipaparkan contoh data kelima yang tergolong tindak tutur

langsung literal.

Data (54) Guru : “Kegiatan utama kalian itu belajar. Jadi, kalau
mau sukses ya belajar.”
Siswa : “Iya, Pak.”
Konteks: Tuturan ini disampaikan oleh seorang guru kepada
siswanya di dalam kelas sehubungan dengan siswa yang
mengeluh karena banyak materi yang harus dipelajari untuk
UKK.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64

Tuturan (54) diklasifikasikan sebagai tindak tutur langsung literal karena

modus tuturan guru tadi berupa nasihat dan makna kata-katanya juga merupakan

sebuah nasihat untuk siswa agar tidak malas belajar. Nasihat tersebut terlihat dari

kalimat “Kegiatan utama kalian itu belajar. Jadi, kalau mau sukses ya belajar.”

4.2.1.5 Tindak Tutur Tidak Langsung Literal (Indirect Literal Speech Act)

Wijana (1996:34) berpendapat bahwa tindak tutur tidak langsung literal

(indirect literal speech act) adalah tindak tutur yang diucapkan dengan modus

kalimat yang tidak sesuai dengan maksud pengutaraannya, tetapi makna kata-kata

yang menyusunnya sesuai dengan yang dimaksudkan penutur. Dalam tindak tutur

ini maksud memerintah diutarakan dengan kalimat berita atau tanya. Berdasarkan

hasil penelitian, peneliti menemukan 24 data tuturan guru yang tergolong tindak

tutur tidak langsung literal. Berikut ini dipaparkan 5 contoh dari 24 data yang

tergolong tindak tutur tidak langsung literal.

Berikut ini dipaparkan contoh data pertama yang tergolong tindak tutur

tidak langsung literal.

Data (10) Guru : “Cerita rakyat itu cerita yang berkembang di


rakyat dan lebih banyak dari obrolan mulut ke
mulut, akhirnya menjadi budaya cerita rakyat. Ada
yang bisa memberikan contoh cerita rakyat dari
Banyumas atau Purbalingga?”
Siswa : “Asal-usul Banyumas, Pak.”
Konteks : Tuturan ini disampiakan oleh seorang guru kepada
siswanya di dalam kelas, pada saat menegaskan konsep cerita
rakyat. Kemudian untuk mengasah pemahaman siswanya, guru
memberikan pertanyaan.

Tuturan guru pada data (10) yang berbunyi “Ada yang bisa memberikan

contoh cerita rakyat dari Banyumas atau Purbalingga”, merupakan jenis tindak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65

tutur tidak langsung literal. Tutuan ini ditujukan kepada mitra tutur terkait konsep

cerita rakyat. Kemudian untuk mengasah pemahaman mitra tutur, penutur

menanyakan contoh dari cerita rakyat. Tuturan guru kepada siswanya ini dapat

diklasifikasikan tuturan tidak langsung literal karena penutur menggunakan

kalimat tanya untuk membuat suatu tindak ilokusi tidak langsung yaitu

memerintahkan mitra tutur memberikan jawaban terkait contoh cerita rakyat dari

Banyumas atau Purbalingga.

Berikut ini dipaparkan contoh data kedua yang tergolong tindak tutur tidak

langsung literal.

Data (59) Guru : “Begitu saja ya, tugas dibuat karena sudah mau
UKK.”
Siswa : “Iya, Pak.”
Konteks : Tuturan ini disampaikan oleh seorang guru kepada
siswanya di dalam kelas sebelum mengakhiri pembelajaran.

Tuturan (59) tergolong tindak tutur tidak langsung literal. Tuturan guru

yang berbunyi “Begitu saja ya, tugas dibuat karena sudah mau UKK”, tidak

hanya sekadar menginformasikan kepada siswa terkait waktu UKK yang semakin

dekat, akan tetapi secara tidak langsung membuat suatu tindak ilokusi yaitu

memerintah mitra tutur untuk segera menyelesaikan tugas sebelum UKK.

Berikut ini dipaparkan contoh data ketiga yang tergolong tindak tutur tidak

langsung literal.

Data (19) Guru : “Nah, kemudian jenis cerita rakyat yang kedua itu
apa?”
Siswa : “Legenda.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

66

Konteks : Tuturan ini disampaikan oleh seorang guru kepada


siswanya di dalam kelas pada saat selesai membahas cerita
fabel.

Pada data (19) peneliti menemukan tuturan guru yang berbunyi “Nah,

kemudian jenis cerita rakyat yang kedua itu apa”. Tuturan guru ini, merupakan

tuturan tidak langsung literal karena penutur menggunakan kalimat tanya untuk

membuat suatu tindak ilokusi tidak langsung yaitu memerintahkan mitra tutur

untuk memberikan jawaban terkait jenis cerita rakyat setelah fabel. Kemudian

mitra tutur menjawab „legenda‟, hal ini menandakan bahwa mitra tutur mengerti

maksud dari penutur.

Berikut ini dipaparkan contoh data keempat yang tergolong tindak tutur

tidak langsung literal.

Data (32) Guru : “Selain asal-usul binatang dan tempat, asal-usul


tumbuhan juga perlu dipahami.”
Siswa : “Iya, Pak.”
Konteks : Tuturan ini disampaikan oleh seorang guru kepada
siswanya di dalam kelas untuk belajar secara mandiri materi
asal-usul tumbuhan.

Tuturan (32) merupakan tindak tutur tidak langsung literal karena penutur

menggunakan kalimat pemberitahuan untuk membuat suatu tindak ilokusi tidak

langsung, yaitu memerintahkan mitra tutur untuk belajar secara mandiri materi

asala-usul tumbuhan.

Berikut ini dipaparkan contoh data kelima yang tergolong tindak tutur

tidak langsung literal.

Data (32) Guru : “Unsur selanjutnya adalah latar. Latar si apa?”


Siswa : “Tempat terjadinya suatu peristiwa.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67

Konteks : Tuturan ini disampaikan oleh seorang guru kepada


siswanya di dalam kelas pada saat membahas unsur-unsur cerita
rakyat.

Pada data (32) juga merupakan jenis tindak tutur tidak langsung literal.

Hal ini dapat dilihat dari tuturan guru yang berbunyi “Latar si apa”. Tutuan ini

ditujukan kepada mitra tutur terkait konsep latar dalam cerita rakyat. Kemudian

untuk mengasah pemahaman mitra tutur, penutur menanyakan pengertian latar

dalam cerita rakyat. Tuturan guru kepada siswanya ini, dapat diklasifikasikan

sebagai tuturan tidak langsung literal karena penutur menggunakan kalimat tanya

untuk membuat suatu tindak ilokusi tidak langsung yaitu, memerintahkan mitra

tutur untuk memberikan jawaban terkait pengertian latar.

4.2.2 Makna Pragmatik yang Hadir dalam Jenis-jenis Tindak Tutur Bahasa

Guru pada Pembelajaran Bahasa Indonesia

Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mengkaji penutur untuk

menyesuaikan kalimat yang diujarkan sesuai dengan konteks atau dengan kata

lain mengkaji maksud penutur, sehingga komunikasi dapat berjalan dengan

lancar. Rahardi (2003:20) konteks tuturan sebagai latar belakang pengetahuan

(background knowledge) yang diasumsikan sama-sama dimiliki dan dipahami

bersama oleh penutur dan mitra tutur, serta mendukung interpretasi mitra tutur

atas apa yang dimaksudkan oleh si penutur itu dalam keselurahan proses tuturan.

Berikut makna pragmatik yang terdapat dalam bahasa guru pada pembelajaran

Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Karangreja tahun ajaran 2016/2017.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68

4.2.2.1 Makna Pragmatik Perintah

Perintah diartikan sebagai suatau perkataan yang bermaksud menyuruh

melakukan sesuatu. Dalam penelitian ini dipaparkan 4 contoh data yang bermakna

perintah.

Data (4) Guru : “Nanti selesai pelajaran, tugas minggu lalu


dikumpulkan.”
Siswa : “Iya, Pak.”
Konteks: Dituturkan oleh seorang guru di dalam kelas pada saat
ada seorang siswa yang bertanya terkait tugas sebelumnya.

Tuturan guru di atas jelas bermakna memerintah siswa untuk

mengumpulkan tugas selesai pelajaran. Kemudian dijawab iya Pak. Hal

tersebut menandakan bahwa mitra tutur mengerti maksud penutur.

Data (39) Guru : “Unsur selanjutnya yaitu amanat. Dalam cerita


Malin Kundang ada amanatnya tidak, siapa yang
tau?”
Lia : “Ada. Jangan jadi anak durhaka.”
Konteks: Dituturkan oleh seorang guru kepada siswanya di
dalam kelas pada saat ia menjelaskan unsur-unsur cerita rakyat.

Tuturan guru di atas tidak hanya sekadar untuk bertanya kepada mitra tutur

di kelas. Namun, maknanya adalah memerintahkan mitra tutur untuk menjawab

mengenai amanat yang terdapat pada cerita Malin Kundang. Hal ini didukung

oleh jawaban dari mitra tutur (Lia) yang menjawab “Jangan jadi anak

durhaka.”

Data (60) Guru :“Baik, sebelum memulai pelajaran doa dulu ya,
silahkan berdoa menurut agama dan keyakinan
masing-masing!”
Siswa : (Berdoa)
Konteks : Tututran ini disampaikan oleh seorang guru
kepada siswanya di dalam kelas pada saat pembelajaran akan
berlangsung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69

Tuturan guru di atas bermakna perintah yang ditujukan kepada mitra tutur

untuk memulai pelajaran dengan berdoa. Kemudian mitra tutur berdoa secara

pribadi. Hal tersebut menandakan bahwa mitra tutur mengerti maksud penutur.

Data (92) Guru : “Sudah ya, berarti hari ini adalah pertemuan
terakhir pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas
XE. Minggu depan UKK.”
Siswa :“Allhamdulilah.”
Konteks : Dituturkan oleh seorang guru kepada siswanya di
dalam kelas pada saat ia akan mengakhiri pembelajaran.

Tururan guru di atas tidak hanya sekadar untuk memberikan informasi.

Namun, maknanya adalah memerintah mitra tutur untuk belajar dan

mempersiapkan diri mengikuti ujian kenaikan kelas.

4.2.2.2 Makna Pragmatik Sapaan

Sapaan dapat diartikan sebagai suatu perkataan; ajakan untuk saling

bercakap atau bisa juga berupa ucapan. Dalam penelitian ini dipaparkan 2

contoh data yang bermakna sapaan.

Data (1) Guru :“Baik, saya absen dulu ya. Apakah hari ini hadir semua?”
Siswa: “Iya, Pak.”
Konteks: Dituturkan oleh seorang guru kepada siswanya di dalam
ruang kelas pada saat ia akan mengawali pembelajaran.

Tuturan guru di atas menggunakan modus kalimat tanya yang ditujukan

kepada siswa sebelum memulai pembelajaran. Tuturan guru ini menanyakan

kehadiran siswa yang maknanya berupa sapaan. Hal ini dapat dilihat dari

tuturan yang berbunyi “Apakah hari ini hadir semua.”

Data (61) Guru : “Masih semangat semuanya?”


Siswa : “Masih, Bu.”
Konteks: Tuturan ini disampaikan oleh seorang guru kepada
siswanya di ruang kelas sebagai stimulus sebelum pembelajaran
dimulai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70

Tuturan guru di atas diutarakan kepada siswa dengan tujuan memberikan

stimulus sebelum pembelajaran dimulai dan maknanya berupa sapaan. Sapaan

tersebut dapat dilihat dari kalimat yang berbunyi “Masih semangat

semuanya.”

4.2.2.3 Makna Pragmatik Teguran

Teguran dapat diartikan sebagai suatu perkataan yang berupa peringatan

agar suatu kejadian/hal tidak terulang kembali. Dalam penelitian ini

dipaparkan 3 contoh data yang bermakna menegur.

Data (12) Guru : “Husst.. tolong hargai Aris yang sedang bercerita.
Jangan pada gaduh!”
Siswa : (Diam)
Konteks: Dituturkan oleh seorang guru kepada siswanya di
dalam kelas pada saat kondisi kelas tidak kondusif.
Tuturan guru di atas bermakna teguran kepada mitra tutur untuk tidak

membuat kegaduhan di dalam kelas ketika ada siswa yang sedang bercerita.

Kemudian mitra tutur berhenti dari kegaduhannya. Hal tersebut menandakan

bahwa mitra tutur mengerti maksud penutur.

Data (51) Guru : “Hanida sudah mencatat belum?”


Hanida: “Sudah, Pak.”

Konteks: Tuturan ditujukan kepada seorang siswa (Hanida)


yang sedang mengobrol dengan teman sebangkunya ketika
siswa lain sibuk mencatat.

Tuturan guru kepada seorang siswa (Hanida) yang sedang mengobrol

dengan teman sebangkunya ketika siswa lain sibuk mencatat. Tuturan guru ini

tidak sekadar berfungsi untuk bertanya. Namun, dibalik pertanyaan itu


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71

mengandung maksud menegur Hanida untuk tidak mengobrol dengan suara

keras agar tidak mengganggu siswa lain.

Data (91) Guru : “Sudah selesai belum?”


Siswa : “Belum”
Konteks : Dituturkan oleh seorang guru kepada siswa di dalam
ruang kelas pada saat kondisi kelas tidak kondusif.

Tuturan guru tersebut ditujukan kepada siswa pada saat kondisi kelas tidak

kondusif. Tuturan guru ini tidak sekadar berfungsi untuk bertanya. Namun,

dibalik pertanyaan itu mengandung maksud menegur siswa agar tidak gaduh

ketika sedang mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.

4.2.2.4 Makna Pragmatik Suruhan

Suruhan dapat diartikan sebagai suatu perintah supaya melakukan sesuatu.

Dalam penelitian ini dipaparkan 3 contoh data bermakna suruhan.

Data (31) Guru : “Contohnya Pak Belalang, Lebai Malang bisa


dibaca dan dicari sendiri!”
Siswa : “ Iya Pak.”
Konteks: Tuturan guru ditujukan kepada seluruh siswa untuk
mempelajari sendiri cotnoh dari cerita jenaka dikarnakan sudah
waktunya istirahat.

Tuturan guru di atas menggunakan modus kalimat perintah. Namun,

makna yang terkandung berupa suruhan. Hal ini dapat dilihat dari kalimat

yang berbunyi “Contohnya...dibaca dan dicari sendiri”. Tuturan ini jelas

menyuruh mitra tutur untuk membaca secara mandiri dan aktif mencari

contoh-contoh cerita jenaka yang tidak sempat dibahas di dalam kelas.

Data (67) Guru : “Coba tunjuk jari yang belum maju!”


Siswa : (Tunjuk jari)
Konteks: Tuturan ini diampaikan oleh seorang guru kepada
siswanya yang belum maju untuk bercerita di depan kelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72

Tuturan guru di atas menggunakan modus kalimat perintah. Namun,

makna yang terkandung berupa suruhan. Hal ini dapat dilihat dari kalimat

yang berbunyi “Coba tujuk jari yang belum maju”. Tuturan ini jelas

menyuruh mitra tutur yang belum bercerita di depan kelas untuk tunjuk jari.

Kemudian mitra tutur yang merasa belum maju menunjukan jarinya. Hal ini

menandakan bahwa mitra tutur yang belum maju bercerita mengerti maksud

penutur.

Data (88) Guru : “Jadi, kalau ada kata-kata sulit kalian bisa cari di
KBBI. Download KBBI! kalian tidak perlu bertanya
hal yang tidak perlu ditanyakan.”
Siswa : “Iya, Bu.”
Konteks: Tuturan guru tersebut ditujukan kepada seluruh
siswa di dalam kelas untuk mengunduh KBBI.
Tuturan guru di atas menggunakan modus kalimat perintah. Namun,

makna yang terkandung berupa suruhan. Hal ini dapat dilihat dari kalimat

yang berbunyi “Download KBBI”. Tuturan ini jelas menyuruh siswa untuk

mengunduh KBBI sebagai aplikasi pendukung belajar Bahasa Indonesia,

sehingga siswa tidak perlu bertanya kepada guru kata-kata yang sebenarnya

termuat di dalam KBBI.

4.2.2.5 Makna Pragmatik Pujian

Pujian dapat diartikan sebagai suatu kata-kata yang menyatakan

kekaguman kepada sesuatu yang dianggap baik. Dalam penelitian ini

dipaparkan 1 contoh data yang bermakna pujian.

Data (2) Guru : “Wah, ternyata kalian rajin-rajin, ya!”


Siswa : “Jelas, Pak.”
Konteks: Dituturkan oleh seorang guru kepada siswanya di
dalam kelas pada saat ia selesai mengabsensi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

73

Tuturan guru di atas bermakna pujian yang ditujukan kepada siswa pada

saat selesai diabsensi ternyata semua hadir dalam pembelajaran Bahasa

Indonesia. Pujian tersebut dapat dilihat dari kalimat yang berbunyi “Wah,

ternyata kalian rajin-rajin, ya.”

4.2.2.6 Makna Pragmatik Sindiran

Sindiran dapat diartikan sebagai suatu perkataan secara tidak langsung

terhadap suatu kejadian atau tindakan. Dalam penelitian ini dipaparkan 2

contoh data bermakna sindiran.

Data (24) Guru : “Wah, Rina tulisannya bagus sekali.”


(Mendekati salah satu siswa yang duduk paling depan).
Rina : “He..he..he.”
Konteks : Dituturkan oleh seorang guru kepada siswanya pada
saat ia melihat catatan salah satu siswa (Rina) yang dianggap
tidak rapi.

Tuturan guru di atas secara tidak literal bermakna sindiran yang ditujukan

kepada seorang siswa (Rina). Kalimat sindiran tersebut berbunyi “Wah, Rina

tulisannya bagus sekali”, padahal kenyataannya tulisan Rina sama sekali

tidak rapi.

Data (52) Guru : “Adam, semangat sekali. Sudah makan belum tadi?”
Adam : “Sudah, Pak.”
Konteks: Tuturan ini disampaikan oleh seorang guru kepada
seorang siswa (Adam) yang terlihat tiduran di kelas pada saat
pembelajaran sedang berlangsung.

Tuturan guru di atas secara tidak literal bermakna sindiran yang ditujukan

kepada seorang siswa (Adam). Kalimat sindiran tersebut berbunyi “Adam,

semangat sekali. Sudah makan belum tadi”, padahal kenyataannya Adam

terlihat tiduran di kelas pada saat pembelajaran sedang berlangsung.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

74

4.2.2.7 Makna Pragmatik Nasihat

Nasihat dapat diartikan sebagai suatu ajaran atau pelajaran baik yang

diberikan guru kepada siswa. Dalam penelitian ini dipaparkan 2 contoh data

bermakna nasihat.

Data (45) Guru : “Kalau durhaka bisa dikutuk menjadi batu. Tolong
jangan meniru Malin Kundang. Kalau kalian besok
sudah sukses, pulang ke rumah menemui ibu, lalu
ibumu tak secantik dan seganteng kamu lagi. Jadi,
jangan melupakan perjuangan seorang ibu!”
Siswa : “Iya, Pak.”
Konteks: Dituturkan oleh seorang guru kepada siswanya di
dalam kelas pada saat menjelaskan unsur amanat dalam cerita
rakyat.

Tuturan guru di atas menggunakan modus kalimat perintah. Namun,

tuturan ini dimaksudkan memberikan nasihat kepada mitra tutur untuk tidak

bersikap seperti Malin Kundang dan menghargai perjuangan ibu. Nasihat

tersebut terlihat dari kata ”Jangan meniru Malin Kundang, .... Jadi, jangan

melupakan perjuangan seorang ibu.”

Data (54) Guru : “Kegiatan utama kalian itu belajar. Jadi kalau
mau sukses ya belajar!”
Siswa : “Iya, Pak.”

Konteks: Dituturkan oleh seorang guru kepada siswanya di


dalam kelas pada saat mereka mengeluh dengan banyaknya
materi yang diujikan dalam UKK.

Tuturan guru di atas menggunakan kalimat perintah. Namun, tuturan ini

dimaksudkan memberikan nasihat kepada mitra tutur untuk menjadi orang

sukses harus belajar dengan giat karena tugas utama seorang pelajar adalah

belajar. Nasihat tersebut terlihat dari kata “Kegiatan utama kalian itu belajar.

Jadi, kalau mau sukses ya belajar.”


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75

4.2.2.8 Makna Pragmatik Peringatan

Peringatan dapat diartikan sebagai suatu perkataan berupa nasihat

(teguran) supaya ingat akan kewajibannya. Dalam penelitian ini dipaparkan 2

contoh data bermakna peringatan.

Data (90) Guru : “Kalian kalau nulis nama jangan sampai salah, pakai
huruf kapital semua.”
Siswa :”Baik, Bu.”
Konteks: Tuturan ini disampaikan oleh seorang guru kepada
siswanya di dalam kelas karena sebagian besar tulisan mereka
sulit untuk dibaca.

Tuturan guru tersebut bermakna peringatan kepada mitra tutur untuk

memperhatikan penulisan identitas diri pada lembar jawab. Kemudian mitra

tutur menjawab baik Bu. Hal tersebut menandakan bahwa mitra tutur mengerti

maksud penutur.

Data (93) Guru :“Yang belum menyelesaikan tugas, segera diselesaikan.


Jangan sampai nanti tugas-tugas kalian itu
menghambat kalian naik kelas ya.
Siswa : “Iya, Bu.”
Konteks: Tuturan guru yang ditujukan kepda siswa sehubungan
dengan hal-hal yang perlu diperhatikan untuk mengikuti UKK.

Tuturan tersebut bermakna peringatan bagi siswa yang belum

mengumpulkan tugas untuk segera diselesaikan karena kalau tidak dikerjakan

akan menghambat proses kenaikan kelas. Peringatan tersebut ditandai dengan

kalimat yang berbunyi “Jangan sampai nanti tugas-tugas kalian itu

menghambat kalian naik kelas ya.”


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

76

4.2.2.9 Makna Pragmatik Saran

Saran dapat diartikan sebagai suatu pendapat, usul, atau anjuran yang

dikemukakan untuk dipertimbangkan. Dalam penelitian ini dipaparkan 1

contoh data bermakna saran.

Data (16) Guru : “Dulu saya didongengi senang banget, tapi kalau
anak-anak zaman sekarang itu sukanya main
gadget. Sebenarnya bisa itu gadget dimanfaatkan
dengan baik dan browsing dongeng-dongeng di
internet untuk mengasah imajinasi.”
Siswa : “Iya, Pak.”
Konteks: Dituturkan oleh seorang guru di dalam kelas pada
saat ia mengetahuai bahwa banyak siswanya yang masa
kecilnya jarang mendengarkan dongeng.

Tuturan guru di atas tidak hanya berupa informasi, tetapi terkandung

maksud memberikan saran kepada mitra tutur untuk memanfaatkan gadget

dengan sebaik mungkin dengan cara browsing di internet. Dengan demikian,

imajinasi dapat terasah secara optimal. Tuturan guru ini dikatakan bermakna

saran karena untuk mengasah imajinasi tidak harus dari internet, tetapi bisa

melalui berbagai macam media seperti, surat kabar, buku, televisi, radio, dsb.

4.2.2.10 Makna Pragmatik Klarifikasi

Klarifikasi dapat diartikan sebagai pertanyaan yang perlu ditanyakan,

tujuannya untuk mendapatkan kebenaran. Dalam penelitian ini dipaparkan 3

contoh data yang bermakna klarifikasi.

Data (16) Guru : “Teman kalian bilang contohnya Gajah dan tikus,
benar atau tidak ini?”
Siswa : “Benar, Pak.”
Konteks : Dituturkan oleh seorang guru kepada siswa di
dalam kelas sehubungan dengan jawaban salah seorang
siswa tentang contoh dari cerita fabel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

77

Tuturan guru tersebut merupkan kalimat tanya untuk menanyakan

kebenaran cerita Gajah dan Tikus, maknanya penutur ingin meminta

klarifikasi dari mitra tutur. Kemudian siswa menjawab tidak. Hal tersebut

menandakan bahwa siswa mengerti maksud guru.

Data (20) Guru : “Kalau Danau Toba itu legenda bukan?”


Siswa : “Iya legenda.”
Konteks : Dituturkan oleh seorang guru kepada siswanya
terkait contoh dari cerita rakyat.

Tuturan guru di atas merupakan kalimat tanya “Danau Toba itu

legenda bukan”. Maknanya penutur ingin mendapatkan klarifikasi dari mitra

tutur tentang kelegendaan Danau Toba. Kemudian dijawab iya legenda. Hal

tersebut menandakan bahwa mitra tutur mengerti maksud penutur.

Data (76) Guru :“Kemudian kemarin sudah ibu kasih kisi-kisi


soalnya apa belum ya?”
Siswa : “Sudah, Bu.”
Konteks: Tuturan ditujukan kepada seluruh mitra tutur di
kelas terkait kisi-kisi soal UKK.

Tuturan guru di atas merupakan kalimat tanya yang maknanya penutur

ingin mengklarifikasi jawaban mitra tutur tentang pembagian kisi-kisi soal.

Kemudian dijawab sudah Bu oleh semua mitra tutur. Hal tersebut menandakan

bahwa mitra tutur mengerti maksud penutur.

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil penelitianan ini disajikan dengan urutan sebagai berikut, (1)

mendeskripsikan jenis-jenis tindak tutur bahasa guru pada pembelajaran Bahasa

Indonesia di SMA Negeri 1 Karangreja tahun ajaran 2016/2017, (2)

mendeskripsikan makna pragmatik apa sajakah yang hadir dari bahasa guru pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

78

pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Karangreja tahun ajaran

2016/2017.

Adapun jenis-jenis tindak tutur dalam Wijana (1996), yaitu tindak

tutur langsung dan tindak tutur tidak langsung, tindak tutur literal tindak tutur

tidak literal. sementara itu, interseksi berbagai jenis tindak tutur, yaitu tindak

tutur langsung literal dan tindak tutur tidak langsung literal, tindak tutur

langsung tidak literal, dan tindak tutur tidak langsung tidak literal. Berdsarkan

hasil analisis penelitian, peneliti menemukan beberapa jenis tindak tutur yang

muncul dalam bahasa guru pada pembelajaran Bahasa Indonesia meliputi tindak

tutur langsung, tindak tutur tidak langsung, tindak tutur tidak literal, tindak tutur

langsung literal, dan tindak tutur tidak langsung literal.

Penggunaan jenis-jenis tindak tutur bukan hanya sekadar untuk

bertanya, memerintah, dan memberikan informasi. Akan tetapi, setiap tuturan

guru yang muncul dalam pembelajaran Bahasa Indonesia mengandung sebuah

makna. Makna tersebut dapat dilihat dari segi pragmatik. Menurut Rahardi

(2011:2) penentu makna pragmatik adalah keberadaan konteks itu sendiri.

Konteks pragmatik adalah segala macam aspek yang sifatnya diluar bahasa yang

menjadi penentu pokok bagi kehadiran sebuah makna kebahasaan. Ditinjau dari

segi pragmatik ditemukan beberapa makna yang terkandung dalam tuturan guru

yaitu perintah, teguran, sapaan, suruhan, pujian, peringatan, nasihat, sindiran,

saran, dan klarifikasi.

Berikut pembahasan hasil analisis terhadap jenis-jenis tindak tutur dari

bahasa guru dan makna pragmatik yang hadir dari tuturan guru pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

79

pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Karangreja tahun ajaran

2016/2017.

4.3.1 Jenis-jenis Tindak Tutur yang Terdapat dalam Bahasa Guru pada

Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Karangreja

Chaer (1995) dalam Rohmadi (2010:33) menyatakan tindak tutur sebagai

gejala individual, bersifat psikologis dan keberlangsungannya ditentukan oleh

kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapai situasi tertentu. Berdasarkan

pendapat Chaer tersebut, tindak tutur terbagi menjadi beberapa jenis yang

dipengaruhi oleh kemampuan berbahasa seseorang yaitu tindak tutur langsung,

tindak tutur tidak langsung, tindak tutur literal, tindak tutur tidak literal, tindak

tutur langsung literal, tindak tutur tidak langsung literal, tindak tutur langsung

tidak literal, dan tindak tutur tidak langsung tidak literal. Selain dipengaruhi

kemampuan bahasa seseorang, berbagai jenis tindak tutur ini juga dipengaruhi

oleh konteks yang melatarbelakangi munculnya suatu tuturan.

Adapun berbagai macam jenis tindak tutur yang ditemukan dalam bahasa

guru pada pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Karangreja juga

tidak terlepas dari konteks yang melatarbelakanginya, penutur, mitra tutur,

tujuan tuturan, dan tuturan sebagai bentuk tindakan. Dalam penelitian ini,

peneliti menemukan lima jenis tindak tutur yang digunakan guru pada

pembelajaran Bahasa Indonesia yakni tindak tutur langsung, tindak tutur tidak

langsung, tindak tutur tidak literal, tindak tutur langsung literal, dan tindak tutur

tidak langsung literal.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

80

Jenis tindak tutur yang pertama yakni tindak tutur langsung. Peneliti

menemukan sekurang-kurangnya 38 tuturan dari data yang diambil dalam proses

pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Karangreja tahun ajaran

2016/2017. Tuturan ini diklasifikasikan sebagai tindak tutur langsung karena

kalimat berita yang secara konvensional untuk menginformasikan sesuatu,

kalimat tanya untuk bertanya, dan kalimat perintah untuk menyuruh, mengajak,

dan memohon (Wijana, 1996:31). Berdasarkan hasil analisis, peneliti

menemukan penanda tuturan guru yang tergolong sebagai tindak tutur langsung.

Penanda tuturan guru dikatakan sebagai tindak tutur langsung adalah

disampaikan secara langsung tanpa ada makna tersirat yang terkandung dalam

tuturan tersebut. Jika dilihat dari hasil temuan dan analisis, sebagian besar tindak

tutur langsung ini berupa perintah dan pertanyaan yang diutarakan secara

langsung tanpa adanya makna tersirat.

Sejalan dengan pendapat Wijana di atas, maka tuturan guru yang berupa

kalimat tanya difungsikan secara konvensional untuk bertanya dan kalimat

perintah untuk menyuruh. Tindak tutur langsung yang berupa kalimat tanya

biasanya digunakan guru untuk menanyakan kabar, kehadiran, dan tugas

sekolah. Untuk menjawab semua pertanyaan yang menyangkut hal-hal di atas,

biasanya siswa/mitra tutur tidak membutuhkan waktu lama untuk menjawab.

Selanjutnya, tindak tutur langsung berupa kalimat perintah sering dijumpai

ketika guru memerintah secara langsung. Lebih jelasnya dapat dilihat pada

tuturan berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

81

Data (1) Guru :“Baik, saya absen dulu ya. Apakah hari ini hadir
semua?”
Siswa : “Iya, Pak.”
Konteks: Dituturkan oleh seorang guru kepada siswanya di
dalam ruang kelas pada saat ia akan mengawali pembelajaran.

Pada data (1) peneliti menemukan tuturan guru yang berbunyi “Baik, saya

absen dulu ya. Apakah hari ini hadir semua”. Konteksnya, penutur sedang

mengecek kehadiran mitra tutur sebelum memulai pembelajaran. Tuturan guru

tersebut menggunakan kalimat tanya untuk bertanya terkait kehadiran siswa.

Kemudian siswa menjawab iya Pak, artinya mereka secara langsung mengerti apa

yang dimaksudkan oleh guru.

Data (67) Guru : “Coba tunjuk jari yang belum maju!”


Siswa : (Tunjuk jari)
Konteks : Tuturan ini disampaikan oleh seorang guru kepada
siswanya yang belum maju bercerita di depan kelas.

Tuturan pada data (67) di atas, ditujukan kepada seluruh siswa yang belum

maju bercerita di depan kelas. Tuturan tadi dapat diklasifikasikan sebagai tindak

tutur langsung karena tuturan tersebut menggunakan modus kalimat perintah

untuk menyuruh mitra tutur mengangkat tangan bagi yang merasa belum maju

bercerita. Kemudian siswa yang belum maju mengangkat tangan, artinya mereka

secara langsung mengerti apa yang dimaksudkan oleh guru.

Bertolak dari jenis tindak tutur langsung, jenis tindak tutur kedua yaitu

tindak tutur tidak langsung. Tindak tutur tidak langsung merupakan kebalikan dari

tindak tutur langsung. Jika tindak tutur langsung suatu tuturan yang tidak

mengandung makna tersirat dan dapat dijawab secara langsung, berbeda dengan

tindak tutur tidak langsung yang biasanya tidak dapat dijawab secara langsung,

akan tetapi harus segera dilaksanakan maksud yang terimplikasi di dalamnya.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

82

Selain itu, untuk berbicara secara sopan, perintah dapat diutarakan dengan

kalimat berita atau tanya agar orang yang diperintah tidak merasa dirinya

diperintah (Wijana, 1996:30). Dalam penelitian ini, peneliti menemukan

sekurang-kurangnya 7 jenis tindak tutur tidak langsung yang digunakan guru pada

pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Karangeja tahun ajaran

2016/2017.

Senada dengan pendapat Wijana di atas, hasil analisis menunjukan bahwa

tuturan guru dikatakan tidak langsung apabila kalimat tanya diutarakan untuk

memerintah dan menegur serta kalimat berita yang difungsikan untuk

memerintah. Disamping untuk berbicara sopan, peneliti juga menemukan tuturan

guru berupa kalimat tanya yang berupa teguran, tujuannya agar mitra tutur/siswa

tidak merasa tersinggung. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tuturan berikut:

Data (51) Guru : ”Hanida, sudah mencatat belum?”


Siswa : “Sudah, Pak.”
Konteks : Tuturan ditujukan kepada seorang siswa (Hanida)
yang sedang mengobrol dengan teman sebangkunya ketika
siswa lain sibuk mencatat.
Data (91) Guru : “Sudah selesai belum?”
Siswa : “Belum”
Konteks : Dituturkan oleh seorang guru kepada siswa di dalam
ruang kelas pada saat kondisi kelas tidak kondusif.

Tuturan (51) dan (91) memiliki kesamaan yaitu diutarakan oleh seorang

guru secara tidak langsung menggunakan kalimat tanya untuk menegur siswa agar

tidak gaduh dan berbicara sendiri ketika sedang mengerjakan tugas. Jadi, dengan

menggunakan kalimat tanya untuk menegur diharapkan tidak membuat mitra tutur

merasa tersinggung serta menghilngkan kesan marah kepada siswa.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

83

Berikut ini contoh tindak tutur tidak langsung dari tuturan guru yang

menggunakan kalimat berita untuk memerintah.

Data (92) Guru : “Sudah ya, berarti hari ini adalah pertemuan
terakhir pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas
XE. Minggu depan UKK.”
Siswa :“Allhamdulilah.”
Konteks : Dituturkan oleh seorang guru kepada siswanya di
dalam kelas pada saat ia akan mengakhiri pembelajaran.

Tuturan “Minggu depan UKK”, yang dituturkan guru kepada siswanya

dapat diklasifikasikan sebagai tuturan tidak langsung karena penutur

menggunakan kalimat berita yang fungsinya memberikan perintah kepada mitra

tutur untuk belajar dan mempersipkan diri menghadapi UKK.

Pembahasan ketiga yaitu jenis tindak tutur tidak literal. Tindak tutur tidak

literal atau nonliteral speech act adalah tindak tutur yang maksudnya tidak sama

atau berlawanan dengan makna kata-kata yang menyusunnya (Wijana, 1996:32).

Sejalan dengan pendapat Wijana, hasil penelitian juga menemukan beberapa

tuturan guru yang tergolong jenis tindak tutur tidak literal. Hal ini terlihat dari

kalimat yang berbunyi“Wah, Rina tulisannya bagus sekali”, dituturkan oleh

seorang guru kepada siswanya pada saat ia melihat catatan salah satu siswa (Rina)

yang dianggap tidak rapi. Tuturan guru ini dikatakan tidak literal karena makna

atau maksudnya menyindir, sedangkan makna kata-katanya berupa pujian yang

ditandai dengan kata „bagus‟.

Jenis tindak tutur keempat yaitu tindak tutur langsung literal. Tindak tutur

langsung literal lebih menekankan pada apa yang dituturkan oleh guru benar-

benar sama antara modus tuturan dan maknanya. Dengan kata lain, maksud

memerintah disampaikan dengan kalimat perintah, memberitakan dengan kalimat


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

84

berita, dan menanyakan sesuatu dengan kalimat tanya. Berdasarkan hasil

penelitian, tuturan guru yang tergolong jrnis tindak tutur langsung literal dijumpai

dalam modus kalimat perintah dengan maksud memerintah mitra tutur untuk

mengambil buku paket, seperti pada tuturan (64) yang berbunyi “Tolong yang

piket hari ini ambil buku paket Bahasa Indonesia di kelas XD lantai atas ya!”.

Kedua, maksud bertanya dengan kalimat tanya seperti pada tuturan (20) “Kalau

Danau Toba itu legenda bukan?”, dan ketiga terlihat pada tuturan (45) yang

berbunyi “Kalau durhaka bisa dikutuk menjadi batu. Tolong jangan meniru

Malin Kundang. Kalau kalian besok sudah sukses, pulang ke rumah menemui ibu,

lalu ibumu tak secantik dan seganteng kamu lagi. Jadi, jangan melupakan

perjuangan seorang ibu!”, modus tuturan guru tersebut berupa nasihat dan

maknanya juga nasihat kepada mitra tutur untuk tidak durhaka kepada ibu.

Jenis tindak tutur terakhir yaitu tindak tutur tidak langsung literal. Sesuai

dengan pengertiannya bahwa, tindak tutur tidak langsung literal merupakan tindak

tutur yang diungkapkan dengan modus kalimat yang tidak sesuai dengan maksud

pengutarannya, tetapi makna kata-kata yang menyusunnya sesuai dengan apa

yang dimaksudkan penutur (Wijana, 1996:34). Berdasarkan hasil analisis terhadap

tuturan guru yang termasuk tindak tutur tidak langsung literal, peneliti

menemukan bahwa sebagian besar menggunakan modus kalimat tanya dan berita

yang dimaksudkan untuk memunculkan suatu tindak ilokusi memerintah. Tuturan

guru ini biasanya berupa kalimat tanya yang menanyakan suatu materi tertentu,

tujuannya untuk mengetes pemahaman siswa. Namun, tuturan guru tersebut tidak

sekadar untuk bertanya maksud sesungguhnya adalah memerintah mitra tutur


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

85

/siswa menjawab pertanyaan yang diajukan. Dengan demikian, siswa menjadi

aktif menjawab. Berdasarkan penjelasan di atas, untuk memberikan pemahaman

lebih lanjut terkait jenis tindak tutur tidak langsung literal dapat dilihat pada

tuturan (10) yang berbunyi “Cerita rakyat itu cerita yang berkembang di rakyat

dan lebih banyak dari obrolan mulut ke mulut, akhirnya menjadi budaya cerita

rakyat. Ada yang bisa memberikan contoh cerita rakyat dari Banyumas atau

Purbalingga?”.

Berdasarkan pembahasan di atas, adapun jenis-jenis tindak tutur bahasa

guru pada pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Karangreja yang

paling menonjol adalah tindak tutur langsung dan tindak tutur tidak langsung

literal. Kedua jenis tindak tutur ini paling menonjol dan banyak digunakan guru

dalam pembelajaran untuk bertanya, memerintah, menginformasikan, serta

bertanya dengan maksud memerintah, dan menginformasikan dengan maksud

menyuruh kepada siswanya.

4.3.2 Makna Pragmatik yang Hadir dalam Jenis-jenis Tindak Tutur Bahasa

Guru pada Pembelajaran Bahasa Indonesia

Penggunaan jenis-jenis tindak tutur bukan hanya sekadar untuk bertanya,

memerintah, dan memberikan informasi. Akan tetapi, setiap tuturan guru yang

muncul dalam pembelajaran Bahasa Indonesia mengandung sebuah makna yang

dapat dilihat dari segi pragmatik.

Rahardi (2011:2) penentu makna pragmatik adalah keberadaan konteks itu

sendiri. Konteks pragmatik adalah segala macam aspek yang sifatnya diluar

bahasa yang menjadi penentu pokok bagi kehadiran sebuah makna kebahasaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

86

Latar belakang serta pengetahuan yang sama antara penutur dan mitra tutur akan

membantu para pelibat pertuturan untuk menafsirkan kandungan makna atau

pesan yang disampaikan. Jadi, kelancaran dalam menafsirakan sebuah tuturan

baik dari penutur kepada mitra tutur dan sebaliknya, dilatarbelakangi oleh

pengetahuan masing-masing.

Makna atau maksud menjadi tujuan utama keberhasilan dalam sebuah

komunikasi antara penutur dan mitra tutur. Jika antara penutur dan mitra tutur

tidak dapat menangkap makna atau maksud dari tuturan, akan dapat

mengakibatkan terjadinya kekeliruan dalam menafsirkan makna atau maksud.

Adapun jenis-jenis tindak tutur dalam bahasa guru pada pembelajaran

Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Karangreja tahun ajaran 2016/2017 juga

terkandung makna pragmatik yang berbeda-beda. Ditinjau dari segi pragmatik,

ditemukan beberapa makna yang terkandung dalam tuturan guru yaitu perintah,

sapaan, teguran, suruhan, pujian, sindiran, nasihat, peringatan, saran, dan

klarifikasi. Salah satu contoh dapat dilihat sebagai berikut.

Data (25) Guru : “Selanjutnya, jenis cerita pelipur lara. Apa itu pelipur
lara?”
Siswa : “Cerita yang menghibur.”
Konteks: Tuturan ini disampaikan oleh seorang guru kepada
siswanya di dalam kelas pada saat ia menjelaskan jenis-jenis
cerita rakyat.

Tuturan (25) di atas jelas merupakan tuturan yang mengandung makna

„memerintah‟secara tidak langsung. Modus tuturan guru menggunakan kalimat

tanya. Kalimat tanya ini dapat dilihat dari pertanyaan guru pada kalimat “Apa itu

cerita pelipur lara?”. Pertanyaan ini ditujukan untuk memerintah siswa supaya

menjelaskan pengertian cerita pelipur lara.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

87

Makna „memerintah‟ pada tuturan (25) di atas sangat jelas menggambarkan

bahwa pertanyaan yang diajukan oleh guru tidak sekadar untuk bertanya dan

mengetes siswa. Namun, pertanyaan yang diajukan guru tersebut mengandung

makna memerintah siswanya untuk menjawab pertanyaan tentang definisi dari

cerita pelipur lara. Bertolak dari makna perintah yang bersifat tidak langsung,

penelitian ini juga menemukan bentuk perintah secara langsung, seperti pada

tuturan (4) yang berbunyi “Nanti selesai pelajaran, tugas minggu lalu

dikumpulkan!”, maknanya guru memerintah siswanya secara untuk

mengumpulkan tugas pada pertemuan sebelumnya.

Berdasarkan hasil analisis, peneliti menemukan bahwa modus kalimat yang

digunakan guru dalam berinteraksi dengan siswa tidak hanya berupa pertanyaan

yang bermakna „memerintah‟. Namun, penelitian ini juga menemukan interaksi

guru dengan siswa yang menggunakan modus kalimat perintah yang bermakna

„menasihati‟. Seperti pada contoh data (40) Guru : “Kalau durhaka bisa dikutuk

menjadi batu. Tolong jangan meniru Malin Kundang. Kalau kalian besok sudah

sukses, pulang ke rumah menemui ibu, lalu ibumu tak secantik dan seganteng

kamu lagi. Jadi, jangan melupakan perjuangan seorang ibu!”. Tuturan guru

seperti pada contoh di atas, biasanya banyak dijumpai pada saat ada suatu materi

yang di dalamnya mengandung pesan moral yang wajib diberikan kepada siswa

sebagai pembelajaran hidup.

Bertolak dari tuturan guru yang bermakna nasihat, pada saat proses

pembelajaran berlangsung peneliti juga menemukan tuturan guru kepada siswa

yang bermakna memberikan saran. Saran dapat diartikan sebagai suatu pendapat,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

88

usul, atau anjuran yang dikemukakan untuk dipertimbangkan. Berikut temuan

data bermakna „saran‟ dari guru kepada siswa. Data (18) Guru : “Dulu saya

didongengi senang banget, tapi kalau anak-anak zaman sekarang itu sukanya

main gadget. Sebenarnya bisa itu gadget dimanfaatkan dengan baik dan browsing

dongeng-dongeng di internet untuk mengasah imajinasi.”

Berdasarkan hasil analisis, penelitian ini juga menemukan tuturan guru

yang bermakna saran, tetapi modus tuturannya menggunakan kalimat berita

misalnya, “Sebenarnya bisa itu gadget dimanfaatkan dengan baik dan browsing

dongeng-dongeng di internet untuk mengasah imajinasi”. Tuturan guru tersebut

ditujukan kepada siswanya pada saat ia mengetahui bahwa banyak siswa yang

semasa kecilnya jarang mendengarkan dongeng. Tuturan guru di atas tidak hanya

berupa informasi, tetapi terkandung maksud memberikan saran kepada mitra tutur

untuk memanfaatkan gadget dengan sebaik mungkin dengan cara browsing di

internet. Dengan demikian, imajinasi dapat terasah secara optimal. Tuturan guru

ini dikatakan bermakna saran karena untuk mengasah imajinasi tidak harus dari

internet, tetapi bisa melalui berbagai macam media seperti, surat kabar, buku,

televisi, radio, dsb.

Pembahasan hasil temuan mengenai makna pragmatik yang muncul dalam

bahasa guru pada pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Karangreja

menunjukan bawa intensitas kehadiran makna pragmatik memerintah baik

langsung maupun tidak langsung lebih sering muncul ketimbang makna yang lain.

Selanjutnya, makna pragmatik kedua yang sering muncul yaitu klarifikasi. Guru

Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Karangreja sering bertanya suatu hal untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

89

mendapatkan jawaban/kepastian siswa. Hal ini disebabkan karena siswa kurang

aktif bertanya. Selain kedua makna tersebut, makna pragmatik lainnya seperti

sapaan biasanya diutarakan sebelum pembelajaran, teguran untuk siswa yang ribut

di kelas, nasihat, suruhan, pujian, peringatan, sindiran, dan saran juga sesekali

muncul dalam tuturan guru.

Berdasarkan hasil anaslis mengenai jenis-jenis tindak tutur bahasa guru

dan makna pragatik pada pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1

Karangreja tahun ajaran 2016/2017, peneliti menemukan 5 jenis tindak tutur serta

10 makna pragmatik yang hadir dalam tuturan guru. Hasil analisis dan

pembahasan penelitian ini, berkaitan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh

peneliti sebelumnya. Pertama, penelitian Sutik Susmiati (2012) dengan judul

Tindak Tutur Ekspresif Guru terhadap Siswa dalam Pembelajaran Bahasa

Indonesia Kelas VIII SMP Negeri 7 Jember adalah, ditemukannya fungsi tindak

tutur ekspresif guru antara lain: fungsi sapaan, fungsi mengungkapkan rasa marah,

fungsi menegur, fungsi menyindir, fungsi mengeluh, fungsi menyalahkan, fungsi

mengkritik, fungsi mencurigai, fungsi memuji, fungsi mengucapkan selamat,

fungsi mengucapkan terima kasih, dan fungsi mengungkapkan kekecewaan.

Selain itu, ditemukan juga perlokusi yang ditimbulkan oleh tindak tutur ekspresif

guru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia ditemukan 6 efek perlokusi, antara

lain: modus deklaratif, modus optative, modus imperative, modus interogatif,

modus obligatif, dan modus desiratif. Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh

Iwan Khairi Yahya (2013) dengan judul Tindak Tutur Direktif dalam Interaksi

Belajar Mengajar Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Di SMA Negeri 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

90

Mlati Sleman Yogyakarta. Hasil penelitian yang didapatkan dari penelitian Iwan

Khairi Yahya menunjukkan bahwa, penggunaan jenis pertanyaan dan fungsi

bertanya lebih banyak digunakan, apabila dibandingkan dengan penggunaan jenis

dan fungsi tindak tutur direktif yang lain dengan jumlah 315 tuturan dari jumlah

826 tuturan direktif. Jenis tindak tutur direktif yang ditemukan meliputi jenis

permintaan, pertanyaan, larangan, pemberian izin, nasihat, sedangkan fungsi

tindak tutur direktif yang ditemukan meliputi fungsi meminta, memohon, berdoa,

bertanya, menginterogasi, mengisntruksikan, menghendaki, menuntut,

mengarahkan, membolehkan, melarang, membataasi, menyetujui, menganugrahi,

memaafkan, membolehkan, menyarankan, meminta, dan menuntut.

Penelitian yang dilakukan oleh Sutik Susmiati (2012) dan Iwan Khairi

Yahya (2013) meneliti tindak tutur dengan kajian pragmatik. Hal yang

membedakan dua pihak tersebut dengan penelitian ini, terletak pada objek

penelitian. Sutik Susmiati (2012) menekankan pada jenis ekspresif tindak tutur

guru, sedangkan Iwan Khairi Yahya (2013) menekankan pada jenis direktif tindak

tutur guru. Oleh karena itu, peneliti mencoba menemukan jenis-jenis tindak tutur

bahasa guru pada pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Karangreja

dan menemukan jenis tindak tutur yang paling dominan digunakan adalah, tindak

tutur langsung dan tindak tutur tidak langsung literal. Kedua jenis tindak tutur ini

paling banyak digunakan guru dalam pembelajaran untuk bertanya, memerintah,

menginformasikan, serta bertanya dengan maksud memerintah, dan

menginformasikan dengan maksud menyuruh kepada siswanya.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

91

Ditinjau dari segi pragmatik, ditemukan beberapa makna yang terkandung

dalam tuturan guru yaitu perintah, sapaan, teguran, suruhan, pujian, sindiran,

nasihat, peringatan, saran, dan klarifikasi. Adapun makna pragmatik yang

dominan sering muncul pada tuturan guru adalah perintah, klarifikasi, dan

peringatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB V
PENUTUP

Bab ini akan memaparkan dua hal pokok, yaitu (1) simpulan data dan

(2) saran. Simpulan berisi rangkuman keseluruhan isi dari penelitian ini,

sedangkan saran berisi hal-hal relevan yang perlu diperhatikan untuk

penelitian selanjutnya, baik mahasiswa jurusan Bahasa Indonesia maupun

peneliti lain.

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan pada bab IV mengenai “Jenis-jenis

Tindak Tutur dan Makna Pragmatik Bahasa Guru pada Pembelajaran Bahasa

Indonesia di SMA Negeri 1 Karangreja Kabupaten Purbalingga Tahun Ajaran

2016/2017”, dapat disimpulkan sebagai berikut.

Pertama, peneliti menemukan beberapa jenis tindak tutur yang

digunakan dalam tuturan guru pada pembelajaran Bahasa Indonesia, yaitu

tindak tutur langsung, tindak tutur tidak langsung, tindak tutur tidak literal,

tindak tutur langsung literal, dan tindak tutur tidak langsung literal. Adapun

jenis tindak tutur yang paling dominan sering muncul dari tuturan guru adalah

tindak tutur langsung dan tindak tutur tidak langsung literal. Kedua jenis

tindak tutur ini paling menonjol dan banyak digunakan guru dalam

pembelajaran untuk bertanya, memerintah, menginformasikan, serta bertanya

dengan maksud memerintah, dan menginformasikan dengan maksud

menyuruh kepada siswa.

92
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

93

Kedua, ditinjau dari segi pragmatik makna yang muncul dalam bahasa

guru pada pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Karangreja

menunjukan bawa intensitas kehadiran makna memerintah baik langsung

maupun tidak langsung lebih sering muncul ketimbang makna yang lain.

Selanjutnya, makna pragmatik kedua yang sering muncul yaitu klarifikasi.

Guru Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Karangreja sering bertanya suatu hal

untuk mendapatkan jawaban/kepastian dari siswa. Selain kedua makna

tersebut, makna pragmatik lainnya seperti sapaan biasanya diutarakan sebelum

pembelajaran, teguran untuk siswa yang gaduh di kelas, nasihat, suruhan,

pujian, peringatan, sindiran, dan saran juga sesekali hadir dalam tuturan guru.

Ketiga, peneliti menyimpulkan bahwa untuk menentukan makna dari

tindak tutur guru bukanlah persoalaan yang mudah. Penentuan makna tidak

hanya dilihat dari segi konteks, tetapi modus tuturan juga mempengaruhi

dalam menentukan makna.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah di sajikan di

atas, peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Bagi guru Bahasa Indonesia tingkat sekolah menengah atas pada

khususnya, diharapkan mampu bekerja sama dengan menggunakan Bahasa

Indonesia dengan tepat pada proses pembelajaran agar berjalan lancar

sehingga tujuan komunikasi yang dilakukan dapat tercapai.

2. Bagi peneliti yang berminat dengan tema yang sama perlu menindaklanjuti

penelitian dengan kajian lebih lengkap dari semua aspek tuturan, supaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

94

penelitian ini menjadi lebih baik. Hasil penelitian ini diharapkan dapat

dijadikan sebagai refrensi untuk penelitian selanjutnya terutama yang

berhubungan dengan kajian tindak tutur dalam pembelajaran Bahasa

Indonesia.

3. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan

wawasan baru dalam bidang ilmu pragmatik Bahasa Indonesia, khususnya

jenis-jenis tindak tutur dan maknanya.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR PUSTAKA

Brown, Gilian, dan George Yule. 1996. Analisis Wacana Terjemahan I.


Soetikno. Jakarta: Gramedia.

Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Prenada Media Group.

Chaer, Abdul dan Agustina. 2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta:


Rineka Cipta.

Cutting, Joan. 2008. Pragmatics and Discourse. London: Routledge.

Darmansyah. 1989. Semantik Beberapa Topik Utama. Jakarta: Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan.

Halliday & Ruqaiya Hasan. 1994. Bahasa, Konteks, dan Teks; Aspek-aspek
Bahasa dalam Pandangan Semiotik Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.

Khairil, Yahya Iwan. 2013. Tindak Tutur Direktif dalam Interaksi Belajar
Mengajar Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Di SMA Negeri
1 Mlati Sleman Yogyakarta. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
UNY.

Kridalaksana, Harimurti. 2011. Kamus Linguistik Edisi IV. Jakarta:


Gramedia.

Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-prinsip Pragmatik. Jakarta: Universitas


Indonesia.

Mulyana. 2005. Kajian Wacana: Teori, Metode dan Aplikasi Prinsip-Prinsip


Analisis Wacana. Yogyakarta: Tiara Kencana.

Nadar, F.X. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha


Ilmu.

Parker, Frank. 1986. Linguistics for Non-Linguist. London: Little, Brown and
Company Inc.

Purwanto, Ngalin. 1997. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Karya.

Purwo, Bambang Kaswanti. 1990. Pragmatik dun Pengajaran Bahasa.


Yogyakarta: Kanisius.

95
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

96

Rahardi, Kunjana. 2003. Berkenalan dengan Ilmu Bahasa Pragmatik


Malang: Dioma.

Rohmadi, Muhamad. 2004. Pragmatik: Teori dan Analisis. Yogyakarta:


Lingkar Media.

Rustono. 1999. Pokok-pokok Pragmatik. Semarang: IKIP Semarang Press.

Sabariyanto, Dirgo. 2000. Kebakuan dan Ketidakbakuan Kalimat dalam


Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Mitra Gama Widya.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta:


Duta Wacana University Press.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:


Alfabeta.

Sumarsono. 2009. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Susmiati, Sutik. 2012. Tindak Tutur Ekspresif Guru Terhadap Siswa dalam
Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas VIII SMP Negeri 7 Jember.
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Universitas Jember.

Tarigan, Henry Guntur. 1986. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa.

Wibowo, Wahyu. 2001. Manajemen Bahasa. Jakarta: Gramedia.

Wijana, I Dewa Putu. 1996. Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi


Offset.

Yayat, Sudaryat. 2008. Makna dalam Wacana: Prinsip-prinsip Semantik dan


Pragmatik. Bandung: Yrama Widya.

Yule, George. 1996. Pragmatics. New York: Oxford University Press.


Terjemahan. Indah Fajar Wahyuni (penerjemah). 2006. Pragmatik.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

TABULASI DATA PENELITIAN JENIS-JENIS TINDf\.K TUTUR DAN MAKNA PRAGMATIK BAHASA GURU PADA
PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA NItGERI I KARANGREJA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN
AJARAN2016/2017

Keterangan:
1. Berilah tanda centang pada kolom triangulasi jika setuju atau tidak> terhadap jenis tindak tutur yang ditentukan
2. Berilah catatan pada kolom keterangan triangulator

Data 1

Trianggulasi
Keterangan
No. Data Tuturan Konteks Jenis Tindak Tutur MaknaPragmatik
Setuju Tidak Triangulator

1. Guru : "Baik, saya Penutur: guru. Tindak tutur ~angsung Tuturan guru.tersebut
absen dulu ya. Apakah Mitra tutur: siswa. karena modus kalimat menggunakan kalimat
han ini hadir semua?" Konteks: Tuturan tanya diguna~an untuk tanya Apakah hari' int
Siswa : "Iya, Pak." ditujukan kep"ada bertanya. hadir semua?
seluruh mitra tutur di Maknanya berupa sapaan
ruang kelas· sebelum yang ditujukan kepada
pembelajaran ';
seluruh siswa.
;;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dimulai.
Waktu:
Jam ke-6 dan 7
pelajaran Bahasa
Indonesia kelas XH.
i

2. Guru : "Wah, Penutur: guru. Tindak tutur ~iteral Tuturan gttu diutarakan
temyata kalian rajin- l\'litra tutur: siswa karena apa y~ng dengan makna memuji v' ~~f~
.
rajin val"
''''' Konteks: Tuturan dimaksudkart oleh guru siswa.kelas XH karena

rO~~
Siswa : "Jelas, Pak." ditujukan kepada sarna dengan: makna semua hadir dalam
seluruh mitra tutur di kata-kata yaJ1g pembelajaJ:1an Bahasa
kelas karena semua menyusunnyCfl· Indonesia.
.lvv'cL~
hadirpada
pembelajaran Bahasa -hf'~'
Indonesia.
Waktu:
Jam ke-6 dan 7
pelajaran Bahasa
Indonesia.
Tempat: kelas XH.

!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3. Guru : "Kehadiran Penutur: guru. Tindak tutur [angsung Tuturan guru tersebut
mempengaruhi Mitra tutur: siswa karena kalimat perintah seCara langsung
vi lL~f-~
nilai. Kalian Konteks: Tuturan diutarkan dettgan maksud maknanyaperupa
hams rajin ditujukan kepada untuk memet;intahkan pemberitabuan kepada
berangkat
sekolah!"
Siswa : "Iya, Pak."
seluruh mitra tutur di
kelas untuk selalu
rajin berangkat
mitra tutur. mitra tutur !iagar selalu
rajin .berangkat sekolah
karena akatll
h-bf~
sekolah. berpengarupg pada nilai.
Waktu:
Jam ke-6 dan 7
pelajaran Bahasa
Indonesia.
Tempat: kelas XH.

4. Guru : "Nanti Penutur: guru. Tindak tutur llangsung Penutur memerintah


selesai Mitra tutur: siswa karena kalim~t yang mitra untuk
pelajaran, Konteks: digunakan berupa mengumpulkan tugas
tugas minggu Tuturan ditujukan perintah secat[a langsung. pada pereteinuan
lalu kepada seluruh mitra sebelumnya.
dikumpulkan! " tutur di kelas untuk
Siswa : "Iya, Pak." mengumpulkan
tugas setelah jam
pelajaran Bahasa
Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Waktu:
Jam ke-6 dan 7
pelajaran Bahasa
Indonesia.
Tempat: kelas XH.

loL~rlu-:
5. Guru : "Dari bab 7 Penutur: guru. Tindak tutur tidak Tuturan tersebut tidak
v"
pada Mitra tutur: siswa langsung literal karena hanya sekedar untuk
pertemuan Konteks: Tuturan kalimat yang bertanya Sudah paharn ~
sebelumnya ditujukan kepada diungkapkan tidak sesuai apa be/urn mengenai
sudahpaham seluruh mitra tutur dengan maksud tabel dan grqfik? kepada ~J
apa belum terkait pemahaman pengutaraannya, tetapi mitra tutur di kelas.
mengenai tabel dari materi tabel dan makna kata-kata yang Namun, maknanya
dan grafik?" grafik. menyusunnya sesual adalah menyuruh mitra
Siswa : "Sudah Waktu: dengan apa yang tutur menjawab
paham, Pak." Jam ke-6 dan 7 dimaksudkan penutur. pertanyaan. Kemudian
pelajaran Bahasa dijawab oleh mitra tutur
Indonesia. KelasXH. sudah paham Pak.
Dengan demikian
maksud penutur
dimengerti mitra tutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6. Guru : " Sekarang Penutur: guru. Tindak tutur Itidak Tuturan tetsebut tidak
kita lanjut bab 8. Mitra tutur: siswa langsung literal karena hanya sekedar untuk
Siapa yang tabu apa Konteks: Tuturan kalimat yang! bertanya Siapa yang tau
isi dari bab 8?" ditujukan kepada diungkapkanj tidak sesuai isi dari bah 8? kepada
Rina : "Manusia dan seluruh mitra tutur dengan maksud mitra tutur"di kelas.
I

lingkungannya." sebagai penguatan pengutaraaruiya, tetapi Namun, maknanya


tentang materi grafik makna kata-J4:ata yang adalah menyuruh mitra
. kemudian penutur menyusunny~ sesuai tutur untuk! menjawab
mengetes dengan apa y~g pertanyaan'rmengenai isi
pengetahuan mitra dimaksudkanl penutur. materi· yang akan
tutur mengenai isi I
dipelajari p~da bab 8. Hal
materi dari bab 8. tersebut didukung
Waktu: jawabanm~tra tutur
Jam ke-6 dan 7 (Rina) yang menjawab
pelajaran Bahasa manusia dan
Indonesia. lingkunganrzya.
Tempat: kelas XH.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

i
(

7. Guru Penutur: guru. Tindak tutur langsung Tuturan tetisebut


" Iya, manusia dan Mitra tutur: siswa karena kalim~t tanya menggun~an kalimat
~'
IL~f~
lingkungannya. Sudah Konteks: Tuturan tersebut berp~ran untuk tanya Sampai mana
sampai mana ditujukan kepada bertanya dan \berhasil catatannya? Maknanya ~

~
catatannya?" seluruh mitra tutur dimengerti· o~eh semua penutur ingin mengetahui
Siswa "Sudah terkait catatan materi siswa deng~jawaban jawaban mitra tutur. ~
selesai, Pak." manusia dan mereka. Kemudian dijawab oleh
1ingkungannya. mitra tutur ~udah selesai
Waktu: Pak. Deng'ln demikian
Jam ke-6 dan 7 maksud penutur
pelajaran Bahasa dimengerti ,oleh mitra
Indonesia. tutur.
Tempat: kelas XH.

8. Guru: "Nah, sekarang Penutur: guru. Tindak tutur ~idak Tuturan tersebut
masuk materi Mitra tutur: siswa langsung lite~al karena menggun~an modus vi
cerita rakyat. Konteks: tuturan kalimat yang kalimat tanya. Namun,
Apa pengertian ditujukan kepada diungkapkan tidak sesuai maksud tuturan guru
dari cerita seluruh mitra tutur dengan maks*d tersebut tidCflk hanya
rakyat? pada ssat memasuki pengutaraanya. sekedar untuk bertanya,
Siswa: "Cerita yang materi cerita rakyat. melainkan memerintah
berkembang Waktu: mitratutur nntuk
dan dipercayai Jam ke-6 dan 7 menjelaskam pengertian
masyarakat." pelajaran Bahasa cerita rakyat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Indonesia.
Tempat: kelas XH.

9. Guru : " Contohnya Penutur: guru. Tindak tutur langsung Tuturan tersebut
/Jt~rL-v·
Tangkuban Mitra tutur: siswa karena kalimat tanya menggunakan kalimat
Prahu cerita Konteks: tuturan tersebut berperan untuk tanya Tangkuban Prahu /v~.
dari daerah ditujukan kepada bertanya. cerita dari daerah mana
mana, Diah?" mitra tutur (Diah) Diah? Maknanya f~~
Diah : "Bandung." mengenai letak penutur ingin mengetahui
wilayah Tangkuban jawaban mitra tutur ~~+OCMy
Prallu. (Diah). Kemudian
Waktu: dijawab oleh oleh mitra
JatTI ke-6 dan 7 tutur Bandung. Dengan
pelajaran Bahasa demikian maksud
Indonesia. penutur dimengerti oleh
Tempat: kelas XH. mitra tutur.

10. Guru : "Kalian Penutur: guru. Tindak tutur langsung Tuturan tersebut ,,/ '" -
semua sudah Mitra tutur: siswa karena kalimat tanya menggunakan kalimat
pemah ke Konteks: Tuturan tersebut berperan untuk tanya ka/ian sudah
Bandung dan ditujukan kepada bertanya dan berhasil pernah ke Bandung dan
mengunJungt seluruh mitra tutur dimengerti oleh semua mengu~ungiTangkuban
Tangkuban terkait Tangkuban Slswa. Prahu? Maknanya
Prahu?" Prallu. penutur ingin mengetahui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Siswa : "Sudah." Waktu: jawaban mitra tutur.


Jam ke-6 dan 7 Kemudian dijawab oleh
pelajaran Bahasa mitra tutur :sudah.
Indonesia. Dengan de~ikian
Tempat: kelas XH. maksud p~nutur
dimengerti,oleh mitra
tutur.

11. Guru : "Cerita Penutur: guru.


rakyat itu cerita yang Mitra tutur: siswa
Tindak tutur tidak
langsung lite~al karena
Tuturan tersebut tidak
dimaksudkan untuk
/
berkembang di rakyat Konteks: Tuturan kalimat tany~ tersebut sekedar bertanya ada
dan lebih banyak dari ditujukan kepada tidak dimaksllldkan untuk yang bisa memberikan
obrolan mulut ke seluruh mitra tutur bertanya. MaP1a contoh cerita rakyat dari
mulut, akhimya tekait dengan contoh sesungguhny~yaitu Banyumas atau
menjadi budaya cerita cerita rakyat di perintah dan lperhasil Purbalingga? Makna
rakyat. Ada yang bisa daerah Banyumas dijawab salali seorang sesungguhnya yaitu
memberikan oontoh atau Purbalingga. siswa. memerintahkan mitra
cerita rakyat dari Waktu: tutur untuk memberikan
Banyumas atau Jam ke-6 dan 7 contoh cerita rakyat dari
Purbalingga?" pelajaran Bahasa Banyumas atau
Siswa : "Asal-usul Indonesia. Purbalingga.
Banyumas, Tempat: kelas XH.
Pak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12. Guru : "Husst.. Penutur: guru. Tindak tutur langsung Tuturan tel1sebut
tolong hargai Mitra tutur: siswa literal karena modus dan bennakna menegur /
Aris yang Konteks: tuturan maksud berupa teguran. kepada mitratutur untuk
sedang ditujukan kepada mendengarkan Aris yang
bercerita. seluruh mitra tutur sedang ber¢erita.
Janganpada untuk mendengarkan Kemudian tnitra tutur
gaduh!" temannya yang berhenti dati
Siswa : (Diam). sedang bercerita. kegaduhannya . Hal
Waktu: tersebut menandakan
Jam ke-6 dan 7 bahwa mitra tutur
pelajaran Bahasa mengerti maksud
Indonesia. penutur.
Tempat: kelas XH.

13. Guru : "Jadi warak Penutur: guru. Tindak tutur tidak Tuturan gUJ\U tersebut
itu badak. Oh, Mitra tutur: siswa langsung literal karena tidak dimaksudkan untuk ~
pantas ya di Konteks: Tuturan kalimat tanya tersebut sekedar bertanya. Makna
Gua Lawa itu ditujukan kepada tidak sekedar bertanya. sesungguhriya yaitu
adapatung seluruh mitra tutur Makna sesungguhnya memerintalikan mitra
badaknya Ada terkait cerita yaitu perintah untuk tutur untuk menceritakan
juga kalau di Baturaden. Waktu: bercerita.. cerita Baturaden.
Banyumas itu Jam ke-6 dan 7
Baturaden. pelajaran Bahasa
Ada yang tahu Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ceritanya Tempat: kelas XH.


Bturaden?
Siswa : "Tidak."

14. Guru : "Nah, Penutur: guru. Tindak tutur langsung Tuturan coba dibaca ,
vi
kemudian Mitra tutur: siswa karena kalim~t perintah ya.ng pertama! tersebut
lanjut ke jenis- Konteks: Tuturan digunakan u~tuk bermakna memerintah
jenis cerita ditujukan kepada memerintahkkn mitra mitra tutur untuk
rakyat~ coba seluruh mitra tutur tutur. membaca bruku paket
dibaca yang untuk membaca jenis pertaJila dari cerita
pertama!" jenis-jenis cerita rakyat. Kemudian mitra
Siswa : "Iya, Pak." rakyat yang ada pada tutur menj8jwab iya Pak .
bukupaket. Hal tersebut menandakan
Waktu: bahwa mitra tutur
Jam ke-6 dan 7 mengerti maksud
pelajaran Bahasa penutur.
Indonesia.
Tempat: kelas XH
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15. Guru: "Selanjutnya, Penutur: guru. Tindak tutur tidak Tuturan guru tersebut
fabel atau Mitra tutur: siswa langsung literal karena mmggunakan modus
cerita Konteks: tuturan modus kalimat tanya kalimat tanya. Namun,
binatang. ditujukan kepada digunakan untuk kalimat tersebut tidak
Cerita binatang mitra tutur di ruang memerintah. sekedar ditujukan untuk
itu cerita yang kelas terkait bertanya, rnelainkan
bagaimana?" pengertian fabel. u. untuk memerintah mitra
Siswa: "Cerita yang Waktu: tutur menjelaskan
tokoh- Jam ke-6 dan 7 pengertian fabel. Hal
tokohnya pelajaran Bahasa tersebut didukung oleh
binatang." Indonesia. jawaban siswa yang
Tempat: kelas XH. menjelaskan dengan baik
tentang pengertian fabel.

16. Guru : "Ternan Penutur: guru. Tindak tutur langsung Tuturan guru tersebut
kalian bilang Mitra tutur: siswa literal karena modus merupkan kalimat tanya
J
contohnya Konteks tuturan: kalimat yang digunakan untuk menanyakan
Gajah dan guru bertanya sarna-sarna bennaksud kebenaran cerita Gajah
tikus, benar kepada siswa tentang meminta klarifikasi dan Tikus, maknanya
atau tidak ini?" kebenaran salah satu kepada siswa tentang penutur ingin meminta
Siswa : "Benar, Pak." contoh fabel kebenaran cerita gajah klarifikasi dari mitra
berjudul Gajah dan dan tikus. tutur. Kemudian siswa
Tikus. Waktu: menjawab tidak. Hal
Jam ke-6 dan 7 tersebut menandakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

pelajaran Bahasa bahwa siswa mengerti


Indonesia. maksud guru.
Tempat: kelas XH.

17. Guru : "Kalau Penutur: guru. Tindak tutur ~angsung Tuturan tersebut
Zaman dulu Mitra tutur: siswa literal karenalkalimat merupakani kalimat tanya ~
saya keeil, Konteks: Tuturan tanya tersebut berperan kalian per~ah
kakeksaya ditujukan kepada untuk bertanya dan didongengi?Maknanya
pasti dongeng seluruh mitra tutur berhasil dim~ngerti oleh penutur ingin mengetahui
kancil nyolong terkait pengalaman semua siswa ~engan jawaban mitra tutur.
timun. Kalian mendengrakan jawaban mer¢ka. Kemudian ada yang
pemah dongeng sewaktu menjawab pernah ada
didongengi ?" keeil. juga tidak. Hal tersebut
Waktu: menandakanbahwa mitra
Siswa:"Pemah.. Jam ke-6 dan 7 tutur meng¢rti maksud
Tidak.. ~' pelajaran Bahasa penutur.
Indonesia.
Tempat: kelas XH.

i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18. Guru : "Dulu saya Penutur: guru. Tindak tutur tidak Tuturan tersebut tidak
didongengisenang Mitra tutur: siswa langsung lite~al karena hanya berupa informasi
/ f~~
banget, tapi kalau Konteks: Tuturan kalimat berita tersebut tetapi terkapdung ~~

~ -&-r
anak-anak zaman ditujukan kepada tidak sekedar maksud memberikan
sekarang itu sukanya seluruh mitra tutur memberikan informasi. saran kepa4a mitra tutur
I

main gadget. untuk dapat Makna sesun~guhnya untuk memanfaatkan


Sebenamya bisa itu memanfaatkan yaitu membelj1kan saran. gadget dengan sebaik
gadget dimanfaatkan gadget dengan mungkin yang
dengan baik. Kalian sebaik mungkin. diungkapan ·secara tidak
browsing dongeng- Waktu: langsung d¢ngan kalimat
dongeng untuk Jam ke-6 dan 7 berita.
mengasah imajinasi." pelajaran Bahasa
Siswa : "Iya, Pak." Indonesia.
Tempat: kelas XH.

19. Guru: "Nah, Penutur: guru. Tindak tutur t[dak Tuturan gu1tU
kemudian jenis Mitra tutur: siswa langsung liter~l karena menggunak'an modus
cerita rakyat Konteks: tuturan modus kalim~t tanya kalimat tanya. Namun,
yang kedua itu ditujukan kepada digunakan untuk kalimat tanya tersebut
apa?" mitra tutur di ruang memerintah mitra tutur. tidak sekedar untuk
Siswa: "Legenda." kelas sebelum bertanya, m~lainkan
membahas lebih memerintabkan mitra
lanjut jenis kedua tutur untuk menjawab
dari cerita rakyat. pertanyaan penutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Waktu: Kemudian dijawab oleh


Jam ke-6 dan 7 mitra tutur. Hal ini
pelajaran Bahasa menandakan bahwa mitra
Indonesia. tutur mengerti maksud
Tempat: kelas XH. dan mitra tutur.

20. Guru : "Kalau Penutur: guru. Tindak tutur langsung Tuturan tersebut ~
Danau Toba Mitra tutur: siswa literal karena kalimat merupakan kalimat tanya
itu legenda Konteks: tuturan tanya tersebut berperan danau Toba itu legenda
bukan?" klarifikasi ditujukan untuk mendapatkan bukan? Maknanya
Siswa : "Iya kepada seluruh mitra klarifikasi dan mitra penutur ingin
legenda." tutur terkait jenis tutur. mendapatkan klarifikasi
cerita dari Danau dan mitra tutur.
Toba. Kemudian dijawab iya
Waktu: legenda. Hal tersebut
Jam ke-6 dan 7 menandakan bahwa mitra
pelajaran Bahasa tutur mengerti maksud
Indonesia. penutur.
Tempat: kelas XH.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21. Guru : "Selain asal- Penutur: guru. Tindak tutur ~idak Tuturan tersebut tidak
usul binatang Mitra tutur: siswa langsung lite~al karena hanya befUpa r~
dan tempat, Konteks: tuturan kalimat pembieritahuan pemberitahuan, tetapi J~>~~
asal-usul ditujukan kepada tersebut tidakl sekedar terkandung ,maksud -t»--t(.).'ll" oL ~
tumbuhan juga seluruh mitra tutur memberikan ~nformasi. memerintah mitra tutur
perlu untuk memahami Makna sesuntguhnya untuk mell1ahami asal- ~~
dipahami." secara mandiri yaitu perintabj. usul tumbuhan. pro~Lk
Siswa : "Iya, Pak". mengenai asal-usul Kemudian rnitra

~
tumbuhan. Waktu: menjawab iya Pak. Hal
Jam ke-6 dan 7 tersebut menandakan
pelajaran Bahasa bahwa mitra tutur
Indonesia. mengerti maksud
Tempat: kelas XH. penutur.

22. Guru :"Contohnya Penutur: guru. Tindak tutur ttdak


I
Tuturan gunu
ya,Padi Mitra tutur: siswa langsung liter~l karena menggunakan modus
Bermula dari Konteks: tuturan modus kalimat pemberitahuan. N amun,
Dewi Sri: ditujukan kepada pemberitahuaiI maknanya·tidak sekedar
Gadung mitra seluruh mitra digunakan untuk memberitahu, melainkan
Beracun tutur di ruang kelas memerintah. untuk memerintah mitra
Dipanen Oleh terkait tumbuhan tutur mencari info lebih
Pohon Jagung. bemama gadung. lanjut terkaiJt tumbuhan
Gadungitu Waktu: gadung.
sebuah umbi, Jam ke-6 dan 7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

bentuknya pelajaran Bahasa


seperti Indonesia.
bengkoang, Tempat: kelas XH.
tetapi cara
pengolahannya
sangat mmit
dan harns
diolah dengan
baik karena
bisa membuat
orang
keracunan.
Nanti kalau
yangbelum
tahu cari di
google."
Siswa : "Oh ya, Pak."
i

23. Guru : "Untuk yang Penutur: guru. Tindak tutur l~ngsung Tuturan tersebut
asal-usul Mitra tutur: siswa
t/
literal karena kalimat bermakna perintah
bintang, baca Konteks: tuturan yang digunak~ itu jelas kepada mitra tutur untuk
sendiri! ditujukan kepada memerintahkan siswa membaca secara mandiri
Siswa : "Iya, Pak.~~ seluruh mitra tutur kelas XH untdk materi asal-llsul binatang.
untuk membaca membaca sec~ra mandiri. Kemudian Ihitra tutur
secara mandiri menjawab iya Pak. Hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

tentang asal-usul tersebut menandakan


binatang. Waktu: bahwa mitra tutur
Jam ke-6 dan 7 mengerti maksud
pelajaran Bahasa penutur.
Indonesia.
Tempat: kelas XH.

24. Guru : "Wah Rina Penutur: guru. Tindak tutur literal Tuturan tersebut V· J{O"-.&.A-t-o-
tulisanl1ya bagus Mitra tutur: siswa karena apa yang diutarakan dengan
sekali!" (Mendekati Konteks: tuturan dimaksudkan· oleh guru maksud memuji mitra ~d.ov&-
salah satu siswa yang berupa pujian sarna dengan makna tutur bemama Rina
duduk paling depan). ditujukan kepada kata-kata yang karena memang benar- .-tL~
Rina : (Tersenyum). mitra tutur bemama menyusunnya. benar tulisannya bagus.
Rinakarena
memiliki tulisan
yangbagus.
V\lraktu:
Jam ke-6 dan 7
pelajaran Bahasa
Indonesia.
Tempat: kelas XH.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25. Guru : "Selanjutnya, Penutur: guru. Tindak tutur tidak Tuturan tersebut JJ,~.
jenis cerita 1\1itra tutur: siswa langsung literal karena menggunakan kalimat
pelipur lara. Konteks: tuturan kalimat yang tanya apa itu cerita ~bfoUl
Apa itu pelipur ditujukan kepada diungkapkan tidak sesuai pelipur lara?
lara?" seluruh mitra tutur dengan maksud Namun, kalimat tersebut
Siswa : "Cerita yang mengenai pengertian pengutaraannya, tetapi tidak ditujukan untuk
menghibur." dari cerita pelipur makna kata-kata yang bertanya, melainkan
lara. menyusunnya sesuai untuk memerintah mitra
Waktu: dengan apa yang tutur untuk menjelaskan
Jam ke-6 dan 7 dimaksudkan penutur. pengertian cerita pelipur
pelajaran Bahasa lara.
Indonesia.
T empat: kelas XH.
26. Guru : "Fungsi Penutur: guru. Tindak tutur langsung Tuturan tersebut berupa
t/ tfi(L~
cerita pelipur lara l\litra tutur: siswa literal karena kalimat teguran kepada mitra
untuk menghibur hati. Konteks: tuturan yang digunakan itu jelas tutur (Amel) untuk tidak ~&",:,"A_~/A ~
Dalarn cerita ini berupa teguran menegur mitra tutur tiduran pada saat jam
g{~
(

dikisahkan hal-hal ditujukan kepada (Arnel) untuk tidak pelajaran. Kemudian 1~


yang indah-indah, mitra tutur bemama tiduran pada saat jam mitra tutur (Arnel)
penuh fantasi~ dan arnel untuk tidak pelajaran. menjawab iya Pak. Hal
irnpian. Contoh tiduran saat jam tersebut menandakan
tentang kehidupan peaJaran. bahwa mitra tutur
istana. Arnel jangan Waktu: mengerti maksud
tidural1, catat!" Jam ke-6 dan 7 penutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Arnel "Iya, Pak." pelajaran Bahasa


Indonesia.
Tempat: kelas XH.

27. Guru : "Kok Penutur: guru. Tindak tutur langsung Tuturan tersebut
nulisnya di buku Mitra tutur: siswa literal karena kalimat menyuruh mitra tutur t-~ ~/CI--
matelnatika, mbok Konteks: tuturan yang digunakan itujelas untuk memberikan kertas ~~~
tema11nya dikasih berupa perintah menyuruh mitra tutur kepada temannya yang ~
kertas!" (Mendekati
salah seorang siswa).
Fauzi
ditujukan kepada
seluruh mitra tutur
untuk memberikan
untuk memberikan kertas
kepada temannya yang
kehabisan buku.
kehabisan buku.
Kemudian mitra tutur
(fauzi) memberikan
/koo/
(Memberikan kertas kertas kepada teman kertasnya. Hal tersebut
dari bukunya ) yang kehabisan menandakan bahwa mitra
buku. tutur mengerti maksud
Waktu: Jam ke-6 penutur.
dan 7 pelajaran
Bahasa Indonesia.
Tempat: kelas XH.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28. Guru : "Ini tidak Penutur: guru. Tindak tutur langsung Tuturan tersebut
usah ditulis! Cerita Mitra tutur: siswa karena kalimat perintah bennakna pemberitahuan ~~~
Malin Deman yang Konteks: tuturan untuk menyatakan kepada seluruh mitra
~~fed
menceritakan tentang
perkawinan tokoh
ditujukan kepada
seluruh mitra tutur
pemberitahuan. tutur untuk tidak
mencatat cerita Malin ALt~t~<
bemama Malin untuk tidak perlu Deman. Kellludian mitra
Deman dengan mencatat cerita tutur menja;wab iya Pak.
~
seorang putri cantik."
Siswa : "Iya, Pak."
Malin Deman.
Waktu:
Hal tersebut menandakan
~/~~
bahwa mitra tutur
Jam ke-6 dan 7 mengerti maksud -bfcd)
pelajaran Bahasa penutur.
Indonesia.
Tempat: kelas XH.

29. Guru : "Selanjutnya Penutur: guru. Tindak tutur langsung Tuturan tersebut ,/-
cerita si Umbut Muda. Mitra tutur: siswa karena kalimat perintah bermakna pemberitahuan PCL/~
Kalian kan sudah tau Konteks: tuturan untuk menyatakan kepada seluruh mitra
judul-judulnya, nanti ditujukan kepada pemberitahuan. tutur untuk mencari di

h~
~j~r~~
cari di internet cerita seluruh mitra tutur internet cerita dari judul-
utuhnya!" untuk mencari di judulyang$udah
Siswa : "Iya Pak." internet cerita utuh diberikan. Kemudian
darijudulceritayang mitra tutur menjawab iya ~
sudah diberikan. Pak. Hal tetsebut ~.
Waktu: menandakan bahwa mitra
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Jam ke-6 dan 7 tutur mengerti maksud


pelajaran Bahasa penutur.
Indonesia.
Tempat: kelas XH.

30. Guru : "Selanjutnya, Penutur: guru. Tindak tutur tidak Tuturan gutU tersebut
cerita jenaka Mitra tutur: siswa langsung karep.a modus menggunakan modus
vi
ada yang Konteks: tuturan kalimat tanya i kalimat tanya. Namun,
tahu?' ditujukan kepada dimaksudkan untuk maksudnya ,tidak sekedar
Siswa : "Cerita yang mitra tutur mengenai memerintah. untuk bertanya,
isinya lucu." cerita jenaka. melainkan memerintah
Waktu: mitra tutur menjelaskan
Jam ke-6 dan 7 pengertian rakyat.
pelajaran Bahasa
Indonesia.
Tempat: kelas XH.

31. Guru : "Contohnya Penutur: guru. Tindak tutur l~gsung Tuturan tersebut t//
Pak Belalang, Lebai Mitra tutur: siswa literal karena ~alimat bermakna suruhan
Malang bisa dibaca Konteks: tuturan yang digunak$l itu jelas kepada selumh mitar
dan dicari sendiri!" ditujukan kepada memerintahkah siswa tutur untuk mencari dan
I

Siswa : " Iya Pak." seluruh mitra tutur kelas XH unt$ belajar membaca secara mandiri
untuk mempelajari secara mandiri.. cerita Pak Belalang dan
sendiri cotoh dari Lebai Malang. Kemudian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

cerita jenaka mitra futur menjawab iya


dikarnakan sudah Pak. Hal tersebut
waktunya istirahat. menandakan bahwa mitra
Waktu: Jam ke-6 tutur mengerti maksud
dan 7 pelajaran penutur.
Bahasa Indonesia.
Tempat: kelas XH.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Data 2

Trianggulasi
Keterangan
No. Data Tuturan Konteks Jenis Tindak Tutur Makna Pragmatik
Setuju Tidak Triangulator
\

32. Guru: Penutur: guru. Tindak tutur lang~ung Tuturan guru bennakna
"Pertemuan Mitra tutur: siswa. karena kalimat yang pemberitahuan kepada ~l~r
sebelumnya sudah Konteks: tuturan digunakan guru b¢rupa mitra tutur bawasannya
sampai jenis-jenis ditujukan kepada perintah kepada mitra pembahasan akan
cerita rakyat, seluruh mitra tutur tutur untuk cekatan dilanjutkan materi
-l-v~ .{;;..~
dilanjutkan untuk memberikan dalam mencatat. selanjutnya dan lebih
pembahasan penegasan bawasannya cekatan dalam mencatat
selanjutnya. pembahasan akan materi berikutnya .
Nulisnya agak dilanjutkan materi Kemudian dijawab iya
cepat ya!" selanjutnya. Pak. Hal tersebut
Siswa : "Iya, Pak." Waktu: menandakan bahwa mitra
Jam ke-4 dan 5 tutur mengerti maksud
pelajaran Bahasa penutur.
Indonesia.
Tempat: kelas XH.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33. Guru: Penutur: guru. Tindak tutur langsung Tuturan guru bermakna
"Pembahasan Mitra tutur: siswa karena kalimat yang pemberitahuan kepada
V
K[~~~-,
selanjutnya yaitu Konteks: tuturan digunakan guru berupa mitra tutur yang buku I~~
tentang unsur- ditujukan kepada perintah kepada mitra catatan Bahasa Indonesia
unsur cerita rakyat.
Kalau ya11g buku
seluruh mitra tutur di
kelas bagi yang buku
tutur untuk menggunakan sudah habis untuk ~
buku catatan lain apabila menggunakan alematif
catatannya habis, catatan habis, habis. buku catatan lain.
pakai buku lain dipersilahkan Kemudian dijawab iya
dulu!" menggunakan altematif Pak. Hal tersebut
Siswa : "Iya, Pak." buku lain. menandakan bahwa mitra
Jam ke-4 dan 5 tutur mengerti maksud
pelajaran Bahasa penutur.
Indonesia.
Tempat: kelas XH.

34. Guru: "Unsur Penutur: guru. Tindak tutur langsung Tuturan guru ini
~
pertama yaitu Mitra tutur: siswa karena kalimat tanya merupakan kalimat tanya
tema. Tema cerita Konteks: tuturan tersebut berperan untuk yang maknanya penutur
seputar kerajaan ditujukan kepada bertan~ya dan berhasil ingin meminta klarifikasi
atau istana seluruh mitra tutur di dimengerti oleh semua dari mitra tutur. Kemudian
sentris. Ceritanya kelas mengenai contoh siswa dengan jawaban dijawab iya Pak. Hal
diwalnai oleh telna yang ada dalam singkat mereka. tersebut menandakan
peristiwa yang cerita rakyat. bahwa mitra tutur
tidal( Inasuk aka!. Waktu: mengerti maksud penutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Data 2

Contoh fabel. Jam ke-4 dan 5


Fabel itu pelajaran Bahasa
binatang, iya Indonesia.
tidak?" Tempat: kelas XH.
Siswa : "Iya."
!

35. Guru : "Binatang Penutur: guru. Tindak tutur langsung Tuturan guru ini
difabel bisa Mitra tutur: siswa karena kalimat tartya merupakan kalimat tanya ~
berbicara kira-kira Konteks: tuturan tersebut berperan tmtuk yang maknanya!penutur
menurut kalian ditujukan kepada bertanya dan berh~sil ingin metninta klarifikasi
masuk akal tidak?" seluruh mitra tutur di dimengerti oleh s~mua dari mitra tutur.!Kemudian
Siswa : "Tidak." kelas mengenai cerita- mitra tutur dengati dijawab tidak. Ilal itu
cerita dalam fabel. jawaban singkat niereka. menandakan bahwa mitra
Waktu: tutur mengerti maksud
Jam ke-4 dan 5 penutur.
pelajaran Bahasa
Indonesia.
Tempat: kelas XH.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36. Guru: "Unsur Penutur: guru. Tindak tutur tidal


[
Tuturan guru tersebut
selanjutnya Mitra tutur: siswa langsung literal k~rena tidak hanya sekedar untuk
yaitu penokohan Konteks: tuturan kalimat yang bertanya kepada mitra
terdiri atas ditujukan kepada diungkapkan tidak sesuai tutur dikelas. Namun,
tokoh baik dan seluruh mitra tutur di dengan maksud memerintahkan mitra tutur
jahat, yang kelas tentang pengutaraannya, tetapi untuk menjawaJb arti kata
tampak kontras. pembagian tokoh dalam makna kata-kata yang kontras dalam penokohan.
Ada yang tahu cerita rakyat. menyusunnya se~uai Hal tersebutdidukung oleh
kontras itu Waktu: dengan apa yang jawaban dari ~itra tutur
apa?" Jam ke-4 dan 5 dimaksudkan penutur. (Amel) yang menjawab
k4.mel: pelajaran Bahasa arti dari kontras.
"Kontras artinya Indonesia.
jelas. Jelas Tempat: kelas XH.
maksudnya, tokoh
jahat itu membawa
karakter kejahatan
dan tokoh baik
yang membawa
nilai-nilai baik."
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Data 2

37. Guru: "Unsur Penutur: guru. Tindak tutur tidak1 Tuturan guru tersebut
selanjutnya adalah Mitra tutur: siswa langsung literal k4rena tidak hanya sekedar untuk t/
latar. Latar si apa?" Konteks: tuturan kalimat yang bertanya kepada mitra
Siswa: ditujukan kepada diungkapkan tidak sesuai tutur di kelas. Namun,
"Tempat terjadinya seluruh mitra tutur dengan maksud memerintahkanmitra tutur
suatu peristiwa." terkait pengertian latar pengutaraannya, t~tapi untuk menjawab
dalam cerita rakyat. makna kata-kata ~ang pengertian latar. Hal
Waktu: menyusunnya seslflai tersebut didukung oleh
Jam ke-4 dan 5 dengan apa yang jawaban dari mitra tutur
pelajaran Bahasa dimaksudkan peniItur. yang menjawab. tempat
Indonesia. terjadinya suatu peristiwa.
Tempat: kelas XH.

38. Guru: "Iya, seperti Penutur: guru. Tindak tutur lang~ung Tuturan guru tersebut
t-/ IL~f~'
istana, hutan, Mitra tutur: siswa karena kalimat tartya merupakan kalimat tanya
atau tempat- Konteks: tuturan tersebut berperan -pntuk yang yang maknanya
tempat khusus. ditujukan kepada betanya dan berh~sil penutur inginmengetahui ~cd
Bisa mengikuti seluruh mitra tutur dimengerti oleh s4mua jawaban mitra tutur. ~
tidak ini terkait contoh-contoh siswa denganjaw~ban Kemudian dijawab bisa
catatannya? latar dalam cerita mereka. Pak oleh semuamitra
Siswa : "Bisa." rakyat. tutur. Hal tersebut
Waktu: menandakan bahwa mitra
Jam ke-4 dan 5 tutur mengerti maksud dari
pelajaran Bahasa penutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Indonesia.
Tempat: kelas XH.

39. Guru Penutur: guru. Tindak tutur langsung Tuturan guru tersebut jelas
"Selanjutnya Mitra tutur: siswa literal karena kalimat menegur mitra tutur yang
V' rit~t-~
tentang kebahasaan Konteks: tuturan teguran tersebut bemama Adam untuk .

dari cerita rakyat, ditujukan kepada mitra digunakan untuk tidak tidur pada saat jam
Adamjangan tutur (Adam) untuk menegur mitra tutur. pembelajaran. Kemudian ,~ .~
tidur!" tidak tidur saat penutur dijawab oleh Adam (mitra
Adam : "Iya, sedang menjelaskan tutur) iya Pak. Hal tersebut
Pak," materi. menandakan bahwa siswa
Waktu: mengerti maksud penutur.
Jam ke-4 dan 5
pelajaran Bahasa
Indonesia.
Tempat: kelas XH.

40. Guru: "Lanjutkan, Penutur: guru. Tindak tutur langsung Tuturan guru tersebut
bahasa dalatTI cerita Mitra tutur: siswa karena kalimat tanya merupakan kalimat tanya
menggut1akan kata- Konteks: tuturan tersebut berperan untuk yang maknanya penutur
kata beku atau ditujukan kepada bertany"a dan berhasil ingin meminta klarifikasi
baku?" seluruh mitra tutur di dimengerti oleh semua dari mitra tutur. Kemudian
Siswa: "Baku." kelas terkait kebahasaan siswa denganjawaban dijawab oleh mitra tutur
Guru: "Iya, baku." dalatTI cerita rakyat. mereka. baku Pak. Hal tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Data 2

Waktu: menandakan bahwa mitra


Jam ke-4 dan 5 tutur mengerti maksud
pelajaran Bahasa penutur.
Indonesia.
Tempat: kelas XH.

41. Guru: "Unsur Penutur: guru. Tindak tutur Tuturan guru tetsebut
selanjutnya adalah Mitra tutur: siswa tidak langsung litttral tidak hanya sekedar untuk
V
sudut pandang. Konteks: tuturan karena kalimat ya*g bertanya kepad~ mitra
Dalam sebuah ditujukan kepada diungkapkan tid~ sesuai tutur di kelas.Namun,
cerita biasanya seluruh mitra tutur di dengan maksud memerintahkan mitra tutur
menggunakan kelas terkait pengutaraannya, t¢tapi untuk menjawab perihal
sudutpandang penggunaan sudut makna kata-kata y~ng penggunaan sudut
orang ke berapa?" pandang dalam cerita. menyusunnya sesuai pandang. Hal tersebut
I

Siswa: "Ketiga, rakyat. dengan apa yang didukung oleh jawaban


Pak." Waktu: dimaksudkan penUtur. dari mitra tutur yang
Guru: "Iya, orang Jam ke-4 dan 5 menjawab ketiga pak.
ketiga." pelajaran Bahasa
Indonesia.
Tempat: kelas XH.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

42. Guru : "Semua Penutur: guru. Tindak tutur tidak Tuturan guru tersebut ~'
materi yang Mitra tutur: siswa langsung karena talimat tidak hanya berupa
ada di buku Konteks: tuturan berita tersebut tid~ informasi tetapi
paket ini ditujukan kepada sekedar memberikanI
terkandung m~sud
keluar di seluruh mitra tutur di infonnasi. MaknaI memerintah mitra tutur
UKK·. " kelas bawasannya sesungguhnya ya~tu untuk belajar di buku
Siswa : "Banyak materi di buku paket perintah. paket sebagai bahan UKK
banget, akan diujikan pada yang diungkapan secara
Pak." waktu UKK. tidak langsung dengan
Waktu: kalimat berita.
Jam ke-4 dan 5
pelajaran Bahasa
Indonesia. I

Tempat: kelas XH.

Siswa : "Banyak
43. Penutur: guru. Tindak tutur lang$ung Tuturan guru tersebut ~V
{~e~f-~
banget, Mitra tutur: siswa literal karena mo4us dan secara langsung
Pak." Konteks: tuturan maksudnya berup~ saran. dimaksudkan memberikan
Guru : "Maka
dari itu
ditujukan kepada saran kepada mitra tutur r~~L
seluruh mitra tutur di untuk segera
belajarnya kelas untuk segera mempersiapkan diri ~~J;
dicicil dari mempersiapkan diri menghadapiU~.
sekarang." dalam menghadapi Kemudian dijawab iya
Siswa: "Iya, Pak." UKK. Pak. Hal tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Data 2

Waktu: menandakan bahwa mitra


JaIn ke-4 daI1 5 tutur mengerti maksud
pelajaran Bahasa penutur.
Indonesia.
Tempat: kelas XH.

44. Guru : "Unsur Penutur: guru. Tindak Ttutur tidak Tuturan guru tersebut
selanjutI1ya yaitu Mitra tutur: siswa langsung literal karena tidak hanya sekedar untuk
amanat. Dalam Konteks: tuturan kalimat yang bertanya kepada mitra
cerita Malin ditujukan kepada diungkapkan tidak sesuai tutur di kelas. Namun,
KundaI1g ada seluruh mitra tutur di dengan maksud memerintahkan mitra tutur
amanatnya tidak, kelas terkait amanat pengutaraannya, tetapi untuk menjawab mengenai
siapa yang tau?" dari cerita Malin makna kata-kata yang amanat yang terdapat pada
Lia : "Ada. Kundang.. menyusunnya sesuai cerita Malin Kundang. Hal
Jal1gan jadi Waktu: dengan apa yang tersebut didukung oleh
al1ak Jam ke-4 dan 5 dimaksudkan penutur. jawaban dari mitra tutur
durhaka." pelajaran Bahasa (Lia) yang menjawab
Indonesia. jangan jadi anak durhaka.
Tempat: kelas XH.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45. Guru : "Kalau Penutur: guru. Tindak tutur lang~ung Tuturan guru tersebut
durhaka bisa Mitra tutur: siswa literal karena kalil\nat secara langsung /
dikutuk menjadi Konteks: tuturan yang digunakan itujelas
I
dimaksudkan memberikan
batu. Tolong ditujukan kepada seluuh memberikan nasiHat
I
nasihat kepada mitra tutur
jangan meniru mitra tutur di kelas kepada mitra tutwt untuk untuk tidak bersikap
Malin Kundang. untuk tidak bersikap menghargai perju~gan seperti Malin Kundang
Kalau kalian besok seperti Malin Kundang. ibu. dan menghargai
sudah sukses, Waktu: perjuangan ibu. Kemudian
pulang ke rumah Jam ke-4 dan 5 dijawab iya Pak~ Hal
menemui ibu, lalu pelajaran Bahasa tersebut menandakan
ibumu tak secantik Indonesia. bahwa mitra tuttlr
dan seganteng Tempat: kelas XH. mengerti maksud dari
kamu lagi. Jadi, penutur.
jangan melupakan
perjuangan seorang
ibu!"
Siswa : "Iya, Pak."

i
i

i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Data 2

46. Guru : "Baiklah, Penutur: guru. Tindak tutur lang~ung Tuturan guru tetsebut
materi cerita rakyat Mitra tutur: siswa karena kalimat taJi.ya merupakan kalimat tanya
/ ~fvcfu-:,
sudah selesai. Konteks: tuturan tersebut berperan tmtuk yang maknanya:penutur
~
Jenisnya tadi ada ditujukan kepada betanya. ingin mengetahui jawaban
legenda, mitos,
jenaka, dan pelipur
seluruh mitra tutur
terkait pemahaman
mitra tutur. Kemudian
dijawab sudahPak oleh ~'~
lara. Lalu, unsur j enis dan unsur dari semua mitra tutltlr. Hal
ada tema, latar, cerita rakyat. tersebut menandakan
kebahasaan,dan Waktu: bahwa mitra tutur
amanat. Dari cerita Jam ke-4 dan 5 mengerti maksud penutur.
rakyat mengenai pelajaranBahasa
jenis dan unsur Indonesia.
sudahjelas Tempat: kelas XH
apa belum?"
Siswa : "Sudah,
Pak."

Guru : "Syukur Penutur: guru.


!o(~Jv~~
47. Tindak tutur langs-png Tuturan guru tersebut
kalau semua sudah Mitra tutor: siswa literal karena mod~s dan bermakna pemb¢ritahuan V
paham. Sekarang, Konteks: tuturan maksudnya berup~ kepada mitra tutur untuk
i

pemberitahuan ke~ada
Lv ~cLb
lanjut ke materi ditujukan kepada menulis judul y~ng tertera
berikutnya yaitu seluruh mitra tutur di tutur untuk menuli~ judul pada bab 9. Kellludian
bab 9. Ditulis dulu kelas untuk mencatat pada bab 9. dijawab iya Pak. Hal
judulnya! Menulis judul pada bab 9. tersebut menandakan
\
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

gagasan dalam Waktu: bahwa mitra tutur


bentuk paragraf." Jam ke-4 dan 5 mengerti maksud penutur.
Siswa : "Iya, Pak.. pelajaran Bahasa
Indonesia. kelas XH

48. Guru : "Menulis Penutur: guru. Tindak tutur tidakJ Tuturan guru tersebut
gagasan pembaca Mitra tutur: siswa langsung literal k4rena tidak hanya sekedar untuk
dalam bentuk Konteks: tuturan kalimat yang bertanya kepada mitra
paragraf yang ditujukan kepada diungkapkan tidal{ sesuai tutur di kelas. Namun,
biasanya isinya seluruh mitra tutur di dengan maksud maknanya memerintah
mengajak dan kelas terkait bentuk pengutaraannya, t~tapi mitra tutur untuk menjawb
meyakinkan. paragraf yang isinya makna kata-kata yang perihal bentuk paragraf
Paragrafyang berupa ajakan. menyusunnya; seslj1ai yang isinya bentpa ajakan.
isinya berupa Waktu: dengan apa yang Hal tersebut didukung oleh
ajakan namanya Jam ke-4 dan 5 dimaksudkan penljLtur. jawaban dan mitra tutur
apa?" pelajaran Bahasa yang menjawab paragraj
Siswa : "Paragraf.. Indonesia. persuasif.
Guru : "Apa?" Tempat: kelas XH
Siswa
"Argumel1tasi."
Guru : "Kalau
argumentasi kan
meyampaikan
argumen atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Data 2

pendapat."
Siswa
"Persuasif."
Guru : "Iya,
persuasif itu kan
mengajak. Contoh,
ayo masuk ke SMA
karangrej a nannti
ketemu guru yang
ganteng-ganteng.""
Siswa : "Huu."

49. Guru : "Iya, bisa Penutur: guru. Tindak tutur langsung


K~J~-~
Tuturan guru secara
dilengkapi. Mitra tutur: siswa
V
literal karena kalimat langsung dimaksudkan
Pengertiannya Konteks: tuturan yang digunakan guru itu menyuruh mitra tutur
f~C/'--
adalah paragraf ditujukan kepada jelas meminta atau (Ana) untuk mengulang
-Uf~
~
yang bertujuan seluruh mitra tutur di memerintahkan mitra penjelasan dari penutur
untuk meyakinkan kelas mengenai tutur (Ana) untuk terkait pengertian paragraf
dan mengaj ak penjelasan dan paragraf mengulang penjelasan persuasif. Kemudian mitra
pembaca, atau persuasif. Kemudian dari penutur. tutur (Ana) benar-benar
paragraf yang penutur meminta mitra mengulang penjelasan dari
bertujuan untuk tutur (Ana) untuk penutur tadi. Hal tersebut
mempengaruhi, mengulangg penjelasan menandakan bahwa mitra
menghimbau, dari penutur. tutur mengerti maksud
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

membujuk, atau Waktu: penutur.


merayu pembaca Jam ke-4 dan 5
sehingga pelajaran Bahasa
terpengaruh untuk Indonesia.
mengikuti Tempat: kelas XH.
keinginan penulis.
Ana coba diulangr'
Ana : "Paragraf
persuasif adalah
paargraf yang
meyakinkan dan
mengajak pembaca.
Tujuannya untuk
meyakinkan
menghimbau, dan
mengajak pembaca
untuk mengikuti
gagasan dari
penulis."
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Data 2

50. Guru : "Iya, atau


paragraf yang
Penutur: guru.
Mitra tutur: siswa
Tindak tutur lang4ung
karena·kalimat yapg
Tuturan guru bermakna
pemberitahuan kepada
V [~r~
bertujuan untuk Konteks: tuturan digunakan itu jel$ mitra tutur untuk mencatat /lNL,~
mempengaruhi, ditujukan kepada meminta atau dan membaca secara
menghimbau, seluruh mitra tutur di memerintahkan mlitra mandiripenjelasan penutur ~.~ ~~
membujuk, dan kelas untuk rnencatat tutur lIDtuk belaj* tentang pargrafpersuasif.
merayu pernbaca dan rnernbaca secara secara rnandiri. Kemudian mitra tutur
sehingga mandiri penjelasan menjawab i)la Pak. Hal
terpengaruh untuk penutur tentang tersebut menandakan
rnengikuti pargaraf persuasi£ bahwa mitra tutiIr
keinginan penulis. Waktu: mengerti maksud penutur.
Dicatat dan dibaca Jam ke-4 dan 5
di rurnah ya!" pelajaran Bahasa
Siswa : "Iya, Pak." Indonesia.
I
Tempat: kelas XH.

51. Guru : "Hanida Penutur: guru. Tindak tutur tidak i Tuturan guru tel1sebut
sudah mencatat Mitra tutur: siswa langsung karena ntodus bennakna menegur mitra
t/
belurn?" Konteks: tuturan tuturan tersebut tidak tutur yang terlihat tidak
Hanida: "Sudah, ditujukan kepada rnitra sekedar untuk be~anya, menulis.
Pak." tutur (Hanida) yang tetapi maksudnya perupa
sedang rnengobrol teguran..
dengan ternan
sebangkunya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Waktu:
Jam ke-4 dan 5
pelajaral1 Bahasa
Indonesia.
Tempat: kelas XH.

52. Guru: "Adanl Penutur: guru. Tindak tutur langsung Tuturan tersebut
lelllas sekali, sudall Mitra tutur: siswa literal karena kalimat merupakan kalimat tanya
maka11 belum Konteks: tuturan tanya tersebut berperan yang maknanya penutur
tadi?" ditujukan oleh Initra untuk memberikan bersikap peduli dengan
Adam: "Sudah, tutur (Adam) yang perhatian kepada mitra mitra tutur.
Pak." tiduran di kelas. Waktu: tutur.
Jam ke-4 dan 5
pelajaran Ba11asa
Indonesia.
Tempat: kelas XH

53. Guru: "Mellcatat Penutur: guru. Tindak tutur langsung Tuturan tersebut
pengertian paragraf Mitra tutur: siswa literal karena kalimat merupakan kalimat tanya
persuasifnya sudah Kontel{s: tuturan tanya tersebut berperan yang maknanya penutur
sudall selesai ditujukan kepada untuk betanya dan ingin mengetahui jawaban
belllll1'?" seluruh Initra tutur di berhasil dimengerti oleh mitra tutur. Kemudian
Siswa: "Sudall, kelas. \Vaktu: mitra tutur. dijawab sudah Pak oleh
Pak." Jam ke-4 dan 5 mitra tutur. Hal tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Data 2

pelajaran Bahasa menandakan bahwa mitra


Indonesia. tutur mengerti maksud
Tempat: kelas XH. penutur.

54. Guru: "Kegiatan Penutur: guru. Tindak tutur langsung Tuturan guru tersebut
utama kalian itu Mitra tutur: siswa literal karena modus secara langsung
belajar. Jadi kalau Konteks: tuturan yang digunakan itujelas dimaksudkan memberikan
mau sukses ya berupa nasihat berupa nasihat kepada nasihat kepada mitra tutur
belajar!" ditujukan kepada mitra tutur untuk belajar untuk belajar dengan giat.
Siswa : "Iya, Pak." seluruh mitra tutur di dengan giat.. Kemudian mitra tutur
kelas. Waktu: menjawab iya Pak. Hal
Jam ke-4 dan 5 tersebut menandakan
pelajaran Bahasa bahwa mitra tutur
Indonesia. mengerti maksud dari
Tempat: kelas XH. penutur.

55. Guru : "Waktunya


tinggal hari ini dan
Penutur: guru.
Mitra tutur: siswa
Tindak tutur tidak
langsung karena kalimat
Tuturan guru tersebut
tidak hanya berupa
n'
lo~~
"~~~
~.A- ~ ~
besok karena jumat Konteks: tuturan berita tersebut tidak infonnasi tetapi
libur." ditujukan kepada sekedar memberikan terkandung maksud .. •.
seluruh mitra tutur di infonnasi. Makna memerintah mitra tutur
~~-
kelas. Waktu: sesungguhnya yaitu untuk segera
4.t.f~
Jam ke-4 dan 5
pelajaran Bahasa
perintah. menyelesaikan rnateri
sebagai bahan belajar 0'
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Indonesia. untuk UKK yaI\g


Tempat: kelas XH. diungkapan secara tidak
I

langsung dengan kalimat


berita.

56. Guru: Penutur: guru. Tindak tutur tidakt Tuturan guru tersebut
"Selanjutnya Mitra tutur: siswa langsung literal k~ena tidak hanya sek~dar untuk
tI
menulis teks Konteks: tuturan kalimat yang bertanya kepada mitra
pidato. Ini tidak ditujukan kepada mitra diungkapkan tida~ sesuai tutur (Romlah) di kelas.
usah dijelaskan tutur (Romlah) terkait dengan maksud Namun, memerintahkna
i

panjang lebar pidato. Waktu: pengutaraannya, t¢tapi mitra tutur (Rorplah) untuk
sudah tau ya. Jam ke-4 dan 5 makna kata-kata yang menjawab perihal definisi
I •
Intinya pidato itu pelajaran Bahasa menyusunnya ses"\lal pidato. Hal tersebut
i

apa Romlah?" Indonesia. dengan apa yang I didukung olehjawaban


Romlah: Tempat: kelas XH. dimaksudkan pen*tur. dari mitra tutur (Romlah)
"Berbicara di yang menjawab i berbicara
depan umum." di depan umum.

I
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Data 2

57. Guru: "Untuk Penutur: guru. Tindak tutur lang~ung Tuturan tersebut secara ./ {L~Jvlu-...'
tugas membuat Mitra tutur: siswa literal karena kali~at bermkana pemberitahuan
tabel, tolong Konteks: tuturan yang digunakan b~rupa kepada mitra tutur untuk
semuanya
mengumpulkan
ditujukan kepada
seluruh mitra tutur
pemberitahuan kepada
mitra tutur untuk :
mengumpulkan ltugas
membuat tabel sebelum
JA.
--
~

~oJ:
ya." untuk mengumpulkan mengumpulkan tqgas. UKK. Kemudian mitra
Siswa : "Iya, Pak." tugas. tutur menjawab !iya Pak.
Waktu: Hal tersebut menandakan
Jam ke-4 dan 5 bahwa mitra tutur
pelajaran Bahasa mengerti maksud penutur.
Indonesia kelas XH.

58. Guru : "Baik, Penutur: guru.


secara mandiri Mitra tutur: siswa
Tindak tutur lang$ng
karena kalimat tad,ya
Tuturan tersebut
merupakan kalimat tanya /
besok dikulnpulkan Konteks: tuturan tersebut berperan ~ntuk yang maknanya ,penutur
karena nanti akan ditujukan kepada betanya dan berha~il ingin mengingatkan mitra
menjadi tambahan seluruh mitra tutur di dimengerti oleh ~tra tutur terkait tugas.
nilai kalian. Kalau kelas sebelum tutur.
yangtidak mengakhiri
mengumpulkan pembelajaran.
kira-kira dapat nilai Waktu:
tidak? Jam ke-4 dan 5
Siswa : "Tidak." pelajaran Bahasa
Indonesia kelas XH.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59. Guru: "Begitu Penutur: guru. Tindak tutur tidak Tuturan tersebut tidak
saja ya, tugas Mitra tutur: siswa langsung literal karena hanya berupa infonnasi
dibuat karena Konteks: tuturan kalimat berita tersebut tetapi terkandung maksud
sudah luau UKK." ditujukan kepada tidak sekedar memerintah mitra tutur
Siswa : "Iya, Pak." seluruh mitra tutur di memberikan infonnasi. untuk segera
kelas sebeillm ~aknasesungguhnya menyelesaikan tugas
mengakhiri yaitu perintah. sebelum UKK yang
pembelajaran. diungkapan secara tidak
Waktu: langsung dengan kalimat
Jam ke-4 dan 5 berita.
pelajaran Bahasa
Indonesia kelas XH.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Data 3

Trianggulasi
No. Keterangan
Data Tuturan Konteks Jenis Tindak Tutur Makna Pragmatik
Setuju Tidak Triangulator

60. Guru: Penutur: guru. Tindak tutur langsung Tuturan guru tdrsebut
"Baik, sebelum Mitra tutur: siswa. karena kalimat yang bermakna persilaan yang
vr· f~~f~
memulai pelajaran Konteks: tuturan digunakan berupa ditujukankepada mitra
doa dulu ya, ditujukan kepada perintah untuk berdoa. tutur untuk memulai
silahkan berdoa
menurut agama dan
seluruh mitra di kelas
sebelum pembelajaran
pelajaran dengan berdoa.
Kemudian mitra tutur ~ -kf~
keyakinan masing- dimulai. berdoa secara pribadi. Hal
masing!." Waktu: tersebut menandakan
Siswa : (Berdoa) Jam ke-6 dan 7 bahwa mitra tufur
pelajaran Bahasa mengerti maksud penutur.
Indonesia.
Tempat: kelas XE.

61. Guru: Penutur: guru. Tindak tutur langsung Tuturan guru tersebut
"Masih semangat Mitra tutur: siswa karena kalimat tanya merupakan kalitnat tanya
semuanya?" Konteks: tuturan tersebut berperan yang maknanya berupa
Siswa : "Masih, Bu." ditujukan kepada untuk bertanya dan sapaan kepada siswa.
seluruh mitra tutur di berhasil dimengerti
kelas sebagai motivasi oleh semua siswa.
sebelum belajar.
Waktu:
Jam ke-6 dan 7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

pelajaran Bahasa
Indonesia.
Tempat: kelas XE.

62. Guru: Penutur: guru. Tindak tutur l~gsung Tuturan guru tersebut ./ ~~
"Han ini siapa saja Mitra tutur: siswa karena kalimat tanya merupakan kalimat tanya
yang tidak hadir?" Konteks: tuturan tersebut berperan yang maknanya penutur A_ ./JIt1. .....
11'---"-
Siswa : "Ritki, Bu." ditujukan kepada untuk bertany* dan ingin mengetahui jawaban
seluruh mitra tutur di berhasil dimetigerti mitra tutur. Kemudian
kelas terkait
kehadiran.
oleh semua siSwa
dengan jawab~
dijawab Rifki Bu. Hal
tersebut menandakan
-&f~
Waktu: mereka. bahwa mitra mtur
Jam ke-6 dan 7 mengerti maksllld penutur.
pelajaran Bahasa
Indonesia.
Tempat: kelas XE

i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Data 3

63. Guru
"Bagi yang sudah
Penutur: guru.
Mitra tutur: siswa
Tindak tutur tidak
langsung liter41 karena
Tuturan guru tersebut
bermakna memerintah
~
rajin berangkat, Konteks: tuturan modus kalimat berupa kepada mitra tutur untuk
dipertahankan ditujukan kepada pembeitahuan~ tetapi tetap konsisten
kehadiran kalian seluruh mitra tutur di maksudnya ad~lah mempertahankan
ya." kelas untuk tetap perintah. kehadiran di skolah.
Siswa : "Iya, Bu.~' konsisten berangkat Kemudian mitra tutur
sekolah. menjawab iya Bu. Hal
\'y'faktu: tersebut menandakan
Jam ke-6 dan 7 bahwa mitra tutur
pelajaran Bahasa mengerti maksud penutur.
Indonesia.
Tempat: kelas XE.

64. Guru: Penutur: guru. Tindak tutur l$gsung Tuturan· guru tersebut
(L~}~
"Tolol1g, yang Mitra tutur: siswa literal karena Malimat secara langsung
piket hari ini ambil Konteks: tuturan yang digunakap itu dimaksudkan meminta
buku paket Bahasa ditujukan kepada memerintahkan mitra tolong kepada mitra tutur
p ~~
Indonesia di kelas mitra tutur yang piket tuturuntuk (piket kelas) untuk
XD lantai atas ya!~' pada hari itu untuk mengambil buku mengambil buku paket di .0foVC
Siswa : "Yok..yok ambil mengambil buku paket. kelas XD. Kemudian mitra
buku." paket. tutur menjawab yok yok
Waktu: ambil buku.
Jam ke-6 dan 7 Hal tersebut menandakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

pelajaran Bahasa bahwa mitra tutur


Indonesia. mengerti maksud penutur.
Tempat: kelas XE.

65. Guru: Penutur: guru. Tindak tutur tidak Tuturan guru tersebut
"Pada pertemuan lalu Mitra tutur: siswa langsung literal tidak hanya sekedar untuk
kita sudah belajar apa Konteks: tuturan karena kalimat yang bertanya kepada mitra
ya?" ditujukan kepada diungkapkan tidak tutur di kelas. Namun,
Siswa: seluruh mitra tutur sesuai dengan maksud memerintah mitra tutur
"Bercerita cerita terkait kegiatan yang diutarakan. untuk menjawab perihal
rakyat di depan belajar pada pembelajaran sebelumnya.
kelas." pertemuan Hal tersebut didukung oleh
sebelumnya. jawaban dari mitra tutur
Waktu: yang menjawab bercerita
Jam ke-6 dan 7 cerita rakyat di depan
pelajaran Bahasa kelas.
Indonesia.
Tempat: kelas XE.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Data 3

66. Guru: "Ada yang belum Penutur: guru. Mitra Tindak tutur t~dak Tuturan guu tersebut tidak
maju dan tutur: siswa
I

langsung liter*l karena sekedar untuk 1i>ertanya.


./
mengumpulkan Konteks: tuturan modus tuturanj Namun, makna atau
tugas ya?" ditujukan kepada menggunakan ikalimat maksudnya adalah
Siswa : "Ada." seluruh mitra tutur tanya, tetapi i memerintah mitra tutur
terkait tugas yang maksudnya ad~lah yang belum rnaju dan
diberikan oleh perintah. rnengurnpulkan tugas
penutur. Waktu: untuk berterus terang.
Jam ke-6 dan 7
pelajaran Bahasa
Indonesia.
Tempat: kelas XE.

67. Guru "Coba tunjuk Penutur: guru. Tindak tutur l~gsung Tuturan tersebut jelas
jari yang belum maju!" Mitra tutur: siswa karena kalima~ rnenyuruh rnitra tutur yang
Siswa : (Tunjuk jari) Konteks: tuturan perintah tersebrut belurn bercerita di depan
i
ditujukan kepada digunakan unt¢tk kelas untuk tunJukjari.
mitra tutur yang memberikan p~rintah Kernudian rnitr~ tutur yang
belum bercerita di kepada mitra ~tur. rnerasa belum rnaju
depan kelas. rnenunjukan jarinya. Hal
Waktu: tersebut rnenandakan
Jam ke-6 dan 7 bahwa rnitra tutUr yang
pelajaran Bahasa belurn maju bercerita
Indonesia kelas XE. rnengerti rnakslld penutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68. Guru: Penutur: guru. Tindak tutur l~gsung Tuturan tersebut 7oLRa.wfi~
"Sampai sini ada Mitra tutur: siswa literal karena l,(alimat merupakan kalimat tanya
'.
yangperlu Konteks: tuturan tanya tersebutl yang maknanya penutur
ditanyakan lagi?" ditujukan kepada berperan untu~ ingin mengetahui jawaban ~. ~evt
Siswa: "Tidak." mitra tutur yang betanya dan b~rhasil mitra tutur yang
mendapatkan tugas dimengerti ol~h semua mendapatkan t\lgas
pengganti. siswa dengan jawaban pengganti . Kemudian
Waktu: mereka. dijawab tidak oleh semua
Jam ke-6 dan 7 mitra tutur. Hal tersebut
pelajaran Bahasa menandakan bahwa mitra
Indonesia. tutur mengertimaksud
Tempat: kelas XE. penutur.

69. Guru : "Jadi, paham Penutur: guru. Tindak tutur 14ngsung Tuturan tersebut ,L (p..,.5jv~
ya tugasnya Mitra tutur: siswa karena kalima~ tanya merupakan kalimlat tanya
I

yangbelum Konteks: tuturan tersebut berpe~an yang maknanya penutur


maju?" ditujukan kepada untuk betanya Idan ingin mengetahiUi jawaban ...f:.<.-'ot~ L1~
Siswa : "Paham, Bu." mitra tutur yang berhasil dimenjgerti mitra tutur yang
mendapatkan tugas oleh semua sisjwa mendapatkan tqgas
pengganti dengan jaWab* pengganti . Kel11udian
Waktu: mereka. dijawab pahamiBu oleh
Jam ke-6 dan 7 semua mitra tutur.
pelajaran Bahasa
Indonesia kelas XE.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Data 3

70. Guru Penutur: guru. Tindak tutur langsung Tuturan tersebut secara
"Tolong buku paket11ya Mitra tutur: siswa literal karena kalimat langsung dimaksudkan
dibagika11 dulu!" Konteks: tuturan perintah digunakan memerintah mitra tutur
Siswa: ditujukan kepada untuk memerintahkan untuk membagikan buku
(Me111bagikan seluruh lnitra tutur di mitra tutur paket ke semua meja.
buku) kelas untuk membagikan buku. Kemudian mitra tutur
Inembagikan buku langsung membagikan
paket. Waktu: buku paket ke setiap mej a.
JaIn ke-6 dan 7 Hal tersebut menandakan
pelajaran Bahasa bahwa mitra tutur
Indonesia. mengerti maksud penutur.
Tempat: kelas XE.
71. Guru Penutur: guru. Tindak Tutur Tuturan tersebut secara
"Tolong perhatika11 Mitra tutur: siswa langsung literal langsung dimaksudkan
saya! I(alian buka I(onteks: tuturan karena modus kalimat memerintah mitra tutur
ulangan semester ditujukan kepada yang digunakan untuk lnembuka buku
dua di halalna11 seluruh Initra tutur di memerintahkan mitra paket halaman 245
245." kelas untuk membuka tutur untuk melnbuka Kemudian seluruh mitra
Siswa : "Iya, Bu." buku paket halaman buku. tutur langsung membuka
245. \\Taktu: bukunya masing-masing.
Jam ke-6 dan 7 Hal tersebut menandakan
pelajaran Bahasa bahwa mitra tutur
Indonesia kelas XE. mengerti maksud penutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72. Guru : "Ada ya, Penutur: guru. Tindak tutur langsung Tuturan tersebltlt secara
ini juga sobek Mitra tutur: siswa (.,/
literal karena modus bemakna perintah yang
halamarulya ya. Konteks: tuturan kalimat yang ditujukan kepada mitra
Yang sobek dan ditujukan kepada digunakan tutur untuk bergabung
tidak ada soalnya, seluuh mitra tutur memerintahkan mitra dengan temannya jika ada
silahkan gabung ke untuk bergabung tutur halaman yang sobek.
temarulya yang dengan temannya jika Kemudian dijawab iya Bu.
lain!" halaman buku Hal tersebut m¢nandakan
Siswa : "Iya, Bu." paketnya sobek. bahwa mitra tutur
Waktu: mengerti maksud penutur.
Jam ke-6 dan 7
pelajaran Bahasa
Indonesia.
Tempat: kelas XE.
73. Guru Penutur: guru. Tindak tutur langsung Tuturan tersebut secara
"Nah, itu ada 25 Mitra tutur: siswa
t/
karena kalimat langsung menegur mitra
soal kalian tolong Konteks: tuturan perintah digunakan tutur untuk tidak ngobrol
perhatikan saya ditujukan kepada untuk menegur mitra ketika penutur sedang
dulu, jangan seluruh mitra tutur tutur. menjelaskan. Kemudian
ngobrol terus!" untuk memperhatikan suasana kembali kondusif
Siswa : (Berhenti penjelasan penutur. Hal tersebut menandakan
bicara). Waktu: jam ke-6 dan bahwa mitra tufur
7 pelajaran Bahasa mengerti maksud penutur.
Indonesia kelas· XE
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Data 3

74. Guru : " ltu ada Penutur: guru. Tindak tutur l~gsung
J.L~r~
Tuturan tersebut secara
25 soal pilihan Mitra tutur: siswa literal karena modus bennakna.pemberitahuan
V
tuturannya b~pa
ganda semua, tulis
jawabannya saja
Konteks: tuturan
ditujukan kepada pemberitahua~.
kepada mitra tu.tur untuk
hanya menulis jawaban
~
ty-
ya!" seluruh mitra tutur di tidak perlu menulis ulang ~~
Siswa : "Iya, Bu." kelas tekait jawaban soal. Kemudian dijawab
dari soal yang ada di iya Bu. Hal tersebut
buku. menandakan bahwa mitra
Waktu: I
tutur mengerti maksud
Jam ke-6 dan 7 penutur.
pelajaran Bahasa
Indonesia. I

Tempat: kelas XE I

75. Guru : "Kerjakan Penutur: guru.


di selembar kertas Mitra tutur: siswa
Tindak tutur lalngsung
i

literal karena ktalimat


Tuturan tersebult secara
~ IL{~t'fu--:
I
langsung dimaksudkan
dan j angan saling Konteks: tuturan yang digunakap itu menyuruh mitra tutur
mencontek ya!" ditujukan kepada jelas memerin~an untuk tidak mencotek satu
~r~
Siswa : "Iya, Bu." seluruh mitra tutur di
kelas untuk tidak
mitra tutur. \

I
sarna lain. Kemudian
dijawab iya Bu.· Hal ~
mencontek. Waktu: tersebut menanclakan
Jam ke-6 dan 7 bahwa mitra tutur
pelajaran Bahasa mengerti maksud penutur.
Indonesia.
Tempat: kelas XE
"
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

76. Guru Penutur: guru. Tindak tutur l~gsung Tuturan tersebut


V ;{~r~
"Kemudian Mitra tutur: siswa karena kalim~t tanya merupakan kalimat tanya c1A,~~
kemarin sudah ibn Konteks: tuturan yang maknanya penutur
~f~-
tersebut berperan
kasih kisi-kisi ditujukan kepada untuk betanya\ dan ingin mengetahui jawaban
soalnya ya?"
Siswa : "Sudah, Bu."
seluruh mitra tutur di
kelas terkait kisi-kisi
berhasil dime*gerti
i

oleh semua siswa


mitra tutur tentang
pembagian kisi-kisi soal.
~l~
soal UKI(.
Waktu:
dengan jawab~
mereka.
Kemudian ·dijawab sudah
Bu oleh semua mitra tutur. ~
Jam ke-6 dan 7 Hal tersebut menandakan
pelajaran Bahasa bahwa mitra tutur
Indonesia. mengerti maksud penutur.
Tempat: kelas XE.
77. Guru Penutur: guru. Mitra Tindak tutur 14ngsung Tuturan tersebut bermakna
"Nah, untuk materi tutur: siswa literal dengan ! pemberitahuan ikepada V
yang belum ibu Konteks: tuturan menggunakan !modus seluruh mitra tutur untuk
sampaikan itu pidato. ditujukan kepada kalimat perint~. menyalin materi. dan
Ini seluruh mitra tutur di belajar secara mandiri
materinya nanti kalian kelas menyalin materi materipidato.
fotocopy dan belajar dan belajar secara Kemudian mitra tutur
sendii!" mandiri materi pidato. menjawab iya Bu. Hal
Siswa :"Iya, Bu. Waktu: tersebut menandakan
fotocopy terus." Jam ke-6 dan 7 bahwa mitra tutur
pelajaran Bahasa mengerti maksud penutur.
Indonesia kelas XE
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Data 3

78. Guru: Penutur: guru. Tindak tutur langsung Tuturan tersebut secara
"Ayok dikerjakan dulu Mitra tutur: siswa karena kalimat langsung dimaksudkan
itu! " Konteks: tuturan perintah diutarakan memerintah mitra tutur
Siswa : "Baik, Bu." ditujukan kepada untuk memerintah. untuk mengerjakan soal di
seluruh mitra tutur di buku paket. Kemudian
kelas untuk mitra tutur menjawab iya
Inengerjakan soal di Bu. Hal tersebut
buku paket. Waktu: menandakan bahwa mitra
Jam ke-6 dan 7 tutur mengerti maksud
pelajaran Bahasa penutur.
Indonesia.
Tempat: kelas XE.

79. Guru: Penutur: guru. Tindak tutur tidak Tuturan guru tersebut
"Ada soal yang belum Mitra tutur: siswa langsung karena bukan sekedar bertanya,
kalian pahalni?" Konteks: tuturan modus kalimat melainkan bermakna untuk
Siswa: "I<.ata usang, ditujukan kepada digunakan bukan menyuruh mitra tutur
Bu." seluruh mitra tutur di sekedar bertanya, menanyakan soal-soal
kelas terkait melainkan bermaksud yang suiit dipahami
pemahaman soal. menyuruh mitra tutur. Kemudian salah seorang
Waktu: tutUf. siswa menjawab kata
Jam ke-6 dan 7 usang Bu.
pelajaran Bahasa
Indonesia kelas XE.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

80. Guru: Penutur: guru. Tindak tutur langsung Tuturan tersebut


"Cerita rakyat pada Mitra tutur: siswa karena kalimat tanya merupakan kalimat tanya
zaman dahulu ketika Konteks: tuturan tersebut berperan yang maknanya penutur
diceritakan kembali ditujukan kepada untuk betanya daJ;! ingin mengetes
menggunakan bahasa mitra tutur di kelas berhasil dimengerti pemahaman dari mitra
melayu akan sulit mengenai penjelasan oleh mitra tutur. tutur. Kemudian dijawab
dipahami. Karena dari kata usang. paham oleh mitra tutur .
bahasa melayu zaman Waktu: Hal tersebut menandakan
dahulu berbeda dengan Jam ke-6 dan 7 bahwa mitra tutur
Bahasa Indonesia saat pelajaran Bahasa mengerti maksud penutur.
ini. jadi, kata yang Indonesia.
dianggap usang itu kata Ternpat: kelas XE
yang langka ya.
Maksudnya saat ini
sudah jarang
digunakan. Guru, kalian
paham tidak makna
guru?"
Siswa: "Paham."
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Data 3

81. Guru: "Kata 'guru' Penutur: guru. Tindak tutur l~ngsung Tuturan tersebut fe-eke...- M~
masih sering digunakan Mitra tutur: siswa karena kalimat tanya merupakan kalimat tanya J
tidak? Konteks: tuturan tersebut berpef-an yang maknanya penutur ~i.la-~' -
~~
Siswa: "Masih." ditujukan kepada untuk betanyal dan ingin mengetes mitra tutur. ~
seluruh mitra tutur di
kelas terkait kata
berhasil dime4gerti
oleh mitra tut4r.
Kemudian dijawab masih
oleh mitra tutut. Hal
f
I
usang. Waktu: tersebut menandakan
Jam ke-6 dan 7 i bahwa mitra tutur
I
pelajaran Bahasa I
I mengerti maksud penutur.
Indonesia. i

Tempat: kelas XE.


I
I

82. Guru: "Titah. Dalam Penutur: guru. Tindak tutur l~ngsung


I
Tuturan tersebut ,/
cerita saat-saat ini Mitra tutur: siswa karena kalimat tanya merupakan kalimat tanya
masih digunakan Konteks: tuturan tersebut berpetan yang maknanya penutur
tidak?" ditujukan kepada untuk betanya[dan ingin mengetesl mitra tutur
Siswa : "Tidak" seluruh mitra tutur di berhasil dimeqgerti dengan pertanyaan.
Guru: "Ya, kelas terkait kata oleh mitra tutUr.
karena kalian tidak usang. Waktu: I

pemah membaca. Jam ke-6 dan 7


bacanya sms dan bbm." pelajaran Bahasa
Siswa: "Hahaha.'" Indonesia.
i
Tempat: kelas XE.
I
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

83. Guru: Penutur: guru. Tindak tutur l~gsung Tuturan tersebat V C~ --Ill '~_~
....... """""
" Kemudian raja, kalian Mitra tutur: siswa literal karena JFalimat merupakan kalimat tanya
pemah mendengar kata
raja?"
Konteks: tuturan
ditujukan kepada
tanya tersebut I
berperan untu~
yang maknanya penutur
ingin megetes mitra tutur.
~~d'.~~
I

Siswa: "Pemah." seluruh mitra tutur di betanya dan b~rhasil


kelas terkait kata dimengerti ol~h mitra
a_.~~~

rO'~~'
usang. Waktu: tutur.
Jam ke-6 dan 7
pelajaran Bahasa
Indonesia. kelas XE.

84. Guru: Penutur: guru. Tindak tutur 14ngsung Tuturan guru tersebut
Pemah, oke ya. Mitra tutur: siswa karena kalimat yang secara langsung bennakna fd(hVr-~'
Jadi, disini kata Konteks: tuturan digunakan itu I persilaan yang ditujukan ~&A-
yangjarang kalian
~!~'d~
ditujukan kepada memerintahkaP mitra kepada mitra tutur untuk
dengar dan j arang mitra tutur terkait tutur. belajar contoh-contoh kata
digunakan. Di penjelasan dan contoh usang di dalam !,buku
dalam buku ini ada kata usang yang ada di
I
paket. Kemudi$1 mitra ~M
contohnya. buku. Waktu: tutur menjawab iya Bu.
Silahkan kalian Jam ke-6 dan 7 Hal tersebut menandakan
bisa buka pelajaran Bahasa bahwa mitra tufur
contohnya!" Indonesia. mengerti maksud penutur.
Siswa: Tempat: kelas XE.
"Iya, Bu."
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Data 3

85. Guru Penutur: guru. Tindak tutur tidak Tuturan guru tersebut (II

"Biasa11ya pada Mitra tutur: siswa langsung literal karena menggunakan modus
zaman dahulu kala, Konteks: tuturan modus kalimat tanya kalimat tanya. NllillUn,
men:yebut raja itu ditujukan kepada dimaksudkan untuk makana sebenamy"a adalah
dengan sebutan seluruh mitra tutur di memerintah mitra memerintah mitra tutur
apa? ." kelas terkait contoh tutUT. untuk menjawab
Siswa : "Paduka." kata usang. pertanyaan.
Waktu:
Jam ke-6 dan 7
pelajaran Bahasa
Indonesia.
Tempat: kelas XE.

86. Guru: Penutur: guru. Tindak tutur langsung Tuturan tersebut secara
v' icL€~}'~
"Jadi, kata-kata usar:g Mitra tutur: siswa Iiteral karena kalimat langsung dimaksudkan
memang bahasanya Konteks: tuturan yang digunakan itu menyuruh mitra tutur ~
sulit dipahami. Kalian ditujukan kepada jelas memerintahkan membaca berulang-ulang
0'-~{~ ~..A
harus membacanya seluruh mitra tutur mitra tutur . untk dapat memahami
berulang-ulang, untuk tentang cara kata-kata usang.
tau artinya!" Inemahami kata-kata Kemudian mitra tutur
Siswa : "Iya, Bu." usang. menjawab iya Bu. Hal
Waktu: tersebut menandakan
Jam ke-6 dan 7 bahwa mitra tutur
pelajaran Bahasa mengerti maksud penutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Indonesia.
Tempat: kelas XE.

87. Guru: "Kemarin ibu Penutur: guru. Tindak tutur tidak Tuturan guru tetsebut
vi r(~?~
sudah menyuruh kalian Mitra tutur: siswa langsung literal tidak hanya sekedar untuk
.
untuk download KBBI, Konteks: tuturan karena kalimat yang bertanya kepada mitra
tau kan KBBI?" ditujukan kepada diungkapkan tidak tutur di kelas. Namun, rO~;k.-
Siswa : "Kamus Besar seluruh mitra tutur di sesuai dengan maksud memerintahkan mitra tutur
Bahasa Indonesia." kelas agar pengutaraannya, tetapi untuk menjawab perihal ~Oi~ ~u-k
menggunakan KBBI makna kata-kata yang kepanjangan dari KBBI.
untuk mencari kata- menyusunnya sesuai Hal tersebut didukung oleh
kata usang.. dengan apa yang jawaban dari mjtra tutur
Waktu: dimaksudkan penutur. yang menjawab Kamus
Jam ke-6 dan 7 Besar Bahasa Indonesia.
pelajaran Bahasa
Indonesia.
Tempat: kelas XE.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Data 3

88. Guru: Penutur: guru. Tindak tutur lapgsung Tuturan guru tetsebut
"Jadi, kalau ada Mitra tutur: siswa literal karena ~alimat secara langsung
kata-kata sulit Konteks: tuturan yang digunakap itu dimaksudkan rnenyuruh
kalian bisa cari di ditujukan kepada jelas memerint~hkan mitra tutur untuk
i
KBBI. Download seluruh mitra tutur di mitra tutur. mengunduh KBBI.
KBBI! kalian kelas untuk Kemudian mitra tutur
tidak perlu mengunduh KBBI. menjawab iya Bu. Hal
bertanya hal yang Waktu: tersebut menandakan
tidak perlu Jam ke-6 dan 7 bahwa mitra tutur
ditanyakan." pelajaran Bahasa mengerti maksud penutur.
Siswa: "Iya, Bu." Indonesia.
Tempat: kelas XE.

89. Guru: Penutur: guru. Tindak tutur l~gsung


Io(~~~
Tuturan guru tersebut
"Silahkan dilanjutkan Mitra tutur: siswa karena kalima~ yang bermakna persilaan yang
mengerjakan!" Konteks: tuturan digunakan itu jelas
Siswa: "Iya, Bu." ditujukan kepada memerintahkah mitra
ditujukan kepada mitra
tutur untuk kenibali
~l?~­
seluruh mitra tutur di tutur. melanjutkan mengerjakaan ~L~
kelas untuk kembali soal di buku paket.
mengerjakan soal. Kemudian mitra tutur -tt~
Waktu: menjawab iya Bu. Hal
Jam ke-6 dan 7 tersebut menandakan
pelajaran Bahasa bahwamitra tutur
Indonesia kelas XE. mengerti rnaksud·penutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

90. Guru:
"Kalian kalau nulis
Penutur: guru.
Mitra tutur: siswa
Tindak tutur langsung Tuturan guru tersebut
literal karena modus bermakna memperingatkan
/
nama Jangan Konteks: tuturan dan maksudnya kepada mitra tutur untuk
sampai salah, pakai berupa peringatan berupa peringatan memperhatikan penulisan
hurufkapital ditujukan kepada yang ditujukan kepada identitas diri pada lembar
semua." seluruh mitra tutur di mitra tutur. jawab. Kemudian mitra
Siswa :"Baik, Bu." kelas untuk tutur menjawab baik Bu.
memperhatikan Hal tersebut menandakan
penulisan identitas bahwa mitra tutur
pada lembar jawaban. mengerti maksud penutur.
Waktu:
Jam ke-6 dan 7
pelajaran Bahasa
~ndonesia.
Tempat: kelas XE.
91. Guru: "Sudah selesai Penutur: guru.
belum?" Mitra tutur: siswa
Tindak tutur tidak Tuturan guru tersebut /
langsung karena merupakan kalimat tanya
Siswa : "Belum" Konteks: tuturan modus kalimat yang maknanya penutur
Guru : "Selesaikan ditujukan kepada digunakan bukan ingin menegur mitra tutur
dulu." seluruh mitra tutur sekedar bertanya, karena kondisi kelas mulai
karena kondisi kelas melainkan bermaksud tidak kondusif.
mulai tidak kondusif. untuk menegur.
\\'aktu:
Jam ke-6 dan 7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Data 3

pelajaran Bahasa
Indonesia.
Tempat: kelas XE.

92. Guru: "Sudah ya, Penutur: guru. Mitra Tindak tutur tidak Tuturan tersebut tidak
berarti hari ini tutur: siswa langsung karena hanya berupa informasi
adalah pertemuan Konteks: tuturan kalimat berita tersebut tetapi terkandung maksud
terakhir ditujukan kepada tidak sekedar memerintah mitra tutur
pembelajaran seluruh mitra tutur di memberikan mempersiapkan diri
Bahasa Indonesia kelas sebelum informasi. Makna belajar dengan giat untuk
di kelas XE. mengakhiri sesungguhnya yaitu menghadapi UKK.
Minggu depan pembelaj aran. perintah.
UKlZ." Waktu:
Siswa: Jam ke-6 dan 7
"All11alndulilah." pelajaran Bahasa
Indonesia.
Tempat: kelas XE.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

93. Guru: Penutur: guru. Tindak tutur langsung Tuturan tersebut bennakna
"Yang belum Mitra tutur: siswa karena kalimat yang pemberitahuan yang
menyelesaikan Konteks: tuturan digunakan itu jelas ditujukan kepada untuk
tugas, segera berupa peringatan memerintahkan mitra segera menyelesaikan dan
diselesaikan. ditujukan kepada tutur . mengumpulkan tugas
Jangan sampai seluruh mitra tutur di supaya tidak menghambat
nanti tugas-tugas kelas bagi yang belum nilai akhir. Kernudian
kalian itu mengumpulkan tugas. mitra tutur menjawab iya
menghambat kalian Waktu: Bu. Hal tersebut
naik kelas ya. Jam ke-6 dan 7 menandakan bahwa mitra
Siswa: "Iya, Bu." pelajaran Bahasa tutur mengerti maksud
Indonesia. penutur.
Tempat: kelas XE.

Yogyakarta, 1~ Oktober 2017


Triangulator

Dr. Yulia.na Setyaningsih, M.Pd.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Anda mungkin juga menyukai