Di Susun Oleh :
Febby Dwi Apriyani 171030100063
Icah Indriyani 171030100064
Indriani 171030100059
Khaerunnisa 171030100054
Tami Indah Pratiwi 171030100056
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat-Nya berupa kesehatan jasmani dan rohani serta akal pikiran
sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal dengan judul: “Pengaruh
Pendidikan Kesehatan Tentang Pemeriksaan “Sadari” Sebagai Deteksi Dini
Kanker Payudara Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Di Smk
Kesehatan Letris Indonesia 2” sebagai salah satu tugas dalam mata kuliah
keperawatan metodologi penelitian . Bersamaan dengan ini perkenankanlah
penulis dengan penuh penghormatan dan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua orang yang membantu dalam menyelesaikan tugas ini.
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
C. Pertanyaan Penelitian 3
A. Konsep Teori 4
B. Penelitian Terkait 23
HIPOTESIS
A. Kerangka Konsep 25
B. Definisi Operasional 25
C. Hipotesis 26
A. Desain Penelitian 27
iii
E. Pengolahan Dan Analisa Data 28
F. Etika Penelitian 29
G. Keterbatasan Penelitian 30
DAFTAR PUTAKA 31
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini perkembangan penduduk terjadi di seluruh dunia, terutama
perkembangan dalam bidang kesehatan. Tetapi masalah kesehatan
merupakan ancaman bagi negara-negara yang sedang berkembang
sehingga masalah kesehatan menjadi tidak terkontrol. Salah satu penyakit
yang mengalami peningkatan adalah kanker. Stigma masyarakat yang
percaya tentang mitos kanker yang salah satunya bahwa tidak ada yang
dapat dilakukan terkait dengan kanker. Hal ini menyebabkan seseorang
takut apabila didiagnosis kanker. Penyakit kanker sendiri sebenarnya dapat
dicegah, diobati dan disembuhkan jika diketahui lebih dini tanda dan
gejala kanker (Depkes RI, 2014).
Penyakit kanker merupakan masalah kesehatan utama baik di dunia
maupun di Indonesia. Menurut World Health Organization (WHO) (2013)
dalam Depkes RI (2015), Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2013, angka kejadian kanker payudara di Indonesia
diperkirakan terdapat 61.682 orang menderita kanker payudara. Angka
kejadian kanker tertinggi di Indonesia terjadi pada perempuan yaitu kanker
payudara dan kanker leher Rahim. Resiko kanker payudara meningkat
sesuai bertambahnya usia bahkan usia muda tidak menjamin aman dari
kanker payudara.
Salah satu pencegahan kanker payudara dengan pemeriksaan
payudara sendiri. Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) merupakan
salah satu cara yang efisien dan efektif sebagai pendeteksi dini kanker
payudara selain mamografi. Kegagalan penemuan secara dini kanker
payudara dapat terjadi dikarenakan kurangnya pengetahuan atau informasi
yang diperoleh masyarakat. Banyak penderita kanker payudara datang ke
rumah sakit dengan 3 kondisi stadium lanjut dikarenakan penderita tidak
merasa adanya perubahan dengan kondisi payudaranya (Oemiati,
Rahajeng, dan Kristanto, 2011).
1
Pemeriksaan SADARI adalah pemeriksaan yang dilakukan seorang
wanita untuk menemukan benjolan atau kelainan pada payudaranya (NCI,
2010). Penemuan dini kanker payudara dapat dilakukan dengan
menggunakan pemeriksaan yang mudah dan dapat di lakukan sendiri,
yaitu pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). Pemeriksaan payudara
sendiri adalah pengembangan kepedulian seorang wanita terhadap kondisi
payudaranya sendiri (Nisman,2011). Banyak wanita yang memiliki pola
benjolan pada payudaranya yang normal, tapi untuk mengetahui gumpalan
mana yang normal dan mana yang tidak, penting bagi wanita untuk
menjadi sefamilier mungkin dengan struktur internal payudaranya. Satu-
satunya cara adalah melakukan pemeriksaan secara teratur dan berulang
untuk merasakan payudara melalui kulit (Brown,2011).
SADARI adalah pemeriksaan payudara sendiri yang bertujuan untuk
mengetahui ada tidaknya kanker payudara pada wanita. Pemeriksaan ini
dilakukan dengan menggunakan cermin dan dilakukan oleh wanita yang
berumur 20 tahun ke atas. Indikasi utama SADARI adalah untuk
mendeteksi terjadinya kanker payudara dengan mengamati payudara dari
depan, sisi kiri dan sisi kanan, apakah ada benjolah, perubahan warna
kulit, puting berisik dan pengeluaran cairan atau nanah dan darah (Olfah
dkk, 2013). Sebaiknya jangan tunggu ada benjolan di payudara karena jika
hal itu sudah terjadi, maka kemungkinan menderita kanker payudara
stadium 1 lebih besar. Pemeriksaan melalui ultrasonografi dan mamografi
harus dilakukan secara berkala. Untuk wanita yang berusia 50 tahun ke
atas, disarankan setiap tahun. Sementara yang berumur di bawah itu, bisa
tiga tahun sekali. Meski begitu, jika ada benjolan, yang terdeteksi kanker
payudara dari lima wanita yang merasa ada benjolan paling hanya satu
(Olfah dkk, 2013).
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka
rumusan masalah yang diambil adalah “ Adakah Pengaruh Pendidikan
Kesehatan Tentang Pemeriksaan “SADARI” Sebagai Deteksi Dini Kanker
2
Payudara Terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri di SMK
KESEHATAN LETRIS INDONESIA 2“
C. Pertanyaan Penelitian
D. Tujuan penelitian
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
penyuluhan kesehatan tentang SADARI ( pemeriksaan payudara sendiri )
terhadap pengetahuan siswi di SMK KESEHATAN LETRIS
INDONESIA 2.
E. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat bagi peneliti Sebagai bahan bacaan yang dapat menambah
wawasan
2. Manfaat bagi responden Memberikan informasi dan lebih
meningkatkan perhatian terhadap pendidikan kesehatan khususnya
tentang SADARI
3. Manfaat bagi masyarakat Sebagai informasi yang bersifat ilmiah dan
bahan pertimbangan atau masukan untuk menambah wawasan tentang
SADARI bagi masyarakat
4. Manfaat bagi institusi Mengembangkan kurikulum dan meningkatkan
peran pendidik dalam menyampaikan pengetahuan SADARI dan bagi
mahasiswi secara lebih menarik sehingga mampu melakukan
peningkatan program penyuluhan tentang SADARI pada wanita
dengan lebih akurat dan menyeluruh.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Teori
1. Teori kanker payudara
a. Pengertian kanker payudara
Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada
payudara yang terus tumbuh berlipat ganda. Pada akhirnya sel-sel
ini menjadi bentuk benjolan di payudara. Jika benjolan kanker itu
tidak dibuang atau tidak dikontrol, sel-sel kanker bisa menyebar
pada bagian-bagian tubuh lain dan nantinya dapat mengakibatkan
kematian (Tapan,2005). Kanker payudara adalah keganasan yang
berasal dari sel kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan payudara,
tidak termasuk kulit payudara (Depkes,2007). Kanker payudara
(Carcinoma mammae) adalah kanker yang terjadi pada payudara
karena adanya pertumbuhan yang tidak terkendali dari sel- sel
kelenjar dan salurannya. (Nisman,2011)
Kanker payudara adalah kanker pada jaringan payudara. Ini
adalah jenis kanker paling umum yang diderita kaum wanita.
Kaum pria juga dapat terserang kanker payudara, walaupun
kemungkinannya lebih kecil dari 1 di antara 1000. Pengobatan
yang paling lazim adalah dengan pembedahan dan jika perlu
dilanjutkan dengan kemoterapi maupun radiasi. Kanker payudara
terjadi karena adanya pertumbuhan abnormal sel pada payudara.
Organ-organ dan kelenjar dalam tubuh (termasuk payudara) terdiri
dari jaringan-jaringan, berisi sel-sel. Umumnya, pertumbuhan sel
normal mengalami pemisahan, dan mati ketika sel menua sehingga
dapat digantikan sel-sel baru. Tapi, ketika sel-sel lama tidak mati,
dan sel-sel baru terus tumbuh (padahal belum diperlukan), jumlah
4
sel yang berlebihan bisa berkembang tidak terkendali sehingga
membentuk tumor. Akan tetapi, tidak semua tumor merupakan
kanker, terutama pada payudara.
b. Etiologi kanker payudara
Penyebab kanker payudara belum dapat ditentukan namun
terdapat beberapa faktor resiko yang telah ditetapkan, keduanya
adalah lingkungan dan genetik. Faktor-faktor yang berkaitan
dengan peningkatan resiko kanker payudara adalah tempat tinggal
di negara berkembang bagian 8 barat, keadaan sosioekonomi yang
rendah, ras riwayat penyakit proliferatif, awitan dini menars,
terlambatnya kelahiran anak pertama, menopause yang terlambat,
keadaan nullipara, terapi hormone eksogen, terpajan radiasi dan
faktor-faktor makanan (obesitas dan asupan alkohol yang tinggi).
(Price,Sylvia Anderson,2005)
Penyebab pasti kanker payudara tidak diketahui. Meskipun
demikian, riset mengidentifikasi sejumlah faktor yang dapat
meningkatkan risiko pada individu tertentu, yang meliputi
(Bustan,2007):
1) Keluarga yang memiliki riwayat penyakit serupa
2) Usia yang makin bertambah
3) Tidak memiliki anak
4) Kehamilan pertama pada usia di atas 30 tahun
5) Periode menstruasi yang lebih lama (menstruasi pertama lebih
awal atau menopause lebih lambat)
6) Faktor hormonal (baik estrogen maupun androgen).
7) Berdasarkan faktor risiko tersebut di atas, riwayat keluarga serta
usia menjadi faktor terpenting. Riwayat keluarga yang pernah
mengalami kanker payudara meningkatkan resiko
berkembangnya penyakit ini
5
Tanda dan gejala Kanker payudara pada tahap dini biasanya
tidak menimbulkan keluhan. Penderita merasa sehat, tidak merasa
nyeri, dan tidak terganggu aktivitas sehari-harinya. Satu-satunya
gejala yang mungkin dirasakan pada stadium dini adalah adanya
benjolan kecil di payudara. Keluhan yang dirasa seperti :
1) Ada benjolan pada payudara bila diraba dengan tangan
2) Bentuk dan ukuran pada payudara berubah, berbeda dari
sebelumnya
3) Luka pada payudara yang sudah lama, tidak sembuh dengan
pengobatan
4) Eksim pada putting susu sekitarnya yang sudah lama, tidak
sembuh dengan pengobatan
5) Keluar darah, nanah, atau cairan encer dari putting atau keluar air
susu pada perempuan yang sedang tidak hamil atau tidak sedang
menyusui
6) Putting susu tertarik ke dalam kulit payudara mengerut seperti
kulit jeruk (peau d’orange). (Dalimartha, 2007)
d. Stadium
1) Stadium 0 Tahap sel kanker payudara tetap berada dalam kelenjar
payudara tanpa invasi ke dalam jaringan payudara normal yang
berdekatan.
2) Stadium I Adalah 2 cm atau kurang dan batas yang jelas (kelenjar
getah bening normal). Pada stadium I ini, kemungkinan
penyembuhan secara sempurna adalah 70 %. Untuk memeriksa
ada atau tidak metastase ke bagian tubuh yang lain, harus
diperiksa di laboratorium
3) Stadium II A Tumor tidak ditemukan pada payudara tapi sel-sel
kanker ditemukan di kelenjar getah bening ketiak. Atau tumor
dengan ukuran 2 cm atau kurang dan telah menyebar ke kelenjar
getah bening ketiak/aksiller. Atau tumor yang yang lebih besar
dari 2 tapi tidak lebih besar dari 5 cm dan belum menyebar ke
kelenjar getah bening ketiak.
6
4) Stadium II B Tumor yang lebih besar dari 2 cm, tetapi tidak ada
yang lebih besar dari 5 cm dan telah menyebar ke kelenjar getah
bening yang berhubungan dengan ketiak atau tumor yang lebih
besar dari 5 cm tapi belum menyebar ke kelenjar getah bening
ketiak. Pada stadium I dan II biasanya dilakukan operasi untuk
mengangkat sel-sel kanker yang ada pada seluruh bagian
penyebaran, dan setelah operasi dilakukan penyinaran untuk
memastikan tidak ada lagi sel-sel kanker yang tertinggal.
5) Stadium III A Tidak ditemukan tumor di payudara. Kanker
ditemukan di kelenjar getah bening ketiak yang melekat bersama
atau dengan struktur lainnya, atau kanker ditemukan di kelenjar
getah bening di dekat tulang dada, atau tumor dengan ukuran
berapa pun dimana kanker telah menyebar ke kelenjar getah
bening ketiak, terjadi pelekatan dengan struktur lainnya, atau
kanker ditemukan di kelenjar getah bening di dejat tulang dada.
6) Stadium III B Tumor dengan ukuran tertentu dan telah menyebar
ke dinding dada dan/atau kulit payudara dan mungkin telah
menyebar ke kelenjar getah bening yang berlengketan dengan
struktur lainnya, atau kanker mungkin telah menyebar ke kelenjar
getah bening di dekat tulang dada. Kanker payudara inflamatori
(berinflamasi) dipertimbankan paling tidak pada tahap III B. 12
Gambar 2.1 kanker payudara stadium III g. Stadium III C Ada
atau tidaknya tanda kanker di payudara atau mungkin telah
menyebar ke dinding dada dan/atau kulit payudara dan kanker
telah menyebar ke kelenjar getah bening baik di atas atau di
bawah tulang belakang dan kanker mungkin telah menyebar ke
kelenjar getah bening di dekat tulang dada. Sel kanker telah
menyebar ke seluruh tubuh seperti hati, paru-paru, otak, tulang
dll, dimana kemungkinan untuk sembuh tinggal sedikit.
Pengobatan payudara sudah tidak ada artinya lagi. Biasanya
pengobatan hanya dilakukan penyinaran dan chemotherapie
(pemberian obat yang dapat membunuh sel kanker).
7
7) Stadium IV Kanker telah menyebar atau metastase ke bagian lain
dari tubuh. (Rasjidi,2009)
8
pembuluh darah. Sekitar 8-10 kasus kanker payudara invasif
adalah jenis ini.
3) Duktal Karsinoma In Situ (DCIS)
Kanker Payudara jenis DCIS ini merupakan tipe kanker yang
non-invasif paling umum. DCIS ini berarti sel-sel kanker berada
didalam duktus dan belum menyebar keluar dinding duktus, ke
jaringan payudara disekitarnya. Sekitar 1-5 kasus baru kanker
payudara adalah DCIS. Hampir semua wanita penderita kanker
jenis ini dapat disembuhkan. Mamografi adalah cara untuk
mendeteksi kanker payudara.
4) Invasif atau Infiltrating Lobular Karsinoma (ILC)
Kanker payudara jenis ILC dimulai dari lobulus. ILC dapat
menyebar atau bermetastasis ke bagian lain didalam tubuh
5) Kanker Payudara Terinflamasi (IBC)
IBC ini merupakan jenis kanker payudara yang jarang terjadi,
dimana hanya sekitar 1-37 saja dari semua kasus kanker payudara
adalah jenis IBC. Kanker Payudara dengan jenis IBC ini biasanya
tidak terjadi benjolan tunggal atau tumor pada payudara.
Sebaliknya kanker payudara ini akan membuat kulit payudara
terlihat memerah dan terasa hangat. Kulit Payudara juga tampak
tebal dan mengerut seperti halnya kulit jeruk.
9
lumpektomi), radiasi, kemoterapi, maupun terapi hormonal.
(Arkhan, 2010)
10
langsung dengan stadium penyakit saat diagnosis. ACS telah
menetapkan petunjuk penapisan untuk wanita tanpa gejala yang
meliputi tiga metode deteksi dini :
a) SADARI (Pemeriksaan payudara sendiri), harus dilakukan
setiap bulan oleh semua wanita berusia mulai dari 20 tahun.
b) Pemeriksaan payudara klinis oleh professional kesehatan
harus dilakukan setiap 3 tahun untuk wanita usia 20 sampai
40 tahun, dan setiap tahun untuk wanita di atas 40 tahun.
c) Mammografi harus dimulai pada usia 40 tahun. Penapisan
mammografi rutin harus dilakukan setiap 1 sampai 2 tahun
sekali 15 untuk wanita usia 40 sampai 49 tahun, dan setiap
tahun untuk wanita usia 50 tahun ke atas.(Otto, 2005)
3) Pencegahan tersier Pencegahan ini ditujukan pada individu yang
telah positif menderita kanker payudara. Penanganan yang tepat
sesuai dengan stadiumnya akan dapat mengurangi kecacatan
dan memperpanjang harapan hidup penderita. Pencegahan ini
untuk meningkatkan kualitas hidup penderita serta mencegah
komplikasi penyakit dan meneruskan pengobatan. Tindakan
pengobatan yang dapat dilakukan adalah dengan :
a) Operasi walaupun tidak berpengaruh banyak tehadap
ketahanan penderita.
b) Tindakan kemoterapi dengan sitostatika.
c) Pada stadium tertentu, pengobatan diberikan hanya berupa
sistomatik.
d) Dianjurkan untuk mencari pengobatan alternatif.
11
gejala-gejalanya. Keberagaman jenis terapi ini mengharuskan
terapi dilakukan secara individual.
12
5) Wanita yang berusia antara 20-40 tahun : 1) Mammogram awal
atau dasar antara usia 35-40 tahun 2) Melakukan pengujian
payudara pada dokter setiap 3 tahun.
6) Wanita yang berusia antara 40-49 tahun melakukan pemeriksaan
payudara pada dokter dan mamografi setiap 1-2 tahun.
7) Wanita yang berusia di atas 50 tahun melakukan pemeriksaan
payudara pada dokter dan mamografi setiap tahun.(Nisman,2011)
c. Manfaat SADARI
Deteksi dini merupakan langkah awal yang sangat penting untuk
mengetahui secara dini adanya tumor atau benjolan pada payudara
sehingga dapat mengurangi tingkat kematian karena penyakit kanker
tersebut. Keuntungan dari deteksi dini bermanfaat untuk meningkatkan
kemungkinan harapan hidup pada wanita penderita sendiri melalui
pemeriksaan dengan benar. Selain itu, SADARI adalah metode
termurah, tercepat, termurah, dan paling sederhana yang dapat
mendeteksi dini kanker payudara.(Nisman,2011)
Karena banyak kanker payudara terdeteksi oleh wanita itu
sendiri, penyuluhan pada setiap wanita diprioritaskan mengenai
bagaimana dan kapan melakukan pemeriksaan payudara mereka sendiri.
Diperkirakan bahwa hanya 25% sampai 30% wanita melakukan
pemeriksaan payudara sendiri dengan baik dan teratur setiap bulannya
d. Tujuan SADARI
SADARI dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :
1) SADARI hanya mendeteksi secara dini kanker payudara, bukan
untuk mencegah kanker payudara. Dengan adanya deteksi dini
maka kanker payudara dapat terdeteksi pada stadium awal
sehingga pengobatan dini akan memperpanjang hidup penderita
kanker payudara.
2) Menurunkan angka kematian penderita karena kanker yang
ditemukan pada stadium awal akan memberikan harapan hidup
13
lebih lama.(Nisman,2011) Waktu yang tepat untuk dilakukan
SADARI Waktu yang tepat untuk periksa payudara sendiri
adalah satu minggu setelah selesai haid. Jika siklus haid telah
berhenti, maka sebaiknya dilakukan periksa payudara sendiri
pada waktu yang sama setiap bulannya dan waktu yang
dibutuhkan untuk melakukannya tidak lebih dari 5 menit.
(Nisman,2011)
14
f) Periksa apakah terdapat cairan yang keluar dari puting dengan
cara letakkan jempol dan jari telunjuk di sekitar puting, lalu
tekan perlahan, dan perhatikan apakah ada cairan yang keluar.
Ulangi pada payudara yang lain.
2) Berbaring
Pemeriksaan juga dapat dilakukan dengan berbaring,
a) Pilih tempat tidur atau permukaan datar lain yang nyaman.
b) Saat berbaring, payudara menjadi melebar dan memudahkan
untuk diperiksa. Sambil berbaring, tempatkan gulungan handuk
atau bantal kecil di bawah pundak.
c) Tempatkan tangan kanan di bawah kepala,
d) Gunakan 3 jari kiri dengan gerakan menekan dan melingkar,
dengan ukuran seperempat lingkaran.
e) Lakukan pemeriksaan dari seluruh payudara kanan dari atas
sampai kebawah dan dari tulang pundak sampai bagian atas
perut,
f) Kemudian dari ketiak sampai belahan payudara.
g) Lakukan langkah yang sama untuk meraba payudara kiri.
h) Pola lain yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan
pemeriksaan mulai dari puting susu, bergerak ke lingkaran yang
lebih besar sampai mencapai tepi luar payudara.
15
i) Tidak perlu terburu-buru saat melakukan pemeriksaan. Pastikan
semua permukaan payudara telah teraba dengan seksama.
3) Saat mandi
Apabila tidak punya banyak waktu, sahabat bisa melakukan
pemeriksaan saat mandi dengan melakukan beberapa cara berikut;
a) Menggunakan Busa sabun akan memudahkan pergerakan tangan
untuk memeriksa benjolan atau perubahan pada payudara.
b) Angkat satu tangan ke belakang kepala.
c) Tangan lain yang dilumuri sabun menyusuri payudara di sisi
tangan yang terangkat.
d) Gunakan 3 jari untuk menekan-nekan bagian demi bagian
dengan lembut.
e) Lakukan pada pada payudara di sisi lain
16
f. Masalah yang ditemukan saat SADARI
Berikut beberapa masalah atau kelainan yang mungkin ditemukan saat
SADARI dilakukan. Hal-hal yang dapat terjadi pada payudara antara lain
adalah sebagai berikut:
1) Terjadi pembengkakan.
2) Terjadi perubahan warna kulit, mirip seperti kulit jerut.
3) Terjadi tarikan putting ke arah dalam.
4) Terjadi perlukaan.
5) Timbul rasa nyeri.
6) Terjadi pembengkakan di daerah ketiak.
7) Terjadi perlukaan di daerah ketiak. (Nisman, 2011)
g. Apa yang di lakukan bila menemukan benjolan ?
SADARI baru di lakukan oleh sebagian kecil wanita. Diperkirakan hanya
25% sampai 30% wanita yang melakukan pemeriksaan payudara sendiri
dengan baik dan teratur setiap bulannya. Umumnya langkah ini dihindari
karena menimbulkan bayangan yang menakutkan.
Pertama sadarilah bahwa upaya SADARI yang dilakukan adalah untuk
melakukan deteksi dini sangat awal sehingga kita punya harapan besar bahwa
masalah yang kita temui adalah masalah yang sangat ringan dan bisa diobati,
dan penyembuhannya dapat dilakukan dengan baik.
Kedua berusahalah untuk tenang jika menemukan benjolan itu. Jangan
berusaha memijit-mijit benjolan tersebut karena pemijatan tidak akan membuat
17
benjolan mengecil, sebaliknya justru dapat membuat masalah menjadi lebih
berat 27 jika benjolan ini merupakan masalah atau penyakit.
Ketiga adalah segera konsultasikan dengan dokter yang tepat untuk
mendapatkan pemeriksaan lanjut. Pilihlah dokter ahli bedah untuk
berkonsultasi. Dokter akan melakukan pemeriksaan diagnosis yang teliti
terhadap masalah yang sedang dihadapi dan mintapenjelasan detail atas
penyakit tersebut. Sikap tenang pada saat menemukan benjolan juga akan
membuat petugas kesehatan melakukan pemeriksaan dan pengobatan dengan
lebih teliti. Jika diliputi kecemasan, hal itu justru dapat meningkatkan resiko
dilakukan tindakan yang tidak perlu. (Nisman,2011)
3. Teori pengetahuan
a. Pengertian pengetahuan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengetahuan adalah segala
sesuatu yang diketahui; kepandaian: (Departemen Pendidikan Nasional,2008)
Sedangkan menurut Notoatmodjo (2005), pengetahuan (knowledge)
merupakan hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap
objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya).
Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan
pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan
persepsi terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-
beda.
Pengetahuan adalah suatu hasil dari proses tindakan manusia dengan
melibatkan seluruh keyakinan yang berupa kesadaran dalam menghadapi
objek yang ingin dikenal. Alat-alat untuk memperoleh pengetahuan atau
sumber-sumber pengetahuan adalah pengalaman indera, nalar atau reason,
dan intuisi.
b. Tingkatan pengetahuan
Menurut Benyamin Bloom dalam Notoadmodjo (2005) pengetahuan
tercakup dalam domain kognitif dimana mempunyai 6 tingkat yaitu :
18
1) Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Kata tahu yang
dimaksudkan kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari
atau rangsangan yang diterima.
2) Memahami (comprehension) Memahami suatu objek bukan sekedar tahu
terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang
tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek
yang diketahui tersebut.
3) Aplikasi (application) Aplikasi diartikan apabila orang yang telah
memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau
mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.
4) Analisis (analisis) Analisis adalah kemampuan seseorang untuk
menjabarkan dan/atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara
komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek
yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai
pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat
membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram
(bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut.
5) Sintesis (syntesis) Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang
untuk merangkum atau meletakkan satu hubungkan yang logis dari
komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain,
sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang telah ada.
6) Evaluasi (evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang
untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu.
Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang
ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku dimasyarakat.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
1) Pendidikan Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang
pada orang lain terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami.
Tidak 32 dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang
19
semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya
makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya jika
seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat
perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan, informasi dan
nilai-nilai yang baru diperkenalkan.
2) Umur Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan
pada aspek fisik dan psikologis (mental). Pertumbuhan pada fisik secara
garis besar.
3) Minat Sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi
terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan
menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang
lebih mendalam.
4) Pengalaman Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami
seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Ada
kecenderungan pengalaman yang kurang baik seseorang akan berusaha
melupakan, namun jika pengalaman terhadap objek tersebut
menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang sangat
mendalam dan akhirnya dapat pula membentuk sikap positif dalam
kehidupannya.
5) Informasi Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat
membantu memepercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan
yang baru. (Notoadmodjo,2005)
d. Ukuran pengetahuan
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang. Adapun cara untuk mengukur tingkat
pengetahuan seseorang khususnya mengenai kesehatan yaitu dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung (wawancara) atau
melalui pertanyaan-pertanyaan tertulis atau angket. Indikator pengetahuan
kesehatan adalah tingginya tingkat pengetahuan responden tentang
kesehatan, atau besarnya persentase kelompok responden atau masyarakat
tentang variabel-variabel atau komponen-komponen kesehatan.
20
Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita
sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas
1) Tingkat pengetahuan baik bila skor >75%-100%
2) Tingkat pengetahuan cukup bila skor 60%-75%
3) Tingkat pengetahuan kurang bila skor
21
mental dan sosial sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan
kematian.
3) Menurut WHO tujuan penyuluhan kesehatan adalah untuk merubah
perilaku perseorangan dan atau masyarakat dalam bidang
kesehatan.
c. Metode
Metode yang dapat dipergunakan dalam memberikan penyuluhan
kesehatan adalah ( Notoatmodjo, 2002 ) :
1) Metode Ceramah Adalah suatu cara dalam menerangkan dan
menjelaskan suatu ide, pengertian atau pesan secara lisan
kepada sekelompok sasaran sehingga memperoleh informasi
tentang kesehatan.
2) Metode Diskusi Kelompok Adalah pembicaraan yang
direncanakan dan telah dipersiapkan tentang suatu topik
pembicaraan diantara 5 – 20 peserta (sasaran) dengan seorang
pemimpin diskusi yang telah ditunjuk.
3) Metode Curah Pendapat Adalah suatu bentuk pemecahan
masalah di mana setiap anggota mengusulkan semua
kemungkinan pemecahan masalah yang terpikirkan oleh
masing – masing peserta, dan evaluasi atas pendapat – pendapat
tadi dilakukan kemudian.
4) Metode Panel Adalah pembicaraan yang telah direncanakan di
depan pengunjung atau peserta tentang sebuah topik,
diperlukan 3 orang atau lebih panelis dengan seorang
pemimpin.
5) Metode Bermain peran Adalah memerankan sebuah situasi
dalam kehidupan manusia dengan tanpa diadakan latihan,
dilakukan oleh dua orang atu lebih untuk dipakai sebagai bahan
pemikiran oleh kelompok.
6) Metode Demonstrasi Adalah suatu cara untuk menunjukkan
pengertian, ide dan prosedur tentang sesuatu hal yang telah
22
dipersiapkan dengan teliti untuk memperlihatkan bagaimana
cara melaksanakan suatu tindakan, adegan dengan
menggunakan alat peraga. Metode ini digunakan terhadap
kelompok yang tidak terlalu besar jumlahnya.
7) Metode Simposium Adalah serangkaian ceramah yang
diberikan oleh 2 sampai 5 orang dengan topik yang berlebihan
tetapi saling berhubungan erat.
8) Metode Seminar Adalah suatu cara di mana sekelompok orang
berkumpul untuk membahas suatu masalah dibawah bimbingan
seorang ahli yang menguasai bidangnya.(Andrea,2008)
B. Penelitian Terkait
Dalam penyusunan proposal ini, kami sedikit banyak terinspirasi
dan mereferensi dari penelitian-penelitian sebelumnya yang berkaitan
dengan latar belakang masalah pada proposal ini. Berikut ini penelitian
terdahulu yang berhubungan dengan proposal ini antara lain :
Penelitian yang dilakukan oleh Dhita Aulia Ferdiani, Mahalul
Azam, 2016, “media sosial facebook sebagai sarana pemberian materi
kanker payudara” memberikan kesimpulan pemberian materi kanker
payudara dan deteksi dini dengan SADARI melalui media sosial
facebook efektif dalam meningkatkan pengetahuan siswi.
Penelitian yang dilakukan oleh sulistiyowati, 2017 “Perilaku sadari
remaja putri melalui pendidikan kesehatan di SMK 1 muhammadiyah
lamongan” dapat disimpulkan pemberian pendidikan kesehatan sangat
berpengaruh dalam peningkatan perilaku SADARI pada remaja putri
dapat meningkatkan pengetahuan dan diaplikasikan dalam
pemeriksaan dan deteksi dini adanya kanker payudara.
Penelitian yang dilakukan oleh salvita fitrianti, juliandini haryani,
2018, “Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan remaja
23
putri tentang sadari di SMAN 1 kuala tungkal” dapat disimpulkan
penelitian ini menggunakan kuantitatif dengan menggunakan satu
kelompok pre dan posttest design. Hasil yang di dapatkan menunjukan
bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan
wanita young tentang SADARI di SMANI kuala lungkal.
24
C. Kerangka Teori
Pendidikan Bertujuan :
Kesehatan Menurut WHO tujuan penyuluhan kesehatan
adalah untuk merubah perilaku perseorangan dan
atau masyarakat dalam bidang kesehatan.
Tercapainya perubahan perilaku individu,
keluarga dan masyarakat dalam membina dan
memelihara perilaku hidup sehat dan lingkungan
sehat, serta berperan aktif dalam upaya
FeedBack
25
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS
1. Kerangka Konsep
Untuk memudahkan pemahaman, maka secara sederhana variabel yang akan
diteliti digambarkan sebagai berikut:
Variabel Independent Variabel Dependent
EFEK PENGETAHUAN
PENDIDIKAN SADARI
KESEHATAN
2. Definisi Operasional
Pendidikan kesehatan adalah suatu proses perubahan pada diri seseorang
yang dihubungkan dengan pencapaian tujuan kesehatan individu, dan
masyarakat . Pendidikan kesehatan tidak dapat diberikan kepada seseorang
oleh orang lain, bukan seperangkat prosedur yang harus dilaksanakan atau
suatu produk yang harus dicapai, tetapi sesungguhnya merupakan suatu proses
perkembangan yang berubah secara dinamis, yang didalamnya seseorang
menerima atau menolak informasi, sikap, maupun praktek baru, yang
berhubungan dengan tujuan hidup sehat.
SADARI (Pemeriksaan payudara sendiri) adalah pengembangan
kepedulian seorang wanita terhadap kondisi payudaranya sendiri. Hal ini
merupakan suatu tindakan yang dilakukan seseorang untuk mendeteksi secara
dini adanya gejala kanker payudara. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan
tiga cara, yaitu dengan berdiri (menghadap cermin), berbaring, dan pada saat
mandi. 38 Pengetahuan SADARI
26
Kriteria objektif pre-test :
Baik : Jika nilai responden yang benar mencapai ≥ 9 dari nilai
median.
Kurang : Jika nilai responden yang benar mencapai ≤ 9 dari nilai
median.
Kriteria objektif post-test :
Baik : Jika nilai responden yang benar mencapai ≥ 15 dari nilai
median.
Kurang : Jika nilai responden yang benar mencapai ≤ 15 dari nilai
median
3. HIPOTESIS PENELITIAN
1. Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau
pertanyaan penelitian (Nursalam 2008). Adapun hipotesis dalam
penelitian ini antara lain : 1. Hipotesis Nol (Ho) Tidak ada pengaruh
pendidikan kesehatan tentang SADARI terhadap pengetahuan remaja putri
di SMK KESEHATAN LETRIS INDONESIA 2
2. Hipotesis Alternatif (Ha) Ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang
SADARI terhadap pengetahuan remaja putri di SMK KESEHATAN
LETRIS INDONESIA 2
27
BAB IV
Metodologi Penelitian
A. Desain Penelitian
Desain yang digunakan penelitian ini adalah penelitian deskriptif
analitik dengan menggunakan rancangan model pre test-post test untuk
mengukur dan membandingkan tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah
diberi penyuluhan. (Notoadmojo,2005)
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di SMK Kesehatan Letris Indonesia
2, Kota Tangerang Selatan.
2. Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan 6 Mei – 20 Mei 2020.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi Populasi merupakan keseluruhan subjek yang mempunyai
karakteristik tertentu yang sesuai dengan penelitian. Populasi dalam
penelitian ini adalah 100 siswi dari 4 kelas di SMK Kesehatan Letris
Indonesia 2 Pamulang
2. Sampel Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu.(Nursalam,2008). Adapun pertimbangan
kriterianya adalah sebagai berikut :
a. Kriteria inklusi
1) Siswi kelas 10 dan 11
2) Siswi yang berumur ≥ 15 tahun
3) Bersedia menjadi responden dalam penelitian ini 75
b. Kriteria eksklusi
1) Siswi Keperawatan dari 4 kelas di SMK Kesehatan Letris
Indonesia 2 Pamulang
2) Siswi yang sedang sakit atau kurang sehat pada saat penelitian
berlangsung.
28
Dengan adanya pertimbangan kriteria diatas maka jumlah sampel
yang diambil sesuai kriteri dalam penelitian ini yaitu sebanyak 75
siswi.
29
c. Tabulasi data
Setelah selesai pembuatan kode selanjutnya dengan pengolahan data
ke dalam satu tabel menurut sifat-sifat yang dimiliki sesuai dengan
tujuan penelitian.
2. Analisa Data
Setelah dilakukan tabulasi data, selanjutnya data diolah dengan
menggunakan metode uji statistik sebagai berikut :
e. Analisis univariat
Adalah proses menganalisis tiap-tiap variabel penelitian yang ada
secara deskriptif dengan menghitung distribusi frekuensi dan
persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo,2005).
f. Analisis bivariat
Adalah analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga
berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo,2005). Dalam hal ini
peneliti ingin mengetahui ada atau tidaknya pengaruh atau untuk
membuktikan hipotesis pengaruh variabel dianalisis dengan
menggunakan uji statistik yang akan digunakan adalah uji T-test
sampel paired, dengan tingkat kemaknaan α= 0,05 yang dilakukan
dengan bantuan komputer SPSS versi 16.0. Setelah uji hipotesis
dilakukan dengan taraf kesalahan 5% dan derajat kebebasan df=1,
maka penilaian hipotesis ; Ha diterima jika p < α = 0,05.
F. Etika Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan siswi keperawatan
kelas 10 dan 11 di letris sebagai responden (subyek) oleh karenanya untuk
melindungi dan menjaga kerahasiaan mahasiswi, peneliti menggunakan
prinsip kemanfaatan, prinsip menghormati hak asasi, prinsip keadilan,
prinsip autonomi serta prinsip kepercayaan fasilitas yang digunakan adalah
Informed Concent, Anonymity, dan Confidentiality.
30
a. Informed Concent
Merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan responden
penelitian dengan memberikan lembar persetujuan (informed
consent). Lembar persetujuan diberikan pada saat melakukan
pencarian/pengumpulan data. Informed consent ini bertujuan setelah
mendapat informasi yang jelas dan menandatangani formulir yang
disediakan, bila subyek menerima untuk dilakukan penelitian dan bila
subyek menolak, peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati
haknya,
b. Anonymity ( tanpa nama )
Persetujuan menjaga kerahasiaan, identitas subyek, peneliti tidak akan
mencantumkan nama subyek pada lembar pengumpulan data.
c. Confidentiality
Merupakan kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden dan
dijamin oleh peneliti.
G. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini telah diusahakan dan dilaksanakan sesuai prosedur ilmiah,
namun dengan demikian penulis masih memiliki keterbatasan:
a. Penelitian ini hanya meneliti responden dari SMK Kesehatan Letris
Indonesia 2 saja, masih terdapat banyak sekolah lain seperti sekolah-
sekolah yang lainnya yang masih belum diteliti. Hal ini dapat dijadikan
ide untuk penelitian selanjutnya apakah hasil dalam penelitian ini juga
memiliki kesamaan dengan hasil penelitian selanjutnya.
b. Penelitian melibatkan subjek penelitian dalam jumlah terbatas, yakni
sebanyak 75 orang dari 100 orang sehingga hasilnya belum dapat
digeneralisasikan pada kelompok subjek dengan jumlah yang besar.
Berdasarkan keterbatasan tersebut, maka hasil penelitian ini hanya
berlaku untuk populasi yang karakteristiknya serupa dengan sampel
penelitian.
31
DAFTAR PUSTAKA
http://repositori.uin-alauddin.ac.id/3006/1/Isnani%20Diniyati%20Iman.pdf
di akses tanggal 12 April 2020
http://digilib.unimus.ac.id/files//disk1/119/jtptunimus-gdl-yustitiaar-5902-2-
babii.pdf diakses tanggal 13 april 2020
http://eprints.umm.ac.id/23425/1/jiptummpp-gdl-rysqadryan-42772-2-babi.pdf
diakses tanggal 13 april 2020
https://www.academia.edu/33630139/PENGETAHUAN_DAN_PERILAKU_DE
TEKSI_DINI_KANKER_PAYUDARA_MELALUI_SADARI_PADA_MAHASI
SWI_STIKES_X_KUPANG diakses tanggal 14 april 2020
http://mahliabarca.blogspot.com/2017/01/makalah-kanker-payudara.html diakses
tanggal 27 april 2020
Brown, Zora K. 2011. 100 Tanya Jawab Mengenai Kanker. Jakarta. : Indeks
Chandra, Yenny. 2009. Gambaran Pengetahuan Wanita Tentang SADARI
Depkes. RI.. 2007. Petunjuk Teknis Pencegahan – Deteksi Dini Kanker Leher
Rahim & Kanker Payudara. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kanus Besar Bahasa Indonesia. Pusat
Bahasa edisi Keempat. PT Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.
Foo, Kayode. 2005. Knowledge, Attitude and Practice of Breast Self
ExaminationAmong Female Secondary School teachers in Ilorin,
nigeria
Nisman, Wenny Artanty. 2011. Lima Menit Kenali Payudara Anda. Yogjakarta :
Andi.
Notoadmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka cipta.
Notoadmodjo, S. 2005. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka cipta
Notoadmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya. Jakarta:
Rineka cipta.
32
Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta
Otto, Shirley E. 2005. Buku Saku Keperawatan Onkologi. Jakarta : EGC
Smeltzer, Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
33