Anda di halaman 1dari 9

Nama : Sirwi Laudya

NIM : 1833005

Kelas : IK4A

Prodi : Ilmu Keperawatan.

Pertanyaan :

1) Bagaimanakah anda bisa memprediksi apakah pasien DM mengalami komplikasi


Hipoglikemia,Hiperglikemia,KAD dan HNK? Bagaimana penangananya?

DM atau kencing manis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh peningkatan kadar
gula dalam darah (hiperglikemi) akibat kekurangan hormon insulin baik absolut maupun
relatif. Absolut berarti tidak ada insulin sama sekali sedangkan relatif berarti jumlahnya
cukup/memang sedikit tinggi atau daya kerjanya kurang. Hormon Insulin dibuat dalam
pancreas.
1.Diabetes Mellitus mencakup 3 sub kelompok diagnostik, yaitu :

a)Diabetes Mellitus tipe I (Insulin dependent) : DM jenis ini paling sering terdapat pada anak-
anak dan dewasa muda, namun demikian dapat juga ditemukan pada setiap umur. Destruksi sel-
sel pembuat insulin melalui mekanisme imunologik menyebabkan hilangnya hampir seluruh
insulin endogen. Pemberian insulin eksogen terutama tidak hanya untuk menurunkan kadar
glukosa plasma melainkan juga untuk menghindari ketoasidosis diabetika (KAD) dan
mempertahankan kehidupan.

b)Diabetes Mellitus tipe II (non-insulin dependent) : DM jenis ini biasanya timbul pada umur
lebih 40 tahun. Kebanyakan pasien DM jenis ini bertubuh gemuk, dan resistensi terhadap kerja
insulin dapat ditemukan pada banyak kasus. Produksi insulin biasanya 9 memadai untuk
mencegah KAD, namun KAD dapat timbul bila ada stress berat. Insulin eksogen dapat
digunakan untuk mengobati hiperglikemia yang membandel pada para pasien jenis ini.

c)Diabetes Mellitus lain (sekunder) : Pada DM jenis ini hiperglikemia berkaitan dengan
penyebab lain yang jelas, meliputi penyakit-penyakit pankreas, pankreatektomi, sindroma
cushing, acromegaly dan sejumlah kelainan genetik yang tak lazim.

2.Toleransi Glukosa yang terganggu merupakan klasifikasi yang cocok untuk para penderita
yang mempunyai kadar glukosa plasma yang abnormal namun tidak memenuhi kriteria
diagnostik.
3.Diabetes Mellitus Gestasional : istilah ini dipakai terhadap pasien yang menderita
hiperglikemia selama kehamilan. Ini meliputi 2-5% dari seluruh diabetes. Jenis ini sangat
penting diketahui karena dampaknya pada janin kurang baik bila tidak ditangani dengan
benar.Pada pasien-pasien ini toleransi glukosa dapat kembali normal setelah persalinan.

*Ada 2 macam type DM :


-DM type I atau disebut DM yang tergantung pada insulin. DM ini disebabkan akibat
kekurangan insulin dalam darah yang terjadi karena kerusakan dari sel beta pancreas. Gejala
yang menonjol adalah terjadinya sering kencing (terutama malam hari), sering lapar dan sering
haus, sebagian besar penderita DM type ini berat badannya normal atau kurus. Biasanya terjadi
pada usia muda dan memerlukan insulin seumur hidup.

-DM type II atau disebut DM yang tak tergantung pada insulin. DM ini disebabkan
insulin yang ada tidak dapat bekerja dengan baik, kadar insulin dapat normal, rendah atau bahkan
bahkan meningkat tetapi fungsi insulin untuk metabolisme glukosa tidak ada/kurang. Akibatnya
glukosa dalam darah tetap tinggi sehingga terjadi hiperglikemia, 75% dari penderita DM type II
dengan obersitas atau ada sangat kegemukan dan biasanya diketahui DM setelah usia 30 tahun.

-Pada pasien dengan DM merupakan mencapai target kontrol glikemik yang optimal,
menghindari komplikasi akut berupa Hipoglikemia,Hiperglikemia ,Ketoasidosis
diabetikum (KAD ),HNK dan komplikasi kronis yaitu penyakit makrovaskuler,
menimalisasi akibat hipoglikemia dan hiperglikemia terhadap fungsi kognitif serta
mengumpulkan data tentang kontrol glikemik untuk dibandingkan dengan sistem
kesehatan setempat. Dari beberapa penelitian telah dibuktikan hubungan yang bermakna
antara pemantauan mandiri dan kontrol glikemik.

-Cara penangananya ialah dengan melakukan Pengukuran kadar glukosa darah harus
dilakukan beberapa kali per hari untuk menghindari terjadinya hipoglikemia dan
hiperglikemia, Kadar gula darah akan meningkat terlalu tinggi di pagi hari sementara
ginjal tidak bisa memproduksi hormon insulin untuk mengimbanginya. Respon tubuh ini
menyebabkan penurunan gula darah terjadi dalam waktu cepat dan penurunannya bisa
cukup drastis. Walaupun bisa diatasi dengan suntik insulin untuk meningkatkan produksi
hormon insulin, kadar glukosa tidak dapat dengan mudah kembali ke kisaran normal.
Serta penyesuaian dosis insulin. Diperlukan perhatian yang khusus terutama pada anak
prasekolah dan anak sekolah yang pada tahap awal sering tidak bisa mengenali episode
hipoglikemia yang mungkin dialaminya, sehingga pada keadaan seperti ini perlu
pemantauan kadar glukosa darah yang lebih sering.Pemantauan kontrol glikemik meliputi
pemantauan glukosa darah sehari-hari di rumah serta pemantauan periodik glikemia
secara keseluruhan.

-Tujuan pemantauan glikemik adalah:


Untuk menilai ketepatan derajat kontrol glikemik masing-masing individu sehingga
individu dapat mencapai target yang paling realistis.
Untuk mencegah komplikasi akut berupa hipoglikemia dan komplikasi jangka panjang
yaitu komplikasi mikrovaskuler dan makrovaskuler.
Untuk meminimalkan pengaruh hipoglikemia dan hiperglikemia terhadap fungsi
kognitif.
Untuk mengumpulkan data kontrol glikemik dari masing-masing pusat diabetes
sehingga standar penanganan terhadap diabetes dapat diperbaiki.

2) Bagaimanakah prosesnya bahwa faktor risiko DM dapat menyebabkan seseorang


memiliki penyakit DM?

-Glukosa yang menumpuk di dalam darah akibat tidak diserap sel tubuh dengan baik dapat
menimbulkan berbagai gangguan organ tubuh. Jika diabetes tidak dikontrol dengan baik, dapat
timbul berbagai komplikasi yang membahayakan nyawa penderita. Kadar gula dalam darah
dikendalikan oleh hormon insulin yang diproduksi oleh pankreas, yaitu organ yang terletak di
belakang lambung. Pada penderita diabetes, pankreas tidak mampu memproduksi insulin sesuai
kebutuhan tubuh. Tanpa insulin, sel-sel tubuh tidak dapat menyerap dan mengolah glukosa
menjadi energi.

- Faktor risiko diabetes


Faktor resiko yang berubah secara epidemiologi diperkirakan adalah bertambahnya usia, lebih
banyak dan lebih lamanya obesitas, distribusi lemak tubuh, kurangnya aktifitas jasmani dan
hiperinsulinemia. Semua faktor ini berinteraksi dengan beberapa faktor genetik yang
berhubungan dengan terjadinya DM.

Seseorang akan lebih mudah mengalami diabetes tipe 1 jika memiliki faktor-faktor risiko,
seperti:

 Memiliki keluarga dengan riwayat diabetes tipe 1.


 Menderita infeksi virus.
 Orang berkulit putih diduga lebih mudah mengalami diabetes tipe 1 dibandingkan ras
lain.
 Bepergian ke daerah yang jauh dari khatulistiwa (ekuator).
 Diabetes tipe 1 banyak terjadi pada usia 4-7 tahun dan 10-14 tahun, walaupun diabetes
tipe 1 dapat muncul pada usia berapapun.

Sedangkan pada kasus diabetes tipe 2, seseorang akan lebih mudah mengalami kondisi ini jika
memiliki faktor-faktor risiko, seperti:

 Kelebihan berat badan.


 Memiliki keluarga dengan riwayat diabetes tipe 2.
 Kurang aktif. Aktivitas fisik membantu mengontrol berat badan, membakar glukosa
sebagai energi, dan membuat sel tubuh lebih sensitif terhadap insulin. Kurang aktif
beraktivitas fisik menyebabkan seseorang lebih mudah terkena diabetes tipe 2.
 Usia. Risiko terjadinya diabetes tipe 2 akan meningkat seiring bertambahnya usia.
 Menderita tekanan darah tinggi (hipertensi).
 Memiliki kadar kolesterol dan trigliserida abnormal. Seseorang yang memiliki kadar
kolesterol baik atau HDL (high-density lipoportein) yang rendah dan kadar trigliserida
yang tinggi lebih berisiko mengalami diabetes tipe 2.

Khusus pada wanita, ibu hamil yang menderita diabetes gestasional dapat lebih mudah
mengalami diabetes tipe 2. Selain itu, wanita yang memiliki riwayat penyakit polycystic ovarian
syndrome (PCOS) juga lebih mudah mengalami diabetes tipe 2.

3) Bagaimana proses bahwa seseorang dapat mempunyai tanda dan gejala ?


Gejala Diabetes ialah rasa haus yang berlebihan, sering kencing terutama malam hari dan
berat badan yang turun dengan cepat. Disamping itu kadang-kadang ada keluhan lemah,
kesemutan pada jari tangan dan kaki, cepat lapar, gatal-gatal, penglihatan jadi kabur,
gairah seks menurun, luka sukar sembuh dan pada ibu-ibu sering melahirkan bayi dengan
berat badan diatas 4 kg. Diabetes dapat pula bermanifestasi sebagai satu atau lebih
penyulit yang bertalian. Diabetes mellitus terutama NIDDM (Non Insulin Dependent
Diabetes Mellitus), bisa tanpa gejala, sehingga sering didiagnosis berdasarkan
ketidaknormalan hasil pemeriksaan darah rutin atau uji glukosa dalam urin.

Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM atau kencing manis
yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan kadar
gula dalam darah mencapai nilai 160 - 180 mg/dL dan air seni (urine) penderita kencing
manis yang mengandung gula (glucose), sehingga urine sering dilebung atau dikerubuti
semut.
Penderita kencing manis umumnya menampakkan tanda dan gejala dibawah ini
meskipun tidak semua dialami oleh penderita :
1. Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)
2. Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)
3. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)
4. Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)
5. Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya
6. Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki
7. Cepat lelah dan lemah setiap waktu
8. Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba
9. Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya
10. Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.
Faktor penyebab Diabetes Militus :
Penyakit diabetes bisa disebabkan oleh beberapa faktor pemicu,diantaranya:
  Pola makan
o   Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang dibutuhkan oleh tubuh
dapat memacu timbulnya diabetes mellitus. konsumsi makan yang berlebihan dan tidak
diimbangi dengan sekresi insulin dalam jumlah yang memadai dapat menyebabkan kadar
gula dalam darah meningkat dan pastinya akan menyebabkan diabetes melitus.
  Obesitas (kegemukan)
o   Orang gemuk dengan berat badan lebih dari 90 kg cenderung memiliki peluang lebih
besar untuk terkena penyakit diabetes militus. Sembilan dari sepuluh orang gemuk
berpotensi untuk terserang diabetes mellitus.
  Faktor genetis
o   Diabetes mellitus dapat diwariskan dari orang tua kepada anak. Gen penyebab diabetes
mellitus akan dibawa oleh anak jika orang tuanya menderita diabetes mellitus. Pewarisan
gen ini dapat sampai ke cucunya bahkan cicit walaupun resikonya sangat kecil.
  Bahan-bahan kimia dan obat-obatan
o   Bahan-bahan kimia dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan radang pankreas,
radang pada pankreas akan mengakibatkan fungsi pankreas menurun sehingga tidak ada
sekresi hormon-hormon untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin. Segala jenis
residu obat yang terakumulasi dalam waktu yang lama dapat mengiritasi pankreas.
  Penyakit dan infeksi pada pankreas
o   Infeksi mikroorganisme dan virus pada pankreas juga dapat menyebabkan radang
pankreas yang otomatis akan menyebabkan fungsi pankreas turun sehingga tidak ada
sekresi hormon-hormon untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin. Penyakit
seperti kolesterol tinggi dan dislipidemia dapat meningkatkan resiko terkema diabetes
mellitus.
  Pola hidup
o   Pola hidup juga sangat mempengaruhi faktor penyebab diabetes mellitus. Jika orang
malas berolah raga memiliki resiko lebih tinggi untuk terkena penyakit diabetes mellitus
karena olah raga berfungsi untuk membakar kalori yang berlebihan di dalam tubuh.
Kalori yang tertimbun di dalam tubuh merupakan faktor utama penyebab diabetes
mellitus selain disfungsi pankreas. Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, kasus
diabetes di negara-negara Asia akan naik hingga 90 persen dalam 20 tahun ke depan.
“Dalam 10 tahun belakangan, jumlah penderita diabetes di Hanoi, Vietnam, berlipat
ganda. Sebabnya? Di kota ini, masyarakatnya lebih memilih naik motor dibanding
bersepeda,” kata Dr Gauden Galea, Penasihat WHO untuk Penyakit Tidak Menular di
Kawasan Pasifik Barat. Kesimpulannya, mereka yang sedikit aktivitas fisik memiliki
risiko obesitas lebih tinggi dibanding mereka yang rajin bersepeda, jalan kaki, atau
aktivitas lainnya.
  Teh manis
o   Penjelasannya sederhana. Tingginya asupan gula menyebabkan kadar gula darah
melonjak tinggi. Belum risiko kelebihan kalori. Segelas teh manis kira-kira mengandung
250-300 kalori (tergantung kepekatan). Kebutuhan kalori wanita dewasa rata-rata adalah
1.900 kalori per hari (tergantung aktivitas). Dari teh manis saja kita sudah dapat 1.000-
1.200 kalori. Belum ditambah tiga kali makan nasi beserta lauk pauk. Patut diduga kalau
setiap hari kita kelebihan kalori. Ujungnya: obesitas dan diabetes.
      Gorengan
Karena bentuknya kecil, satu gorengan tidak cukup buat kita. Padahal gorengan adalah
salah satu faktor risiko tinggi pemicu penyakit degeneratif, seperti kardiovaskular,
diabetes melitus, dan stroke. Penyebab utama penyakit kardiovaskular (PKV) adalah
adanya penyumbatan pembuluh darah koroner, dengan salah satu faktor risiko utamanya
adalah dislipidemia. Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai
dengan peningkatan kadar kolesterol total, LDL (kolesterol jahat) dan trigliserida, serta
penurunan kadar HDL (kolesterol baik) dalam darah. Meningkatnya proporsi
dislipidemia di masyarakat disebabkan kebiasaan mengonsumsi berbagai makanan
rendah serat dan tinggi lemak, termasuk gorengan.
  Suka ngemil
o   Kita mengira dengan membatasi makan siang atau malam bisa menghindarkan diri dari
obesitas dan diabetes. Karena belum kenyang, perut diisi dengan sepotong atau dua
potong camilan seperti biskuit dan keripik kentang. Padahal, biskuit, keripik kentang, dan
kue-kue manis lainnya mengandung hidrat arang tinggi tanpa kandungan serta pangan
yang memadai. Semua makanan itu digolongkan dalam makanan dengan glikemik indeks
tinggi. Sementara itu, gula dan tepung yang terkandung di dalamnya mempunyai peranan
dalam menaikkan kadar gula dalam darah.
  Kurang tidur.
o   Jika kualitas tidur tidak didapat, metabolisme jadi terganggu. Hasil riset para ahli dari
University of Chicago mengungkapkan, kurang tidur selama 3 hari mengakibatkan
kemampuan tubuh memproses glukosa menurun drastis. Artinya, risiko diabetes
meningkat. Kurang tidur juga dapat merangsang sejenis hormon dalam darah yang
memicu nafsu makan. Didorong rasa lapar, penderita gangguan tidur terpicu menyantap
makanan berkalori tinggi yang membuat kadar gula darah naik.
  Sering stress
o   Stres sama seperti banjir, harus dialirkan agar tidak terjadi banjir besar. Saat stres
datang, tubuh akan meningkatkan produksi hormon epinephrine dan kortisol supaya gula
darah naik dan ada cadangan energi untuk beraktivitas. Tubuh kita memang dirancang
sedemikian rupa untuk maksud yang baik. Namun, kalau gula darah terus dipicu tinggi
karena stres berkepanjangan tanpa jalan keluar, sama saja dengan bunuh diri pelan-pelan.
  Kecanduan rokok
o   Sebuah penelitian di Amerika yang melibatkan 4.572 relawan pria dan wanita
menemukan bahwa risiko perokok aktif terhadap diabetes naik sebesar 22 persen.
Disebutkan pula bahwa naiknya risiko tidak cuma disebabkan oleh rokok, tetapi
kombinasi berbagai gaya hidup tidak sehat, seperti pola makan dan olahraga.
  Menggunakan pil kontrasepsi
Kebanyakan pil kontrasepsi terbuat dari kombinasi hormon estrogen dan progestin, atau
progestin saja. Pil kombinasi sering menyebabkan perubahan kadar gula darah. Menurut
dr Dyah Purnamasari S, Sp PD, dari Divisi Metabolik Endokrinologi RSCM, kerja
hormon pil kontrasepsi berlawanan dengan kerja insulin. Karena kerja insulin dilawan,
pankreas dipaksa bekerja lebih keras untuk memproduksi insulin. Jika terlalu lama
dibiarkan, pankreas menjadi letih dan tidak berfungsi dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes 2008.Pedoman Diabetes Mellitus. Jakarta

Maulana, Mirza. 2009 Mengenal Diabetes Melitus.Yogyakarta:Kata Hati.

Arisman. (2011). Obesitas, Diabetes Melitus & Displidemia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.

Askandar T. (2011). Hidup Sehat dan Bahagia Bersama Diabetes Panduan Lengkap Pola Makan
Untuk Penderita Diabetes. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Anani, S. 2012. HubunganantaraPerilakuPengendalian Diabetes


kadarGlukosaDarahpasienRawatjalanDiabetes mellitus (StudiKasus di RSUD
ArjawinangunKabupaten Cirebon). Medicine Journal IndonesiaVol.20 No.4:466-478 .

Trisnawati, S.K danSoedijonoS., 2013. FaktorRisikoKejadian DiabetesMelitusTipe II Di


PuskesmasKecamatanCengkareng Jakarta BaratTahun 2012. JurnalIlmiahKesehatan, 5(1): pp. 6-
11.

Anda mungkin juga menyukai