Anda di halaman 1dari 13

PROSES KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA

MAKALAH KOMPREHENSIF

Diajukan kepada Fakultas Dakwah IAIN Purwokerto untuk memenuhi


salah satu syarat Guna memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:
M Naufal Hamdani
( 1522102029 )

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI dan PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PURWOKERTO
2019

PROSES KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA

A. Pendahuluan

Manusia adalah makhluk berbudaya. Manusia secara fisik organis

hampir tak memiliki perbedaan yang mencolok antara satu dengan yang

lainnya, apalagi pada manusia yang dilahirkan dan hidup dimasa

sekarang. Perbedaan manusia yang paling krusial dan dinamis justru

karena perbedaan watak dan kepribadian yang sangat berpengaruh

terhadap pola hidup dan kebudayaannya.

Menurut Dedy mulyana bahwa budaya-budaya yang sangat berbeda

memiliki sistem-sistem nilai yang berbeda dan karenanya ikut

menentukan tujuan hidup yang berbeda. Cara kita berkomunikasi sangat

bergantung pada budaya kita : bahasa, aturan, dan norma kita masing-

masing.1

Kebiasaan – kebiasaan yang dilakukan oleh manusia yang

membentuk suatu nilai, norma ataupun bentuk-bentuk konkrit, suatu

1
Wahid suryani.Komunikasi antar budaya yang efektif. Jurnal dakwah tabligh,vol.14,
No.1, juni 2013
kepercayaan dan pandangan dapat dikatakan budaya, dalam arti lain,

budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar, berpikir,

mempercayai dan mengusahakan apa yang patut menurut budayanya.

Bahasa, persahabatan, kebiasaan makan, praktik komunikasi, tindakan-

tindakan sosial, kegiatan ekonomi, politik dan tekhnologi, semua itu

berdasarkan pola-pola budaya.

Dalam proses komunikasi antara orang-orang yang berbeda budaya

dibutuhkan pengertian atau pemahaman yang lebih komperehensif.

Memepelajari budaya orang lain merupakan salah satu cara untuk

mewujudkan pemeahaman tersebut. Dengan adanya pemahaman tersebut

maka komunikasi akan lebih efektif dan tujuan sebuah komunikasi bisa

tercapai.

Budaya berkesinambungan dan hadir dimana-mana, budaya juga

berkenaan dengan bentuk fisik serta lingkungan sosial yang

mempengaruhi hidup kita. Budaya kita secara pasti mempengaruhi kita

sejak dalam kandungan hingga mati dan bahkan setelah mati, kita

dikuburkan dengan cara-cara yang sesuai dengan budaya kita. Budaya

dipelajari tidak diwariskan secara genetis, budaya juga bisa berubah

ketika orang-orang berhubungan antara satu dengan yang lain. Pertukaran

budaya adalah hal yang sangat mungkin terjadi. Karena siapapun yang

datang dari negara atau daerah sudah pasti tidak akan lepas dari budaya

dimana dia lahir dan dibesarkan


Kalimat diatas merupakan gambaran proses komunikasi

antarabudaya yang dapat berlangsung di masyarakat. Untuk lebih

jelasnya, makalah ini akan membahas tentang bagaimana suatu proses

komunikasi antarbudaya dapat berlangsung dengan baik di kehidupan

bermasyarakat.

B. Komunikasi sebagai proses budaya

Asumsi dasarnya adalah komunikasi merupakan suatu proses budaya.

Artinya, komunikasi yang ditujukan pada orang atau kelompok lain, tak

lain adalah sebuah pertukaran kebudayaan. Untuk memahami interaksi

antar budaya, terlebih dahulu harus dipahami sebuah komunikasi

manusia. Memahami komunikasi manusia berarti memahami apa yang

terjadi, akibat dari apa yang terjadi dan akhirnya apa yang dapat kita

perbuat untuk mempengaruhi dan memaksimalkan hasil-hasil dari

kejadian tersebut.

Komunikasi antar budaya, terjadi bila mengirim pesan adalah

anggota dari suatu budaya dan penerima pesannya adalah anggota budaya

dari suatu budaya lain. Dalam arti lain komunikasi antarbudaya adalah

komunikasi antar orang-orang yang berbeda budaya (baik ras, etnik

maupun perbedaan sosio ekonominya).

Komunikasi sekarang didefinisikan sebagai proses dinamik

transaksional yang mempengaruhi perilaku sumber dan penerimanya


dengan sengaja menyadari perilaku mereka untuk menghasilkan pesan

yang mereka salurkan lewat suatu saluran atau channel guna merangsang

atau memperoleh sikap atau perilaku tertentu. Dalam transaksi harus

dimasukkan semua stimli sadar tak sadar, sengaja tak sengaja, verbal dan

nonverbal dan kontekstual yang berperan sebagai isyarat-isyarat kepada

sumber dan penerima tentang kualitas dan kredibilitas pesan.

Budaya dan komunikasi tidak dapat dipisahkan, oleh karena budaya

tidak hanya menentukan siapa bicara apa, tentang apa dan bagaimana

komunikasi berlangsung, tetapi budaya juga turut menentukan orang

menjadi pesan, makna yang ia miliki untuk pesan dan kondisi-kondisinya

untuk mengirim, memperhatikan dan menafsirkan pesan.2 Sebenarnya

seluruh perbendaharaan perilaku kita sangat tergantung pada budaya kita

dibesarkan. Konsekuensinya, budaya merupakan landasan komunikasi.

Bila budaya beraneka ragam, maka beragam pula praktik-praktik dan

proses komunikasi, atau biasa disebut dengan dialek3.

Budaya yang beragam tidak dapat dipungkiri dengan adanya

pertukaran budaya. Seperti yang terkandung pada firman Allah dalam

Surat Al-Hujurat: 14

‫يا يها الناس انا خلقنكم من ذكر وأنثى وجعلنكم شعوبا وقباىل لتعارفو ان اكرمكم‬

‫عنذهللا اثقكم ان هللا عليم خبير‬


2
Ibd. hlm. 20.
3
Abdi fauji hadiono, Komunikasi antar budaya. Jurnal pendidikan, komunikasi dan
hukum islam, vol VIII, .No 1. Menurut poejdo soedarmo dialek merupakan variasi sebuah
bahasa yang ditentukan berdasarkan latar belakang daerah penutur.
Artinya: Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari

seorang laki-laki dan perempuan dan menjadikanmu berbangsa dan

bersuku-suku, supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang

paling mulia di antara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa

diantara kamu. Sesungguhnya Allah maha Mengetahui lagi maha

Mengenal.

Dari ayat diatas dapat dilihat bahwa Al Qur’an menekankan kesatuan

umat ( Komunitas ) islam dalam ayat demi ayatnya , dan menandaskan

keutamaan ikatan yang diciptakan atas dasar islam dari pada ikatan yang

didasarkan atas identitas, kekerabatan, wilayah, dan bahasa. Islam

menyatakan bahwa komitmen pada nilai keimanan moral dan prestasi

(achivment) menggantikan ikatan etnisitas, cara individu dan kelompok

mencirikan dirinya berdasarkan bahasa, budaya leluhur, tempat asal, dan

sejarah yang sama.4 Yang pada intinya keberagaman budaya

mengarahkan pada pola hidup sosial masyarakat yang rukun dengan

saling berkomunikasi.

Apabila dilihat dari struktur sosialnya, masyaralat indonesia menurut

nasikun, terdiri dari dua ciri yang bersifat unik. Secara horizontal, ia

ditandai oleh kenyataan adanya kesatuan-kesatuan sosial berdasarkan

perbedaan-perbedaan suku bangsa, perbedaan-perbedaan agama, adat,

serta perbedaan – perbedaan kedaerahan. Secara vertikal struktur

4
Acep aripudin, Dakwah antar budaya. Hal 64, Rosdakarya, Bandung
masyarakat indonesia ditandai oleh adanya perbedaan-perbedaan vertikal

antara lapisan atas dan lapisan bawah yang cukup tajam. Dari gambaran

diatas maka karakteristik budaya masyarakat perkotaan dapat diringkas

sebagi berikaut.

Pertama, dalam usaha pencarian hidup masyarakat kota banyak

menggunakan fasilitas-fasiltias lebih modern.

Kedua, pada masyarakat kota, sistem kemasyarakatan tertata

demikian jelas dan setiap anggota masyarakat memiliki setatus sesuai

profesinya.

Ketiga, dalam berkomunikasi pada umumnya masyarakat kota

memakai bahasa lebih nasional yaitu bahasa indonesia. bagi masyarakat

indonesia hal ini memberi pengaruh terhadap upaya meningkaatkan nilai-

nilai persamaan dalam hak dan kedudukan, meningkatkan persatuan, dan

memperkuat rasa kebangsaan.

Keempat, sistem pengetahuan masyarakat perkotaan cenderung lebih

pragmatis, setelah selesai sekolah, apapun sekolahnya yang penting kerja.

Menjamurnya sekolah dan perguruan tinggi yang banyak memberikan

tawaran yang berorientasi dunia kerja adalah indikasi bahwa masyarakat

kota lebih berorientasi ke keadaan yang serba cepat dan instan.

Pragmatisme masyarakat kota, juga terlihat dalam sikap

keberagamaan mereka. Ritual keagamaan mengikuti orientasi arus


pragmatis dan lebih praktis. Ritus ritus agama yang dianggap

mengganggu waktu kerja dan istirahat atau waktu waktu santai maka

cenderung akan ditinggalkan.5

C. Unsur-unsur proses komunikasai antar budaya komunikator

Komunikator dalam komunikasi antar budaya adalah pihak yang

memprakarsai komunikasi,artinya dia mengawali pengirirman pesan

tertentu kepada pihak lain yang disebut komunikan. Beberapa studi

tentang karakteristik komunikator yang pernah dilakukan oleh Howard

Giles dan Arlene Franklyn-Stokes menunjukan bahwa karakteristik itu

ditentukan antara lain oleh latar belakang etnis dan ras, faktor demografis

seperti umur dan jenis kelamin, hingga ke latar belakang system politik.

William Gudykuns dan Young Yun Kim mengatakan bahwa secara

makro perbedaan karakteristik antar budaya itu ditentukan oleh factor

nilai dan norma hingga ke arah mikro yang mudah dilihat dalam wujud

kepercayaan, minat, dan kebiasaan. Selain itu faktor-faktor yang berkaitan

dengan kamampuan berbahasa sebagai pendukung kemampuan

komunikasi misalnya kemampuan berbicara dan menulis secara baik dan

benar (meilih kata, membuat kalimat), kemampuan menyatakan symbol

non verbal (bahasa isyarat tubuh), betuk-bentuk dialek dan aksen.

5
Acep aripudin, sosiologi dakwah. Hal 54, rosdakarya, Bandung. 2016
Berdasarkan pendapat tersebut maka komunikasi antar pribadi di

antara dua orang yang berbeda jenis kelamin (gender), berbeda status dan

kelas social, misalnya antara atasan dengan bawhan, dosen dengan

mahasiswa, antara pedagang dengan pembeli, antara orang makasar

dengan bugis, antara orang Indonesia dengan Australia dapat digolongkan

sebagai komunikasi antarbudaya diantaranya :

a) Komunikan

Komunikan dalam komunikasai antar budaya adalah pihak

yang menerima pesan tertentu, dia menjadi tujuan atau sasaran

komunikasi dari pihak lain (komunikator).

b) Pesan atau symbol

Dalam proses komunikasi, pesan berisi pikiran, ide atau

gagasan, perasaan yang dikirim oleh komunikator kepada

komunikan dalam bentuk symbol. Symbol adlah sesuatu yang

digunakan untuk mewakili maksud tertentu, misalnya dalam kata-

kata verbal yang diucapkan atau ditulis, atau symbol non verbal

yang dipergakan melalui gerak-geri tubuh, warna, gambar, pakaian

dan lain-lain yang semuanya harus dipahami secara konotatif.

c) Media

Dalam proses komunikasi antar budaya, media merupakan

tempat, saluran yang dilalui oleh pesan atau symbol yang dikirim

melalui edia tertulis misalnya surat, telegram. Juga media massa


(cetak) seperti majalah, surat kabar, media massa elektronik (radio,

televise,video, film).

d) Efek atau umpan balik

Manusia mengkomunikasikan pesan karena dia mengharapkan

agar tujuan dan fungsi komunikasi itu tercapai. Tujuan dan fungsi

komunikasi, termasuk komunikasi antarbudaya,antara lain

memberikan komunikasi, menjelaskan atau menguraikan tentang

sesuatu, memberikan hiburan, memaksakan pendapat atau

mengubah sikap komunikan.

e) Suasana

Satu factor penting dalam komunikasi antarbudaya adalah

suasana yang kadang-kadang disebut setting of communication,

yakni tempat dan wkatu serta suasana dengan komunikasi

komunikasi antarabudaya.

f) Gangguan

Gangguan dalam komunikasi antarbudaya adalah segala

sesuatu yang menjadi hambatan laju pesan yang ditukar antara

komunikator dengan komunikan, atau paling fatal adalah

mengurangi makna pesan antar budaya.

De Vito menggolongkan tiga macam gangguan, (1) fisik-

berupa interfrensi dengan transmisi fisik isyarat atua pesan lain,

misalnya desingan mobil yang lewat, degungan computer,

kacamata; (2) psikologis-interfensi kognitif atau mental, misalnya


prasangka dan bias pada sumber penerima- pikiran yang sempit

dan (3) semantic – berupa pembicara dan pendengar memberi arti

yang berlaianan, misalnya orang berbicara dengan bahasa yang

berbeda, menggunakan jargom atau istilah yang terlalu rumit yang

tidak dipahami oleh pendengar.

D. Hambatan komunikasi antar budaya

Hambatan komunikasi atau yang dikenal juga sebagai comunication

barrier adalah segala sesuatu yang menjadi penghalang untuk terjadinya

komunkasi yang efektif. Menurut barna dalam karyanya yang berjudul

samovar, mengupastuntas tentang komunikasi antar budaya dan

menyatakan ada 6 hambatan dalam komunikasi antar budaya, antara lain :

1. Asumsi tentang persamaan (Asummpiton of similarites ). Asumsi

tentang kesamaan tidak hanya mengenal bahasa lisan yang biasa

yang biasa digunkan tetapi juga harus mengartikan bahasa non

verbal, dan dan lambang.

2. Perbedaan bahasa (language Differences).

3. Kesalah pahaman nonverbal, kekurangan pemahaman mengenai

tanda dan lambang nonverbal seperti gestur, postur, dan gerak-

gerik tubuh yang lainnya akan menjadi batasan komunikasi, tetapi

hal itu memungkinkan untuk mempelajari arti dari pesan tersebut,

terutama dalam situasi informal dari pada situasi formal


4. Prasangka dan stereotip. Stereotip adalah hambatan bagi

komunikator karena mencegah objektivitas dari rangsangan dan

merupakan pencarian yang sensitive atas petunjuk yang

digunakan untuk menuntun imajinasi menuju realitas seseorang.

Dimana tidaklah mudah dalam diri kita untuk memebenarkan

orang lain.

5. Kecenderunga untuk menilai (tendency to evaluate).batasan

komunikasi yang disebabkan oleh penilai langsung dan semakin

parah jika perasaan dan emosi secara mendalam terlibat.

6. Kegelisahan yang tinggi, merupakan kondisi jiwa yang timbul

karena tekanan batin sehingga menyebabkan komunikasi yang

kurang baik.6

E. Penututp

Proses komunikasi antar budaya, merupakan bentuk dari budaya itu

sendiri, proses yang terjadi dalam komunikasi antar budaya tidak jauh

berbeda dengan komunikasi antar personal pada umumnya yang

melibatkan komunikan, komunikator, media, pesan, feedback. Dalam

proses komunikasi antar budaya terdapat perbedaan yang mengantarkan

atau mendasari pelaku komunikasi dalam cara menyampaikan pesan.

Proses komunikasi antar budaya seperti dalam al qur’an telah banyak

ayat ayat yang menyampaikan bahwa dengan diciptakannya ummat


6
. Filasta angraeni sumantri, hambatan komunikasi antar budaya mahasiswa vietnam,
jurnal online kinesik Vol 4. No.2 2017
manusia yang berbangsa bangsa dan berbudaya merupakan dasar atau

langkah untuk saling mengenal satu sama lain dengan tetap menjaga

kerukunan bermasyarakat.

Daftar Pustaka

Sihabudin Ahmad,2011, Komunikasi Antarbudaya, Bumi Aksara, Jakarta

Liliweri, Alo,M.S,2011,Buku Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya, Pustaka

Pelajar

Nurudin, 2005, System Komunikasi Indonesia , PT Graha persada

Aripudin acep, 2016, sosiologi dakwah, PT Rosdakarya, Bandung.

Aripudin acep,2012, Dakwah antar budaya. PT Rosdakarya, Bandung

Wahid suryani. Komunikasi antar budaya yang efektif. Jurnal dakwah

tabligh,vol.14, No.1, juni 2013

Hadiono Abdi fauji, Komunikasi antar budaya. Jurnal pendidikan, komunikasi dan

hukum islam, vol VIII, .No 1. September. 2016

Filasta angraeni sumantri, hambatan komunikasi antar budaya mahasiswa vietnam,

jurnal online kinesik Vol 4. No.2 2017

Anda mungkin juga menyukai