Sinonim :
= Urena monopetala, Lour. = Urena scabriuscula, DC. = Urena sinuata, Linn. = Urena
tomentosa, Blume.
Familia :
Malvaceae
Uraian :
Jenis tumbuhan berserat dari suku kapas-kapasan, tumbuh di daerah iklim tropik
termasuk di Indonesia. Tumbuh liar di halaman, ladang, tanah kosong dan tempat-tempat
yang banyak sinar matahari sampai setinggi + 1. 800 m di atas permukaan laut.
Tumbuhan perdu tegak yang bercabang banyak ini mempunyai batang dan tangkai yang
liat sehingga sukar dipatahkan dan seluruh tanaman ditumbuhi rambut halus, tinggi dapat
mencapai 1 m. Daun tunggal, berlekuk menjari 3,5 atau 7, tumbuh berseling, panjang 3 -
8 cm, lebar 1 - 6 cm, tepi bergigi, warna daun bagian atas hijau, bagian bawah hijau
muda, pangkal daun membulat, ujung runcing. Bunga berwama ungu, keluar dari ketiak
daun. Buahnya bulat, penampang ± 5 mm, berambut seperti sikat, beruang 5, tiap ruangan
berisi 1 biji.
Nama Lokal :
Pungpulutan, pungpulutan awewe, pungpurutan (Sunda); legetan, pulutan pulutan kebo,
pulutan sapi (jawa); Polot (Madura), Kapuhak, kaporata (Sumba),; Bejak, kakamomoko,
kokomomoko (Halmahera),; Taba toko (Ternate).; Di tao hum (China).;
Kedudukan karbohidrat sangatlah penting pada manusia dan hewan tingkat tinggi
lainnya, yaitu sebagai sumber kalori. Karbohidrat juga mempunyai fungsi biologi lainnya
yang tak kalah penting bagi beberapa makhluk hidup tingkat rendah, ragi misalnya,
mengubah karbohidrat (glukosa) menjadi alkohol dan karbon dioksida untuk
menghasilkan energi
Tujuan
Percobaan ini bertujuan untuk mengamati struktur beberapa karbohidrat melalui sifat
reaksinya dengan beberapa reagen uji
Alat-alat yang digunakan adalah tabung reaksi, pipet mohr, pipet volumetrik, pipet tetes,
penangas air, sentrifuse, spektrofotometer, tabung fermentasi,dan gelas ukur.
Bahan-bahan yang digunakan adalah peraksi molish, asam sulfat, larutan glukosa, 1%,
frutosa1%, sukrosa 1%, laktosa 1%, maltosa 1%, pati 1%, preasi Benedict preaksi
barfoed, preaksi selliwanof, ragi roti, fosfomolibdat, larutan iod encer, gum arab, tpung
agar-agar, tepung aren, tepung beras, larutan Na-wolframat 10%, larutan TCA, 10%,
etanol absolute, etanol 95%, kristal NaCl, etil eter, larutan NaCl 0,2 M, larutan K2HPO4,
larutan kurpritartrat, larutan fosfomolibdat, larutan standard glukosa 0,1 dan 0,2 mg/ml,
enzim amylase, larutan glikogen, HCl, dan akuades.
Prosedur percobaan
Pada uji molisch, sebanyak 5ml larutan yang di uji (glukosa, fruktosa, sukrosa, laktosa,
maltosa, dan pati) di masukkan ke dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan 2 tetes pereaksi
molish , dicampur rata, kemudian ditambahkan 3 ml asam sulfat pekat secara perlahan-
lahan melalui dinding tabung, warna violet (ungu) kemerah-merahan pada batas kedua
cairan menunjukkan reaksi positif, sedangkan warna hijau menunjukan reaksi negatif.
Untuk uji Benedict, sebanyak 5 ml reaksi Benedict dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
kemudian ditambahkan 8 tetes larutan bahan yang diuji dicampur rata dan dididihkan
selama 5 menit, biarkan sampai dingin kemudian diamati perubahan warnanya, jika
terbentuk warna hijau, kuning atau endapan merah bata berarti positif.
Pada uji barfoed, sebanyak 1 ml pereaksi dan bahan percobaan dimasukkan ke dalam
tabung reaksi kemudian dipanaskan dalam air mendidih selama 3 menit dan didinginkan,
setelah itu masukkan 1 ml fosfomoliubdat , kocok dan amati warna yang tejadi, jika
terbentuk warna biru setelah penambahan fosfomolibdat, maka reaksi positif.
Pada uji fermentasi, 20 ml larutan bahan percobaan dan 2gram ragi roti digerus sampai
terbentuk suspensi yang homogen , kemudian suspensi diisikan ke dalam tabung
fermentasi sampai bagian kaki tertutup dan terisi penuh oleh cairan. Selanjutnya
dimasukkan ke dalam fermentor pada suhu 370C, kemudian diamati setiap selang 20
menit sebanyak 3 kali pengamatan. Pada pengamatan terakhir, ruang gas pada kaki
tabung diukur panjangnya.
Untuk uji salliwanof, 5 ml peraksi dan beberapa tetes bahan percobaan dimasukkan ke
dalam sebuah tabung reaksi, lalu dididihkan selama 30 detik, kemudian diamati warna
yang terjadi.
Pada uji osazon, ke dalam tabung reaksi di masukkan campuran fenil hidrazon Na-asetat
kering lalu ditambahkan 5 ml larutan percobaan, dikocok dan dipanaskan dalam penangas
air selama 30 menit, kemudian dinginkan dan diperiksa endapan yang terbentuk di bawah
mikroskop.
Pada uji iod, pada papan uji diteteskan bahan yang akan diuji, kemudian ditambahkan
dengan satu tetes iodium encer, dan dicampur merata.
Hasil Pengamatan
Pembahasan
Pada uji molisch, hasil uji menunjukkan bahwa semua bahan yang diuji adalah
karbohidrat. Pereaksi molisch membentuk cincin yaitu pada larutan glukosa, fruktosa,
sukrosa, laktosa, maltosa, dan pati menghasilkan cincin berwarna ungu hal ini
menunjukkan bahwa uji molish sangat spesifik untuk membuktikan adanya golongan
monosakarida, disakarida dan polisakaida pada larutan karbohidrat.
Pada uji benedict, hasil uji positif ditunjukkan oleh fruktosa, glukosa, maltosa, dan
laktosa, sedangkan untuk karbohidrat jenis sukrosa dan pati menunjukkan hasil negatif.
Sekalipun aldosa atau ketosa berada dalam bentuk sikliknya, namun bentuk ini berada
dalam kesetimbangannya dengan sejumlah kecil aldehida atau keton rantai terbuka,
sehingga gugus aldehida atau keton ini dapat mereduksi berbagai macam reduktor, oleh
karena itu, karbohidrat yang menunjukkan hasil reaksi positif dinamakan gula pereduksi.
Pada sukrosa, walaupun tersusun oleh glukosa dan fruktosa, namun atom karbon
anomerik keduanya saling terikat, sehingga pada setiap unit monosakarida tidak lagi
terdapat gugus aldehida atau keton yang dapat bermutarotasi menjadi rantai terbuka, hal
ini menyebabkan sukrosa tak dapat mereduksi pereaksi benedict. Pada pati, sekalipun
terdapat glukosa rantai terbuka pada ujung rantai polimer, namun konsentrasinya
sangatlah kecil, sehingga warna hasil reaksi tidak tampak oleh penglihatan.
Dalam asam, polisakarida atau disakarida akan terhidrolisis parsial menjadi sebagian
kecil monomernya. Hal inilah yang menjadi dasar untuk membedakan antara
polisakarida, disakarida, dan monosakarida. Monomer gula dalam hal ini bereaksi dengan
fosfomolibdat membentuk senyawa berwarna biru. Dibanding dengan monosakarida,
polisakarida yang terhidrolisis oleh asam mempunyai kadar monosakarida yang lebih
kecil, sehingga intensitas warna biru yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan dengan
larutan monosakarida. Pada tabel 3. terlihat bahwa monosakarida menunjukkan
kereaktifan yang lebih besar daripada disakarida maupun polisakarida. Hal tersebut diatas
menunjukkan bahwa uji barfoed digunakan untuk membedakan reaktifita antara
monosakarida, disakarida, dan polisakarida.
Pada uji fermentasi, gas CO2 yang dihasilkan ragi lebih cepat terjadi pada monosakarida,
khususnya glukosa. Hal ini menunjukkan bahwa monosakarida lebih reaktif dari
disakarida ataupun polisakarida. Selain itu, Pati dan disakarida lainnya merupakan
molekul yang relatif lebih besar dibandingkan dengan monosakarida sehingga
kemampuan ragi untuk mencerna , mengubah pati tersebut menjadi etil alkohol dan
karbon dioksida lebih banyak memerlukan energi dan waktu yang lebih lama.
Pembentukan 4-hidroksimetil furfural ini terjadi pada reaksi antara fruktosa, sukrosa,
laktosa dan pati yang mendasari uji selliwanof ini. Fruktosa merupakan ketosa, dan
sukrosa terbentuk atas glukosa dan fruktosa, sehingga reaksi dengan pereaksi selliwanof
menghasilkan senyawa berwarna jingga. Reaksi ini mestinya tidak terjadi pada pati dan
laktosa, karena pati tersusun dari unit-unit glukosa yang dihubungkan oleh ikatan 1,4-a-
glikosida, sedangkan laktosa tersusun darigalaktosa dan glukosa yang keduanya
merupakan aldosa. Salah satu alasan yang menyebabkan terjadinya reaksi antara pereaksi
selliwanof dengan pati dan laktosa adalah terkontaminasinya kedua karbohidrat ini oleh
ketosa.
Pembentukkan osazon pada uji osazon terlihat dengan adanya endapan yang terjadi.
Endapan ini spesifik bagi setiap jenis karbohidrat, baik monosakarida, oligosakarida,
maupun polisakarida. Gambar 1. (data hilang) menunjukkan bentuk endapan yang
spesifik bagi berbagai macam karbohidrat. Dari hasil pecobaan, dapat dinyatakan bahwa
uji osazon digunakan untuk mengidentifikasi monosakarida, disakarida, dan sebagian
polisakarida. Dari hasil pengamatan dibawah mikroskop, didapatkan gambar penampang
yang berbeda-beda, hal ini karena masing-masing bahan memiliki rantai hidrokarbon
yang berbeda-beda pula, ada yang rantai hidrokarbonya lurus dan ada pula yang
bercabang.
Pada uji iod, terlihat pada tabel.7 hanya pati lah yang menunjukkan reaksi positif bila
direaksikan dengan iodium. Hal ini disebabkan karena dalam larutan pati, terdapat unit-
unit glukosa yang membentuk rantai heliks karena adanya ikatan dengan konfigurasi
pada tiap unit glukosanya. Bentuk ini menyebabkan pati dapat membentuk kompleks
dengan molekul iodium yang dapat masuk ke dalam spiralnya, sehingga menyebabkan
warna biru tua pada kompleks tersebut.
Kesimpulan
Uji molisch digunakan untuk menentukan karbohidrat secara umum, uji benedict
digunakan untuk menentukan gula pereduksi dalam karbohidrat. Uji barfoed digunakan
untuk mengidentifikasi antara monoskarida, disakarida, dan polisakarida. Uji selliwanof
digunakan untuk menentukan karbohidrat jenis ketosa. Uji fermentasi yang menggunakan
ragi dapat mencerna dan merubah karbohidrat menjadi etil alkohol dan gas
karbondioksida. Uji osazon digunakan untuk mengamati perbedaan yang spesifik bagi
tiap karbohidrat melalui penampang endapan yang dihasilkannya. Pada uji iod, hanya pati
lah yang dapat membentuk senyawa kompleks berwarna biru dengan iodium.
Dafta pustaka
arbohidrat
Posted: July 10, 2009 by filzahazny in biokimia
Tags: biokimia, disakarida, monosakarida, tes
6
21 Votes
I. Prinsip
Penggolongan Karbohidrat (monosakarida, disakarida, polisakarida, ketosa, dll)
berdasarkan reaksi-reaksi umum untuk karbohidat.
Uji Karbohidrat:
1. Uji Molisch
Uji Molisch adalah uji umum untuk karbohidrat. Pereaksi molisch yang terdiri dari α-
naftol dalam alkohol akan bereaksi dengan furfural tersebut membentuk senyawa
kompleks berwarna ungu yang disebabkan oleh daya dehidrasi asam sulfat pekat terhadap
karbohidrat. Uji ini bukan uji spesifik untuk karbohidrat, walalupun hasil reaksi yang
negatif menunjukkan bahwa larutan yang diperiksa tidak mengandung karbohidrat.
Terbentuknya cincin ungu menyatakan reaksi positif.
2. Uji Benedict
Larutan tembaga alkalis akan direduksi oleh gula yang mempunyai gugus aldehid atau
keton bebas dengan membentuk kuprooksida yang berwarna. Gula pereduksi beraksi
dengan pereaksi menghasilkan endapan merah bata (Cu2O). Pada gula pereduksi terdapat
gugus aldehid dan OH laktol. OH laktol adalah OH yang terikat pada atom C pertama
yang menentukan karbohidrat sebagai gula pereduksi atau bukan.
3. Uji Barfoed
Uji ini untuk membedakan monosakarida dan disakarida. Pada percobaan ini, karbohidrat
direduksi pada suasana asam. Disakarida juga akan memberikan hasil positif bila
didihkan cukup lama hingga terjadi hidrolisis.
4. Uji Seliwanoff
Reaksi ini spesifik untuk ketosa. Dasarnya adalah perubahan fruktosa oleh asam panas
menjadi levulinat dan hidroksimetilfurfural yang selanjutnya berkondensasi dengan
resorsinol membentuk senyawa berwarna merah.
5. Uji Tollens
Uji ini untuk positif terhadap karbohidrat pentosa yang membedakannya dengan heksosa.
6. Hidrolisis Sukrosa
Sukrosa adalah karbohidrat golongan disakarida. Hidrolisis sukrosa ini untuk
membuktikan apakah hasil hidrolisis dari sukrosa adalah glukosa dan fruktosa yaitu
dengan cara setelah sukrosa dihidrolisis, larutan yang telah dihidrolisis itu dites dengan
test benedict untuk membuktikan glukosa dan test seliwanoff untuk membuktikan ada
fruktosa.
9. Hidrolisis Pati
Pada percobaan ini akan terlihat bahwa pada hidrolisis pati ini glukosa akan terbentuk
sebagai zat akhir. Penambahan HCl pekat lalu pemanasan dimaksudkan agar hidrolisis
terjadi karena hidrolisis pati hanya terjadi dalam pemanasan dengan asam.
10. Glikogen
Bahan :
- Glukosa 1%
- Fruktosa 1%
- Laktosa 1%
- Sukrosa 1%
- Amilum 1%
- Arabinosa 1 %
- Gummi arabicum
- NaCl 1%
- Hati sapi
- H2SO4 pekat
- Galaktosa 1%
- Larutan Benedict
- Larutan Barfoed
- Larutan pereaksi Seliwanoff
- Alkohol 1%
- Aquadest
- Pereaksi Molisch
- Pereaksi Tollens
- Ragi
- Kentang
- Hati
- Larutan Lugol
- HCl pekat
- NaOH 2N
V. Prosedur Percobaan
1. Test Molisch
2 mL larutan yang akan diperiksa dimasukkan ke dalam tabung reaksi, tambahakan 2
tetes pereaksi Molisch, campur dengan baik, kemudian dengan hati-hati dan perlahan
taqmbahkan melalui dinding tabung 2mL asam sulfat pekat.
Lakukan tes terhadap larutan 1% glukosa, galaktosa, laktosa, dan sukrosa.
2. Test Benedict
Larutan tembaga alkalis akan direduksi oleh gula yang mempunyai gugus aldehid atau
keton bebas dengankuprooksida berwarna.
2.5 mL larutan Benedict dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Tambahkan 4 tetes larutan
yang akan diperiksa. Campur dan tempatkan semua tabung di dalam penangas air
mendidih selama lima menit. Dinginkan perlahan-lahan dan perhatikan apakah terbebtuk
endapan dan bagaimana warna endapan tersebut.
Lakukan percobaan ini dengan menggunakan larutan 1% glukosa, fruktosa, laktosa,
sukrosa dan amilum.
3. Test Barfoed
Masukkan ke dalam tabung reaksi 1 mL larutan Barfoed dan 1 mL larutan yang akan
diperiksa. Panaskan dalam penangas air mendidih selama satu menit atau lebih, sampai
terlihat adanya reduksi.
Lakukan percobaan ini dengan larutan 1% glukosa, galaktosa, laktosa dan sukrosa.
4. Test Seliwanoff
Masukkan 0,5 mL larutan yang akan diperiksa ke dalam tabung reaksi. Tambahkan 5 mL
pereaksi Seliwanoff, campur dan letakkan tabung di dalam penangas air mendidih selama
60 detik, dan perhatikan warna yang terbentuk.
Percobaan dilakukan menggunakan larutan 1% glukosa, fruktosa dan sukrosa.
5. Reaksi Tollens
2 mL pereaksi dipanaskan dengan 5 tetes larutan yang akan diperiksa dalam penangas air
mendidih. Reaksi positif bila timbul warna merah anggur.
Percobaan dilakukan menggunakan larutan 1% Arabinosa, glukosa dan gummi arabikum.
6. Hidrolisis sukrosa
Masukkan 10 mL larutan sukrosa ditambah dengan 10 tetes HCL(pekat) panaskan dalam
waterbath 45 menit, dingingkan, tambahkan aquadest 50 ml. Larutan diuji dengan uji
benedict dan seliwanoff.
Cawan 1 2 3 4
Ragi 1 g 1 g 1 g 1 g
Akuadest 14 mL 14 mL
100° C 13.5 mL 13,5 mL
.
Gerus/campur ragi dalam akuades dengan menggunakan ujung tabung reaksi sehingga
diperoleh suspensi yang rata, kemudian masukkan:
Larutan glukosa 2 mL 2 mL 2 mL 2 mL
Larutan flourida - - 0,5 mL -
Larutan arsenat - - - 0,5 mL
Aduk campuran tersebut baik-baik, kemudian tuangkan ke dalam tabung peragian
sehingga kedua ujung tertutupnya dipenuhi suspensi ragi. Kembalikan tabung pada
kedudukan normal, lengan panjang harus tetap terisi. Biarkan selama tepat 30 menit.
Apabila telah ada gas yang terbentuk, ke dalam tabung ditambahkan NaOH encer
sehingga memenuhi ujung tabung terbuka. Tutup ujung yang terbuka dengan ibu jari.
9. Hidrolisis pati
Campur 1 gr pati dengan 100 mL air, setelah homogen tuangkan perlahan-lahan ke dalam
90 mL air mendidih sambil terus diaduk-aduk sampai larutan menjadi “opalescent”.
a. Masukkan 25 mL larutan ke dalam sebuah gelas piala, tambahkan 10 tetes HCl pekat,
dan panaskan dalam penangas air. Setiap 3 menit ambil satu tetes larutan dan tes dengan
iodium. Pada waktu yang sama diambil lagi 3 tetes larutan dan ditambahkan pereaksi
Benedict kemudian dipanaskan dalam penangas air, amatiderajat reduksi yang terjadi dan
bandingkan dengan tes iodium.
b. Ke dalam 2 tabung reaksi masukkan masing-masing 5 mL larutan pati.Tambahkan
beberapa tetes larutan iodium ke dalam setiap tabung. Hangatkan sebuah tabung
perlahan-lahan. Perhatikan hilangnya warna. Dinginkan kembali dan perhatikan
warnanya. Ke dalam tabung yang lain tambahkan larutan natrium tiosulfat 1% tetes demi
tetes sehingga warna biru hilang.
10. Glikogen
Masukkan ke dalam cawan kira-kira 25 gr hati dengan 50 ml air dan panaskan sehingga
mendidih. Tambahkan sedikit asam asetat untuk mengendapkan protein. Teruskan
mendidihkan campuran tersebut sambil terus mengaduknya selama 20 menit sehingga
volumenya tinggal separuh dari semula. Perhatikan kekeruhan larutan tersebut.
Saring selagi panas dan bagi filtrate menjadi dua bagian.
a. Pada bagian pertama ( 2/3 filtrat ) lakukan tes-tes berikut:
1) Tambahkan 5 tetes lugol pada 5 mL filtrate, bandingkan terhadap air sebagai blanko.
Tambahkan 1 tetes NaCl 10% agar tes lebih sensitive. Teteskan lebih banyak lugol. Apa
yang terlihat? Bagaimana bila dipanaskan?
2) Lakukan tes benedict terhadap filtrate.
3) Pada 10 mL filtrate tambahkan 10 tetes HCl pekat dan didihkan selama 10 menit.
Dinginkan dan netralkan dengan NaOH, lalu lakukan tes Benedict. Bagaimana hasilnya.
b. Pada bagian kedua tambahkan alcohol 95% 4 kali lebih banyak. Glikogen akan
mengendap. Diamkan beberapa saat dan buang cairan jernih di bagian atas, lalu saring
sisanya. Keringkan presipitat antara 2 kertas saring dan lakukan tes berikut terhadap
bubuk glikogen tersebut:
1) Daya larut dalam air, asam encer, basa encer, NaCl 10%..
2) Lakukan Test Iodium.
VI. Hasil Pengamatan dan Pembahasan
1. Tes Mollisch
Larutan Pengamatan Kesimpulan
Glukosa 1% cincin ungu +
Galaktosa 1% cincin ungu +
Laktosa 1% cincin ungu +
Sukrosa 1% cincin ungu +
Persamaan reaksi :
Uji umum untuk karbohidrat adalah uji Molisch. Apabila larutan karbohidrat diberi
beberapa tetes pelarut Molisch (alfa naftol dalam etanol) kemudian ditambah asam sulfat
pekat secukupnya sehingga terbentuk 2 lapisan cairan, maka pada bidang batas kedua
lapisan tersebut akan terbentuk cincin ungu yang disebut kwnoid.
Semua larutan gula yang diuji pada test molish ini dapat dioksidasi karena test molish
adalah uji umum untuk karbohidrat. Apabila larutan gula yang diberi pereaksi ini
dipanaskan terlalu lama maka dapat menyebabkan cincin ungu terjadi lebih cepat.
2. Test Benedict
Persamaan Reaksi
OO
|| ||
R — C — H + Cu2+ [o] R — C — OH + Cu2O ↓ (merah bata)
OH-
1. Larutan tembaga alkalis akan direduksi oleh gula yang mempunyai gugus aldehid
dengan kuprooksida yang berwarna merah bata.
2. Dari percobaan diperoleh hasil positif pada larutan glukosa, laktosa dan fruktosa.
Sedangkan amilum dan sukrosa memberikan hasil negatif terhadap uji ini, karena amilum
merupakan polisakarida dan juga karena gugus aldehidnya terikat kuat satu sama lain dan
panjang sehingga tidak dapat bereaksi dengan pereaksi. Sukrosa tidak dapat mereduksi
sebab tidak mempunyai OH-laktol (OH yang terikat pada atom C pertama), sehingga
gugus O-nya sudah terikat pada atom C glukosa dan fruktosa dan membentuk sukrosa
yang bergugus keton.
3. Test Barfoed
1) Jawab : Larutan gula yang dioksidasi adalah larutan glukosa 1% dan galaktosa 1%.
2) Bila larutan dipanaskan terlalu lama akan menyebabkan disakarida terhidrolisis
menjadi monosakarida, maka akan memberikan hasil uji positif terhadap test Barfoed.
Test ini untuk membedakan monosakarida dan disakarida. Hasil positif ditandai dengan
larutan biru dan bagian bawah terdapat endapan kemerahan.
4. Test Seliwanoff
• Uji Seliwanoff dapat dipakai untuk membedakan sukrosa dari fruktosa. Fruktosa
mempunyai gugus keton, sedangkan sukrosa merupakan disakarida yang terdiri dari
glukosa dan fruktosa. Gugus aldehid dari sukrosa yang bereaksi dengan pereaksi
Seliwanoff, sehingga percobaan yang terjadi lebih lambat, dibandingkan dengan fruktosa.
Warna larutan yang dihasilkan oleh sukrosa lebih muda dibandingkan fruktosa.
5. Reaksi Tollens
Jawab: Larutan gula yang memberikan hasil positif adalah arabinosa dan gummi
arabikum, karena keduanya merupakan gula pentosa, sedangkan glukosa merupakan gula
heksosa, sehingga memberikan hasil yang negatif.
6. Hidrolisis sukrosa
Setelah dihidrolisis, larutan memberikan hasil positif terhadap uji benedict dan
seliwanoff, dengan membentuk endapan merah. Reaksi ini menunjukan bahwa Sukrosa
sudah terhidrolisis menjadi Fruktosa dan Sukrosa. Karena Fruktosa dan Glukosa adalah
monosakarida, maka memberi hasil positif Pada test Benedict dan seliwanoff.
• Hasil akhir glikolisis anaerob pada ragi akan menghasilkan etanol dan CO2. Percobaan
ini untuk melihat perbedaan reaksi glikolisis tanpa dan dengan inhibitor.
• Pada tabung I, glikolisis yang terjadi ditandai terbentuknya etanol dan CO2. Proses ini
dapat berlangsung baik karena enzim yang terdapat pada ragi masih aktif.
• Pada tabung II, glikolisis yang terjadi dihambat dengan cara menambahkan air panas
(mendidih) pada ragi. Suhu panas karena air panas tersebut menyebabkan enzim rusak,
enzim terdenaturasi pada suhu tinggi . Akibatnya reaksi glikolisis tidak berjalan dan
ditandai dengan tidak terbentuknya gelembung CO2.
• Pada tabung III, proses glikolisis terhambat oleh larutan Fluorida yang berfungsi
sebagai inhibitor reaksi glikolisis, sehingga gas CO2 yang dihasilkan lebih sedikit.
Larutan Fluorida ini menghambat pembentukan fosfoenol piruvat dari 2-fosfogliserat.
• Pada tabung IV, proses glikolisis terhambat oleh larutan Arsenat yang berfungsi sebagai
inhibitor reaksi glikolisis, sehingga gas CO2 yang dihasilkan lebih sedikit. Larutan
Fluorida ini menghambat pembentukan fosfoenol piruvat dari 2-fosfogliserat.
• Pada penambahan NaOH, hisapan pada ibu jari yang paling kuat adalah pada tabung I.
Semakin banyak CO2 yang terbentuk, maka semakin kuat isapan pada ibu jari.
• Persamaan reaksi:
Fosfoenolpiruvat
ADP
Piruvat kinase
ATP NADH + H+ NAD+
Spontan
Enol (Piruvat) (Keto) Laktat
Piruvat Laktat dehidrogenase
9. Hidrolisis Pati
a. Larutan pati di tambahkan HCl pekat dengan tujuan mempercepat hidrolisis. Larutan
dipanaskan, tiap 5 menit ditest iodium dan test Benedict.
Persamaan reaksi:
Ikatan iodium amylum (biru)◊Iodium + Amylum
I2 + Na2S2O3 Na2S4O6 + NaI
Tabung Waktu Test Iodium Test Benedict Kesimpulan
1 5’ ++++ (ungu tua) - Belum terhidrolisis
2 10’ +++ (ungu muda) - Belum terhidrolisis
3 15’ ++ (coklat) + Sedikit terhidrolisis
4 20’ + (coklat muda) ++ Sedikit terhidrolisis
5 25’ - +++ Terhidrolisis
6 30’ - +++ Terhidrolisis
Uji Iodium mulai negative pada tabung ke 5, Sedangkan pada penambahan pereaksi
Benedict yang kemudian dipanaskan mula-mula dihasilkan larutan berwarna hijau tua
lalu lama kelamaan mulai terbentuk endapan kuning coklat. Hal ini disebabkan pati
terhidrolisis menjadi disakarida dan kemudian menjadi monosakarida secara sempurna.
Benedict mulai memberikan hasil positif pada tabung ke 6.
Hidrolisis yang praktikan lakukan berlangsung relative cepat mungkin disebabkan pati
dipanaskan dengan sempurna.
Persamaan reaksi:
b. Tabung I setelah diberi iodium terbentuk warna biru ungu, setelah dipanaskan warna
biru hilang dan menjadi jernih. Setelah didinginkan tetap jernih. Reaksi yang terjadi
adalah reaksi irreversible.
Tabung II setelah diberi iodium terbentuk warna biru ungu, kemudian ditambahkan
natrium tiosulfat 1% maka larutan menjadi jernih karena tiosulfat memecah ikatan antara
amilum dan iodium.
10. Glikogen
A. 1. Pada penambahan lugol akan menghasilkan endapan coklat kemerahan, kemudian
setelah di tambah 1 tetes NaOH 10% endapan tetap merah coklat dan jika dipanaskan
endapan menipis.
2. Jika filtrat dilakukan tes Benedict maka akan terbentuk larutan berwarna hijau(-)
karena filtrat masih polisakarida, kemudian dipanaskan selama 10’ maka terbentuk
endapan merah bata karena polisakaridanya terhidrolisis menjadi glukosa sehingga
memberi hasil positif pada uji ini.
3. Bila filtrat ditambahkan HCl pekat dan kemudian dipanaskan, maka pada saat
dilakukan test Benedict akan memberikan hasil yang positif, yaitu dengan munculnya
endapan merah bata. Hal ini disebabkan karena penambahan HCl pekat dan pemanasan,
akan menyebabkan pecahnya glikogen menjadi gugus glukosa sehingga memberikan uji
(+) pada test Benedict.
B. 1. Bubuk glikogen sukar larut dalam air, basa encer, sedangkan dalam NaCl 10% dan
dalam asam encer larut.
2. Test Iodium pada bubuk glikogen menimbulkan uji positif dengan terbentuknya
endapan ungu hitam.
VII. KESIMPULAN
Dari uji-uji yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa karbohidrat mempunyai sifat-
sifat sebagai berikut :
a) Selalu positif apabila menggunakan uji molish karena molish adalah reaksi umum
untuk karbohidrat.
b) Apabila diglikolisis secara anaerob makan akan menghasilkan CO2 dan H2O.
c) Polisakarida dapat dihidrolisis dengan cara pemanasan dan disertai penambahan asam
pekat sebagai katalis.
d) Monosakarida dan disakarida kecuali sukrosa dapat teroksidasi (golongan reduksi)
sedangkan polisakarida merupakan golongan non pereduksi.
Daftar Pustaka
Anonim. Penuntun Praktikum Kimia Dasar Umum. Universitas Indonesia FMIPA
Jurusan Kimia. 1998 : 115-118.
Murray RF; Granner OK; Rodwell V. Harper’s Review of Biochemistry. Penerbit : Buku
Kedokteran. Jakarta. 1995.
Drs. Slamet Prawirohartono; Prof. Dr. Suhargono Hadisumarto. Sains Biologi-3A.
Penerbit Bumi Aksara. 1999 : 65-66.
1. Dasar Teori
Karbohidrat atau sakarida terdapat gugus hidroksil (-OH), gugus aldehid atau gugus
keton. Maka dapat didefinisikan bahwa karbohidrat sebagai senyawa
polihidroksialdehida atau polihidroksiketon, atau senyawa yang dihidrolisis dari
keduanya. Karbohidrat dapat digolongkan berdasarkan jumlah monomer penyusunnya.
Ada 3 jenis karbohidrat berdasarkan penggolongan ini, yaitu:
1. Monosakarida
2. Disakarida (Oligosakarida)
3. Polisakarida
Monosakarida
Disakarida (Oligosakarida)
Sukrosa atau gula pasir dibuat dari tetes tebu. Sikropsa lebih manis dari glukosa,
tetapi kurang manis dibandingkan dengan fruktosa, sangat mudah larut dalam air. Gula
ini dipakai untuk membuat sirup, gula – gula dan pemanis makanan. Jika senyawa ini
dihidrolisis akan dihasilkan satu molekul glukosa dan satu molekul fruktosa.
Laktosa disebut gula susu karena terdapat banyak dalam air susu. Biasanya diperoleh
dari air susu. Gula ini merupakan gula yang paling suka larut dalam air dan paling tidak
manis. Enzim dalam bakteri tertentu akan mengubah laktosa menjadi asam laktat, hal ini
terjadi bila susu berubah menjadi masam. Laktosa dipakai untuk membuat makanan bayi
dan diet spesial. Jika dihidrolisis akan dihasilkan 1 molekul glukosa dan 1 molekul
galaktosa.
Maltosa disebut sebagai gula mout, banyak terdapat pada jelai yang sedang
berkecambah. Senyawa ini merupakan hasil hidrolisis parsial dari pati. Dibandingkan
dngan sukrosa zat ini lebih sukar larut dan kurang manis. Senyawa ini dipergunakan
untuk penyusun makanan bayi, susu bubuk, dan bahan makanan lainnya. Jika dihidrolisis
akan dihasilkan 2 molekul glukosa.
Poisakarida
a. Bahan
- Larutan Karbohidrat
- Pereaksi Seliwanof
- Pereaksi Barfoed
- Larutan HCl 6 M
- Larutan NaOH 6 M
- Larutan I2 0,01 M
- Pereksi Molisch
- Pereaksi Benedict
b. Alat
3. Prosedur Kerja
a. Uji Molisch
2 mL larutan karbohidrat
- + 2 tetes pereaksi molisch
- Mengamati
Hasil Pengamatan
b. Uji Barfoed
1 mL larutan karbohidrat
- + 3 mL pereaksi barfoed
- Mengamati
Hasil Pengamatan
c. Uji Seliwanof
3 mL reagen Seliwanof
- Mengamati
Hasil Pengamatan
c. Uji Iodin
3 mL larutan amilum
- + 2 tetes
air - + 2 tetes HCL
- Dikocok - Dikocok
- + Iodin - + Iodin
Perubahan warna
Perubahan warna
- Dipanaskan - Dipanaskan
- Didinginkan - Didinginkan
-
Mengamati - Mengamati
4. Hasil Pengamatan
Tabung 2 :
5. Pembahasan
Sir Walter Norman Howarth yaitu ahli kimia inggris berpendapat bahwa pada
molekul glukosa kelima atom karbon yang pertama dengan atom oksien dapat
membentuk cincin segi enam. Oleh karena itu struktur karbohidrat sebagai bentuk cincin
furan atau piran. Berdasarkan hal tersebut maka struktur dan konfigurasi karbohidrat
ditulis berdasarkan bentuk cincin sikliknya yaitu: golongan furanosa (karbohidrat
mempunyai cincin beranggota lima) dan golongan piranosa (karbohidrat mempunyai
cincin beranggota enam).
Furan Piran
Atom karbon suatu molekul gula dinomori mulai dari ujung yang paling dekat dengan
aldfehid atau keton. Bentuk glukosa dan fruktosa utama dalam larutan bukanlah rantai
terbuka melainkan dalam bentuk cincin.
Adapun yang dilakukan pada percobaan kali ini adalah sebagai berikut:
1. Uji Molisch
Uji Molisch adalah uji umum unuk karbohidrat. Uji ini efektif untuk senyawa –
senyawa yang dapat didehidrasi oleh asam pekat menjadi senyawa furfural atau senyawa
furfural yang tersubstitusi, seperti Hidroksimetil furfural.
Pertanyaan
2. Uji Barfoed
Pereaksi Barfoed Dibuat dari larutan Coper Asetat dan asam asetat dalam air.
Pereaksi ini digunakan untuk membedakan monosakarida dan disakarida dengan jalan
mengontrol kondisi – kondisi, seperti pH dan waktu pemanasan.
Dari hasil pengamatan didapatkan bahwa pada saat pencampuran larutan berwarna
biru tua dan setelah proses pemanasan warna campuran menjadi biru terang. Untuk
karbohidrat golongan fruktosa dan galaktosa (Monosakarida) terbentuk endapan merah
bata. Monosakarida dapat mereduksi lebih cepat daripada disakarida. Jadi Cu2O
terbentuk lebih cepat oleh monosakarida daripada disakarida. Oleh Tauber dan Kleiner
membuat modifikasi pereaksi dan ternyata menghasilkan warna biru yang menunjukkan
adanya monosakarida.
Jawaban pertanyaan
3. Pereaksi Barfoed dapat digunakan pada uji gula dalam urine hal ini disebabkan
karena pereaksi barfoed terdiri atas Koper Asetat dan asam asetat dalam air.
3. Uji Seliwanof
Reaksi spesifik lainnya untuk karbohidrat tertentu adalah uji seliwanof. Reaksi
seliwanof disebabkan perubahan fruktosa oleh asam klorida panas menjadi asal levulinat
dan hidroksimetilfurfural, selanjutnya kondensasi hidroksimetilfurfural dengan resorsinol
menghasilkan senyawa berikut:
Sukrosa yang mudah dihidrolisa menjadi gluosa dan fruktosa, memberi reaksi positif
dengan uji seliwanof. Pada pendidihan lebih lanjut, aldosa – aldosa memberikan warna
merah dengan reagen seliwanof karena aldosa – aldosa tersebut diubah oleh HCl menjadi
Ketosa.
Warna merah bata yang dihasilkan pada percobaan ini menandakan bahwa larutan
gula tersebut positif mengandung senyawa ketosa. Warna tersebut disebabkan karena
terjadinya reaksi kondensasi resorsinol dengan furfural atau hidroksimetilfurfural.
Jawaban Pertanyaan
2. Uji seliwanof tidak dapat digunakan dalam membedakan fruktosa dengan sukrosa
karena memerlukan waktu yang lama dalam pembentukan warna.
3. Jika larutan glukosa atau maltosa dipanaskan dalam pereaksi seliwanof dengan
jangka waktu yang cukup lama maka akan terbentuk warna merah. Hasil ini
menunjukkan bahwa tes tersebut negatif karena dalam pereaksi seliwanof hanya
membutuhkan waktu cepat untuk mengalami perubahan warna.
4. Uji Iodin
Uji iodin dipakai untuk membedakan amilum dari glikogen. Dari hasil pengamatan
diperoleh bahwa tabung yang berisi 3 mL larutan amilum yang ditambahkan dengan 2
tetes air dan iodin menghasilkan warna biru sedangkan pada tabung yang berisi 3 mL
larutan amilum yang ditambahkan dengan 2 tetes HCl dan iodin menghasilkan warna biru
muda.
6. Kesimpulan
Uji Barfoed memberikan hasil positif pada monosakarida yaitu galaktosa dan
fruktosa.
7. Kemungkinan Kesalahan
Daftar Pustaka
Dedepramudya84gmail.com