Anda di halaman 1dari 30

Pulutan

(Urena lobata Linn.)

Sinonim :
= Urena monopetala, Lour. = Urena scabriuscula, DC. = Urena sinuata, Linn. = Urena
tomentosa, Blume.

Familia :
Malvaceae

Uraian :
Jenis tumbuhan berserat dari suku kapas-kapasan, tumbuh di daerah iklim tropik
termasuk di Indonesia. Tumbuh liar di halaman, ladang, tanah kosong dan tempat-tempat
yang banyak sinar matahari sampai setinggi + 1. 800 m di atas permukaan laut.
Tumbuhan perdu tegak yang bercabang banyak ini mempunyai batang dan tangkai yang
liat sehingga sukar dipatahkan dan seluruh tanaman ditumbuhi rambut halus, tinggi dapat
mencapai 1 m. Daun tunggal, berlekuk menjari 3,5 atau 7, tumbuh berseling, panjang 3 -
8 cm, lebar 1 - 6 cm, tepi bergigi, warna daun bagian atas hijau, bagian bawah hijau
muda, pangkal daun membulat, ujung runcing. Bunga berwama ungu, keluar dari ketiak
daun. Buahnya bulat, penampang ± 5 mm, berambut seperti sikat, beruang 5, tiap ruangan
berisi 1 biji.

Nama Lokal :
Pungpulutan, pungpulutan awewe, pungpurutan (Sunda); legetan, pulutan pulutan kebo,
pulutan sapi (jawa); Polot (Madura), Kapuhak, kaporata (Sumba),; Bejak, kakamomoko,
kokomomoko (Halmahera),; Taba toko (Ternate).; Di tao hum (China).;

arbohidrat pada Uji Kualitatif


Submitted by rismaka on June 20, 2009 at 7:00 am
16 Comments

Karbohidrat merupakan polihidroksi aldehida atau keton,


atau senyawa yang menghasilkan senyawa ini bila
dihidrolisa. Secara umum terdapat tiga macam
karbohidrat berdasarkan hasil hidrolisisnya, yaitu
monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida.
Oligosakarida adalah rantai pendek unit monosakarida
yang terdiri dari 2 sampai 10 unit monosakarida yang
digabung bersama-sama oleh ikatan kovalen dan
biasanya bersifat larut dalam air. Polisakarida adalah
polimer monosakarida yang terdiri dari ratusan atau ribuan monosakarida yang
dihubungkan dengan ikatan 1,4-a-glikosida (a=alfa)
Didalam dunia hayati, kita dapat mengenal berbagai jenis karbohidrat, baik yang berfunsi
sebagai pembangun struktur maupun yang berperan funsional dalam proses metabolisme.
Berbagai uji telah dikembangkan untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif terhadap
keberadaan karbohidrat, mulai dari yang membedakan jenis-jenis karbohidrat dari yang
lain sampai pada yang mampu membedakan jenis-jenis karbohidrat secara spesifik. Uji
reaksi tersebut meliputi uji Molisch, Barfoed, Benedict, Selliwanof dan uji Iod.

Kedudukan karbohidrat sangatlah penting pada manusia dan hewan tingkat tinggi
lainnya, yaitu sebagai sumber kalori. Karbohidrat juga mempunyai fungsi biologi lainnya
yang tak kalah penting bagi beberapa makhluk hidup tingkat rendah, ragi misalnya,
mengubah karbohidrat (glukosa) menjadi alkohol dan karbon dioksida untuk
menghasilkan energi

C6H12O6 ——> 2C2H5OH + 2CO2 + energi

Tujuan

Percobaan ini bertujuan untuk mengamati struktur beberapa karbohidrat melalui sifat
reaksinya dengan beberapa reagen uji

Alat dan bahan

Alat-alat yang digunakan adalah tabung reaksi, pipet mohr, pipet volumetrik, pipet tetes,
penangas air, sentrifuse, spektrofotometer, tabung fermentasi,dan gelas ukur.

Bahan-bahan yang digunakan adalah peraksi molish, asam sulfat, larutan glukosa, 1%,
frutosa1%, sukrosa 1%, laktosa 1%, maltosa 1%, pati 1%, preasi Benedict preaksi
barfoed, preaksi selliwanof, ragi roti, fosfomolibdat, larutan iod encer, gum arab, tpung
agar-agar, tepung aren, tepung beras, larutan Na-wolframat 10%, larutan TCA, 10%,
etanol absolute, etanol 95%, kristal NaCl, etil eter, larutan NaCl 0,2 M, larutan K2HPO4,
larutan kurpritartrat, larutan fosfomolibdat, larutan standard glukosa 0,1 dan 0,2 mg/ml,
enzim amylase, larutan glikogen, HCl, dan akuades.

Prosedur percobaan

Pada uji molisch, sebanyak 5ml larutan yang di uji (glukosa, fruktosa, sukrosa, laktosa,
maltosa, dan pati) di masukkan ke dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan 2 tetes pereaksi
molish , dicampur rata, kemudian ditambahkan 3 ml asam sulfat pekat secara perlahan-
lahan melalui dinding tabung, warna violet (ungu) kemerah-merahan pada batas kedua
cairan menunjukkan reaksi positif, sedangkan warna hijau menunjukan reaksi negatif.

Untuk uji Benedict, sebanyak 5 ml reaksi Benedict dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
kemudian ditambahkan 8 tetes larutan bahan yang diuji dicampur rata dan dididihkan
selama 5 menit, biarkan sampai dingin kemudian diamati perubahan warnanya, jika
terbentuk warna hijau, kuning atau endapan merah bata berarti positif.
Pada uji barfoed, sebanyak 1 ml pereaksi dan bahan percobaan dimasukkan ke dalam
tabung reaksi kemudian dipanaskan dalam air mendidih selama 3 menit dan didinginkan,
setelah itu masukkan 1 ml fosfomoliubdat , kocok dan amati warna yang tejadi, jika
terbentuk warna biru setelah penambahan fosfomolibdat, maka reaksi positif.

Pada uji fermentasi, 20 ml larutan bahan percobaan dan 2gram ragi roti digerus sampai
terbentuk suspensi yang homogen , kemudian suspensi diisikan ke dalam tabung
fermentasi sampai bagian kaki tertutup dan terisi penuh oleh cairan. Selanjutnya
dimasukkan ke dalam fermentor pada suhu 370C, kemudian diamati setiap selang 20
menit sebanyak 3 kali pengamatan. Pada pengamatan terakhir, ruang gas pada kaki
tabung diukur panjangnya.

Untuk uji salliwanof, 5 ml peraksi dan beberapa tetes bahan percobaan dimasukkan ke
dalam sebuah tabung reaksi, lalu dididihkan selama 30 detik, kemudian diamati warna
yang terjadi.

Pada uji osazon, ke dalam tabung reaksi di masukkan campuran fenil hidrazon Na-asetat
kering lalu ditambahkan 5 ml larutan percobaan, dikocok dan dipanaskan dalam penangas
air selama 30 menit, kemudian dinginkan dan diperiksa endapan yang terbentuk di bawah
mikroskop.
Pada uji iod, pada papan uji diteteskan bahan yang akan diuji, kemudian ditambahkan
dengan satu tetes iodium encer, dan dicampur merata.

Hasil Pengamatan

Tabel 1. Hasil uji molisch beberapa jenis karbohidrat

Tabel 2. Hasil uji benedict


Tabel 3. Hasil uji barfoed

Tabel 4. Hasil uji fermentasi


Tabel 5. Hasil uji selliwanof

Tabel 6. Hasil uji osazon


Tabel 7. Hasil uji iod

Pembahasan

Pada uji molisch, hasil uji menunjukkan bahwa semua bahan yang diuji adalah
karbohidrat. Pereaksi molisch membentuk cincin yaitu pada larutan glukosa, fruktosa,
sukrosa, laktosa, maltosa, dan pati menghasilkan cincin berwarna ungu hal ini
menunjukkan bahwa uji molish sangat spesifik untuk membuktikan adanya golongan
monosakarida, disakarida dan polisakaida pada larutan karbohidrat.
Pada uji benedict, hasil uji positif ditunjukkan oleh fruktosa, glukosa, maltosa, dan
laktosa, sedangkan untuk karbohidrat jenis sukrosa dan pati menunjukkan hasil negatif.
Sekalipun aldosa atau ketosa berada dalam bentuk sikliknya, namun bentuk ini berada
dalam kesetimbangannya dengan sejumlah kecil aldehida atau keton rantai terbuka,
sehingga gugus aldehida atau keton ini dapat mereduksi berbagai macam reduktor, oleh
karena itu, karbohidrat yang menunjukkan hasil reaksi positif dinamakan gula pereduksi.
Pada sukrosa, walaupun tersusun oleh glukosa dan fruktosa, namun atom karbon
anomerik keduanya saling terikat, sehingga pada setiap unit monosakarida tidak lagi
terdapat gugus aldehida atau keton yang dapat bermutarotasi menjadi rantai terbuka, hal
ini menyebabkan sukrosa tak dapat mereduksi pereaksi benedict. Pada pati, sekalipun
terdapat glukosa rantai terbuka pada ujung rantai polimer, namun konsentrasinya
sangatlah kecil, sehingga warna hasil reaksi tidak tampak oleh penglihatan.

Dalam asam, polisakarida atau disakarida akan terhidrolisis parsial menjadi sebagian
kecil monomernya. Hal inilah yang menjadi dasar untuk membedakan antara
polisakarida, disakarida, dan monosakarida. Monomer gula dalam hal ini bereaksi dengan
fosfomolibdat membentuk senyawa berwarna biru. Dibanding dengan monosakarida,
polisakarida yang terhidrolisis oleh asam mempunyai kadar monosakarida yang lebih
kecil, sehingga intensitas warna biru yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan dengan
larutan monosakarida. Pada tabel 3. terlihat bahwa monosakarida menunjukkan
kereaktifan yang lebih besar daripada disakarida maupun polisakarida. Hal tersebut diatas
menunjukkan bahwa uji barfoed digunakan untuk membedakan reaktifita antara
monosakarida, disakarida, dan polisakarida.

Pada uji fermentasi, gas CO2 yang dihasilkan ragi lebih cepat terjadi pada monosakarida,
khususnya glukosa. Hal ini menunjukkan bahwa monosakarida lebih reaktif dari
disakarida ataupun polisakarida. Selain itu, Pati dan disakarida lainnya merupakan
molekul yang relatif lebih besar dibandingkan dengan monosakarida sehingga
kemampuan ragi untuk mencerna , mengubah pati tersebut menjadi etil alkohol dan
karbon dioksida lebih banyak memerlukan energi dan waktu yang lebih lama.

Pembentukan 4-hidroksimetil furfural ini terjadi pada reaksi antara fruktosa, sukrosa,
laktosa dan pati yang mendasari uji selliwanof ini. Fruktosa merupakan ketosa, dan
sukrosa terbentuk atas glukosa dan fruktosa, sehingga reaksi dengan pereaksi selliwanof
menghasilkan senyawa berwarna jingga. Reaksi ini mestinya tidak terjadi pada pati dan
laktosa, karena pati tersusun dari unit-unit glukosa yang dihubungkan oleh ikatan 1,4-a-
glikosida, sedangkan laktosa tersusun darigalaktosa dan glukosa yang keduanya
merupakan aldosa. Salah satu alasan yang menyebabkan terjadinya reaksi antara pereaksi
selliwanof dengan pati dan laktosa adalah terkontaminasinya kedua karbohidrat ini oleh
ketosa.

Pembentukkan osazon pada uji osazon terlihat dengan adanya endapan yang terjadi.
Endapan ini spesifik bagi setiap jenis karbohidrat, baik monosakarida, oligosakarida,
maupun polisakarida. Gambar 1. (data hilang) menunjukkan bentuk endapan yang
spesifik bagi berbagai macam karbohidrat. Dari hasil pecobaan, dapat dinyatakan bahwa
uji osazon digunakan untuk mengidentifikasi monosakarida, disakarida, dan sebagian
polisakarida. Dari hasil pengamatan dibawah mikroskop, didapatkan gambar penampang
yang berbeda-beda, hal ini karena masing-masing bahan memiliki rantai hidrokarbon
yang berbeda-beda pula, ada yang rantai hidrokarbonya lurus dan ada pula yang
bercabang.

Pada uji iod, terlihat pada tabel.7 hanya pati lah yang menunjukkan reaksi positif bila
direaksikan dengan iodium. Hal ini disebabkan karena dalam larutan pati, terdapat unit-
unit glukosa yang membentuk rantai heliks karena adanya ikatan dengan konfigurasi
pada tiap unit glukosanya. Bentuk ini menyebabkan pati dapat membentuk kompleks
dengan molekul iodium yang dapat masuk ke dalam spiralnya, sehingga menyebabkan
warna biru tua pada kompleks tersebut.

Kesimpulan

Uji molisch digunakan untuk menentukan karbohidrat secara umum, uji benedict
digunakan untuk menentukan gula pereduksi dalam karbohidrat. Uji barfoed digunakan
untuk mengidentifikasi antara monoskarida, disakarida, dan polisakarida. Uji selliwanof
digunakan untuk menentukan karbohidrat jenis ketosa. Uji fermentasi yang menggunakan
ragi dapat mencerna dan merubah karbohidrat menjadi etil alkohol dan gas
karbondioksida. Uji osazon digunakan untuk mengamati perbedaan yang spesifik bagi
tiap karbohidrat melalui penampang endapan yang dihasilkannya. Pada uji iod, hanya pati
lah yang dapat membentuk senyawa kompleks berwarna biru dengan iodium.

Dafta pustaka

Hart, Harold. 1983. Kimia Organik. Jakarta. Erlangga


Lehninger.1982. Dasar-Dasar Biokimia. Penerjemah : Maggy Thenawijaya. Jakarta,
Erlangga

arbohidrat
Posted: July 10, 2009 by filzahazny in biokimia
Tags: biokimia, disakarida, monosakarida, tes
6

21 Votes

I. Prinsip
Penggolongan Karbohidrat (monosakarida, disakarida, polisakarida, ketosa, dll)
berdasarkan reaksi-reaksi umum untuk karbohidat.

II. Tujuan Percobaan


a. Mengetahui cara-cara identifikasi golongan-golongan karbohidrat.
b. Mengetahui proses glikolisis dan hidrolisis pada bahan yang mengandung karbohidrat.
III. Teori Dasar
Karbohidrat tersebar luas baik dalam jaringan hewan maupun jaringan tumbuh-
tumbuhan. Dalam tumbuh-tumbuhan, karbohidrat dihasilkan oleh fotosintesis dan
mencakup selulosa serta pati. Pada jaringan hewan, karbohidrat dalam bentuk glukosa
dan glikogen.
Karbohidrat adalah polihidroksildehida dan keton polihidroksil atau turunannya. selain
itu, ia juga disusun oleh dua sampai delapan monosakarida yang dirujuk sebagai
oligosakarida. Karbohidrat mempunyai rumus umum Cn(H2O)n. Rumus itu membuat
para ahli kimia zaman dahulu menganggap karbohidrat adalah hidrat dari karbon. Pada
umumnya karbohidrat merupakan zat padat berwarna putih yang sukar larut dalam
pelarut organik tetapi larut dalam air (kecuali beberapa polisakarida).
Karbohidrat dibagi dalam 4 golongan yaitu : monosakarida, disakarida, oligosakarida,
dan polisakarida. Monosakarida adalah karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis menjadi
bentuk yang lebih sederhana. Monosakarida dapat dibedakan berdasarkan banyaknya
atom C pada molekulnya, misalnya triosa dengan 3 atom C; tetrosa dengan 4 atom C;
pentosa dengan 5 atom C; heksosa dengan 6 atom C dan heptosa sengan 7 atom C. Selain
itu dibedakan atas gugus aldehid atau gugus keton yang dikandungnya menjadi aldosa
dan ketosa.
• Monosakarida meliputi glukosa, galaktosa, manosa, fruktosa, dan lain sebagainya.
• Disakarida adalah senyawa yang dapat dihidrolisis menjadi 2 molekul monosakarida.
• Oligosakarida adalah karbohidrat yang dapat diuraikan menjadi 2 sampai 10 molekul
monosakarida.
• Polisakarida merupakan polimer yang tetrdiri atas unit-unit monosakarida dan bila
dihidrolisis menghasilkan lebih dari 6 molekul monosakarida. Glikogen dan amilum
merupakan polimer glukosa.
• Pati / Amilum
Yang terdapat dalam alam tidak larut dalam air dan memberikan warna biru dengan
iodium. Hasil hidrolisis pati/amilum adalah glukosa. Hidrolisis pati akan terjadi pada
pemanasan dengan asam encer dimana berturut-turut akan dibentuk amilodeksterin yang
memberi warna biru dengan iodium, eritrodekstrin yang memberi warna merah dengan
iodium serta berturut-turut akan dibentuk akroodekstrin, maltosa, dan glukosa yang tida
memberi warna dengan iodium.
• Glikogen
Terdapat pada hewan, molekulnya lebih kecil daripada amilum. Glikogen tidak
mereduksi larutan Benedict dan dengan iodium memberikan warna merah.

Uji Karbohidrat:

1. Uji Molisch
Uji Molisch adalah uji umum untuk karbohidrat. Pereaksi molisch yang terdiri dari α-
naftol dalam alkohol akan bereaksi dengan furfural tersebut membentuk senyawa
kompleks berwarna ungu yang disebabkan oleh daya dehidrasi asam sulfat pekat terhadap
karbohidrat. Uji ini bukan uji spesifik untuk karbohidrat, walalupun hasil reaksi yang
negatif menunjukkan bahwa larutan yang diperiksa tidak mengandung karbohidrat.
Terbentuknya cincin ungu menyatakan reaksi positif.
2. Uji Benedict
Larutan tembaga alkalis akan direduksi oleh gula yang mempunyai gugus aldehid atau
keton bebas dengan membentuk kuprooksida yang berwarna. Gula pereduksi beraksi
dengan pereaksi menghasilkan endapan merah bata (Cu2O). Pada gula pereduksi terdapat
gugus aldehid dan OH laktol. OH laktol adalah OH yang terikat pada atom C pertama
yang menentukan karbohidrat sebagai gula pereduksi atau bukan.

3. Uji Barfoed
Uji ini untuk membedakan monosakarida dan disakarida. Pada percobaan ini, karbohidrat
direduksi pada suasana asam. Disakarida juga akan memberikan hasil positif bila
didihkan cukup lama hingga terjadi hidrolisis.

4. Uji Seliwanoff
Reaksi ini spesifik untuk ketosa. Dasarnya adalah perubahan fruktosa oleh asam panas
menjadi levulinat dan hidroksimetilfurfural yang selanjutnya berkondensasi dengan
resorsinol membentuk senyawa berwarna merah.

5. Uji Tollens
Uji ini untuk positif terhadap karbohidrat pentosa yang membedakannya dengan heksosa.

6. Hidrolisis Sukrosa
Sukrosa adalah karbohidrat golongan disakarida. Hidrolisis sukrosa ini untuk
membuktikan apakah hasil hidrolisis dari sukrosa adalah glukosa dan fruktosa yaitu
dengan cara setelah sukrosa dihidrolisis, larutan yang telah dihidrolisis itu dites dengan
test benedict untuk membuktikan glukosa dan test seliwanoff untuk membuktikan ada
fruktosa.

7. Percobaan glikolisis pada ragi


Pada manusia dan hewan, hasil akhir glikolisis anaerob adalah asam laktat, sedangkan
pada ragi glikolisis anaerob (peragian gula) menghasilkan etanol.
Pada percobaan ini akan dilihat hasil glikolisis anaerob pada ragi yang berupa CO2 dan
etanol. Selain itu akan dilihat pula pengaruh inhibitor terhadap glikolisis anaerob.

8. Pembuatan pati ( amilum ) dari kentang

9. Hidrolisis Pati
Pada percobaan ini akan terlihat bahwa pada hidrolisis pati ini glukosa akan terbentuk
sebagai zat akhir. Penambahan HCl pekat lalu pemanasan dimaksudkan agar hidrolisis
terjadi karena hidrolisis pati hanya terjadi dalam pemanasan dengan asam.

10. Glikogen

IV. Alat dan Bahan


Alat :
- Tabung reaksi
- Pipet tetes
- Erlenmyer
- Penangas air
- Corong Buchner
- Cawan porselen
- Tabung peragian
- Blender
- Pengaduk
- Termometer
- Beaker glass
- Pembakar spiritus

Bahan :
- Glukosa 1%
- Fruktosa 1%
- Laktosa 1%
- Sukrosa 1%
- Amilum 1%
- Arabinosa 1 %
- Gummi arabicum
- NaCl 1%
- Hati sapi
- H2SO4 pekat
- Galaktosa 1%
- Larutan Benedict
- Larutan Barfoed
- Larutan pereaksi Seliwanoff
- Alkohol 1%
- Aquadest
- Pereaksi Molisch
- Pereaksi Tollens
- Ragi
- Kentang
- Hati
- Larutan Lugol
- HCl pekat
- NaOH 2N

V. Prosedur Percobaan
1. Test Molisch
2 mL larutan yang akan diperiksa dimasukkan ke dalam tabung reaksi, tambahakan 2
tetes pereaksi Molisch, campur dengan baik, kemudian dengan hati-hati dan perlahan
taqmbahkan melalui dinding tabung 2mL asam sulfat pekat.
Lakukan tes terhadap larutan 1% glukosa, galaktosa, laktosa, dan sukrosa.

2. Test Benedict
Larutan tembaga alkalis akan direduksi oleh gula yang mempunyai gugus aldehid atau
keton bebas dengankuprooksida berwarna.
2.5 mL larutan Benedict dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Tambahkan 4 tetes larutan
yang akan diperiksa. Campur dan tempatkan semua tabung di dalam penangas air
mendidih selama lima menit. Dinginkan perlahan-lahan dan perhatikan apakah terbebtuk
endapan dan bagaimana warna endapan tersebut.
Lakukan percobaan ini dengan menggunakan larutan 1% glukosa, fruktosa, laktosa,
sukrosa dan amilum.

3. Test Barfoed
Masukkan ke dalam tabung reaksi 1 mL larutan Barfoed dan 1 mL larutan yang akan
diperiksa. Panaskan dalam penangas air mendidih selama satu menit atau lebih, sampai
terlihat adanya reduksi.
Lakukan percobaan ini dengan larutan 1% glukosa, galaktosa, laktosa dan sukrosa.

4. Test Seliwanoff
Masukkan 0,5 mL larutan yang akan diperiksa ke dalam tabung reaksi. Tambahkan 5 mL
pereaksi Seliwanoff, campur dan letakkan tabung di dalam penangas air mendidih selama
60 detik, dan perhatikan warna yang terbentuk.
Percobaan dilakukan menggunakan larutan 1% glukosa, fruktosa dan sukrosa.

5. Reaksi Tollens
2 mL pereaksi dipanaskan dengan 5 tetes larutan yang akan diperiksa dalam penangas air
mendidih. Reaksi positif bila timbul warna merah anggur.
Percobaan dilakukan menggunakan larutan 1% Arabinosa, glukosa dan gummi arabikum.

6. Hidrolisis sukrosa
Masukkan 10 mL larutan sukrosa ditambah dengan 10 tetes HCL(pekat) panaskan dalam
waterbath 45 menit, dingingkan, tambahkan aquadest 50 ml. Larutan diuji dengan uji
benedict dan seliwanoff.

7. Percobaan glikolisis pada ragi


Sediakan 4 buah cawan porselen yang bersih dan 4 buah tabung peragian. Masukkan ke
dalam masing-masing cawan porselen bahan-bahan sebagai berikut:

Cawan 1 2 3 4
Ragi 1 g 1 g 1 g 1 g
Akuadest 14 mL 14 mL
100° C 13.5 mL 13,5 mL
.
Gerus/campur ragi dalam akuades dengan menggunakan ujung tabung reaksi sehingga
diperoleh suspensi yang rata, kemudian masukkan:

Larutan glukosa 2 mL 2 mL 2 mL 2 mL
Larutan flourida - - 0,5 mL -
Larutan arsenat - - - 0,5 mL
Aduk campuran tersebut baik-baik, kemudian tuangkan ke dalam tabung peragian
sehingga kedua ujung tertutupnya dipenuhi suspensi ragi. Kembalikan tabung pada
kedudukan normal, lengan panjang harus tetap terisi. Biarkan selama tepat 30 menit.
Apabila telah ada gas yang terbentuk, ke dalam tabung ditambahkan NaOH encer
sehingga memenuhi ujung tabung terbuka. Tutup ujung yang terbuka dengan ibu jari.

8. Pembuatan pati (amilum) dari kentang


150 gr kentang dikupas dan dicuci. Dipotong-potong kemudian dihomogenkan dengan
menggunakan kain dan cairan ditampung dalam gelas ukur 500 mL, residu dibuang.
Tambahkan 200 mL air, kocok dan biarkan campuran mengendap. Cairan di atasnya
didekantasi. Pati disuspensikan dengan 100 mL etanol 95 %, dekantasi lagi. Saring
melalui penyaring Buchner. Pati dikeringkan pada suhu kamar.

9. Hidrolisis pati
Campur 1 gr pati dengan 100 mL air, setelah homogen tuangkan perlahan-lahan ke dalam
90 mL air mendidih sambil terus diaduk-aduk sampai larutan menjadi “opalescent”.
a. Masukkan 25 mL larutan ke dalam sebuah gelas piala, tambahkan 10 tetes HCl pekat,
dan panaskan dalam penangas air. Setiap 3 menit ambil satu tetes larutan dan tes dengan
iodium. Pada waktu yang sama diambil lagi 3 tetes larutan dan ditambahkan pereaksi
Benedict kemudian dipanaskan dalam penangas air, amatiderajat reduksi yang terjadi dan
bandingkan dengan tes iodium.
b. Ke dalam 2 tabung reaksi masukkan masing-masing 5 mL larutan pati.Tambahkan
beberapa tetes larutan iodium ke dalam setiap tabung. Hangatkan sebuah tabung
perlahan-lahan. Perhatikan hilangnya warna. Dinginkan kembali dan perhatikan
warnanya. Ke dalam tabung yang lain tambahkan larutan natrium tiosulfat 1% tetes demi
tetes sehingga warna biru hilang.

10. Glikogen
Masukkan ke dalam cawan kira-kira 25 gr hati dengan 50 ml air dan panaskan sehingga
mendidih. Tambahkan sedikit asam asetat untuk mengendapkan protein. Teruskan
mendidihkan campuran tersebut sambil terus mengaduknya selama 20 menit sehingga
volumenya tinggal separuh dari semula. Perhatikan kekeruhan larutan tersebut.
Saring selagi panas dan bagi filtrate menjadi dua bagian.
a. Pada bagian pertama ( 2/3 filtrat ) lakukan tes-tes berikut:
1) Tambahkan 5 tetes lugol pada 5 mL filtrate, bandingkan terhadap air sebagai blanko.
Tambahkan 1 tetes NaCl 10% agar tes lebih sensitive. Teteskan lebih banyak lugol. Apa
yang terlihat? Bagaimana bila dipanaskan?
2) Lakukan tes benedict terhadap filtrate.
3) Pada 10 mL filtrate tambahkan 10 tetes HCl pekat dan didihkan selama 10 menit.
Dinginkan dan netralkan dengan NaOH, lalu lakukan tes Benedict. Bagaimana hasilnya.
b. Pada bagian kedua tambahkan alcohol 95% 4 kali lebih banyak. Glikogen akan
mengendap. Diamkan beberapa saat dan buang cairan jernih di bagian atas, lalu saring
sisanya. Keringkan presipitat antara 2 kertas saring dan lakukan tes berikut terhadap
bubuk glikogen tersebut:
1) Daya larut dalam air, asam encer, basa encer, NaCl 10%..
2) Lakukan Test Iodium.
VI. Hasil Pengamatan dan Pembahasan

1. Tes Mollisch
Larutan Pengamatan Kesimpulan
Glukosa 1% cincin ungu +
Galaktosa 1% cincin ungu +
Laktosa 1% cincin ungu +
Sukrosa 1% cincin ungu +

Persamaan reaksi :

Uji umum untuk karbohidrat adalah uji Molisch. Apabila larutan karbohidrat diberi
beberapa tetes pelarut Molisch (alfa naftol dalam etanol) kemudian ditambah asam sulfat
pekat secukupnya sehingga terbentuk 2 lapisan cairan, maka pada bidang batas kedua
lapisan tersebut akan terbentuk cincin ungu yang disebut kwnoid.
Semua larutan gula yang diuji pada test molish ini dapat dioksidasi karena test molish
adalah uji umum untuk karbohidrat. Apabila larutan gula yang diberi pereaksi ini
dipanaskan terlalu lama maka dapat menyebabkan cincin ungu terjadi lebih cepat.

2. Test Benedict

Larutan Pengamatan Kesimpulan


Glukosa 1% 5’=Endapan merah bata +++
Fruktosa 1% 1’=Kuning,5’=endapan merah bata ++
Laktosa 1% 5’=endapan merah bata +
Sukrosa 1% Tidak terbentuk endapan _
Amilum 1% Tidak terbentuk endapan _

Persamaan Reaksi
OO
|| ||
R — C — H + Cu2+ [o] R — C — OH + Cu2O ↓ (merah bata)
OH-

1. Larutan tembaga alkalis akan direduksi oleh gula yang mempunyai gugus aldehid
dengan kuprooksida yang berwarna merah bata.
2. Dari percobaan diperoleh hasil positif pada larutan glukosa, laktosa dan fruktosa.
Sedangkan amilum dan sukrosa memberikan hasil negatif terhadap uji ini, karena amilum
merupakan polisakarida dan juga karena gugus aldehidnya terikat kuat satu sama lain dan
panjang sehingga tidak dapat bereaksi dengan pereaksi. Sukrosa tidak dapat mereduksi
sebab tidak mempunyai OH-laktol (OH yang terikat pada atom C pertama), sehingga
gugus O-nya sudah terikat pada atom C glukosa dan fruktosa dan membentuk sukrosa
yang bergugus keton.
3. Test Barfoed

Larutan Pengamatan Kesimpulan


Glukosa 1% 1’=endapan merah bata +
Galaktosa 1% 1’=endapan merah bata +
Laktosa 1% Tidak terbentuk endapan -
Sukrosa 1% Tidak terbentuk endapan -

1) Jawab : Larutan gula yang dioksidasi adalah larutan glukosa 1% dan galaktosa 1%.
2) Bila larutan dipanaskan terlalu lama akan menyebabkan disakarida terhidrolisis
menjadi monosakarida, maka akan memberikan hasil uji positif terhadap test Barfoed.
Test ini untuk membedakan monosakarida dan disakarida. Hasil positif ditandai dengan
larutan biru dan bagian bawah terdapat endapan kemerahan.

4. Test Seliwanoff

Larutan Pengamatan Kesimpulan


Glukosa 1% Bening -
Fruktosa 1% Merah (mereduksi) +
Sukrosa 1% Merah (mereduksi) +

• Uji Seliwanoff dapat dipakai untuk membedakan sukrosa dari fruktosa. Fruktosa
mempunyai gugus keton, sedangkan sukrosa merupakan disakarida yang terdiri dari
glukosa dan fruktosa. Gugus aldehid dari sukrosa yang bereaksi dengan pereaksi
Seliwanoff, sehingga percobaan yang terjadi lebih lambat, dibandingkan dengan fruktosa.
Warna larutan yang dihasilkan oleh sukrosa lebih muda dibandingkan fruktosa.

5. Reaksi Tollens

Larutan Pengamatan Kesimpulan


Arabinosa 1% Merah anggur ++
Glukosa 1% Kuning(bagian bawah) -
Gummi Arabikum 1% Merah anggur +

Jawab: Larutan gula yang memberikan hasil positif adalah arabinosa dan gummi
arabikum, karena keduanya merupakan gula pentosa, sedangkan glukosa merupakan gula
heksosa, sehingga memberikan hasil yang negatif.

6. Hidrolisis sukrosa
Setelah dihidrolisis, larutan memberikan hasil positif terhadap uji benedict dan
seliwanoff, dengan membentuk endapan merah. Reaksi ini menunjukan bahwa Sukrosa
sudah terhidrolisis menjadi Fruktosa dan Sukrosa. Karena Fruktosa dan Glukosa adalah
monosakarida, maka memberi hasil positif Pada test Benedict dan seliwanoff.

7. Glikolisis pada Ragi


Tabung Keterangan CO2 yang terbentuk Hisapan pada ibu jari
I. Glukosa 2 ml + aquadest 14 ml Tinggi gas CO2 = 1 cm +++
II. Glukosa 2 ml + aquadest 14 ml (100 0 C) Tidak terbentuk Gas CO2 _
III. Glukosa 2 ml + NaF 0,5 ml Tinggi gas CO2 = 0,7 cm ++
IV. Glukosa 2 ml + Na Arsenat 0,5 ml Tinggi CO2 = 0,5 cm +

• Hasil akhir glikolisis anaerob pada ragi akan menghasilkan etanol dan CO2. Percobaan
ini untuk melihat perbedaan reaksi glikolisis tanpa dan dengan inhibitor.
• Pada tabung I, glikolisis yang terjadi ditandai terbentuknya etanol dan CO2. Proses ini
dapat berlangsung baik karena enzim yang terdapat pada ragi masih aktif.
• Pada tabung II, glikolisis yang terjadi dihambat dengan cara menambahkan air panas
(mendidih) pada ragi. Suhu panas karena air panas tersebut menyebabkan enzim rusak,
enzim terdenaturasi pada suhu tinggi . Akibatnya reaksi glikolisis tidak berjalan dan
ditandai dengan tidak terbentuknya gelembung CO2.
• Pada tabung III, proses glikolisis terhambat oleh larutan Fluorida yang berfungsi
sebagai inhibitor reaksi glikolisis, sehingga gas CO2 yang dihasilkan lebih sedikit.
Larutan Fluorida ini menghambat pembentukan fosfoenol piruvat dari 2-fosfogliserat.
• Pada tabung IV, proses glikolisis terhambat oleh larutan Arsenat yang berfungsi sebagai
inhibitor reaksi glikolisis, sehingga gas CO2 yang dihasilkan lebih sedikit. Larutan
Fluorida ini menghambat pembentukan fosfoenol piruvat dari 2-fosfogliserat.
• Pada penambahan NaOH, hisapan pada ibu jari yang paling kuat adalah pada tabung I.
Semakin banyak CO2 yang terbentuk, maka semakin kuat isapan pada ibu jari.
• Persamaan reaksi:

Fosfogliserat Fosfoheksosa Fosfofruktokinase


α-D-Glukosa kinase α-D-Glukosa 6-Fosfat isomerase Fruktosa 6-fosfat Fruktosa
Mg2+ ATP Mg2+ ADP 1,6-bisfosfat
ATP ADP

3-fosfogliserat 1.3-bisfosfogliserat Gliseraldehid 3-fosfat Dihidroksi aseton Fosfat


ATP Mg2+ ADP Mg2+
NAD + H+ NAD+
Fosfogliserat
Mutase Rantai respirasi ½ O2
Fosfogliserat H2O
2-Fosfogliserat
3 ADP + Pi 3 ATP
Flourida
H2O
Enolase

Fosfoenolpiruvat

ADP
Piruvat kinase
ATP NADH + H+ NAD+
Spontan
Enol (Piruvat) (Keto) Laktat
Piruvat Laktat dehidrogenase

8. Pembuatan Pati (amilum) dari kentang


Pati yang diperoleh dari cairan yang berasal dari kentang yang dihaluskan dan disaring,
kemudian disuspensikan dengan etanol 95% berbentuk serbuk berwarna putih setelah
didekantasi dengan penyaring Buchner. Pati ini disebut dengan “Amylum Solani”
(amylum yang berasal dari kentang).
Hasil: Amilum yang terbentuk berwarna putih.

9. Hidrolisis Pati
a. Larutan pati di tambahkan HCl pekat dengan tujuan mempercepat hidrolisis. Larutan
dipanaskan, tiap 5 menit ditest iodium dan test Benedict.

Persamaan reaksi:
Ikatan iodium amylum (biru)◊Iodium + Amylum
I2 + Na2S2O3 Na2S4O6 + NaI
Tabung Waktu Test Iodium Test Benedict Kesimpulan
1 5’ ++++ (ungu tua) - Belum terhidrolisis
2 10’ +++ (ungu muda) - Belum terhidrolisis
3 15’ ++ (coklat) + Sedikit terhidrolisis
4 20’ + (coklat muda) ++ Sedikit terhidrolisis
5 25’ - +++ Terhidrolisis
6 30’ - +++ Terhidrolisis

Uji Iodium mulai negative pada tabung ke 5, Sedangkan pada penambahan pereaksi
Benedict yang kemudian dipanaskan mula-mula dihasilkan larutan berwarna hijau tua
lalu lama kelamaan mulai terbentuk endapan kuning coklat. Hal ini disebabkan pati
terhidrolisis menjadi disakarida dan kemudian menjadi monosakarida secara sempurna.
Benedict mulai memberikan hasil positif pada tabung ke 6.
Hidrolisis yang praktikan lakukan berlangsung relative cepat mungkin disebabkan pati
dipanaskan dengan sempurna.
Persamaan reaksi:

Amylum HCl(p) Amylodekstrin HCl(p) Eritrodekstin HCl(p)


↑↑↑

Glukosa Maltosa Akrodekstrin

b. Tabung I setelah diberi iodium terbentuk warna biru ungu, setelah dipanaskan warna
biru hilang dan menjadi jernih. Setelah didinginkan tetap jernih. Reaksi yang terjadi
adalah reaksi irreversible.
Tabung II setelah diberi iodium terbentuk warna biru ungu, kemudian ditambahkan
natrium tiosulfat 1% maka larutan menjadi jernih karena tiosulfat memecah ikatan antara
amilum dan iodium.

10. Glikogen
A. 1. Pada penambahan lugol akan menghasilkan endapan coklat kemerahan, kemudian
setelah di tambah 1 tetes NaOH 10% endapan tetap merah coklat dan jika dipanaskan
endapan menipis.
2. Jika filtrat dilakukan tes Benedict maka akan terbentuk larutan berwarna hijau(-)
karena filtrat masih polisakarida, kemudian dipanaskan selama 10’ maka terbentuk
endapan merah bata karena polisakaridanya terhidrolisis menjadi glukosa sehingga
memberi hasil positif pada uji ini.
3. Bila filtrat ditambahkan HCl pekat dan kemudian dipanaskan, maka pada saat
dilakukan test Benedict akan memberikan hasil yang positif, yaitu dengan munculnya
endapan merah bata. Hal ini disebabkan karena penambahan HCl pekat dan pemanasan,
akan menyebabkan pecahnya glikogen menjadi gugus glukosa sehingga memberikan uji
(+) pada test Benedict.

B. 1. Bubuk glikogen sukar larut dalam air, basa encer, sedangkan dalam NaCl 10% dan
dalam asam encer larut.
2. Test Iodium pada bubuk glikogen menimbulkan uji positif dengan terbentuknya
endapan ungu hitam.

VII. KESIMPULAN

Untuk mengidentifikasi karbohidrat digunakan test molish ( dengan terbentuk cincin


ungu ) sedangkan untuk mengidentifikasi golongan pereduksi digunakan test benedict
untuk membedakan mana yang golongan pereduksi dan mana yang golongan non
pereduksi.
Test Barfoed digunakan untuk membedakan monosakarida dan disakarida dengan adanya
endapan merah bata menunjukkan hasil yang positif. Test Tollens spesifik untuk pentosa
dengan berubahnya larutan menjadi berwarna merah. Sedangkan Test Seliwanoff spesifik
untuk ketosa.

Dari uji-uji yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa karbohidrat mempunyai sifat-
sifat sebagai berikut :
a) Selalu positif apabila menggunakan uji molish karena molish adalah reaksi umum
untuk karbohidrat.
b) Apabila diglikolisis secara anaerob makan akan menghasilkan CO2 dan H2O.
c) Polisakarida dapat dihidrolisis dengan cara pemanasan dan disertai penambahan asam
pekat sebagai katalis.
d) Monosakarida dan disakarida kecuali sukrosa dapat teroksidasi (golongan reduksi)
sedangkan polisakarida merupakan golongan non pereduksi.

Daftar Pustaka
Anonim. Penuntun Praktikum Kimia Dasar Umum. Universitas Indonesia FMIPA
Jurusan Kimia. 1998 : 115-118.
Murray RF; Granner OK; Rodwell V. Harper’s Review of Biochemistry. Penerbit : Buku
Kedokteran. Jakarta. 1995.
Drs. Slamet Prawirohartono; Prof. Dr. Suhargono Hadisumarto. Sains Biologi-3A.
Penerbit Bumi Aksara. 1999 : 65-66.

Laporan Biokimia Karbohidrat

1. Dasar Teori

Karbohidrat merupakan senyawa – senyawa aldehida atau keton yang mempunyai


gugus hidroksil. Senyawa – seyawa ini menyusun sebagian besar bahan organic di dunia
karena peran multipelnya pada semua bentuk kehidupan. Karbohidrat bertindak sebagai
sumber energi, bahan bakar, dan zat antara metabolisme. Contoh : pati pada tumbuhan
dan glikogen pada hewan adalah polisakarida yang dapat dimobilisasi untuk
menghasilkan glukosa (bahan bakar utama untuk pembentukan energi). Gula ribosa dan
deoksi ribosa pembentuk sebagian kerangka struktur RNA dan DNA. Fleksibilitas cincin
kedua gula ini penting pada penyimpanan dan ekspresi informasi genetika.

Adapun berbagai macam karbohidrat yang terdapat dalam makanan diantaranya


adalah amilum atau pati dan sukrosa (gula tebu). Karbohidrat (glukosa) dibentuk dari
karbondioksida dan air dengan bantuan cahaya matahari dan klorofil dalam daun.
Selanjutnya glukosa yang dihasilkan diubah menjadi amilum dan disimpan pada buah
atau umbi. Reaksinya adalah:

6CO2 + H2O C6H12O6 + 602

Karbohidrat atau sakarida terdapat gugus hidroksil (-OH), gugus aldehid atau gugus
keton. Maka dapat didefinisikan bahwa karbohidrat sebagai senyawa
polihidroksialdehida atau polihidroksiketon, atau senyawa yang dihidrolisis dari
keduanya. Karbohidrat dapat digolongkan berdasarkan jumlah monomer penyusunnya.
Ada 3 jenis karbohidrat berdasarkan penggolongan ini, yaitu:

1. Monosakarida
2. Disakarida (Oligosakarida)

3. Polisakarida

Monosakarida

Monosakarida merupakan senyawa karbohidrat yang paling sederhana yang tidak


dapat dihidrolisis lagi. Umumnya senyawa ini adalah aldehid atau keton yang
mempunyai 2 atau lebih gugus hidroksil. Beberapa molekul karbohidrat ada yang
mengandung unsur nitrogen dan sulfur. Rumus empiris karbohidrat adalah (CH2O)n. Jika
gugus karbonil pada ujung rantai monosakarida adalah turunan aldehid maka
monosakarida ini disebut aldosa. Jika gugus karbonil pada ujung rantai monosakarida
adalah turunan keton maka monosakarida ini disebut ketosa. Monosakarida yang paling
kecil n = 3 adalah gliseraldehid dan dihidroksiaseton.

Disakarida (Oligosakarida)

Disakarida merupakan karbohidrat yang terbentuk dari 2 sampai 10 monosakarida.


Yang termasuk kelompok ini adalah disakarida, trisakarida, Dan seterusnya. Disakarida
terdiri dari 2 monosakarida yang terikat dengan O-Glikosidik. 3 senyawa disakarida
utama yang penting dan melimpah ruah di alam yaitu sukrosa, laktosa dan maltosa.
Ketiga senyawa ini memiliki rumus molekul yang sama (C 12H22O11) tetapi struktur
molekul berbeda.

Sukrosa atau gula pasir dibuat dari tetes tebu. Sikropsa lebih manis dari glukosa,
tetapi kurang manis dibandingkan dengan fruktosa, sangat mudah larut dalam air. Gula
ini dipakai untuk membuat sirup, gula – gula dan pemanis makanan. Jika senyawa ini
dihidrolisis akan dihasilkan satu molekul glukosa dan satu molekul fruktosa.
Laktosa disebut gula susu karena terdapat banyak dalam air susu. Biasanya diperoleh
dari air susu. Gula ini merupakan gula yang paling suka larut dalam air dan paling tidak
manis. Enzim dalam bakteri tertentu akan mengubah laktosa menjadi asam laktat, hal ini
terjadi bila susu berubah menjadi masam. Laktosa dipakai untuk membuat makanan bayi
dan diet spesial. Jika dihidrolisis akan dihasilkan 1 molekul glukosa dan 1 molekul
galaktosa.

Maltosa disebut sebagai gula mout, banyak terdapat pada jelai yang sedang
berkecambah. Senyawa ini merupakan hasil hidrolisis parsial dari pati. Dibandingkan
dngan sukrosa zat ini lebih sukar larut dan kurang manis. Senyawa ini dipergunakan
untuk penyusun makanan bayi, susu bubuk, dan bahan makanan lainnya. Jika dihidrolisis
akan dihasilkan 2 molekul glukosa.

Poisakarida

Polisakarida tersusun oleh monosakarida yang tergabung dengan ikatan glukosida.


Pati merupakan salah satu contoh polisakarida yang tersusun oleh glukosa. Dipandang
dari strukturnya, butir –butir pati terdiri atas 2 bagian yaitu: Bagian amilosa yang
merupakan rantai lurus polimer glukosa, dan bagian amilopektin yang trdiri atas rantai
bercabang polimer glukosa jika dihidrolisis sempurna akan dihasilkan molekul – molekul
glukosa.

Identifikasi monosakarida dilakukan berdasarkan sifat kemampuannya mereduksi,


yang dilakukan menggunakan uji Benedict. Uji Molicsch dipergunakan untuk mengenal
karbohidrat yang mudah mengalami dehidrasi membentuk furfural maupun
dihidrosifurfural yang lebih lanjut berkondensasi dengan resorsinol, orsinol ataupun a-
naftol. Reagen Seliwanof dipergunakan untuk mengenal adanya karbohidrat yang
mengandung gugus fungsional aldehid seperti fruktosa dan sukrosa. Pereaksi barfoed
digunakan secara umum untuk mengenal adanya monosakarida. Uji iodin secara khusus
dipergunakan untuk mengidentifikasi adanya polisakarida amilum.

2. ALAT DAN BAHAN

a. Bahan

- Larutan Karbohidrat

- Pereaksi Seliwanof

- Pereaksi Barfoed

- Larutan HCl pekat

- Larutan HCl 6 M

- Larutan NaOH 6 M

- Larutan I2 0,01 M

- Pereksi Molisch

- Pereaksi Benedict

b. Alat

3. Prosedur Kerja

a. Uji Molisch

2 mL larutan karbohidrat
- + 2 tetes pereaksi molisch

- + 1 tetes H2SO4 pekat

- Mengamati

Hasil Pengamatan

b. Uji Barfoed

1 mL larutan karbohidrat

- + 3 mL pereaksi barfoed

- Dipanaskan dalam penangas air selama 1


menit atau lebih

- Mengamati

Hasil Pengamatan

c. Uji Seliwanof

3 mL reagen Seliwanof

- + 3 tetes larutan karbohidrat


- Dipanaskan dalam penangas air sampai
terjadi perubahan warna

- Mengamati

Hasil Pengamatan

c. Uji Iodin

3 mL larutan amilum

- Dalam 2 tabung reaksi

- + 2 tetes
air - + 2 tetes HCL

- Dikocok - Dikocok

- + Iodin - + Iodin

Perubahan warna
Perubahan warna

- Dipanaskan - Dipanaskan

- Didinginkan - Didinginkan
-
Mengamati - Mengamati

Hasil Pengamatan Hasil Pengamatan

4. Hasil Pengamatan

UJI/TES PROSEDUR PENGAMATAN

Molisch Larutan karbohidrat + Pereaksi Terbentuk cincin berwarna


molisch + asam sulfat pekat ungu
Barfoed Larutan karbohidrat + Pereaksi Terbentuk endapan merah
barfoed + Dipanaskan bata pada karbohidrat
fruktosa dan galaktosa
sedangkan pada karbohidrat
yang lain tidak terbentuk
endapan
Seliwanof Pereaksi seliwanof + larutan gula Terbentuk warna merah bata
+ Dipanaskan muda
Iodin Tabung I :

Larutan amilum + air + iodin + Warna Biru


dipanaskan

Tabung 2 :

Larutan amilum + HCL + iodin +


Warna biru muda
dipanaskan

5. Pembahasan

Karbohidrat dapat didefinisikan sebagai senyawa polihidroksialdehida atau


polihidroksiketon, serta senyawa yang dihidrolisis dari keduanya. Hal ini disebabkan
karena karbohidrat mengandung gugus hidroksil (-OH), gugus aldehida atau gugus
keton.

Sir Walter Norman Howarth yaitu ahli kimia inggris berpendapat bahwa pada
molekul glukosa kelima atom karbon yang pertama dengan atom oksien dapat
membentuk cincin segi enam. Oleh karena itu struktur karbohidrat sebagai bentuk cincin
furan atau piran. Berdasarkan hal tersebut maka struktur dan konfigurasi karbohidrat
ditulis berdasarkan bentuk cincin sikliknya yaitu: golongan furanosa (karbohidrat
mempunyai cincin beranggota lima) dan golongan piranosa (karbohidrat mempunyai
cincin beranggota enam).

Furan Piran

Atom karbon suatu molekul gula dinomori mulai dari ujung yang paling dekat dengan
aldfehid atau keton. Bentuk glukosa dan fruktosa utama dalam larutan bukanlah rantai
terbuka melainkan dalam bentuk cincin.

Karbohidrat dapat digolongkan berdasarkan jumlah monomer penyusunnya.


Berdasarkan penggolongan ini karbohidrat dibagi menjadi 3 yaitu: Monosakarida,
Disakarida (Oligosakarida) dan Polisakarida.

Adapun yang dilakukan pada percobaan kali ini adalah sebagai berikut:

1. Uji Molisch

Uji Molisch adalah uji umum unuk karbohidrat. Uji ini efektif untuk senyawa –
senyawa yang dapat didehidrasi oleh asam pekat menjadi senyawa furfural atau senyawa
furfural yang tersubstitusi, seperti Hidroksimetil furfural.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa semua karbohidrat menghasilkan cincin


berwarna ungu. Warna yang terjadi disebabkan oleh kondensasi furfural atau derifatnya
dengan a-Naftol menghasilkan senyawa berikut:
Dalam larutan asam yang encer, walaupun dipanaskan, monosakarida umumnya
stabil. Tetapi apabila dipanaskan dengan asam kuat yang pekat dalam hal ini uji
karbohidrat diatas, monosakarida menghasilkan furfural atau derifatnya. Reaksi
pembentukan furfural ini adalah: reaksi dehidrasi atau pelepasan molekul air dari suatu
senyawa.

Pertanyaan

1. Warna cincin yang terbentuk adalah ungu

2. Gugus karbohidrat yang memberikan uji molisch adalah hidroksimetilfurfural

3. Karena pereaksi molisch merupakan pencampuran atas larutan a-Naftol dalam


alkohol atau reaksi antara a-Naftol dengan furfural.

2. Uji Barfoed

Pereaksi Barfoed Dibuat dari larutan Coper Asetat dan asam asetat dalam air.
Pereaksi ini digunakan untuk membedakan monosakarida dan disakarida dengan jalan
mengontrol kondisi – kondisi, seperti pH dan waktu pemanasan.

Dari hasil pengamatan didapatkan bahwa pada saat pencampuran larutan berwarna
biru tua dan setelah proses pemanasan warna campuran menjadi biru terang. Untuk
karbohidrat golongan fruktosa dan galaktosa (Monosakarida) terbentuk endapan merah
bata. Monosakarida dapat mereduksi lebih cepat daripada disakarida. Jadi Cu2O
terbentuk lebih cepat oleh monosakarida daripada disakarida. Oleh Tauber dan Kleiner
membuat modifikasi pereaksi dan ternyata menghasilkan warna biru yang menunjukkan
adanya monosakarida.

Jawaban pertanyaan

1. Karbohidrat golongan monosakarida yaitu fruktosa dan galaktosa


2. Pemanasan yang terlalu lama akan menyebabkan endapan merah bata yang
terbentuk akan semakin banyak.

3. Pereaksi Barfoed dapat digunakan pada uji gula dalam urine hal ini disebabkan
karena pereaksi barfoed terdiri atas Koper Asetat dan asam asetat dalam air.

3. Uji Seliwanof

Reaksi spesifik lainnya untuk karbohidrat tertentu adalah uji seliwanof. Reaksi
seliwanof disebabkan perubahan fruktosa oleh asam klorida panas menjadi asal levulinat
dan hidroksimetilfurfural, selanjutnya kondensasi hidroksimetilfurfural dengan resorsinol
menghasilkan senyawa berikut:

Sukrosa yang mudah dihidrolisa menjadi gluosa dan fruktosa, memberi reaksi positif
dengan uji seliwanof. Pada pendidihan lebih lanjut, aldosa – aldosa memberikan warna
merah dengan reagen seliwanof karena aldosa – aldosa tersebut diubah oleh HCl menjadi
Ketosa.

Warna merah bata yang dihasilkan pada percobaan ini menandakan bahwa larutan
gula tersebut positif mengandung senyawa ketosa. Warna tersebut disebabkan karena
terjadinya reaksi kondensasi resorsinol dengan furfural atau hidroksimetilfurfural.

Jawaban Pertanyaan

1. Karbohidrat jenis ketosa

2. Uji seliwanof tidak dapat digunakan dalam membedakan fruktosa dengan sukrosa
karena memerlukan waktu yang lama dalam pembentukan warna.

3. Jika larutan glukosa atau maltosa dipanaskan dalam pereaksi seliwanof dengan
jangka waktu yang cukup lama maka akan terbentuk warna merah. Hasil ini
menunjukkan bahwa tes tersebut negatif karena dalam pereaksi seliwanof hanya
membutuhkan waktu cepat untuk mengalami perubahan warna.
4. Uji Iodin

Uji iodin dipakai untuk membedakan amilum dari glikogen. Dari hasil pengamatan
diperoleh bahwa tabung yang berisi 3 mL larutan amilum yang ditambahkan dengan 2
tetes air dan iodin menghasilkan warna biru sedangkan pada tabung yang berisi 3 mL
larutan amilum yang ditambahkan dengan 2 tetes HCl dan iodin menghasilkan warna biru
muda.

6. Kesimpulan

Uji Molsch memberikan hasil positif pada semua karbohidrat

Uji Barfoed memberikan hasil positif pada monosakarida yaitu galaktosa dan
fruktosa.

Uji Seliwanof memberikan hasil positif pada karbohidrat yang mengandung


senyawa ketosa

7. Kemungkinan Kesalahan

Pada saat mereaksikan larutan

Pada saat pemanasan larutan

Pada saat pengukuran larutan

Pada saat pengamatan warna

Daftar Pustaka

Chairil Anwar. 1994. Pengantar Praktikum Kimia Organik. Depdikbud


Dirjen Pendidikan Tinggi: Yogyakarta.
Kusnawidjaya, Kurnia. 1983. Biokimia. Penerbit Alumni : Bandung

Martoharsono, Soeharsono. 1975. Biokimia. Gadjah Mada University Press.:


Yogyakarta

Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar – Dasar Biokimia. UI-Pres: Jakarta

Team teaching, 2007. Penuntun Praktikum Biokimia. Jurusan Pendidikan


Kimia F. MIPA UNG: Gorontalo

Dedepramudya84gmail.com

Anda mungkin juga menyukai