Anda di halaman 1dari 43

BORANG OSCE 3.

6
-pj OSCE Limfos17-
Penilaian Keterampilan Pemeriksaan Fisik Mata

Nama :
NIM :

Nilai
No Aspek Yang Dinilai
0 1 2 3
1. Menyapa pasien dengan ramah
anamnesis:
2. RPS (riwayat penyakit sekarang)
sacred 7 :
- Lokasi
- Onset/awitan dan kronologis
- Kuantitas keluhan
- Faktor-faktor yang memperberat
- Faktor memperingan
- Analisis sistem yangmenyertai keluhan
pertama
3. RPD (riwayat penyakit dulu)
4. RPK (riwayat penyakit keluarga)
5. RSE (riwayat sosial ekonomi)
Co : pendidikan, pekerjaan, pernikahan, kebiasaan
pasien, aktivitas seksual, sumber keungan, asuransi
kesehatan dan kepercayaan
6. Menjelaskan dan meminta persetujuan kepada
pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
7. Cuci tangan sebelum pemeriksaan
Dan tutup korden (CP!)
Melakukan pemeriksaan visus (rutin,
ketajaman) baca gambar dibawah ya biar lebih enak
dimengerti.

8. Menanyakan ke pasien bisa baca apa engga.


Kalo bisa baca
- Pake snellen chart
Kalo ga bisa baca :
- Pake optotype angka
- Jika tidak bisa baca angka maupun huruf
maka pake E Chart
9. Penderita duduk pada jarak 6 m dari optotype
snellen, mata satu yang tidak diperiksa ditutup
(jangan ditekan, ditutup pake telapak tangan bukan
jari tangan ya kata dr wahid kalo pake jari tangan
nnti bocor)
10. Kita menunjuk dari huruf terbesar sampai ke batas
normal. Pasien membaca sesuai yang kita tunjuk.
Penilaian :
- Baris terakhir yang dapat dibaca oleh pasien
- Minimal 50% dari total hruf dalam 1 baris
- Bila pasien dapat membaca seluruh huruf
pada baris 6/15 . visus dasar: 6/15
- Bila pasien hanya dapat membaca 3 dari 4
huruf pada baris 6/15a visus dasar : 6/15F1

Jika tidak dapat membaca huruf terbesar maka


hitung jari dari jarak 1-6 m.
Visus : jarak (m)/ 60
Co : hitung jari bisa dalam jarak 3 m. Maka visus :
3/60

Bila hitung jari juga tidak terlihat maka lambaian


tangan dari jarak 1 m
Visus : 1/300
Bila pasien tidak dapat melihat lambaian tangan
pada jarak 1 M. Maka pasien diminta untuk
membedakan gelap dan terang dari sumber cahaya
(co : penlight/ senter)
Bila dapat membedakan gelap terang, visus : 1/~

Bila visus : 1/~ dilakukan pemeriksaan LIGHT


PROJECTION (LP)
- Yaitu pasien diminta mengenali arah datang
sumber cahaya. Dapat mengenali arah
datang cahaya  1/~ LP Baik. Tdk dapat
membedakan arah datang cahaya  1/~lP
jelek
Bila pasien tidak dapat membedakan gelap terang
maka visus : 0
11 INTERPRETASI VISUS
Co:
- Visus : 3/6 maka Orang normal dapat melihat
benda tersebut dalam jarak 6 meter
sedangkan pasien dapat melihat benda
tersebut pada jarak 3 meter
12 Merapikan alat dan cuci tangan
13 Menjelaskan interpretasi dari pemeriksaan

Jadi teman-teman ceklis diatas itu berdasarkan yang dijelaskan sama dr yulia dan dr wahid. Kalo
dari pic itu belum ada ya, adanya borang pf mata tapi katanya kalo pemeriksaan visus Cuma
kaya diatas. Jadi nnti dipastiin lagi pas briefing ya. Semangat LIMFOS17! OSCE 3.6 SUKSES!!
PEMERIKSAAN THT
Anamnesis dan Pemeriksaan Gangguan THT
SKOR
0 1 2
Aspek yang dinilai
1 Menyapa dan memperlakukan pasien dengan ramah dan sopan Keluhan
telinga
– Otalgia (sakit telinga)
– Keluar cairan telinga ( Otorhoe)
– Ggn pendengaran,Tuli ( deafness)
– Telinga gatal ( itching)
– Telinga berdenging ( tinitus)
– Benda asing di telinga ( Corpus alienum)
– Sakit kepala sebelah ( migraine)
– Pusing ( vertigo)

2 Menjelaskan prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan dan meminta


persetujuan pasien
3 Menggunakan sumber cahaya (lampu kepala)
4 Mengarahkan cahaya/ sinar ke daerah pemeriksaan
5 Mengatur posisi pemeriksa dan penderita (kaki kanan pemeriksa bertemu
kaki kanan penderita atau sebaliknya)
6 Melakukan inspeksi daun telinga dan jaringan sekitarnya (regio pre dan retro
aurikuler)
 Pinna Auricula: kulit (normal/tidak),
 lubang telinga (ada/tidak),
 pina aurikula terbentuk/tidak,
 ukuran (besar/kecil/normal),
 ada inflamasi/tidak
 ada trauma/tidak,
 ada kelainan kongenital/tidak
 jika ada hematom menunjukan cauliflower ear

7 Melakukan palpasi pada tragus dan daerah retroaurikuler


*jika terdapat tragus pain menunjukan adanya otitis eksterna
8 Melakukan inspeksi liang telinga dengan mengatur posisi aurikula (dewasa:
ditarik ke belakang atas; anak: ditarik ke belakang bawah)
9 Menggunakan otoskop (untuk memeriksa telinga kanan penderita, otoskop
dipegang tangan kanan begitu sebaliknya)
Cara memegang otoskop seperti memegang pensil atau pulen. Ketika
memeriksa telinga kanan menggunakan tangan kanan untuk memegang
otostkop dan menggunakan tangan kiri ketika memeriksa telinga kiri
10 Memasukan spekulum otoskop dengan lembut ke dalam liang telinga
11 Tangan yang memegang otoskop bersandar pada kepala penderita; tangan
yang tidak memegang mengatur posisi aurikula
12 Mengarahkan spekulum otoskop ke arah anterior, kemudian menilai
membran tympani (cone of light membran tympani)
Inspeksi :
 MAE : hiperemis/tidak, ada massa/tidak, ada benda asing/tidak,
ada sekret/tidak (warna, bau, jumlah, jenis)
 Membran timpani : warna (hiperemis/tidak),
intak/bulging/retraksi/perforasi. Jika ada perforasi  jumlah
(single/multiple), jenis (marginal/sentral/attic), ukuran
(kecil/besar)


13 Melakukan pemeriksaan garpu tala Rinne : untuk membandingkan BC dan
AC sesisi telinga pasien. Bertujuan untuk menilai ada tidaknya gangguan
pendengaran (tuli/ hearing loss) dan membedakan tuli hantaran (conductive
hearing loss) dan tuli sensorineural (sensorineural hearing loss).

a. Garputala digetarkan
b. Meletakkkan tangkai garputala di proc.mastoideus pasien, hingga pasien
tidak mendengar suara lagi
c. Mendekatkan tangkai garputala di depan liang telinga pasien kira-kira 2,5
cm
d. Interpretasi hasil

e. –CHL
-SNHL
-Normal
14 Melakukan pemeriksaan garpu tala Weber
a.Garputala digetarkan
b.Meletakkan tangkai garputala pada vertex/glabella/tengah incisivus pasien
c. Meminta pasien untuk membandingkan suara garputala terdengar lebih
keras pada salah satu telinga atau sama keras
d.Interpretasi terdapat lateralisasi atau tidak
e.–CHL : lateralisasi ipsilateral
-SNHL : lateralisasi kontralateral
-Normal
15 Melakukan pemeriksaan garpu tala Schwabach
a.Garputala digetarkan
b.Meletakkan garputala pada proc. Mastoideus pasien, hingga pasien tidak
mendengar suara lagi
c. Meletakkan garputala pada proc. Mastoideus pemeriksa
d.Interpretasi apakah sama dengan pemeriksa, memanjang, atau memendek
e.Melakukan sebaliknya (meletakkan garputala pada proc.Mastoideus
pemeriksa)
f. –CHL : memanjang
-SNHL : memendek
-Normal
16 Kesimpulan dari ketiga pemeriksaan garputala
- CHL
- SNHL
- Normal
17 Melaporkan/ menulis hasil pemeriksaan
Nilai
No Aspek Yang Dinilai
0 1 2
PERSIAPAN
1 Memperkenalkan diri dan menyapa pasien
2 Menyiapkanperalatan yang diperlukan :lampukepala, spatula,kacalaring, spekulumhidung,
transiluminator.
3 Menjelaskan prosedur pemeriksaan dan meminta persetujuan kepada pasien
4 Melakukan cuci tangan 6 steps WHO
5 Mengatur posisi pemeriksa dan penderita (kaki kanan pemeriksa bersilangan kaki kanan
penderita atau sebaliknya)
6 Memasang lampu kepala dengan benar
7 Mengarahkan sumber cahaya ke daerah pemeriksaan
PEMERIKSAAN HIDUNG DAN SINUS
8 Melakukan inspeksi hidung bagian luar. Dilihat apakah ada kelainan kongenital, deformitas,

deviasi, massa, radang

9 Melakukan palpasi hidung bagian luar (menggunakan dua jari telunjuk, raba dari atas ke
bawah). Dinilai apakah nyeri tekan, krepitasi os nasale.
10 Melakukan rinoskopi anterior (memasukan spekulum hidung dengan lembut, saat masuk
posisi tertutup & saat mengeluarkan posisi terbuka)
Inspeksi :

11 Melakukan palpasi sinus frontalis dengan menekan tulang sinus frontalis di daerah alis ke
arah atas tanpa menekan bola mata dengan menggunakan ibu jari.
12 Melakukan palpasi sinus maksilaris dengan menekan tulang sinus maksilaris di daerah pipi
dengan menggunakan ibu jari.
13 Mematikan lampu ruangan, menutup gorden
14 Melakukan transiluminasi sinus frontalis. Meletakkan sumber cahaya di bawah alis dekat
hidung (cantus medialis), dan menutupi cahayanya dengan tangan yang lain.
15 Memeriksa adanya sinar merah redup pada dahi
16 Melakukan transiluminasi sinus maxillaris. Meletakkan sumber cahaya pada bawah mata
dengan arah ke bawah. Meminta penderita untuk membuka mulut.
17 Memeriksa adanya sinar merah redup pada palatum durum
PEMERIKSAAN CAVUM ORIS DAN OROFARING
18 Melakukan inspeksi daerah bibir
19 Melakukan inspeksi mukosa bukal dan gigi geligi dengan bantuan spatula lidah & kaca
larings

20 Melakukan pemeriksaan orofaring (meminta penderita membuka mulut tanpa menjulurkan


lidah)
21 Menekan bagian lidah yang cembung dengan spatula lidah di linea mediana.
22 Menilai kondisi orofaring : tonsil, palatum molle, dinding belakang faring. Perhatikanwarna,
bengkak, tumor, gerakan.
23 Membereskan peralatan, masukan dalam cairan klorin, lalu mencuci tangan
24 Mencatat hasil pemeriksaan dan memberikan informasi kepada pasien
JUMLAH

PBORANG PENILAIAN PEMERIKSAAN UKK


PENILAIAN ANAMNESIS
Skor
No Poin Penilaian
0 1 2 3
1. Salam perkenalan dan dapat menanyakan
identitas pasien (nama, umur, jenis kelamin,
pekerjaan, pendidikan, suku, alamat tempat
tinggal tetap)
2. Dapat menanyakan keluhan utama pasien
(mahasiswa harus melihat lesi terlebih dahulu
sebelum memulai anamnesis)
3. Dapat menggali informasi keluhan utama dalam
Sacred 7 meliputi :
Onset : Sudah sejak kapan keluhan utamanya itu
muncul
Lokasi : Keluhannya itu muncul di regio tubuh
mana saja
Kronologi : Minta tolong pasien untuk
menceritakan gimana kok keluhannya itu bisa
muncul. Dulu lesi/keluhannya pertama kali
dimana.
Kualitas : Tanyakan pasien, keluhannya itu sampai
mengganggu aktivitas atau tidak ?. Kalau ada
keluhan Nyeri, tanyakan pasien, berapa skornya
untuk nyeri dari 1-10
Kuantitias : Tanyakan pasien, keluhannya itu ada
variasi waktuny dan variasi suhunya atau tidak.
Misalkan, sakit itu pas siang hari dan suhunya
panas.
Faktor yang memperberat/memperingan
Gejala penyerta
4. Dapat menggali informasi riwayat penyakit dahulu
yang terdiri dari :
 Penyakit baru pertama kali/kambuhan
 Riwayat pengobatan penyakit kulit
sebelumnya
 Riwayat penyakit sistemik dan alergi
 Riwayat pengobatan penyakit sistemik dan
alergi
5. Dapat menggali informasi dari riwayat penyakit
keluarga yang terdiri dari :
 Ada/tidaknya penyakit yang sama dalam
keluarga
 Ada/tidaknya riwayat alergi dalam keluarga
6. Dapat menggali informasi riwayat sosial ekonomi
terkait dengan faktor predisposisi timbulnya
penyakit.
 Tingkat pendidikan
 Pekerjaan
 Higiene dan sanitasi pribadi
 Higiene dan sanitasi lingkungan tempat
tinggal
 Pola dan gaya hidup

Ciri Penyakit yang mungkin keluar:


 Skabies = gatal pada daerah lipatan seperti sela jari, semakin gatal pada malam hari,
tinggal dengan orang banyak (kost, ponpes, asrama), hygiene buruk
 Psoriasis = ruam dan penebalan pada kulit, autoimun, faktor keturunan, tidak
menular.
 Morbus Hansen/lepra/kusta = gejalanya lambat, mati rasa pada daerah lesi,
kelemahan otot ekstremitas, disebabka oleh Mycobaterium leprae yg ditularkan dari
cairan hidung penderita yg biasanya menyebar melalui udara saat batuk dan bersin.

PenilaianPemeriksaanfisikInteumen
Skor
No Poin Penilaian
0 1 2 3
1. Melakukan informed consent
2. Menjaga privacy pasien dengan menutup pintu, jendela
dan tirai
3. Menenangkan pasien dan memposisikan area yang akan
diperiksa. Namun idealnya pemeriksaan kulit dilakukan
dengan pasien membuka seluruh pakaiannya. (Pasien
boleh dalam posisi duduk / berdiri)
4. Menyalakan lampu pemeriksaan
5. Mencuci tangan
6. Mengenakan sarung tangan non-steril.
7. Melakukan pemeriksaan fisik inspeksi dan palpasi
dengan menggunakan kaca pembesar.
8. Mendeskripsikan status dermatologi dengan lengkap
dan benar meliputi :
 Lokasi/predileksi lesi
 Morfologi kelainan kulit / UKK – UKK Primer dan
sekunder, konfigurasi
 Distribusi lesi

Berikut contoh UKK penyakit yg mungkin keluar.


Besok liat aja sesuai gambar yg disediakan di stase
 Scabies = papul, vesikel multiple diatas kulit
eritem dengan kanalikuli distribusi bilateral pada
tangan
 Psoriasis = papul plak eritematosa berbatas tegas
dengan skuama tebal berlapis distribusi bilateral
pada siku
 Morbus Hansen = macula hipopigmentasi
berbatas tegas
9. Dapat melakukan pemeriksaan fisik tambahan yang
diperlukan untuk memperkuat diagnosis (pada penyakit-
penyakit tertentu)
Scabies: Burrow Ink Test
1) Oleskan tinta cina/metilen blue, diamkan selama 20
– 30 menit
2) bersihkan dengan kapas alkohol.
3) Hasil positif bila terdapat retensi tinta yang tidak
dapat dihapus.
Psoriasis
1) Fenomena Koebner
Jika ada goresan/trauma di daerah yang normal,
setelah beberapa hari akan timbul ciri psoriasis.
Fenomena ini didapatkan dari anamnesis atau saat
mendeskripsikan UKK, lesinya linear.
2) Tanda auspitz
Mengelupas skuama selapi demi selapis  timbul
bintik perdarahan
3) Candle sign
Menggores bagian skuama dg ujung yg tajam  ada
skuama yg terlepas berwarna keperakan dan
berminyak seperti lilin.
Morbus Hansen
Tes sensibilitas yang dilakukan :
 Raba Halus : ujung kapas yang dipilin, oleskan
kapas pada lesi dan dibandingkan degan kulit
sekitarnya.
 Suhu : tabung reaksi berisi air panas (40 oC) dan
air dingin (20oC) disentuhkan pada lesi dan
dibandingan dengan kulit sekitarnya.
 Nyeri : tusuk gigi kayu yang mempunyai ujung
tajam dan tumpul (terstandar), tusukkan pada lesi
dan dibandingkan dengan kulit sekitarnya.
 Lakukan juga pada kedua tangan dan kaki.
Pemeriksaan Saraf Tepi :
 N. Auricularis Magnus
o Pasien menoleh maksimal ke kiri
o Raba pada 1/3 atas M. SCM
o Jika ada pembesaran teraba seperti kabel dan
nyeri
o Lakukan pada sisi kontralateral
 N. ulnaris
o Tangan kana pasien dan penderita seperti
berjabat tangan
o Tangan kiri pemeriksa meraba sulkus n.
ulnaris diantara tonjolan olecranon dan
epicondilus medialis
o Lihat ekspresi wajah pasien. (Nyeri/tidak)
o Jika ada pembesaran teraba seperti kabel.
o Lakukan pada sisi kontralateral
 N. Peroneus/ Poplite Lateralis
o Pasien duduk pada meja pemeriksaan, kaki
menggantung
o Tangan kanan memeriksa kaki kiri pasien,
tangan kiri memeriksa kaki kanan pasien
o Tentukan dulucaput fibula, raba ke arah
medial (kea rah fosa popliteal)
o Lihat ekspresi penderita (nyeri/tidak)
o Jika ada pembesaran, teraba seperti kabel.

10. Setelah selesai, melepas sarung tangan, mencuci tangan


dan mematikan lampu pemeriksaan dan
mempersilahkan pasien mengenakan pakaian dan
kembali ke meja anamnesis.
11. Dapat menginterpretasi hasil pemeriksaan dengan
benar / mampu menegakkan diagnosis dengan benar

KALAU DR. VIVI BILANGNYA TEKENIN BELAJAR DI 3 KASUS UTAMA YANG DI


BORANG YAA
ADA PSOARIASIS, LEPRA, DAN SCABIES
INGET URUTAN DOKUMENTASI INSPEKSI ITU ADA :
1. LOKASI (ANATOMIS)
2. MORFOLOGI (UKK PRIMER DAN UKK SEKUNDER)
3. KONFIGURASI (BENTUK LESINYA KAYAK APA)
4. DISTRIBUSI
5. TAMBAHAN : LESINYA SEBESAR APA DAN LESINYA
NYERI/TIDAK
CONTOH (KALO SALAH
MOHON MAAP YA):
Terlihat plak eritematosus di regio
submandibular dextra berbentuk
anular soliter.

Anamnesis dan Pemeriksaan Segmen Anterior


No. Aspek Yang Dinilai Nilai
1. Menyapa pasien dengan Ramah 1 2 3
Anamnesis :
2. RPS
3. RPD
4. RPK
5. RSE
6. Menjelaskan dan meminta persetujuan kepada pasien tentang
tindakan yang akan dilakukan
7. Cuci tangan sebelum pemeriksaan dan menjaga privasi pasien
8. Persiapkan alat (senter)
9. Palpasi rima oris → Dinilai ada tidaknya krepitasi
10. Inspeksi dan palpasi Supersilia → Dinilai ada tidaknya
madarosis
11. Pemeriksaan palpebra
- ada benjolan atau tidak
- penilaian fungsional :
meminta pasien membuka mata → blefaroptosis jika palpebra
tidak memotong iris pada titik yang sama lebih dari 2 cm
Meminta pasien menutup mata → menilai ada tidaknya
lagoftalmus
12. Inspeksi silia
Dinilai :
- ada tidaknya madarosis
- ada tidaknya trikiasis → arah ke dalam
- ada tidaknya distrikiasis → tumbuh di tempat yang lain
13. Pemeriksaan margo palpebra → saat pasien membuka mata
Dinilai :
- ada tidaknya entropion (masuk ke dalam)
- ada tidaknya ectropion (keluar)
14. Melakukan test hirschberg
- meminta pasien untuk duduk dan melihat jauh lurus kedepan
- menyinari mata pasien dengan pen light dari kejauhan 30 cm
-Dilihat letak refleks sinar pada kornea mata yang lain
Normal : refleks kornea di tengah pupil
Bola mata yang berdeviasi bila :
- 5-6⁰ : Refleks cahaya pada mata lebih dekat pertengahan
pupil
- 12-15⁰ : Refleks cahaya pada mata pada tepi pupil
- 25⁰ : Refleks cahaya pada mata antara pinggir pupil dan limbus
- 45-60⁰ : Refleks cahaya pada mata pada pinggir limbus

15. Pemeriksaan gerak bola mata


- duduk berhadap-hadapan
- meminta pasien untuk mengikuti gerakan jadi pemeriksa tanpa
menggerakkan kepala
- pemeriksa menggerakkan jari ke 8 arah mata angin dengan
selalu kemlai ke tegah
- menilai kelainan pada otot penggerak bola mata

16. Pemeriksaan konjungtiva bulbi → inspeksi palpebra inferior →


dinilai ada tidaknya injeksi konjungtiva, injeksi silier, jaringan
fibrosa, dan benda asing
17. Pemeriksaan konjungtiva palpebra inferior → duduk berhadap-
hadapan → meminta pasien melirik ke atas → pemeriksa
menarik palpebra inferior ke bawah dan keluar
Dinilai :
Ada tidaknya sekret, anemis, massa, papil, folikel, benda asing.

18. Pemeriksaan konjungtiva palpebra superior → meminta pasien


melirik kebawah → letakkan jari telunjuk pada sulcus palpebra
superior dan ibujari pada orifisioum kelenjan meiborn → eversi
palpebra superior →melakukan inspeksi pada palpebra superior
Dinilai :
Ada tidaknya papil, folikel, massa, atau benda asing
19. Inspeksi pada sklera → dengan menggunakan senter dinilai
ikterik atau tidak
20. Pemeriksaan kornea → meminta pasien melihat lurus kedepan
- pemeriksa mengarahkan senter 0ᵒ → inspeksi dan dinilai ada
tidaknya infiltrat
- pemeriksa mengarahkan senter 45ᵒ → inspeksi dan dinilai ada
tidaknya keratik presipitat
- meminta pasien menunduk dan membuka mata lebar → senter
dari samping 90ᵒ → inspeksi dan dinilai ada tidaknya
keratokonus dan keratoglobus
21. Pemeriksaan bilik mata anterior → meminta pasien lihat lurus
kedepan
- senter dari samping → inspeksi dan dinilai
jika iris tersinari semua maka interpretasi kedalaman bilik mata
depan : dalam
Jika iris tersinasi sebagian maka interpretasi kedalaman :
dangkal
- pemeriksa dari depan mengarah senter ke arah 45ᵒ ke arah
nasal → inspeksi dan dinilai ada tidaknya tyndall effect
- pemeriksa dari depan mengarahkan senter ke arah 0ᵒ → menilai
ada tidaknya hipopion

22. Pemeriksaan iris


-Meminta pasien untuk melihat lurus ke depan.
- Pemeriksa berada di depan pasien dan mengarahkan senter dari
depan,
inspeksi dan nilai bagaimana warna iris, kripte, nodul, sinekhia
23. Pemeriksaan pupil
-Untuk melihat refleks miosis pupil akibat suatu penyinaran pada
mata, baik reaksi
penyinaran langsung pada mata yang bersangkutan atau refleks
tidak langsung pada
mata yang lainnya
- Menggunakan pen light
- Mata pasien fiksasi pada jarak tertentu
- Berikan objek yang bisa di lihat dan dikenali ( Gambar atau
benda )
- Sumber cahaya haruslah terang dan mudah di manipulasi
- Observasi general pupil : bentuk, ukuran, lokasi, warna iris,
kelainan bawaan ,
dan kelainan lain.
- Rangsangan cahaya diberikan 2-5 detik.
- Refleks pupil langsung ( Unconsensual) :
Respon pupil langsung di nilai ketika diberikan cahaya yang
terang , pupil
akan miosis ( mengecil ). Dilakukan pada masing-masing mata
Pada refleks langsung (+) atau normal berarti terdapat visus dan
motorik saraf
III berfungsi baik
- Refleks pupil tidak langsung ( consensual ) :
Dinilai bila cahaya diberikan pada salah satu mata , diusahakan
sinar tidal
masuk pada mata yang lain,
Dilihat keadaan pupil mata yang tidak disinari apakah terjadi
miosis
(mengecil) pada saat penyinaran mata sebelahnya
24. Pemeriksaan lensa
- Meminta pasien untuk melihat lurus ke depan.

- Pemeriksa berada di depan pasien dan mengarahkan senter dari


depan (0ᵒ),
inspeksi dan nilai apakah lensa jernih atau terdapat kekeruhan.
- Tes bayangan iris
o Untuk mengetahui derajat kekeruhan lensa
o Menggunakan Lampu sentolop, loupe
o Sentolop disinarkan pada pupil dengan membuat sudut 45⁰
dengan
dataran iris
o Dengan loupe dilihat bayanagn iris pada lensa yang keruh
o Bila bayangan iris pada lensa terlihat besar dan letaknya jauh
terhadap
pupil berarti lensa belum keruh seluruhnya ( belum sampai ke
depan), ini
terjadi pada katarak imatur, keadaan ini disebut shadow test (+)
o Bila bayangan iris pada lensa terlihat kecil dan letaknya dkat
terhadap
pupil berarti lensa sudah keruh seluruhnya (sampai kapsul
anterior lensa),
ini terjadi pada katarak matur, keadaan ini disebut shadow test
(-)
25. Cuci tangan
26. Melaporkan hasil pemeriksaan dan interpretasi

CHECKLIST PEMBALUTAN DAN PEMBIDAIAN

Nama :
NIM :
Aspek yang dinilai Nilai
0 1 2
1. Mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan(siapkan yang pasti
dasi,pita,mitella ya )
2. Berikan salam, menyapa dengan sopan (indonesia raya)
3. Memeriksa bagian tubuh yang akan dibalut/cedera : inspeksi, palpasi,
gerakan
4. Menjelaskan tujuan dan prosedur
5. Mempersiapkan posisi dan menenangkan pasien
6. Rawat luka/hentikan perdarahan dengan deb
7. Memilih jenis pembalutan yang tepat
(lihat penyakitnya yaaa sesuaikan dengan kebutuhan lah yang pasti)

Macam:
Mitella adalah pembalut berbentuk segitiga
Dasi adalah mitella yang berlipat-lipat sehingga berbentuk seperti dasi
Pita adalah pembalut gulung
Plester adalah pembalut berperekat
Pembalut yang spesifik
Kassa steril

Mitella:
Bahan pembalut terbuat dari kain yang berbentuk segitiga sama kaki
dengan berbagai ukuran. Pnjang kaki antara 50-100cm
Pembalut ini dipergunakan pada bagian kaki yang tebentuk bulat atau
untuk menggantung bagian anggota badan yang cedera
Pembalut ini biasa dipakai pada cedera di kepala, bahu, dada, siku,
telapak tangan, pinggul, telapak kaki, dan untuk menggantung lengan.

Dasi:
Pembalut ini adalah mitella yang dilipat-lipat dari salah satu sisi segitiga
agar beberapa lapis dan berbentukseperti pita dengan kedua ujung-
ujungnya lancip dan lebamya antara 5-10cm.
Pembalut ini biasa dipergunakan untuk membalut mata, dahi (atau
bagian kepala yang lain), rahang, ketiak, lengan, siku, paha, lutut, betis
dan kaki terkilir.

Pita ( Gulung ):
Pembalut ini dapat dibuat dari kain katun, kain kassa, flanel atau bahan
elastis.
Yang paling sering adalah dari kassa, hal ini karena kassa mudah
menyerap air, darah dan tidak mudah bergeser ( Kendor).
Macam-macam pembalut dan penggunaannya :
Lebar 2,5 cm - Biasa untuk jari-jari
Lebar 5cm - Biasa untuk leher dan pergelangan tangan
Lebar 7,5 cm - Biasa untuk kepala, lengan atas, lengan bawah, betis
dan kaki
Lebar 10 cm - Biasa untuk paha dan sendi pinggul
Lebar >10-15cm - Biasa untuk dada, perut, dan punggung

Plester:
Pembalut in untuk merekatkan penutup luka, untuk fiksasi pada sendi
yang terkilir, untuk merekatkan pada kelainan patah tulang.
Khusus untuk penutup luka, biasa dilengkapi dengan obat anti septik

Pembalut yang spesifik


1. Snelverband adalah pembalut pita yang sudah ditambah dengan kassa
penutup luka dan steril, baru dibuka pada saat akan dipergunakan, sering
dipakai pada luka-luka lebar yang terdapat pada badan.
2. Sufratulle adalah kassa steril yang telah direndam dengan obat pembunuh
kuman. Biasa dipergunakan pada luka-luka kecil

Kasa Steril
Adalah kassa yang dipotong dengan berbagai ukuran untuk
menutup luka kecil yang sudah diberi obat-obatan ( antibiotik,
antiplagestik).
Setelah ditutup kassa itu kemudian baru dibalut.
8.
9. Cara pembalutan dilakukan dengan benar (posisi dan arah balutan) *ada
yang bilang pake sisik ya dan ada ynag bilang sisik gak di perhatikan,tapi
biar aman pake ajalah ya mau siapapun pengujinya.
osedur pembalutan
Perhatikan tempat atau letak yang akan dibalut dengan menjawab pertanyaan .1
a. Bagian dari tubuh yang mana ?
b. Apakah ada luka terbuka atau tidak ?
c. Bagaimana luas luka tersebut ?
d. Apakah perlu membatasi gerak bagian tubuh tertentu atau tidak ?
2. Pilih jenis pembalut yang akan dipergunakan ! dapat salah satu atau
kombinanasi
3. Sebelum dibalut jika luka terbuka periu diberi desinfektan atau dibalut den<
pembalut yang mengandung desinfektan atau dislokasi periu direposisi
4. Tentukan posisi balutan dengan mempertimbangkan :
Dapat membatasi pergeseran atau gerak bagian tubuh yang memang
perlu difiksasi
Sesedikit mungkin membatasi gerak bagian tubuh yang lain
Usahakan posisi balutan yang paling nyaman untuk kegiatan pokok
penderita
Tidak mengganggu peredaran darah, misalnya pada balutan beriapis,
lapis yang paling bawah letaknya disebelah distal
Tidak mudah kendor atau lepas

1. Cara membalut dengan mitella


a. Salah satu sisi mitella dilipat 3 - 4 cm sebanyak 1 - 3 kali
b. Pertengahan sisi yang telah terlipat diletakkan diluar bagian yang akan
dibalut, lalu ditarik secukupnya dan kedua ujung sisi itu diikatkan
c. Salah satu ujung yang bebas lainnya ditarik dan dapat diikatkan pada ikatan
b, atau diikatkan pada tempat lain maupun dapat dibiarkan bebas, hal ini
tergantung pada tempat dan kepentingannya

2. Cara pembalutan dengan dasi


a. Pembalut mitella dilipat-lipat dari salah satu sisi sehingga berbentuk pita
dengan masing-masing ujung lancip
b. Bebatkan pada tempat yangakan dibalut sampai kedua ujungnya dapat
diikatkan
c. Diusahakan agar balutan tidak mudah kendor dengan cara sebelum diikat
arahnya saling menarik
d. Kedua ujungnya diikatkan secukupnya

3 Cara membalut dengan pita


a. Berdasar besar bagian tubuh yang akan dibalut maka dipilih pembalutan
pita ukuran lebar yang sesuai
b. Balutan pita biasanya beberapa lapis, dimulai dari salaah satu ujung yang
diletakkan dari proksimal ke distal menutup sepanjang bagian tubuh , yang
akan dibalut kemudian dari distal ke proksimal dibebatkan dengan. arah
bebatan saling menyilang dan tumpang tindih antara bebatan yang satu
dengan bebatan berikutnya
c. Kemudian ujung yang dalam tadi (b) diikat dengan ujung yang lain
secukupnya

4. Cara membalut dengan plester


a. Jika ada luka terbuka
luka diberi obat antiseptik
tutup luka dengan kassa
baru lekatkan pembalut plester
b. Jika untuk fiksasi (misalnya pada patah tulang atau terkilir)
- balutan plester dibuat "strapping" dengan membebat berlapis-lapis
dari distal ke proksimal, dan untuk membatasi gerakkan tertentu perlu
masing-masing ujungnya difiksasi dengan plester
5. Penggunaan pembalut yang steril
Biasanya dijual dalam bahan yang steril dan baru dibuka pada saat akan
digunakan

Pelaksanaan latihan
Cara membalut dengan mitella (lihat gambar)
10. Evaluasi hasil yang dicapai
(hasil pembalutan : mudah lepas/tidak, mengganggu peredaran darah/tdk ,
mengganggu gerakan lain)
11. Memilih dan mempersiapkan bidai yang sudah dibalut dengan pembalut

PRINSIP PEMASANGAN BIDAI


1. Lepas pakaian yang menutupi anggota gerak yang dicurigai cedera, periksa
adanya luka terbuka atau tanda-tanda patah dan distokasi
2. Periksa dan catat ada tidaknya gangguan vaskuler dan neurologis pada bagian
distal yang mengalami cedera sebelum dan sesudah imobilisasi.
3. Tutup luka terbuka dengan kasasteril
4. Imobilisasi pada bagian proximal dan distal daerah trauma (dicurigai parah
atau dislokasi)
5. Jangan memindahkan penderita sebelum dilakukan imobilisasi kecuali ada
ditempat bahaya
6. Beri bantalan yang lembut pada pemakaian bidai yang kaku
7. Lakukah tarikan secara periahan sampai lurus sumbu tulang sehingga dapat
dipasang bidai yang benar. Tarikan /traksi segera dilepas bila saat diperiksa
tampak cyanotik dan nadi lemah.
8. Pada kecurigaaan trauma tulang belakaog letakkan pada posisi satu garis.

MACAM-MACAM BIDAI/SPLINT
1. Rigid splint
2.. Pneumatic splint & gips
3. Traction splint

Bila tidak ada bidai bisa dicoba


1. Lengan dapat diimobilisasi dengan dada
2. Tungkai yang cedera diimobilisasi dengan tungkai yang sebelah
3. Bahan-bahan lain bisa, dipakai seperti guling, majalah yang digulung, dll
CARA MELURUSKAN DEFORMITAS
1. Lengan atas
Pegang siku dan tarik ke bawah, setelah lurus bidai dipasang dan lengan
dipertahankan dengan sling dan ke dinding dada
2. Lengan bawah :
Tarik pergelangan tangan ke bawah dengan siku ditahan sebagai kontra
traksi. Bidai dipasang dilengan bawah dan dielevasi.
3. Tungkai atas/paha
Luruskan tulang paha dengan melakukan tarikan didaerah pergelangan kaki
jika tulang tungkai bawah tidak patah.
4. Tulang tibia/tulang kering
Lakukan tarikan didaerah pergelangan kaki dan kontra traksi diatas lutut,
dikerjakan bila tulang paha utuh, setelah lurus bidai dipasang.
12. Melakukan pembidaian melewati dua sendi
PEMBIDAIAN
Bidai atau spalk adalah alat dari kayu, anyaman kawat, atau bahan lain yang
kuat tetapi ringan yang digunakan untuk menahan atau menjaga agar bagian
tulang yang patah tidak bergerak (immobilisasi) memberikan istirahat, dan
mengurangi rasa sakit.

Sedangkan prinsip pembidaian adalah :


1. Lakukan pembidaian di tempat dimana anggota badan mengalami cidera
2. Lakukan juga pembidaian pada persangkaan patah tulang, jadi tidak perlu
harus dipastikan dulu ada tidaknya patah tulang
3. Melewati minimal dua sendi yang berbatasan

Syarat-syarat pembidaian
1. Siapkan alat-alat selengkapnya
2. Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah. Sebelum dipasang
diukur lebih dulu pada anggota badan korban yang tidak sakit
3. Ikatan jangan terlalu keras dan terlalu kendor
4. Bidai dibalut dengan pembalut sebelum digunakan
5. Ikatan harus cukup jumlahnya, dimulai dari sebelah atas dan bawah tempat
yang patah
6. Kalau memungkinkan, anggota gerak tersebut ditinggikan setelah dibidai
7. Sepatu, gelang, jam tangan, dan alat pengikat perlu dilepas

PRINSIP MELAKUKAN IMOBILISASI TULANG BELAKANG DAN


LOGROLL
(penderita dengan curiga cedera tulang belakang)
1. Diperlukan 4 orang, orang ke 1 mempertahankan imobilisasi segaris kepala
dan leher, orang ke 2 untuk badan (termasuk pelvis dan panggul), orang ke 3
pelvis dan tungkai, orang ke 4 mengatur prosedur ini dan memasang/mencabut
spine-board.
2. Dilakukan kesegarisan kepala dan leher secara manual, kemudian dipasang
kolar servikal semirigid.
3. Lengan penderita diluruskan dan diletakkan disamping badan.
4. Tungkai bawah diluruskan dan kedua pergelangan kaki diikat satu sama lain
dengan plester
5. Pertahankan kesegarisan kepala dan leher penderita sewaktu orang ke 2
memegang penderita daerah bahu dan pergelangan tangan. Orang ke 3
memasukkan tangan dan memegang panggul penderita dengan 1 tangan dan
dengan tangan yang lain memegang plester yang mengikat ke dua pergelangan
kaki
6. Dengan komando orang pertama (yang mempertahankan kesegarisan kepala
dan leher) dilakukan logroll sebagai satu unit kearah kedua penolong yang
berada disisi penderita, hanya diperlukan pemutaran minimal untuk
memasukkan spineboard dibawah penderita.
7. Setelah spine board dibawah penderita dan dilakukan logroll ke arah
spineboard.
8. Pasang bantalan disisi kiri - kanan kepala dan leher penderita . Kemudian
pengikat dipasang (kepala, dada, pelvis, paha dan diatas pergelangan kaki)

TRANSPORTASI/PENGANGKUTAN
Pengangkutan korban merupakan upaya penting dalam proses pemberian
pertolongan. Cara-cara pengangkutan korban yang mengalami cedera secara
benar.perlu diketahui dan dikuasai:
1. Pengangkutan di tempat kejadian (tempat yang berbahaya)
1. Sambil jongkok lutut penolong disamping kiri korban. Lengan dan tangan
kanan penolong dimasukkan dibawah leher korban, kemudian tangan kanan
penolong di sebelah ketiak kanan korban sehingga sampai ke depan
dadanya.
2. Tangan kiri penolong menyilangkan lengan kanan korban didadanya,
kemudian tangan kanan penolong memegang tangan kanan korban.
3. Kemudian lengan dan tangan kiri penolong dimasukkan dibawah ketiak kiri
korban dan memegang lengan kanan korban.
4. Kedua tangan penofong saling bertaut melingkari lengan bawah kanan
korban.
5. Kemudian kaki kiri penofong diletakkan setinggi pinggang korban.
6. Sambil membongkokkan tubuh kedepan (prinsip mengungkit) badan korban
dapat terangkat.
7. Korban didekatkan ke dada penolong, kemudian penolong berdiri dan
menarik korban sejauh mungkin dalam keadaan setengah baring.
8. Di tempat yang aman korban dibaringkan lagi secara hati-hati untuk
dilakukan resusitasi. Penderita harus dilakukan resusitasi dalam usaha
membuat penderita sestabil mungkin sebelum dilakukan trasnportasi ke
tempat yang mempunyai fasilitas /untuk melakukan tindakan definitif.

Selama dalam perjalanan / transportasi yang harus diperhatikan


1. Monitor tanda-tanda vital
2. Bantuan kardio repirasi bila diperiukan
3. Pemberian obat sesuai prosedur
4. Menjaga komunikasi dengan dokter selama transportasi
5. Melakukan dokumentasi selama transportasi

13. Hasil pembidaian : ikatan harus cukup jumlahnya


(ikatannya jangan di atas luka ya), dimulai dari sebelah atas dan bawah
tempat yang patah, tidak kendor dan tidak keras
14. Evaluasi hasil yang dicapai (subjektif maupun objektif)
15. Edukasi pasien
Jumlah

Keterangan :
0 : Tidak dilakukan sama sekali
1 : Dilakukan tetapi tidak sempurna
2 : Dilakukan dengan sempurna

Nilai = jumlah x 100 %


28

Purwokerto, ……………2018
Evaluator

1. siapkan alat dulu biasanya berrantakan alat-alaatnya ya kaya mitella dasi dll
2.lakukan sesuai kasus ya guys,kalo emang kesleo dikaki yang pake elastic bean dan lain
sebagianya ya
3. kalo mau ngikat sesuatu jangan di atas lukanya ya atau yg nindihin lukanya paling tidak di
sisi lateralnya atau agak jauh dikit dan yang pasti kenceng tidak lepas ya dan tanya ke pasien
apakah nyaman gak
4. kalo emang pake papan yang panjang itu sesuaikan panjang nya dan kalo memang
kepanjangan ya narasiin kalo ini papan harusnya panjangnya yg di butuhin segini,harusnya ini
di potong
Beberapa prinsip pembalutan :
Pasien ditanya, apakah terlalu kencang atau tidak.
dilihat apakah sianosis atau tidak.
Perhatikan untuk tidak menambah beban di atas luka.
Tidak mengganggu gerak atau organ lain.

GANGGUAN TULANG, OTOT, MOTORIK


CHECKLIST PEMERIKSAAN SISTEM MOTORIK
Nama :
NIM :
NO KETERANGAN SCORE
0 1 2
1 Memberi salam dan menyapa dengan sopan
2 Inform consent pemeriksaan
3 Mempersiapkan pasien (baju digulungan sampai bahu, celana digulung
sampai lutut)
4 Cuci tangan menurut WHO
Pemeriksaan Massa otot
5 Meminta pasien untuk berbaring di meja pemeriksaan
6 Melakukan inspeksi pada semua otot
7 Memeriksa perubahan massa otot sembari dipalpasi (
normal,hipertrofi,hipotrofi,atrofi ), amati kesimetrisannya. ( diukur
menggunakan meteran ) (SEBUTKAN: simetris/tidak simetris mulai
dari lengan atas, lenan bawah dan telapak tangan)
Pemeriksaan tonus otot
 JANGAN LUPA INTERPRETASINYA
Hipertonus atau Spastik = contoh lesi UMN. Pada penderita Stroke
Hipotonus atau Flaksid = contoh lesi LMN. Pada penderita Polio, Guillain-Bare
Syndrome
Rigid = Cogwheel Rigidity pada penderita Parkinson
Normal
8 Meminta pasien untuk duduk rileks
9 Pemeriksaan anggota gerak atas : tangan pemeriksa memegang siku
pasien untuk menyangga kemudian gerakkan secara pasif (fleksi-
ekstensi ) pada sendi siku berulangkali secara perlahan kemudian secara
cepat
10 Pemeriksaan anggota gerak bawah : tangan pemeriksa memegang
tungkai bawah pasien untuk menyangga kemudian gerakkan secara pasif
(fleksi-ekstensi ) pada sendi lutut berulangkali secara perlahan kemudian
secara cepat
11 Pemeriksaan clonus pergelangan kaki : tahan betis pasien dan fleksikan
90 pada lutut dan pergelangan kaki. Secara cepat dorsofleksikan
pergelangan kaki
 Interpretasi;
Klonus (+) = contoh pada lesi UMN kayak stroke, cerebral palsy,
multiple sclerosis
Klonus (-)= lesi LMN
12 Pemeriksaan dilakukan pada anggota gerak kanan dan kiri
Pemeriksaan kekuatan otot ekstremitas superior
 JANGAN LUPA INTERPRETASINYA
0 (zero) = Tidak ada kontraksi otot sama sekali baik pada inspeksi maupun palpasi
1( trace) = Otot tidak mampu bergerak melalui lingkup gerak sendi penuh dalam bidang
horizontal, hanya terlihat gerakan otot minimal / teraba kontraksi oleh pemeriksa
2 (poor) = Kemampuan otot bergerak melalui lingkup gerak sendi penuh tetapi tidak dapat
melawan gravitasi, atau hanya dapat bergerak dalam bidang horizontal
3 (fair) = Kemampuan otot bergerak bergerak melalui lingkup gerak sendi penuh melawan
gravitasi namun tidak dapat melawan tahanan yang ringan sekalipun
4 (good) = Kemampuan otot bergerak melalui lingkup gerak sendi penuh melawan gravitasi
serta dapat melawan tahanan yang ringan sampai sedang
5 (normal) = Kemampuan otot bergerak melalui lingkup gerak sendi penuh melawan
gravitasi serta dapat melawan tahanan maksimal
 Tanya ada nyeri/gak
13 Periksalah fleksi dan ekstensi bahu
14 Periksalah abduksi dan adduksi bahu
15 Periksalah rotasi internal dan rotasi eksternal bahu
16 Periksalah fleksi dan ekstensi siku
17 Periksalah pronasi dan supinasi siku
18 Periksalah fleksi dan ekstensi pergelangan tangan

19 Periksalah fleksi jari-jari tangan

20 Periksalah oposisi ibu jari


21 Periksalah abduksi jari-jari
Pemeriksaan kekuatan otot ekstremitas bawah
 JANGAN LUPA INTERPRETASINYA
(sama kayak di atas yang dari 0-5)
 Tanya ada nyeri/gak
22 Periksalah fleksi dan ekstensi panggul

23 Periksalah abduksi dan adduksi panggul

24 Periksalah rotasi internal dan eksternal panggul

25 Periksalah fleksi dan ekstensi lutut

26 Periksalah dorsofleksi pergelangan kaki

27 Periksalah plantar fleksi pergelangan kaki

28 Periksalah ekstensi ibu jari kaki

29 Mempersilahkan pasien duduk kembali


30 Cuci tangan menurut WHO
31 Dokumentasi

Total

KET:
0 : bila tidak dikerjakan
1 : bila dikerjakan, tetapi tidak sempurna
2 : bila dikerjakan dengan sempurna
Nilai: total score x 100
54
Purwokerto,
……………2018

Evaluator
...................................

CRITICAL POINT YANG HARUS DIINGAT ADALAH :


1. Anamnesis singkat
2. Jangan lupa sampaiin tujuan, pemeriksaannya gimana, dan informed consent + “ada yg mau
ditanyakan?”
3. Cuci tangan ya sebelum dan sesudah pemeriksaan
4. Jangan lupa tutup korden juga
5. Persiapan alat juga
6. Diinget juga buat tetap di kanan pasien
7. Jangan lupa kontralateral (kalau kira kira gak cukup waktu, ya dinarasikan)
8. Meminta lepas pakaian atau celana, bila perlu
9. Perhatikan critical point per stasenya juga ya
 Kalau meriksa bagian kanan jangan lupa bandingin sama kiri
 Interpretasinya lengkap ya dekstra sinistra, disebut juga otot mana yang kelainan
 Diinget inget ya istilah hemiparesis, hemiplegia, paraplegia, tetraplegia, dll
PELAPORAN HASIL PEMERIKSAAN:

Ekstremitas Dekstra Sinistra


Superior:
Inspeksi: (wasted, highly (wasted, highly
developed, normal) developed, normal)
Palpasi (flaccid, clonic, (flaccid, clonic,
tonus: spastik normal) spastik normal)
Kekuatan : ………/………./…… ………/………/……
Cantumkan otot spesifik yang mengalami kelainan:

Ekstremitas Dekstra Sinistra


Inferior:
Inspeksi: (wasted, highly (wasted, highly
developed, normal) developed, normal)
Palpasi (flaccid, clonic, (flaccid, clonic,
tonus: spastik normal) spastik normal)
Kekuatan : ………/………./…… ………/………/……
Cantumkan otot spesifik yang mengalami kelainan:
PENILAIAN KETRAMPILAN INJEKSI INTRADERMAL/INTRACUTAN
(contoh: tes alergi, tes mantok, prick test)
NAMA :
NIM :

No Aspek yang dinilai Nilai


0 1 2
Tahap Pra Interaksi
1 Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
(mencocokkan identitas pasien dengan obat yang akan
diberikan,dosis, cara pemberian dll)
2 Mencuci tangan
3 Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar:sarung
tangan 1 pasang, spuit, bak spuit 1 (steril), kapas alkohol
70 %, Pengalas, obat sesuai program terapi, bengkok, kassa
dan plester, buku injeksi / daftar obat

Tahap Orientasi
4 Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik,
memperkenalkan diri
5 Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga /
klien (dengan bahasa yang dimengerti oleh pasien)

6 Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan.


meminta persetujuan juga.
Tahap Kerja
7 Mengatur posisi pasien sesuai tempat suntikan. kita harus
disebelah kanan pasien, SENYAMAN KITA MAU
NGINJEKSINYA GIMANA
8 Membebaskan daerah yang akan diinjeksi
9 Memasang pengalas
10 Memakai sarung tangan Prinsip Bersih yaa
11 Menyiapkan obat yang akan diinjeksikan masukkan dalam
spuit dan letakkan pada bak spuit
Setelah obat sudah dimasukkan ke dalam spuitganti
jarumpastikan tidak ada udara dalam spuit karena bisa
menyebabkan emboli udara (dengan diketuk lalu
dikeluarkan sampai tidak ada udara yg tersisa)
12 Membersihkan kulit dengan kapas alkohol (melingkar dari
arah dalam ke arah luar) biarkan kering
(Sentrifugal yaa memutar dan
hanya sekali ajaa,
sama kalau nyuntik
harus di daerah
yang udah di desinfeksi!)

13 Menggunakan ibu jari & telunjuk untuk meregangkan kulit


(JANGAN SAMPE KENA BEKAS DESINFEKSI YA)
14 Menusukkan spuit yang telah berisi obat dengan sudut 15-
20 derajat,lubang jarum menghadap ke atas, jarum masuk
kurang lebih 0,5 cm
15 Lakukan aspirasi* {Tujuannya kalau tiap injeksi itu kita
ngecek ada darah atau nggak? Setiap injeksi (KECUALI IV)
GABOLEH ADA DARAH YANG MASUK, kalo misal ada
darah yang masukubah tusukan(sudut/menarik
sedikit/masuk lebih dalam)pastikan lagiada darah yg
masuk/tdkkalau tetep ada darah, keluarkanganti
jarum
16 Memasukkan obat ke dalam kulit perlahan, pastikan ada
penonjolan (ditempat suntikan)
17 Mencabut jarum dari tempat tusukan, jika ada darah usap
dengan lembut menggunakan kapas alkohol baru. agak
ditekan
18 Memberi tanda lingkaran pada sekitar tusukan (tindakan
skin test)
19 Membuang spuit ke dalam bengkok
Tahap Terminasi
20 Melakukan evaluasi tindakan (hematoma, reaksi sistemik
misalnya sulit bernafas, pingsan, berkurangnya tekanan
darah, mual, muntah, sianosis)

21 Berpamitan dengan klien (memberi tahu bahwa tindakan


telah selesai dilakukan)
22 Membereskan alat-alat
23 Mencuci tangan
24 Dokumentasi
TOTAL SKOR=skor/48x100

KET: * = CRITICAL POINT jika tidak dilakukan tidak lulus


Keterangan:
0 = tidak dilakukan/disebut sama sekali
1 =dilakukan tapi kurang sempurna
2 =disebut/ dilakukan dengan sempurna

Nilai = Total skor (…….) x 100 %


48
Purwokerto, ……………2015
Evaluator

…………………………………

PENILAIAN KETRAMPILAN INJEKSI SUBCUTAN


(contoh: insulin)

NAMA :
NIM :
Tahap Pra Interaksi 0 1 2
1 Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada (mencocokkan
identitas pasien dengan obat yang akan diberikan,dosis, cara
pemberian dll)
2 Mencuci tangan. ditambah menutup jendela untuk menjaga
privasi
3 Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar:sarung
tangan 1 pasang, spuit, bak spuit 1 (steril), kapas alkohol 70 %,
Pengalas, obat sesuai program terapi, bengkok, kassa dan
plester, buku injeksi / daftar obat
Tahap Orientasi
4 Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik,
memperkenalkan diri
5 Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga /
klien
6 Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan.
meminta persetujuan juga.
Tahap Kerja
7 Mengatur posisi pasien sesuai tempat suntikan
8 Membebaskan daerah yang akan diinjeksi
9 Memasang pengalas
10 Memakai sarung tangan
11 Menyiapkan obat yang akan diinjeksikan, masukkan ke dalam
spuit dan letakkan pada bak spuit (keterangan tambahan spt
sebelumnya)
12 Membersihkan kulit dengan kapas alkohol (melingkar dari
arah dalam ke luar) biarkan kering
13 Menggunakan ibu jari & telunjuk untuk mengangkat kulit
(seperti mencubit) bila perlu
14 Menusukkan spuit yang telah berisi obat dengan lubang jarum
menghadap ke atas, dengan sudut 30 derajat
15 Melakukan aspirasi dan pastikan tidak ada darah yang
masuk ke dalam spuit*
16 Memasukkan obat ke dalam sub cutan secara perlahan
17 Mencabut jarum sambil menekan dengan kapas alkohol
18 Membuang spuit ke dalam bengkok
Tahap Terminasi
19 Melakukan evaluasi tindakan (hematoma, reaksi sistemik
misalnya sulit bernafas, pingsan, berkurangnya tekanan
darah, mual, muntah, sianosis)
20 Berpamitan dengan klien (memberi tahu bahwa tindakan
telah selesai dilakukan)
21 Membereskan alat-alat
22 Mencuci tangan
23 Dokumentasi
TOTAL SKOR = skor/46x100

KET: * = CRITICAL POINT jika tidak dilakukan tidak lulus


Keterangan:
0 = tidak dilakukan/disebut sama sekali
1 =dilakukan tapi kurang sempurna
2 =disebut/ dilakukan dengan sempurna

Nilai = Total skor (…….) x 100 %


26
Purwokerto, ……………2015
Evaluator

…………………………………
PENILAIAN KETRAMPILAN INJEKSI INTRAMUSKULAR
(contoh: kontrasepsi KB & imunisasi)
NAMA :
NIM :

Tahap Pra Interaksi (Tolong banget ya ini Critical Point, 0 1 2


prosedur selanjutnya tergantung hal ini)
1 Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada (mencocokkan
identitas pasien dengan obat yang akan diberikan,dosis, cara
pemberian dll)

Salah
2 Mencuci tangan Identitas
Dan salah
3 Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar:sarung Ambil obat
tangan 1 pasang, spuit, bak spuit 1 (steril), kapas alkohol 70 Bisa
Pengaruh
%, Pengalas, obat sesuai program terapi, bengkok, kassa dan proses
plester, buku injeksi / daftar obat
Tahap Orientasi
4 Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik,
memperkenalkan diri
5 Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga /
klien
6 Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan
Tahap Kerja
7 Mengatur posisi pasien sesuai tempat suntikan
8 Membebaskan daerah yang akan diinjeksi (deltoid; femur
(pars lateralis); gluteus (ditarik garis dari SIAS –
os.coxygeus;1/3 lateral atas)
9 Memasang pengalas
10 Memakai sarung tangan
11 Menyiapkan obat yang akan diinjeksikan (masukkan dalam
spuit)
12 Membersihkan kulit dengan kapas alkohol (melingkar dari
arah dalam ke arah luar) biarkan kering
13 Menggunakan ibu jari & telunjuk untuk meregangkan kulit

14 Menusukkan spuit yang telah berisi obat dengan lubang


jarum menghadap ke atas, dengan sudut 90 derajat, jarum
masuk sampai 2/3 . masuk semua jarumnya jg diperbolehkan

15 Melakukan apirasi dan pastikan darah tidak masuk spuit*

16 Memasukkan obat secara perlahan


17 Mencabut jarum dari tempat tusukan
18 Menekan daerah tusukan dengan kapas desinfektan
19 Membuang spuit ke dalam bengkok
Tahap Terminasi
20 Melakukan evaluasi tindakan (hematoma, reaksi sistemik
misalnya sulit bernafas, pingsan, berkurangnya tekanan
darah, mual, muntah, sianosis)
21 Berpamitan dengan klien (memberi tahu bahwa tindakan
telah selesai dilakukan)
22 Membereskan alat-alat
23 Mencuci tangan
24 Dokumentasi
TOTAL SKOR=skor/48x100

KET: * = CRITICAL POINT jika tidak dilakukan tidak lulus


Keterangan:
0 = tidak dilakukan/disebut sama sekali
1 =dilakukan tapi kurang sempurna
2 =disebut/ dilakukan dengan sempurna
Nilai = Total skor (…….) x 100 %
48
Purwokerto, ……………2015
Evaluator /

………………………………

PENILAIAN KETRAMPILAN INJEKSI INTRAVENA


(contoh: antibiotik)
NAMA :
NIM :

Tahap Pra Interaksi 0 1 2


1 Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada (mencocokkan
identitas pasien dengan obat yang akan diberikan,dosis, cara
pemberian dll)
2 Mencuci tangan
3 Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar:sarung
tangan 1 pasang, spuit, bak spuit 1 (steril), kapas alkohol 70
%, Pengalas, obat sesuai program terapi, bengkok, kassa dan
plester, buku injeksi / daftar obat
Tahap Orientasi
4 Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik,
memperkenalkan diri
5 Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga /
klien
6 Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan
Tahap Kerja
7 Mengatur posisi pasien dan pilih vena dari arah distal
8 Membebaskan daerah yang akan diinjeksi
9 Memasang pengalas
10 Menyiapkan obat yang akan diinjeksikan masukkan dalam
spuit dan letakkan pada bak spuit
11 Meletakkan torniquet 5 cm proksimal yang akan ditusuk
12 Ikatkan torniquet, pertahankan vena pada posisi stabil
13 Memakai hand schoen
14 Membersihkan kulit dengan kapas alkohol (melingkar dari
arah dalam ke arah luar) biarkan kering
15 Memegang spuit yang sudah berisi obat dengan sudut 30
derajat
16 Menusuk vena dengan kemiringan 30 derajat dan lubang
jarum menghadap ke atas
17 Melakukan aspirasi dan pastikan darah masuk
spuit*(TOLONG BANGET DIINGET ASPIRASI BUAT CEK DARAH,
JANGAN KEBAWA NGISEP DARAH YAA, BUKAN PK AKTIF)
18 Membuka torniquet*(Pas aspirasinya udah ada darah)
19 Memasukkan obat secara perlahan
20 Mencabut spuit sambil menekan daerah tusukan dengan
kapas alkohol 70 %
21 Menutup daerah tusukan dengan “plester luka”
22 Membuang spuit ke dalam bengkok
Tahap Terminasi
23 Melakukan evaluasi tindakan (hematoma, reaksi sistemik
misalnya sulit bernafas), pingsan, berkurangnya tekanan
darah, mual, muntah, sianosis)
24 Berpamitan dengan klien (memberi tahu bahwa tindakan
telah selesai dilakukan)
25 Membereskan alat-alat
26 Mencuci tangan
27 Dokumentasi
TOTAL SKOR = skor/54x100

KET: * = CRITICAL POINT jika tidak dilakukan tidak lulus


Keterangan:
0 = tidak dilakukan/disebut sama sekali
1 =dilakukan tapi kurang sempurna
2 =disebut/ dilakukan dengan sempurna

Nilai = Total skor (…….) x 100 %


54
Purwokerto, ……………2015
Evaluator

…………………………………

PRINSIP PELAKSANAANNYA SAMA, CUMA PERBEDAAN TERLETAK DARI


LOKASI DAN TUJUANNYA, JADI TOLONG BANGET BACA DATA,
ANAMNESIS, DAN DOKUMENTASI PASIEN KARENA PEMBERIAN OBAT
(OBATNYA MAUPUN PROSEDURNYA) ITU PENTING, JANGAN KASIH
OBAT YANG HARUSNYA BUAT IV MALAH IM DSB.
SEMANGAT! 😊

Anda mungkin juga menyukai