Afifah Amelia - 1707619076 (Persediaan)
Afifah Amelia - 1707619076 (Persediaan)
Nim : 1707619076
Prodi : Pendidikan Bisnis A
MATERI PERSEDIAAN
A. Penetapan Harga Pokok Persediaan dengan Sistem Harga Terendah antara Harga
Pokok dan Harga Pasar
Penetapan Harga Pokok Persediaan dengan Metode Lower Cost or Market terjadi adanya
dengan penurunan manfaat atau kegunaan persediaan pada barang tersebut dan metode
Lower Cost or Market tersebut dipakai apabila barang cacat, rusak, dll. Dalam metode ini ada
3 istilah, yaitu :
1. Batas bawah : batas atas – harga normal
2. Batas atas : taksiran harga jual – taksiran biaya penjualan
3. Harga pasar sebagai dasar ukuran atau penilaian persediaan
langkah – langkah untuk menerapkan metode LCM :
1. Menetapkan batas atas dan batas bawah
2. Membandingkan harga pengganti
3. Memilih harga yang paling rendah dan menentukan harga
Dalam metode LCM pasti akan terjadi penurunan persediaan, maka persediaan harus
disajikan dalam laporan keuangan. Metode yang dapat digunakan untuk mencatat
penurunan persediaan tersebut adalah :
1. Metode langsung, metode yang dapat mengganti langsung harga pokok persediaan akhir
dengan harga pasarnya.
2. Metode cadangan, metode ini harga pokok yang terdapat dalam persediaan akhir tidak
diganti seperti metode langsung melainkan dibuatkan rekening untuk menampung
kerugian tersebut.
Untuk menggambarkan penilaian berdasarkan harga terendah antara harga pokok dan harga
pasar, perhatikan tabel di bawah ini:
Apabila penilaian ditetapkan untuk tiap-tiap jenis barang, maka persediaan akan dinilai
sebesar Rp17.950. Kerugian karena harga persediaan didapati sebanyak Rp750 (Rp18.700 -
Rp17.950).
Namun, apabila penilaian diterapkan untuk persediaan secara keseluruhan, maka nilai semua
jenis barang pada harga pokok (Rp18.700) harus dibandingkan dengan nilai semua jenis
barang apabila dinilai pada harga pasar (Rp18.650). Dalam hal ini, persediaan akan dinilai
sebesar Rp18.650 dan kerugian karena penurunan harga persediaan berjumlah Rp50
(Rp18.700 - Rp18.650).
B. Penetapan Harga Pokok Persediaan dengan Sistem Pencatatan
Ada dua macam metode dalam pencatatan persediaan, ada Metode Perpetual dan Metode
Periodik.
Sistem pencatatan Metode Perpetual disebut juga metode buku adalah sistem dimana setiap
persediaan yang masuk dan keluar dicatat di pembukuan.
Metode Periodik dilakukan dengan menghitung jumlah persediaan di akhir suatu periode
untuk melakukan pembukuannya.
Dalam penjurnalan Metode Perpetual dan Periodik punya perbedaan khas, metode Perpetual
melakukan pencatatan aktivitas keluar masuk persediaan dan HPP ketika transaksi penjualan.
Sedangkan metode Periodik tidak mencatat HPP saat transaksi penjualan.
Masing-masing memiliki keunggulan, dengan Perpetual kita bisa mengatahui posisi nilai
persediaan kapan saja, karena selalu di bukukan/dijurnal setiap ada aktivitas keluar masuk.
Sedangkan untuk Periodik, pencatatan hanya dilakukan saat pembelian, pencatatan HPP
dilakukan nanti di akhir periode yang ditentukan (bulanan, triwulan, semester atau tahunan)
perusahan, sehingga lebih cepat dan ringkas dalam membukukan Penjualan.
C. Sistem Balance Permanen
Dalam sistem saldo permanen tidak disediakan akun pembelian dan akun-akun lain yang
berhubungan dengannya. Pembelian barang dagang langsung dicatat ke akun persediaan.
Harga pokok penjualan tidak dihitung secara periodik, tetapi dihitung dan dicatat setiap kali
terjadi transaksi. Untuk ini, dibuat satu akun tersendiri yaitu: Harga pokok penjualan. Akun
persediaan barang dagang dalam metode saldo permanen digunakan untuk mencatat
persediaan yang ada di awal periode, pembelian yang dilakukan selama periode,penjualan
yang dilakukan semala periode dan persediaan yang ada di akhir periode. Misalnya, apabila
pada tanggal 14 Januari 200A terdapat pembelian tunai barang A sebanyak 1.000 unit dengan
harga Rp 50 per unit maka ayat jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut :
(D) Persediaan barang dagang 50.000
(K) Bank/Kas 50.000
Apabila digunakan metode periodik, sisi debit dari ayat jurnal tersebut di atas adalah
akun: Pembelian. Apabila terjadi penjualan, maka pengurangan persediaan yang diakibatkan
langsung dicatat. Pengurangan persediaan ini, pada hakikatnya merupakan penambahan
harga pokok penjualan, yang nilainya ditentukan oleh metode penetapan harga pokok yang
dipakai. Anggaplah bahwa pada tanggal 15 Januari 200A terjadi penjualan tunai barang A
sebanyak 800 unit dengan harga jual Rp 75 per unit. Untuk sementara anggaplah barang-
barang yang dijual adalah barang-barang yang dibeli pada tanggal 14 Januari 200A tersebut
di atas. Ayat jurnal untuk mencatat penjualan jadi tampak seperti terlihat sebagai berikut :
1. (D) Bank/Kas 60.000
(K) Penjualan 60.000
2. (D) Harga pokok penjualan 50.000
(K) Persediaan barang dagang 50.000
Dapat dilihat bahwa dalam sistem periodik ayat jurnal (2) tersebut di atas tidak dibuat. Harga
pokok penjualan dalam sistem periodik dihitung secara berkala pada akhir periode akuntansi,
bukan pada setiap terjadi penjualan. Ayat jurnal (1) merupakan ayat jurnal yang biasa dibuat
untuk penjualan. Ayat jurnal ini dibuat baik pada sistem periodik maupun saldo permanen.
D. Sistem Kartu Stok
Stock opname adalah kegiatan penghitungan persediaan barang dagang yang ada di
gudang dimana dalam kegiatan tersebut akan mencocokkan nilai persedian yang tersedia
secara fisik yang ada di gudang dengan nilai buku persediaan yang ada di laporan.
Dalam metode saldo permanen setiap jenis barang dibuatkan satu catatan tersendiri yang
disebut kartu stok atau kartu persediaan (stock card). Kumpulan dari kartu stok, untuk semua
jenis barang yang ada, disebut buku stok atau buku persediaan. Ada tiga hal yang dicatat
dalam kartu stok, yaitu penambahan, pengurangan dan saldo yang ada setelah terjadinya
suatu transaksi. Kartu stok menyediakan tiga kolom untuk hal tersebut. Masing-masing
kolom dibagi dalam tiga sub kolom yang berisi: banyaknya unit (kuantitas), harga pokok/unit
dan jumlah (kuantitas dikalikan harga pokok/unit). Tiap transaksi dicatat kuantitas
barangnya, harga pokok/unit jumlah nilainya.
Penambahan dalam kartu stok, biasanya berasal dari pembelian barang dagang. Di
samping pembelian, penambahan dalam kartu stok juga dapat berasal dari penjualan retur.
Pengurangan dalam kartu stok, pada umumnya berasal dari penjualan barang dagang.
Pengurangan dapat juga terjadi dari pembelian retur.
E. Harga Pokok Penjualan
Harga Pokok Penjualan adalah biaya yang muncul dari barang yang diproduksi dan
dijual dalam kegiatan bisnis. Harga Pokok Penjualan pada umumnya ada pada perusahaan
dagang. Karena kegiatan utama perusahaan dagang adalah memperjualbelikan barang
dagangan.
Unsur yang mempengaruhi Laporan Harga Pokok Penjualan adalah
persediaan barang dagangan awal (+)
barang dagangan (+)
beban angkut pembelian (+)
retur pembelian dan pengurangan harga (–)
potongan pembelian (–)
persediaan barang dagangan akhir (–)
Menghitung Persediaan Barang
Rumus persediaan barang : Persediaan Awal + Pembelian Bersih = Persediaan Barang
Rumus HPP : Persediaan Barang – Persediaan Akhir = Harga Pokok Penjualan
G. Daftar Persediaan
H. Biaya dibayar Dimuka
Biaya dibayar di muka atau prepaid expenses, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah pengeluaran yang dibayarkan untuk keperluan dalam tahun buku mendatang. Biaya
dibayar di muka juga bisa dikatakan sebagai biaya-biaya yang belum merupakan kewajiban
perusahaan untuk membayarnya pada periode bersangkutan, tetapi perusahaan sudah
membayarnya terlebih dahulu.
Jenis-jenis biaya dibayar di muka antara lain:
Biaya sewa dibayar di muka (prepaid rent), yang meliputi biaya sewa gedung kantor
dibayar di muka dan biaya sewa kendaraan dibayar di muka.
Biaya asuransi dibayar di muka (prepaid insurance).
Biaya gaji dibayar di muka (prepaid salaries).
Biaya bunga dibayar di muka (prepaid interest).
Pajak Penghasilan (PPh) dibayar di muka, meliputi PPh Pasal 21, Pasal 22, Pasal 23,
Pasal 24, dan Pasal 25.
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dibayar di muka.
Sumber :
https://ccalista34.wordpress.com/2018/11/26/penilaian-persediaan-berdasarkan-selain-harga-
pokok/
https://zahiraccounting.com/id/blog/metode-penentuan-harga-pokok-persediaan-barang/
https://www.akuntansilengkap.com/akuntansi/harga-pokok-penjualan-hpp-definisi-manfaat-
dan-contoh-lengkap/
1. S 7-5A
FIFO
LIFO
AVERAGE
2. S 7-6A
Persediaan
Desember 31 2014
3. S 7-7A
Perusahaan Hansanudin
Harga Retail
Persediaan, 1 Agustus Rp 300.000.000 Rp 575.000.000
Pembelian Bersih Rp 2.149.000.000 Rp 3.375.000.000
Persediaan yang Tersedia Untuk Dijual Rp 2.449.000.000 Rp 3.950.000.000
Perbandingan Harga Biaya dan Ritel Rp 2.449.000.000
62%
Rp 3.950.000.000
Penjualan Rp 3.250.000.000
Retur dan Potongan Penjualan Rp 80.000.000
Penjualan Bersih Rp 3.170.000.000
Persediaan 31 Agustus Rp 780.000.000
Persediaan pada estimasi biaya (780000000 * 62%) Rp 483.600.000
Perusahaan Soegiono
Biaya
a. Persediaan 1 Maret Rp 880.000.000
Pembelian Bersih Rp 9.500.000.000
Persediaan Siap Dijual Rp 10.380.000.000
Penjualan Rp 15.900.000.000
Retur dan Potongan Penjualan Rp 100.000.000
Penjualan Bersih Rp 15.800.000.000
Perkiraani Bunga Terkecil (15800000000 * 38%) Rp 6.004.000.000
Perkiraan Biaya pada Persediaan Barang Dagang Rp 9.796.000.000
Perkiraan Persediaan Barang Dagang 30 November Rp 584.000.000
b. Perkiraan Persediaan Barang Dagang 30
November Rp 584.000.000
Perhitungan Fisik Persediaan 30 November Rp 369.750.000
Perkiraan Kerugian Persediaan Karena Kerusakan
atau Pencurian 1 Maret - 30 November Rp 214.250.000