PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tujuan merupakan sesuatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha selesai.
Karena instruksi atau pengajaran merupakan suatu usaha dan kegiatan yang berproses melalui
tahap-tahap dan tingkatan-tingkatan, tujuannya bertahap dan bertingkat. Tujuan dari
pendidikan bukanlah suatu benda yang berbentuk dan statis. Tetapi ia merupakan suatu
keseluruhan dari kepribadian seseorang berkenaan dengan seluruh aspek kehidupannya.
Kalau kita melihat kembali pengertian instruksi atau pengajaran, akan terlihat dengan
jelas sesuatu yang diharapkan terwujud setelah orang mengalami pengajaran secara
keseluruhan, yaitu ”sesuatu yang harus dicapai oleh siswa setelah mereka diberikan
pengajaran oleh guru.
Tujuan ini kelihatannya terlalu ideal, sehingga sukar dicapai. Namun apabila kita
melakukannya dengan kerja keras dan berencana dengan kerangka-kerangka kerja yang
konsepsional mendasar, pencapaian tujuan itu bukanlah sesuatu hal yang mustahil. Untuk
lebih jelasnya”apa perencanaan tujuan-tujuan instruksional” akan dijelaskan lebih lanjut
dalam bab selanjutnya.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut:
1. Apa pengertian tujuan instruksional?
2. Apa saja klasifikasi tujuan instruksional ?
3. Bagaimana perencanaan tujuan-tujuan Instruksional ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tujuan Instruksional
Tujuan instruksional merupakan penjabaran dari tujuan pendidikan dalam sistem
pendidikan, secara nasional tujuan pendidikan tercantum dalam pembukaan Undang undang
dasar 1945 yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Gambaran tentang ciri ciri kedewasaan
yang perlu dikembangkan pada anak didik dapat ditemukan dalam penentuan perumusan
mengenai tujuan pendidikan, baik pada taraf nasional maupun taraf pengelolaan institusi
pendidikan. Perumusan suatu tujuan pendidikan yang menetapkan hasil yang harus diperoleh
siswa selama belajar, dijabarkan atas pengetahuan dan pemahaman, keterampilan, sikap dan
nilai yang telah menjadi milik siswa.
Adanya tujuan tertentu memberikan arah pada usaha para pengelola pendidikan dalam
berbagai taraf pelaksanaan. Dengan demikian usaha mereka menjadi tidak sia sia karena
bekerja secara profesional dengan berpedoman pada patokan yang jelas. Berkaitan dengan
penentuan tujuan pendidikan perlu dibedakan antara pengelolaan pendidikan pada taraf:
1. Organisasi makro : sistem pendidikan sekolah pada taraf nasional, dengan penjabarannya
dalam jenjang jenjang dan jenis jenis pendidikan sekola, yang semuanya harus menuju ke
pencapaian tujuan pendidikan nasional sesuai dengan progam pendidikan masing masing
2. Organisasi meso : pengaturan progam pendidikan di sekolah tertentu sesuai dengan ciri ciri
khas jenjang tertentu dan jenis pendidikan yang di kelola sekolah itu
3. Organisasi mikro : perencanaan dan pelaksanaan suatu proses belajar mengajar tertentu di
dalam kelas yang diperuntukkan kelompok siswa tertentu. (Winkel W.S, 2004)
Dalam proses belajar mengajar tujuan instruksional dapat di bagi menjadi 2 yaitu
tujuan instruksional umum yang menggariskan hasil hasil di aneka bidang studi yang harus
dicapai siswa dan tujuan instruksional khusus (TIK) yang merupakan penjabaran dari tujuan
instruksional umum yang menyangkut suatu pokok bahasan sebagai tujuan pengajaran yang
konkrit dan spesifik.
Tujuan instruksional ini dapat dibedakan menjadi tujuan instruksional umum (TIU)
dan tujuan instruksional khusus (TIK). Menurut Grounlund dalam Harjanto (2008) tujuan
instruksional umum (TIU) adalah hasil belajar yang diharapkan yang dinyatakan secara
umum dan berpedoman pada perubahan tingkah laku dalam kelas. Tujuan instruksional
umum (TIU) merupakan serangkaian hasil belajar yang bersifat khusus. sedangkan tujuan
instruksional khusus (TIK) adalah hasil belajar yang dinyatakan dalam istilah perubahan
tingkah laku khusus. Tingkah laku khusus adalah kata kerja yang dapat diamati dan diukur.
Kegunaan TIU dalam proses belajar mengajar menurut Harjanto (2008) adalah:
1. Memberikan kriteria yang pasti untuk mengukur kemajuan belajar peserta didik.
2. Memberikan kepastian mengenai kemampuan yang diharapkan dari peserta didik.
3. Memberikan dasar untuk mengembangkan alat evaluasi untuk mengukur efektifitas
pengajaran.
4. Menentukan petunjuk dalam menentukan materi dan strategi instruksional.
5. Petunjuk bagi peserta didik tentang apa yang dipelajari dan apa yang akan dinilai dalam
mengikuti suatu pelajaran.
6. Peserta didik akan mengorganisasikan usaha dan kegiatannya untuk mencapai tujuan
instruksional yang telah ditentukan.
Masih menurut Gronlund dalam Harjanto (2008), dalam perumusan tujuan umum
instruksional (TIU) terlebih dahulu menyusun jenis hasil belajar yang diharapkan dan jenis-
jenis hasil belajar yang dapat digunakan sebagai sumber dalam perumusan tujuan
insrtruksional umum (TIU) yaitu harus memperhatikan hal-hal seperti berikut:
1. Mencakup tujuan yang diharapkan secara umum tentang apa yang dapat dicapai dalam
proses pengajaraan dalam satu waktu tertentu.
2. Tidak terlepas dari konteks tujuan-tujuan kurikuler maupun tujuan yang diatasnya.
3. Selaras dengan mempertimbangakan prinsip-prinsip belajar.
4. Cukup realistis dengan keadaan kemampuan peserta didik waktu yang tersedia dan
fasilitas yang ada.
5. Mempunyai indikasi yang kuat bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku peserta
didik.
Norma yang menentukan taraf minimal dapat menyangkut lamanya waktu, dapat
menyebutkan jumlah atau jumlah kesalahan yang boelh dibuat dan dapat menyangkut taraf
ketelitian dan keterampilan. Karena tekanan yang diberikan pada prestasi belajar siswa yang
berlangsung nampak dalam perilaku yang dapat di amati, TIK dianggap sebagai suatu
“sasaran tingkah laku nyata”( behavioral objective). Adanya serangkaian sasaran yang
demikian membawa keuntungan sejauh proses belajar mengajar terarah pada tujuan yang
spesifik dan konkret.
Menurut Bryl Shoemakar dalam harjanto (2008), Tujuan instruksional khusus (TIK)
adalah pernyataan yang menjelaskan rencana perubahan dari seseorang yang belajar tentang
apa yang diinginkan jika ia menyelesaikan suatu pengalaman belajar. Dengan demikian dapat
diartikan perumusan tujuan instruksional khusus (TIK) adalah perumusan perubahan tingkah
laku/kemampuan yang diharapkan dimiliki peserta didik setelah mengikuti suatu program
pengajaran tertentu
Menurut Suparman (2004), merumuskan tujuan instruksional khusus (TIK) merupakan:
(1) dasar dan pedoman bagi seluruh proses pengembangan tujuan instruksional selanjutnya
(perumusan TIK merupakan titik permulan sesungguhnya dari proses pengembangan
instruksional). (2) Alat untuk menguji validitas isi tes (isi pelajaran yang akan diajarkan
disesuaikan dengan apa yang akan dicapai). (3) Arah proses pengembangan instruksional
karena di dalamnya tercantum rumusan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang akan
dicapai peserta didik pada akhir proses instruksional.
Menurut Knirk dan Gustafson dalam Hernawan (2005) dalam merumuskan tujuan
instruksional khusus hendaknya harus mencakup unsur-unsur/komponen yang dikenal dengan
singkatan ABCD (Audience, Behavior, Condition, Degree). Berikut ini penjelasan tentang
komponen perumusan TIK.
Tujuan instruksiunal khusus keberhasilannya dapat diukur, yang pada umumnya
mengandung unsur-unsur berikut:
1. “apa” sebagai hal yang akan dirumuskan dalam pernyataan yang mengandung perbuatan
tentang sesuatu yang dapat diharapkan dari hasil belajar
2. “hingga mana” merupakan pernyataan sampai sejauh mana anak mampu menguasai hal-
hal yang diajarkan baik secara kwantitas maupun kwalitas sehingga dapat diukur atau
dinilai.
3. “siapa” yang dimaksud adalah semua siswa yang terlibat dalam proses belajar, namun
demikian dalam hal tertentu terdapat perbedaan misalnya, pendidikan jasmani siswa laki-
laki akan berbeda tugasnya terhadap siswa perempuan.
4. “dalam kondisi bagaimana” maksudnya dalam hal spesifik dapat dinyatakan untuk diberi
penilaian.