Anda di halaman 1dari 32

BAB III

TINJAUAN UMUM ELEVATOR TIP RIB PESAWAT N-2XX

DAN LIQUID PENETRANT

3.1 Elevator Tip Rib

Elevator adalah bidang kendali yang terletak pada horizontal

stabilizer yang berfungsi untuk menggerakan nose pesawat keatas dan ke

bawah (pitching). Dikendalikan oleh stick control yang berada di cockpit,

pergerakan elevator bersamaan antara kiri dan kanan, berdefleksi naik dan

turun, bergerak pada sumbu lateral (wing tip to wing tip) dan jenis

kestabilannya terhadap longditudinal axis. Sedangkan rib adalah salah satu

struktur penting yang di analogi kan sebagai “tulang rusuk” pada sayap

dan stabilizer yang digunakan untuk membentuk airfoil pada sayap

sekaligus meningkatkan kekakuan pada beberapa titik sayap dan

stabilizer. Jadi elevator tip rib adalah suatu rib yang terletak di bagian

ujung pada elevator.

41
.1.1 Dimensional Elevator Tip Rib Pesawat N-2XX

Pada sub bab ini terdapat gambar dari dimensional part elevator tip

rib N-2XX yang sesuai dengan design dari perusahaan pembuat pesawat

N-2XX tersebut (lihat Gambar 3.1).

Gambar 3.1 Dimensional elevator tip rib N2XX


(Sumber : PT.DIRGANTARA INDONESIA (PERSERO))

42
3.2 Tinjauan Umum Penetrant

Penetrant adalah suatu cairan yang digunakan untuk memeriksa

ada atau tidaknya suatu cacat pada permukaan seperti retak atau lubang-

lubang yang mungkin tidak bisa terdeteksi oleh pemeriksaan secara visual

karena kecil atau rapatnya suatu cacat pada komponen tersebut. Dengan

berkurangnya luas penampang suatu komponen akibat adanya cacat, maka

berpengaruh sekali terhadap kekuatan komponen yang menerima beban

seperti: tarik, tekan, puntir, geser, tumbuk, maupun kombinasi dari beban

tersebut.

Sebagai mana yang telah penulis uraikan pada bab sebelumnya,

terdapat beberapa tahap dalam menggunakan metoda penetrant seperti:

1. Preclean (pembersihan awal).

2. Penerapan penetrant dan pemberian dwell time.

3. Pembersihan kelebihan penetrant.

4. Penerapan developer.

5. Pemeriksaan.

6. Pembersihan akhir (post clean).

43
Gambar
3.2 Proses Pemeriksaan Dengan Menggunakan Liquid Penetrant
(Sumber : Classroom Training Handbook Nondestructive Testing Liquid Penetrant CT-6-2 Fourth
Edition 1977.)

Pengujian dengan menggunaan penetrant dapat diterapkan baik

pada bahan logam seperti: aluminium, magnesium, tembaga, kuningan,

besi tuang, stainless stell, titanium, dan logam-logam paduan. Selain itu,

dapat pula diterapkan untuk bahan selain logam seperti: plastik, keramik,

glass, dan cetakan yang terbuat dari karet. Tetapi tidak dapat diterapkan

pada bahan dasar kayu karena pada dasarnya kayu mempunyai banyak

pori-pori yang akan menyerap cairan penetrant.

3.2.1 Peralatan Dan Bahan

Dalam menggunakan metoda penetrant peralatan yang digunakan

sangat mendukung demi berlangsungnya proses pengujian. Peralatan yang

digunakan pun sangat bervariasi dari tahap pertama seperti pembersihan

awal sampai tahap pembersihan akhir. Ukuran dan besarnya peralatan atau
44
perlengkapan tergantung konfigurasi speciment. Peralatan pengujian

penetrant dapat juga bersifat portable. Peralatan yang digunakan seperti:

1. Tempat pembersihan awal (di tempat terpisah)

2. Tempat penetrant (tangki)

3. Tempat penghentian sesaat

4. Tempat emulsification (tangki)

5. Tempat pembilasan (tangki)

6. Tempat developer

7. Tempat pengeringan (oven)

8. Tempat pemeriksaan (dalam ruang gelap dilengkapi meja dan

lampu)

9. Tempat pembersihan akhir (ditempat terpisah)

Gambar 3.3 Perlengkapan Penetrant


(Sumber : Classroom Training Handbook Nondestructive Testing Liquid Penetrant CT-6-2 Fourth
Edition 1977.)

Berikut ini adalah peralatan penetrant portable kit :

45
1. Visible dye penetrant kit yang berisikan:

A. Cairan pembersih atau cairan penghilang penetrant (dimuat

dalam kaleng yang dapat disemprotkan).

B. Visible dye penetrant (dimuat dalam kaleng yang dapat

disemprotkan).

C. Nonaqueous developer (dimuat dalam kaleng yang dapat

disemprotkan).

D. Kain lap dan kuas.

Gambar 3.4 Visible Dye Penetrant Kit


(Sumber : Classroom Training Handbook Nondestructive Testing Liquid Penetrant
CT-6-2 Fourth Edition 1977.)

2. Fluorescent dye penetrant kit berisikan:

A. Black light (portable)

B. Cairan pembersih atau cairan penghilang penetrant (dimuat

dalam kaleng yang dapat disemprotkan).

46
C. Fluorescent dye penetrant (dalam kaleng yang dapat

disemprotkan).

D. Nonaqueous developer (dalam kaleng yang dapat disemprotkan).

E. Kain lap dan kuas.

Gambar 3.5 Fluorescent Dye Penetrant Kit


(Sumber : Classroom Training Handbook Nondestructive Testing Liquid Penetrant
CT-6-2 Fourth Edition 1977.)

Pada umumnya bahan-bahan yang digunakan dalam pengujian

dengan metoda penetrant adalah bahan mudah terbakar (flamable) dan

dapat merusak kulit. Selain itu, spectrum ultraviolet dari cahaya pijar

mercury dapat merusak kulit dan berbahaya bagi mata. Namun jika

dilengkapi dengan filter dan menggunakan metoda yang tepat, serta

perlengkapan kerja yang telah disarankan oleh pabrik maka setiap bahaya

yang dapat menyebabkan kecelakaan dapat dihindarkan.

47
3.2.2 Macam-macam Liquid Penetrant

Cairan penetrant yang digunakan dalam pengerjaan

Nondestructive Test dapat dikategorikan ke dalam tipe dye yang berisikan:

1. Visible Dye Penetrant

Adalah suatu tipe penetrant biasa disebut visible DYE yang

mempunyai warna jelas, ini bertujuan agar saat proses pemeriksaan pada

daerah terindikasi cacat dapat terlihat di bawah cahaya normal. Tipe ini

diunggulkan karena tidak perlu peralatan tambahan saat proses

pemeriksaan seperti black light.

2. Fluorescent Penetrant

Untuk pemeriksaan yang lebih teliti tipe dye penetrant ini sering

digunakan karena suatu cacat pada permukaan komponen akan terdeteksi

lebih teliti dengan menggunakan cahaya ultraviolet (peralatan yang biasa

disebut black light). Tipe flourescent penetrant yang digunakan dalam

industri pesawat udara untuk kapasitas besar biasanya berwarna yellowish

green (hijau kekuningan). Pada saat pemeriksaan cacat memerlukan

peralatan tambahan (black light) untuk menghasilkan cahaya ultraviolet.

Perlengkapan black light diperlukan dalam pengetesan fluorescent

penetrant, karena cahaya yang dipancarkan dari panjang gelombang yang

tepat akan menyebabkan penetrant berpendar (berpijar). Pada saat

pemanasan (warm up) black light, dibutuhkan waktu paling sedikit 10

menit untuk menaikan suhu busur yang baik bila menggunakan lampu

busur mercury.

48
Black light memancarkan sinar khusus dengan panjang gelombang

yang jatuh berwarna visible (terang) dan ultraviolet. Filter yang berwarna

jingga digunakan untuk melewati panjang gelombang cahaya yang akan

menimbulkan penetrant itu berkilau atau berpijar. Selain itu filter juga

berfungsi menghindarkan kontak secara langsung dengan pancaran sinar

black light yang sensitif dan berbahaya bagi kulit dan mata. (gambar 3.6

merupakan contoh black light) Oleh sebab itu, sangat dianjurkan sebelum

dinggunakan lakukan terlebih dahulu pemeriksaan filter black light dari

kebocoran.

Gambar 3.6 Black Light Portable


(Sumber : Classroom Training Handbook Nondestructive Testing Liquid Penetrant
CT-6-2 Fourth Edition 1977.)

1. Dual Sensitivity Penetrant

49
Untuk tipe dual sensitivity penetrant adalah suatu cairan penetrant

yang berisikan pewarna paduan dari visible dan fluorescent penetrant.

Selain itu cairan penetrant dapat dikategorikan ke dalam proses

yang digunakan untuk menghilangkan kelebihan penetrant dari komponen

atau specimen seperti:

a. Water-washable penetrant

Adalah suatu jenis penetrant yang mengandung bahan emulsifier

yang menyebabkan kelebihan penetrant mudah dibilas atau dicuci dengan

air. Volume dan daya semprot air diperhatikan saat penghilangan kelebihan

penetrant agar terhindarnya penetrant yang hanyut dari dalam cacat. Posisi

penyemprotan tidak dilakukan secara tegak lurus atau 90°, tekanan air

tidak lebih besar dari 40 psi (280 kPa), dan temperatur air di atas 100° F

tidak dianjurkan untuk menghindarkan cairan penetrant menguap.

Tabel 3.1 Keuntungan dan Kerugian Water-washable penetrant

Keuntungan Kerugian
1. Mudah dicuci dengan air, 1. Tidak dapat diandalkan pada
2. Baik untuk cacat pada spesimen goresan atau cacat yang
atau komponen yang kecil, dangkal,
3. Baik pada permukaan yang kasar, 2. Tidak dapat dipercaya dalam
4. Baik pada alur pasak dan ulir, test ulang,
5. Cepat, satu langkah proses, 3. Pengaruhnya peka pada asam
6. Relatif tidak mahal. dan chromat,
4. Mudah terbilas air,
5. Penetrant dapat tercemar air.

(Sumber : Classroom Training Handbook Nondestructive Testing Liquid Penetrant CT-6-2 Fourth
Edition 1977.)

50
b. Post-Emulsification

Adalah tipe cairan penetrant yang tidak mudah dibilas dengan air

dan mempunyai penetrasi yang tinggi. Tipe ini mempunyai kelemahan

yaitu membutuhkan dua kali proses dalam pelepasan kelebihan penetrant

yang mana harus dilarutkan terlebih dahulu dengan emulsifier agar dapat

dibilas dengan air. Emulsifier dapat dilarutkan dengan cara dicelup,

disemprot tapi tidak dengan cara dikuas (gambar 3.12) karena akan

menghilangkan cairan penetrant yang tersapu oleh kuas.

Gambar 3.7 Penerapan Emulsifier


(Sumber : Classroom Training Handbook Nondestructive Testing Liquid
Penetrant CT-6-2 Fourth Edition 1977.)

Pemberian dwell time dilakukan pada selang 1 sampai 4 menit

tergantung saran yang diberikan oleh pabrik dan tipe cacat yang diperiksa.

Jika waktu dalam dwell time yang digunakan terlalu pendek, maka saat

proses pembilasan masih terdapat penetrant yang tertinggal pada

permukaan. Sebaliknya jika dwell time yang digunakan terlalu lama,

51
kandungan penetrant yang ada di dalam cacat akan berubah sifat manjadi

water washable dan mudah larut bersama kelebihan penetrant bila dibasuh

dengan air.

Tabel 3.2 Keuntungan dan Kerugian Post-Emulsification

Keuntungan Kerugian
1. Kepekaan tinggi pada cacat yang 1. Dua langkah proses,
halus, 2. Diperlukan peralatan untuk
2. Baik pada cacat yang lebar dan penerapan emulsifier,
dangkal, 3. Sulit untuk menghilangkan
3. Mudah dibilas dengan air setelah penetrant pada drat, alur pasak,
dilarutkan dengan emulsifier, lubang-lubang buntu dan
4. Waktu penetrasi pendek, permukaan yang kasar.
5. Tidak mudah hanyut dengan air.
(Sumber : Classroom Training Handbook Nondestructive Testing Liquid Penetrant CT-6-2 Fourth
Edition 1977.)

Post-emulsifier diklasifikasikan ke dalam 2 jenis yaitu:

A. Lipophilic emulsifier

Oil-base liquids digunakan untuk mengelmusifikasi cairan

penetrant pada permukaan yang membuatnya menjadi water washable

dengan pemberian dwell time yang cukup. Liphophilic emulsification

dapat bereaksi secara cepat atau lambat tergantung dari kekentalan

(viscocity), komposisi kimia dan kekasaran dari permukaan yang

diperiksa. Penerapan emulsification dapat dilakukan dengan metoda

immersing, flooding, atau spraying tergantung yang dipersyaratkan.

B. Hydrophilic emulsifier

52
Hydrophilic Emulsifiers cairan yang digunakan untuk

mengemulsifikasi kelebihan fluorescent penetrant pada permukaan

komponen menggunakan emulsifier, sehingga merubah sifat menjadi

mudah dibilas dengan air atau biasa disebut waterwashable. Sedangkan

penetrant yang terdapat di dalam cacat diupayakan tidak sampai larut.

Oleh karena itu, diperlukan emulsifier dwell time. Hydrophilic adalah jenis

air-base emulsifier (penghilang jenis detergen) yang mempunyai

konsentrasi di mana penggunaannya perlu dicampurkan terlebih dahulu

dengan air dan dalam penggunaannya untuk metoda pencelupan

(maksimum 33%) atau semprot (maksimum 5%). Konsentrasi cairan,

penggunaan, dan pemeliharaan harus sesuai dengan rekomendasi pabrik

pembuat.

Hydrophilic emulsifier melepas kelebihan penetrant dari

permukaan komponen dengan aksi detergen. Kekuatan dari semprotan air

atau udara/mekanik agitasi (getaran) dalam tangki pencelupan memberikan

aksi scrubbing. Sementara itu, detergen memindahkan kelebihan

penetrant dari permukaan komponen. Dwell time emulsifier sangat

tergantung pada konsentrasi cairan. Konsentrasi yang sesuai dapat

dipantau menggunakan refractometer (lihat gambar 3.8).

53
Gambar 3.8 Refractometer
(Sumber : www.google.co.id-image-refractometer)

c. Solven-Removable Penetrant

Solven-removable penetrant adalah suatu cairan penetrant yang

tidak mengandung zat emulsifier dan untuk menghilangkan kelebihan

penetrant perlu cairan khusus yang telah dirancang untuk tipe ini. Selain

sederhana, tipe ini dapat dibawa-bawa dan dapat digunakan diluar lab

(dimuat dalam kaleng atau tabung yang bisa disemprotkan) sehingga

menyebabkan bahan solvent-removeble penetrant bersifat portable. Tipe

ini kebanyakan dipergunakan untuk pemeriksaan pada bagian struktur

yang lebih besar.

Setelah dwell time diberikan, kelebihan penetrant (excess

penetrant) pada permukaan komponen dapat dibersihkan dengan kain lap

(majun) yang telah dibasahi terlebih dahulu dengan cairan solvent.

54
Tabel 3.3 Keuntungan dan Kerugian Solven-Removable Penetrant

Keuntungan Kerugian
1. Portable 1. Mudah terbakar
2. Tidak memerlukan air 2. Perlu waktu untuk
3. Baik pada spesimen di anodize memebersihkan kelebihan
4. Baik untuk pengecekan sistem spot penetrant pada permukaan
5. Spesimen dapat dipakai berulang 3. Bahan tidak bisa digunakan
kali. pada tangki terbuka
4. Sulit pada permukaan yang
kasar seperti magnesium
tuangan.

(Sumber : Classroom Training Handbook Nondestructive Testing Liquid Penetrant CT-6-2 Fourth
Edition 1977.)

3.2.3 Penerapan Liquid Penetrant

Setiap penetrant, baik tipe visible atau fluorescent dalam

penerapannya dapat digunakan slah satu dari cara berikut:

1. Spraying (disemprotkan)

Cara penerapan penetrant menggunakan pompa bertekanan rendah

yang diisikan ke dalam kaleng atau tabung bertekanan rendah tipe

ini banyak diterapkan pada penetrant yang berjenis portable.

2. Brushing (dioleskan)

Cara penerapan penetrant pada permukaan komponen

menggunakan kuas, lap atau majun biasa diterapkan pada

komponen yang berdimensi besar dan lebar.

55
3. Immersion (dicelupkan)

Suatu cara penerapan dengan mencelupkan seluruh komponen ke

dalam tangki yang berisikan cairan penetrant. Metoda ini cocok

pada komponen yang berdimensi kecil serta berjumlah banyak

seperti: bilah kompressor, bolt, nut, dan part lainnya.

4. Pouring (disiramkan)

Suatu cara penerapan yang mana penetrant disiramkan ke seluruh

permukaan yang dicurigai terdapat cacat.

.2.3.1 Dwell Time Penetration

Cairan penetrant diaplikasikan pada permukaan dan

merembes ke dalam cacat yang bekerja berdasarkan

kapilaritas atau aksi kapiler. Suatu waktu diberikan pada

penetrant selama penetrant tetap membasahi permukaan

spesimen pada bagian pokok yang di-test. Pada crack atau

cacat dengan kondisi yang rapat membutuhkan waktu

penetrasi lebih dari 30 menit untuk mendapatkan indikasi

yang cukup saat aksi kapiler dibangkitkan kembali dengan

menarik cairan penetrant ke permukaan menggunakan

developer. Akan tetapi, untuk cacat yang berukuran cukup

besar dan dalam membutuhkan dwell time 3 sampai 5 menit

dalam penetrasi.

Temperatur spesimen dan penetrant dapat

mempengaruhi dwell time yang dikehendaki. Memanaskan

56
spesimen hingga 70°F atau lebih tinggi akan mempercepat

penetrasi dan dwell time lebih pendek. Saat pemanasan

temperatur dijaga jangan sampai berlebihan karena akan

menyebabkan penguapan penetrant dari dalam cacat.

Dwell time didasarkan pada perkiraan bahwa

penetrant tetap membasahi permukaan komponen. Setiap

pabrik pembuat penetrant memberi saran mengenai dwell

time untuk setiap penetrant yang dibuatnya.

Beberapa cairan dapat dipertimbangkan sebagai

penetrant, tetapi penetrant yang baik harus memiliki:

1. Mampu untuk menahan DYE tetap mengapung atau

mengambang pada permukaan.

2. Mampu untuk menyebar DYE secara merata pada

permukaan.

3. Mampu untuk membawa DYE ke dalam cacat pada

permukaan.

4. Mampu memunculkan DYE kembali ke permukaan.

5. Mampu untuk dihilangkan dengan mudah bila

diperlukan.

3.2.4 Developer

Developer adalah suatu bahan yang digunakan dalam proses

pengerjaan pengetesan penetrant. Bisa berupa cair atau kering yang

berfungsi membangkitkan kembali aksi kapilaritas pada sisa penetrant

57
yang ada di dalam cacat ke permukaan sehingga, suatu cacat dapat

terdeteksi saat pemeriksaan.

Penerapan developer dilakukan setelah proses penghilangan

kelebihan penetrant dilaksanakan. Suatu indikasi kemungkinan dapat

terlihat sebelum developer digunakan tapi, proses ini akan lebih menjamin

suatu cacat tampak lebih jelas terdeteksi pada saat pemerikasaan. Sisa

cairan penetrant yang terangkat dari dalam cacat ke permukaan dapat

menggambarkan kondisi suatu komponen mengenai cacat yang dialami.

Secara umum terdapat dua tipe developer yang digunakan yaitu

developer basah (wet) dan developer kering (dry). Keduanya

menggunakan tepung putih dimana perbedaan terletak pada metoda yang

diterapkan.

a. Wet Developer

Tipe developer basah umumnya dugunakan pada water-washable

atau post emulsifier penetrant dengan cara penerapan menggunakan teknik

mencelup atau menyemprot developer pada sustu permukaan komponen.

Pemberian dwell time cukup pendek saat penerapan, hanya sampai

air menguap pada lapisan developer yang tipis. Jika menggunakan oven,

suhu tidak boleh melebihi 225°F. Hal ini dapat menyebabkan penetrant

menguap dari dalam cacat.

58
Terdapat dua tipe wet developer yaitu:

1. Nonaqueos Developer (basah tapi tidak mengandung air) umunya

dimasukan ke dalam kaleng yang berisikan solven (kedua bahan tidak

larut).

2. Tipe lain yaitu developer yang dicampur dengan air tapi, sebenarnya

kedua bahan tidak larut, developer tetap berapung di dalam air.

b. Dry Developer

Dry developer adalah tepung putih dengan tekstur halus yang tidak

terangkat atau terbawa (is not carrierd) oleh suatu cairan. Dry developer

dipakai langsung pada suatu permukaan komponen sebagai tepung dengan

cara penerapan menyemprot menggunakan tekanan rendah atau suatu

komponen dimasukan ke dalam suatu wadah yang telah berisikan dry

developer, kemudian dry developer dikabutkan menggunakan fan.

Permukaan komponen harus bersih dan kering sbelum developer

digunakan. Dengan permukaan yang basah dapat menghasilkan lapisan

tepung yang tidak merata. Dry developer biasa digunakan pada fluorescent

penetrant, tapi bisa digunakan pada tipe penetrant lainnya.

Tabel 3.4 Kelebihan Kekurangan Tipe Developer

Keuntungan Kerugian
Wet developer : Wet developer :

A.Baik pada permukaan yang halus. A.Jika diterapkan pada permukaan

B.Jika pada cacat yang berbentuk kasar, berlubang, drat, sudut yang

lebar dan dangkal developer akan tajam cenderung lebih banyak

59
menutupi secara merata. meninggalkan developer.

Dry developer : Dry developer :

Cocok pada permukaan yang kasar, Tidak dapat melekat dengan baik jika

berlubang, drat, dan sudut yang diterapkan pada permukaan halus.

tajam.
(Sumber : Classroom Training Handbook Nondestructive Testing Liquid Penetrant CT-6-2 Fourth
Edition 1977.)

3.2.5 Pemeriksaan dan Kontrol Material

Pemeriksaan adalah tahap di mana inspektor dapat menentukan

bahwa kondisi artikel yang telah diuji masih dapat diterima atau masuk ke

dalam golongan barang scrap. Cahaya merupakan faktor yang sangat

diperhitungkan saat melakukan pemeriksaan di mana kecukupan cahaya

akan memberikan hasil pemeriksaan yang optimal. Jika menggunakan

fluorescent penetrant, intensitas cahaya pada black light perlu

dipertimbangkan terlebih dahulu sebelum dipergunakan. Namun apabila

menggunakan visible dye penetrant cukup dengan menggunakan cahaya

normal.

Beberapa indikasi dapat memberikan gambaran dari jawaban hasil

pemeriksaan yang selanjutnya akan dijadikan sebagai report. Namun

begitu perlu diperhatikan mengenai beberapa indikasi yang mungkin

memberikan kesalahpahaman saat pemeriksaan. Berikut beberapa indikasi

saat proses pemeriksaan:

1. False indication (indikasi palsu)

60
Indikasi-indikasi palsu umumnya berasal dari kurang bersihnya

suatu komponen saat pembersihan baik itu dari kotoran atau sisa kelebihan

penetrant yang masih tertinggal. Indikasi palsu dapat terjadi dari beberapa

faktor berikut:

A. Tangan operator yang mengandung penetrant.

B. Developer yang tercemar kotoran.

C. Penetrant yang pindah akibat sentuhan suatu komponen dengan komponen

lain.

D. Pada meja pemeriksaan terdapat penetrant.

Patch from
contact
with
another
Mark from article
handling
tool

Fingerprints
left by
operator
Lint and
drift
indication

Gambar 3.9 False indication


(Sumber : Classroom Training Handbook Nondestructive Testing Liquid Penetrant CT-6-2 Fourth
Edition 1977.)

2. Nonrelevan indications
61
Nonrelevn indicatons merupakan cacat pada permukaan yang

disebabkan oleh disain suatu komponen atau dapat disebabkan dari

beberapa proses perakitan seprti: rivet, press fitted, dan keyed. Non

relevan indications dapat juga berupa pengelupasan sisik logam (loose

scale) dan permukaan yang kasar pada penempaan atau penuangan.

3. True indications (indikasi indikasi yang betul)

True indications yang disebabkan oleh cacat pada permukaan dapat

di interpetasikan sebagai bukan termasuk false indications dan nonrelevan

indications. Ini sebagai pokok untuk dievaluasi karena sebagai penyebab

kerusakan dan berpengaruh terhadap umur pakai dari suatu komponen.

True indications dapat dibagi ke dalam lima kategori:

1. Continous line – tipe indikasi ini kerap kali disebabkan oleh crack,

cold shuts, forging laps, atau scratches.

2. Intermitten line – indikasi ini dapat disebabkan oleh beberapa cacat

di atas yang sangat rapat atau telah melalui proses machining dan

grinding.

3. Round – biasanya disebabkan oleh porosity pada permukaan.

4. Small dots – indikasi berbentuk lingkaran kecil disebabkan dari

bahan dasar komponen, butir struktur yang kasar atau

microshrinkage.

5. Diffused or weak – indikasi yang sulit untuk diinterpretasikan dan

sering kali komponen harus dibersihkan dan di-test kembali.

.2.5.1 Kontrol Kualitas Cairan Penetrant

62
Dalam mendukung kelangsungan proses pemeriksaan

dan demi mendapatkan hasil yang optimal, kualitas dari

cairan penetrant dipertahankan bukan hanya cairan

penetrant, bahan pendukung lain seperti developer dijaga

karena ke dua bahan ini saling mendukung dalam proses

pengetesan liquid penetrant. Perlu diingat bahwa yang berhak

menentukan kualitas dari penetrant dan bahan pendukung

hanya inspektor NDT bersertifikasi level-III.

Terdapat beberapa proses dalam mengontrol kualitas

liquid penetrant dan bahan pendukung diantaranya:

1. Aluminium test block – Adalah cara yang dipakai untuk

mengevaluasi dari suatu kualitas cairan penetrant. Cara

yang dipakai adalah dengan memanaskan bloks test dan

mendinginkan secara tiba-tiba (quenched) untuk

menghsilkan suatu crack yang menyeluruh. Proses ini

dapat dilakukan berulang demi mendapatkan crack yang

diinginkan. Kualitas penetrant diuji dengan meletakan

sample dari penetrant baru di sisi satu dan penetrant

lama di sisi yang lainnya pada aluminium test bloks.

Pemeriksaan secara visual dilakukan dengan mengamati

secara teliti untuk menjamin bahwa penetrant tidak

tercemar dan kualitas dari penetrant masih dalam batas

63
yang diijinkan. Pengetesan ini dilakukan hanya sebagai

pembanding bukan bersifat mutlak (absolute).

2. Cramic block test – Adalah suatu kepingan kramik yang

tidak dilengkapi dengan kaca dan mempunyai ribuan

lubang serta crack pada permukaan. Pemberian tanda

dengan pensil serta sample penetrant ditempatkan di

salah satu sisi dan pemberian penetrant di tempatkan di

sisi lainnya sebagai referensi. Setelah diberikan dwell

time ke dua sample penetrant yang diuji diamati secara

visual untuk membandingkan konsentrasi dan penetrasi

dari masing-masing penetrant. Jika berkurangnya jumlah

indikasi pada pori-pori dan crack maka kelayakan dari

suatu penetrant perlu di pertimbangkan.

3. Viscosity test – Tabung viskometer digunakan untuk

mengukur kekentalan apakah masih dalam batas yang

diijinkan oleh pabrik. Ciri bahwa penetrant masih dalam

batas yang diijinkan terdapat dalam ASTM D-445.

4. Water washable test – Test ini mengevaluasi efesiensi

emulsifier dengan memandingkan perbedaan campuran

penetrant dan emulsifier. Sebuah test block yeng terbuat

dari steel khusus diletakan dengan kemiringan 75° dan

kedua campuran dibiarkan mengalir ke bawah. Setelah

64
dibiarkan lima menit, kemudian test block dicuci dan

penetrant yang masih tertinggal diperiksa.

5. Fluorescent Penetrant fade test – Test ini termasuk

menggunakan aluminium test block untuk

membandingkan antara ke dua sisinya. Fluorescent

penetrant diletakan pada ke dua sisi test block dan

diproses seperti biasa. Satu sisi disinari dengan black

light selama satu jam dan sisi lain ditutup menggunakan

kertas. Ke dua sisi dari test blok diamati dan jika salah

satu sisi terlihat kurang jelas pijarannya maka penetrant

dibuang.

6. Wet Developer – Hydrometer digunakan untuk

meyakinkan kepadatan powder pada suatu wadah dalam

daerah yang disarankan pabrik.

7. Dry Developer – Dry Developer diperiksa secara visual

untuk mengetahui apakah developer tidak menggumpal

baik gumpalan bulat maupun berupa serat.

8. Penetrant Brightness - Pengetesan kualitas dari cairan

fluorescent penetrant dilakukan setiap 6 bulan sekali.

Peroses pengetesan terdapat pada ASTM E1135 sebagai

reference sample penetrant yang digunakan. Nilai

brightness penetrant kurang dari 90% tidak digunakan

melainkan harus dalam batas yang diijinkan.

65
Tabel 3.5 Required Tests and Frequency

Test frequency

1. Penetrant contamination 1. Daily

2. Penetrant brighness 2. Quarterly

3. Lipophilic emulsifier water 3. Monthly

content 4. Weekly

4. Hydrophilic emulsifier immersion,

spray, or flowing concentration. 5. Daily

5. Dry developer condition 6. Daily

6. Aqueous developer contamination

soluble and suspendable 7. Weekly

7. Aqueous developer concentration

soluble and suspendable 8. Daily

8. Black light intensity 9. Weekly

9. Black light integrity 10. Daily

10. Special UV light 11. Prior to and after use

11. Battrey powered UV-A lights 12. Daily

12. Examination area cleanlinss 13. Start of each working

13. Water wash preasure check shift

(Sumber : ASTM E1417/E1417M–13 Standart Practices For Liquid Penetrant Testing.)

66
3.2.6 Cleaning

Penetrant yang efektif adalah penetrant yang mampu menembus

ke dalam cacat. Agar penetrant dapat berpenetrasi dengan baik, maka

sesuatu yang menghambat penetrant untuk masuk ke dalam cacat harus

dihilangkan sebelum penetrant digunakan. Selain memudahkan dalam

peroses pemeriksaan, pengujian menggunakan metoda penetrant dapat

berlangsung dengan efektif. Macam-macam kontaminasi yang harus

dihilangkan termasuk: grease (gemuk), rust (karat), scale (sisik logam),

acid (asam), kotoran, cat, carbon, pernis, minyak dan air. Pembersihan

dengan metoda shot atau sandblasting tidak dianjurkan dalam pengujian

penetrant. Cacat yang ada pada permukaan dapat tertutup jika melakukan

pembersihan dengan metoda shot atau sandblasting.

Gambar 3.10 Hasil Metoda Sandblasting


(Sumber : Classroom Training Handbook Nondestructive Testing Liquid Penetrant CT-6-2
Fourth Edition 1977.)

67
Dalam pembersihan terdapat dua alasan terhadap cairan penetrant:

1. Jika spesimen tidak bersih dan kering, pengujian menggunakan

metoda penetrant tidak efektif.

2. Jika seluruh penetrant yang menembus ke dalam cacat tidak

dihilangkan setelah pengujian, dapat berpengaruh terhadap matrial

dari spesimen bahkan terhadap kekuatan mateial (clorine dan sulfur

akan menimbulkan pengaruh terhadap paduan).

Pada tahapan pembersihan dalam metoda penetrant terbagi ke dalam 3

tahap:

1. Preclean (pembersihan awal)

Pembersihan awal dilakukan agar suatu spesimen yang akan

melakukan pengujian menggunakan metoda penetrant dapat terjamin

kebersihannya serta terhindarnya kotoran atau bahan lain yang

menghalangi penetrant untuk masuk ke dalam cacat, sehingga

pengujian menggunakan metoda penetrant dapat efektif. Terdapat

beberapa metoda dalam pembersihan awal (preaclean) seperti:

A. Ultrasonic cleaning – Metoda cleaning dengan menggunakan

detergent dan air atau solvent bertujuan utuk menghilangkan

kontaminasi yang melekat untuk jumlah besar pada

komponen yang kecil.

B. Steam cleaning - Digunakan untuk membersihkan komponen

yang bentuknya besar dan sulit untuk dipegang atau

68
menggunakan metoda pembersihan yang tidak bisa dengan

cara pencelupan ke suatu wadah.

C. Etching chemical – Digunakan untuk membuka

diskontinuitas pada permukaan biasanya akibat pengerjaan

awal atau mechanical perosess.

D. Solvent – Digunakan untuk melarutkan atau menghilangkan

kontaminasi seperti: oil, grease, sealants, cat, dan bahan

organik yang menjadikan metoda ini mudah untuk proses

pembersihan menggunakan kain lap.

E. Detergent cleaning – Suatu proses pembersihan dalam

pengetesan penetrant dengan menerapkan metoda

pencelupan ke dalam tank yang berisi cairan pembersih atau

detergent untuk membersihkan kontaminasi yang ada pada

permukaan.

F. Vapor degreasing – Metoda pembersihan yang efektif dalam

penghilangan kontaminasi permukaan dari oil, grease, dan

terkontaminasi oleh bahan organik. Metoda ini dapat

digunakan dalam pembersihan awal (preclean) dan

pembersihan akhir (post clean) dalam metoda pengetesan

penetrant.

G. Paint removal – Metoda pelepasan cat dalam pembersihan

awal (preclean) setiap persyaratan perlengkapan, prosedur

69
yang spesifik mengikuti panduan yang telah diterapkan oleh

pihak produsen pembuat atau standar pengerjaan.

H. Rust and surface scale removal – setiap bahan komersial

seperti acid (zat asam) dan cairan penghilang karat dapat

digunakan dalam pembersihan awal (preclean) pada

pengetesan penetrant. Setiap persyaratan perlengkapan,

prosedur yang spesifik mengikuti panduan yang telah

diterapkan oleh pihak pabrik pembuat atau standard

pengerjaan.

2. Excest penetrant (penghilangan kelebihan penetrant)

Kelebihan penetrant harus dihilangkan sebelum penerapan

developer dilakukan. Sisa penetrant yang masih tertinggal pada

permukaan dapat mengakibatkan kesalahpahaman saat proses

pemeriksaan atau pemeriksaan. Penghilangan kelebihan penetrant

dapat menggunakan air, atau menggunakan lap yang telah dibasahi

terlebih dahulu menggunakan solvent tergentung dari tipe cairan

penetrant yang dipakai.

3. Post clean (pembersihan akhir)

Adalah proses di mana tahap pembersihan akhir yang

digunakan untuk meyakinkan tidak ada sisa cairan penetrant, atau

developer yang tertinggal di dalam cacat atau pada permukaan saat

pengetesan menggunakan metoda penetrant selesai dilaksanakan.

70
Teknik pembersihan dapat menggunakan air, mesin pembersih,

vapor degreasing, solvent soak, atau ultrasonic cleaning.

Catatan: Pemilihan metoda pembersihan (cleaning) yang

salah dapat menyebabkan kerusakan komponen yang telah dilakukan

proses pembersihan. Personil harus memilih dan mengaplikasikan

proses pembersihan sesuai yang disarankan oleh panduan pabrik

pembuat.

3.2.7 Technical Standart

Disamping memahami prinsip kerja dari pengetesan liquid

penetrant, setiap personil pun harus mengerti dan memahami setiap

persiapan-persiapan lain diantaranya:

A. Menyiapkan komponen yang akan diperiksa

B. Memahami sifat material dan proses pembuatan komponen yang

akan diperiksa

C. Pemilihan metoda yang akan diterapkan

D. Bahan yang digunakan

E. Batasan-batasan ukuran cacat yang diijinkan

Batasan-batasan tersebut tercantum pada buku manual

pengerjaan. Namun secara umum standard pemeriksaan dari tiap-

tiap bagian telah disusun oleh ASTM (American Society For Testing

and Manual) atau NDTM (Non Destructive Test Manual).

71
Tabel 3.6 Standart List Of Liquid Penetrant

(Sumber : AC 43.13-1B Acceptable Methods, Techniques, and Practices - Aircraft Inspection and
Repair.)

72

Anda mungkin juga menyukai