Anda di halaman 1dari 19

BAB IV

PROSEDUR PEMERIKSAAN ELEVATOR TIP RIB DENGAN

MENGGUNAKAN METODA FLUORESCENT PENETRANT

PADA PESAWAT N-2XX

Pada bab ini terdapat beberapa tahapan mengenai penjelasan dalam

prosedur pemeriksaan elevator tip rib dengan menggunakan metoda fluorescent

penetrant pada pesawat N-2XX diantaranya adalah:

A. Reason for the job

Pada tahap ini menjelaskan mengenai alasan dari pemeriksaan elevator

tip rib dengan menggunakan metoda fluorescent penetrant.

B. Job set-up information

Berisi tentang informasi mengenai perlengkapan yang diperlukan seperti:

peralatan pemeriksaan, bahan yang digunakan, referensi data, dan

perlengkapan pendukung terdapat pada tahapan ini.

C. Job set-up

Menjelaskan mengenai persiapan awal sebelum pemeriksaan seperti:

tindakan pencegahan, menyiapkan peralatan dan dokumen yang

dibutuhkan.

D. Prosedur

Menjelaskan mengenai prosedur pemeriksaan elevator tip rib dengan

menggunakan metoda fluorescent penetrant.

73
E. Close-up

Menjelaskan mengenai pembersihan setelah pengerjaan utama dilakukan

di mana pada tahap ini diyakinkan bahwa tidak terdapat sisa penetrant

yang masih tertinggal pada komponen setelah pemeriksaan.

F. Record (catatan hasil inspeksi)

Menyimpulkan dan mencatat hasil dari pemeriksaan elevator tip rib

dengan menggunakan metoda fluorescet penetrant.

Dibawah ini terdapat skematik diagram dalam tahapan penjelasan pemeriksaan

elevator tip rib:

Reason for the job

Job set-up information

Job set-up

Prosedur

Close-up

Record

Diagram 4.1 Tahap Penjelasan Pemeriksaan elevator tip rib

74
4.1 Reason For The Job (Alasan Pengerjaan)

Terdapat beberapa alasan dalam pemeriksaan elevator tip rib pada

pesawat N-2XX dengan menggunakan metoda non destructive test

khususnya liquid penetrant antara lain:

a. Meyakinkan bahwa tidak terdapat cacat (crack) pada permukaan

elevator tip rib.

b. Sebagai inspeksi lanjutan dari visual dan dimensional inspeksi saat

melakukan prosedur pemeriksaan elevator tip rib.

c. Untuk menjamin keselamatan dan keamanan pesawat yang akan di

produksi.

4.2 Job Set-up Information

(Tabel 4.1 Job Set Up Information)

Perlengkapan
a. Darkroom

b. Penetrant tank

c. Lampu ultraviolet

Catatan: Intensitas lampu yang digunakan adalah minimum 1500µW/cm²

(15 W/m²) sampai dengan 5000 µW/cm² (50 W/m²) diukur

pada jarak 38 cm (15 in) dari fokus lampu ke meja inspeksi.

d. Tekanan udara untuk mengeringkan komponen yang diperiksa

e. Timer (untuk menghitung dwell time)

f. White light (untuk visual inspeksi awal)

g. Kaca pembesar

75
h. Vernier caliper

i. Majun
Referensi data
a. ASTM E1417/E1417M – 13 Standart Practice For Liquid

Penetrant Testing

b. ASTM E1209-99 Standart test method for fluorescent liquid


penetrant examination using water washable process.
c. ASTM E1417 Standart Practice For Liquid Penetrant Testing
d. Dokumen 10-DP-D704-02-01 (PT.DIRGANTARA INDONESIA)
Klasifikasi
Tipe:

a. Tipe I – Fluorescent dye.

b. Tipe II – Visible dye.

Metoda:

a. Metoda A – Water washable

b. Metoda B – Post-emulsifier lipophilic

c. Metoda C – Solvent removable

d. Metoda D – Post-emulsifier hydrophilic

Sensitifiitas:

Catatan: Level sensitifitas ini hanya berlaku pada tipe I penetrant

system. Untuk tipe II hanya memiliki I sensitifitas dan tidak

menunjukan apapun level yang tertulis.

a. Sensitifitas Level ½ - Very low

b. Sensitifitas Level 1 – Low

c. Sensitifitas Level 2 – Medium

d. Sensitifitas Level 3 – High

76
e. Sensitifitas Level 4 – Ultrahigh

Developer:

a. Form a – Dry powder

b. Form b – Water soluble

c. Form c – Water suspendable

d. Form d – Nonaqueous for tipe I fluorescent penetrant

e. Form e – Nonaqueous for tipe II visible dye

f. Form f – Spesific application

Solvent Removable Class:

a. Class 1 – Hologanted

b. Class 2 – Nonhaloganated

c. Class 3 – Spesific aplication.

Catatan : Klasifikasi yang di pakai pada pemeriksaan elevator tip rib

pada pesawat N-2XX adalah :

a. Penetrant type : Fluorescent

b. Method : A (Water washable)

c. Sensitivity level : 3 (High)

d. Developers : Form A (Dry powder)

Bahan yang digunakan


Catatan: Pemilihan bahan yang digunakan untuk pemeriksaan part

elevator tip rib pesawat N-2XX dengan menggunakan liquid

penetrant, mengikuti yang di tetapkan dalam pabrik pembuat

pesawat N-2XX.

77
a) Penetrant

b) Air (Tekanan air 40 Psi)

c) Dry Developer (ANDROX 9D4A)

d) Non-Aqueous Wet Developer:

e) Solvent (ANDROX 9PR5)

4.3 Job Set-up

4.3.1 Safety Precaution

Dalam pemeriksaan menggunakan metoda NDT khususnya

liquid penetrant menggunakan perlengkapan dan bahan kimia yang

mudah terbakar di mana hal ini dapat membahayakan bagi kesehatan

personil. Oleh karena itu perlunya perhatian khusus mengenai label-

label (seperti pada Gambar 4.1) peringatan yang terdapat dalam

kemasan dan perlunya mentaati setiap prosedur kerja dilakukan oleh

setiap personil agar hal yang bisa membahayakan kesehatan dapat

terhindarkan.

78
Gambar 4.1 Precaution Label
(Sumber : www.google.co.id-image-precaution-label)

Setiap kali bahan kimia harus ditangani, tindakan pencegahan

tertentu harus diambil sebagai yang diarahkan oleh Material Safety

Data Sheets (MSDS). Sebelum bekerja menggunakan bahan kimia

apapun, sangat disarankan bahwa MSDS ditinjau sehingga praktik

keselamatan bahan kimia dan kebersihan yang layak dapat diikuti.

Beberapa bahan penetrant yang mudah terbakar, harus digunakan

dan disimpan dalam jumlah kecil. Bahan yang dipakai seharusnya

hanya digunakan di area yang mempunyai sirkulasi udara yang

bagus dan terhindar dari sumber pengapian. Bahan kimia yang

digunakan mengandung deterjen dan pelarut di mana dapat

menyebabkan iritasi bagi kulit sensitif. Oleh karena itu, sarung

79
tangan, kacamata, dan pakaian pelindung lainnya harus dipakai

untuk membatasi kontak dengan bahan kimia (Gambar 4.2).

Gambar 4.2 Wear Protection


(Sumber : www.google.co.id-image-Wear-protection)

Cahaya Ultraviolet (UV) atau kadang-kadang disebut "black

light", memiliki panjang gelombang berkisar 365-370 nanometer

yang di ukur menggunakan spectroradiometer. Paparan cahaya UV

yang berlebihan dapat menyebabkan kulit terbakar, mempercepat

kerutan, meningkatkan risiko kanker kulit, peradangan mata, katarak,

dan kerusakan retina. Oleh karena itu, integritas alat harus diperiksa

mingguan untuk memastikan output yang diperlukan. Reflektor dan

filter dari black light harus diperiksa setiap hari untuk kebersihan

80
dan integritas. Filter ultraviolet (UV) yang retak atau patah, serta

lampu pemancar energi UV yang rusak harus diganti sebelum

penurunan output black light atau tidak konsistennya saat bekerja.

Transformator tegangan konstan harus digunakan demi menjaga

output dari cahaya.

Developer yang terhirup hidung secara berlebihan dapat

menggangu sistem pernafasan manusia. Penggunaan masker dan

terdapatnya ventilation intake dan exhaust fan dalam ruangan sangat

dianjurkan demi kelancaran proses pengerjaan.

Unsur-unsur pemicu api/ledakan:

a. Oksigen

b. Bahan bakar atau bahan yang mudah terbakar.

c. Sebuah sumber panas.

Jika unsur-unsur tersebut berada bersama-sama, maka api dapat

terpicu dan akan terus menjalar.

Gambar 4.3 Fire Triangle


(Sumber : www.google.co.id-image-Fire-triangle

81
4.4 Prosedur

Komponen yang diuji dalam pengujian ini adalah komponen dari pesawat

N-2XX dimana komponen tersebut di uji menggunakan penetrant testing

type 1 – Method A (Fluorescent penetrant – water washable). Berikut

beberapa tahap pengerjaan liquid penetrant menggunakan metoda water

washable penetrant antara lain :

Preclean

Apply penetrant

Water wash

BERSIH TIDAK

YA

Dry

Apply dry powder


developer

Inspection

Post clean

Diagram 4.2 Proses Pengerjaan Liquid Penetrant – Water Washable Prosses


(Sumber : ASTM E1417/E1417M–13 Standart Practices For Liquid Penetrant Testing.)

82
4.4.1 Preclean

 Semua area permukaan pada komponen yang akan dibersihkan

sebelum penerapan penetrant dilakukan.

 Ada beberapa tahapan dalam preclean tersebut, diantaranya

adalah :

a) M.E.K (Methyl Ethyl Ketone) : Pembersihan awal

b) Alkaline deagreasing : Untuk membersihkan lemak pada

part, di rendam selama 15 menit

c) Rinsing (Air yg di beri udara) : Untuk membersihkan sisa

sisa dari alkaline, direndam 2-3 menit.

d) Deoxidizing : Berguna untuk menghilangkan oksida

e) Pneumatic : Proses pengeringan part

 Permukaan yang diperiksa dipastikan dalam keadaan bersih,

kering, dan bebas dari kontaminasi seperti: karat, scale, grease,

oil, corosion, cat dan yang lain.

Catatan: Kontaminasi yang terdapat pada permukaan akan menghalangi

cairan penetrant untuk masuk ke dalam cacat.

4.4.2 Drying After Cleaning

 Komponen yang telah dibersihkan kemudian dikeringkan.

Pengeringan permukaan komponen yang telah dibersihkan dapat

menggunakan metoda pemanasan komponen pada oven

83
pengering, pneumatic, ataupun didiamkan pada temperatur

ruangan.

Catatan:

 Permukaan yang bersih dan kering dapat mempermudah

kinerja (penetrasi) dari cairan penetrant yang masuk ke

dalam cacat.

4.4.3 Aplikasi Penetrant

 Setelah komponen dalam keadaan bersih, kering dan berada

pada temperatur yang sesuai, pemberian cairan penetrant

dilakukan pada permukaan komponen dengan cara

mencelupkannya (immersion) kedalam penetrant tank atau

dioleskan menggunakan koas.

Catatan: Komponen, penetrant, dan temperatur sekitar harus pada

rentang 10℃ - 38℃.

4.4.4 Penetrant Dwell Time

 Setelah pengaplikasian penetrant, pemberian waktu cairan

penetrant diberikan untuk berpenetrasi ke dalam cacat.

 Pemberian waktu penetrasi (dwell time) sesuai prosedur dari

perusahaan pembuat komponen elevator tip rib pesawat N-2XX

adalah antara 20 – 60 menit pada temperature ruangan 10℃ - 38

℃.

84
Catatan: Jika waktu penetrasi melebihi batas yang di anjurkan,

cairaan penetrant akan sulit terbaca oleh inspector saat

proses pemeriksaan.

4.4.5 Water Wash

 Komponen dibersihkan dari sisa cairan penetrant pada

permukaan. Pastikan kembali komponen yang diperiksa telah

bersih dan kering dari kelebihan penetrant yang tertinggal pada

permukaan selain pada cacat.

 Komponen dikeringkan menggunakan metoda sparying dengan

air yang bertekanan.

 Komponen dijaga jangan terlalu lama dalam proses pembersihan

kelebihan penetrant agar cairan di dalam cacat tidak ikut

terbawa oleh air dan jarak penyemprotan minimal 30 cm.

Catatan:

 Sisa cairan penetrant yang menempel pada permukaan

akan menjadikan indikasi-indikasi palsu saat proses

pemeriksaan di bawah black light.

 Tekanan air harus sesuai dengan prosedur perusahaan

yaitu 40 Psi/2.78 bar dibawah cahaya UVA >300

µW/cm² dan cahaya putih < 100 lux.

85
4.4.6 Dry

 Setelah proses water wash selesai, komponen dikeringkan

didalam oven pada temperature max 70℃ dengan waktu yang

seminimimal mungkin (dianjurkan 10-15 menit) agar air pada

permukaan part hilang tetapi penetrant yang berada didalam

cacat tetap ada.

4.4.7 Aplikasi Developer

a) Dry Developer

 Dry developer diterapkan pada komponen yang telah

dikeringkan.

 Penerapan developer dipastikan secara merata.

 Metoda dalam penerapan dry developer dapat dengan

cara membenamkan seluruh permukaan komponen ke

dalam wadah yang berisi dry developer, dengan cara

mengkabutkan dry developer dalam suatu tempat yang

berisi komponen yang diperiksa, atau dengan metoda

penyemprotan menggunakan developer gun.

 Kelebihan dry developer dihilangkan dengan cara

menepuk komponen (tapping) atau dengan cara

menggoyang-goyangkan komponen (shaking) atau pun

blowing menggunakan udara kering dan bersih dengan

tekanan rendah.

Catatan:

86
 Dry developer yang dipakai sesuai dengan yang telah di

tetapkan oleh perusahaan pembuat yaitu ANDROX 9D4A

 Tekanan udara yang dipakai tidak lebih dari 5 psi (34 kPa).

Warning: Developer yang terhirup hidung secara berlebihan

dapat menggangu sistem pernafasan manusia.

Penggunaan masker dan terdapatnya ventilation

intake dan exhaust fan dalam ruangan sangat

dianjurkan demi kelancaran proses pengerjaan.

b) Developer time

 Dwell time minimum dari developer adalah 10 menit

untuk semua tipe developer.

4.4.8 Inspeksi

 Black light dinyalakan. Tunggu intensitas cahaya sinar UV

sampai kondisi stabil. (Warm up min 10 menit)

 Indikasi fluorescent penetrant yang timbul pada permukaan

diperiksa di bawah black light dengan intensitas cahaya

minimum 1500 µW/cm² sampai dengan 5000 µW/cm² pada

jarak 15 inch (38,1 cm).

 Pemeriksaan dilakukan beberapa kali sampai indikasi yang

dicurigai terasa cukup.

87
 Indikasi yang timbul dan dicurigai harus dievaluasi dan

dipastikan dengan metoda wipe-off menggunakan solvent

(ANDROX 9PR5).

 Pemberian tanda dilakukan pada daerah-daerah yang

dicurigai terdapat kerusakan.

 Semua indikasi harus diinterpretasikan yang mana

selanjutnya komponen yang diperiksa diklasifikasikan masuk

ke dalam kategori golongan hasil pemeriksaan.

Catatan: Adaptasi penglihatan di dalam darkroom dilakukan

1 menit sampai penglihatan terasa nyaman.

 Pada komponen elevator tip rib pesawat N-2XX ditemukan 2

buah cacat linier dengan jenis cacat yaitu crack dan ukuran

cacat tersebut adalah 4 mm/0,4 cm (crack A) dan 0,8

mm/0,08 cm (crack B) (lihat Gambar 4.4 dan 4.5). karena

adanya crack maka keputusan akhir dari part ini adalah

benda kerja ditolak/reject part sesuai degan ketentuan dari

acceptance criteria pada dokumen 10-DP-D704-02-01.

 Penyelesaian RT (Rejection Tag) yang menunjukan bahwa

part hasil produksi tersebut telah di reject.

88
Gambar 4.4 Crack A
(Sumber : PT.DIRGANTARA INDONESIA)

Gambar 4.5 Crack B


(Sumber : PT.DIRGANTARA INDONESIA)

89
4.4.9 Post clean

 Pembersihan komponen dilakukan setelah melalui tahap

pemeriksaan dari sisa cairan penetrant dan developer yang

tertinggal pada permukaan dengan air. Pembersihan akhir

bertujuan untuk menghindari efek cairan penetrant merusak

material dari komponen yang diperiksa.

 Part yang telah di reject disimpan di tempat pengkarantinaan

part dan menunggu keputusan apakah part tersebut didaur

ulang atau di buang.

4.5 Close-up

 Pembersihan area dilakukan setelah melakukan periksaan menggunakan

metoda liquid penetrant dengan air.

 Rapihkan kembali peralatan pemeriksaan yang telah dipakai.

Catatan: Area yang bersih dan rapih dapat memberikan rasa nyaman

bagi personil yang melakukan pemeriksaan. Selain itu

mencegah kemungkinan terjadinya cedera akibat lantai yang

licin.

4.6 Report

 Saat pemeriksaan terdapat indikasi crack pada elevator tip rib maka

komponen dimasukan dalam kategori barang scrap dan selanjutnya

diberikan rejection tag untuk menandakan bahwa komponen tersebut

reject.

90
 Jika crack masih meragukan, dalam artian ukuran crack meragukan

antara accept/reject maka keputusan diserahkan kepada engineering

untuk dikarantina atau di repair karena tugas inspector adalah

menentukan part tersebut accept/reject.

 Selanjutnya apabila part tersebut adalah reject, maka keputusan

selanjunya adalah part dikarantina.

91

Anda mungkin juga menyukai