Anda di halaman 1dari 4

Nama : Desi Christ Natasha

Nim : 170204017
Kelas : Psik D 3.1

1. Indikasi Penggunaan Ventilator

a.Pasien Dengan Gagal Nafas. Pasien dengan distres pernafasan gagal nafas,henti nafas (apnu)
maupun hipoksemia yang tidak teratasi dengan pemberian oksigen merupakan indikasi ventilasi
mekanik. Idealnya pasientelah mendapat intubasi dan pemasangan ventilasi mekanik sebelum
terjadi gagal nafas yang sebenarnya. Distres pernafasan disebabkanketidakadekuatan ventilasi
dan atau oksigenasi. Prosesnya dapat berupakerusakan paru (seperti pada pneumonia) maupun
karena kelemahan otot pernafasan dada (kegagalan memompa udara karena distrofi otot).

b. Insufisiensi jantung. Tidak semua pasien dengan ventilasi mekanik memiliki kelainan
pernafasan primer. Pada pasien dengan syok kardiogenik dan CHF, peningkatan kebutuhan
aliran darah pada sistem pernafasan (sebagai akibat peningkatan kerja nafas dan konsumsi
oksigen dapat mengakibatkan jantung kolaps. Pemberian ventilasi mekanik untuk mengurangi
beban kerja sistem pernafasan sehingga beban kerja jantung juga berkurang.

c. Disfungsi neurologis. Pasien dengan GCS 8 atau kurang yang beresikomengalami apnoe
berulang juga mendapatkan ventilasi mekanik. Selain ituventilasi mekanik juga berfungsi untuk
menjaga jalan nafas pasien sertamemungkinkan pemberian hiperventilasi pada klien dengan
peningkatan tekanan intra kranial.

d. Tindakan operasi. Tindakan operasi yang membutuhkan penggunaananestesi dan sedative


sangat terbantu dengan keberadaan alat ini. Risiko terjadinya gagal napas selama operasi akibat
pengaruh obat sedative sudah bisa tertangani dengan keberadaan ventilasi mekanik

2. Efek samping pemasangan ventilator

Efek samping yang dimaksud di antaranya sebagai berikut:


 Infeksi saluran pernapasan. Selang yang higienitasnya kurang baik berpotensi dihinggapi
kuman sehingga berisiko menyebabkan infeksi pada saluran pernapasan, termasuk paru-
paru.
 Luka di mulut dan tenggorokan. Prosedur pemasangan selang atau intubasi menimbulkan
luka di mulut dan tenggorokan.
 Penumpukan dahak di saluran pernapasan. Alat ini menyebabkan pasien jadi kesulitan
untuk batuk. Alhasil, dahak yang seharusnya dikeluarkan malah jadi menumpuk. Guna
mengatasi hal ini, dokter maupun perawat yang bertugas akan melakukan penyedotan
dahak secara berkala guna menghindari dahak semakin menumpuk dan mengganggu
sirkulasi udara.
 Cedera paru-paru. Penggunaan alat ini juga bisa menyebabkan paru-paru mengalami
cedera apabila prosedur pemasangannya tidak sesuai standar.
 Keracunan oksigen. Prosedur pemasangan dan penggunaan alat yang tidak sesuai dengan
standar juga berpotensi menyebabkan pasien mengalami keracunan oksigen.
 Gangguan peredaran darah. Penggunaan alat ini dalam waktu yang cukup lama
berpotensi menyebabkan terganggunya aliran darah akibat tromboembolisme.

3. SOP Pemasangan Ventilator Mekanik

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PEMASANGAN VENTILATOR
PENGERTIAN Adalah tindakan pemasangan ventilasi mekanik (ventilator) yang dilakukan
pada pasien yang mengalami kegawatan pernafasan, baik kegawatan yang
berkaitan dengan kelainan pada paru-paru mis.COPD, ARDS atau
kegawatan di luar paru-paru mis.depresi nafas akibat obat atau gangguan
neuromuskuler
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk pemasangan ventilasi
mekanik (ventilator) agar berjalan dengan lancar, sehingga program terapi
ventilasi mekanik yang direncanakan dapat segera dilakukan.
KEBIJAKANA Ventilator yang dimiliki oleh Rumah Sakit Umum Kertha Usada hanya
digunakan untuk pasien yang membutuhkan dan disetujui oleh dokter yang
merawat serta keluarga pasien sesuai dengan Peraturan Direktur No.

PROSEDUR A. Persiapan Peralatan


1. Sarung tangan
2. Ambubag lengkap
3. Suction lengkap
4. Spuit untuk mengembangkan balon
5. Laringoskop dengan blade sesuai ukuran, lampu menyala terang
Jelly, plester, gunting, stetoskop, endotrakheal

B. Persiapan pasien dan keluarga


1. Bersama dengan dokter beritahu keluarga tentang prosedur yang akan
dilakukan dan resiko yang mungkin ditimbulkan
2. Bila keluarga sudah jelas dengan penjelasan dokter, maka keluarga
diminta untuk tanda tangan surat persetujuan (inform consent)
3. Bila pasien sadar beritahu tentang prosedur yang akan dilakukan
4. Atur posisi pasien agar memudahkan untuk melakukan posedur
C. Prosedur pemasangan ventilasi mekanik
1. Sambungkan stop kontak dengan sumber listrik, nyalakan ventilator
dengan menekan tombol on
2. Pasang corogatet sesuai dengan kegunaan (anak/dewasa)
3. Isi humidifier dengan aquades steril, kemudian nyalakan dengan
menekan tombol on
4. Seting ventilator sesuai pesanan dokter mengenai mode, VT,
Frekwensi nafas, I:E ratio, FIO2, ASB, PEEP dll
5. Sambungkan corogatet dengan endotrakeal yang terpasang pada
pasien
6. Pastikan bahwa alat resusitasi dan perlengkapan fentilator berfungsi
baik
7. Pastikan bahwa penderita selalu dimonitor fungsi pernafasannya dan
saturasi oksigen
8. Lakukan segala tindakan dengan memperhatikan tehnik aseptic dan
universal precaution
9. Lakukan suction secara rutin (biasanya tiap 4 jam), bila perlu boleh
dilakukan diluar jadwal
10. Pastikan humidifier berfungsi dengan baik, air yang tertampung di
dalam water trap secara rutin harus dikosongkan
11. Rubah posisi pasien tiap 3 jam untuk postural drainage ataupun untuk
pengembangan paru-paru
12. Pastikan posisi tubing ventilator dalam keadaan tepat
13. Pastikan NGT pada posisi yang benar, lakukan aspirasi tiap 6 jam
atau setiap akan memberikan nutrisi enteral
D. Cara pemeliharaan
1. Rendam corogatet sesudah digunakan dengan bayclin selama 15
menit, kemudian cuci, bilas dan keringkan
2. Corogatet disterilkan kering dengan suhu 1000C selama 20 menit
3. Rendam filter dengan bayclin setiap sesudah dipakai, cuci dan
keringkan
4. Kalibrasi setiap satu tahun sekali oleh tehnisi perusahaan
5. Hubungi tehnisi perusahaan bila ada masalah
Charge ventilator selama 1x24 jam setiap kali sesudah pemakaian dan
tiap 10 hari sekali bila ventilator tidak digunakan
UNIT TERKAIT 1. ICU

Anda mungkin juga menyukai