NIM : 061740421866
Kelas : 6KIB
PROPAGASI
1. Bandingkan pengolahan air limbah untuk industri skala kecil dan besar?
2. Beri contoh-contoh cara pengolahan air limbah yang Anda ketahui!
JAWAB:
A.
1. Limbah merupakan hasil buangan sisa industri yang mengandung berbagai macam
kandungan berbahaya dan tak berguna. Oleh karena itu wajib bagi para pelaku
industri untuk mengolah limbahnya terlebih dahulu agar layak dibuang ke
lingkungan. Namun terdapat perbedaan antara pengolahan air limbah pada industri
skala kecil dan besar.
Berikut diuraikan beberapa metode atau sistem pengolahan limbah cair yang sesuai
untuk limbah cair industri skala kecil, meliputi: (a) sistem lumpur aktif (b) sistem
trikling filter, (c) sistem RBC (Rotating Biolocal Disk), (d) sistem SBR (Sequencing
Batch Reactor), (e) kolam oksidasi, (f) sistem UASB, dan (e) septik tank. Kedua
sistem terakhir ini termasuk dalam kategori pengolahan limbah cair secara anaerobik.
a. Sistem lumpur aktif
Pada dasarnya sistem lumpur aktif terdiri atas dua unit proses utama, yaitu bioreaktor
(tangki aerasi) dan tangki sedimentasi. Dalam sistem lumpur aktif, limbah cair dan
biomassa dicampur secara sempurna dalam suatu reaktor dan diaerasi. Pada
umumnya, aerasi ini juga berfungsi sebagai sarana pengadukan suspensi tersebut.
Suspensi biomassa dalam limbah cair kemudian dialirkan ke tangki sedimentasi~
dimana biomassa dipisahkan dari air yang telah diolah.
g. Septik Tank
Sistem septik tank merupakan salah satu cara pengolahan limbah cair yang paling
sederhana. Dalam sistem septik tank proses perombakan limbah cair berlangsung
dalam kondisi anaerobik. Sistem septik tank harus dilengkapi dengan fasilitas untuk
peresapan efluen.
Sedangkan, untuk industri skala besar umumnya melalui beberapa tahapan, selain
karena volume limbah yang lebih besar, namun pada jenis limbah pada industri skala
besar juga memiliki kadar komposisi dan tingkat limbah terkandung yang lebih tinggi.
Pengolahan Primer
Tujuan dari proses pengolahan primer ialah untuk membuang bahan-bahan padat,
baik yang organik maupun anorganik, dengan teknik sedimentasi, serta untuk
membuang bahan-bahan yang terapung dalam limbah dengan teknik skimming. Kira-
kira sebanyak 25%-50% Kebutuhan Oksigen Biokimia (Biochemical Oxygen
Demand - BOD5), 50%-70& dari padatan tersuspensi total (total suspended solids),
dan 65% dari minyak dan gris (grease) yang ada dalam air limbah akan dibuang
dalam proses pengolahan primer. Beberapa zat yang berasal dari makhluk hidup,
seperti nitrogen dan fosfor, serta logam berat yang tergolong dalam benda padat juga
turut dibuang dalam proses sedimentasi primer. Namun, zat koloid sisa dan bahan-
bahan terlarut lainnya tidak terpengaruh oleh proses ini.
Pengolahan Sekunder
Tujuan dari proses pengolahan sekunder setelah menerima effluent dari proses
pengolahan primer adalah membuang bahan organik dan bahan padat tersuspensi
lainnya yang masih tertinggal. Tahapan ini meliputi pembuangan bahan organik
koloid dan terlarut yang dapat terdegradasi secara biologis (biodegradable) dengan
menggunakan proses pengolahan biologis secara aerobik. Pengolahan biologis
aerobik ini terjadi saat ada bakteri aerobik yang menggunakan oksigen untuk
mengubah bahan organik yang ada di dalam air limbah menjadi energi (proses
metabolisme), sehingga dapat menghasilkan lebih banyak mikroorganisme dan bahan
anorganik sebagai hasil akhir (yang paling utama ialah CO2, NH3, dan H2O).
Dalam suatu kondisi di mana terdapat konsentrasi tinggi kebutuhan oksigen kimia
(chemical oxygen demand - COD), misalnya > 3.000 ppm, proses pencernaan secara
anaerobik lebih umum digunakan dalam proses pengolahan sekunder. Dalam proses
pencernaan ini, bakteri anaerobik dan fakultatif mengubah bahan organik yang ada di
dalam lumpur limbah (sludge) menjadi energi (proses metabolisme), sehingga akan
mengurangi volume pembuangan akhir, menstabilkan limbah, dan meningkatkan sifat
pengeringannya (dewatering). Proses tersebut dilakukan dalam tangki tertutup
(disebut juga anaerobic digesters) sedalam 7 sampai 14 m. Waktu yang diperlukan
bakteri dalam tangki tersebut berbeda-beda, dari 1 hari hingga 60 hari atau lebih
dihitung dalam standard-rate digesters. Gas yang dihasilkan selama proses ini
memiliki kandungan metana sebesar 60 hingga 65% dan dapat dimanfaatkan kembali
sebagai sumber energi.
Pengolahan Tersier
Pengolahan tersier merupakan pengolahan tambahan yang dilakukan setelah
pengolahan sekunder. Proses ini membuang lebih dari 99% zat lain (impurities) dalam
air limbah, sehingga menghasilkan air hasil limbah yang paling baik kualitasnya.
Teknologi yang digunakan dalam proses ini sangatlah mahal dan membutuhkan
operator pabrik pengolahan yang berpengalaman dan berpengetahuan teknis yang
mumpuni.
Pengeringan
Bahan-bahan padat-biologis (bio-solids) yang diperoleh dari proses pengolahan
limbah harus dikeringkan untuk mengurangi volumenya serta mengefisiensikan biaya
pembuangan. Seperti yang diperlukan dalam proses pengolahan, limbah (sludge)
tersebut dapat dibuang untuk kemudian diolah kembali melalui unit pengering
seperti belt filter presses dan centrifuges. Bahan kimia lainnya juga dapat digunakan
untuk menjamin kandungan kelembapan pada cake (lumpur dengan konsentrasi
padatan yang tinggi) berada pada titik terendah.
Berdasarkan tahapannya pengolahan limbah pada industri berskala besar lebih
memiliki tahapan yang lebih kompleks dan membutuhkan peralatan dan bahan yang
lebih banyak dibandingkan dengan pengolahan limbah pada industri berskala kecil.
Sedangkan pada industri kecil hanya cukup melalui satu tahapan yang dapat
menggunakan 1 alat sederhana. Namun pada skala industri kecil juga masih terkadang
mengabaikan pengolahan air limbah, kebanyakan dari pelaku industri skala kecil
hanya menerapkan pengolahan limbah yang dapat dikatakan sangat minim bahkan
juga masih terdapat beberapa industri kecil yang benar-benar tidak melakukan
pengolahan limbah.
1. Sebagian besar limbah cair industri dapat ditangani dengan mudah dengan sistem
biologis, karena polutan utamanya berupa bahan organik, seperti karbohidrat, lemak,
protein, dan vitamin. Polutan tersebut umumnya dalam bentuk tersuspensi atau
terlarut.
Sebelum dibuang, ke lingkungan, limbah cair industri harus diolah untuk melindungi
keselamatan masyarakat dan kualitas lingkungan. Tujuan dasar pengolahan limbah
cair adalah untuk menghilangkan sebagian besar padatan tersuspensi dan bahan
terlarut, kadang-kadang juga untuk penyisihan unsur hara (nutrien) berupa nitrogen
dan fosfor.
Dengan demikian setiap unit bangunan/instalasi pengolahan air limbah akan ada
perbeda tahapan dan jenis proses yang dipilih.
Pengolahan Pendahuluan (Pre Treatment)
Pengolahan pendahuluan ditujukan untuk menyaring benda terapung dan
mengendapkan benda yang berukuran besar seperti sampah, lemak, kerikil atau pasir.
Tahap selanjutnya adalah melakukan penyeragaman kondisi air limbah (equalization)
yang meliputi debit dan keasaman air limbah.
Pengolahan Primer (Primary Treatment)
Pengolahan primer bertujuan untuk menghilangkan zat padat tersuspensi melalui
pengendapan (sedimentatio) atau pengapungan (flotation). Proses pengendapan tahap
pertama ini masih sederhana karena partikel-partikel yang ada diendapkan dengan
cara gravitasi. Bahan kimia dapat digunakan untuk membantu proses pengendapan
tersebut. Pengendapan biasanya dilakukan pada bak atau kolam pengendapan yang
secara periodik dibersihkan endapannya.
Pengolahan Sekunder (Secondary Treatment)
Pengolahan sekunder bertujuan untuk mengurangi kadar bahan organik dalam air
limbah dengan menggunakan proses biologi seperti lumpur aktif, trickling filter
anaerobic digester, biogas, dll. Terdapat dua hal penting dalam proses ini adalah
penambahan oksigen dan pertumbuhan bakteri.
Pengolahan Tersier (Tertiary Treatment)
Pengolahan tersier dilakukan apabila setelah pengolahan pertama dan kedua masih
banyak bahan polutan yang terdapat dalam air limbah. Pengolahan ini dilakukan
secara khusus tergantung jenis bahan polutan yang ada. Beberapa alat yang biasa
digunakan untuk pengolahan tersier adalah saringan pasir, saringan multimedia,
vacum filter, penyerapan, dll.
Pembunuhan Kuman (Desinfektion)
Pembuhunah bakteri bertujuan untuk mengurangi atau membunuh mikroorganisme
patogen yang ada dalam air limbah. Bahan kimia biasanya digunakan dalam proses ini
seperti clorin.
Pembuangan Lanjutan (Ultimate Disposal)
Dari pengolahan air limbah biasanya dihasilkan lumpur. Lumpur tersebut perlu diolah
lebih lanjut untuk menghilangkan tingkat polutannya dan kemudian dapat
dimanfaatkan atau dibuang ke lingkungan. Beberapa proses pengolahan lumpur
adalah pemekatan, penstabilan, pengurangan air, dan pengeringan.
2. Untuk menentukan teknik pengolahan dan desain Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL) diperlukan beberapa informasi terkait proses produksi atau pengolahan yang
dilakukan, karakteristik air limbah yang dihasilkan dan baku mutu air limbah yang
menjadi acuan penataan.
Proses Produksi
Proses produksi akan menentukan karakteristik limbah yang dihasilkan. Dengan
bahan baku yang sama, nakun proses produksi yang berlainan, maka akan dihasilkan
limbah yang berlainan pula. Dengan demikian, proses produksi menjadi informasi
awal mengenai potensi limbah yang dihasilkan.
Karakteristik Air Limbah
Karakteristik air limbah perlu dikenal karena hal ini akan menentukan cara
pengolahan yang tepat sehingga tidak mencemari lingkungan hidup. Secara garis
besar karakteristik air limbah yang diperlukan untuk mendesain IPAL meliputi
karakterisitik fisik, biologis dan bakteriologis, kimia dan debit.
Karakteristik Fisik
Air limbah sebagian besar terdiri dari air dan sebagian kecil terdiri dari bahan-bahan
padat dan suspensi. Karakterisitik fisik dalam air limbah yang diperlukan untuk
pengelolaan dan pengolahan air limbah meliputi suhu, pH, padatan tersusupensi,
padatan terlarut, dan warna.
Karakteristik Biologis dan Bakteriologis
Kandungan biologi dan bakteriologis terdapat juga dalam air limbah tergantung
darimana sumbernya namun keduanya tidak berperan dalam proses pengolahan air
limbah. Mikroorganisme dan bakteri pada air limbah dapat berupa eucaryotes
(tanaman biji, spora, lumut), eubacteria, dan archaebacteria. Yang paling berbahaya
adalah bakteri colli (E-colli dan Streptococci). Baktericolli berasal dari usus manusia
dan makluk hidup lain (ayam, sapi, itik, babi). Selain itu pada air limbah juga
ditemukan ganggang (fitoplankton) yang hidup dengan memanfaatkan nutrien serta
jamur yang bermanfaat dalam menguraikan senyawa karbon.
Karakteristik Kimiawi
Pada umumnya, dalam air limbah pengolahan pangan, bahan kimia yang
membutuhkan oksigen berada dalam bentuk terlarut, sedangkan dalam limbah
peternakan sebagian besar terdapat dalam bentuk partikulat.
Debit
Karakteristik lainnya yang digunakan untuk pengolahan air limbah adalah debit atau
jumlah aliran air per satuan waktu. Satuan waktu dalam penghitungan aliran air yang
digunakan dapat dalam hitungan detik, menit, atau jam, atau juga dapat berupa debit
sesaat, harian atau mingguan. Informasi mengenai debit dan mutu limbah yang
dikeluarkan diperlukan untuk merancang fasilitas yang diperlukan untuk mengelola
pengeluaran yang konstan atau sewaktu-waktu, yang disebabkan karena sifat musiman
dari pengolahan buah dan sayuran, serta sifat limbah peternakan.
3. Teknik dan pengujian sampel untuk beberapa parameter penting dalam menentukan
teknik pengolahan dan desain IPAL adalah sebagai berikut:
4. Desain Instalasi Pengolahan Air Limbah ditentukan oleh beberapa faktor yaitu:
Debit Air Limbah
Desain IPAL dipengaruhi oleh debit air limbah yang dihasilkan, karena debit
digunakan sebagai penentuan volume unit-unit pengolahan air limbah. Bila debitnya
besar maka volume unit pengolahannya harus dibuat besar untuk dapat menampung
air limbah tersebut. Terlebih lagi bila akan digunakan unit pengolahan yang
membutuhkan waktu tinggal, maka perhitungan volume unit pengolahannya dikalikan
dengan waktu tinggalnya.
Industri yang beroperasi hanya pada waktu tertentu saja akan menghasilkan air limbah
hanya pada waktu tersebut. Biasanya air limbah yang dihasilkan hanya sesaat namun
dalam jumlah yang besar.
Secara umum parameter pencemar atau karakteristik air limbah ditentukan oleh jenis
bahan baku yang digunakan dan proses yang dilakukan. Bila bahan baku yang
digunakan adalah bahan organik maka limbah yang digunakan akan memiliki
kandungan bahan organik, demikian juga bila industri tersebut menggunakan bahan
kimia dalam proses produksinya, amaka dalam air limbahnya akan ditemui kandungan
bahan kimia tersebut dalam ikatan aslinya atau ikatan dengan bahan kimia lainnya.
Beberapa kegiatan agroindustri seperti pengolahan kelapa sawit, karet, dan gula
memiliki lahan yang cukup luas karena biasanya berlokasi di dekat perkebunannya.
Namun demikian, agroindustri seperti pengolahan susu, kedelai, rumah potong hewan
dll karena berlokasi di perkotaan atau dekat perkotaan memiliki lahan yang minim
untuk penggunaan instalasi pengolahan air limbah.
Ketersediaan Biaya
Pembangunan (konstruksi), operasional dan perawatan IPAL membutuhkan
pembiayaan yang tidak murah. Terdapat bangunan atau unit pengolahan yang terbuat
dari semen (bak penyaringan, bak pengendapan, biogas, bak kontrol, bak pengering
lumpur, dll), terbuat dari besi (trickling filter, RBC, anaerobic digester, dll), dan
terbuat dari plastik atau fiber (biogas).
Selain itu terdapat unit pengolahan yang tidak membutuhkan peralatan penunjang
namun ada pula yang membutuhkan peralatan penunjang mekanik dan elektrik.
Peralatan penunjang ini membutuhkan pembiayaan dalam pembangunan, operasional
dan perawatannya. Biaya operasional dapat berupa biaya untuk membeli bahan yang
diperlukan dalam proses IPAL (koagulan, kapur, aktivator, dll), membayar biaya
energi (listrik atau energi lainnya), membayar tenaga kerja dan biaya uji laboratorium.