Anda di halaman 1dari 11

Nama : Muhammad Rivaldo Hanitama

NIM : 061740421866

Kelas : 6KIB

Mata Kuliah : Perancangan Pabrik Kimia

PROPAGASI

A. Latihan dan Diskusi (Propagasi vertical dan Horizontal)

1. Bandingkan pengolahan air limbah untuk industri skala kecil dan besar?
2. Beri contoh-contoh cara pengolahan air limbah yang Anda ketahui!

B. Pertanyaan (Evaluasi Mandiri)

1. Bagaimana tahapan pengolahan air limbah ?


2. Sebutkan data apa saja yang perlu diketahui untuk membangun IPAL?
3. Bagaimanakah Teknik Pengujian Sampel pada IPAL ?
4. Sebutkan dan Jelaskan komponen yang harus diperhatikan dalam mendesain IPAL!

JAWAB:

A.

1. Limbah merupakan hasil buangan sisa industri yang mengandung berbagai macam
kandungan berbahaya dan tak berguna. Oleh karena itu wajib bagi para pelaku
industri untuk mengolah limbahnya terlebih dahulu agar layak dibuang ke
lingkungan. Namun terdapat perbedaan antara pengolahan air limbah pada industri
skala kecil dan besar.

Berikut diuraikan beberapa metode atau sistem pengolahan limbah cair yang sesuai
untuk limbah cair industri skala kecil, meliputi: (a) sistem lumpur aktif (b) sistem
trikling filter, (c) sistem RBC (Rotating Biolocal Disk), (d) sistem SBR (Sequencing
Batch Reactor), (e) kolam oksidasi, (f) sistem UASB, dan (e) septik tank. Kedua
sistem terakhir ini termasuk dalam kategori pengolahan limbah cair secara anaerobik.
a. Sistem lumpur aktif
Pada dasarnya sistem lumpur aktif terdiri atas dua unit proses utama, yaitu bioreaktor
(tangki aerasi) dan tangki sedimentasi. Dalam sistem lumpur aktif, limbah cair dan
biomassa dicampur secara sempurna dalam suatu reaktor dan diaerasi. Pada
umumnya, aerasi ini juga berfungsi sebagai sarana pengadukan suspensi tersebut.
Suspensi biomassa dalam limbah cair kemudian dialirkan ke tangki sedimentasi~
dimana biomassa dipisahkan dari air yang telah diolah.

b. Sistem trickling filter


Trickling filter terdiri atas tumpukan media padat dengan kedalaman sekitar 2 m,
umumnya berbentuk silinder. Limbah cair disebarkan ke permukaan media bagian
atas dengan lengan distributot berputar, dan air kemudian mengalir (menetes) ke
bawah melalui lapisan media. Polutan dalam limbah cair yang mengalir melalui
permukaan media padat akan terabsorps oleh miikrooreanisme yang tumbuh dan
berkembang pada permukaan media padat tersebut. Setelah mencapai ketebalan
tertentu, biasanya lapisan biomassa ini terbawa aliran limbah cair ke bagian bawah.
Limbah cair di bagian bawah dialirkan ke tangki sedimentasi untuk memisahkan
biomassa.

c. RBC (Rotating Biolocal Contactor)


Sistem RBC terdiri atas deretan cakram yang dipasang pada as horisontal dengan
jarak sekitar 4 cm. Sebagian dari cakram tercelup dalam limbah cair, dan sebagian
lagi kontak dengan udara. Pada saat as diputar, permukaan cakram secara bergantian
kontak dengan limbah cair dan kemudian kontak dengan udara. Akibatnya,
mikroorganisme tumbuh pada permukaan cakram sebagai lapisan biologis (biomasa),
dan mengabsorpsi bahan organik dalam limbah cair.

d. SBR (Sequencing Batch Reactor)


Sistem SBR adalah suatu sistem lumpur aktif yang dioperasikan secara curah (batch).
Satuan proses dalam sistem SBR identik dengan satuan proses dalam sistem lumpur
aktif, yaitu aerasi dan sedimentasi untuk memisahkan biomassa. Pada sistem lumpur
aktif, kedua proses tersebut berlangsung dalam dua tanki yang berdan, sedangkan
pada SBR berlangsung secara bergantian pada tanki yang sama.

e. Sistem Kolam (Kolam Oksidasi)


Sistem kolam (pola sistem) atau sering disebut juga sebagai kolam oksidasi
merupakan salah satu sistem pengolahan limbah cair tertua, dan merupakan
perkembangan dari cara pembuangan limbah cair secara langsung ke badan air. Pada
sistem kolam. konsentrasi mikroorganisme relatif kecil, suplai oksigen dan
pengadukan berlangsung secara alami, sehingga proses perombakan bahan organik
berlangsung relatif lama dan pada area yang luas.

f. UASB (Up-flow Anaerobic Sludge Blanket)


UASB (Up-flow Anaerobic Sludge Blanket) merupakan salah jenis reaktor anaerobik
yang paling banyak- diterapkan untuk pengolahan berbagai Jenis limbah cair. Berbeda
dengan proses aerobik, dimana bahan organik dikonversi menjadi produk akhir
berupa karbon dioksida dan air, pada proses anaerobik sebagai produk adalah gas
metana dan karbon dioksida.

g. Septik Tank
Sistem septik tank merupakan salah satu cara pengolahan limbah cair yang paling
sederhana. Dalam sistem septik tank proses perombakan limbah cair berlangsung
dalam kondisi anaerobik. Sistem septik tank harus dilengkapi dengan fasilitas untuk
peresapan efluen.

Sedangkan, untuk industri skala besar umumnya melalui beberapa tahapan, selain
karena volume limbah yang lebih besar, namun pada jenis limbah pada industri skala
besar juga memiliki kadar komposisi dan tingkat limbah terkandung yang lebih tinggi.

Pengolahan Awal atau Pra Pengolahan


Tujuan dari proses pengolahan awal ialah untuk membuang material dan bahan-bahan
yang kasar dan padat yang ditemukan pada effluent air limbah mentah. Pembuangan
bahan-bahan ini diperlukan untuk meningkatkan efektivitas kegiatan operasional dan
meminimalisir usaha yang dilakukan dalam merawat dan memperbaiki peralatan yang
digunakan dalam tahapan pengolahan selanjutnya. Kegiatan pengolahan awal ini
umumnya meliputi penyaringan bahan kasar (coarse screening), pembuangan kotoran
(grit removal), dan, dalam beberapa kasus, kominusi atau pengurangan ukuran
(comminution) material limbah yang berukuran besar.

Pengolahan Primer
Tujuan dari proses pengolahan primer ialah untuk membuang bahan-bahan padat,
baik yang organik maupun anorganik, dengan teknik sedimentasi, serta untuk
membuang bahan-bahan yang terapung dalam limbah dengan teknik skimming. Kira-
kira sebanyak 25%-50% Kebutuhan Oksigen Biokimia (Biochemical Oxygen
Demand - BOD5), 50%-70& dari padatan tersuspensi total (total suspended solids),
dan 65% dari minyak dan gris (grease) yang ada dalam air limbah akan dibuang
dalam proses pengolahan primer. Beberapa zat yang berasal dari makhluk hidup,
seperti nitrogen dan fosfor, serta logam berat yang tergolong dalam benda padat juga
turut dibuang dalam proses sedimentasi primer. Namun, zat koloid sisa dan bahan-
bahan terlarut lainnya tidak terpengaruh oleh proses ini.
Pengolahan Sekunder
Tujuan dari proses pengolahan sekunder setelah menerima effluent dari proses
pengolahan primer adalah membuang bahan organik dan bahan padat tersuspensi
lainnya yang masih tertinggal. Tahapan ini meliputi pembuangan bahan organik
koloid dan terlarut yang dapat terdegradasi secara biologis (biodegradable) dengan
menggunakan proses pengolahan biologis secara aerobik. Pengolahan biologis
aerobik ini terjadi saat ada bakteri aerobik yang menggunakan oksigen untuk
mengubah bahan organik yang ada di dalam air limbah menjadi energi (proses
metabolisme), sehingga dapat menghasilkan lebih banyak mikroorganisme dan bahan
anorganik sebagai hasil akhir (yang paling utama ialah CO2, NH3, dan H2O).

Dalam suatu kondisi di mana terdapat konsentrasi tinggi kebutuhan oksigen kimia
(chemical oxygen demand - COD), misalnya > 3.000 ppm, proses pencernaan secara
anaerobik lebih umum digunakan dalam proses pengolahan sekunder. Dalam proses
pencernaan ini, bakteri anaerobik dan fakultatif mengubah bahan organik yang ada di
dalam lumpur limbah (sludge) menjadi energi (proses metabolisme), sehingga akan
mengurangi volume pembuangan akhir, menstabilkan limbah, dan meningkatkan sifat
pengeringannya (dewatering). Proses tersebut dilakukan dalam tangki tertutup
(disebut juga anaerobic digesters) sedalam 7 sampai 14 m. Waktu yang diperlukan
bakteri dalam tangki tersebut berbeda-beda, dari 1 hari hingga 60 hari atau lebih
dihitung dalam standard-rate digesters. Gas yang dihasilkan selama proses ini
memiliki kandungan metana sebesar 60 hingga 65% dan dapat dimanfaatkan kembali
sebagai sumber energi.

Pengolahan Tersier
Pengolahan tersier merupakan pengolahan tambahan yang dilakukan setelah
pengolahan sekunder. Proses ini membuang lebih dari 99% zat lain (impurities) dalam
air limbah, sehingga menghasilkan air hasil limbah yang paling baik kualitasnya.
Teknologi yang digunakan dalam proses ini sangatlah mahal dan membutuhkan
operator pabrik pengolahan yang berpengalaman dan berpengetahuan teknis yang
mumpuni.

Pengeringan
Bahan-bahan padat-biologis (bio-solids) yang diperoleh dari proses pengolahan
limbah harus dikeringkan untuk mengurangi volumenya serta mengefisiensikan biaya
pembuangan. Seperti yang diperlukan dalam proses pengolahan, limbah (sludge)
tersebut dapat dibuang untuk kemudian diolah kembali melalui unit pengering
seperti belt filter presses dan centrifuges. Bahan kimia lainnya juga dapat digunakan
untuk menjamin kandungan kelembapan pada cake (lumpur dengan konsentrasi
padatan yang tinggi) berada pada titik terendah.
Berdasarkan tahapannya pengolahan limbah pada industri berskala besar lebih
memiliki tahapan yang lebih kompleks dan membutuhkan peralatan dan bahan yang
lebih banyak dibandingkan dengan pengolahan limbah pada industri berskala kecil.
Sedangkan pada industri kecil hanya cukup melalui satu tahapan yang dapat
menggunakan 1 alat sederhana. Namun pada skala industri kecil juga masih terkadang
mengabaikan pengolahan air limbah, kebanyakan dari pelaku industri skala kecil
hanya menerapkan pengolahan limbah yang dapat dikatakan sangat minim bahkan
juga masih terdapat beberapa industri kecil yang benar-benar tidak melakukan
pengolahan limbah.

2. Pengolahan air limbah secara Fisika


 Screening (penyaringan) untuk proses pemisahan padatan tak terlarut yg bentuknya
cukup besar.
 Comminution utk menghancurkan atau mereduksi padatan yg tdk seragam menjadi
bagian yg lebih kecil dan seragam dengan comminutor.
 Flow Equalisation (penyeragaman aliran) untuk membuat kecepatan aliran konstan
dg bak equalisasi.
 Mixing (Pencampuran) dilakukan jika dikombinasikan dengan penambahan bahan
kimia dengan menggunakan hidraolik air atau tangki.
 Penggumpalan untuk memperbesar ukuran partikel tak terlarut sehingga menjadi
lebih berat dan mudah mengendap di dasar sehingga pemisahan padatan tidak
terlarut lebih mudah melalui pada proses berikutnya (pengendapan)
 Pengendapan (sedimentasi) utk memisahkan partikel-partikel tersuspensi yang
lebih berat dari air sehingga kotoran-kotoran mengendap dengan gaya beratnya
sendiri (gaya gravitasi)
 Pengapungan (Flotation) utk pemisahan padatan dari air. Ini diperlukan jika
densitas partikel lebih kecil dibanding densitas air sehingga cenderung mengapung,
sehingga perlu ditambahkan gaya ke atas dengan memasukkan udara ke dalam air.
Misal dalam proses pemisahan lemak dan minyak.
 Filtrasi (penyaringan) utk proses pengolahan limbah yang masih mengandung zat-
zat tersuspensi dengan melalui suatu media seperti pasir atau kerikil dg ukuran
tertentu.
Pengolahan secara kimia
 Pengendapan seraca kimia, yaitu pengolahan dengan menambahkan bahan kimia
pengendap (alum ferrous sulfate) utk mengubah bentuk fisik padatan dan
tersuspensi sehingga mudah dipisahkan
 Perpindahan gas adalah proses perpindahan dari fase gas ke fase lain biasanya ke
cair, misalnya pada proses aerob dengan aerator
 Adsorbsi merupakan proses pengambilan suatu bahan terlarut diantara dua
permukaan dari dalam larutan, misalnya dengan karbon aktif.
 Desinfeksi yaitu dengan menambahkan bahan kimia seperti chlorine, dengan
pemanasan, radiasi dll untuk menghambat aktifitas organisme pathogen
 Dechlorinasi yaitu penghilangan sisa chlorine setelah proses chlorinasi dengan
menggunakan karbon aktif atau sodium sulfite.
Pengolahan secara biologis
 Pengolahan secara aerob, bahan-bahan organik dalam limbah cair dapat
diuraikan/dipecah oleh mikroorganisme aerob menjadi bahan yang tidak
mencemari, dimana pemecahan ini berlangsung dalam suasana aerob.
 Pengolahan secara anaerob dengan peran mikroorganisme yang bersifat anaerob
 Pengolahan secara fakultatif dengan peran bakteri yang bersifat fakultatif, yaitu dpt
berfungsi sebagai organisme aerob bila ada oksigen dan sebagai organisme
anorganik bila tidak ada oksigen.
B.

1. Sebagian besar limbah cair industri dapat ditangani dengan mudah dengan sistem
biologis, karena polutan utamanya berupa bahan organik, seperti karbohidrat, lemak,
protein, dan vitamin. Polutan tersebut umumnya dalam bentuk tersuspensi atau
terlarut.
Sebelum dibuang, ke lingkungan, limbah cair industri harus diolah untuk melindungi
keselamatan masyarakat dan kualitas lingkungan. Tujuan dasar pengolahan limbah
cair adalah untuk menghilangkan sebagian besar padatan tersuspensi dan bahan
terlarut, kadang-kadang juga untuk penyisihan unsur hara (nutrien) berupa nitrogen
dan fosfor.

Dengan demikian setiap unit bangunan/instalasi pengolahan air limbah akan ada
perbeda tahapan dan jenis proses yang dipilih.
Pengolahan Pendahuluan (Pre Treatment)
Pengolahan pendahuluan ditujukan untuk menyaring benda terapung dan
mengendapkan benda yang berukuran besar seperti sampah, lemak, kerikil atau pasir.
Tahap selanjutnya adalah melakukan penyeragaman kondisi air limbah (equalization)
yang meliputi debit dan keasaman air limbah.
Pengolahan Primer (Primary Treatment)
Pengolahan primer bertujuan untuk menghilangkan zat padat tersuspensi melalui
pengendapan (sedimentatio) atau pengapungan (flotation). Proses pengendapan tahap
pertama ini masih sederhana karena partikel-partikel yang ada diendapkan dengan
cara gravitasi. Bahan kimia dapat digunakan untuk membantu proses pengendapan
tersebut. Pengendapan biasanya dilakukan pada bak atau kolam pengendapan yang
secara periodik dibersihkan endapannya.
Pengolahan Sekunder (Secondary Treatment)
Pengolahan sekunder bertujuan untuk mengurangi kadar bahan organik dalam air
limbah dengan menggunakan proses biologi seperti lumpur aktif, trickling filter
anaerobic digester, biogas, dll. Terdapat dua hal penting dalam proses ini adalah
penambahan oksigen dan pertumbuhan bakteri.
Pengolahan Tersier (Tertiary Treatment)
Pengolahan tersier dilakukan apabila setelah pengolahan pertama dan kedua masih
banyak bahan polutan yang terdapat dalam air limbah. Pengolahan ini dilakukan
secara khusus tergantung jenis bahan polutan yang ada. Beberapa alat yang biasa
digunakan untuk pengolahan tersier adalah saringan pasir, saringan multimedia,
vacum filter, penyerapan, dll.
Pembunuhan Kuman (Desinfektion)
Pembuhunah bakteri bertujuan untuk mengurangi atau membunuh mikroorganisme
patogen yang ada dalam air limbah. Bahan kimia biasanya digunakan dalam proses ini
seperti clorin.
Pembuangan Lanjutan (Ultimate Disposal)
Dari pengolahan air limbah biasanya dihasilkan lumpur. Lumpur tersebut perlu diolah
lebih lanjut untuk menghilangkan tingkat polutannya dan kemudian dapat
dimanfaatkan atau dibuang ke lingkungan. Beberapa proses pengolahan lumpur
adalah pemekatan, penstabilan, pengurangan air, dan pengeringan.

2. Untuk menentukan teknik pengolahan dan desain Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL) diperlukan beberapa informasi terkait proses produksi atau pengolahan yang
dilakukan, karakteristik air limbah yang dihasilkan dan baku mutu air limbah yang
menjadi acuan penataan.
Proses Produksi
Proses produksi akan menentukan karakteristik limbah yang dihasilkan. Dengan
bahan baku yang sama, nakun proses produksi yang berlainan, maka akan dihasilkan
limbah yang berlainan pula. Dengan demikian, proses produksi menjadi informasi
awal mengenai potensi limbah yang dihasilkan.
Karakteristik Air Limbah
Karakteristik air limbah perlu dikenal karena hal ini akan menentukan cara
pengolahan yang tepat sehingga tidak mencemari lingkungan hidup. Secara garis
besar karakteristik air limbah yang diperlukan untuk mendesain IPAL meliputi
karakterisitik fisik, biologis dan bakteriologis, kimia dan debit.
Karakteristik Fisik
Air limbah sebagian besar terdiri dari air dan sebagian kecil terdiri dari bahan-bahan
padat dan suspensi. Karakterisitik fisik dalam air limbah yang diperlukan untuk
pengelolaan dan pengolahan air limbah meliputi suhu, pH, padatan tersusupensi,
padatan terlarut, dan warna.
Karakteristik Biologis dan Bakteriologis
Kandungan biologi dan bakteriologis terdapat juga dalam air limbah tergantung
darimana sumbernya namun keduanya tidak berperan dalam proses pengolahan air
limbah. Mikroorganisme dan bakteri pada air limbah dapat berupa eucaryotes
(tanaman biji, spora, lumut), eubacteria, dan archaebacteria. Yang paling berbahaya
adalah bakteri colli (E-colli dan Streptococci). Baktericolli berasal dari usus manusia
dan makluk hidup lain (ayam, sapi, itik, babi). Selain itu pada air limbah juga
ditemukan ganggang (fitoplankton) yang hidup dengan memanfaatkan nutrien serta
jamur yang bermanfaat dalam menguraikan senyawa karbon.
Karakteristik Kimiawi
Pada umumnya, dalam air limbah pengolahan pangan, bahan kimia yang
membutuhkan oksigen berada dalam bentuk terlarut, sedangkan dalam limbah
peternakan sebagian besar terdapat dalam bentuk partikulat.
Debit
Karakteristik lainnya yang digunakan untuk pengolahan air limbah adalah debit atau
jumlah aliran air per satuan waktu. Satuan waktu dalam penghitungan aliran air yang
digunakan dapat dalam hitungan detik, menit, atau jam, atau juga dapat berupa debit
sesaat, harian atau mingguan. Informasi mengenai debit dan mutu limbah yang
dikeluarkan diperlukan untuk merancang fasilitas yang diperlukan untuk mengelola
pengeluaran yang konstan atau sewaktu-waktu, yang disebabkan karena sifat musiman
dari pengolahan buah dan sayuran, serta sifat limbah peternakan.

3. Teknik dan pengujian sampel untuk beberapa parameter penting dalam menentukan
teknik pengolahan dan desain IPAL adalah sebagai berikut:

Kebutuhan oksigen biokimia (Biochemical Oxygen Demand = BOD)


Uji BOD adalah salah satu metode analisis yang paling banyak digunakan dalam
penanganan limbah dan pengendalian polusi. Uji ini mencoba menentukan kekuatan
polusi dari suatu limbah dalam pengertian kebutuhan mikroba akan oksigen dan
merupakan ukuran tak langsung dari bahan organik dalam air limbah. Uji BOD
distandarisasi pada periode 5 hari, suhu 200 C. Sampel disimpan dalam botol yang
kedap udara. Stabilisasi yang sempurna dapat membutuhkan waktu lebih dari 100 hari
pada suhu 200C. Periode inkubasi yang lama ini tidak praktis untuk penentuan rutin.

Kebutuhan oksigen secara kimia (Chemical Oxygen Demand=COD)


Uji COD adalah suatu pembakaran kimia secara basah dari bahan organik dalam
sampel. Larutan asam dikromat (K2Cr2O7) digunakan untuk mengoksidasi bahan
organik pada suhu tinggi. Berbagai prosedur COD yang menggunakan waktu reaksi
dari 5 menit sampai 2 jam dapat digunakan. Metode ini dapat dilakukan lebih cepat
dari uji BOD. Oleh karena uji COD merupakan analisis kimia, uji ini juga mengukur
senyawa-senyawa organik yang tidak dapat dipecah seperti pelarut pembersih dan
bahan yang dapat dipecah secara biologik seperti yang diukur dalam uji BOD.

Karbon organik total (Total Organik Carbon = TOC)


Karbon organik total (TOC) mengukur semua bahan yang bersifat organik. TOC
diukur dengan konversi karbon organik dalam air limbah secara oksidasi katalitik
pada suhu 9000 C menjadi karbon dioksida. Metode pengukuran polusi ini cepat (5-10
menit) dan dapat diulang, memberikan perkiraan kadar karbon organik dari air limbah
secara cepat. Nilai TOC sangat berkorelasi dengan uji-uji BOD5 standar dan COD,
bila limbah relatif seragam. Uji BOD dan COD menggunakan pendekatan oksigen,
TOC menggunakan pendekatan karbon. Senyawa-senyawa yang dianalisis dalam uji
TOC, seperti selulosa, hanya memecah secara lambat dalam lingkungan alamiah.
Nilai TOC akan berubah bila limbah diberi penanganan dengan berbagai metode.
Kebutuhan oksigen total (Total Oxygen Demand = TOD)
Kebutuhan oksigen total (TOD) dari suatu bahan didefinisikan sebagai jumlah
oksigen yang dibutuhkan untuk pembakaran semua bahan pada suhu 9000C
menggunakan katalis Platinum. Proses mengoksidasi semua bahan organik dan bahan
anorganik yang tidak teroksidasi sempurna. Kebutuhan oksigen dari karbon,
hydrogen, nitrogen, dan sulfur dalam suatu contoh air limbah diukur dengan metode
ini.

Residu dalam limbah cair


Residu dalam air limbah dapat berupa padatan terendapkan dan padatan tersuspensi
total. Padatan terendapkan adalah padatan dalam limbah cair yang mengendap pada
dasar dalam limbah cair yang mengendap pada dasar dalam waktu 1 jam. Padatan ini
biasanya diukur dalam kerucut Imhoff berskala dan dilaporkan sebagai ml padatan
terendap per liter. Padatan terendap merupakan indikator jumlah padatan limbah yang
akan mengendap dalam alat penjernih dan kolam pengendapan. Penetapan endapan ini
mudah dilakukan dan berguna bila akan merancang sistem penanganan pengendapan.
Padatan tersuspensi total kadang kadang disebut residu yang tidak dapat disaring,
ditetapkan dengan cara menyaring sejumlah volume air limbah melalui filter
membran. (tikar gelas fiber) dalam cawan gouch. Berat kering dari padatan
tersuspensi total diperoleh setelah satu jam pada suhu 103-1050C.

Padatan terlarut total


Padatan terlarut total ditetapkan dalam berat contoh yang telah disaring dan
dievaporasi atau sebagai perbedaan antara berat residu setelah evaporasi dan berat
padatan tersuspensi total. Oleh karena larutan ini sulit dihilangkan dari air limbah,
maka pengetahuan mengenai padatan terlarut total adalah penting bila menangani air
limbah.

4. Desain Instalasi Pengolahan Air Limbah ditentukan oleh beberapa faktor yaitu:
Debit Air Limbah
Desain IPAL dipengaruhi oleh debit air limbah yang dihasilkan, karena debit
digunakan sebagai penentuan volume unit-unit pengolahan air limbah. Bila debitnya
besar maka volume unit pengolahannya harus dibuat besar untuk dapat menampung
air limbah tersebut. Terlebih lagi bila akan digunakan unit pengolahan yang
membutuhkan waktu tinggal, maka perhitungan volume unit pengolahannya dikalikan
dengan waktu tinggalnya.

Aliran Air Limbah


Industri yang beroperasi sepanjang waktu akan menghasilkan aliran air limbah yang
terus menerus. Biasanya air limbah berasal dari setiap unit produksi dalam jumlah
yang beragam. Untuk jenis aliran seperti ini dapat didesain bak pengatur aliran dan
keseragaman kualitas air limbah sebelum masuk ke unit pengolahan utama. Bak ini
disebut bak equalisasi yang dapat pula dilengkapi dengan pembubuh bahan kimia
untuk mengkondisikan sifat air limbah yang diinginkan.

Industri yang beroperasi hanya pada waktu tertentu saja akan menghasilkan air limbah
hanya pada waktu tersebut. Biasanya air limbah yang dihasilkan hanya sesaat namun
dalam jumlah yang besar.

Parameter Pencemar (Karakteristik) Air Limbah


Setiap industri memiliki parameter pencemar yang berlainan hal ini terkait dengan
penggunaan bahan baku dan proses produksi yang juga berlainan. Bahkan, industri
sejenispun dapat memiliki karakteristik air limbah yang tidak sama karena
penanganan bahan dan penggunaan air yang tidak serupa.

Secara umum parameter pencemar atau karakteristik air limbah ditentukan oleh jenis
bahan baku yang digunakan dan proses yang dilakukan. Bila bahan baku yang
digunakan adalah bahan organik maka limbah yang digunakan akan memiliki
kandungan bahan organik, demikian juga bila industri tersebut menggunakan bahan
kimia dalam proses produksinya, amaka dalam air limbahnya akan ditemui kandungan
bahan kimia tersebut dalam ikatan aslinya atau ikatan dengan bahan kimia lainnya.

Baku Mutu Air Limbah


Baku mutu air limbah adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemar dan/atau jumlah
unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam air limbah yang akan dibuang
atau dilepas ke dalam sumber air dari suatu usaha dan/atau kegiatan Pada baku mutu
air limbah diatur beberapa hal terkait kadar bahan pencemar, kuantitas dan beban
pencemaran daam air limbah yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan.

Secara umum, gabungan beberapa unit pengolahan berupa penyaringan, pengendapan,


pengolahan biologi dan pemanfaatan lumpur (sludge) serta pemanfaatan gas/energi
dapat dijadikan pilihan untuk instalasi pengolahan air limbah kegiatan agroindustri.

Ketersediaan Lahan atau Ruang


Besarnya lahan atau ruang bagi instalasi pengolahan air limbah ditentukan oleh
beberapa faktor sebagai berikut: volume limbah yang dihasilkan, kadar dan
keragaman bahan pencemaran air limbah dan pilihan jenis unit pengolahan air limbah.

Beberapa kegiatan agroindustri seperti pengolahan kelapa sawit, karet, dan gula
memiliki lahan yang cukup luas karena biasanya berlokasi di dekat perkebunannya.
Namun demikian, agroindustri seperti pengolahan susu, kedelai, rumah potong hewan
dll karena berlokasi di perkotaan atau dekat perkotaan memiliki lahan yang minim
untuk penggunaan instalasi pengolahan air limbah.

Ketersediaan Biaya
Pembangunan (konstruksi), operasional dan perawatan IPAL membutuhkan
pembiayaan yang tidak murah. Terdapat bangunan atau unit pengolahan yang terbuat
dari semen (bak penyaringan, bak pengendapan, biogas, bak kontrol, bak pengering
lumpur, dll), terbuat dari besi (trickling filter, RBC, anaerobic digester, dll), dan
terbuat dari plastik atau fiber (biogas).

Selain itu terdapat unit pengolahan yang tidak membutuhkan peralatan penunjang
namun ada pula yang membutuhkan peralatan penunjang mekanik dan elektrik.
Peralatan penunjang ini membutuhkan pembiayaan dalam pembangunan, operasional
dan perawatannya. Biaya operasional dapat berupa biaya untuk membeli bahan yang
diperlukan dalam proses IPAL (koagulan, kapur, aktivator, dll), membayar biaya
energi (listrik atau energi lainnya), membayar tenaga kerja dan biaya uji laboratorium.

Anda mungkin juga menyukai