Anda di halaman 1dari 14

Perawatan Luka Modern

PERAWATAN LUKA KANKER

Kanker adalah pertumbuhan sel yang tidak normal yang menyerang organ dengan
cepat sehingga fungsinya hancur dan menyebabkan kematian. Kanker menjadi salah satu
penyakit yang paling ditakuti masyarakat, apalagi kanker yang sudah metastase dan
menimbulkan luka kanker. Kanker dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti pola hidup
yang tidak sehat dan juga faktor genetik dan lingkungan. Pada era globalisasi inilah kasus
penyakit kanker kian meningkat akibat pola hidup dan lingkungan yang tidak sehat.

Beberapa dekade ini penyakit kanker semakin meningkat. Negara Indonesia dan beberapa
Negara di dunia tiap tahun kasus kanker terus meningkat, mulai dari yang tertinggi kanker
payudara, kanker leher rahim (serviks), kanker paru, kanker usus besar (kolorektal), kanker
prostat, kanker darah, kanker tulang, kanker hati, kanker kulit. Setidaknya di dunia ada lebih
dari 100 jenis kanker Menurut WHO dan Bank Dunia memperkirakan setiap tahun, 12 juta
orang di seluruh dunia menderita kanker dan 7,6 juta di antaranya meninggal dunia (4).

Berdasarkan data Riskesdas, 2007, menurut Prof. Tjandra Yoga, di Indonesia rasio tumor
atau kanker adalah 4,3 per 1000 penduduk (4). Kanker merupakan penyebab kematian nomor
7 (5,7%) setelah stroke, TB, hipertensi, cedera, perinatal dan Diabetes Melitus. Sedangkan
berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2007, kanker payudara
menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di seluruh RS di Indonesia (16,85%),
disusul kanker leher rahim (11,78%) (4,5).

Menurut Dowsett (2002) menyatakan perkiraannya antara 5-10% pada pasien yang
mengalami metastase kanker akan mengalami luka kanker (1). Sedangkan menurut Schwartz
(1995) dalam Schiech (2002) melaporkan jumlah luka kanker 9% dari jumlah pasien kanker.
Luka kanker memiliki karakteristik antara lain; sulit sembuh, banyak slough dan nekrotik,
mudah berdarah, sangat bau, banyak eksudat, infeksius, pingggiran luka mudah teriritasi.
Melihat karakteristik luka kanker maka banyak pasien kanker yang minder (malu) jika
mendapatkan luka kanker.

Oleh karena itu, banyak pasien kanker yang menutup diri dan tidak mau bersosialisasi dengan
lingkungan sekitarnya. Sehingga kualitas hidup pasien kanker juga terganggu.

Peran tenaga kesehatan dalam mengatasi luka kanker dan meningkatkan kualitas hidup pasien
kanker sangatlah penting. Khususnya perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan
mempunyai peran penting menggunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk merawat
luka kanker dan memberikan dukungan psikologis dalam membantu meningkatkan kualitas
hidup pasien. Seorang perawat professional akan mampu memberikan kenyamanan pada
perawatan luka kanker dan mampu melakukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya
untuk meningkatkan kualitas hidup pasien kanker.
PATOFISIOLOGI

Sel kanker akantumbuh terus menerus dan sulit untuk dikendalikan. Sel kanker dapat
menyebar melalui aliran pembuluh darah dan permeabilitas kapiler akan terganggu sehingga
sel kanker dapat berkembang pada jaringan kulit . Sel kanker tersebut akan terus
menginfiltrasi jaringan kulit, menghambat dan merusak pembuluh darah kapiler yang
mensuplai darah ke jaringan kulit. Akibatnya jaringan dan lapisan kulit akan mati (nekrosis)
kemudian timbul luka kanker.

Jaringan nekrosis merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri, baik yang bakteri
aerob atau anaerob. Bakteri tersebut akan menginfeksi dasar luka kanker sehingga
menimbulkan bau yang tidak sedap. Selain itu, sel kanker dan proses infeksi itu sendiri akan
merusak permeabilitas kapiler kemudian menimbulkan cairan luka (eksudat) yang banyak. 
Cairan yang banyak dapat menimbulkan iritasi sekitar luka dan juga gatal-gatal. Pada
jaringan yang rusak dan terjadi infeksi akan merangsang pengeluaran reseptor nyeri sebagai
respon tubuh secara fisiologis akibatnya timbul gejala nyeri yang hebat. Sel kanker itu sendiri
juga merupakan sel  imatur yang bersifat rapuh dan merusak pembuluh darah kapiler yang
menyebabkan  mudah perdarahan.

Adanya luka kanker, bau yang tidak sedap dan cairan yang banyak keluar akan menyebabkan
masalah psikologis pada pasien. Akhirnya, pasien cenderung merasa rendah diri, mudah
marah/tersinggung, menarik diri dan membatasi kegiatannya. Hal tersebut yang akan
menurunkan kualitas hidup pasien kanker. Maka dari itu peran tenaga kesehatan khususnya
perawat dapat memberikan pelayanan terbaik dalam perawatan luka pasien kanker.

PENATALAKSANAAN

Kanker merupakan penyebab dasar dari luka kanker sehingga tindakan medis yang dilakukan
ditujukan untuk mengurangi tumor dan juga mengurangi ukuran luka kanker dan mengatasi
gejala yang muncul. Penatalaksanaan akan tergantung pada jenis kanker, bagian tubuh yang
dipengaruhi dan bagaiman perkembangan kanker lebih lanjut. Tindakan medis yang umum,
antara lain; radioterapi, kemoterapi, terapi hormonal dan pembedahan.

 Radioterapi; menggunakan high-energy rays yang dapat menghancurkan sel kanker.


Dapat membantu menyusutkan tumor dan mengeringkan cairan luka yang banyak.
Efek sampingnya akan menimbulkan kemerahan sekitar kulit dan menjadi kering.
Gejala tersebut akan hilang setelah beberapa minggu .
 Kemoterapi; menggunakan obat anti kanker untuk menghancurkan sel kanker.
Membantu mengurangi ukuran tumor yang menyebabkan luka dan mengurangi
beberapa gejala.
 Terapi hormonal; mempengaruhi produksi beberapa hormonal penyebab kanker, atau
menghambat kerja dari hormonal dan membantu memperlambat pertumbuhan kanker.
Terapi ini juga dapat memperbaiki beberapa gejala.
 Pembedahan; tergantung ukuran dan posisi tumor, kemungkinan dapat dipindahkan
atau tidak, dapat diambil sebagian atau keseluruhannya dengan pembedahan. Berisiko
terjadinya perdarahan karena sel kanker sering menyebabkan kerusakan pembuluh
darah. Oleh karena itu pembedahan memerlukan persiapan yang matang dari tim
medis.
Manajemen perawatan pasien dengan luka kanker di fokuskan terutama untuk mengendalikan
gejala yang timbul dan mendukung psikologis dari pasien kanker. Saat ini, teknik
konvensional dalam perawatan luka kanker yang menggunakan kompres NaCl 0,9% sudah
mulai ditinggalkan. Perkembangan terbaru perawatan luka menggunakan teknik modern
dressing yang dapat menciptakan lingkungan luka yang lembab sehingga dapat membantu
proses penyembuhan luka. Pada gambar 3 dapat dilihat bahan balutan modern (modern
dressing). Metode TIME (Tissue management, Infection control, Moist balance, dan Edge
advancement) dapat digunakan pada perawatan luka kanker, hanya saja seorang perawat
profesional harus lebih teliti dan hati-hati terutama dalam manajemen jaringan luka kanker.
Manajemen jaringan luka dapat dilakukan dengan cara pembedahan, CSWD, dan autolitik
debridement untuk dapat menghilangkan slough dan jaringan nekrotik pada luka. Khusus
pada perawatan luka kanker, perawat hanya dapat melakukan  manajemen jaringan  dengan
autolitik debridment, karena CSWD akan menyebabkan risiko perdarahan dan begitu juga
pembedahan yang memerlukan persiapan khusus di kamar operasi .

Berikut beberapa tindakan yang dapat dilakukan perawat untuk mengendalikan gejala dalam
perawatan luka kanker;

 Eksudat yang berlebihan; dapat digunakan balutan yang menyerap eksudat banyak
seperti hidroselulosa (Aquacel), foam, gammge dan lainnya. Usahakan balutanyang
digunakan tidak melekat pada luka untuk menghindari perdarahan ketika membuka
balutan. Eksudat juga akan menyebabkan kulit sekitar luka lecet, untuk itu dapat
digunakan film barrier atau cream (zink cream atau metcovazin cream dll).
 Bau tidak sedap; ditimbulkan akibat infeksi bakteri. Balutan yang dapat digunakan
adalah yang mengandung silver yang dapat mengurangi pertumbuhan bakteri, dan
efektif mengontrol bau. Charcoal dressing (Carboflex dll) juga dapat digunakan untuk
mengontrol bau. Jika bahan yang digunakan terlalu mahal maka dapat digunakan
metode alami menggunakan madu asli atau pasta gula yang dapat mencegah
pertumbuhan bakteri (6). Penggunakan aromaterapi untuk lingkungan sekitar juga
dapat membantu mengendalikan bau tidak sedap dan dapat meningkatkan
kenyamanan pasien.
 Nyeri; disebabkan kerusakan saraf akibat kanker atau akibat dressing yang melekat
pada kulit. Obat anti nyeri/ analgetik dapat diberikan sebelum perawatan dan memilih
balutan yang tidak lengket pada luka akan membantu mengurangi nyeri pada pasien
luka kanker.
 Perdarahan; diakibatkan oleh sel kanker yang merusak pembuluh darah kapiler.
Memilih balutan/dressing yang tidak melekat pada luka akan mengurangi resiko
perdarahan ketika membuka balutan. Selain itu juga dapat digunakan balutan yang
mengandung kalsium alginat (kaltostat, suprasorb A, seasorb dll) yang dapat
menghentikan perdarahan minor. Jika perdarahan tidak berhenti maka dapat
digunakan adrenalin dan tekan lembut pada daerah yang perdarahan
 Gatal; disebakan oleh kulit yang meregang dan ujung saraf yang teriritasi oleh kanker.
Dapat diberikan anti histamin, TENS machine ( membantu merangsang otak
mengeluarkan endorphin/painkiller), menggunakan lembaran hidrogel untuk
menghidrasi kulit dan krim mentol
MANAJEMEN WOUND HEALING

Kulit adalah salah satu organ terbesar dalam tubuh. Kulit menutupi tubuh 2 m2, berat sekitar 3
kg atau 15% dari berat badan dan menerima 1/3 suplai sirkulasi darah pada orang dewasa 1.
Kulit mempunyai beberapa fungsi utama yang penting untuk tubuh, yaitu; sebagai pelindung,
sensasi, komunikasi, termoregulasi, sintesis metabolik dan kosmetik 1. Kulit terdiri dari tiga
lapisan utama yaitu; lapisan epidermis, dermis dan hipodermis (subkutan). Adanya suatu
trauma baik itu secara mekanik, kimia, radiasi dan lainnya akan menyebabkan struktur kulit
rusak dan menimbulkan suatu keadaan yang disebut sebagai luka. Pada bagian ini akan
dijelaskan tentang luka dan proses penyembuhan luka serta manajemen luka  dengan
lingkungan lembab (Moist Wound Healing).

PENGERTIAN LUKA

Luka merupakan suatu kerusakan yang abnormal pada kulit yang menghasilkan kematian dan
kerusakan sel-sel kulit. Luka juga dapat diartikan sebagai interupsi kontinuitas jaringan,
biasanya akibat dari suatu trauma atau cedera.

TIPE PENYEMBUHAN LUKA

Luka dapat juga diklasifikasikan berdasarkan dari proses penyembuhan lukanya. Tipe
penyembuhan luka dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu ;

a. Penyembuhan primer

Penyembuhan luka dengan alat bantu seperti jaritan, klip atau tape. Pada penyembuhan
primer ini, kehilangan jaringan minimal dan pinggiran luka ditutup dengan alat bantu.
Menghasilkan skar yang minimal. Misalnya; luka operasi, laserasi dan lainnya.

b. Penyembuhan sekunder

Penyembuhan luka pada tepi kulit yang tidak dapat menyatu dengan cara pengisian jaringan 
granulasi dan kontraksi. Pada penyembuhan ini, terdapat kehilangan jaringan yang cukup
luas, menghasilkan scar lebih luas, dan memiliki resiko terjadi infeksi.  Misalnya pada leg
ulcers, multiple trauma, ulkus diabetik, dan lainnya

c. Penyembuhan primer yang terlambat/ tersier

Ketika luka terinfeksi atau terdapat benda asing dan memerlukan perawatan luka/
pembersihan luka secara intensif maka luka tersebut termasuk penyembuhan primer yang
terlambat. Penyembuhan luka tersier diprioritaskan menutup dalam 3-5 hari berikutnya.
Misalnya luka terinfeksi, luka infeksi pada abdomen dibiarkan terbuka untuk mengeluarkan
drainase sebelum ditutup kembali, dan lainnya.

PROSES PENYEMBUHAN LUKA

Proses penyembuhan luka merupakan proses yang dinamis . Proses ini tidak hanya terbatas
pada proses regenerasi yang bersifat lokal, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh faktor endegon
seperti; umur, nutrisi, imunologi, pemakaian obat-obatan, kondisi metabolik 6. Fase-fase
penyembuhan luka dapat dibagi menjadi tiga yaitu;
1. Fase inflamasi

Fase yang terjadi ketika awal terjadinya luka atau cedera (0-3 hari). Pembuluh kapiler yang
cedera mengalami kontraksi dan trombosis memfasilitasi hemostasis. Iskemik pada luka
melepaskan histamin dan agen kimia vasoaktif lainnya yang menyebabakan vasodilatasi
disekitar jaringan. Aliran darah akan lebih banyak ke daerah sekitar jaringan dan
menghasilkan eritema, pembengkakan, panas dan rasa tidak nyaman seperti rasa sensasi
berdenyut. Respon pertahanan melawan patogen dilakukan oleh PMN (Polimononuklear)
atau leukosit dan makrofag ke daerah luka. PMN akan melindungi luka dari invasi bakteri
ketika makrofag membersihkan debris pada luka.

2. Fase rekontruksi

Fase ini akan dimulai dari hari ke-2 sampai 24 hari (6 minggu). Fase ini dibagi menjadi fase
destruktif dan fase proliferasi atau fibroblastik fase.  Ini merupakan fase dengan aktivitas
yang tinggi yaitu suatu metode pembersihan dan  penggantian jaringan sementara. PMN akan
membunuh bakteri patogen dan makrofag memfagosit bakteri yang mati dan debris dalam
usaha membersihkan luka. Selain itu, makrofag juga sangat penting dalam proses
penyembuhan luka karena dapat menstimulasi fibriblastik sel untuk membuat kolagen

Angiogenesis akan terjadi untuk membangun jaringan pembuluh darah baru. Kapiler baru
yang terbentuk akan terlihat pada kemerahan (ruddy), jaringan granulasi tidak rata atau
bergelombang (bumpy). Migrasi sel epitel terjadi diatas dasar luka yang bergranulasi. Sel
epitel bergranulasi dari tepi sekitar luka atau dari folikel rambut, kelenjar keringat atau
kelejar sebasea dalam luka. Mereka nampak tipis, mengkilap (translucent film) melewati
luka. Sel tersebut sangat rapuh dan mudah dihilangkan dengan sesuatu yang lain daripada
pembersihan dengan hati-hati. Migrasi berhenti ketika luka menutup dan mitosis epetilium
menebal ke lapisan ke 4-5 yang diperlukan untuk membentuk epidermis

Fase kontraksi terjadi selama proses rekontruksi yang menggambarkan tepi luka secara
bersamaan dalam usaha mengurangi daerah permukaan luka, sehingga pengurangan jumlah
jaringan pengganti diperlukan. Kontraksi luka terlihat baik diikuti dengan pelepasan selang
drainase luka. Pada umumnya, 24-48 jam diikuti dengan pelepasan selang drain, tepi dari
sinus dalam keadaan tertutup

3. Fase maturasi

Merupakan fase remodeling, dimana fungsi utamanya adalah meningkatkan kekuatan


regangan pada luka. Kolagen asli akan diproduksi selama fase rekonstruksi yang diorganisir
dengan kekuatan regangan yang minimal. Selama masa maturasi, kolagen akan perlahan-
lahan digantikan dengan bentuk yang lebih terorganisasi, menghasilkan peningkatan kekuatan
regangan. Ini bertepatan dengan penurunan dalam vaskularisasi dan ukuran skar. Fase ini
biasanya membutuhkan waktu antara 24 hari sampai  1 tahun.

Penyembuhan luka adalah suatu proses yang kompleks dengan melibatkan banyak sel.
Proses dasar biokimia dan selular yang sama terjadi dalam penyembuhan semua cedera
jaringan lunak, baik luka ulseratif kronik (dekubitus dan ulkus tungkai), luka traumatis
(laserasi, abrasi, luka bakar atau luka akibat pembedahan .
MANAGEMEN LUKA

Manajemen luka sebelumnya tidak mengenal adanya lingkungan luka yang lembab.
Manajemen perawatan luka yang lama atau dsebut metode konvensional hanya
membersihkan luka dengan normal salin atau ditambahkan dengan iodin povidine, kemudian
di tutup dengan kasa kering. Tujuan manajemen luka ini adalah untuk melindungi luka dari
infeksi . Ketika akan merawat luka di hari berikutnya, kasa tersebut menempel pada luka dan
menyebabkan rasa sakit pada klien, disamping itu juga sel-sel yang baru tumbuh pada luka
juga rusak.

Manajemen luka yang dilakukan tidak hanya melakukan aplikasi sebuah balutan atau
dressing tetapi bagaimana melakukan perawatan total pada klien dengan luka. Manajemen
luka ditentukan dari pengkajian klien, luka klien dan lingkungannya serta bagaimana
kolaborasi klien dengan tim kesehatan. Tujuan dari manajemen luka, yaitu ;

 Mencapai hemostasis
 Mendukung pengendalian infeksi
 Membersihkan (debride) devaskularisasi atau material infeksi
 Membuang benda asing
 Mempersiapkan dasar luka untuk graft atau konstruksi flap.
 Mempertahankan sinus terbuka untuk memfasilitasi drainase
 Mempertahankan keseimbangan kelembaban
 Melindungi kulit sekitar luka
 Mendorong kesembuhan luka dengan penyembuhan primer dan penyembuhan
sekunder

Beberapa dekade ini, metode konvensional sudah tidak digunakan lagi, walaupun masih ada
rumah sakit tertentu terutama di daerah yang jauh dari kota masih menerapkannya.
Manajemen luka yang lama diganti dengan manajemen luka terbaru yang memiliki tujuan
salah satunya yaitu menciptakan lingkungan luka yang lembab untuk mempercepat proses
penyembuhan luka (moist wound healing).

Perkembangan moist wound healing diawali pada tahun 1962 oleh Winter, yang melakukan
penelitian eksperimen menggunakan luka superfisial pada babi 2. Setengah dari luka ini
dilakukan teknik perawatan luka kering dan sebagian ditutupi polythene sehingga lingkungan
luka lembab. Hasilnya menunjukkan bahwa perawatan luka dengan polythene terjadi
epitelisasi dua kali lebih cepat dari pada perawatan luka kering. Hal tersebut menunjukkan
bahwa lingkungan luka yang kering menghalangi sel epitel yang migrasi di permukaan luka,
sedangkan dengan lingkungan lembab sel-sel epitel lebih cepat migrasinya untuk membentuk
proses epitelisasi.

Moist wound healing merupakan suatu metode yang mempertahankan lingkungan luka tetap
lembab untuk memfasilitasi proses penyembuhan luka 1,7. Lingkungan luka yang lembab
dapat diciptakan dengan occlusive dressing/ semi-occlusive dressing8. Dengan perawatan luka
tertutup (occlusive dressing) maka keadaan yang lembab dapat tercapai dan hal tersebut telah
diterima secara universal sebagai standar baku untuk berbagai tipe luka. Alasan yang rasional
teori perawatan luka dengan lingkungan luka yang lembab adalah :
 Fibrinolisis; Fibrin yang terbentuk pada luka kronis dapat dengan cepat dihilangkan
(fibrinolitik) oleh netrofil dan sel endotel dalam suasana lembab.

 Angiogenesis; Keadaan hipoksi pada perawatan tertutup akan lebih merangsang lebih
cepat angiogenesis dan mutu pembuluh kapiler. Angiogenesis akan bertambah dengan
terbentuknya heparin dan tumor nekrosis faktor – alpha (TNF-alpha)

 Kejadian infeksi lebih rendah dibandingkan dengan perawatan kering (2,6% vs 7,1%)
 Pembentukan growth factors yang berperan pada proses penyembuhan dipercepat
pada suasana lembab. Epidermal Growth Factor (EGF), Fibroblast Growth Factor
(FGF) dan Interleukin 1/Inter-1 adalah substansi yang dikeluarkan oleh magrofag
yang berperan pada angiogenesis dan pembentukan stratum korneum. PlateletDerived
Growth Factor (PDGF) dan Transforming Growth Factor– beta (TGF-beta) yang
dibentuk oleh platelet berfungsi pada proliferasi fibroblast
 Percepatan pembentukan sel aktif; Invasi netrofil yang diikuti oleh makrofag,
monosit, dan limfosit ke daerah luka berfungsi lebih dini.

Keuntungan lainnya menggunakan moist wound healing juga akan mengurangi biaya
perawatan pada klien dan mengefektifkan jam perawatan perawat di rumah sakit 2. Untuk
menciptakan kelembaban lingkungan luka maka diperlukan pemilihan balutan luka atau
dressing yang tepat. Dressing yang ideal digunakan untuk menciptakan lingkungan lembab,
yaitu occlusive dressing/ semi-occlusive dressing8.

Occlusive dressing adalah penutupan luka dengan menggunakan balutan tertentu seperti
transparan film atau hidrokoloid untuk menciptakan lingkungan luka yang lembab 2,10.
Occlusive dressing memberikan pengaruh pada luka dengan menjaga kelembaban di dasar
luka. Kelembaban tersebut akan melindungi permukaan luka dengan mencegah kekeringan
(desiccation) dan cedera tambahan .

Selain itu, balutan tertutup juga dapat mengurangi risiko infeksi. Menurut penelitian Holm
(1998) pada luka pembedahan abdominal ditemukan perbedaan signifikan angka kejadian
infeksi pada perawatan luka dengan occlusive dressing (3%) dan perawatan luka
konvensional (14%) 12. Penelitian yang dilakukan oleh Kim et al pada tahun 1996,
menunjukkan bahwa balutan hidrokoloid dengan occlusive dressing lebih  efektif, efisiensi
waktu dan cost efektif daripada kasa basah dan kering 15.

Tujuan manajemen luka selain mempertahankan keseimbangan kelembaban (moist wound


healing) dengan occlusive dressing adalah mempersiapkan dasar luka sebelum dilakukan
pemasangan graft atau flap konstruksi. Menurut Scnultz et al (2003), mempersiapkan dasar
luka atau disebut wound bed preparation adalah manajemen luka untuk mempercepat
penyembuhan endogenous atau untuk memfasilitasi keefektifan pengukuran terapeutik
lainnya. Falanga (2004) menyatakan bahwa manajemen luka dengan wound bed preparation
memiliki tahapan-tahapan yang disingkat dengan TIME, yaitu; tissue management
(manajemen jaringan), infection or inflammation  control (pengendalian infeksi), moisture
balance (keseimbangan kelembaban), dan edge of wound (pinggiran luka) 1. Pelaksanaan
wound bed preparation dengan TIME, yaitu;
1. Manajemen jaringan

Cara melakukan manajemen jaringan adalah dengan debridemen surgikal (sharp


debridement), conservative sharp wound debridement (CSWD), enzimatik debridemen,
autolitik debridemen, mekanik debridemen, kimiawi debridemen dan biologikal atau parasit
debridemen

2. Mengendalikan infeksi dan inflamasi

Dapat mengenal  dan mengatasi tanda inflamasi (tumor, rubor, calor, dolor) dan tanda infeksi
(eksudat purulen). Balutan yang dapat digunakan untuk mengembalikan keseimbangan
bakteri yaitu; cadexomer iodine powder/paste/sheet dressing, povidine iodine impregnated
tulle gras, chlorhexidine impregnated tulle gras, madu luka, silver impregnated dressing.

3. Mempertahankan keseimbangan kelembaban

Berdasarkan penelitian Winter tahun 1962, menyatakan kelembaban pada lingkungan luka
akan mempercepat proses penyembuhan luka. Dengan demikian, untuk menciptakan
lingkungan luka yang lembab maka diperlukan pemilihan balutan atau dressing yang tepat.
Pemilihan balutan akan dipengaruhi oleh hasil pengkajian luka yang dilakukan, seperti;
apakah luka kering, eksudat minimal, sedang atau berat, oedem yang tidak terkontrol. Berikut
balutan yang dapat mengoptimalkan keseimbangan kelembaban yang dapat digunakan secara
occlusive/ tertutup atau compression/ kompresi;

 Luka kering; hidrogel, hidrokoloid, interaktif balutan basah


 Minimal eksudat; hidrogel, hidrokoloid, semipermeabel film, kalsium alginate
 Eksudat sedang; kalsium alginat, hidrofiber, hidrokoloid pasta, powder dan sheet,
foams
 Eksudat berat; balutan hidrofiber, foam sheet/cavity, ektra balutan absorben kering,
kantung luka/ostomi

4. Kemajuan tepi luka

Epitelisasi pada tepi luka memerlukan perhatian khusus terhadap adanya pertumbuhan kuman
dan hipergranulasi yang dapat menghambat epitelisasi dan penutupan luka. Beberapa cara
yang dapat digunakan untuk mengontrol hipergranulasi sehingga tepi luka dapat menyatu,
antara lain;

 Pemberian topikal antimikroba untuk mengtasi keseimbangan bakteri


 Hipertonik impregnated dressing untuk mengendalikan edema dan keseimbangan
bakteri
 Tekanan lokal menggunakan foam dressing dan perban kompresi atau tape fiksasi
 Konservatif debridemen luka tajam (CSWD)
 Kimiawi debridemen dengan silver nitrat atau cooper sulfate (dapat menimbulkan
ketidaknyamanan dan nekrosis jika tidak digunakan hati-hati)
 Topikal kortikosteroid
KESIMPULAN

Kerusakan struktur kulit akibat cedera akan menyebabkan luka. Tubuh memiliki sistem
pertahanan diri untuk mengatasi luka yang timbul akibat dari cedera melalui beberapa fase
proses penyembuhan luka, yaitu; fase inflamasi, fase proliferatif dan fase maturasi. Pada fase-
fase penyembuhan luka tersebut akan diperlukan manajemen luka yang baik, Manajemen
luka yang baik tidak hanya mengaplikasikan balutan luka tetapi harus dapat melakukan
perawatan luka secara total pada klien dengan luka. Manajemen luka yang berkembang pesat
saat ini adalah perawatan luka dengan lingkungan luka lembab atau moist wound healing.
Untuk menciptakan lingkungan luka yang lembab maka dapat dipilih jenis pembalutan atau
dressing yang tertutup (occlusive dressing).

Tujuan dari moist wound healing, mempercepat migrasi sel epitel yang mempercepat
penutupan luka, meningkatkan proses granulasi, mencegah infeksi dan mengurangi biaya
perawatan. Banyak penelitian yang telah membuktikan keefektifan menciptakan lingkungan
luka yang lembab akan mempercepat proses penyembuhan luka. Untuk mempersiapkan dasar
luka atau wound bed preparation maka dapat dilakukan tahapan sebagai berikut; manajemen
jaringan, pengendalian infeksi atau inflamasi, menciptakan lingkungan luka lembab, dan
kemajuan tepi luka atau dikenal dengan wound bed preparation dengan metode TIME
(Tissue management, Infection controll, moist healing wound, edge of wound). Metode TIME
akan memberikan perawat spesialis perawatan luka mempersiapkan pilihan balutan yang
dapat menyokong proses penyembuhan luka, Beberapa balutan yang dapat digunakan dalam
moist wound healing dengan occlusive dressing adalah hidrokoloid, hidrofiber, kalsium
alginat, foam dan lainnya. Maka manajemen luka dengan  lingkungan luka yang lembab akan
mengoptimalkan kesembuhan luka klien.
DAFTAR PUSTAKA

https//google.com/teknikkeperawatanluka
DAFTAR ISI
Kata pengantar........................................................................................................................i

Daftar isi.................................................................................................................................ii

Perawatan luka modern...........................................................................................................iii

Patofisiologi

Penatalaksanaan

Manajemen hould healing.......................................................................................................iv

Pengertian luka

Tipe penyembuhan luka

Proses penyembuhan luka

Mangemen luka

Kesimpulan...............................................................................................................................v
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah tentang teknik perawatan Terbaru

Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Saya menyadari sepenuhnya
bahwa makalah ini jauh dari sempurna baik dari segi penyusun bahasanya maupun
segi lainnya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat saya
harapkan demi sempurnanya makalah ini.  
 
Semoga makalah ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat
memberikan inpirasi terhadap pembaca.

 
Malang , 6 September 2015 
Penyusun

(cahyaningsih efendi)
TEKNIK PERAWATAN BARU

CAHYANINGSIH EFENDI

(FULCIN)

SLE

FITRIA KHURNIAWATI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2015

Anda mungkin juga menyukai