Anda di halaman 1dari 10

Definisi Konseptual Komunikasi

Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin
communis yang berarti “sama”, communico, communication, atau communicate yang berarti
“membuat sama” (to make common). Beberapa pengertian komunikasi menurut para ahli ialah
sebagai berikut:
· Theodorson and Theodorson (1969)
Komunikasi adalah penyebaran informasi, ide-ide, sikap-sikap atau emosi dari seseorang atau
kelompok kepada yang lain atu yang lain-lainnya, terutama melalui simbol-simbol.
· Osgood (1957)
Komunikasi jika satu sistem, sebuah sumber, mempengaruhi yang lain, si tertuju, dengan
pemanipulasian simbol-simbol alternatif, yang dapat disebarkan melalui saluran yang
menghubungkan keduanya.
· Gerbner (1967)
Komunikasi dapat didefinisikan sebagai interaksi sosial melalui pesan-pesan.
· Berelson dan Steiner (1964)
Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain-lain.
Melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-angka dan
lain-lain.
· Gode (1959)
Komunikasi adalah suatu proses yang membuat sesuatu dari yang semula dimiliki oleh
seseorang (monopoli seseorang) menjadi dimiliki oleh dua orang atau lebih.
· Barnlud (1964)
Komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan untuk mengurasi rasa ketidakpastian, bertindak
secara efektif, mempertahankan atau memperkuat ego.
· Reusch (1957)
Komunikasi adalah suatu proses yang menghubungkan satu bagian dengan bagian lainnya
dalam kehidupan.
· Weaver (1949)
Komunikasi adalah seluruh prosedur melalui mana pikiran seseorang dapat mempengaruhi
pikiran orang lainnya.
· Harold Laswell (1960)
Komunikasi adalah gambaran mengenai siapa, mengatakan apa, melalui media apa, kepada
siapa, dan apa efeknya.

· Hovland, Janis dan Kelley (1953)


Komunikasi merupakan proses individu mengirim rangsangan (stimulus) yang biasanya dalam
bentuk verbal untuk mengubah tingkah laku orang lain. Pada definisi ini mereka menganggap
komunikasi sebagai suatu proses.

· Louis Forsdale (1981)


Menurut Forsdale, ahli komunikasi dan pendidikan “communication is the process by which a
system is established, maintained and altered by means of shared signals that operate
according to rules”. Komunikasi adalah suatu proses dimana suatu sistem dibentuk, dipelihara,
dan diubah dengan tujuan bahwa sinyal-sinyal yang dikirimkan dan diterima dilakukan sesuai
dengan aturan.

2.2 Definisi Operasional Komunikasi


Berbicara mengenai komunikasi tersebut, tidak ada definisi yang benar ataupun salah.
Beberapa definisi mungkin terlalu sempit, misalnya “Komunikasi adalah penyampaian pesan
melalui media elektronik,” atau terlalu luas misalnya “ Komunikasi adalah interaksi antara dua
makhluk hidup atau lebih,” sehingga para peserta komunikasi ini termsuk hewan, tanaman dan
bahkan makhluk halus.
Komunikasi didefinisikan secara luas sebagai “Berbagai pengalaman.” Namun dalam hal ini
yang dimaksud komunikasi mausia yang dalam bahasa Inggrisnya adalah human
communication. Jika dalam definisi komunikasi secara konseptual di atas menekankan pada
kesamaan maka di dalam definisi operasional ini ditekankan kesamaan yang dimaksud itu ialah
kesamaan persepsi, kesamaan informasi baik yang dikirim maupun yang diterima serta
kesamaan maksud sehingga komunikasi dapat disampaikan, diterima dan diarahkan sesuai
dengan maksud komunikator dan bisa mendapat feed back secara baik dari komunikan.
2.3 Definisi Konseptual Organisasi
Istilah organisasi berasal dari bahasa Latin yaitu organizare, yang secara harfiah berarti
paduan dari bagian-bagian yang satu sama lainnya saling bergantung. Di antara para ahli ada
yang menyebut paduan sistem, ada juga yang menamakannya sarana. Berikut ini beberapa
definisi organisasi menurut para ahli:
· Everest M. Rogers
Rogers di dalam bukunya yang berjudul Communication in Oranization, mendefinisikan
organisasi sebagai suatu sistem yang mapan dari mereka yang bekerja sama untuk mencapai
tujuan bersama melalui jenjang kepangkatan, dan pembagian tugas.
· Robert Bonnington
Bonnington dalam buku Modern Business: A Systems Approach, mendefinisikan organisasi
sebagai sarana di mana manajemen mengoordinasikan sumber bahan dan sumber daya
manusia melalui pola struktur formal dari tugas-tugas wewenang.
2.4 Definisi Operasional Organisasi
Dari segi operasional, organisasi adalah tempat bagi orang-orang untuk berkumpul yang dari
segi fisik berarti organisasi harus memiliki orang-orang, tempat berkumpul dan tujuan yang
sama serta berbagai media serta alat dukung lainnya seperti visi, misi, posisi atau jabatan dan
tugas-tugas untuk mereka koordinasikan guna mencapai tujuan mereka.
Berdasarkan definisi-definisi di atas mengenai komunikasi dan organisasi dapat dilihat korelasi
antara ilmu komunikasi dengan organisasi ditinjau dari manusia-manusia yang terlibat dalam
mencapai tujuan organisasi itu yang harus melakukan komunikasi-komunikasi yang efektif
untuk mencapainya. Ilmu komunikasi mempertanyakan bentuk komunikasi apa yang
berlangsung dalam organisasi, metode dan teknik apa yang dipergunakan, media apa yang
dipakai, bagaimana prosesnya, faktor-faktor apa yang menjadi penghambat dan pemulus dan
sebagainya. Jawaban dari berbagai pertanyaan tersebut adalah bahan telaah untuk selanjutnya
menyajikan suatu konsepsi komunikasi bagi suatu organisasi tertentu berdasarkan jenis
organisasi, sifat organisasi dan lingkup organisasi. Maka dari itulah muncul istilah baru yang
membahas mengenai permasalahan ini, yaitu komunikasi organisasi.
2.5 Definisi Konseptual Komunikasi Organisasi
Berikut ini definisi secara tertulis oleh beberapa ahli mengenai komunikasi organisasi:
· Frank Jefkinse mengatakan bahwa komunikasi organisasi terdiri atas semua
bentuk-bentuk komunikasi yang direncanakan, ke arah luar dan ke arah dalam, antara sebuah
organisasi dan publiknya karena tujuan dari pencapaian sasaran tertentu mengenai
pemahaman.
· Pace dan Feules mengatakan bahwa komunikasi organisasi dapat didefinisikan sebagai
penunjukan dan penafsiran suatu pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian
dari suatu organisasi tertentu.
· Devito mendefinisikan komunikasi organisasi sebagai upaya pengiriman dan penerimaan
pesan baik dalam organisasi di dalam kelompok formal maupun kelompok informal organisasi.
· Wiryanto mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan
berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi.
Komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya
berorientasi kepentingan organisasi. Isinya berupa cara kerja di dalam organisasi, produktivitas,
dan berbagai pekerjaan yang harus dilakukan dalam organisasi.
· Goldhaber berpendapat bahwa komunikasi organisasi adalah proses menciptakan dan
saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain
untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah. Definisi ini
mengandung tujuh konsep kunci yaitu proses, pesan, jaringan, saling tergantung, hubungan,
lingkungan, dan ketidakpastian.
· Katz dan Kahn mengatakan jika komunikasi organisasi itu merupakan arus informasi,
pertukaran informasi, dan pemindahan arti di dalam suatu organisasi.
· Zelko dan Dance mengatakan komunikasi organisasi adalah suatu sistem yang saling
tergantung yang mencakup komunikasi internal dan komunikasi eksternal.
· Greenbaunm berpendapat bahwa bidang komunikasi organisasi termasuk arus
komunikasi formal dan informal dalam organisasi. Dia membedakan komunikasi internal dengan
eksternal dan memandang peranan komunikasi terutama sebagai koordinasi pribadi dan tujuan
organisasi serta masalah menggiatkan aktivitas.
2.6 Definisi Operasional Komunikasi Organisasi
Komunikasi organisasi pada umumnya membahas tentang strukur dan fungsi organisasi,
hubungan antarmanusia, komunikasi dan proses pengorganisasian serta budaya organisasi.
Komunikasi organisasi diberi batasan sebagai arus pesan dalam suatu jaringan yang sifat
hubungannya saling bergantung satu sama lain meliputi arus komunikasi vertikal dan horizontal.
Komunikasi organisasi juga dapat diartikan secara operasional sebagai pengiriman dan
penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu
organisasi. Komunikasi organisasi yang bersifat formal adalah komunikasi yang disetujui oleh
organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi kepentingan organisasi. Isi komunikasi ini berupa
cara kerja di dalam organisasi, produktivitas dan berbagai pekerjaan yang harus dilakukan
dalam organisasi. Misalnya: memo, kebijakan, pernyataan, jumpa pers dan surat-surat resmi.
Adapun komunikasi organisasi informal adalah komunikasi yang disetujui secara sosial.
Orientasi komunikasi jenis ini bukan merujuk pada keseluruhan organisasi secara langsung
melainkan lebih kepada anggota dari organisasi tersebut secara individual.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Fungsi Komunikasi dalam Organisasi


Komunikasi, seperti semua alat lainnya memiliki fungsi yang bermacam-macam namun dalam
hal ini penulis mempersempit fungsi komunikasi hanya dalam lingkup organisasi saja. Sendjaja
(1994) menyatakan fungsi komunikasi dalam organisasi adalah sebagai berikut:
· Fungsi informatif. Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan
informasi. Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh
informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu. Informasi yang didapat memungkinkan
setiap anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti. Orang-orang
dalam tataran manajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi
ataupun guna mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi. Sedangkan karyawan
(bawahan) membutuhkan informasi untuk melaksanakan pekerjaan, di samping itu juga
informasi tentang jaminan keamanan, jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti, dan sebagainya.
· Fungsi regulatif. Fungsi ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam
suatu organisasi. Terdapat dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif, yaitu: a.
Berkaitan dengan orang-orang yang berada dalam tataran manajemen, yaitu mereka yang
memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Juga memberi
perintah atau intruksi supaya perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana semestinya. b.
Berkaitan dengan pesan. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya,
bawahan membutuhkan kepastian peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh
untuk dilaksanakan.
· Fungsi persuasif. Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak
akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka
banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah.
Sebab pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan
kepedulian yang lebih besar dibanding kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan
kewenangannya.
· Fungsi integratif. Setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang
memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada dua
saluran komunikasi yang dapat mewujudkan hal tersebut, yaitu: a. Saluran komunikasi formal
seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut (buletin, newsletter) dan laporan kemajuan
organisasi. b. Saluran komunikasi informal seperti perbincangan antar pribadi selama masa
istirahat kerja, pertandingan olahraga, ataupun kegiatan darmawisata. Pelaksanaan aktivitas ini
akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan
terhadap organisasi.
3.2 Pendekatan-pendekatan dalam Komunikasi Organisasi
Seorang manajer, karyawan atau individu biasa sekali pun memiliki pendekatan-pendekatan
sendiri di dalam berkomunikasi. Mereka tidak akan sama melakukan pendekatan komunikasi,
baik dilihat dari segi partner komunikasi, lingkup komunikasi, budaya komunikasi dan lainnya.
Griffin (2003) dalam A First Look at Communication Theory, membahas komunikasi organisasi
mengikuti teori management klasik, yang menempatkan suatu bayaran pada daya produksi,
presisi, dan efisiensi. Selanjutnya, Griffin menyadur tiga pendekatan untuk membahas
komunikasi organisasi. Ketiga pendekatan itu adalah sebagai berikut:
1. Pendekatan Sistem
Karl Weick (pelopor pendekatan sistem informasi) menganggap struktur hirarki, garis rantai
komando komunikasi, prosedur operasi standar merupakan mungsuh dari inovasi. Ia melihat
organisasi sebagai kehidupan organis yang harus terus menerus beradaptasi kepada suatu
perubahan lingkungan dalam orde untuk mempertahankan hidup. Pengorganisasian merupakan
proses memahami informasi yang samar-samar melalui pembuatan, pemilihan, dan
penyimpanan informasi. Weick meyakini organisasi akan bertahan dan tumbuh subur hanya
ketika anggota-anggotanya mengikutsertakan banyak kebebasan (free-flowing) dan komunikasi
interaktif. Untuk itu, ketika dihadapkan pada situasi yang mengacaukan, manajer harus
bertumpu pada komunikasi dari pada aturan-aturan.
Teori Weick tentang pengorganisasian mempunyai arti penting dalam bidang komunikasi
karena ia menggunakan komunikasi sebagai basis pengorganisasian manusia dan memberikan
dasar logika untuk memahami bagaimana orang berorganisasi. Menurutnya, kegiatan-kegiatan
pengorganisasian memenuhi fungsi pengurangan ketidakpastian dari informasi yang diterima
dari lingkungan atau wilayah sekeliling. Ia menggunakan istilah ketidakjelasan untuk
mengatakan ketidakpastian, atau keruwetan, kerancuan, dan kurangnya predictability. Semua
informasi dari lingkungan sedikit banyak sifatnya tidak jelas, dan aktivitas-aktivitas
pengorganisasian dirancang untuk mengurangi ketidakpastian atau ketidakjelasan.
Weick memandang pengorganisasian sebagai proses evolusioner yang bersandar pada sebuah
rangkaian tiga proses: 1. Penentuan (enachment), 2. Seleksi (selection), 3. Penyimpanan
(retention)
· Penentuan adalah pendefinisian situasi, atau mengumpulkan informasi yang tidak jelas
dari luar. Ini merupakan perhatian pada rangsangan dan pengakuan bahwa ada ketidakjelasan.
· Seleksi, proses ini memungkinkan kelompok untuk menerima aspek-aspek tertentu dan
menolak aspek-aspek lainnya dari informasi. Ini mempersempit bidang, dengan menghilangkan
alternatif-alternatif yang tidak ingin dihadapi oleh organisasi. Proses ini akan menghilangkan
lebih banyak ketidakjelasan dari informasi awal.
· Penyimpanan yaitu proses menyimpan aspek-aspek tertentu yang akan digunakan pada
masa mendatang. Informasi yang dipertahankan diintegrasikan ke dalam kumpulan informasi
yang sudah ada yang menjadi dasar bagi beroperasinya organisasinya.
Setelah dilakukan penyimpanan, para anggota organisasi menghadapi sebuah masalah
pemilihan. Yaitu menjawab pertanyaan-pertanyaan berkenaan dengan kebijakan organisasi.
Misal, ”haruskah kami mengambil tindakan berbeda dari apa yang telah kami lakukan
sebelumnya?”
Sedemikian jauh, rangkuman ini mungkin membuat anda mempercayai bahwa organisasi
bergerak dari proses pengorganisasian ke proses lain dengan cara yang sudah tertentu:
penentuan; seleksi; penyimpanan; dan pemilihan. Bukan begitu halnya. Sub-subkelompok
individual dalam organisasi terus menerus melakukan kegiatan di dalam proses-proses ini untuk
menemukan aspek-aspek lainnya dari lingkungan. Meskipun segmen-segmen tertentu dari
organisasi mungkin mengkhususkan pada satu atau lebih dari proses-proses organisasi, hampir
semua orang terlibat dalam setiap bagian setiap saat. Pendek kata di dalam organisasi terdapat
siklus perilaku.
Siklus perilaku adalah kumpulan-kumpulan perilaku yang saling bersambungan yang
memungkinkan kelompok untuk mencapai pemahaman tentang pengertian-pengertian apa
yang harus dimasukkan dan apa yang ditolak. Di dalam siklus perilaku, tindakan-tindakan
anggota dikendalikan oleh aturan-aturan berkumpul yang memandu pilihan-pilihan rutinitas
yang digunakan untuk menyelesaikan proses yang tengah dilaksanakan (penentuan, seleksi,
atau penyimpanan).
Demikianlah pembahasan tentang konsep-konsep dasar dari teori Weick, yaitu: lingkungan;
ketidakjelasan; penentuan; seleksi; penyimpanan; masalah pemilihan; siklus perilaku; dan
aturan-aturan berkumpul, yang semuanya memberi kontribusi pada pengurangan
ketidakjelasan.
2. Pendekatan Budaya
Asumsi interaksi simbolik mengatakan bahwa manusia bertindak tentang sesuatu berdasarkan
pada pemaknaan yang mereka miliki tentang sesuatu itu. Mendapat dorongan besar dari
antropolog Clifford Geertz, ahli teori dan ethnografi, peneliti budaya yang melihat makna
bersama yang unik adalah ditentukan organisasi. Organisasi dipandang sebagai budaya. Suatu
organisasi merupakan sebuah cara hidup (way of live) bagi para anggotanya, membentuk
sebuah realita bersama yang membedakannya dari budaya-budaya lainnya.
Pacanowsky dan para teoris interpretatif lainnya menganggap bahwa budaya bukan sesuatu
yang dipunyai oleh sebuah organisasi, tetapi budaya adalah sesuatu suatu organisasi. budaya
organisasi dihasilkan melalui interaksi dari anggota-anggotanya. Tindakan-tindakan yang
berorientasi tugas tidak hanya mencapai sasaran-sasaran jangka pendek tetapi juga
menciptakan atau memperkuat cara-cara yang lain selain perilaku tugas ”resmi” dari para
karyawan, karena aktivitas-aktivitas sehari-hari yang paling membumi juga memberi kontribusi
bagi budaya tersebut.
Pendekatan ini mengkaji cara individu-individu menggunakan cerita-cerita, ritual, simbol-simbol,
dan tipe-tipe aktivitas lainnya untuk memproduksi dan mereproduksi seperangkat pemahaman.
3. Pendekatan Kritik
Stan Deetz, salah seorang penganut pendekatan ini, menganggap bahwa
kepentingan-kepentingan perusahaan sudah mendominasi hampir semua aspek lainnya dalam
masyarakat, dan kehidupan kita banyak ditentukan oleh keputusan-keputusan yang dibuat atas
kepentingan pengaturan organisasi-organisasi perusahaan, atau manajerialisme.
Bahasa adalah medium utama dimana realitas sosial diproduksi dan direproduksi. Manajer
dapat menciptakan kesehatan organisasi dan nilai-nilai demokrasi dengan mengkoordinasikan
partisipasi stakeholder dalam keputusan-keputusan korporat.
Ada pendapat lainnya yang hampir sama dengan apa yang disadur oleh Griffin mengenai
pendekatan komunikasi organisasi antara lain sebagai berikut:
1) Pendekatan Struktur dan Fungsi Organisasi
Melalui pendekatan ini, kita diperkenalkan dengan toeri Max Webber mengenai birokrasi yang
terangkum dalam enam prinsip: birokrasi didasarkan pada aturan-aturan yang memungkinkan
diselesaikannya suatu persoalan. birokrasi mengenal pembagian secara sistematis terhadap
tenaga kerja dimana tenaga kerja memiliki hak dan kekuasaan yang terdefinisikan secara jelas.
Esensi dari birokrasi adalah penjenjangan, pimpinan diangkat berdasarkan kemampuan dan
pendidikan mereka, birokrasi harus memiliki kebebasan untuk mengalokasikan sumber-sumber
yang ada dalam lingkup pengaruhnya, birokrasi mensyaratkan pengelolaan arsip yang rapi.
Selain itu, kita juga mempelajari teori sistem dari Chester Barnard yang pada esensiinya
menjelaskan bahwa organisasi hanya dapat berlangsung melalui kerjasama antar manusia.
2) Pendekatan Human Relations
Kita diajak untuk mengkaji faktor manusia sebagai objek yang penting dalam organisasi
sebagaimana yang dikemukakan oleh Rensis Likert dengan Empat Sistem Likertnya:
a) Exploitative Authoritative, pimpinan menggunakan kekuasaan dengan tangan besi dimana
keputusannya tidak memanfaatkan atau memperhatikan umpan balik dari bawahannya.
b) Benevolent Authoritative, hampir sama dengan sistem yang pertama, hanya pada sistem ini
pimpinan cukup memiliki kepekaan terhadap kebutuhan para karyawan.
c) Consultative, pimpinan masih memegang kendali namun mereka juga mencari
masukan-masukan dari bawahan.
d) Participate Management, memberi kesempatan pada karyawan untuk berpartsipasi penuh
dalam proses pengambilan keputusan yang efeknya mengarahkan peningkatan tanggung
jawab dan motivasi bekerja yang lebih baik.

3. Pendekatan Komunikasi Sebagai Suatu Proses Pengorganisasian


Dalam pendekatan ini dibahas teori pengorganisasian dan teori strukturisasi. Teori
pengorganisasian memandang organisasi sebagai suatu aktivitas sebab organisasi adalah
sesuatu yang akan dicapai oleh sekelompok orang melalui proses yang berkesinambungan.
Pada teori strukturisasi dijelaskan bahwa struktur organisasi diciptakan ketika sekelompok
orang saling berkomunikasi melalui saluran tertentu.
4. Pendekatan Organisasi Sebagai Kultur
Dalam pendekatan ini, kultur organisasi merupakan pandangan hidup bagi para anggotanya.
Pacanowsky dan Trujillo menjelaskan lima bentuk penampilan organisasi, yaitu:
a) Ritual, merupakan penampilan yang diulang-ulang secara teratur yaitu suatu aktivitas yang
dianggap oleh suatu kelompok sebagai sesuatu yang sudah biasa dan rutin.
b) Hasrat, yaitu bagaimana para karyawan dapat mengubah pekerjaan-pekerjaan rutin dan
membosankan menjadi menarik dan merangsang minat.
c) Sosialitas, yaitu bentuk yang memperkuat suatu pengertian bersama mengenai kebenaran
ataupun norma-norma dan penggunaan aturan-aturan dalam organisasi (tata susila dan sopan
santun).
d) Politik organisasi, yaitu bentuk yang menciptakan dan memperkuat minat terhadap
kekuasaan dan pengaruh.
e) Enkulturisasi, yaitu proses mengajarkan budaya kpd para anggota organisasi.
Pendekatan lain yang berkembang untuk melihat sejauh apa komunikasi yang terjadi di dalam
organisasi yang telah dilakukan ialah sebagai berikut:
1. Pendekatan Makro
Dalam pendekatan makro organisasi dipandang sebagai suatu struktur global yang berinteraksi
dengan lingkungannya. Dalam berinteraksi, organisasi melakukan aktivitas tertentu, seperti
memproses informasi dan lingkungan,
mengadakan identifikasi, melakukan intergrasi dengan organisasi lain, dan juga menentukan
tujuan organisasi.

2. Pendekatan Mikro
Pendekatan ini terutama menfokuskan kepada komunikasi dalam unit dan sub-unit pada suatu
organisasi. Komunikasi yang diperlukan pada tingkat ini adalah komunikasi antara anggota
kelompok, seperti komunikasi untuk pemberian orientasi dan latihan, komunikasi untuk
melibatkan anggota kelompok dalam tugas kelompok, komunikasi untuk menjaga iklim
organisasi,
komunikasi dalam mensupervisi dan pengarahan pekerjaan, komunikasi untuk mengetahui rasa
kepuasan kerja dalam organisasi

3. Pendekatan individual
Pendekatan ini berpusat pada tingkahlaku komunikasi individual dalam organisasi. Semua
tugas-tugas yang telah diuraikan pada dua pendekatan sebelumnya diselesaikan oleh
komunikasi individual satu sama lainnya. Ada beberapa bentuk komunikasi individual, seperti
berbicara pada kelompok kerja, menghadiri dan berinteraksi dalam rapat-rapat, menulis dan
mengonsep surat, berdebat untuk suatu usulan/ide.
3.3 Studi Kasus Komunikasi Organisasi
Studi kasus yang penulis ambil ini berdasarkan sebuah film pendek mengenai komunikasi
organisasi yang berkembang dari era industrialisasi yang sangat pesat pertumbuhannya pada
tahun 1900-an dan mengambil kisah seorang tokoh manajemen yang ingin mengembangkan
ilmu komunikasi yang akan digunakan pada organisasinya agar lebih efektif dan manusiawi.
Film ini diawali dengan pengenalan tokoh manajemen dan komunikasi, yaitu Frederick Winslow
Taylor asal Amerika Serikat yang menemukan masalah di organisasinya untuk meningkatkan
produktivitas dan efektivitas organisasi tersebut. Salah satu masalah yang berkembang adalah
masalah komunikasi organisasi.
Dia akhirnya memutar otaknya dan melakukan berbagai percobaan hingga akhirnya Frederick
mendapatkan ide emas. Dia akhirnya menciptakan sebuah kerja yang lebih terorganisasi dan
meningkatkan keuntungan dengan cara menemukan metode terbaik dan melakukan tes
mengulangnya lagi dan lagi sehingga organisasi lainnya memberikan apresiasi yang tinggi
padanya sampai semuanya menerapkan gagasan Frederick.
Max Weber dari Jerman dan Henry Fayol dari Perancis yang menjadi sahabat Frederick juga
mengembangkan gagasannya. Max Weber dengan teori birokrasinya dan Henry dengan teori
fungsi manajemennya. Namun hal tersebut adalah sebuah kegagalan. Karena mereka berdua
menganggap manusia atau karyawan seperti mesin bukan manusia. Maka timbullah masalah
baru dimana para karyawan menuntut hak-hak mereka, mereka bukanlah mesin dan mereka
meminta perhatian untuk mendapatkan kepuasan dalam bekerja.
Setelah semua masalah tersebut muncul maka para ahli mulai meminta pendapat pada seluruh
karyawan untuk memberikan gagasan, ide dan mendengarkan lebih banyak apa yang
dibutuhkan dan lebih memuaskan karyawan. Maka dengan komunikasi hal tersebut dapat
dilakukan. Orang-orang di dalam organisasi mulai sadar betapa pentingnya organisasi untuk
mendapatkan ide-ide baru, memecahkan masalah, mencapai integrasi yang baik dan mencapai
tujuan dengan lebih efektif. Permasalahan tidak sampai di sini, masalah kembali muncul
dengan banyaknya komunikasi yang tidak efektif yang berada di dalam organisasi besar seperti
international corporate. Banyak orang yang berteriak mereka harus selalu bekerja tanpa jalan
keluar untuk terus bekerja. Mereka selalu merasa tertekan berada di organisasi dengan hierarki,
budaya dan tingkat pekerjaan yang tinggi tanpa adanya kesenangan. Masalah-masalah inilah
yang terus timbul dalam organisasi saat ini.
Berdasarkan kasus tersebut, penulis melihat berbagai fungsi komunikasi yang dapat diterapkan
menggunakan pendekatan-pendekatan komunikasi organisasi sesuai dengan masalah yang
ada di dalam organisasi tersebut. Mulai dari masalah kesulitan karyawan menyatakan pendapat
maka dapat diterapkan fungsi informatif dari komunikasi dimana setiap karyawan dapat dengan
mudah mengakses informasi di organisasi yang masih dalam wilayahnya sehingga mereka juga
dapat memberikan feedback berupa pendapat mereka untuk kebaikan organisasi. Selain itu,
fungsi ini juga bisa memberikan ketenangan karyawan dalam hal gaji, jaminan kesehatan dan
jaminan hari tua sehingga karyawan dapat lebih produktif. Fungsi regulatif komunikasi dapat
diterapkan dalam hal perlu tidaknya seorang karyawan melakukan suatu pekerjaan atau tidak,
contohnya pemberian job description yang jelas, pemberitahuan jam kerja efektif dan waktu
cuti. Fungsi persuasif ini juga dapat dikembangkan dalam organisasi karena pasalnya masalah
seperti karyawan yang merasa dirinya dianggap mesin, tidak dihargai dan hanya dipaksa
bekerja tersebut dapat dihilangkand engan mengajaknya berdiskusi atau memberikan kata-kata
motivasi yang menumbuhkan rasa kepedulian terhadap atasan dan organisasi dari pada hanya
memaksa mereka memenuhi seluruh keinginan atasan.
Terakhir, fungsi integratif komunikasi ini yang sangat penting karena organisasi dapat lebih kuat
jika semua karyawan peduli pula terhadap kelangsungan komunikasi. Penyediaan
saluran-saluran yang memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan
dengan baik perlu untuk diadakan sehingga tidak ada lagi karyawan yang mengeluhkan adanya
missed comunication, ketidaksatuan visi, dan masalah antar unit atau bidang di organisasi.
Setelah fungsi komunikasi telah dipaparkan di atas maka pendekatan-pendekatan yang
menurut penulis dapat diterapkan berdasarkan masalah-masalah di atas ialah pendekatan
sistem dan budaya serta pendekatan human relations. Mengapa ketiga pendekatan komunikasi
organisasi ini begitu vital? Karena menurut penulis permasalahan organisasi yang memiliki
masalah ketidaknyamanan karyawan yang tidak dapat menyatakan pendapat dan tidak
mendapatkan informasi dengan penuh dapat terselesaikan dengan pendekatan sistem dimana
nantinya dalam organisasi tersebut dibuatkan sistem khusus yang dapat menampung seluruh
aspirasi karyawan, memberikan informasi pada mereka serta mengatur arus komunikasi
mereka secara efektif. Sistem komputer dan chatting baik secara online maupun offline menjadi
salah satu sistem yang sering digunakan.
Pendekatan budaya dapat diterapkan pada permasalahan organisasi yang memiliki berbagai
macam karyawan dari multiras atau negara. Permasalahan ini dapat diselesaikan dengan
memberikan suatu dorongan yang membuat batas-batas budaya tersebut menjadi pudar dan
semua mau saling mendukung mencapai tujuan individu melalui tujuan organisasi. Cara seperti
membuat moto organisasi berdasarkan budaya komunikasi organisasi tersebut juga menjadi
salah satu cara yang efektif.
Pendekatan human relations sangat erat dengan interpersonal employees relation karena
dengan pendekatan inilah para karyawan dapat memperoleh haknya menjadi seorang manusia
seutuhnya di dalam sebuah organisasi. Karyawan akan merasa dihargai dan diberikan
perhatian dengan adanya pendekatan ini. Mereka tidak akan mengeluh mengenai gaji, waktu
kerja dan kondisi kantor organisasi tersebut. Namun pendekatan ini yang cukup menyita biaya
juga karena harus melakukan berbagai kajian dan penelitian tentang bagaimana kondisi
organisasi yang ideal untuk para karyawan.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan dari berbagai sumber pustaka di atas dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
· Komunikasi organisasi pada umumnya membahas tentang strukur dan fungsi organisasi,
hubungan antarmanusia, komunikasi dan proses pengorganisasian serta budaya organisasi.
Komunikasi organisasi diberi batasan sebagai arus pesan dalam suatu jaringan yang sifat
hubungannya saling bergantung satu sama lain meliputi arus komunikasi vertikal dan horizontal.
· Pada dasarnya ada empat fungsi komunikasi di dalam organisasi, yaitu fungsi informatif,
regulatif, persuasif dan integratif. Dimana keempat fungsi ini bertujuan menciptakan komunikasi
organisasi yang efektif untuk mencapai tujuan organisasi dan bagaimana fungsi ini berintegrasi
menciptakan komunikasi yang baik untuk organisasi.
· Pendekatan yang paling populer mengenai komunikasi organisasi diambil dari pendapat
Griffin (2003) dalam bukunya A First Look at Communication Theory yaitu pendekatan sistem,
pendekatan budaya dan pendekatan kritik. Namun di samping ketiga pendekatan itu ada
beberapa pendapat lainnya dari mulai pendekatan struktur dan fungsi organisasi, pendekatan
human relations, pendekatan komunikasi sebagai suatu proses pengorganisasian, pendekatan
organisasi sebagai kultur , pendekatan makro, pendekatan mikro dan pendekatan individual.
4.2 Saran
Saran yang penulis berikan dalam kajian komunikasi organisasi adalah berhati-hatilah dengan
pendekatan-pendakatan yang digunakan di dalam organisasi karena komunikasi yang efektif
bisa diciptakan dengan pendekatan-pendekatan yang baik, terstruktur dan dipikirkan dengan
hati-hati sehingga komunikasi organisasi yang terjalin antar unit, subunit, bagian hingga individu
berjalan lancar dan efektif dengan mempertimbangkan pula fungsi-fungsi komunikasi di dalam

Anda mungkin juga menyukai