Anda di halaman 1dari 13

TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK XVII

REVIEW ARTICLE

“Hubungan Antara Post-Trauma Stress Disorder dengan Risiko


Diabetes Mellitus Tipe 2”

KELOMPOK 4

Pembimbing : drg. Dientyah Nur Anggina, MPH.


Nama : Topan Dwi Setiawan
NIM : NIM 702017049

FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2019/2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..................................................................................................i

KATA PENGANTAR...................................................................................ii

BAB I.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................3
1.3 Tujuan Masalah.............................................................................................3
1.3.1 Tujuan Umum..........................................................................................3
1.3.2 Tujuan Khusus.........................................................................................3

BAB II............................................................................................................4
2.1. Metode Penelitian..........................................................................................4
2.2. Cara Pengambilan Sampel.............................................................................5
2.3. Jumlah Sampel...............................................................................................6
2.4. Hasil dan Pembahasan...................................................................................6
3.1. Kesimpulan....................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................9

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan laporan Tugas Pengenalan Profesi (TPP) mengenai
review article sebagai tugas kompetensi pada blok XVIII. Salawat beriring salam
selalu tercurah kepada junjungan kita, nabi besar Muhammad SAW beserta para
keluarga, sahabat, dan pengikut-pengikutnya sampai akhir zaman.
Kami menyadari bahwa laporan Tugas Pengenalan Profesi (TPP) ini jauh dari
sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna perbaikan di masa mendatang. Dalam penyelesaian laporan Tugas
Pengenalan Profesi (TPP) ini, penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan dan
saran. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih kepada:
1) Allah SWT, yang telah memberi kehidupan dengan sejuknya keimanan.
2) Kedua orang tua yang selalu memberi dukungan materil maupun spiritual.
3) drg. Dientyah Nur Anggina, MPH. selaku pembimbing TPP kelompok 4.
4) Teman-teman sejawat.
5) Semua pihak yang membantu.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang diberikan
kepada semua orang yang telah mendukung penulis dan semoga laporan Tugas
Pengenalan Profesi (TPP) ini bermanfaat bagi kita dan perkembangan ilmu
pengetahuan. Semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin.

Palembang, April 2020

Penulis

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berbagai kasus peristiwa traumatis seringkali terjadi di Indonesia seperti


kerapnya kecelakan lalu lintas, pelecehan seksual, kasus begal dan lain
sebagainya. Hal tersebut akan membuat luka traumatis baik bagi pihak korban
maupun keluarga ataupun yang menyaksikannya secara langsung. Sehingga tidak
sedikit korban maupun keluarga mengalami trauma yang berkepanjangan.
Sejumlah peristiwa traumatis terbukti dapat mengakibatkan timbulnya gejala
post-traumatic stress disorder. Post-traumatic stress disorder (PTSD) merupakan
kondisi kronis trauma psikis yang berkepanjangan dan dapat
mempengaruhi hingga 12% pada penduduk sipil dan meningkat hingga
30% pada populasi veteran serta dikaitkan dengan peningkatan risiko
multikomorbiditas (Scherrer et al., 2019).
Posttraumatic stress disorder terjadi setelah paparan peristiwa traumatis di
kehidupan dan didefinisikan oleh DSM-V ke dalam 4 cluster gejal, yakni :
intrusi, penghindaran, perubahan kognisi dan suasana hati ke arah negatif serta
perubahan gairah dan reaktivitas (Roberts et al., 2015). Dengan demikian PTSD
ini muncul setelah kejadian atau pengalaman yang luar biasa mencekam,
mengerikan dan mengancam jiwa seseorang. Berbagai peristiwa yang
menimbulkan pengalaman duka yang mendalam, membuat seseorang merasa
berada pada kondisi yang sangat tidak tenang, merasa sangat takut, kegelisahan
yang tidak berkesudahan.
PTSD juga dapat memiliki dampak pada kesehatan fisik seseorang. Seseorang
yang mengalami PTSD akan mengalami penurunan aktivitas fisik yang rendah.
Hal ini terjadi akibat adanya gejala avoidance yang ada pada penderita PTSD
sehingga membuat seseorang cenderung untuk menghindari hubungan yang

1
berkaitan dengan peristiwa traumatis,menghindari hubungan sosial dengan orang
lain dan menurunnya aktivitas fisik mereka serta terjaga selama lebih dari 1
bulan secara signifikan terhadap area penting kehidupan seperti keluarga dan
pekerjaan yang menunjukkan bahwa gejala PTSD tersebut bermakna secara
klinis (Scherrer et al., 2019). Post-Trauma Stress Disorder telah dikaitan dengan
kondisi terjadinya disfungsi neuroendokrin, disregulasi metabolik, pola makan
yang buruk, dan aktivitas fisik yang rendah sehingga dapat meningkatkan risiko
terjadinya diabetes mellitus tipe 2 (Vaccarino et al., 2014).
Pada umumnya orang yang mengalami stres berkepanjangan akan cenderung
mempunyai berat badan berlebih dan meningkatkan risiko terjadinya diabetes
mellitus tipe 2. Diabetes Mellitus Tipe 2 (T2DM) merupakan penyakit dengan
kondisi hiperglikemi akibat insensivitas sel terhadap insulin. Namun dalam
Mekanisme yang mendasari hubungan ini dianggap berasal dari gangguan kronis
dari hipotalamus-hipofisis-adrenal (HPA) pada pasien PTSD, berpotensi
menyebabkan peningkatan adipositas visceral, peradangan, dan resistensi insulin
serta ekpresif faktor genetik (Vaccarino et al., 2014).
Gejala PTSD mungkin memiliki efek negatif pada hasil kesehatan fisik dan
emosional pada T2DM, dan mungkin memainkan peran kunci dalam hasil
kesehatan pasien berisiko tinggi (Arigo et al., 2017). Sampai saat ini, ada sedikit
investigasi paparan trauma atau gejala PTSD di antara individu dengan T2DM
yang tidak terkontrol, dan tidak jelas apakah gejala PTSD secara unik terkait
dengan risiko diabetes (Arigo et al., 2017).

Adapun dalam penelitian yang sebelumnya dilakukan untuk mengobati gejala


depresi pada T2DM dengan intervensi psikologis dapat mengurangi intensitas
gejala dan total biaya perawatan kesehatan (Arigo et al., 2017), serta dapat
meningkatkan kontrol glikemik (Arigo et al., 2017), meskipun hasilnya tidak
meyakinkan.

2
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana hubungan antara Post-Traumatic Stress Disorders dengan risiko
Diabetes Mellitus Tipe 2?

1.3 Tujuan Masalah


1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara Post-Traumatic Stress Disorder dengan
risiko Diabetes Mellitus Tipe 2
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui hubungan faktor risiko Diabetes Mellitus Tipe 2 dengan
kejadian Post-Traumatic Stress Disorder.
2. Mengindentifikasi faktor risiko terjadinya Diabetes Mellitus Tipe 2.

3
BAB II
ISI

2.1. Metode Penelitian


Metode penelitian yang digunakan pada keempat jurnal ialah penelitian
kuantitatif observasional dan sebagian besar menggunakan desain penelitian
cross –sectional. Berikut penjelasannya :
1. Pada jurnal “Association Between Clinically Meaningful Postraumatic Stress
Disorder Improvement and Risk of Type 2 Diabetes” menggunakan metode
penelitian kuantitatif observasional dengan desain penelitian kohort
retrospektif. Kelebihan dari penelitian dalam metode ini ialah mampu
mengeksplorasi faktor-faktor risiko yang meningkatkan insidensi diabetes
mellitus tipe 2 yang sudah terjadi dimasa lampau sebelum dilakukannya
penelitian. Sedangkan untuk kekurangan dari penilitian ini adalah dikarenakan
tingginya berbagai faktor perancu yang tidak terukur sehingga mempengaruhi
hasil penelitian.
2. Pada jurnal “Unique Relation between Post-Traumatic Stress Disorder
Symptoms and Patient Functioning in Type 2 Diabetes” menggunakan metode
penelitian kuantitatif observasional dengan desain penelitian cross-sectional.
Kelebihan penelitian ini mampu untuk menggeneralisasi pasien risiko tinggi
lainnya (yaitu mereka dengan glukosa yang tidak terkontrol, BMI tinggi, dan
tekanan umum, yang mungkin paling membutuhkan perhatian klinis) sehingga
mampu memberikan deskripsi mengenai hubungan unik antara PTSD dan
T2DM serta dalam penelitian menggunakan metode ini sangat mudah
dilakukan, murah dan hasil cepat diperoleh. Sedangkan untuk kekurangan
pada penelitian ini adalah ketergantungan penelitian pada gejala yang
dilaporkan sehingga butuhkan penilaian studi yang lebih besar dan lebih lama

4
serta keterbatasan temporal dalam menentukan apakah PTSD mendahului
timbulnya diabetes atau sebaliknya.
3. Pada jurnal “Posttraumatic Stress Disorder and Incidence of Type 2 Diabetes
Mellitus in a Sample of Women” menggunakan metode penelitian kuantitatif
observasional dengan desain penelitian cross-sectional. Kelebihan dari
penelitian ini adalah mampu mengeneralisasikan hubungan antara gejala
PTSD dan kejadian T2D pada sampel wanita dan dalam penelitian
menggunakan metode penelitian ini sangatlah mudah, murah dan hasil cepat
diperoleh. Namun, untuk kekurangan dalam metode penelitian ini adala
keterbatasan temporal dan keterbatasan dalam menjelaskan sekuensi waktu
yang jelas dalam menentukan apakah PTSD mendahului timbulnya diabetes
mellitus tipe 2 atau sebaliknya.
4. Pada jurnal “Posttraumatic Stress Disorder and Incidence of Type-2 Diabetes :
A Prospective Twin Study” menggunakan metode penelitian kuantitaif
observasional dengan desain penelitian kohort prospektif. Kelebihan pada
penelitian ini adalah mampu mengidentifikasi secara dinamika hubungan
antara PTSD dan T2DM secara temporal. Sedangkan untuk kekurangan pada
penitian ini adalah penelitian ini memakan jangka waktu yang panjang dan
biaya yang besar dalam meneliti hubungan antara diagnosis PTSD dan
kejadian diabetes mellitus.

2.2. Cara Pengambilan Sampel


Sebagian besar pengambilan sampel pada ketiga jurnal diambil melalui data
sekunder dengan menggunakan metode random sampling. Adapun pada jurnal
“Unique relation between post-traumatic stress disorder symptoms and patient
functioning in type 2 diabetes” melakukan pengambilan sampel melalui data
primer dengan metode rekrutmen yang didapat dari rujukan langsung klinik
diabetes : iklan surat kabar, radio, dan televisi; dan selebaran serta brosur tersedia
di lokasi umum di empat lokasi Amerika Serikat yang berbeda. Untuk setiap

5
pengambilan sampel berdasarkan syarat kriteria sampel yang ditentukan oleh
peneliti.

2.3. Jumlah Sampel


Jumlah sampel yang didapatkan pada jurnal “Association Between Clinically
Meaningful Postraumatic Stress Disorder Improvement and Risk of Type 2
Diabetes” adalah 1.598 sampel. Pada jurnal “Unique Relation between Post-
Traumatic Stress Disorder Symptoms and Patient Functioning in Type 2
Diabetes” didapatkan jumlah sampel sebanyak 184 sampel. Sedangkan pada
jurnal “Posttraumatic Stress Disorder and Incidence of Type 2 Diabetes Mellitus
in a Sample of Women” didapatkan sebanyak 54.282 sampel. Dan untuk jurnal
“Posttraumatic Stress Disorder and Incidence of Type-2 Diabetes : A Prospective
Twin Study” didapatkan jumlah sampel sebesar 4.340 Veteran.

2.4. Hasil dan Pembahasan


Hasil yang didapat bahwa faktor-faktor yang terikat antara PTSD dan
T2DM meningkatkan risiko insidensi timbulnya T2DM . Faktor-faktor tesebut
secara garis besar adalah faktor metabolik dan faktor perilaku (Vaccarino et al.,
2014). Hasil penelitian didapatkan bahwa wanita berisiko dua kali lipat lebih
tinggi risiko T2DM dari pada pria. Hal tersebut didasarkan karena wanita lebih
rentan stres dan depresi dibandingkan pria (Roberts et al., 2015). Peneliti pun
melakukan penyesuaian untuk BMI, merokok, diet, konsumsi alkohol, aktivitas
fisik, dan penggunaan antidepresan, namun PTSD tetap merupakan prediktor
signifikan terhadap kejadian T2DM. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat
jalur lain yang dapat menghubungkan PTSD dengan risiko T2D (Roberts et al.,
2015). Pada penelitian didapat suatu hubungan yang unik antara gejala PTSD
maupun diabetes mellitus. Hubungan unik tersebut akibat hubungan gejala
PTSD berupa intrusi, penghindaran dan hyperaurosal yang mengakibatkan
terjadinya disfungsi neuroendokrin, disregulasi metabolik, pola makan yang

6
buruk, serta aktivitas fisik yang rendah dan meningkatkan risiko terjadinya
diabetes mellitus tipe 2 (Arigo et al., 2017) . Gejala PTSD secara unik
menyumbang 2 persen dari varians dalam tekanan diabetes (Arigo et al., 2017).
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hubungan antara penurunan klinis gejala
PTSD yang bermakna secara signifikan terkait risiko insiden T2DM yang lebih
rendah. Hasil ini tidak tergantung pada banyak demografi dan
komorbiditas psikiatrik dan fisik. Asosiasi juga tidak tergantung pada
jumlah sesi psikoterapi PTSD yang digunakan, menunjukkan bahwa efek
penganut yang sehat, atau orientasi umum untuk meningkatkan kesehatan
dan tidak menjelaskan dalam mengurangi risiko terjadinya T2DM yang lebih
rendah. Hal tersebut dijelaskan pada pasien yang mengalami penurunan gejala
PTSD melalui tingkat kortisol yang lebih rendah memiliki keterkaitan dengan
proses inflamasi sehingga menurunkan risiko terjadinya T2DM (Scherrer et al.,
2019). Namun pada pasien yang menderita T2DM terlebih dahulu akan berisiko
menderita gejala PTSD dan untuk penanganannya pun diperlukan tindakan
psikiatrik sebagai bentuk tindakan preventif dan memperingan keluhan T2DM
(Arigo et al., 2017) .

7
BAB III
KESIMPULAN

3.1. Kesimpulan
Temuan ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan timbal balik antara
PTSD dan T2DM. Pasien PTSD berisiko menderita T2DM begitu pula pada
penderita T2DM akan berisiko mengalami gejala PTSD. Maka diperlukan
tindakan yang komprehensif dengan memperhatikan aspek pendahulu dalam
menangani pasien PTSD maupun T2DM untuk meminimalisir insiden
komplikasi yang mampu memperburuk kondisi fisik maupun kondisi psikis.

8
DAFTAR PUSTAKA

Arigo, et. al. 2017. Unique Relation between Post-Traumatic Stress Disorder
Symptoms and Patient Functioning in Type 2 Diabetes. Journal of Health
Psychology.
Roberts, et. al. 2015. Posttraumatic Stress Disorder and Incidence of Type 2
Diabetes Mellitus in a Sample of Women. Journal of JAMA Psychiatry, 72
(3), 203-210.
Scherrer, et. al. 2019. Association Between Clinically Meaningful Postraumatic
Stress Disorder Improvement and Risk of Type 2 Diabetes. Journal of
JAMA Pyschiatry.
Vaccarino, et. al. 2014. Posttraumatic Stress Disorder and Incidence of Type-2
Diabetes : A Prospective Twin Stud. Journal Psychiatry Res, 56, 158–164.

9
10

Anda mungkin juga menyukai