Anda di halaman 1dari 10

SAP PERAN KELUARGA DALAM KEPATUHAN MINUM OBAT

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Manfaat Control Dan Minum Obat Secara Teratur Dan

Peran Keluarga Dalam Mencegah Kekambuhan

Sasaran : Keluarga dan pasien yang mengalami ganguan jiwa di

Poliklinik Jiwa RSJD Dr.RM Soedjarwadi Klaten

Waktu : 15 menit

Hari / Tanggal : November 2015

Tempat : Ruang Poliklinik Jiwa RSJD Dr.RM

Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah

Penyuluh : Ainun Jariah, S.Kep

A. LATAR BELAKANG

Kesehatan jiwa merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan individu manusia, karena
dengan sehat jiwa seseorang mampu berkembang secara fisik, mental dan mampu mempunyai
hubungan sosial yang optimal, mampu berinteraksi dengan lingkungan sekitar, dapat memenuhi segala
kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga (Menkes RI, 2002)

Kesehatan jiwa mempunyai sifat yang harmonis (serasi), memperhatikan semua segi kehidupan manusia
dalam hubungan dengan manusia lain (Menkes RI, 2002)

Data dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SK-RT) yang dilakukan Badan Litbang Departmen
Kesehatan Indonesia pada tahun 1995 menunjukan, diperkirakan terdapat 264 dari 1000anggota rumah
tangga menderita gangguan kesehatan jiwa (Administrator, 2008)

Pasien yang patuh berobat adalah yang menyelesaikan pengobatan secara teratur dan lengkap tanpa
terputus selama minimal 6 bulan samapidengan 9 bulan (Depkes RI, 2000). Pasien lalai jika lebih dari 3
hari samapi 2 bulan dari tanggal perjanjian dan dikatakan drop out juka lebih dari 2 bulan berturut-turut
tidak datang berobat setelah dikunjungi petugas kesehatan (Depkse RI, 2000). Kepatuhan yang
dimaksud pada pasien, yaitu ketaatan dan kemauan yang baik dari pasien untuk selalu melakukan
kontrol yaitu rawat jalan kepelayanan kesehatan berupa unit rawat jalan poliklinik rumah sakit jiwa
setiap bulan setelah pasien menjalani rawat inap. Kontrol ruin/ perawatan jalan kesehatan perlu
dilakukan oleh pasien agar tdak terjadi putus obat, dan para tenaga kesehatan jug dapat mengetahui
perkembangan kesehatan pasien menurut Niven (2002), kepatuhan pasien untuk melakukan kontrol
terhadap kesehatan jiwa dipengaruhi oleh individu atau pasien sendiri, dukungan dari keluarga,
dukungan sosial dan juga dukungan dari keluarga, dukungan sosial dan juga dukungan dari petugas
kesehatan.

Dalam penanganan terhadap pasien gangguan jiwa obat bukanlah segala-galanya namun perlu
dilakukan konseling, psikoterapi serta rehabilitasi, disini peran keluarga sangat diharapkan terhadap
penyembuhan pasien gangguan jiwa.

Salah satu fungsi keluarga adalah fungsi proteksi yaitu keluarga memberikan perlindungan dan
perawatan baik fisik maupun sosial keada para anggota keluarganya. Keluarga berperan menciptakan
persahabatan kecintaan, rasa aman hubungan antar pribadi yang bersifat kontinyu yang keseluruhannya
merupakan dasar-dasar bagi perkembangan kepribadian anak. Salah satu perlindungan yang dilakukan
oleh keluarga dalam kehidupan anggota-anggotanya adalah kesehatan, baik kesehatan jasmani mapun
kesehatan rohani.

Peranan keluarga sangat dibutuhkan dalam proses pengobatan pasien gangguan jiwa, kondisi ini yang
menyebabkan pentingnya peranan keluarga, karena keluarga merupakan kelompok kecil yang apat
berinteraksi dengan pasien, secara pribadi keluarga merupakan faktor utama alam penyembuhan
pasien.

Dalam upaya pengobatan penyakit jiwa ini, keluarga berperan penting, karena keluarga mempunyai
keterampilan khusus dalam menangani penderita ganguan jiwa, karena pada penderita penyakit jiwa ini
penderita mengalami suatu kelemahan mental yang mana suatu keadaan terhenti atau tidak lengkapya
perkembangan pikiran yang mencakup gangguan makna intelegensia dan fungsi sosial (Roan. W.M, 1979
dalam Hamdani, 2005)

Gangguan jiwa adalah kondisi dimana proses fisiologik atau mentalnya kurang berfungsi dengan baik
sehingga mengganggu dalam fungsi sehari-hari. Gangguan jiwa yang dialami oleh seseorang bisa
memiliki bermacam-macam gejala, baik yang tampak jelas maupun yang hanya terdapat dalam
pikirannya. Mulai dari perilaku menghindar dari lingkungan, tidak mau berhubungan/ berbicara dengan
orang lain dan tidak mau makan hingga yang berbicara yang tidak jelas (Stuart & Sundeen, 2009).

B. Identifikasi Masalah

Klien yang mengalami gangguan jiwa yang sedang berobat jalan di poliklinik jiwa RSJD Dr. RM
Soedjarwadi Klaten.

C. Tujuan Instruksional Umum


Setelah mendapatkan penyuluhan selama 15 menit tentang Manfaat Kontrol Dan Minum Obat Secara
Teratur Dan Peran Keluarga Dalam Mencegah Kekambuhan, pada keluarga yang berkunjung ke poliklinik
jiwa RSJD Dr.RM Soedjarwadi Klaten .

D. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah mendapatkan penyuluhan selama 1 X 15 menit diharapkan keluarga yang berkunjung ke


poliklinik jiwa RSJD Dr.RM Soedjarwadi Klaten mampu :

1. Menyebutkan manfaat control dan minum obat secara teratur

2. Menyebutkan peran keluarga dalam mencegah kekambuhan

3. Menyebutkan tanda –tanda dan gejala kekambuhan

E. Metode

- Ceramah

- Tanya jawab

F. Setting Tempat

Peserta duduk di depan penyaji.

G. Media

Leaflet

H. Materi

1. Konsep Keluarga

2. Hal-hal yang membuat penderita gangguan jiwa harus minum obat

3. Hal-hal yang membuat penderita gangguan jiwa sering tidak teratur minum obat

4. Akibat jika tidak teratur minum obat

5. Faktor penyebab terjadinya kekambuhan

6. Hal-hal yang harus dilakukan jika penderita menolak minum obat

7. Peran keluarga dalam mencegah kekambuhan klien dengan gangguan jiwa

8. Beberapa gejala kekambuhan yang perlu di identifikasi oleh klien dan keluarga

9. Hal yang harus dilakukan keluarga dalam perawatan pasien dengan gangguan jiwa.

I. PROSES PELAKSANAN PENYULUHAN KESEHATAN


No

KEGIATAN

DIHARAPKAN

WAKTU

1.

Pra interaksi

- Salam pembuka

- Perkenalan perawat

- Penyampaian tujuan kegiatan

- Melakukan kontrak waktu

- Menyampaikan apersepsi

- Pasien menjawab salam

- Pasien menerima perkenalan

- Pasien mengerti tentang tujuan penkes

- Pasien menyetujui kontrak waktu

- Pasien mendengarkan

3 menit

2.

Interaksi

a.Menjelaskan dan menguraikan materi ttg:

1. Konsep Keluarga

2. Hal-hal yang membuat penderita gangguan jiwa harus minum obat


3. Hal-hal yang membuat penderita gangguan jiwa sering tidak teratur minum obat

4. Akibat jika tidak teratur minum obat

5. Faktor penyebab terjadinya kekambuhan

6. Hal-hal yang harus dilakukan jika penderita menolak minum obat

7. Peran keluarga dalam mencegah kekambuhan klien dengan gangguan jiwa

8. Beberapa gejala kekambuhan yang perlu di identifikasi oleh klien dan keluarga

9. Hal yang harus dilakukan keluarga dalam perawatan pasien dengan gangguan jiwa.

b.Memberikan kesempatan pada peserta penyuluhan untuk bertanya

c.Menjawab pertanyaan peserta penyuluhan yang berkaitan dengan materi yang belum jelas

- Mendegarkan dan memperhatikan

10 menit

3.

Terminasi dan salam penutup

- Tanya jawab (Evaluasi)

- Menyimpulkan hasil materi

- kontrak waktu selanjutnya

- Mengakhiri kegiatan (Salam)

- Menanyakan hasil yang belum jelas dan menjawab pertanyaan

- Menjawab salam penutup

2 menit

J. Evaluasi

Menanyakan pada klien dan keluarga klien tentang :

1. Hal-hal yang membuat penderita gangguan jiwa harus minum obat


2. Hal-hal yang membuat penderita gangguan jiwa sering tidak teratur minum obat

3. Akibat jika tidak teratur minum obat

4. Faktor penyebab terjadinya kekambuhan

5. Hal-hal yang harus dilakukan jika penderita menolak minum obat

6. Peran keluarga dalam mencegah kekambuhan klien dengan gangguan jiwa

7. Beberapa gejala kekambuhan yang perlu di identifikasi oleh klien dan keluarga

LAMPIRAN

MATERI

Manfaat Kontrol Dan Minum Obat Secara Teratur dan Peran Keluarga Dalam Mencegah Kekambuhan
Pada Pasien Gangguan Jiwa

Ø Pendahuluan

Keluarga merupakan unit yang paling dekat dengan klien, dan merupakan ”Perawat utama” bagi klien.
Keluarga berperan dalam memberikan asuhan / perawatan yang diperlukan klien di rumah termasuk
memotivasi klien dalam keteraturan minum obat . Keberhasilan perawat di rumah sakit dapat sia-sia jika
tidak diteruskan di rumah yang kemudian dapat mengakibatkan klien harus dirawat kembali (kambuh).

Ø Mengapa penderita ganguan jiwa harus minum obat?

· Penderita umumnya merasa tidak memiliki masalah atau sakit.

· Untuk memacu atau menghambat fungsi mental yang terganggu.

· Memperbaiki kondisi penderita.

Ø Mengapa penderita ganguan jiwa sering tidak teratur minum obat?

· Tidak menyadari kalau sakit.

· Merasa bosan dengan pengobatan karena membutuhkan waktu yang lama.

· Adanya efek samping dari pengobatan.

· Tidak nyaman terhadap jumlah dan dosis obat.


· Lupa minum obat.

· Tidak mendapat dukungan dari keluarga.

· Sikap negatif terhadap pengobatan (berhenti pengobatan medis karena melakukan pengobatan
tradisional atau alternatif)

Ø Apa akibat jika tidak teratur atau berhenti minum obat?

· Ketidakteraturan minum obat dapat meimbulkan kekambuhan.

Ø Selain faktor obat apa saja penyebab kekambuhan yang lain?

* Dari penderita

· Motifasi klien untuk sembuh

· Masalah yang dihadapi (sifat masalah, asal, waktu, dan jumlah).

· Tipe kepribadian penderita (tertutup atau terbuka).

· Kepatuhan pengobatan.

* Keluarga dan lingkungan

· Penolakan terhadap penderita gangguan jiwa (pengucilan, diejek, tidak diterima).

· Komunikasi tidak terbuka, tidak melibatkan penderita dalam pergaulan.

· Kurang/tidak memberikan aktivitas yang sesuai dengan kemampuan penderita, kurang pujian
terhadap kemampuan positif penderita.

· Kurang pengetahuan keluarga tentang pola perilaku penderita dan penanganannya, pengawasan
minum obat.

Ø Apa yang harus dilakukan jika penderita menolak minum obat?

· Buat kesepakatan dengan penderita (membuat jadwal minum obat).

· Jelaskan manfaat pengobatan bagi penderita, serta akibat jika lupa/menolak minum obat.

· Konsultasikan dengan dokter mengenai pilihan obat, seperti bentuk sirup atau puyer.

· Modifikasi pemberian obat, Seperti diberikan/diminumkan bersama-sama saat makan buah

· Berikan pujian langsung pada penderita saat mempunyai keinginan sendiri untuk minum obat.
· Libatkan anggota keluarga untuk mengawasi penderita minum obat (memastikan obat benar-
benar diminum).

Ø Peran keluarga dalam mencegah kekambuhan klien dengan gangguan jiwa

Salah satu factor yang menyebabkan kekambuhan klien dengan gangguan jiwa diantaranya adalah
keluarga. Ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga seperti bermusuhan, mengkrtik, tidak ramah,
banyak menekan dan menyalahkan dapat menimbulkan kekambuhan pada klien tersebut mendukung
bagi perbaikan atau peningkatan kesehatan jiwa klien melainkan menjadi stressor bagi klien yang
merupakan stimulus munculnya kekambuhan klien

Ø Beberapa gejala kekambuhan yang perlu di identifikasi oleh klien dan keluarga

o Menjadi ragu-ragu dan serba takut

o Tidak napsu makan

o Sukar konsentrasi

o Sulit tidur

o Depresi

o Tidak ada minat

o Menarik diri

Ø Hal yang harus dilakukan keluarga dalam perawatan pasien dengan gangguan jiwa

1. Memenuhi kebutuhan sehari-hari, yaitu:

Bantu & perhatikan pemenuhan kebutuhan makan dan minum, kebersihan diri & penampilan

2. Latih kegiatan sehari-hari, misalnya makan sendiri, cuci pakaian sendiri, membersihkan rumah.

3. Bantu komuniksai yang teratur

a) Bicara yang jelas & singkat.

b) Kontak/bicara yang teratur.

c) Pertahankan tatap mata saat bicara.

d) Sabar, lembut dan tidak terburu-buru.

e) Lakukan sentuhan & belaian yang akrab.

f) Berikan pujian bila melakukan hal yang benar atau baik.


4. Libatkan dalam kelompok

a) Beri kesempatan nonton TV, baca koran, dengar musik.

b) Sediakan peralatan pribadi, misalnya tempat tidur, lemari pakaian

c) Ikut sertakan dalam pertemuan keluarga secara teratur.

d) Ikut sertakan dalam kegiatan pengobatan kelompok, misalnya permainan.

DAFTAR PUSTAKA

Hastings Diana. (2008). Peran Keluarga Dalam Perawatan Pasien Dengan Gangguan Jiwa Halusinasi.edisi
kedua, Jakarta : EGC

Hamid, Achir Yani. (2010). Buku Pedoman Askep Jiwa-1 Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan
Keperawatan. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Friedman. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori, dan Praktek, Edisi kelima, Jakarta :
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Keliat, budi A. (2010). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta : EGC

Maramis, W. F. (2008). Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 9. Surabaya : Airlangga University Press.

Stuart.G. W., Sundeen, (2009). Buku Saku Keperawatan Jiwa.Edisi 5, Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai