ABSTRAK
21
Hartatik dan Setyorini
PENDAHULUAN
Penerapan sistem pertanian organik di Indonesia berlangsung secara
selektif dan kompetitif serta berjalan seiring dengan program revolusi hijau yang
bertujuan mempertahankan program ketahanan pangan nasional. Jenis
komoditas dalam budidaya pertanian organik akan berkembang sesuai dengan
permintaan pasar domestik maupun luar negeri. Hasil penelitian Balai Penelitian
Tanah pada tahun 2003 menunjukkan bahwa produk organik yang beredar di
pasaran saat ini terbatas pada kopi, sayuran, beras, daging ayam, telor, susu,
apel dan salak organik. Sedangkan tanaman yang berpotensi untuk
dikembangkan adalah tanaman perkebunan seperti teh, rempah dan obat, apel,
salak, mangga, durian, manggis, kacang mete dan kacang tanah (Setyorini et al.,
2003).
Perkembangan permintaan produk pertanian organik di negara-negara
maju meningkat pesat dari tahun ke tahun. Hal ini dipicu oleh : (1) menguatnya
kesadaran peduli lingkungan dan gaya hidup sehat, (2) dukungan kebijakan
pemerintah nasional, (3) dukungan industri pengolahan pangan, (4) dukungan
pasar modern (supermarket menyerap produk organik), (5) adanya harga
premium di tingkat konsumen, (6) adanya label generik, dan (7) adanya
kampanye nasional pertanian organik secara gencar (BIOcert, 2002).
Permintaan pasar produk pertanian organik dunia mencapai 15-20% per
tahun, namun pangsa pasar yang dapat terealisasi hanya sebesar 0,5-2% dari
keseluruhan produk. Meskipun di Eropa penambahan luas areal pertanian
organik dibanding total lahan pertanian terus meningkat, dari rata-rata <1% tahun
1987 menjadi 2-7% pada tahun 1997 (tertinggi di Austria mencapai 10,12%),
namun tetap belum mampu memenuhi pesatnya permintaan (IFOAM, 2002).
Sistem pertanian organik merupakan sistem yang menerapkan teknologi
ramah lingkungan dalam mencapai sistem pertanian yang lestari dan
berkelanjutan untuk membangun kesuburan tanah jangka panjang. Sistem
pertanian organik diterapkan secara selektif pada lahan dengan tingkat
kesuburan sedang sampai tinggi, dan pada komoditas yang mempunyai nilai
ekonomis tinggi serta dapat meningkatkan pendapatan petani. Dalam upaya
peningkatan produktivitas padi, pendapatan petani, dan kelestarian lingkungan
maka penerapan pengelolaan tanaman terpadu yaitu pendekatan dalam sistem
usaha tani padi yang berlandaskan keterpaduan antara sumber daya dan
pengelolaan tanaman dengan penerapan good agricultural practices.
22
Pengaruh Pupuk Organik Terhadap Sifat Kimia Tanah
23
Hartatik dan Setyorini
24
Pengaruh Pupuk Organik Terhadap Sifat Kimia Tanah
25
Hartatik dan Setyorini
C-organik tanah
26
Pengaruh Pupuk Organik Terhadap Sifat Kimia Tanah
Perubahan kadar bahan organik tanah yang diamati relatif kecil, hal ini
karena pengelolaan lahan yang relatif sama dan dekomposisi bahan organik di
daerah tropik relatif cepat. Untuk mengamati perubahan kadar C-organik tanah
memerlukan waktu yang lebih lama dan perubahannya relatif kecil (Anas et al.,
1995). Status C-organik tanah meningkat dari rendah menjadi sedang. Beberapa
faktor yang berpengaruh terhadap dinamika dan status bahan organik tanah
adalah: (1) perubahan penggunaan lahan; (2) pengolahan tanah; (3) pengelolaan
tanah dan tanaman (Tisdale et al., 1995).
MK I 2007
2,5
MK II 2007
2,0 MH 2007/2008
C-organik (%)
1,5
1,0
0,5
0,0
0
r5
,3
3
0
r5
,3
k2
a2
0,
Jr
s2
+J
s0
s0
+J
As
P
5+
P
A
5
A
5
k1
0+
a+
a1
s+
s1
P
k1
P
P
P
Perlakuan
Nitrogen total
27
Hartatik dan Setyorini
0,3 MK I 2007
MK II 2007
0,2 MH 2007/2008
N-total (%)
0,2
0,1
0,1
0,0
0
r5
,3
3
0
r5
3
k2
a2
,
Jr
s2
0
+J
s0
s0
+J
As
P
5+
P
+A
5
A
5
k1
a+
a1
s+
s1
0
P
k1
P
P
P
Perlakuan
P-tersedia
28
Pengaruh Pupuk Organik Terhadap Sifat Kimia Tanah
MK I 2007
7,0
MK II 2007
6,0
MH 2007/2008
P-tersedia (ppm)
5,0
4,0
3,0
2,0
1,0
0,0
,3
5
20
r5
r5
,3
,3
0
20
Jr
s0
2
s0
s0
+J
+J
Pk
Pa
Ps
5+
+A
+A
+A
15
15
1
10
Pk
Pa
Pa
Ps
Ps
Pk
Perlakuan
29
Hartatik dan Setyorini
MK I 2007
16,0
MK II 2007
14,0
MH 2007/2008
12,0
Ca (me/100 g)
10,0
8,0
6,0
4,0
2,0
0,0
r5
,3
3
0
r5
r5
,3
0
0,
k2
a2
s2
s0
J
s0
J
J
5+
As
5+
5+
P
A
0+
k1
a+
a1
s+
s1
P
k1
P
P
P
Perlakuan
MK I 2007
4,50
4,00
MK II 2007
3,50 MH 2007/2008
Mg (me/100 g)
3,00
2,50
2,00
1,50
1,00
0,50
0,00
5
,3
3
0
,3
0
Jr
0,
k2
Jr
Jr
a2
s0
s2
s0
5+
As
5+
5+
P
A
P
A
0+
k1
a+
a1
s+
s1
P
k1
P
P
P
Perlakuan
K dapat ditukar
30
Pengaruh Pupuk Organik Terhadap Sifat Kimia Tanah
pemiskinan K dan Si tanah. Hal ini sejalan dengan data bobot gabah kering
perlakuan yang dikombinasikan jerami memberikan produksi gabah yang tinggi.
Untuk mempertahankan status hara K tanah, diperlukan pemilihan pupuk organik
yang kaya hara K selain jerami untuk mengantisipasi adanya pengurasan K dapat
ditukar. Aplikasi pupuk kandang jangka panjang meningkatkan K tersedia;
menurunkan Na-dd, sedangkan K dalam bentuk tidak tersedia hanya cenderung
meningkat (Yamashita, 1967).
0,14 MK I 2007
0,12 MK II 2007
K-dd (me/100 g)
0,10 MH 2007/2008
0,08
0,06
0,04
0,02
0,00
,3
r5
20
r5
r5
,3
,3
20
20
s0
s0
+J
s0
+J
+J
Pk
Pa
Ps
+A
15
+A
+A
15
15
10
Pk
Pa
Pa
Ps
Ps
Pk
Perlakuan
31
Hartatik dan Setyorini
Bobot gabah kering panen selama 3 musim tanam disajikan pada Tabel 4.
Bobot gabah kering panen pada MK I dan II 2007 umumnya tidak berbeda,
walaupun pada MK II 2007 terjadi sedikit peningkatan, sedangkan pada MH
2007/2008 bobot gabah kering menurun.
Pada MK I 2007, perlakuan pukan ayam 20 t/ha memberikan bobot gabah
kering panen tertinggi sebesar 6,84 t/ha yang tidak berbeda nyata dengan
perlakuan lainnya kecuali dengan perlakuan pukan sapi 20 t/ha dan kombinasi
pukan sapi/kambing 15 t/ha dengan jerami 5 t/ha. Bobot gabah kering panen
terendah sebesar 5,88 t/ha pada perlakuan kombinasi pukan kambing 15 t/ha
dengan jerami 5 t/ha. Pukan ayam baik diberikan secara tunggal maupun
dikombinasikan dengan jerami dan arang sekam menunjukkan bobot gabah
kering yang lebih tinggi dari perlakuan pukan kambing dan sapi. Hal ini karena
kadar hara pukan ayam relatif lebih tinggi dari pukan sapi dan kambing (Tabel 1).
Sedangkan bila menggunakan pukan kambing atau sapi kombinasi dengan arang
sekam lebih baik daripada dikombinasikan dengan jerami padi.
Perlakuan pupuk organik yang dicobakan pada MK II 2007 tidak
menunjukkan perbedaan yang nyata. Perlakuan pukan sapi 20 t/ha dan
kombinasi pukan ayam 15 t/ha dan jerami 5 t/ha memberikan bobot gabah kering
panen yang tinggi yaitu berturut-turut sebesar 6,61 dan 6,56 t/ha. Pembenaman
jerami 5 t/ha/musim selama 4 musim pada tanah kahat K menunjukkan bahwa
32
Pengaruh Pupuk Organik Terhadap Sifat Kimia Tanah
33
Hartatik dan Setyorini
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
34
Pengaruh Pupuk Organik Terhadap Sifat Kimia Tanah
35
Hartatik dan Setyorini
TANYA JAWAB
Jawaban:
1. Sebagai kontrol/pembanding perlakuan praktek petani (perlakuan pukan
sapi)
2. Dalam sistem pertanian organik sumber hara utama yang digunakan
yaitu pupuk organik, sehingga untuk mengembalikan hara yang terangkut
panen diperlukan pupuk organik yang relatif tinggi yaitu sekitar 15 - 20
t/ha.
Jawaban:
1. Penambahan pupuk organik tidak menyebabkan tanah sawah menjadi
lebih reduktif apabila pupuk organik yang digunakan sudah matang
dengan C/N rasio < 15
2. Sumber Mg berasal dari pupuk organik yang diberikan. Pupuk organik
mengandung Mg berkisar 0,12 – 0,65%. Apabila takaran pukan 20 to/ha
maka sumbangan Mg sekitar 24 – 130 kg/ha.
Jawaban:
1. Pengamatan pH tanah akibat perlakuan tidak menunjukkan perbedaan
yang nyata antar perlakuan sehingga tidak disajikan dalam paper.
2. Penggunaan pukan ayam yang berasal dari ayam yang disuntik dengan
hormon pertumbuhan tidak diperkenankan dalam sistem pertanian
organik
36
Pengaruh Pupuk Organik Terhadap Sifat Kimia Tanah
Jawab :
1. Dalam sistem pertanian organik, sumber hara berasal dari pupuk organik
sehingga mengembalikan hara yang terangkut panen dibutuhkan
pemupukan pupuk organik dengan takaran ± 15 t/ha. Untuk penerapan
di tingkat petani pemberiannya bisa bertahap dan dari sumber yang
bervariasi seperti pupuk dan pupuk hijau.
2. Harga padi organik lebih tinggi dari padi konvensional karena kualitas
beras lebih baik dan tahan simpan. Serangan hama dan penyakit
dikendalikan dengan mengunakan pestisida nabati.
3. Kualitas pupuk ayam lebih baik pukan kambing dan sapi. Pukan ayam
mempunyai C/N lebih rendah berarti unsur hara lebih tersedia bagi
tanaman dan pengaruhnya pukan lebih pendek dari pada pukan yang
mempunyai C/N tinggi.
Jawab :
Penerapan pertanian organik untuk komoditas yang selektif mempunyai nilai
ekonomis tinggi dan menggunakan lahan yang mempunyai kesuburan sedang
sampai tinggi. Pengelolaan hara dan lahan yang tepat sehingga tidak
mengakibatkan degradasi lahan.
37