Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH IDENTIFIKASI KATION

GOLONGAN IV-V

DOSEN PEMBIMBING: SADLI


Disusun oleh:
NAMA: ZUHRA ZARITA PUTRI
NIM: 170809010015
PRODI: FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM BANDA ACEH
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Analisa kualitatif kation mempunya tujuan sistematik adalah mengklasifikasikan dalam
lima golongan berdasarkan sifat-sifat kation itu terhadap beberapa reagensia. Dengan
memakai apa yang disebut reagensia golongan secara spesifik dapat kita tetapkan ada
tidaknya golongan-golongan kation dan dapat juga memisahkan golongan-golongan ini
dengan pemeriksaan lebih lanjut. Selain merupakan cara yang konvensional untuk
menyajikan bahan-bahan urutan ini juga memudahkan dalam mempelajari reaksi-reaksi.
Reagensia golongan juga dipakai untuk klasifikasi. Kation yang paling umum adalah klorida,
hidrogen sulfida. Klasifikasi ini didasarkan atas apakah suatu kation beraksi dengan
membentuk endapan atau tidak (Budi, 2008).
Analisa kation golongan keempat mempunyai reagensia golongan larutan amonium
karbonat. Reagensia tidak berwarna golongan keempat yaitu barium, kalsuim dan stronsium.
Reaksi golongan-golongan kation dalam golongan keempat tidak bereaksi dengan asam
klorida, hidrogen sulfida dan amonium sulfida. Golongan kation kelima tidak mempunyai
reagensia khusus untuk golongan ini. Reaksi-reaksi khusus atau uji-uji nyata dapat dipakai
untuk mengidentifikasi ion-ion lain. Menentukan adanya kation dan anion dalam suatu
analisis baik yang terdiri dari zat tunggal atau majemuk perlu sistematika tertentu (Achmad,
1988).
Analisa kualitatif terdapat dua aspek penting yaitu pemisahan dan identifikasi, dimana
kedua aspek ini didasari oleh kelarutan, sifat penguapan dan ekstraksi. Pada analisa kualitatif
ada tiga reaksi yang dilakukan untuk mengidentifikasi suatu sampel yaitu reaksi selektif,
spesifik dan sensitif. Salah satu aplikasi dari pemisahan kation adalah dalam mengidentifikasi
logam-logam yang terkandung dalam sediaan kosmetik yang berfungsi sebagai zat pemutih.
Garam aluminium merupakan astrigen pada kosmetik yang dapat mengiritasi kulit. Oleh
karena itu, perlu dilakukan percobaan ini agar dapat menentukan sifat-sifat kation khususnya
untuk golongan IV-V.

1.2. Rumusan Masalah


Bagaimana proses pemisahan dan identifikasi kation golongan IV dan V?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah kimia analitik
2. Menjelaskan tentang kation golongan IV dan kation golongan V
3. Mengajak pembaca untuk memahami tentang kation golongan IV dan V
BAB II
PEMBAHASAN

Kation adalah ion yang bermuatan positif yang terbentuk ketika sebuah atom
kehilangan satu atom atau lebih selama reaksi terjadi. Kation memiliki muatan positif karena
kelebihan proton dari pada elektron dan akan tertarik pada anion yang bermuatan negatif.
Kation digolongkan kedalam lima golongan berdasarkan sifat kation terhadap penambahan
reagen. Kation golongan I (Pb2+, Hg2+, Ag2+) akan membentuk endapan apabila direaksikan
dengan HCl encer. Kation golongan II (Cu2+, As2+, Br2+, Cd2+) akan membentuk endapan
apabila direaksikan dengan basa. Kation golongan III (Mn2+, Fe3+, Al3+) akan membentuk
endapan dengan amonium sulfida. Kation golongan IV (Ba2+, Ca2+, Sr2+) akan membentuk
endapan dengan amonium klorida [(NH4)2CO3] dalam suasana netral atau sedikit asam.
Kation golongan V (Mg2+, Na+, K+) tidak bereaksi dengan reagen golongan-golongan
sebelumnya dan merupakan kation golongan terakhir.
Identifikasi kation banyak digunakan terhadap terutama sampel yang berupa bahan
garam yang mengandung banyak logam-logam, misalnya pasir besi dan sebagainya. Dengan
uji kation ini, bahan-bahan galian tersebut dapat segera ditentukan tanpa memerlukan waktu
yang lama. Dengan adanya suatu unsur berguna untuk memisahkan bahan galian yang
tercampur. Selain itu, dapat juga digunakan untuk kasus-kasus keracunan logam berat, seperti
Hg dan Pb. Identifikasi kation banyak digunakan atau dilakukan, mengingat karena bahan-
bahan tersebut merupakan bagian bahan obat, bahan baku, dan sedian obat. Namun, dapat
juga sebagai pencemar yang perlu diketahui keberadaannya agar dapat diantisipasi bila
membahayakan. Untuk tinjauan analisis kualitatif sistematik, kation-kation diklasifikasikan
dalam ilmu golongan berdasarkan sifat-sifat kation itu tehadap beberapa reagensia. Reagen
golongan yang dipakai untuk klasifikasi kation yang paling umum adalah Asam klorida,
Hidrogen sulfida, Amonium sulfida, dan Amonium karbonat. Klasifikasi ini didasarkan atas
apakah suatu kation bereaksi dengan reagen-reagen ini dengan membentuk endapan atau
tidak.
Identifikasi kation golongan 4
• Barium (Ba)
Barium adalah logam putih perak, dapat ditempa dan liat, yang stabil dalam udara kering.
1. Barium bereaksi dengan air dalam udara yang lembab, membentuk oksida atau
hidroksida. Barium melebur pada 710oC. Logam ini bereaksi dengan air pada suhu ruang,
membentuk Barium hidroksida dan hidrogen.
Ba + 2H2O → Ba2+ + H2 + 2OH-
Asam encer melarutkan Barium dengan mudah dengan mengeluarkan hidrogen.
Ba + 2H+ → Ba2+ + H2
Barium adalah bivalen dalam garam-garam, membentuk kation barium(II), Ba2+.
Klorida dan nitratnya larut, tetapi dengan menambahkan asam klorida pekat atau asam
nitrat pekat kepada larutan natrium, barium klorida atau nitrat mungkin mengendap
sebagai akibat hukum kegiatan masa.
2. Larutan amonia: tak terjadi endapan barium hidroksida karena kelarutannya relatif tinggi.
Jika larutan yang basa itu terkena udara luar, sedikit karbondioksida akan terserap dan
terjadi kekeruhan yang ditimbulkan oleh barium karbonat. Sedikit kekeruhan mungkin
terjadi ketika menambahkan reagensia; ini disebabkan oleh sejumlah kecil amonium
karbonat, yang sering terdapat dalam reagensia yang telah lama.

3. Larutan amonium karbonat: endapan putih barium karbonat, yang larut dalam asam
asetat dan dalam asam mineral encer.
Ba2+ + CO32- → BaCO3 ↓
Endapan larut sedikit dalam larutan garam-garam amonia dari asam-asam kuat; ini
disebabkan karena ion amonium, sebagai suatu asam kuat, bereaksi dengan basa, yaitu
ion karbonat, CO32-, dengan mengakibatkan terbentuknya ion hidrogen karbonat, HCO3-,
maka konsentrasi ion karbonat dari larutan menjadi berkurang.
NH4+ + CO32- → NH3 + HCO3-
atau
NH4+ + BaCO3 ↓ → NH3 + HCO3- + Ba2+
Jika jumlah endapan barium karbonat sangat kecil, ia bisa larut dengan baik dalam garam
amonium yang berkonsentrasi tinggi.

4. Larutan amonium oksalat: endapan putih barium oksalat Ba(COO) 2, yang hanya sedikit
larut dalam air (0,09 g/liter; Ks = 1,7 x 10-7), tapi dilarutkan dengan mudah oleh asam
asetat encer (perbedaan dari kalsium) dan oleh asam mineral.
Ba2+ + (COO)22- ↔ Ba(COO)2 ↓

5. Asam sulfat encer: endapan putih barium sulfat BaSO 4 hampir tak larut dalam asam
encer dan dalam larutan amonium sulfat, dan larut cukup baik dalam asam sulfat pekat
mendidih. Dengan mengendapkan dalam larutan yang mendidih, atau lebih baik lagi
dengan menambahkan pula amonium asetat, diperoleh bentuk yang lebih mudah
disaring:
Ba2++ SO42- → BaSO4 ↓
BaSO4 ↓ + H2SO4 (pekat) → Ba2+ + 2HSO4-
Jika barium sulfat dididihkan dengan larutan natrium karbonat pekat, terjadi transformasi
parsial menjadi barium karbonat yang kurang larut, menurut persamaan:
BaSO4 ↓ + CO32- ↔ BaCO3 ↓ + SO42-
Karena reaksi ini reversibel, transformasi ini tak sempurna. Jika campuran disaring dan
dicuci (jadi menghilangjkan natrium sulfat) dan residu dididihkan dengan sejumlah
larutan natrium karbonat yang baru saja dibuat, lebih banyak lagi barium sulfat akan
berubah menjadi karbonat yang bersangkutan.

6. Larutan kalsium sulfat jenuh: endapan segera dari barium sulfat putih. Fenomena yang
serupa terjadi jika dipakai reagensia strontium sulfat jenuh. Penjelasan atas reaksi-reaksi
ini adalah sebagai berikut: dari ketiga alkali tanah sulfat, barium sulfatlah yang paling
sedikit larut. Dalam larutan kalsium atau strontium sulfat jenuh, konsentrasi ion sulfat
cukup tinggi untuk menimbulkan pengendapan dengan barium yang berjumlah agak
banyak, karena hasil kali konsentrasi-konsentrasi ion melampaui nilai hasil kali
kelarutannya:
SO42- + Ba2+ ↔ BaSO4 ↓
7. Larutan kalium kromat: endapan kuning barium kromat, yang praktis tak larut dalam air
(3,2 mg/ liter, Ks = 1,6 x 10-10).
Ba2+ + CrO42- → BaCrO4 ↓
Endapan tak larut dalam asam asetat encer (perbedaan dari strontium dan kalsium) tetapi
dapat larut dengan mudah dalam asam mineral. Penambahan asam pada larutan kalium
kromat menyebabkan warna kuning dari larutan berubah menjadi jingga-kemerahan,
disebabkan terbentuknya dikromat:
2CrO42- + 2H+ ↔ Cr2O72- + H2O
Dengan penambahan basa (misalnya ion-ion OH -) kepada larutan dikromat, reaksi atom
berlangsung dari kanan ke kiri karena ion hidrogen hilang diikat oleh ion OH -, maka
kromat akan terbentuk.

8. Reagensia rhodizonat
Etanol bebas air dan eter: campuran 1+1 dari pelarut-pelarut ini melarutkan barium nitrat
anhidrat atau barium klorida (perbedaan dari strontium dan kalsium). Garam-garam ini
harus dipanaskan 180oC sebelum pengujian, untuk menghilangkan semua air kristal. Uji
ini bisa dipakai untuk memisahkan barium dari strontium dan atau kalsium.

 Strontium (Sr)
Strontium adalah logam putih-perak, yang dapat ditempa dan liat. Strontium lebur pada
771oC. Sifat-sifatnya serupa dengan sifat-sifat barium.
1. Larutan amonia: tak ada endapan.

2. Larutan amonium karbonat: endapan putih strontium karbonat:


Sr2+ + CO32- → SrCO3 ↓
Strontium karbonat agak kurang larut dibanding barium karbonat; lain daripada ini; ciri-
ciri khasnya (kelarutan yang sedikit dalam garam-garam amonium terurai oleh asam),
adalah serupa dengan ciri-ciri khas barium karbonat.

3. Asam sulfat encer: endapan putih strontium sulfat:


Sr2+ + SO42- → SrSO4 ↓
Kelarutan endapan tak dapat diabaikan (0,097 gr/L, Ks = 2,8 x 10-7). Endapan tak larut
dalam larutan amonium sulfat bahkan dengan mendidihkan sekalipun (perbedaan dari
kalsium), dan larut sedikit dalam asam klorida mendididh. Ia hampir sempurna diubah
menjadi karbonat yang bersangkutan, dengan mendidihkan larutan karbonat pekat:
SrSO4 + CO32- ↔ SrCO3 ↓ + SO42-
Strontium karbonat kurang larut dibanding strontium sulfat (kelarutan 5,9 mg SrCO3 L-1;
Ks = 1,6 x 10-9 pada suhu ruang)
Setelah menyaring larutan, endapan dapat dilarutkan dalam asam klorida, jadi ion-ion
strontium dapat dipindahkan ke dalam larutan itu.
4. Larutan kalsium sulfat jenuh: endapan putih strontium sulfat, terbentuk dengan lambat-
lambat dalam keadaan dingin, tetapi lebih cepat dengan mendidihkan (perbedaan dengan
barium)
5. Larutan amonium oksalat: endapan putih strontium oksalat
Sr2+ + (COOH)22- → Sr(COO)2 ↓
Endapan hanya sedikit sekali larut dalam air (0,039 gr/L, Ks = 5 x 10-8). Asam asetat tak
menyerangnya; namun asam-asam mineral melarutkan endapan.

6. Larutan kalium kromat: endapan kuning strontium kromat


Sr2+ + CrO42- → SrCrO4 ↓
Endapan larut agak banyak dalam air (1,2 gr/L, Ks = 3,5 x 10 -5), maka tak terjadi
endapan dalam larutan strontium yang encer. Endapan larut dalam asam asetat
(perbedaan dari barium) dan dalam asam-asam mineral, oleh sebab-sebab yang sama,
seperti yang diuraikan pada barium.

7. Reagensia natrium rhodizonat


Etanol bebas air dan eter: campuran 1+1 dari pelarut-pelarut ini, tidak melarutkan
strontium nitrat anhidrat, tetapi melarutkan strontium klorida anhidrat. Uji dapat dipakai
untuk pemisahan kalsium, strontium, dan barium. Uji ini dapat dilakukan sebagai
berikut: endapkan strontium sebagai karbonat. Saring endapan, larutkan satu bagian
darinya dalam asam klorida, dan satu bagian lain dalam asam nitrat. Uapkan kedua
larutan di atas kaca arloji sendiri-sendiri sampai kering, panaskan residu sampai 180 oC
selama 30 menit, dan coba larutkan residu dalam ml pelarut.

 Kalsium (Ca)
Kalsium adalah logam putih perak, yang agak lunak. Yang melebur pada 845oC ia
terserang oleh oksigen atmosfer dan udara lembab, pada reaksi ini terbentuk kalsium
oksida dan kalsium hidroksida. Kalsium menguraikan air dengan membentuk kalsium
hidroksida dan hidrogen. Kalsium membentuk kation kalsium (II), Ca 2+, dalam larutan-
larutan air. Garam-garamnya biasanya berupa bubuk putih dan membentuk larutan yang
tak bewarna, kecuali bila anionnya berwarna. Kalsium klorida padat bersifat higroskopis
dan sering digunakan sebagai zat pengiring. Kalsium klorida dan kalsium nitrat larut
dengan mudah dalam etanol atau dalam campuran 1+1 dari etanol bebas-air dan dietil
eter.
1. Larutan amonia: tak ada endapan, karena kalsium hidroksida larut cukup banyak.
Dengan zat pengendap yang telah lama dibuat, mungkin timbul kekeruhan karena
terbentuknya kalsium karbonat.

2. Larutan amonium karbonat: endapan amorf putih kalsium karbonat:


Ca2+ + CO32- → CaCO3 ↓
Dengan mendidihkan, endapan menjadi berbentuk kristal. Endapan larut dalam air yang
mengandung asam karbonat berlebihan (misalnya, air soda yang baru dibuat), karena
pembentukan kalsium hidrogen karbonat yang larut:
CaCO3↓ + H2O + CO2 ↔ Ca2+ + 2HCO-3
Dengan mendidihkan, endapan muncul lagi karena karbondioksida keluar selama proses
itu sehingga reaksi berlangsung kearah kiri. Ion-ion barium dan sromtium bereaksi
serupa. Endapan larut dalam asam, bahkan dalam asam asetat:
CaCO3 ↓ + 2H+ → Ca2+ + H2O + CO2↑
CaCO3↓ + 2CH3COOH → Ca2++ H2O + CO2↑+ 2CH3COO-
Kalsium karbonat larut sedikit dalam larutan garam-garam amonium dari asam kuat.

3. Asam sulfat encer: endapan putih kalsium sulfat:


Ca2+ + SO42- → CaSO4↓
CaSO4 larut cukup berarti dalam air (0,61 gram Ca2+, 2,06 gram CaSO4 atau 2,61 gram
CaSO4.2H2O l-1, Ks = 2,3 x 10-6) yaitu larut lebih banyak dari pada barium.

Identifikasi kation golongan V


Kation-kation yang umum, yang tidak bereaksi dengan regensia-regensia golongan
sebelumnya, merupakan golongan kation yang terakhir. Kation golongan V disebut juga
golongan sisa, yang meliputi: Mg, K, NH4+. Untuk menentukan adanya kation NH4+
harus diambil dari larutan analit mula-mula. Untuk kotion-kation Ca 2+, Ba2+, Sr2+, Na+,
dan K+. Identifikasi dapat dilakukan dengan uji nyala. Dalam identifikasi kation
golongan V dapat digunakan Amonium, karena golongan sisa dalam ini terdapat dalam
bentuk filtrat (cairan).
 Identifikasi kation Magnesium (Mg2+)
Residu dilarutkan dalam beberapa tetes HCl encer dan tambahkan 2-3 ml air. Kemudian
bagi menjadi dua bagian yang tidak sama. Bagian yang lebih banyak.
Olah 1 ml larutan oksina 2 % dalam asetat 2M dengan 5 ml larutan ammonia 2M. Jika
perlu panaskan untuk melarutkan setiap oksina yang diendapkan. Tambahkan NH 4Cl
kepada larutan uji, diikuti dengan reagensia oksina amoniakal yang telah dibuat.
Kemudian panaskan sampai mendidih selama 1-2 menit (bau NH3 harus terbedakan).
Adanya endapan kuning muda menandakan adanya Mg oksinat. Bagian yang lebih
sedikit.
Sekitar 3-4 tetes sampel tambahkan 2 tetes reagensia ‘magneson’ diikuti dengan
beberapa tetes NaOH sampai basa. Adanya endapan biru memastikan adanya Mg. Uji ini
bergantung pada adsorpsi reagensia, yang merupakan suatu zat pewarna, diatas Mg(OH) 2
dalam larutan basa maka akan dihasilkan bahan pewarna biru.
Semua logam, kecuali logam-logam alkali tidak boleh ada. Garam ammonium
mengurangi kepekaan uji ini dengan mencegah pengendapan Mg(OH)2, dan karenanya
harus dihilangkan terlebih dahulu.

 Identifikasi Kation Natrium (Na+)


Filtrat bagian pertama digunakan untuk mengidentifikasi kation Na. filtrat ditambahkan
sedikit uranil magnesium asetat, kocok, dan diamkan selama beberapa menit. Adanya
endapan kristalin kuning menandakan Na ada.
Na+ + Mg2+ + 3U2 2+ + 9CH3COO- → NaMg(UO2)3(CH3COO)9 ↓
Pengendapan yang paling baik untuk ion-ion natrium adalah pengendapan dengan uranil
magnesium atau zink asetat.
 Identifikasi kation Kalium (K+)
Filtrat ditambahkan dengan sedikit larutan natrium heksanitritokobaltat (III) atau kira-
kira 4 mg zat padatnya dan beberapa tetes asam asetat encer. Aduk-aduk dan jika perlu
diasamkan selama 1-2 menit. Adanya endapan kuning K3[Co(NO2)6] menandakan adanya
K.
3K+ + [Co(NO2)6]3- → K3[Co(NO2)6] ↓
Endapan tak larut dalam asam asetat encer. Jika ada natrium dalam jumlah yang lebih
banyak (atau jika reagensia ditambahkan berlebihan) terbentuk suatu garam campuran,
K2Na[Co(NO2)6]. Endapan terbentuk dengan segera dalam larutan-larutan pekat, dan
lambat dalam larutan encer, pengendapan dapat dipercepat dengan pemanasan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Kation adalah ion-ion bermuatan positif yang terbentuk ketika sebuah atom kehilangan
satu atau lebih elektron reaksi kimia.
2. Kation golongan IV terdiri dari Barium (Ba), Kalsium (Ca), dan Sr (Srontium).
3. Kation golongan V terdiri dari Magnesium (Mg), Natrium (Na), Kalium (K).
4. Kation dapat diklasifikasikan berdasarkan sifat kation tersebut terhadap berbagai
reagensia tertentu.
5. Salah satu cara identifikasi kation adalah pemisahan kation golongan IV dengan
menggunakan ammonium karbonat sebagai reagensia.
6. Kation golongan IV memiliki karakteristik menghasilkan endapan putih (CaCO3, SrCO3,
BaSO3) jika direaksikan dengan amonium karbonat.

Anda mungkin juga menyukai