Anda di halaman 1dari 11

IJCETS 6(2) (2018): 87-97

Indonesian Journal of Curriculum


and Educational Technology Studies
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jktp

Kendala dan Rekomendasi Perbaikan Pengembangan


Kurikulum di Sekolah Menengah Kejuruan
Niam Wahzudik,1 Heri Triluqman Budisantoso,1 Basuki Sulistio1

Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang, Semarang, Indonesia


1

DOI: https://doi.org/10.15294/ijcets.v6i2.26712

Article History Abstrak


Received : October 2018 Perubahan dari setiap kurikulum senantiasa mengacu pada suatu pemikiran
Accepted : October 2018 filosofis (ide) dan berbagai dasar pertimbangan tertentu yang dianut oleh satu-
Published : November 2018 an pendidikan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah
pelaksanaan pengembangan kurikulum di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Keywords ditinjau dari aspek landasan pengembangan kurikulum. Penelitian dilaksanakan
dengan desain penelitian survei. Tempat penelitian di SMK di wilayah Provinsi
Curriculum assistance; Jawa Tengah. Teknik pengumpulan data menggunakan angket. Data yang bersi-
curriculum development; fat kuantitatif dianalisis menggunakan analisis deskriptif kuantitatif, sedangkan
curriculum expert; human data yang bersifat kualitatif akan diinterpretasikan secara kualitatif untuk men-
resources; vocational school
gungkap makna yang tersirat di dalamnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Proses pengembangan kurikulum di satuan pendidikan SMK telah sesuai dan
menggunakan landasan pengembangan kurikulum, terdapat dukungan dari ber-
bagai stakeholder namun masih terbatas, proses pendampingan kurikulum belum
maksimal karena di tiap sekolah tidak ada sumber daya khusus ahli pengembang
kurikulum. Berbagai permasalahan dalam pengembangan kurikulum sekolah
seperti terbatasnya keterlibatan stakeholder, kualitas sumberdaya manusia dan
pendampingan kurikulum yang masih terbatas.

Abstract
The changes of curriculums always refer to a philosophical thought (idea) and va-
rious basic considerations adopted by the schools. The purpose of this study is to
find out how the implementation of curriculum development in vocational schools
is viewed from the aspect of the foundation of curriculum development. The study
was carried out with a survey research design. the research sites are in Vocational
Schools in Central Java Province. Data collection technique using questionnaires.
Quantitative data were analyzed using quantitative descriptive analysis. Whereas
qualitative data was interpreted qualitatively to reveal the meaning. The results sho-
wed that the curriculum development process in vocational schools was appropriate
and already used the foundations of curriculum development. We also found that
there was several supports from various stakeholders but still limited, the curricu-
lum development assistance process was not optimal because each school does no
has special resources to develop an appropriate and contextual curriculum from
curriculum expert. At least we found various problems on the development of school
curriculum such as the lack of stakeholder involvement, the poor quality of human
resources and the assistance of the curriculum development that are still limited.


Corresponding author : © 2018 Universitas Negeri Semarang
Address: Gd. A3 Lt. 1, Jurusan Kurikulum dan Teknologi p-ISSN 2252-6447
Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, UNNES, Sekaran, e-ISSN 2527-4597
Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: niam.wahzudik@mail.unnes.ac.id
N. Wahzudik et al./Indonesian Journal of Curriculum and Educational Technology Studies 6(2) (2018): 87-97

PENDAHULUAN tujuan pendidikan merupakan akibat dari sis-


tem pendidikan yang kurang memberikan ru-
Eksistensi bangsa Indonesia akan lebih di-
ang bagi anak untuk mengembangkan potensi,
perhitungkan di mata dunia apabila bangsa ini
bakat dan minatnya (“2019: Presiden Jokowi Pe-
mampu memberikan sebuah perubahan besar.
rintahkan Perombakan,” 2018). Akibatnya masih
Perubahan suatu bangsa sangat ditentukan oleh
banyak lulusan SMK yang tidak mendapatkan
kualitas pendidikan. Pendidikan mempunyai
pekerjaan sesuai dengan bidang keahliannya,
peranan penting dalam mencapai tujuan pem-
dan menyebabkan pengangguran.
bangunan nasional. Pembangunan yang sedang
berlangsung di era globalisasi menimbulkan ba- Fakta ini dapat dilihat berdasarkan data
nyak perubahan di segala bidang. Sekarang ini dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan
kebutuhan dan tuntutan dunia kerja pada era Agustus 2016 yang menunjukkan bahwa kondi-
industri 4.0 menuntut tenaga kerja kompetitif. si tenaga kerja Indonesia berdasarkan jenjang
Oleh karena itu dunia pendidikan melalui lem- pendidikan atau lulusan. Data tersebut dapat
baga pendidikan harus dapat mencetak manusia digambarkan pada diagram 1 di bawah ini.
memiliki karakter kuat, terampil, kreatif, inova-
tif, dan kompetensi bidang technopreunership
serta peka terhadap lingkungan lokal maupun
global (Haryono et al., 2017).
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) seba-
gai lembaga pendidikan yang mendapatka tugas
berat dalam menghasilkan lulusannnya sebagai
calon tenaga kerja terampil kompeten dan mam-
pu beradaptasi dengan perkembangan IPTEK.
Hal tersebut sesuai dengan penjelasan Undang-
Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pen-
didikan Nasional pasal 15 yang menyebutkan
bahwa SMK merupakan pendidikan menengah
yang mempersiapkan peserta didik terutama Gambar 1 Tenaga Kerja Indonesia ditinjau Ber-
untuk bekerja dalam bidang tertentu. dasarkan Lulusan Sekolah (BPS tahun 2016)
Pada pasal tersebut juga dijelaskan SMK Data di atas menunjukkan bahwa jum-
sebagai salah satu pendidikan kejuruan secara lah tenaga kerja Indonesia yang berasal dari
umum mempunyai tujuan untuk meningkatkan tingkat pendidikan yang lulusan dari jenjang
keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Tuhan Yang Maha Esa dan mengembangkan po- ke bawah (Sekolah Dasar [SD]-SMP atau yang
tensi peserta didik agar memiliki akhlak mulia, sederajat) sebanyak 60,24 %, sedangkan tenaga
pengetahuan dan wawasan kebangsaan yang kerja dari lulusan pendidikan menengah (Seko-
luhur; serta mempunyai tujuan khusus yaitu lah Menengah Atas [SMA], SMK atau sederajat)
menyiapkan peserta didik dengan pengetahuan, sebesar 27,12 %, dan tenaga kerja yang merupa-
kompetensi, teknologi dan seni agar menjadi kan lulusan perguruan tinggi sebesar 12,24 %
manusia produktif, maupun bekerja mandiri, dari seluruh tenaga kerja yang ada di Indone-
mengisi lowongan pekerjaan yang ada di dunia sia. Berdasarkan data gambar 1 dapat dikatakan
usaha dan industri sebagai tenaga kerja tingkat bahwa persentase tenaga kerja paling banyak
menengah sesuai dengan kompetensi. adalah dari lulusan SMP kebawah. Hal ini tentu
saja dapat mengakibatkan kemungkinan banyak
Berdasarkan pada pasal 15 tersebut pendi-
tenaga kerja yang tidak terampil dan akibatnya
dikan kejuruan merupakan pendidikan menen-
produktivitas tenaga kerja Indonesia tertinggal
gah yang mempersiapkan peserta didik teruta-
dari negara Asia lainnya (Bank Dunia, 2014).
ma untuk bekerja di bidang tertentu. Namun
Berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
sampai saat ini tujuan tersebut belum tercapai
mulai akhir tahun 2015 menyebabkan pening-
(“Apindo: Kualitas Lulusan SMK,” 2017). Hal ini
katan kebutuhan pekerja terampil serta menu-
disebabkan karena sistem penyelenggaran pen-
runkan kebutuhan pekerja tidak terampil (Chia,
didikan belum sesuai dan sejalan dengan defi-
2013).
nisi peserta didik yang dijelaskan dalam pasal 15
Undang–Undang Sistem Pendidikan Nasional Di sisi lain yang juga perlu diperhatikan
Tahun 2003. Kurang maksimalnya pencapaian adalah pertumbuhan jumlah SMK harus diikuti

88
N. Wahzudik et al./Indonesian Journal of Curriculum and Educational Technology Studies 6(2) (2018): 87-97

oleh perkembangan kualitas lulusan SMK. Oleh bangan model penyusunan KTSP yang mengacu
karena itu, setiap peserta didik harus dididik un- pada Standar Nasional Pendidikan (SNP).
tuk menjadi sosok manusia ideal sesuai dengan
amanat dari Undang-undang Sistem Pendidikan Berikutnya, fokus pada lingkup SMK,
Nasional sehingga mampu bersaing dengan te- penelitian Maria et al. (2014) telah mengkaji ke-
naga kerja yang berasal dari negara lain dengan siapan impelementasi Kurikulum 2013 di Seko-
memberikan kontribusi terhadap kemampuan lah Menengah Kejuruan (SMK) Muhammadiyah
daya saing bangsa, mengingat Indonesia harus 2 Metro. Widiyanto (2010) mencoba mengiden-
mampu bersaing dengan negara–negara lain tifikasi hal-hal yang harus dipersiapkan dalam
baik dalam produk, pelayanan, maupun dalam mengembangkan kurikulum berbasis kompe-
menyiapan sumber daya manusia serta meny- tensi dunia industri di SMK. Wagiran (2007)
esuaikan diri dengan era industri 4.0. (Bakrun, menelisik dimensi filosofis pengembangan kuri-
2018). kulum dan pembelajaran untuk SMK. Beberapa
penelitian tersebut fokus pada pengembangan
Dalam rangka mewujudkan hal tersebut, kurikulum di SMK, namun belum menyentuh
maka SMK harus senantiasa mengembangkan sisi kesesuaiannya dengan dasar teoretik pen-
kurikulumnya. Kurikulum dalam sistem pen- gembangan kurikulum.
didikan memiliki peran sentral yang wajib di-
perhatikan dengan seksama karena kurikulum Minimnya literatur kajian (penelitian)
adalah jantungnya pendidikan. Kurikulum yang yang fokus pada bagaimana satuan pendidikan
berkualitas akan menghasilkan lulusan yang mengembangkan (menyusun) kurikulum teru-
berkualitas. Mulai pada tahun 2006 sistem pen- tama kajian keterterapan berbagai aspek lan-
didikan di Indonesia telah memberlakukan Ku- dasan pengembangan kurikulum dan pendam-
rikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) se- pingan kurikulum mendorong peneliti meneliti
bagai kurikulum operasional yang harus disusun tema ini. Kajian ini akan memperkaya referensi
dan dilaksanakan sendiri oleh masing-masing kajian kurikulum, tidak hanya sekadar bagai-
satuan pendidikan dan mengacu pada kebijakan mana implementasi suatu kurikulum di sekolah
Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan kuriku- tetapi bagaimana suatu kurikulum itu dikon-
lum nasional, termasuk yang terbaru berlakunya sepkan, disusun hingga diimplemnetasikan da-
Kurikulum 2013. lam program pembelajaran di kelas. Artikel ini
mendeskripsikan secara empiris proses pengem-
Hal ini sesuai dengan Permendikbud no- bangan kurikulum di SMK ditinjau dari aspek
mor 61 tahun 2014 tentang Kurikulum Tingkat keterterapan landasan pengembangan kuriku-
Satuan Pendidikan pada Pendidikan Dasar dan lum, peran stakeholder, proses pendampingan,
Pendidikan Menengah pasal 2 ayat 1 dan 2 yang dan kendala penyusunan dokumen kurikulum
menyebutkan. (KTSP) yang berkualitas dan dapat dioperasio-
(1) KTSP dikembangkan, ditetapkan, dan di- nalisasikan.
laksanakan oleh setiap satuan pendidikan. (2)
Pengembangan KTSP sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) mengacu pada SNP dan Kuriku- METODE
lum 2013.
Desain penelitian untuk studi kebijakan
Wujud dari KTSP adalah dokumen KTSP ini adalah survei. Subjek atau unit analisis untuk
yang terdiri dokumen Buku 1, buku 2 dan buku penelitian ini adalah Sekolah Menengah Keju-
3. Kajian tentang kurikulum telah banyak di- ruan (SMK) di Jawa Tengah yang diambil secara
lakukan. Namun, kajian-kajian tersebut lebih acak. Responden penelitian sebanyak 54 res-
mengungkap pada sisi kesiapan sekolah dan ponden terdiri atas kepala sekolah, wakil kepala
implementasinya dari kurikulum yang sedang sekolah bidang kurikulum, dan guru. Kegiatan
berlaku. Secara umum penelitian Subagiyo et al. penelitian dilaksanakan dalam waktu 8 bulan
(2014) mengenai implementasi Kurikulum 2013 yaitu bulan April–September 2018. Prosedur
di Kalimantan Timur dan Kastawi et al. (2017) pengumpulan data untuk penelitian ini meng-
mengenai implementasi Kurikulum 2013 di Jawa gunakan angket dan wawancara.
Tengah telah mengidentifikasi beberapa ken-
dala. Pada ranah pengembangan, kajian model Angket dipergunakan untuk mengungkap
pengembangan dan implementasi KTSP dengan data atau informasi terkait bagaimana proses
dukungan dari stakeholders yang dilakukan oleh pengembangan kurikulum di SMK yang ditinjau
Samsudi (2012) serta Halimah et al. (2009) yang menurut aspek keterapan landasan pengemban-
melakukan kajian tentang bagaimana pengem- gan, peran stakeholder, proses pendampingan

89
N. Wahzudik et al./Indonesian Journal of Curriculum and Educational Technology Studies 6(2) (2018): 87-97

kurikulum. Wawancara digunakan untuk men- responden menunjukkan bahwa selama proses
gungkap informasi berkaitan kendala SMK da- penyusunan kurikulum (dokumen KTSP) tim
lam pengembangkan dan menyusun dokumen pengembangan kurikulum sekolah telah men-
kurikulum (KTSP). Sesuai dengan karakteristik gacu pada visi, misi dan tujuan sekolah. Dalam
penelitian yang dilakukan, metode analisis data rumusan visi, misi dan tujuan sekolah inilah fi-
menggunakan analisis deskriptif. Data yang ber- losofi pendidikan dijadikan sebagai acuan dalam
sifat kualitiatif akan diinterpretasikan secara ku- penyelenggaraan pendidikan di masing-masing
alitatif untuk mengungkap makna yang tersirat sekolah. Berkaitan dengan pengembangan ku-
di dalamnya. rikulum apakah telah mengacu pada landasan
filosofis pada penelitian ini telah memperoleh
informasi sebanyak 73% responden menyatakan
HASIL DAN PEMBAHASAN selalu, 21% menyatakan sering, dan 6% respon-
den menyatakan kadang-kadang menggunakan
Hasil penelitian dan pembahasan terdiri
acuan visi, misi dan tujuan sekolah.
atas empat bagian yaitu (1) keterterapan landas-
an pengembangan kurikulum, (2) peran stake- Data tersebut mengindikasikan bah-
holder, (3) proses pendampingan kurikulum, wa tim pengembang kurikulum sekolah telah
dan (4) kendala penyusunan kurikulum. Ada- menggunakan kaidah pengembangan kuriku-
pun deskripsi dari masing-masing bagian adalah lum harus mengacu pada landasan filosofis yang
sebagai berikut. secara operasional dapat dipahami dari rumusan
visi, misi dan tujuan sekolah. Filsafat sebagai sa-
lah satu landasan atau fondasi kurikulum dapat
A. Keterterapan Landasan Pengembangan
berfungsi sebagai pemandu tim pengembang
Kurikulum
kurikulum sekolah dalam merancang, melaksa-
Pada umumnya kegiatan pengembangan nakan, dan mengembangkan kurikulum seko-
kurikulum harus mengacu pada landasan atau lah, karena jika pengembangan suatu kurikulum
acuan pemikiran yang menjadi dasar pertimban- tanpa didasarkan pada satu atau atau beberapa
gan setiap pengembangan kurikulum. Landasan aliran filsafat kurikulum tersebut akan mudah
kurikulum terdiri atas landasan filosofis, psiko- dipengaruhi oleh kepentingan pribadi atau ke-
logis, sosiologis dan perkembangan teknologi. lompok tertentu (Sukmadinata, 2014, pp. 38-45;
Informasi yang berasal dari kepala sekolah, wa- Ornstein & Hunkins, 2018, pp. 46-70).
kil kepala sekolah dan guru menunjukkan bahwa Pada era sekarang ini hampir tidak ada se-
SMK di Jawa Tangah pada tahun ajaran 2017/2018 kolah yang hanya menganut satu aliran filsafat
yang sedang berjalan masih menggunakan dua saja, karena kebanyakan sekolah menggabung-
kurikulum yaitu Kurikulum 2006 dan Kuriku- kan empat aliran filsafat sebagai dasar pengem-
lum 2013. bangan kurikulum (Ansyar, 2015, p. 105). Filsafat
Secara filosofi dua kurikulum yang ba- pendidikan mana saja yang dianut oleh suatu se-
nyak diterapkan di sekolah sama-sama men- kolah tergantung pada karakteristik, situasi dan
gusung masalah peningkatan kompetensi lu- kondisi sekolah yang bersangkutan serta latar-
lusan, namun untuk Kurikulum 2013 nuansa belakang pendidik dan pengelola sekolah.
pengembangan karakter dan pengembangan
Kompetensi Abad 21 diberikan porsi yang le-
bih besar. Sebagaimana karakteristik dari KTSP
yang memberikan keluwesan sekolah dalam
mengembangkan keunggulan lokal (penciri) di
masing-masing sekolah, nampak bahwa keung-
gulan lokal tercermin pada rumusan visi, misi
dan tujuan sekolah. Satuan Pendidikan (seko-
lah) yang berlatar belakang sekolah umum atau Gambar 2 Penyusunan Kurikulum Mengacu
negeri lebih umum dalam merumuskan visi dan Visi, Misi dan Tujuan Sekolah
misi sekolah. Sedangkan sekolah dengan latar
Pada keterterapan aspek landasan psi-
belakang keagaamaan memiliki nuansa religius
kologi dalam pengembangan kurikulum dipe-
yang lebih besar dalam rumusan visi, misi dan
tujuan sekolahnya.
roleh informasi bahwa selama pengembangan
dan pelaksanaan kurikulum mempertimbang-
Berdasarkan angket yang diisi oleh para kan aspek psikologi belajar siswa. Landasan

90
N. Wahzudik et al./Indonesian Journal of Curriculum and Educational Technology Studies 6(2) (2018): 87-97

psikologi dalam pengembangan kurikulum kan pada gambar 4 di bawah ini.


meliputi faktor-faktor psikologis yang harus
dijadikan dasar pertimbangan dalam pen-
gembangan kurikulum (Sukiman, 2015, p. 29).
Berkaitan dengan hal tersebut hasil penelitian
ini sesuai pada gambar 3 dan 4 di bawah ini.

Gambar 4 Pengembangan dan pelaksanaan


kurikulum mempertimbangkan aspek psikologi
perkembangan siswa
Landasan sosiologis dalam pengemban-
gan kurikulum dapat didefinisikan sebagai sega-
Gambar 3 Pengembangan dan pelaksanaan la asumsi ataupun pemikiran sosiologis, hubun-
kurikulum dengan mempertimbangkan aspek gan interaksi dan kelas sosial masyarakat yang
psikologi belajar siswa mempengaruhi pengembangan kurikulum. Ke-
terapan landasan sosiologis dan budaya dalam
Berdasarkan data pada gambar 3 di atas pengembangan kurikulum dapat divisualisasi-
menunjukkan bahwa kegiatan pengembangan kan pada gambar 5 di bawah ini yang secara ge-
kurikulum telah mempertimbangkan aspek neral setiap kegiatan pengembagan kurikulum
psikologi belajar siswa di mana 73% responden menggunakan pertimbangan sosiologis, per-
menyatakan selalu, 23% menyatakan sering, dan kembangan zaman dan budaya setempat agar
4% lainnya menyatakan kadang-kadang. Perha- hasil kurikulum yang dikembangkan sesuai den-
tian pada aspek psikologi belajar siswa dalam gan perkembangan di masyarakat.
kaitannya dengan kegiatan pengembangan kuri-
kulum, yaitu memberikan pengaruh pada bagai-
mana kurikulum itu dibelajarkan sesuai dengan
karakteristik atau cara siswa belajar termasuk
berbagai teori belajar manakah yang dapat dia-
odpsi oleh pendidik. Dengan mengadopsi teori
belajar dan gaya belajar siswa tentu para pendi-
dik akan lebih mudah membelajarkan siswa dan
tentu saja siswa juga akan merasakan kenyama- Gambar 5 Pengembangan dokumen KTSP
nan ketika mengikuti proses pembelajaran ka- mempertimbangkan aspek sosiologis, perkem-
rena belajar sesuai dengan gaya mereka belajar banngan zaman dan budaya setempat
(Sukmadinata, 2014, pp. 131-149).
Kajian ini menunjukkan bahwa tim pen-
Selain pada aspek psikologi belajar, pen- gembang kurikulum sekolah telah menggu-
gembangan kurikulum juga harus mempertim- nakan landasan sosiologis dalam menyusun
bangkan aspek psikologi perkembangan. Psiko- kurikulum. Kajian landasan sosiologis ini dapat
logi perkembangan sebagai salah satu cabang bermanfaat dalam memberikan gambaran ten-
ilmu psikologi yang mempelajari perkembangan tang besarnya tantangan pendidik dan penge-
siswa dalam konteks pengembangan kurikulum lola pendidikan dalam mendesain kurikulum
berpengaruh pada penentuan tingkat kedala- karena perubahan atau perkembangan sosial
man dan keluasan materi atau isi kurikulum masyarakat, perkembangan zaman, Ipteks dan
(Ornstein & Hunkins, 2018, pp. 113-146). Sema- budaya masyarakat akan berdampak pada pen-
kin tinggi jenjang pendidikan maka semakin didikan dan pengambilan keputusan untuk
dalam dan luas apa yang dipelajari oleh siswa. pengembangan kurikulum (Ornstein & Hun-
Dengan memperhatikan perkembangan siswa kins, 2018, pp. 151-172). Kurikulum yang dikem-
diharapkan siswa belajar dan berkembang se- bangkan oleh tim pengembang kurikulum ha-
suai tingkat kematangan psikologinya sehingga rus mampu mempersiapkan siswa menghadapi
tidak muncul permasalahan belajar. Kajian ini kehidupan di masyarakat yang sangat dinamis,
menunjukkan bahwa pengembangan dan pelak- kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
sanaan kurikulum mempertimbangkan aspek serta tantangan kehidupan di abad 21 yang cepat
perkembangan siswa sebagaimana divisualisasi- berubah.

91
N. Wahzudik et al./Indonesian Journal of Curriculum and Educational Technology Studies 6(2) (2018): 87-97

Stakeholder pendidikan dapat diklasifi-


kasikan menjadi dua, yaitu stakeholder internal
dan stakeholder eksternal. Contoh dari stakehol-
der internal yaitu guru, tenaga kependidikan,
dan siswa. Sedangkan contoh stakeholder eks-
ternal pendidikan yaitu orangtua siswa, masya-
rakat umum, dunia usaha dan industri (DUDI),
Gambar 6 pengembangan/penyusunan KTSP dan tokoh masyarakat. Berdasarkan hasil pen-
mengacu pada perkembangkan IPTEKS terbaru elitian ini menunjukkan bahwa 33% responden
menyatakan stakeholder pendidikan terlibat/
Perkembangan ilmu pengetahuan, tekno- berpartisipasi dengan sangat baik, 44% baik,
logi, dan seni (Ipteks) pada era revolusi industri 21% cukup baik dan hanya 2% yang menyatakan
4.0 menunjukkan perubahan yang begitu cepat. partisipasinya tidak baik dalam pengembangan
SMK sebagai sekolah yang nantinya menghasil- kurikulum sekolah. Visualisasi kajian ini dapat
kan lulusan yang kompetensi dan siap bekerja dilihat pada gambar 7 di bawah ini.
dituntut memiliki kemampuan untuk beradap-
tasi dan menguasai Ipteks. Menghadapi hal ter-
sebut kurikulum SMK harus relevan dengan per-
kembangan dunia usaha dan industri. Dinamika
perkembangan Ipteks yang begitu cepat sedapat
mungkin bisa diadaptasi dan diadopsi oleh SMK
melalui penyesuaian kurikulum SMK dengan
kompetensi yang dibutuhkan di dunia usaha dan
dunia industri sebagaimana fungsi kurikulum Gambar 7 Keterlibatan/Partisipasi warga seko-
sebagai wahana untuk mempersiapkan lullusan lah (guru, tenaga kependidikan dan siswa)
yang dibutuuhkan di masa depan. dalam proses penyusunan/pengembangan do-
kumen KTSP
Pada kajian ini menunjukkan bahwa se-
kolah telah menggunakan pertimbangan per- Data penelitian tersebut menunjukkan
kembangan Ipteks sebagai salah satu landasan bahwa kesadaran warga sekolah (stakeholder
pengembangan kurikulum secara rinci dapat di- internal) telah sesuai dengan karakteristik dari
cermati pada gambar 6 di atas. Berdasarkan ka- kebijakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidi-
jian ini menguatkan bahwa perubahan konteks kan (KTSP). Di mana KTSP sebagai salah satu
masyarakat di era digital sekarang ini, menun- model pengembangan kurikulum yang bersifat
tut tim pengembang kurikulum sekolah untuk desentralisasi karena disusun oleh sekolah itu
mampu membuat kurikulum yang tidak hanya sendiri. Pengembangan kurikulum semacam ini
membekali ssiwa dengan kompetensi profesio- didasarkan atas karakteristik, kebutuhan, per-
nal dan sosial saja tetapi perlu dibekali dengan kembangan daerah serta kemampuan sekolah
kompotensi pengembangan diri yang dapat di- (Sukmadinata, 2014, p. 201).
tingkatkan sesuai dengan tuntutan perkemban-
Kurikulum yang dikelola secara desentra-
gan dan perubahan zaman (Ansyar, 2015, p. 172).
lisasi seperti KTSP menunjukkan peranan guru
yang lebih besar dalam pengembangan kuri-
kulum. Guru turut berpartisipasi, bukan hanya
B. Peran Stakeholder dalam Pengembangan dalam penjabaran kurikulum induk ke dalam
Kurikulum Program Tahunan (Prota), Program Semester
Usaha meningkatkan dan tanggung jawan (promes), atau satuan pelajaran tetapi juga da-
kualitas pendidikan tidak hanya menjadi tang- lam menyusun kurikulum secara menyeluruh
gung jawab sekolah semata, namun perlu peran untuk sekolahnya atau satuan pendidikan di
dan kolaborasi dari berbagai pihak yaitu peme- mana guru tersebut bernaung. Dengan demiki-
rintah, sekolah, masyarakat dan tentu saja orang an karena guru sejak awal penyusunan kuriku-
tua/wali siswa yang biasa disebut stakeholder lum telah diikutkan (berpartisipasi), maka guru
atau pihak yang berkepentingan dalam pendidi- akan lebih memahami dan menguasai kuriku-
kan. Berkaitan dengan pengembangan kuriku- lum yang diterapkan di sekolahnya dan tentu
lum, peran stakeholder sangat dibutuhkan baik pelaksanaannya akan lebih tepat dan lancar.
dalam wujud dukungan materi maupn non ma- Dalam peran yang kebih komplek guru berpe-
teri (ide, gagasan). ran sebagai pengguna, perencana, pemikir, pe-

92
N. Wahzudik et al./Indonesian Journal of Curriculum and Educational Technology Studies 6(2) (2018): 87-97

nyusun, pengembang, pelaksana dan evaluator ada di masyarakat berimplikasi pada kurikulum
kurikulum (Sukmadinata, 2014, p. 202). yang dikembangkan dan digunakan di sekolah
(Sukiman, 2015, p. 44). Dengan demikian setiap
Proses pengembangan kurikulum selain
pengembangan kurikulum harus memperhati-
melibatkan warga sekolah (guru, tendik, dan
kan kebutuhan kompetensi yang ada di masya-
siswa) juga memerlukan partisipasi komite se-
rakat dan relevansinya dengan jenis dan karakter
kolah. Riset ini menunjukkan bahwa 37% me-
pekerjaan. Selain itu, kurikulum yang dikem-
nyatakan sangat baik, 38% baik, 18% menyatak-
bangkan dan diimplementasikan oleh satuan
kan cukup baik, dan 7% menyatakan selama ini
pendidikan harus mampu menstransformasikan
komite sekolah tidak terlibat dengan baik saat
nilai-nilai kebaikan yang dianut, diyakinin dan
sekolah menyusun KTSP. Hasil penelitian ini
ditaati oleh masyarakat, sehingga hasil dari pen-
menunjukkan bahwa kesadaran komite sekolah
didikan yang diselenggarakan oleh satuan pen-
untuk memberikan kontribusi kepada sekolah
didikan tidak bertentangan dengan nilai yang
dalam mengembangkan kurikulum dapat dika-
ada di masyarakat.
takan baik. Visualisasi keterlibatan komite se-
kolah dalam proses pengembangan kurikulum
dapat dilihat pada gambar 8 berikut ini.
C. Proses Pendampingan Kurikulum
Peraturan Menteri Pendidikan dan Ke-
budayaan No. 105 Tahun 2014 tentang Pen-
dampingan Pelaksanaan Kurikulum 2013 pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah
menyebutkan bahwa “Pendampingan adalah
proses pemberian bantuan penguatan pelaksa-
naan Kurikulum 2013 pada satuan pendidikan”.
Gambar 8 Keterlibatan komite sekolah dalam Artinya bahwa dalam rangka sekolah melak-
proses penyusunan/pengembangan dokumen sanakan kurikulum 2013 di satuan pendidikan
KTS mendapatkan semacam bantuan agar pelaksa-
naan dari kurikulum yang berjalan dapat terlak-
Selain melibatkan warga sekolah dan ko- sana dengan baik.
mite sekolah, proses pengembangan kuriku-
lum memerlukan dukungan keterlibatan dari Merujuk pada Permendikbud di atas ke-
stakeholder yang berkepentingan dalam pen- giatan pendampingan kurikulum dibedakan
didikan, misalnya orang tua, dunia usaha dan menjadi dua model, yaitu (1) model pendampin-
dunia industri, birokrasi atas sekolah dan lain gan di induk kluster/gugus satuan pendidikan
sebagainya. Hasil penelitian ini (gambar 9) me- dan (2) model pendampingan di satuan pen-
nunjukkan bahwa stakeholder masyarakat telah didikan. Model kluster dimaksudkan sebagai
memberikan dukungan dalam proses pengem- model pendampingan yang dilakukan oleh guru
bangan dokumen KTSP dengan rincian 17% pendamping yang ada dalam satu induk kluster/
sangat baik, 48% baik, 25% cukup baik, dan 10% gugus, sedangkan model pendampingan di satu-
menyatakan tidak baik. an pendidikan dilakukan oleh guru pendamping
yang ada di satuan pendidikan tertentu.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa


kegiatan pendampingan kurikulum dilaksa-
nakan sangat baik (31%), 41% baik, 24% cukup
baik, dan 4% menyatakan tidak baik. Jika data
tersebut dicermati bahwa presentase cukup baik
dan tidak baik hampir mendekati presentase
30%, artinya bahwa kegiatan pendampingan ku-
Gambar 9 Keterlibatan stakeholder (masyara-
rikulum yang selama ini ada masih terdapat ke-
kat) dalam proses penyusunan/pengembangan
lemahan yang artinya membutuhkan perbaikan
dokumen KTSP
yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, misalnya
Sekolah sebagai bagian dari masyarakat kualitas guru pendamping atau pun kualitas dari
dalam konteks pendidikan di SMK memiliki sekolah atau guru yang mengikuti pendampin-
tugas untuk menyiapkan lulusan yang siap be- gan. Visualisasi proses pendampingan kuriku-
kerja dan berusaha, karena jenis pekerjaan yang lum dapat dilihat pada gambar 10.

93
N. Wahzudik et al./Indonesian Journal of Curriculum and Educational Technology Studies 6(2) (2018): 87-97

Gambar 10 proses pendampingan penyusunan/ Gambar 11 Pendapat guru jika di sekolah ter-
pengembangan KTSP yang selama ini diterap- dapat Pengembang Kurikulum
kan di sekolah Mengacu pada temuan tersebut, yak-
Berkaitan dengan besarnya persentase ni mengenai urgensi adanya ahli pengembang
cukup baik dan tidak baik (28%) pada kegia- kurikulum di setiap satuan pendidikan, juga
tan pendampingan kurikulum yang selama ini didukung fakta bahwa pada kenyataannya tim
telah diterapkan di sekolah, nampaknya sesuai pengembang kurikulum sekolah memerlukan
dengan apa yang sebenarnya sekolah butuhkan, pelatihan pengembangan kurikulum (81% res-
terutama setiap ada perubahan kurikulum dan ponden sangat setuju dan 19% setuju) yang seca-
tuntutan peningkatan mutu pendidikan. ra visual dapat dilihat pada gambar 12.

Artinya sekolah membutuhkan alterna-


tif cara bagaimana untuk mengembangkan dan
mengimplementasikan kurikulum di masing-
masing satuan pendidikan, misalnya pengadaan
ahli kurikulum di setiap satuan pendidikan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari
90% responden menyatakan sekolah membu-
tuhkan ahli kurikulum (pengembang kuriku-
lum) dengan rincian persentase 73% sangat Gambar 12 Pendapat sekolah jika ada pelati-
setuju, 19% setuju, 4% cukup setuju dan 4% res- han khusus bagi tim pengembang kurikulum di
ponden lainnya menyatakan tidak setuju jika di sekolah
sekolah terdapat tenaga ahli yang secara khusus Kebutuhan pelatihan bagi tim pengem-
kompeten dalam pengembangan kurikulum. bang kurikulum sekolah sangat diperlukan, ka-
Keberadaan ahli kurikulum di setiap satu- rena pada umumnya yang menjadi tim pengem-
an pendidikan memberikan peluang dan man- bang kurikulum sekolah adalah kepala sekolah
faat besar bagi pengembangan dan implemen- dan guru yang belum tentu secara keilmuwan
tasi kurikulum. Dengan adanya ahli kurikulum atau kompetensi berlatar belakang sebagai ahli
di setiap satuan pendidikan sangat membantu kurikulum, sehingga aktivitas pengembangan
pihak sekolah dalam menterjemahkan dan me- kurikulum lebih bersifat administratif saja.
mahami setiap kebijakan perubahan kurikulum, Misalnya administrasi dokumen KTSP untuk
sehingga mampu meminimalisasi kesalahpaha- pendukung kegiatan akreditasi sekolah.
man pemaknaan model kurikulum baru dan ha-
rapannya konsep dan implementasi kurikulum D. Kendala Penyusunan Kurikulum
yang dari pusat akan tetap sama ketika diimple-
mentasikan di level sekolah. Proses pendidikan senantiasa bergerak
dinamis, tidak terkecuali dengan proses pe-
Hal ini juga memberikan peluang bagi nyusunan kurikulum di tiap satuan pendidikan.
setiap satuan pendidikan (sekolah-sekolah) un- Apalagi akhir-akhir ini perubahan kebijakan
tuk secara mandiri, relevan dan kontekstual da- pendidikan dan pergantian kurikulum begitu
lam mengembangkan dan menyusun dokumen cepat. Dalam proses penyusunan dan pengem-
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). bangan kurikulum tentu tidak selamanya berja-
Ahli kurikulum tersebut juga dapat membantu lan dengan lancar, adakalnya menemui kendala.
kepala sekolah ketika melakukan supervisi aka- Berikut ini beberapa kendala yang dihadapi oleh
demik, di mana kegiatan akademik tidak dapat satuan pendidikan (sekolah) ketika mengem-
terpisahkan dengan yang namanya kurikulum. bangkan kurikulum.

94
N. Wahzudik et al./Indonesian Journal of Curriculum and Educational Technology Studies 6(2) (2018): 87-97

Pertama, keterlibatan stakeholder belum gurulah yang paling mengetahui dan merasa-
maksimal. kan kurikulum dapat berjalan dengan benar dan
“(1) Keterlibatan stakeholder yang berkurang, baik atau terdapat berbagai permasalahan da-
(2) Dunia industri yang relevan, dan (3) Keter- lam implementasinya.
libatan orang tua kurang maksimal.”
Kedua, kualitas sumber daya manusia
“Saat penyusunan kurangnya suplay ide atau (SDM).
gagasan dari guru dan anggota yang lain.
Susah dalam menentukan materi dalam “(1) Ketidakpenguasaan materi KTSP, (2) In-
pengembangan kurikulum” (KDR). formasi tentang kurikulum.”(SMG)

“Kurangnya partisipasi guru, kurangnya par- “SDM yang masih kurang paham tentang IT
tisipasi dari masyarakat, kurangnya biaya” ...”(SMGG)
(AIS). “penentuan penilaian di dalam raport, penen-
tuan kriteria kelulusan siswa.” (PGRS).
Berdasarkan pada informasi di atas me-
nunjukkan bahwa peran stakeholder dalam “Penggalian muatan lokal yang sesuai den-
rangka kegiatan pengembangan kurikulum me- gan daerah untuk diterapkan ke dalam mata
pelajaran.”(BLR)
merlukan perhatian lebih. Apalagi untuk jen-
jang satuan pendidikan Sekolah Menengah Ke- Permasalahan lain yang menjadi kenda-
juruan (SMK) membutuhkan banyak kegiatan la dalam pengembangan kurikulum di satuan
kerjasama, misalnya dunia usaha dan industri pendidikan SMK yaitu masalah kualitas sumber
(DUDI) agar lulusan dari SMK memiliki kompe- daya manusia (SDM). Dalam lingkup persekola-
tensi yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. han yang termasuk SDM pendidikan yaitu guru,
Bentuk keterlibatan dan kerjasama antara SMK tenaga kependidikan, dan siswa. Pada level guru
dengan DUDI semacam ini biasa disebut dengan pengetahuan guru terhadap karakteristik dan
Link and Match (keterkaitan dan kesepadanan). materi KTSP serta informasi tentang kurikulum
sering tertinggal yang disebabkan bisa karena
Konsep link and match antara dunia pen- kurang memahami dan memanfaatkan TIK. Per-
didikan dan industri adalah ideal, ada hubun- masalahan lainnya berkaitan dengan masalah
gan timbal balik untuk dilakukan, akan ada ke- penentuan kriteria kelulusan siswa dan mengisi
terkaitan antara pemasok tenaga kerja dengan nilai raport serta berbagai kesulitan sekolah da-
penggunanya. Adanya hubungan timbal balik lam menggali muatan lokal yang sesuai dengan
ini membuat SMK dapat menyusun kurikulum karakteristik daerah yang akan diintegrasikan
sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Dalam hal dengan mata pelajaran lain.
ini ada tiga komponen yang harus bergerak si-
multan untuk menyukseskan program link and Ketiga, keterbatasan pendampingan kuri-
match yaitu SMK, dunia kerja (perusahaan) dan kulum dari pemerintah.
pemerintah (Hadam et al. 2017, p. 73).
“Pemerintah telah melaksanakan pelatihan
dalam menerapkan kurikulum 2013 namun be-
Berikutnya, peran orang tua yang kurang
lum merata dirasakan semua guru” (SMG)
maksimal turut mempengaruhi pengembangan
kurikulum. Secara konsep kurikulum memiliki “Kurangnya fasilitas dari pemerintah menge-
peran strategis dalam mendukung perkemban- nai proses pengembangan kurikulum teru-
tama tim pengembang kurikulum yang belum
gan anak, yaitu sebagai panduan orang tua da- memadai di tiap sekolah.” (ABW)
lam mendampingi dan mengarahkan anak keti-
ka belajar di rumah. “Kurangnya pendamping ahli pada saat proses
penyusunan, ... pembiayaan yang kurang se-
Permasalahan lain yang menghambat ke- hingga kurang efektif” (SMGG).
giatan pengembangan kurikulum ialah disebab- “...guru-guru disini kurang mendapat sosia-
kan oleh kurangnya partisipasi guru. Meskipun lisasi dari pemerintah, kurang penyuluhan.
tidak semua guru menjadi Tim Pengembang Ku- Kemudian, pemerintah dalam K-13 ini san-
rikulum (TPK) yang output kegiatannya berupa gat mengedepankan tentang perkembangan
zaman sementara sarana prasarana sekolah
dokumen KTSP, sejatinya guru adalah pengem- ini belum memadai untuk bisa benar-benar
bang kurikulum. Di tangan gurulah kurikulum mengikuti perkembangan global” (GBG).
yang sifatnya konseptual dan prosedural dalam
skenario pembelajaran (RPP) dapat direalisasi- Permasalah pendampingan kurikulum ke
kan berupa kegiatan pembelajaran di kelas. setiap guru atau sekolah dirasakan masih terba-
Kaitannya hal tersebut dapat dikatakan bahwa tas meskipun pada permulaan setiap kebijakan

95
N. Wahzudik et al./Indonesian Journal of Curriculum and Educational Technology Studies 6(2) (2018): 87-97

kurikulum baru biasanya pemerintah menga- yang cenderung hanya mengungkapkan hal-hal
dakan pelatihan. Namun tidak semua guru ter- yang positif saja mengenai sekolahnya.
libat atau mengikuti kegiatan pelatihan tersebut
karena kurang sosialisasi, sehingga manfaatnya
belum terasa. Pendampingan atau fasilitasi dari DAFTAR PUSTAKA
pemerintah kepada Tim Pengembang Kuriku- 2019, Presiden Jokowi Perintahkan Perombakan Be-
lum (TPK) ternyata belum memadai. Penelitian sar-besaran Sistem Pendidikan Vokasi. (2018,
ini telah menunjukkan bahwa di satuan pendidi- 21 November). Merdeka.com. Diunduh dari
kan membutuhkan pendampingan dari ahli ku- https://www.merdeka.com/uang/2019-pres-
rikulum pada saat penyusunan dokumen KTSP. iden-jokowi-perintahkan-perombakan-besar-
besaran-sistem-pendidikan-vokasi.html
Idealnya disetiap satuan pendidikan ada Ansyar, M. (2015). Kurikulum: Hakikat, Fondasi, De-
sumber daya khusus yang menangani masalah sain & Pengembangan. Jakarta: Kencana Pre-
kurikulum. Jika ada SDM khusus pengembang nadamedia Group.
kurikulum harapannya sekolah lebih siap dalam Apindo: Kualitas Lulusan SMK Belum Penuhi Kebu-
menghadapi perubahan dan adaptasi maupun tuhan Industri. (2017, 7 November). Republika.
adopsi kurikulum baru sehingga konsep kuriku- co.id. Diunduh dari https://republika.co.id/
lum yang dikembangkan oleh pemerintah pusat berita/ekonomi/makro/17/11/07/oz18yx382-
apindo-kualitas-lulusan-smk-belum-penuhi-
melalui Kementerian Pendidikan dan Kebuda-
kebutuhan-industri
yaan sama dengan apa yang dipahami oleh seti- Bakrun, M. (2018). Revitalisasi SMK Menyongsong
ap pendidik di negeri ini dan harapannya mam- Era Revolusi Industri 4.0 [PowerPoint slides].
pu meningkatka mutu pendidikan Indonesia. Retrieved from https://www.scribd.com/pre-
sentation/384335354/Revitalisasi-SMK-Dan-
Revolusi-Industri-4-0
SIMPULAN Chia, S.Y. (2013). The ASEAN Economic Community:
Progress, challenges, and prospects. ADBI
Berdasarkan pada temuan penelitian di- Working Paper Series, No. 440.
dasarkan pada pengakuan pada informan dapat Hadam, S., Rahayu, N. & Ariyadi, A.N. (2017). Strategi
disimpulkan bahwa proses pengembangan ku- Implementasi Revitalisasi SMK (10 Langkah
rikulum di satuan pendidikan SMK telah sesuai Revitalisasi SMK). Jakarta: Direktorat Pembi-
naan Sekolah Menengah Kejuruan Kement-
dan menggunakan landasan pengembangan ku-
erian Pendidikan dan Kebudayaan.
rikulum, terdapat dukungan dari berbagai sta- Halimah, L., Rosita, D. R & Sudirjo, E. (2009).
keholder namun masih terbatas, proses pendam- Pengembangan Model Penyusunan Kuriku-
pingan kurikulum juga belum maksimal karena lum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang
di tiap sekolah tidak ada sumber daya khusus Mengacu pada Standar Nasional Pendidikan.
ahli pengembang kurikulum. Berbagai permasa- Jurnal Penelitian Pendidikan, 9(2), 1-11.
lahan dalam pengembangan kurikulum sekolah Haryono, Subkhan, E., & Widhanarto, G.P. (2017). 21st
yang digali melalui wawancara mendalam anta- Century Competencies and Its Implications on
ra lain yaitu minimnya keterlibatan stakeholder, Educational Practices. 9th International Con-
ference for Science Educators and Teachers.
kualitas SDM dan pendampingan kurikulum
Atlantis Press.
masih terbatas. Agar pengembangan kurikulum Hasan, S.H. (2008). Evaluasi Kurikulum. Bandung: PT
SMK berjalan dengan baik perlu didukung den- Remaja Rosdakarya.
gan pendampingan dari ahli kurikulum. Kastawi, N.S., Widodo, S., & Mulyaningrum, E.R.
(2017). Kendala dan Implementasi Kurikulum
Temuan ini di sisi lain dapat dikatakan 2013 di Jawa Tengah dan Strategi Penanganan-
memperkaya temuan dari hasil survei sebelum- nya. Indonesian Journal of Curriculum and Ed-
nya yang cenderung menunjukkan kesesuaian ucational Technology Studies, 5(2), 66-6.
pelaksanaan pengembangan kurikulum di seko- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2012).
lah dengan acuan dasar teoretiknya, bahwa se- Dokumen Kurikulum 2013. Jakarta: Kement-
jatinya persentase besarnya kesesuaian pengem- erian Pendidikan dan Kebudayaan.
bangan kurikulum berdasarkan pada landasan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013).
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebuday-
filosofi, psikologi, sosiologi, dan lainnya perlu
aan No. 81A Tahun 2013 tentang Implementasi
dicek lebih dalam lagi akurasinya dengan men- Kurikulum. Jakarta.
elisik lebih jauh fakta di lapangan. Tentu hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2014).
membutuhkan studi tersendiri yang memakan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebuday-
waktu dan energi yang tidak sedikit, mengingat aan No. 159 Tahun 2014 tentang evaluasi kuri-
kecenderungan para informan guru di sekolah kulum. Jakarta.

96
N. Wahzudik et al./Indonesian Journal of Curriculum and Educational Technology Studies 6(2) (2018): 87-97

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2014). Samsudi. (2012). Model Pengembangan dan Imple-
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mentasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidi-
No. 61 Tahun 2014 tentang Kurikulum Tingkat kan (KTSP) Berbasis Dukungan Stakeholders
Satuan Pendidikan pada Pendidikan Dasar dan pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menen-
Pendidikan Menengah. Jakarta. gah. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2014). 19(1), 50-57.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebuday- Subagiyo, L. & Safrudiannur. (2014). Implemen-
aan No. 105 Tahun 2014 tentang Pendampingan tasi Kurikulum 2013 Pada Jenjang SD, SMP,
Pelaksanaan Kurikulum 2013 Pada Pendidikan SMA dan SMK di Kalimantan Timur Tahun
Dasar dan Pendidikan Menengah. Jakarta. 2013/2014. Jurnal Pancaran, 3(4), 131-144.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2016). Sukiman. (2015). Pengembangan Kurikulum Perguru-
Keputusan Dirjen Dikdasmen Kemdikbud no- an Tinggi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
mor 4678 tahun 2016 tentang Spektrum Keahl- Sukmadinata, N.S. (2014). Pengembangan Kurikulum:
ian Pendidikan Menengah Kejuruan. Jakarta. Teori dan Praktik. Bandung: PT. Remaja Ros-
Maria, J., Ananda, N.K., & Sumadi. (2014). Kesiapan dakarya.
Impelementasi Kurikulum 2013 di Sekolah Wagiran. (2007). Telisik Aliran Filsafat Pendidikan:
Menengah Kejuruan (SMK) (Studi Kasus Di Implikasinya dalam Pengembangan Kurikulum
SMK Muhammadiyah 2 Metro). Jurnal Mana- dan Pembelajaran Kejuruan. Seminar Nasi-
jemen Mutu Pendidikan, 2 (1), 57-69. onal Telisik Hambatan Pelaksanaan SMK dan
Ornstein, A.C. & Hunkins, F.P. (2018). Curriculum: Solusinya. Diunduh dari http://staffnew.uny.
Foundations, Principles, and Issues. 7th Edi- ac.id/upload/132297916/penelitian/Pengemba
tion. Essex: Pearson. ngan+Kurikulum+Pend.+Kejuruan.pdf
Pemerintah Republik Indonesia. (2003). Undang-un- Widiyanto. (2010). Strategi Pengembangan Kuriku-
dang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendi- lum Berbasis Kompetensi DUDI untuk SMK.
dikan Nasional. Jakarta. Jurnal Pendidikan Ekonomi Dinamika Pendidi-
kan. 5(2), 103-116.

97

Anda mungkin juga menyukai