A. LATAR BELAKANG
Dalam Undang – Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa menyatakan Desa
adalah Kesatuan Masyarakat Hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus urusan pemerintah, kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul dan/atau hak tradisional yang diakui dan
dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dengan disahkannya Undang – Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
menjadikan Desa tidak lagi sebagai objek pembangunan melainkan sebagai subjek
pembangunan. Selain itu desa juga memperoleh hak dan kewajiban untuk mengatur
sistem pemerintahan sendiri. Dalam Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2014 temtang
Pemerintahan Daerah telah diamanatkan bahwa untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat
ditempuh melalui 3 (tiga) jalur, meliputi : Peningkatann Pelayanan Publik, Peningkatan
Peran serta dan Pemberdayaan Masyarakat dan Peningkatan Daya Saing Daerah,
sehingga untuk memenuhi misi dimaksud, desa memiliki kedudukan dan peranan yang
strategis sebagai unit organisasi pemerintah yang langsung berhadapan dengan
masyarakat. Untuk mewujudkan misi diatas, biasanya desa mempunyai Rencana dan
Rancangan Pembangunan yang bertujuan untuk membangun desa dengan harapan dapat
menjadi desa yang maju disertai peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Dalam Undang – Undang Desa Nomor 6 Tahun 2014 Pasal 78 menjelaska tujuan
pembangunan desa yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan kualitas hidup
manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar,
pembangunan sarana dan prasarana desa, pengembangan potensi ekonomi local serta
pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan serta berkelanjutan. Dalam pelaksanaan
pembangunan desa penting untuk mengedepankan kebersamaan, kekeluargaan dan
kegotongroyongan guna mewujudkan pengharusutamaan perdamaian dan keadilan social.
Pembangunan desa juga harus melaui beberapa tahap yaitu : Perencanaan Pembangunan
Desa, Pelaksanaan Pembangunan Desa dan Penngawasan serta Pemantauan
Pembangunan Desa.
Pembangunan Desa merupakan kewenangan desa sebagai upaya mewujudkan
kemajuan desa dan meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Oleh karena itu tentunya
penyelenggaraan pembangunan akan membutuhkan pembiayaan atau sumber – sumber
penerimaan desa. Penerimaan Desa diantaranya meliputi Penerimaan Asli Desa (PA
Desa) yaitu pendapatan yang didapat dari desa itu sendiri. Selanjutnya Penerimaan
Transfer, seperti penerimaan yang berasal dari transfer Pemerintah Pusat maupun Daerah
dan Pendapatan Lain – lain yaitu Penerimaan lainnya yang sah.
Disamping pendapatan desa, untuk menunjang kewenangan desa dalam
menjalankan pemerintahan, desa kelompok kegiatan dan jenisnya. Klasifikasi Belanja
Desa menurut kelompok kegiatan dan jenis. Klasifikasi belanja Desa menurut kelompok
terdiri dari : Bidang Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Bidang Pelaksanaan
Pembangunan Desa, Bidang PemberdayaanMasyarakat Desa, Bidang Pembinaan
Kemasyarakatan Desa dan Bidang Belanja Tak Terduga.
Masyarakat atau penduduk dalam pemberdayaan masyarakat adalah sasaran yang
akan dituju, harapannnya dalam upaya peningkatan kesejahteraan yang dilakukan
pemerintah, masyarakat dapat merasakan dampak dari kegiatan tersebut.
Prioritas penggunaan dana desa dapat disimpulkan untuk membiayai pelaksanaan
program dan kegiatan Bidang Pembangunan Desa dan Pemberdayaan Masyarakat.
Pemberdayaan Masyarakat adalah upaya dalam meningkatkan kemampuan dan potensi
yang di miliki masyarakat sehingga dapat mewujudkan jati diri harkat dan martabat untuk
bertahan dan mengembangkan diri baik di bidang ekonomi, sosial agama dan budaya.
Pembangunan Pedesaan seharusnya mengarah pada peningkatan kesejahteraan
masyarakat pedesaan melalui pemberdayaan masyarakat karena untuk mewujudkan
Kemandirian Desa harus meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) terutama dalam
membentuk dan merubah perilaku masyarakat untuk mencapai kehidupan yang lebih baik
dan taraf hidup yang lebih berkualitas.
B. PERUMUSAN MASALAH
A. LANDASAN TEORI
1. Kebijakan Publik
2. Implementasi Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
3. Hak Warga Untuk berpartisipasi dan Mendapatkan Informasi
B. ANALISIS PERMASALAHAN
1. SID Tradisional
Sekalipun ini adalah sistem lama, belum tentu sistem ini digunakan dan dikembangkan di
desa. Bisa jadi masih ada desa yang tidak menggunakan dan mengembangkan SID apapun.
Akibatnya, warga tidak pernah mendapatkan informasi apapun tentang desa mereka. Berikut
beberapa SID tradisional yang dapat dikembangkan :
a. Papan informasi desa. Papan ini tidak harus ditempatkan di kantor Kepala Desa. Papan
informasi bisa ditempatkan di beberapa titik yang mudah diakses warga;
b. Melalui informasi langsung, baik melalui pengeras suara (speaker), Forum-forum warga,
atau undangan langsung;
c. Menggunakan alat-alat tradisional khusus untuk informasi yang tidak bersifat data.
1. Untuk meningkatkan akses dan partisipasi publik dalam implementasi Undang – Undang
Desa, perlu di tingkatkan pemahaman tentang isi dari undang – Undang Desa dan bagaimana
pemanfaatannya dalam pembangunan desa;
2. Mengawasi dan turut berperan dalam proses Pembangunan desa mulai dari tahapan
Perencanaan, Penganggaran, dan Belanja Desa serta proses penggunaan anggran desa apa
sudah sesuai dengan peruntukannya.
3. Membentuk Sistem Informasi Desa sesuai dengan kemampuan Desa baik Sistem informasi
tradisional maupun moderen.
4. Membentuk dan berperan aktif dalam forum warga yang berfungsi berperan aktif, mengontol
dan mengawasi proses pembangunan desa sesuai dengan hasil Musyawarah Desa.
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku Pelaksanaan undang – Undang Desa Berbasis Hak; Eko Sandjoyo, BSEE, M.BA
2. Irawan, Nata. Tata Kelola Pemerintahan Desa Era UU Desa. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
Indonesia bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa.
3. Merlian, Yulistriani. 2013. Peran Pemerintah Daerah Dalam Peningkatan Kesejahteraan
Masyarakat Nelayan
4. Undang-undang Republik Indonesia No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa.