Anda di halaman 1dari 6

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) sering ditemukan


menurut (SIRKENAS,2016) kelompok prevalensi usia tertinggi yaitu usia
40-49 tahun hal ini disebabkan antara lain meningkatnya usia dan semakin
tingginya faktor resiko, seperti faktor individu yang diduga berhubungan
dengan kejadian penyakit paru obstruktif kronik, semakin banyaknya
jumlah perokok khususnya pada kelompok usia muda baik secara aktif
maupun pasif , bahan kimia dan debu industri, polusi udara di dalam/di
luar ruangan, dan faktor genetik, infeksi, status sosial ekonomi, dan usia
tu (Antarriksa dkk,2011). Tetapi saat ini harga rokok yang mahal pun
perokok pemula masih tinggi disebabkan iklan rokok sudah merambah ke
lingkungan remaja, kebiasaan orang tua yang merokok berdampingan
dengan perokok pasif yang terpapar terus-menerus maka 20 sampai 30
tahun kemudian dapat beresiko menjadi penderita penyakit PPOK.

Berdasarkan Undang-undang No.39/2007 kementrian keuangan


tentang kenaikan tarif cukai rokok sebesar 57% dengan harga Rp. 30.000
dan harga per batang seharga Rp.1.350,dengan harapan mengurangi
konsumen rokok mulai dari buruh kecil dan menyelamatkan anak remaja
dari paparan rokok serta mengurangi resiko PPOK. Selain itu upaya
pemerintah dalam aturan seperti yang ada dalam peraturan pemerintah
republik indonesia nomor 109 tahun 2012, Diambil dari Pasal 29 Selain
pengendalian Iklan Produk Tembakau sebagaimana dimaksud dalam Pasal
27, iklan di media penyiaran hanya dapat ditayangkan setelah pukul 21.30
sampai dengan pukul 05.00 waktu setempat. Bahwa iklan rokok diatur jam
tayangnya mulai pukul 21.30 wib sebagai upaya bahwa pada jam tersebut
anak-anak tidak sudah tidak lagi mengkonsumsi siaran televisi.
2

PPOK tergolong penyakit tidak menular dan menjadi penyebab


kematian terbesar ke-4 di dunia, setelah penyakit kardiovaskuler, kanker,
dan diabetes (WHO, 2010). Lebih dari 3 juta jiwa meninggal karena
PPOK di tahun 2016 dan menyumbang 6% dari seluruh kematian,
sehingga diprediksi pada 2020 penyakit PPOK akan menduduki peringkat
ketiga sebagai penyebab utama kematian di Dunia (Guide dan Copd,
2010).
Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) oleh
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, jumlah perokok aktif di
Indonesia meningkat dari 28,2% pada tahun 2007 menjadi 34,7% pada
tahun 2010. Peningkatan prevalensi ini juga terjadi di Provinsi Sumatera
Barat, dimana meningkat dari 30,2% pada tahun 2007 menjadi 38,4% pada
tahun 2010. Lembaga yang menanggulangi masalah merokok (Republika,
1998) melaporkan bahwa di anak-anak di Indonesia sudah ada yang mulai
merokok pada usia 9 tahun. Smet (1994) mengatakan bahwa usia pertama
kali merokok pada umumnya berkisar antara usia 11-13 tahun berlanjut
sampai mereka usia dewasa hal ini dapat membawa dampak buruk bagi
kesehatan yaitu dengan bertambahnya penderita Penyakit Paru Obstruktif
Kronik.
Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD)
mengartikan PPOK adalah salah satu penyakit yang bisa dilakukan
pencegahan dan pengobatan. PPOK memiliki tanda dan gejala terdapatnya
hambatan aliran udara dalam saluran pernafasan yang bersifat
progresif.PPOK juga terdapat peradangan atau inflamasi pada saluran
pernafasan dan paru-paru yang diakibatkan oleh adanya paetikel dan gas
yang berbahaya (GOLD,2013).
Kematian akibat PPOK semakin meningkat.Adapun catatan dari
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam World Health Report pada
tahun 2012 menyebutkan, lima penyakit paru utama merupakan 17,4%
dari seluruh kematian didunia, masing-masing infeksi paru 7,2%, PPOK
4,8%,tuberkulosis 3,0%, kanker paru/trakea/bronkus 2,1% dan asma
0,3%.Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern dan
3

jumlah penduduk yang terus meningkat,maka pola dan gaya hidup pun
semakin beraneka ragam. Ditambah dengan aktivitas manusia yang tidak
memperhatikan lingkungan,sehingga menimbulkan polusi udara dan dapat
berdampak negatif bagi kesehatan. Berbagai macam penyakit yang tanpa
disadari dapat terjadi akibat polusi udara antara lain Penyakit Paru
Obstruktif Kronik ( Kozier,2010).
Berdasarkan data olahan Rekam Medik Rumah Sakit Umum Santo
Vincenttius, laporan kujungan 10 besar penyakit tahun 2015 sampai 2018
di rumah sakit Umum Santo Vincenttius yaitu urutan pertama Penyakit
Bakteria, urutan kedua Pneumonia, urutan ketiga Diare dan Gastroentritis
oleh penyebab Infeksi tertentu (Kolitis Infeksi), urutan keempat yaitu
Gagal jantung, urutan kelima yaitu Gejala,tanda dan penemuan klinik dan
Labora torium tidak normal lainnya, YDT di Tempat lain , urutan keenam Stroke
urutan ketujuh Dispepsia, urutan kedelapan Bronkitis, emfisema dan penyakit
paru Obstruktif kronik lainnya, urutan kesembilan yaitu Katarak dan gangguan
lain lensa,dan urutan ke sepuluh Penyulit kehamilan dan persalinan lainnya.

Adapun kunjungan bulan januari sampai bulan Oktober 2019 yaitu


sebanyak 233 kasus. Dan data dari tahun 2015 didapatkan ada 153 kasus.
Pada tahun 2016 mengalami peningkatan menjadi 157 kasus.Kemudian
pada tahun 2017 mengalami peningkatan menjadi 256 kasus. Pada tahun
2018 mengalami penurunan menjadi 198 kasus. Berdasarkan dari data
yang diperoleh hasil jumlah kunjungan kasus penyakit PPOK tertinggi
yaitu pada tahun 2017. Penyakit Paru Obstruktif Kronik setiap tahun
selalu meningkat. Hal ini perlu mendapat perhatian khusus dalam
penatalaksanaan asuhan keperawatan. Peran perawat tidak kalah penting
untuk lebih meningkatkan pemberian Asuhan Keprawatan secara
komperhensif yang sesuai standar operasioanal prosedur.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai “ Studi Kasus Asuhan Keperwatan
dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik di rumah sakit umum Santo
Vincenttius Singkawang Tahun 2019”
4

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan diatas maka rumusan masalah
penelitian adalah”Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan
Penyakit Paru Obstruktif Kronik di Rumah Sakit Umum Santo Vincentius
Singkawang Tahun 2019”

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan umum dan tujuan khusus, yaitu sebagai
berikut:
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran asuhan keperawatan pada pasien dengan
Penyakit Paru Obstruktif Kronik di ruang Zr. Theresia Rumah Sakit
Umum Santo Vincentius Tahun 2019.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui gambaran pengkajian asuhan keperawatan pada pasien
dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik diruang Zr. Theresia
Rumah Sakit Umum Santo Vincentius Tahun 2019.
b. Mengetahui gambaran diagnosa asuhan keperawatan pada pasien
dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik diruang Zr. Theresia
Rumah Sakit Umum Santo Vincentius Tahun 2019.
c. Mengetahui gambaran intervensi asuhan keperawatan pada pasien
dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik diruang Zr. Theresia
Rumah Sakit Umum Santo Vincentius Tahun 2019.
d. Mengetahui gambaran implementasi asuhan keperawatan pada
pasien dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik diruang Zr.
Theresia Rumah Sakit Umum Santo Vincentius Tahun 2019.
e. Mengetahui gambaran evaluasi asuhan keperawatan pada pasien
dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik diruang Zr. Theresia
Rumah Sakit Umum Santo Vincentius Tahun 2019.

D. Manfaat Penelitian
a. Bagi pasien
5

Untuk menambah pengetahuan terutama tentang Penyakit Paru Obstruktif


Kronik sehingga diharapkan bisa lebih meningkatkan kesehatan dan
melakukan pencegahan penyakit.
b. Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian ini dpat dijadikan sebagai bahan masukan untuk
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan menetapkan kebijakan dalam
menangani permasalahan Penyakit Paru Obstruktif Kronik.
c. Peneliti
Selain untuk menambah wawasan peneliti juga dapat menerapkan ilmu
metodologi penelitian yang difokuskan mengenai gambaran pengetahuan
tentang Penyakit Paru Obstruktif Kronik dan informasi bagi peneliti yang
berkaitan dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik.
6

https://www.kemenkeu.go.id/media/11250/siaran-pers-kemenkeu-terbitkan-
kebijakan-tarif-cukai-2019.pdf

Anda mungkin juga menyukai