Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

KIMIA INDUSTRI
“INDUSTRI PENGOLAHAN ZAT PEWARNA DARI BAHAN BIOLOGIS SEPERTI
TANAMAN, MIKROBA”

Disusun Oleh :
Andi Arham Maulana 1813142001
Devika Nur Ayrizha Darwis 1813142001
Tika 1813140006
Sarni Bela 1813142010
Tuski 1713040009

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UBIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan anugerah-
Nya sehingga penyusun dapat menyelesaiakn makalah ini dengan judul Pembuatan Zat Warna
Alami Tekstil dari Biji Buah Mahkotadewa makalh ini merupakan salah satu tugas dari mata
kuliah Kimia Industri
Penyusun telah berusaha semaksimal mungkin demi terciptanya makalah ini , tetapi
kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan penyusun demi kesempurnaan makalah .
Akhir kata, penyusun berharap agar makalahini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Makassar, April 2020

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...................................................................................................................i
Daftar Isi...........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................................1
B. Perumusan Masalah...................................................................................................2
C. Tujuan.......................................................................................................................2
D. Manfaat....................................................................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI...............................................................................................5
A. Tinjauan Puataka.......................................................................................................5
1. Pewarna Tekstil....................................................................................................5
2. Mahkotadewa........................................................................................................6
3. Proses pewarnaan Tekstil......................................................................................6
4. Pengujian Tahan Luntur........................................................................................7
5. Pengujian Tahan Luntur Warna Terhadap Penodaan................................................8
BAB III METODOLOGI....................................................................................................9
A. Alat dan Bahan..........................................................................................................9
B. Gambar Rangkaian Alat...........................................................................................10
C. Metode...................................................................................................................11
BAB IV PEMBAHASAN...................................................................................................13
A. Pembahasan............................................................................................................13
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................................14
A. Kesimpulan.............................................................................................................14
B. Saran.......................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mahkota dewa merupakan (Phaleria macrocarpa) merupakan tanaman obat yang sudah
dikenal dan saat ini semakin diminati masyarakat.tanaman ini berasal dari papua yang berkhasiat
mengobati luka,diabetes,jantung,ginjal,kanker,darah tinggi,asam urat,penambah
stamina,ketergantungan narkoba,dan pemicu kontraksi rahim.salah satu senyawa aktif yang
terkandung dalam ekstrak metanol daging buah mahkota yaitu senyawa flavanoid
(Rohyami,2008).
Salah satutanaman yang memiliki kandungan senyawa fenolik adalah mahkota dewa
(Phaleria macrocarpa) .senyawa fenolik dalam mahkota dewa banyak terdapat dalam
buahnya.ekstraksi enolik buah mahkota dewa yang dibuat dalam bentuk sediaan lotio
menunjukkan adanya aktivitas tabir surya dengan nilai FPS pada kadar 10% sebesar 3,05.ekstrak
etanolik buah mahkota dewa dengan kadar 10% dalam sediaan lotion memberikan perlindungan
kulit sebagai sun protection factor (Zulkarnain,2013).
Zat warna yang digunakan pad umumnya beragm jenis dan golongannya tergantung dari
seratnya.namun beberapa zat warna tekstil mengandung polutan berupa logam berat dan atau
“intermediate dye” yang bebahaya.logam berat tersebut antara lain adalah tembaga,nikel,krom,
merkuri,dan kobalt.pulutan tersebut pada akhirnya akan berada dalam perairan umum,karena
pada proses pencelupan hanya sebagian warna yang trserap oleh bahan tekstil dan sisanya ( 2-
50%) akan berada dalam pembilas (efluen) tekstil,sehingga apabila konsentrasinya cukup
besar,maka akan mencemari lingkungan.selain pembilas tekstil menjadi warna -warni dan mudah
dikenali pencemarannya (Laksono,2009).
Tanaman mahkotadewa (Phaleria macrocarpa) marga Thymelaeaceae, memiliki
kandungan kimia yang terdiri atasalkaloid,,fenol,tanin,flavanoid,saponin,streol/terpen.senyawa
toksik yang terkandung dalam buah mahkota dewa adalah lignan dengan rumus molekul
C5H2OO6 (Harmanto,2005).
 Analisis Situasi
1. Pewarna alami yang diambil dari alam, adalah Renewable Resources (sumber daya yang
terbarukan), sehingga tidak akan pernah habis asal kelangsungan bahan baku diperbarui.
Manfaatnya lagi membuka kesempatan kerja dengan pembudidayaan tanaman untuk
bahan pewarna alami batik atau tekstil pada umumnya.
2. Bahan Baku pewarna alami yang berasal dari Tumbuhan, tersedia melimpah di bumi
Indonesia, dan beberapa diantaranya adalah tumbuhan perdu dan liar, yang tumbuh
dengan sendirinya tanpa dibudidayakan.
3. Hampir semua bagian tumbuhan apabila diekstrak dapat menghasilkan zat warna,
seperti: bunga, buah, daun, biji, kulit, batang/kayu dan akar. Di antaranya adalah daun
pepaya memberikan pigmen berwarna hijau yang kuat
4. Negara kita merupakan suatu negara dengan wilayah yang mempunyai tingkat
keanekaragaman hayati yang tinggi, potensi sumber daya tumbuhan yang ada merupakan
suatu aset dengan nilai keunggulan komparatif dan sebagai modal dasar utama dalam
upaya pemanfaatan dan pengembangannya untuk menjadi komoditi yang kompetitif.
5. Dalam beberapa dekade terakhir, warna sintetis mendapat banyak kritikan, dan
konsumen bersikap enggan untuk menerima produk dengan warna sintetis, serta lebih
suka pewarna alami.
6. Pewarna sintetik ini tidak bisa diuraikan secara sempurna oleh alam sehingga  akan
mencemari dan meracuni lingkungan hidup manusia.
7. penggunaan pewarna sintetik ternyata juga menimbulkan bahaya secara langsung bagi
kesehatan manusia. Sebuah kasus yang terjadi di lingkungan kami memperlihatkan
indikasi tersebut. Salah satu perusahaan batik di lingkungan kami pernah mengekspor
kain batik dalam skala besar ke AS dan Jepang. Satu bulan kemudian, kain-kain tersebut
dikembalikan, utuh tidak berkurang sedikit pun. Ternyata kain-kain tersebut ditolak
karena gagal melalui uji standar kesehatan.
8. Zat pewarna alami yang ramah lingkungan sekaligus meneliti teknik penggunaannya
yang efisien dan tahan lama.

B. Perumusan Masalah
Diversifikasi pewarna alami perlu dikembangkan, antara lain pewarna dari biji
mahkutadewa, sehingga timbul permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana proses untuk mendapatkan zat warna alami dari biji buah mahkotadewa
2. Bagaimana menentukan yield zat warna alami yang dapat diambil dari biji m ahkotadewa
dengan ekstraksi batch maupun menggunakan soxhlet dengan pelarut aquadest.
3. Bagaimana hasil uji zat warna yang dihasilkan terhadap kain.

C. Tujuan
1. Memanfaatkan biji mahkotadewa sebagai zat warna alami tekstil
2. Menentukan metode yang tepat untuk mendapatkan ekstrak zat warna yang baik.
3. Menentukan yield zat warna alami yang dapat diambil dari biji mahkotadewa dengan
ekstraksi batch maupun menggunakan soxhlet dengan pelarut aquadest.
4. Menentukan kualitas zat warna yang dihasilkan

D. Manfaat
1. Bagi mahasiswa
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang pembuatan zat warna alami untuk
tekstil dari biji mahkotadewa serta dapat mempelajari proses ekstraksi
2. Bagi masyarakat
Dapat memantaatkan biji mahkotadewa yang tidak mempunyai nilai jual menjadi
produk yang lebih berguna dengan nilai ekonomis yang yang lebih tinggi sehingga
dapat digunakan sebagai alternatif usaha.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka
1. Pewarna Tekstil
bahan pewarna yang masih diperbolehkan untuk dipakai yaitu bahan pewarna merah, bahan
pewarna kuning, bahan pewarna hijau, bahan pewarna kuning dan bahan pewarna biru.
Meskipun demikian kita harus tetap berhati hati untuk memilih makanan dengan kandungan
bahan pewarna buatan yang berlebihan tidak baik untuk kesehatan (Wasis,2006).
Mengapa para pedagang tersebut menggunakan pewarna tekstil untuk mewarnai produk
mereka dan bukan pewarna pangan?.Dari hasil penelitian diperoleh jawaban bahwa para
pedagang umumnya perbedaan pewarna tekstil dan pewarna pangan apalagi bahayanya bagi
kesehatan manusia. Pewarna tekstil biasanya memberikan warna yang lebih cerah dan menarik
dibandingkan pewarna pangan (Indrati,2013).
Zat warna yang digunakan pad umumnya beragm jenis dan golongannya tergantung dari
seratnya.namun beberapa zat warna tekstil mengandung polutan berupa logam berat dan atau
“intermediate dye” yang bebahaya.logam berat tersebut antara lain adalah tembaga,nikel,krom,
merkuri,dan kobalt.pulutan tersebut pada akhirnya akan berada dalam perairan umum,karena
pada proses pencelupan hanya sebagian warna yang trserap oleh bahan tekstil dan sisanya ( 2-
50%) akan berada dalam pembilas (efluen) tekstil,sehingga apabila konsentrasinya cukup
besar,maka akan mencemari lingkungan.selain pembilas tekstil menjadi warna -warni dan mudah
dikenali pencemarannya (Laksono,2009).
2. Mahkotadewa

Sinonim: P. Papua Warb. Var.Wichannii (Val) backFamili :Thymelaeaceae


Mahkota dewa merupakan (Phaleria macrocarpa) merupakan tanaman obat yang sudah
dikenal dan saat ini semakin diminati masyarakat.tanaman ini berasal dari papua yang berkhasiat
mengobati luka,diabetes,jantung,ginjal,kanker,darah tinggi,asam urat,penambah
stamina,ketergantungan narkoba,dan pemicu kontraksi rahim.salah satu senyawa aktif yang
terkandung dalam ekstrak metanol daging buah mahkota yaitu senyawa flavanoid
(Rohyami,2008).
Salah satutanaman yang memiliki kandungan senyawa fenolik adalah mahkota dewa
(Phaleria macrocarpa) .senyawa fenolik dalam mahkota dewa banyak terdapat dalam
buahnya.ekstraksi enolik buah mahkota dewa yang dibuat dalam bentuk sediaan lotio
menunjukkan adanya aktivitas tabir surya dengan nilai FPS pada kadar 10% sebesar 3,05.ekstrak
etanolik buah mahkota dewa dengan kadar 10% dalam sediaan lotion memberikan perlindungan
kulit sebagai sun protection factor (Zulkarnain,2013).
3. Proses Pewarnaan Tekstil
Proses pewarnaan pada tekstil secara sederhana meliputi mordanting, pewarnaan, fiksasi,
dan pengeringan. Mordanting adalah perlakuan awal pada kain yang akan diwarnai agar lemak,
minyak, kanji, dan kotoran yang tertinggal pada proses penenunan dapat dihilangkan. Pada
proses ini kain dimasukkan ke dalam larutan tawas yang akan dipanaskan sampai mendidih.
Proses pewarnaan dilakukan dengan pencelupan kain pada zat warna. Proses fiksasi adalah
proses mengunci warna kain. Proses ini dapat dilakukan dengan menggunakan air atau tawas.
a . Proses mordanting .
Bahan tekstil yang hendak diwarna harus diproses mordanting terlebih dahulu.Proses
mordanting ini dimaksudkan untuk meningkatkan daya tarik zat warna alami terhadap tekstil
serta berguna untuk menghasilkan kerataan dan ketajaman warna yang baik.
b. Pembuatan larutan fixer ( pengunci warna )
Pada pecelupan bahan tekstil dengan zat warna alam dibutuhkan proses fiksasi yaitu
proses penguncian warna setelah bahan dicelup dengan zat warna alam agar memiliki ketahanan
luntur yang baik, ada tiga jenis larutan fixer yang biasa digunakan yaitu tunjung (FeSO 4), tawas
(Al2(SO4)3), dan kapur tohor (CaCO3)Tahan Luntur pada Bahan Tekstil.
Penilaian tahan luntur warna dilakukan dengan mengamati perubahan warna asli dari
contoh uji dengan indikasi tidak berubah, ada sedikit perubahan dan sama sekali berubah. Di
samping dilakukan pengujian terhadap perubahan warna yang dilakukan penilaian penodaan
terhadap kain putih.
Penilaian secara visual dilakukan dengan membandingkan perubahan warna yang terjadi
dengan suatu standar perubahan warna. Standar yang dikenal adalah standar yang dikeluarkan
oleh International Standar Organization (l.S.O ), yaitu standar skala abu - abu untuk menilai
perubahan warna contoh uji dan standar skala penodaan untuk menilai penodaan warna pada
kain putih.
4. Pengujian Tahan Luntur warna Terhadap Pencucian
Tahan luntur warna terhadap pencucian dapat dilakukan dengan mencuci sehelai kain
yang diambil dari contoh dengan ukuran tertentu kemudian dijahitkan di antara dua helai kain
putih dengan ukuran yang sama. Alat yang digunakan untuk uji ini adalah Laundrymeter,
pengaturan suhunya dilakukan secara termostatik dengan kecepatan 42 putaran per menit.Alat
dilengkapi bejana dan kelereng - kelereng baja yang tahan karat. Cara pengoperasian
Laundrymeter :
a. Menghidupkan laundrymeter dangan mengatur suhu operasi dan waktu operasi pengujian
dengan suhu 40 °C waktunya 45 menit.
b. Bejana diletakkan pada tempatnya dan penutupnya menghadap keluar dan dilakukan
pemanasan pendahuluan selama 2 menit.
c. Laundrymeter dihentikan dengan tegak lurus ke atas, tutup bejana dibukacontoh uji
dimasukkan dan ditutup kembali. Laundrymeter dijalankan selama 45 menit, setelah itu
bejana diambil dan mengeluarkan mengeringkan kain lalu mengevaluasi dengan
standarnya.
5. Pengujian Tahan Luntur warna Terhadap Penodaan
Pengujian tahan luntur terhadap gosokan dimaksudkan untuk menentukan penodaan
tekstil berwarna pada kain lain yang disebabkan karena gosokan. Prinsip pengerjaannya, yaitu
dengan menggosokan kain putih dalam keadaan basah ataupun kering yang telah dipasang pada
crockmeter pada contoh uji dengan ukuran tertentu. Cara pengujiannya meliputi hal-hal sebagai
berikut :
a. Menyiapkan kain putih dengan ukuran 5x5 cm yang telah dibasahi.
b. Membungkus jari crockmeter dengan kain putih yang telah disiapkan.
c. Menyiapkan kain uji yang telah diwarnai dengan ukuran 5x20cm
d. Memasang kain uji rata di atas alat penguji dengan sisi panjang searah dengan arah
gosokan. Menekan tombol “ON” sehingga jari crockmeter bergerak maju mundur
menggosok kain contoh uji.
e. Mengambil kain putih yang digunakan untuk membungkus crockmeter, lalu mengevaluasi
kain tersebut dengan menggunakan standarnya.

1. Proses Pembuatan Zat Warna


a. Ekstraksi secara batch

B i ji m a h k o t a d e w a

p e n g e r in g a n

p e n g h a lu s a n

aquadest p e re b u s a n

p e n y a r in g a n r e s id u s is a p e n y a r in g a n

p e m e k a ta n ( e v a p o r a s i)

p e m b u b u k a n (s p ra y d ry e r)

d a la m b e n tu k s e r b u k

Gambar II.1. Diagram Alir Proses Pembuatan Zat Warna Ekstraksi Secara Batch
b. Dengan Cara Ekstraksi Menggunakan Soxhlet
B iji m a h k o t a d e w a

p e n g e r in g a n

p e n g h a lu s a n

aquadest p e re b u s a n

p e n y a r in g a n r e s id u s is a p e n y a r in g a n

p e m e k a ta n ( e v a p o r a s i)

p e m b u b u k a n (s p ra y d ry e r)

d a la m b e n tu k s e r b u k

Gambar II.2. Diagram Alir Proses Pembuatan Zat Warna Secara EkstraksiMenggunakan Soxhlet
2. Proses Pewarnaan

K a in

p e re n d a m a n

m o r d a n tin g

p e w a rn a a n

fik s a s i

p e n g e r in g a n

h a s il
BAB III
METODOLOGI

A. Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan pada pembuatan zat warna alami tekstil dari biji
mahkotadewa dan pewarnaan antara lain :
1. Bahan yang digunakan
a. Biji mahkotadewa
b. Aquadest
c. Tawas (A12(SO4 )3)
d. Soda abu ( Na2CO3 )
e. Kapur Tohor ( CaCO3)
f. Kain berwarna putih (cutton)
g. Tepol
2. Alat yang digunakan
a. Labu leher satu ( labu alas bulat )
b. Pendingin bola ( pendingin balik )
c. Soxhlet
d. Pemanas mantel
e. Gelas ukur
f. Gelas beker
g. Klem
h. Statif
i. Kertas Saring
j. Corong kaca
k. Cawan porselin
l. Timbangan elektrik
m. Pengaduk kaca
n. Sendok
o. Setrika Listrik
p. Loundrymeter
q. Crockmeter
r. Gray Scale
s. Stainning Scale

B. Gambar Rangkaian Alat

Keterangan :
1. Gelas beker berisi aquadest dan biji buah mahkotadewa
2. Pemanas listrik

Gambar III.1. Rangkaian alat Ekstraksi Secara Batch


Keterangan :
1. Statif
2. Klem
3. Pendingin bola ( pendingin balik )
4. Lubang air masuk
5. Lubang air keluar
6. Soxhlet
7. Bahan yang diekstraksi ( 100 gr biji mahkutadewa )
8. Labu bola berisi 250 mL aquadest
9. Pemanas mantel

Gambar III.2. Rangkaian Alat Ekstraksi Mengunakan Soxhlet


C. Metode
1. Proses Pembuatan Zat Warna
a. Ekstraksi Secara Batch
Menimbang biji mahkotadewa yang telah dikeringkan sebanyak 25 gr.
Mendidihkan aquadest sebanyak 250 mL, apabila aquadest telah mendidih lalu
menuang biji mahkotadewa. Merebus biji mahkotadewa dalam aquadest sampai
volume berkurang 1/3 dari volume awal.Setelah itu menyaring larutan hasil
perebusan, mengambil filtratnya (zat warna encer).Kemudian menguapkan pelarut
dalam filtrat (zat warna encer) dengan sampai zat warna berbentuk pasta (zat warna
pekat). Lalu mendinginkan zat warna pekat dalam.Desikator selama 10 menit.
Zat warna yang dihasilkan dalam proses ini adalah dalam bentuk pasta, untuk
mempermudah dalam pengemasannya maka akan dibuat dalam bentuk serbuk
sehingga lebih praktis dalam pengemasan dan penyimpanan. Zat warna ini akan
diserbukkan dengan menggunakan spray dryer.
b. Ekstraksi Menggunakan Soxhlet
Menimbang biji mahkotadewa yang telah dikeringkan sebanyak 100 gr.
Membungkus biji mahkotadwea tersebut menggunakan kertas saring, lalu
memasukkannya kedalam kolom soxhlet. Menuang aquadest sebanyak 250 ml,
kedalam labu alas bulat, lalu memasang rangkaian alat soxhlet. Mengalirkan air
pendingin, kemudian menyalakan pemanas mantel. Pada titik didihnya aquadest akan
menguap dan dikondensesi oleh air pendingin sehingga terjadi perubahan fase dari
fase uap menjadi fase cair. Fase cair ini akan menetes pada biji mahkotadewa dan
mengekstraknya. Ekstraksi dihentikan apabila sudah tidak ada transfermassa dari biji
mahkotadewa ke pelarut lagi.
Larutan hasil ekstraksi berupa zat warna yang masih encer.Zat warna tersebut
kemudian di evaporasi untuk menguapkan pelarut dari zat warnanya sehingga zat
warna berbentuk pasta (zat warna pekat).Lalu mendinginkan zat warna pekat dalam
desikator selama 10 menit.
Zat warna yang dihasilkan dalam proses ini adalah dalam bentuk pasta, untuk
mempermudah dalam pengemasannya maka akan dibuat dalam bentuk serbuk
sehingga lebih praktis dalam pengemasan dan penyimpanan. Zat warna ini akan
diserbukkan dengan menggunakan spray dryer.
2. Proses Pewarnaan pada Kain
a. Proses Mordanting
Memotong kain sebagai sampel dengan ukuran 10x10cm sebanyak tiga
lembar. Merendam kain sampel yang akan diwarnai tersebut dengan larutan 2 ml
tepol dalam 100ml aquadest. Membuat larutan yang mengandung 8 gram tawas
( A12SO4 ) dan 2 gram soda abu ( Na2CO3 ) dalam 1 L aquadest. Merebus larutan
diatas hingga mendidih, kemudian memasukkan kain dan merebusnya selama 15
menit.Setelah 15 menit mematikan pemanas kemudian mengangkat kain dan
membilasnya dengan air bersih.Mengeringkan kain hasil mordanting kemudian kain
disetrika.
b. Proses Pewarnaan
Mendidihkan 50ml aquadest dalam gelas beker, kemudiaan menuangkan 0,5gr zat
warna(pasta) 0,5 gram. Memasukkan kain yang telah dimordanting ke dalam larutan
zat warna, dan merebus kain selama 15 menit.Mengangkat kain dari perebusan,
kemudian kain diangin - anginkan sampai kering.
c. Proses Fiksasi dengan Kapur Tohor ( CaCO3)
Menimbang 70 gram kapur tohor melarutkannya dalam 1 L aquadest Biarkan
larutan kapur tohor mengendap dan mengambil larutan beningnya (larutan
fixer).Memasukkan kain yang sudah diwarnai ke dalam larutan selama 10 menit, lalu
kain dikeringkan dan dicuci bersih kemudian dikeringkan lagi di tempat yang teduh,
kemudian disetrika.
3. Pengujian Zat Warna pada Kain
a. Uji Ketahanan Luntur terhadap Pencucian
Melarutkan 4 gram soda abu dan 2 mL tepol ke dalam 1000 mL air.
Memotong kain yang telah diwarna dengan ukuran ( 5 x 10 ) cm sebanyak 3 potong.
Melapisi kedua sisi setiap potong kain di atas menggunakan kain putih dengan
ukuran yang sama dengan cara dijahit membentuk huruf U. Memasukkan setiap
potong kain pada poin c dalam 200 mL larutan pada poin a ke dalam bejana-bejana
pada tempatnya. Bejana ditutup rapat dan dipanasi terlebih dahulu dengan suhu yang
diinginkan Bejana tersebut diletakkan pada tempatnya dan penutupnya menghadap
keluar.
Menghidupkan mesin laundrymeter, lalu mengatur suhu operasi dan waktu
0
operasi pengujian untuk suhu 40 C waktunya 45 menit.Setelah 45 menit
laundrymeter dihentikan, bejana – bejana diambil dan isinya dikeluarkan.Mencuci
kain dengan air yang bersih kemudian melepas jahitan lalu menyetrika semua kain.
Menganalisa kain pelapis menggunakan Stainning Scale dan kain berzat warna yang
telah melalui proses pencucian tadi dengan Gray Scale.

 Kontrol Proses
Kontrol proses yang digunakan yaitu pada proses pemanasan berupa
pengendalian temperatur untuk menjaga agar suhu tetap pada kondisi optimal. Dimana
suhu optimal yg digunakan disini yaitu 100°c disini kita ingin menghilangkan
pelarutnya yaitu air. Karena titik lebur pada biji mahkotadewa ini 130°C disini tidak
dihilangkan semua pelarutnya tetapi hanya 1/3 dari volume awal jdi jika dibawah 1/3
maka hasil yg di dapatkan akan semakin sedikit. Setelah perebusan yg mana nanti
evaporasi dilakukan ekstraksi atau pemisahan lebih lanjut antara zat warna dan
pelarutnya.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pembahasan
Zat warna dari biji buah mahkotadewa dapat diperoleh dengan 2 cara, yaitu
ekstraksi secara batch dan ekstraksi menggunakan soxhlet. Ekstraksi secara batch
dilakukan dengan merebus biji mahkotadewa dengan pelarutnya laludipanaskan sampai
mendidih sampai 1/3 volume awal kemudian mengambil ekstraknya dan yang kedua
yaitu ekstraksi menggunakan soxhlet.
Pada ekstraksi menggunakan soxhlet, proses ekstraksi dihentikan apabila sudah
tidak ada perpindahan massa dari biji mahkotadewa ke pelarut, hal ini biasa ditandai
dilihat warna pada kolom ekstraksi bening. Hal ini berdasarkan asumsi bahwa ketika
aquadest telah bening maka semua zat warna telah terekstrak.Pada percobaan pembuatan
zat warna alami ini diperlukan 13-15 kali sirkulasi untuk mencapai warna aquadest
bening.
Untuk mengetahui kualitas zat warna yang diperoleh maka perlu dilakukan
pengujian.Pengujian yang dimaksud adalah pengujian ketahanan luntur warna terhadap
pencucian yang dilakukan menggunakan Laundrymeter dan pengujian tahan luntur warna
terhadap gosokan dilakukan menggunakan Crockmeter.
Setelah pengujian ketahanan zat warna terhadap pencucian dan gosokan selesai,
selanjutnya dilakukan analisa terhadap kelunturannya dengan menggunakan Gray
Scale( GS )dan Stainning Scale ( SS ) sebagai standarnya.
Nilai evaluasi tahan luntur warna Gray Scale dan Stainning Scale menunjukkan
nilai yang kurang maksimal, sehingga memerlukan adanya penelitian terhadap proses
penguncian warna ( fiksasi ) dengan penambahan zat – zat lain yang bisa lebih kuat
mengunci zat warna.
Tabel I Standar Penilaian Warna pada Standar Skala abu - abu
Nilai Tahan Perbedaan Warna (Color Evaluasi Tahan Luntur
Luntur Difference)
5 0 Baik sekali
4,5 0,8 Baik
4 1,5 Baik
3,4 2,1 Cukup baik
3 3,0 Cukup
2,3 4,2 Kurang
2 6,0 Kurang
1,2 8,5 Jelek
1 12,0 Jelek

Kurva Standar Penilaian Warna pada Standar Skala abu - abu


Standar Penilaian Warna pada Standar Skala abu - abu
Nilai Tahan Luntur
Perbedaan Warna (Color Difference)

12

8.5

6
5 4.5 4 4.2
3.4 3
2.1 2.3 2
1.5 1.2 1
0.8
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9

Tabel II Kurva Penilaian Penodaan Warna pada Standar Skala


Penodaan
Nilai Tahan Perbedaan Warna (Color Evaluasi Tahan Luntur
Luntur Difference
5 0 Baik sekali
4,5 2,0 Baik
4 4,0 Baik
3,4 5,6 Cukup baik
3 8,0 Cukup
2,3 11,3 Kurang
2 16,0 Kurang
1,2 22,6 Jelek
1 32,0 Jelek
Kurva Penilaian Penodaan Warna pada Standar Skala Penodaan

Penilaian Penodaan Warna pada Standar Skala Penodaan


Nilai Tahan Luntur Perbedaan Warna (Color Difference

32

22.6

16
11.3
8
5 4.5 5.6
4 3.4 3
2 2.3 2 1.2
0 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9

 Penanganan Limbah
Limbah yang dihasilkan disini yaitu adalah daging buah mahkota dewa.
Limbah tersebut dapat digunakan sebagai bahan pembuat obat herbal. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Yuli Rohyami pada tahun 2008, buah mahkota dewa
mengandung alkaloid, saponin, flavonoid, dan polifenol dan ekstrak daunnya dapat
memberikan efek antihistamin (Siswono, 2001).
Daging buah mahkota dewa mempunyai efek hipoglikemik (dapat menurunkan
kadar gula dalam darah). Berdasarkan hasil penelitian dapat ditunjukkan bahwa daging
buah mahkota dewa menghasilkan efek antihipoglikemik dengan dosis 241,35 mg/kg
berat badan (Primsa, 2002).
Menurut Sumastuti (2002) daun serta buah mahkota dewa mengandung
saponin dan flavonoid yang mempunyai efek antihistamin. Secara invitro dan metode
Magnus yang dimodifikasi pada berbagai ekstrak daun buah muda, buah tua mahkota
dewa mampu menurunkan kontraksi histamin murni pada ileum marmot terisolasi.
Mahkota dewa juga memberikan efek terhadap uterus, efek sitosik pada sel kanker
rahim, efek hipoglikemik, hepatoprotektor, antiinflamasi, histopatologik pada hati,
ginjal, lambung, ovarium, uterus, pankreas, serta antibakteri.
 Analisis Ekonomi
Analisis ekonomi dilakukan dengan hitungan produksi perhari sebanyak 30 botol
ukuran 100 mL
Aspek Biaya Modal Jumlah Harga satuan Total
Kebutuhan
Biji mahkota dewa 2 kg 8.000/kg 16.000
Aquadest 4L 15.000/1L 60.000
Kapur Tohor ( CaCO3) 100 gram 8.000/100 gram 8.000
Soda abu ( Na2CO3 ) 100 gram 10.000/500 gram 2.500
Tawas (Al2(SO4)3) 100 gram 8.000/100 gram 8.000
Kain katun putih 1 meter 20.000/meter 20.000
Tepol 1L 20.000/1L 20.000
Total 134.500

Aspek Biaya Modal Jumlah Total


Kebutuhan
Alat-alat laboratorium Masing-masing 1 800.000
buah
Total 800.000

Biaya modal kerja = Rp 134.500


Biaya operasional = Rp 800.000
Rp 934.500
Maka jumlah biaya produksi yaitu Rp. 934.500/30 botol
Harga Pokok Penjualan (HPP)
Harga total produksi untuk 30 botol ukuran 100 mL = Rp 934.500
934.500
Harga Satuan tanpa untung (1 botol) =
30

= Rp.31.150
Harga jual per Botol = Rp.35.000
Maka, Rp.35.000 x 30 = Rp.1.050.000
Keuntungan = Rp 1.050.000 – Rp 934.500 = Rp 115.500
 Prospek Usaha
Industri tekstil digadang sebagai salah satu industri manufaktur unggulan Indonesia.
Kinerja industri ini pun diyakini semakin bersinar dengan diterbitkannya Peraturan Menteri
Perindustrian Nomor 1 Tahun 2018 tentang Kriteria dan/atau Persyaratan dalam Implementasi
Pemanfaatan Fasilitas Pajak Penghasilan untuk Penanaman Modal di Bidang Usaha Tertentu
dan/atau di Daerah Tertentu pada Sektor Industri. Lewat aturan ini, Industri Tekstil dan Produk
Tekstil (TPT) dapat memperoleh insentif potongan pajak penghasilan (PPh) badan sebesar 5%
tiap tahunnya. Insentif ini pun dicanangkan berlaku untuk 6 tahun bagi industri yang
bersangkutan.
Seperti yang tertera pada peta jalan making Indonesia 4.0, Indonesia menargetkan diri
untuk masuk kedalam 5 besar dunia dalam memprodusen tekstil dan produk tekstil (TPT) pada
tahun 2030. Dalam hal ini, pemerintah memprioritaskan pengembangan TPT menjadi pionir
dalam menuju kemajuan industry tanah air.
Seperti yang disampaikan oleh Mudhori, Direktur Industri Tekstil, Kulit, Alas kai, dan
perindustrian yang mengatakan bahwa peningkatan efisiensi dan kualitas produk akan
memperkuat daya saing global di sector TPT sebagai implementasi industry 4.0. Gampangnya,
semakin berkembangnya teknologi yang ada maka tantangan dan kebutuhan industri TPT agar
lebih efisien, maka harus dikembangkan pula SDM-nya. Seperti data yang ada pada kemenperin,
ekspor TPT terus meningkat dari tahun 2017, dan kontribusi TPT pada dunia industry mencapai
Rp 150,43 triliun pada produk domestic bruto (PDB) dan US$12,58 miliar pada sector ekspor
atau bisa dikatakan naik dari tahun sebelumnya sebanyak 6 %.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Biji mahkotadewa dapat dimanfaatkan sebagai zat warna alami tekstil.
2. Zat warna dari biji buah mahkotadewa dapat diolah dengan menggunakan proses ekstraksi
menggunakan soxhlet maupun ekstraksi secara batch, dan akan diperoleh hasil zat warna
berwarna coklat.
B. Saran
Nilai evaluasi tahan luntur warna yang masih menunjukkan nilai kurang maksimal,
sehingga memerlukan adanya penelitian terhadap proses penguncian warna ( fiksasi )
dengan penambahan zat –zat lain yang bisa lebih kuat mengunci zat warna.
DAFTAR PUSTAKA

Endang Widjajanti Laksono, 2006. Kajian Penggunaan Adsorben Sebagai Alternatif


Pengolahan Limbah Zat Pewarna Tekstil. Jurnal Kimia FMIPA UNY. Vol.1 No.2.

Indrawat,Retno dan Murdijati Gerdjito.2013.Pendidikan Komsumsi Pangan Aspek


Pengolahan dan Keamanan. Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri.

Ning Harmanto, 2005. Sehat dengan Ramuan Tradisional Mahkota Dewa Obat Pusaka
Para Dewa. Depok: PT Agromedia Pustaka.

Sugeng,Yuli Irianto, 2006. Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Departemen Pendidikan


Nasional.

Yuli Rohani, 2008. Penentuan Kandungan Flovonoid dan Ekstrak Metanaol Daging Buah
Mahkota Dewa( Phaleria Macrocarpa Scheff Beori). Jurnal Logika Vol.5 No.1.

Zulkarnain, A karim, Meiroza dan Aliva Nur Lathifa. 2013. Stabilitas Fisik Sediaan
Lation O/W dan W/O Ekstrqk Buah Mahkota Primer Pada Kelinci. Journal
Traditional Medicine. ISSN: 1410-5918.

Anda mungkin juga menyukai